Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya
kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Logam Timbal” ini
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dalam bentuk yang sederhana. Makalah ini dibuat
untuk mengetahui apa itu timbal dan semua hal yang berkaitan dengan logam berat timbal.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Toksikologi Lingkungan dan juga pihak
yang berperan dalam pembuatan makalah ini. Semoga laporan ini dapat bermanfaat dan
memberikan pengetahuan lebih bagi penulis dan pembaca sebagai referensi untuk makalah
lainnya.

Saya sangat membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat memperbaiki
makalah ini kedeepannya. Hanya itu yang dapat saya sampaikan. saya mengucapkan
terimakasih.

Yogyakarta, 14 Oktober 2018


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Logam Timbal (Pb) sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahayakan
kesehatan dan merusak lingkungan. Pb yang terhirup oleh manusia setiap hari akan diserap,
disimpan dan kemudian ditampung dalam darah.

Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam


tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi oleh tubuh melalui
kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan
pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.

Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam
tubuh. Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan,
dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui saluran
pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-partikelnya.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian timbal (Pb)?


2. Bagaimana Karakteristik Timbal (Pb)?
3. Apa sumber Pencemaran Timbal (Pb)?
4. Bagaimana Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan?
5. Bagaimana Efek Timbal (Pb) Pada Kesehatan?
6. Bagaimana Upaya Penanggulan Pencemaran Timbal (Pb)?

C. Tujuan Penulisan

Setelah mempelajari bab ini diharapkan dapat :


1. Menjelaskan Pengertian Timbal (Pb)
2. Menjelaskan Bagaimana Karakteristik Timbal (Pb)
3. Menejlaskan Sumber Pencemaran Timabal (Pb)
4. Menjelaskan Bagaimana Timbal (Pb) Dapat Mencemari Lingkungan
5. Menjelaskan Efek Timbal (Pb) Pada Kesehatan
6. Menjelaskan Upaya Penanggulangan Pencemaran Timbal (Pb)
BAB II
PEMABAHASAN

A. Pengertian Timbal (Pb)

Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat ditemukan dan menetap
di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah akibat pengaruh fisika kimia, biologis atau akibat
aktivitas manusia. Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk kimianya berubah.
Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya di bidang industri, pertanian
atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi
biokimia atau faali. Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat dalam
makanan, air atau udara (Darmono,2001).

Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan dalam konsentrasi yang


tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh
mahluk hidup, diantaranya logam Pb (timbal).

Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu (sekitar
6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu timbal
mudah di ekstraksi dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui dan disebutkan di kitab
Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan unsur tertua dan diasosiasikan
dengan planet Saturnus. Timbal alami, walau ada jarang ditemukan di bumi.

Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya
dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini
termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia.
Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat (BA) 207,2 adalah suatu logam berat
berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu
550-600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara membentuk timbal
oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan
lentur, timbal (Pb) sangat rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin, air
panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit, asam asetat dan asam sulfat pekat.

B. Sifat dan Karakteristik Logam Timbal (Pb)

Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-
abu kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang
aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan. Pb dicampur
dengan logam lain akan terbentuk logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya.

Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat serta mudah dimurnikan
dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu 3280C (6620F), titik didih 1.7400C (3.1640F), bentuk
sulfid dan memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal (Pb) termasuk ke dalam
logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan
bobot atau berat atom (BA) 207,2.
Timbal termasuk logam berat ”trace metals” karena mempunyai berat jenis lebih dari
lima kali berat jenis air. Bentuk kimia senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan
akan mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama bahan sisa
metabolisme.

Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang khusus seperti berikut :
1. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan menggunakan pisau atau
dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga logam timbal
sering digunakan sebagai bahan coating.
3. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5°C.
4. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan logam-logam, kecuali emas dan
merkuri.
5. Merupakan pengantar listrik yang baik.

C. Sumber Pencemaran Timbal (Pb)

1. Sumber Alami

Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg.
Khusus timbal (Pb) yang tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir (sand
stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg.

Timbal (Pb) yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air bawah tanah
(ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara alami timbal (Pb) juga ditemukan di air
permukaan. Kadar timbal (Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter. Dalam
air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air tawar. Laut Bermuda yang dikatakan
terbebas dari pencemaran mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air danau
dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter.

Secara alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara 0,0001 - 0,001
μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur dan padi-padian dapat mengandung Pb,
penelitian yang dilakukan di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg berat kering.

Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi PbS (golena), PbCO3
(cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal
dari tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut bercampur dengan Zn (seng)
dengan kontribusi 70%, kandungan Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran
seng dan tembaga.
2. Sumber dari Industri

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal (Pb) adalah semua industri yang
memakai Timbal (Pb) sebagai bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:
a. Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini menghasilkan timbal konsentrat (primary
lead), maupun secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).
b. Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal (Pb) terutama lead antimony
alloy dan lead oxides sebagai bahan dasarnya.
c. Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan tetra methyl lead banyak dipakai
sebagai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang
dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).
d. Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk melapisi kabel. Saat ini
pemakaian timbal (Pb) di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran
logam Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk kehidupan makluk hidup.
e. Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada industri ini seringkali dipakai timbal
(Pb) karena toksisitasnya relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen yang lain.
Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai red lead, sedangkan untuk warna kuning
dipakai lead chromate (Sudarmaji, dkk, 2006).

3. Sumber dari Transportasi

Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada bahan bakar terutama bensin,
diketahui bisa menjadi racun yang merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni
darah. Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk meningkatkan oktan
bahan bakar.

Penambahan kandungan timbal (Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun
1920-an oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain meningkatkan oktan, juga
dipercaya berfungsi sebagai pelumas dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an),
sehingga katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama.

Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan oleh keyakinan bahwa tingkat
sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter
bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5 sampai 2 satuan. Selain itu,
harga timbal (Pb) relatif murah untuk meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa
lainnya (Santi, 2001).

Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal (Pb) pada bahan bakar kendaraan
bermotor menghasilkan emisi timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb) yang bercampur
dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan melalui proses di dalam mesin
maka logam berat timbal (Pb) akan keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya
(Sudarmaji, dkk, 2006).
D. Timbal (Pb) di Lingkungan

Sebagai sumber timbal (Pb) di lingkungan hidup kita adalah (Mukono, 2002):
1. Udara
Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel. Dalam keadaan alamiah menurut studi
patterson (1965), kadar timah hitam di udara sebesar 0,0006 mikrogram/m3, sedangkan di daerah
tanpa penghuni dipegununan California (USA), menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar
0,008 mikrogram/m3. Baku mutu di udara adalah 0,025 – 0,04 gr/Nm3.
2. Air
Analisis air bawah tanah menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar antara 1–60
mikrogram/liter, sedangkan analisis air permukaan terutama pada sungai dan danau
menunjukkan angka antara 1–10 mikrogram/liter. Kadar timah hitam pada air laut kadarnya lebih
rendah dari yang terdapat di air tawar. Di pantai Californa (USA) kadar timah hitam (Pb)
menunjukkan kadar antara 0,08 – 0,04 mikrogram/liter. Timbal (Pb) yang larut dalam air adalah
Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat Pb(CLO3)2, timbal nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat
Pb (C18H35O2)2. Baku mutu (WHO) timbal (Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02 tahun
1988 yaitu 0,05 – 1 mg/liter.
3. Tanah
Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah adalah sebesar 5–25 mg/kg.
4. Batuan
Bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg. Menurut studyWeaepohl (1961),
dinyatakan bahwa kadar timbal (Pb) pada batuan sekitar 10 – 20 mg/kg.
5. Tumbuhan
Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung timbal (Pb). Menurut Warren dan Delavault
(1962), Kadar timbal (Pb) pada dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun kering.
6. Makanan
Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat bertambah dalam prosesprocecing, kandungan timbal
(Pb) yang tinggi ditemukan pada beras, gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang diizinkan
yaitu 50 mikrogram/kg BB (dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB (anak-anak).

E. Perjalanan Timbal (Pb) Mencemari Lingkungan

Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran bahan bakar
bensin dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen
terbentuk selama pembakaran bensin, karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan anti
letupan (anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya.
Senyawa yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal oksida.

Timbal oksida ini terdapat dakam partikel-partikel yang tersebar dala ruang bakar bensin
. Senyawa Pb sukar larut dalam air tetapi mudah larut dalam minyak atau lemak (Fardiaz, 1992).
Tujuan penambahan bahan tersebut untuk mendapatkan tingkat oktan yang lebih tinggi, agar
pemakaian bahan bakar bensin lebih ekonomis. Pada proses pembakaran mesin, senyawa ini
dilepaskan dalam bentuk partikel melalui asap gas buang kendaraan bermotor ke udara, dimana
sebagian besar mengandung partikel Pb berdiameter dibawah 1 mikron. Besarnya ukuran partikel
tersebut merupakan batas ukuran partikel yang dapat diserap melalui pernafasan.
Pada proses pembakaran mesin yang menggunakan bahan bakar bensin, dihasilkan gugus
radikal bebas yang dapat menyebabkan letupan pada mesin, sehingga mengakibatkan
menurunnya efisiensi mesin. Untuk mengatasi hal tersebut ditambahkan bahan berupa TEL atau
TML. Tujuannya adalah untuk mengikat radikal bebas yang terbentuk selama proses
pembakaran.

Bahan tersebut akan bereaksi dengan gugus radikal bebas, dan menghalangi terjadinya
reaksi pembentukan PbO. Pb dalam bensin akan bereaksi dengan oksigen dan bahan-bahan
pengikat, selanjutnya dikeluarkan melalui system pembuangan dalam bentuk partikel. Partikel
yang mengandung Pb akan diemisikan ke dalam lingkungan, sehingga menyebabkan terjadinya
pencemaran udara oleh Pb (Kumar, De, 1979).

Melalui buangan mesin kendaraan tersebut unsur Pb terlepas ke udara. Sebagian di


antaranya akan membentuk partikulat di udara bebas dengan unsur–unsur lain, sedangkan
sebagian lainnya akan menempel dan diserap oleh daun tumbuh – tumbuhan yang ada di
sepanjang jalan.

Timbal yang terdapat dalam makanan yang diduga berasal dari pencemaran udara
dilakukan penelitian beberapa sampel makanan yang diambil dari pasar di suatu kota. Kadar Pb
dalam Beracun Berbahaya (B3) yang di dalamnya terdapat logam – logam berat, salah satunya
adalah Pb. Akumulasi logam dalam tanaman tidak hanya tergantung pada kandungan logam
dalam tanah, tetapi juga tergantung pada unsur kimia tanah, jenis logam, pH tanah, dan spesies
tanaman (Darmono dalam Charlena, 2004).

Timbal sebagian besar diakumulasi oleh organ tanaman, yaitu daun, batang, akar, dan
akar umbi-umbian (bawang merah). Akumulasi tertinggi Pb dalam akar dibuktikan oleh Kohar
(2005) melalui studi kandungan Pb dalam tanaman kangkung. Pada tanaman kangkung yang
berumur 6 minggu, Pb terdapat dalam akar sebanyak 3.36 mg/kg sampel dan di bagian lain dari
tanaman terdapat kandungan Pb sebesar 2.09 mg/kg sampel. Sedangkan pada tanaman kangkung
yang berumur 3 minggu, kandungan Pb nya dalam akar adalah 1.86 mg/kg sampel dalam bagian
lain dari tanaman sebesar 1.13 mg/kg. Hasil ini menunjukkan bahwa pajanan Pb pada tanaman
kangkung lebih banyak terdapat pada bagian akar. Selain itu, kandungan Pb dalam tanaman
kangkung yang berumur 3 minggu baik di akar maupun di bagian lain tidak melebihi ambang
batas yang ditetapkan 2 mg/kg, sehingga dianjurkan untuk memanen kangkung pada umur tidak
lebih dari 3 minggu.

Perpindahan Pb dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah, serta KTK
(Kemampuan Tukar Kation). Tanaman dapat menyerap logam Pb pada saat kondisi kesuburan
tanah, kandungan bahan organik, serta KTK tanah rendah. Pada Keadaan ini logam berat Pb
akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah. Jika
logam lain tidak mampu menghambat keberadaannya, maka akan terjadi serapan Pb oleh akar
tanaman. Menurut Supardi dalam Charlena (2004), timbal tidak akan larut ke dalam tanah jika
tanah tidak terlalu masam. Tingginya tingkat keasaman dapat diatasi dengan pengapuran.
Pengapuran tanah mengurangi ketersediaan timbal dan penyerapannya oleh tanaman. Timbal
akan diendapkan sebagai hidroksida, fosfat dan karbonat. Ion-ion Ca2+ bersaing dengan timbal
untuk menempati tempat - tempat petukaran pada akar dan permukaan tanah.
Pencemaran tanah oleh timbal selain disebabkan oleh limbah B3 dapat pula disebabkan
dari air yang tercemar Pb, kemudian terserap oleh tanah dan hendaknya tidak melampaui
konsentrasi alami Pb dalam sedimen yaitu 10 – 70 ppm.

F. Metabolisme Timbal

1. Absorbsi

Pajanan timbal (Pb) dapat berasal dari makanan, minuman, udara, lingkungan umum, dan
lingkungan kerja yang tercemar timbal (Pb). Pajanan non okupasional biasanya melalui
tertelannya makanan dan minuman yang tercemar timbal (Pb). Pajanan okupasional melalui
saluran pernapasan dan saluran pencernaan terutama oleh timbal (Pb) karbonat dan timbal (Pb)
sulfat. Masukan timbal (Pb) 100 hingga 350 mikrogram/hari dan 20 mikrogram/hari diabsorbsi
melalui inhalasi uap timbal (Pb) dan partikel dari udara lingkungan kota yang polutif (DeRoos,
1997 dalam Ardyanto, 2005.). Timah hitam dan senyawanya masuk ke dalam tubuh manusia
melalui saluran pernafasan dan saluran pencernaan, sedangkan absorbsi melalui kulit sangat kecil
sehingga dapat diabaikan. Bahaya yang ditimbulkan oleh timbal (Pb) tergantung oleh ukuran
partikelnya.

Partikel yang lebih kecil dari 10 mikrogram dapat tertahan di paruparu, sedangkan
partikel yang lebih besar mengendap di saluran nafas bagian atas. Absorbsi timbal (Pb) melalui
saluran pernafasan dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi, pembersihan mukosiliar, dan
pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nasofaring, saluran trakeobronkhial, dan alveolus.
Deposisi tergantung pada ukuran partikel timbal (Pb) volume pernafasan dan daya larut. Partikel
yang lebih besar banyak di deposit pada saluran pernafasan bagian atas dibanding partikel yang
lebih kecil (DeRoos 1997, dan OSHA, 2005 dalamArdyanto, D, 2005.). Pembersihan mukosiliar
membawa partikel di saluran pernafasan bagian atas ke nasofaring kemudian di telan.

Rata-rata 10–30% Pb yang terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10%
dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna (Palar, 1994). Fungsi pembersihan alveolar
adalah membawa partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus lapisan jaringan paru kemudian
menuju kelenjar limfe dan aliran darah. Sebanyak 30-40% timbal (Pb) yang di absorbsi melalui
saluran pernapasan akan masuk ke aliran darah. Masuknya timbal (Pb) ke aliran darah tergantung
pada ukuran partikel daya larut, volume pernafasan dan variasi faal antar individu (Palar, 1994).

2. Distribusi dan penyimpanan

Timah hitam yang diabsorsi diangkut oleh darah ke organ-organ tubuh sebanyak 95%
timbal (Pb) dalam darah diikat oleh eritrosit. Sebagian timbal (Pb) plasma dalam bentuk yang
dapat berdifusi dan diperkirakan dalam keseimbangan dengan pool timbal (Pb) tubuh lainnya
dibagi menjadi dua yaitu ke jaringan lunak (sumsum tulang, sistim saraf, ginjal, hati) dan ke
jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi) (Palar, 1994). Gigi dan tulang panjang mengandung
timbal (Pb) yang lebih banyak dibandingkan tulang lainnya. Pada gusi dapat terlihat lead
line yaitu pigmen berwarna abu abu pada perbatasan antara gigi dan gusi (Goldstein & Kipen,
1994 dalam Ardyanto, 2005.). Hal itu merupakan ciri khas keracunan timbal (Pb). Pada jaringan
lunak sebagian timbal (Pb) disimpan dalam aorta, hati, ginjal, otak, dan kulit. Timah hitam yang
ada dijaringan lunak bersifat toksik.

3. Ekskresi

Ekskresi timbal (Pb) melalui beberapa cara, yang terpenting adalah melalui ginjal dan
saluran cerna. Ekskresi timbal (Pb) melalui urine sebanyak 75–80%, melalui feces 15% dan
lainnya melalui empedu, keringat, rambut, dan kuku (Palar,1994). Ekskresi timbal (Pb) melalui
saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar
lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan ekskresi empedu. Sedangkan Proses eksresi
timbal (Pb) melalui ginjal adalah melalui filtrasiglomerulus.

G. Efek Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan

Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
1. Gangguan Neurologi

Gangguan neurologi (susunan syaraf) akibat tercemar oleh timbal (Pb) dapat berupa
encephalopathy, ataxia, stupor dan coma. Pada anak-anak dapat menimbulkan kejang tubuh dan
neuropathy perifer.

2. Gangguan terhadap fungsi ginjal.

Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan tidak berfungsinya tubulus renal,
nephropati irreversible, sclerosis vaskuler, sel tubulus atropi, fibrosis dan sclerosis glumerolus.
Akibatnya dapat menimbulkan aminoaciduria dan glukosuria, dan jika paparannya terus
berlanjut dapat terjadi nefritis kronis.

3. Gangguan terhadap sistem reproduksi.

Logam berat timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan pada sistem reproduksi berupa
keguguran, kesakitan dan kematian janin. Logam berat timbal (Pb) mempunyai efek racun
terhadap gamet dan dapat menyebabkan cacat kromosom. Anak -anak sangat peka terhadap
paparan timbal (Pb) di udara. Paparan timbal (Pb) dengan kadar yang rendah yang berlangsung
cukup lama dapat menurunkan IQ.

4. Gangguan terhadap sistem hemopoitik.

Keracunan timbal (Pb) dapat dapat menyebabkan terjadinya anemia akibat penurunan
sintesis globin walaupun tak tampak adanya penurunan kadar zat besi dalam serum. Anemia
ringan yang terjadi disertai dengan sedikit peningkatan kadar ALA (Amino Levulinic Acid) urine.
Pada anak–anak juga terjadi peningkatan ALA dalam darah. Efek dominan dari keracunan timbal
(Pb) pada sistem hemopoitik adalah peningkatan ekskresi ALA dan CP (Coproporphyrine).
Dapat dikatakan bahwa gejala anemia merupakan gejala dini dari keracunan timbal (Pb) pada
manusia. Dibandingkan dengan orang dewasa, anak -anak lebih sensitif terhadap terjadinya
anemia akibat paparan timbal (Pb). Terdapat korelasi negatif yang signifikan antara Hb dan
kadar timbal (Pb) di dalam darah.

5. Gangguan terhadap sistem syaraf.

Efek pencemaran timbal (Pb) terhadap kerja otak lebih sensitif pada anak-anak
dibandingkan pada orang dewas. Gambaran klinis yang timbul adalah rasa malas, gampang
tersinggung, sakit kepala, tremor, halusinasi, gampang lupa, sukar konsentrasi dan menurunnya
kecerdasan pada anak dengan kadar timbal (Pb) darah sebesar 40-80 μg/100 ml dapat timbul
gejala gangguan hematologis, namun belum tampak adanya gejala lead encephalopathy. Gejala
yang timbul pada lead encephalopathy antara lain adalah rasa cangung, mudah tersinggung, dan
penurunan pembentukan konsep. Apabila pada masa bayi sudah mulai terpapar oleh timbal (Pb),
maka pengaruhnya pada profil psikologis dan penampilan pendidikannya akan tampak pada
umur sekitar 5-15 tahun. Akan timbul gejala tidak spesifik berupa hiperaktifitas atau gangguan
psikologis jika terpapar timbal (Pb) pada anak berusia 21 bulan sampai 18 tahun (Sudarmaji,
dkk, 2006).

H. Upaya – upaya penanggulangan pencemaran oleh Pb

Lebih baik mencegah dari pada mengobati merupakan suatu motto yang tetap diakui
hingga saat ini.Untukitu, sebelum terjadi kasus yang lebih parah perlu dilakukan tindakan-
tindakan pencegahan.

Menurut Umar Fahmi Achmad menyatakan pengendalian Pb yang merupakan sebagian


dari gas buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak variable yang
mempengaruhinya diantaranya cara mengemudi, ketaatan perawatan, kemacetan, banyaknya
kendaraan pribadi, dll. Untuk itu perlu dilakukan bebera papendekatan, antara lain :

1. PendekatanTeknis

Timah hitam yang keluar dari knalpot berbentuk partikel yang sangat halus, adanya
polutan timbal (Pb) karena dalam bensin diberikan bahan tambah berupa Pb (C2H5)4 yaitu Tetra
EthilLead (TEL) sebagai upaya untuk meningkatkan angka oktan. Partikel Pb dapat mencemari
tanaman pangan, dan bila hasil tanaman tersebut dikonsumsi manusia maka dapat menyebabkan
keracunan.

Untuk menghilangkan polutan Pb dapat dilakukan secara teknik, yaitu dengan


mengendalikan bahan bakar yang akan digunakan oleh kendaraan bermotor. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggantikan TEL dengan anti knocking yang lain yang tidak
mengandung Pb. Mencari bahan alternatif juga merupakan solusi yang banyak ditawarkan.
Bahan bakar tersebut dapat berupa bahan bakar gas (BBG).

Mobil listrik merupakan solusi program langit biru yang paling tepat karena tidak
menggunakan motor bakar sebagai tenaga penggerak, melainkan motor listrik sehingga emisinya
nol. Pada saat ini mobil listrik bukan Propotipe lagi melainkan sudah diproduksi secara massal
dan dijual pada pasar mobil.
2. Pendekatan planatologi, administrasi dan hokum

Pemerintah mempunyai posisi yang paling srategis dalam upaya pengendalian


pencemaran Pb ini. Pemerintah dapat menyusun tata kota dan rambu lalu lintas yang
memungkinkan kendaraan dapat berjalan lancar, dapat mengontrol kadar Pb dan mengenakan
sanksi atas pengendara yang melanggar. Menurut hasil uji emisi kendaraan bermotor akhir juni
1996 di Jakarta selama 6 hari, sebanyak 60% kendaraan brmotor telah melampaui baku mutu
emisi.

Hukum sebagai salah satu sarana dalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi
akibat dari emisi gas kendaraan bermotor karena di undang-undang telah disebutkan syarat –
syarat kendaraan bermotor.

3. Pendekatan Edukasi

Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan
tanggung jawab seluruh rakyat. Untuk itu dapat dilakukan dngan cara :

a. Memberikan informasi secara intensif kepada masyarakat tentang dampak Pb pada kesehatan
dan lingkungan ,serta bagaimana cara mengatasinya. Dengan mengetahui dampak tersebut
diharapkan timbul kesadaran masyarakat untuk melakukan upaya mengatasinya.
b. Melakukan pendidikan pelatihan pada orang-orang yang potensial menjadi
penyebab meningkatnya pencemaran Pb , seperti pengemudi ,pemilik kendaraan bermotor,
mekanik/teknisi yang melakukan perawatan kendaraan

I. Tanaman Penyerap Partikel Timbal (Pb)

Untuk meningkatkan bilangan oktan pada bensin dan mengurangi letupan di dalam mesin
kendaraan bermotor, maka ke dalam bensin ditambahkan TEL (tetra ethyl lead), yang jumlahnya
berbeda-beda untuk setiap negara. Penggunaan TEL dalam bensin ternyata menimbulkan
dampak negatif terhadap lingkungan. Gas buang dari kendaraan bermotor merupakan sumber
utama timbal (Pb) di lingkungan (Sahwan, 1991). Umasda 1989 dalam Soemarno
mengklasifikasikan kemampuan jenis pohon dalam menyerap partikel timbal (Pb) dari udara sbb:
1. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sangat baik: jambu batu, ketapang, dan bungur.
2. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap sedang: mahoni, mangga, cemara gunung, angsana.
3. Jenis pohon dengan kemampuan menyerap rendah: daun kupu-kupu, kersen, kenangakere
payung, karet munding, kenari, akasia, dadap.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan dalam bahasa ilmiahnya dikenal
dengan kata Plumbum dan logam ini disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk
kedalam kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur kimia.

2. Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah logam lunak berwarna abu-abu
kebiruan mengkilat, memiliki titik lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang
aktif, sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul perkaratan.

3. Meningkatnya konsentrasi Pb di udara dapat berasal dari hasil pembakaran bahan bakar bensin
dalam berbagai senyawa Pb terutama PbBrCl dan PbBrCl.2PbO. Senyawa Pb halogen terbentuk
selama pembakaran bensin, karena dalam bensin yang sering ditambahkan cairan anti letupan
(anti ketok) yang terdiri dari 62% TEL, 18% etildiklorida dan 2% bahan-bahan lainnya. Senyawa
yang berperan sebagai zat anti ketok adalah timbal oksida.

4. Paparan bahan tercemar timbal (Pb) dapat menyebabkan gangguan sebagai berikut :
a. Gangguan Neurologi
b. Gangguan terhadap fungsi ginjal.
c. Gangguan terhadap sistem reproduksi.
d. Gangguan terhadap sistem hemopoitik.
e. Gangguan terhadap sistem syaraf.

5. Menurut Umar Fahmi Achmad menyatakan pengendalian Pb yang merupakan sebagian dari gas
buang kendaran bermotor cukup sulit, karena cukup banyak variable yang mempengaruhinya
diantaranya cara mengemudi, ketaatan perawatan, kemacetan, banyaknya kendaraan pribadi, dll.
Untuk itu perlu dilakukan bebera papendekatan, antara lain :
a. PendekatanTeknis
b. Pendekatan planatologi, administrasi dan hokum
c. Pendekatan Edukasi

6. Upaya mengurangi Pb dalam udara bukan hanya tugas pemerintah saja, melainkan tanggung
jawab seluruh rakyat.

B. Saran

Timbal (Pb) dapat kita cegah dengan baik apa bila kita memiliki tindakan baik supaya
tidak mencemar lingkungan seperti mencemari tanah, air, udara dan tanaman sehingga terhindari
dari penyakit terhadap manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Moch Solikin, Dampak dan Upaya Pengendalian Gas Buang Kendaraan Bermotor, Cakrawala
Pendidikan No.3, Tahu XVI, Nov 1997.

Wardhana, A.W.2004.Dampak Pencemaran Lingkungan, Yogyakarta : Penerbit Andi

Darmono,2009,Farmasi forensik dan Toksikologi.jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI-


Presss)

Palar,H.2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat.jakarta.PT Rineka Cipta

Ferdianto Rangan,2012.Penyakit yang disebabkan oleh


Timbal.publichealth08.blogspot.com/2011/07/enyakit-yang-disbabkan-oleh-
timbal.html.29maret2012

BPLHD.2009.pencemaran Pb-dampak Pb terhadap


kesehatan.www.bplhdjabar.go.id/index.php/bidang-pngendalian/subid-pmantauan-pencemaran-
Pb-timbal?start=3 29 maret 2012
http://noviakl10jambi.wordpress.com/2011/06/16/makalah-logam-berat-timbal-pb-dan-
kadmium-cd/
http://indryqhy.blogspot.com/2013/02/makalah-timbal-pb.html
http://tralalaikrima.blogspot.com/2012/04/makalah-toksikologi-pencemaran-pb.html
MAKALAH
TOKSIKOLOGI LINGKUNGAN
(LOGAM BERAT TIMBAL)

NAMA : SIDIK SATRIA NUGRAHA

NIM : 17250713

KELAS :C

INSTITUT TEKNOLOGI YOGYAKARTA

Oktober 2018

Anda mungkin juga menyukai