TINJAUAN PUSTAKA
Air adalah zat yang sangat dibutuhkan oleh semua makhluk hidup termasuk manusia,
hewan serta tumbuh – tumbuhan. Manfaat air bermacam – macam misalnya untuk
diminum, pembawa zat makanan, zat pelarut, pembersih dan sebagainya. Oleh karena
itu penyediaan air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama bagi manusia untuk
kelangsungan hidupnya dan menjadi faktor penentu dalam kesehatan dan
kesejahteraan masyarakat.
Air yang bersih mutlak diperlukan, karena merupakan salah satu media dari
berbagai macam penularan penyakit, terutama penyakit – penyakit perut. Dari
penelitian – penelitian yang dilakukan, bahwasanya penduduk yang menggunakan air
bersih mempunyai kecenderungan lebih kecil untuk menderita sakit dibandingkan
dengan penduduk yang tidak menggunakan air bersih.
Melalui penyediaan air bersih, baik dari segi kaualitas dan kuantitasnya di
suatu daerah, diharapkan dapat menghambat penyebaran penyakit menular. Agar air
yang masuk ke dalam tubuh manusia baik berupa minuman atau makanan tidak
mengandung bibit penyakit, maka pengolahan air baik yang berasal dari sumber air
dan jaringan transmisi atau pun distribusi adalah sangat diperlukan.
Dalam kehidupan manusia, air dapat dipakai untuk berbagai macam kegiatan
seperti :
1. Pemakaian domestik, misalnya : mandi, mencuci, minum, makan, dan lain – lain.
6. Rekreasi.
Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara visual maupun pengujian :
2. Perubahan warna, bau dan rasa air normal dan air bersih tidak akan berwarna,
sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal
tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau
pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang
bau dapat bersal dari limbah industri atau dari hasil degradasi oleh mikroba.
Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang
mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa.
3. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut endapan, koloid dan bahan terlarut
berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut
sempurna akan mengendap di dasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi
koloid dan akan menghalangi bahan – bahan organik yang sulit diukur melalui uji
BOD karena sulit didegedrasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur
melalui uji COD.
Pencemaran air pada umumnya diakibatkan oleh kegiatan manusia. Besar kecilnya
pencemaran akan tergantung dari kuantitas dan kualitas limbah yang dibuang ke
sungai, baik limbah padat maupun cair.
Effluent adalah pencurahan limbah cair yang masuk ke dalam air bersumber dari
pembuangan sisa produksi, lahan pertanian, peternakan dan kegiatan domestik. Dari
hasil statistik industri, sumber industri pengolahan yang menjadi sumber pencemaran
air yaitu agro industri (peternakan sapi, babi dan kambing), industri pengolahan
makanan, industri minuman, industri tekstil, industri kulit, industri kimia dasar,
industri mineral non logam, industri logam dasar, industri hasil olahan logam dan
industri listrik dan gas.
Menurut peraturan Menteri Kesehatan, yang dimaksud dengan buangan rumah tangga
adalah buangan yang berasal bukan dari industri melainkan berasal dari rumah tangga,
kantor, hotel, restoran, tempat ibadah, tempat hiburan, pasar, pertokoan dan rumah
sakit (Sastrawijaya,A.T.,2000).
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga), yang kehadirannya pada suatu saat dan
tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomis.
Bila ditinjau secara kimiawi, limbah ini terdiri dari bahan kimia organik dan
anorganik. Dengan konsentrasi dan kuantitas tertentu, kehadiran limbah dapat
Tandan buah sawit yang diolah pabrik akan menghasilkan minyak buah sawit,
inti sawit, cangkang, serat dan tandan kosong. Dalam proses pengolahan terdapat
bahan yang tidak termanfaatkan seperti tandan kosong dan air buangan pabrik. Karena
kapasitas pabrik yang cukup besar yaitu antara 10 s/d 60 ton TBS/jam maka bahan
buangan tersebut dapat mempengaruhi lingkungan biotik dan abiotik.
Limbah Padat
Limbah padat yang dihasilkan oleh pabrik pengolah kelapa sawit ialah tandan kosong,
serat dan tempurung. Limbah padat tandan kosong kadang-kadang mengandung buah
tidak lepas diantara celah-celah ulir di bagian dalam. Serat yang merupakan hasil
pemisahan dari fibre cyclone mempunyai kandungan cangkang, minyak dan inti.
Kandungan tersebut tergantung pada proses ekstraksi di scew press dan pemisahan
Limbah cair yang dihasilkan pabrik pengolah kelapa sawit ialah air drab, air
kondensat, air cucian pabrik, air hidrocyclone atau claybath dan sebagainya. Jumlah
air buangan tergantung pada sistem pengolahan, kapasitas olah dan keadaan peralatan
klarifikasi.
Air buangan sludge separator umumnya 60% terhadap TBS yang diolah, akan tetapi
ini dipengaruhi oleh:
a. Jumlah air pengencer yang digunakan pada vibrating screen atau pada screw
press
b. Sistem dan instalasi yang digunakan dalam stasiun klarifikasi yaitu klarifikasi
yang menggunakan decanter menghasilkan air limbahnya kecil.
c. Efesiensi pengutipan minyak dan air limbah yang rendah akan mempengaruhi
karakteristik limbah cair yang dihasilkan (Dr.Ir Ponten, 1998)
Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk
organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanah dan
tanaman. Tandan kosong kelapa sawit mencapai 23% dari jumlah seluruh
pemanfaatan limbah kelapa sawit (baik limbah cair maupun padat), dimana dipakai
sebagai alternatif pupuk organik sehingga akan memberikan manfaat lain dari sisi
ekonomi.
a. Pupuk kompos
TKKS dapat dibakar dan akan menghasilkan abu tandan. Abu tandan tersebut
ternyata memiliki kandungan 30-40% K2O, 7% P2O5, 9% CaO, dan 3% MgO.
c. Bahan serat
TKKS juga menghasilkan serat yang kuat dapat digunakan untuk berbagai hal,
diantaranya serat sebagai pengisi bahan jok mobil dan matras, polipot, dan
bahan pengepak industri. (Yan Fauzi, 2002)
2.7. Koagulasi
Koagulan yang paling umum dan sering digunakan adalah alum (aluminium
sulfat) dan garam-garam dari senyawa besi. Karakteristik dari kation multivalensi
adalah mempunyai kemampuan menarik koagulan ke muatan partikel koloid (Proste,
1997).
Koagulan pada umumnya dikategorikan atas dua jenis yaitu koagulan organik
(senyawa polielektrolit yang larut dalam air) dan koagulan anorganik (garam-garam
dari logam trivalen dan diavalen). Ferri Klorida (FeCl3) merupakan koagulan
anorganik yang lebih efektif digunakan untuk mensuspensikan padatan dan pengotor
lainnya dalam pengolahan limbah (Patent-6306308, 2001).
Destabilisasi partikel koloid di kontrol oleh repulse lapisan rangkap listrik dan
antaraksi Van der Walls. Empat metode yang digunakan untuk menggambarkan
proses ini adalah : penekanan lapisan rangkap listrik (double layer), netralisasi
muatan, penjaringan partikel dalam endapan, dan pembentukan jembatan antar
partikel.
Ketika konsentrasi dari ion pusat di dalam medium dispersi adalah kecil,
ketebalan lapisan rangkap listrik adalah besar. Dua partikel koloid yang berdekatan
tidak bisa bersatu dengan yang lain disebabkan adanya lapisan rangkap listrik yang
tebal, oleh karena itu koloidnya stabil. Namun, ketika konsentrasi ditingkatkan,
kuatnya tarikan di antara muatan pertama dan ion pusatnya ditingkatkan sehingga
menyebabkan lapisan rangkapnya berrkurang. Lapisan ini kemudian ditekan
secukupnya dengan dilanjutkan penambahan ion pusat.
Proses Flokulasi
Pada tahap ini diperlukan zat koagulan yang berfungi untuk penggabungan antara
koagulan dengan polutan yang ada dalam air limbah. Agar penggabungan dapat
berlangsung diperlukan pengadukan dan pengaturan pH limbah. Pengadukan
dilakukan pada kecepatan 60 s/d 100 rpm selama 1 s/d 3 menit; pengaturan pH
tergantung dari jenis koagulan yang digunakan, misalnya untuk :
Alum pH 6 s/d 8
PAC pH 6 s/d 9
2. Tahap Flokulasi
Pada tahap ini terjadi penggabungan inti-inti endapan sehingga menjadi molekul yang
lebih besar, pada tahap ini dilakukan pengadukan lambat dengan kecepatan 40 s/d 50
rpm selama 15 s/d 30 menit. Untuk mempercepat terbentuknya flok dapat
ditambahkan flokulan misalnya polielektrolit. Polielektrolit digunakan secara luas,
baik untuk pengolahan air proses maupun untu pengolahan air limbah industri.
Polielektrolit dapat dibagi menjadi tiga jenis yaitu non ionik, kationik, dan anionik;
biasanya bersifat larut air. Sifat yang menguntungkan dari penggunaan polielektrolit
adalah : volume lumpur yang terbentuk relative lebih kecil, mempunyai kemampuan
Flok yang terbentuk selanjutnya harus dipisahkan dengan cairannya, yaitu dengan cara
pengendapan atau pengapungan. Bila flok yang terbentuk dipisahkan dengan cara
pengendapan, maka dapat digunakan alat klarifier, sedangkan bila flok yang terjadi
diapungkan dengan mengguanakan gelembung udara, maka flok dapat diambil dengan
menggunakan skimmer.
Reaksi pada katoda adalah reduksi terhadap kation. Jadi yang diperhatikan
hanya kationnya saja.
1. Jika larutan mengandung ion-ion logam alkali, ion-ion logam alkalitanah, ion
logam Al3+ dan ion Mg2+, maka ion-ion logam ini tidak dapat direduksi dari
larutan. Yang akan mengalami reduksi adalah pelarut (air), dan terbentuk gas
Hidrogen (H2) pada katoda.
2H2O + 2e → 2OH‾‾ + H2
Dari daftar E0 diketahui bahwa reduksi terhadap air lebih mudah berlangsung
dari pada reduksi terhadap ion-ion di atas.
2. Jika larutan mengandung asam, maka ion H+ dari asam akan direduksi menjadi
gas Hidrogen pada katoda.
2H+ + 2e → H2
3. Jika larutan mengandung ion-ion lain, maka ion-ion logam ini akan direduksi
menjadi masing-masing logamnya dan logam yang terbentuk itu diendapkan pada
permukaan batang katoda.
Mn2+ + 2e → Mn
Contoh : Al → Al3+ + 3e
Zn → Zn2+ + 2e
Anoda : Al → Al3+ + 3e
2 H+ + 2e → H2
Pada proses elektrokimia akan terjadi pelepasan Al3+ dari plat elektroda (anoda)
sehingga membentuk flok Al(OH)3 yang mampu mengikat kontaminan dan partikel-
partikel dalam limbah. Proses elektrokoagulasi dilakukan pada bejana elektrolisis
Apabila dalam suatu elektrolit ditempatkan dua elektroda dan dialiri arus listrik
searah, maka akan terjadi peristiwa elektrokimia yaitu gejala dekomposisi elektrolit,
yaitu ion positif (kation) bergerak kekatoda dan menerima elektron yang direduksi dan
ion negatif (anion) bergerak ke anoda dan menyerahkan elektron yang dioksidasi
(Ni’am,M.F.2007)
(1) banyak zat-zat organik yang dapat dioksidasi degan dikromat saja, tetapi tidak
secara biologis.
(3) zat-zat organik tertentu yang mungkin merupakan racun bagi organisme mikro
dipergunakan pada pengujian BOD.
(4) nilai COD yang tinggi mungkin terjadi karena adanya zat-zat pengganggu.
Dari segi pandangan operasional, salah satu keuntungan utama dari pengujian
COD adalah bahwa ia dapat diselesaikan dalam waktu kira-kira 21/2 jam (bandingkan
dengan pengujian BOD yang lima hari atau lebih). Untuk mengurangi waktunya lebih
jauh, sudah dikembangkan pengujian COD secara tepat yang hanya memakan waktu
15 menit. (Linsley,R.K. dan Franzini,J.B. 1995).
2.12. Turbidimeter
Turbiditas merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan
sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas
cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisi-
kondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam
tiga golongan , yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan
terhadap intensitas cahaya yang datang; pengukuran perbandingan cahaya yang
diteruskan terhadap cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman
dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium ynag keruh.
Turbiditas dalam air diukur dengan efek partikel suspensi dalam sinar lampu.
Kesimpulan cahaya metoda analisis diklasifikasikan sebagai nefelometri, dan satu
sistem pengukuran turbiditas menggunakan Nephelometric Turbidity Units (NTU).
Metoda original nefelometri digunakan sebagai standar lilin, memberikan hasil dalam
Jackson Turbidity Units (JTU), dinamakan untuk orang yang mengembangkan standar
lilin. Standar turbiditas disiapkan dengan formazin untuk menentukan perbandingan
pipa yang memberikan kenaikan ketiga unit turbiditas, FTU.
JTU diukur dengan transmisi sinar lampu, sedangkan NTU diukur dengan
lampu yang dihamburkan, jadi tidak ada perbandingan di antara kedua unit yang
berlaku untuk semua air. (Kemmer,F.N., 1979).
Dalam air alam ditemui dua kelompok zat yaitu zat terlarut seperti garam dan molekul
organik, dan zat padat tersuspensi dan koloidal seperti tanah liat, kwarts. Perbedaan
pokok antara kedua kelompok zat ini ditentukan melalui ukuran/diameter partikel-
partikel tersebut.
Perbedaan antara kedua kelompok zat yang ada dalam air alam cukup jelas
dalam praktek namun kadang-kadang batasan itu tidak dapat dipastikan secara
defenitip. Dalam kenyataan sesuatu molekul organik tetap bersifat zat yang terlarut,
walaupun panjangnya lebih dari 10 μm sedangkan beberapa jenis zat padat koloid
mempunyai sifat dapat bereaksi seperti sifat zat-zat yang terlarut.
Analisa zat padat dalam air sangat penting bagi penentuan komponen-
komponen air secara lengkap, juga untuk pengamatan serta pengawasan proses-proses
pengolahan dalam bidang air minum maupun dalam bidang air buangan. Zat-zat padat
Jenis partkel koloid tersebut adalah penyebab kekeruhan dalam air (efek
Thyndall) yang disebabkan oleh penyimpanan sinar nyata yang menembus suspensi
tersebut. Partikel-partikel koloid tidak terlihat secara visual sedangkan larutannya
(tanpa partikel koloid) yang terdiri dari ion-ion dan molekul-molekul tidak pernah
keruh. Larutan menjadi keruh bila terjadi pengendapan (presipitasi) yang merupakan
keadaan kejenuhan dan suatu senyawa kimia. Partikel-partikel tersuspensi biasa,
mempunyai ukuran labih besar dari partikel koloid dan dapat menghalangi sinar yang
akan menembus suspensi; sehingga suspensi tidak dapat dikatakan keruh, karena
sebenarnya air di antara partikel-partikel tersuspensi tidak keruh dan sinar tidak
menyimpang.
Seperti halnya ion-ion dan molekul-molekul (zat yang terlarut), zat padat
koloidal dan zat padat tersuspensi dapat bersifat inorganik (tanah liat, kwarts) dan
organik (protein, sisa tanaman dan ganggang, bakteri). Dalam metode analisa zat
padat, pengertian Zat Padat Total adalah semua zat-zat yang tersisa sebagai residu
dalam suatu bejana, bila sampel air dalam bejana tersebut dikeringkan pada suhu
tertentu. Zat Padat Total terdiri dari Zat Padat Terlarut dan Zat Padat Tersuspensi.
Zat Padat Tersuspensi sendiri dapat diklasifikasikan sekali lagi menjadi antara
lain zat padat terapung yang selalu bersifat organik dan zat padat terendap yang dapat
bersifat organik dan inorganik. Zat padat terendap adalah zat padat dalam suspensi
yang dalam keadaan tenang dapat mengendap setelah waktu tertentu karena pengaruh
gaya beratnya. Penentuan zat padat terendap ini dapat melalui volumnya, disebut
analisa Volum Lumpur (sludge volume), dan dapat melalui beratnya disebut analisa
Lumpur Kasar atau pada umumnya disebut Zat Padat Terendap (settleable solids).
(Alaerts,G. dan Santika,S.S,. 1987).
2.14.Alum(tawas)
Alum merupakan salah satu senyawa kimia yang dibuat dari dari molekul air dan dua
jenis garam, salah satunya biasanya Al2(SO4)3. Alum kalium, juga sering dikenal
Tipe lain dari alum adalah aluminium sulfat yang mencakup alum natrium, alum
amonium, dan alum perak. Alum digunakan untuk pembuatan bahan tekstil yang
tahan api, obat, dan sebagainya. Aluminium sulfat padat dengan nama lain: alum,
alum padat, aluminium alum, cake alum, atau aluminium salt adalah produk buatan
berbentuk bubuk, butiran, atau bongkahan, dengan rumus kimiaAl2(SO4)3.xH2O.
Kekeruhan dalam air dapat dihilangkan melalui penambahan sejenis bahan kimia yang
disebut koagulan. Pada umumnya bahan seperti Aluminium sulfat [Al2(SO4)3.18H2O]
atau sering disebut alum atau tawas, fero sulfat, Poly Aluminium Chlorida (PAC) dan
poli elektrolit organik dapat digunakan sebagai koagulan. Untuk menentukan dosis
yang optimal, koagulan yang sesuai dan pH yang akan digunakan dalam proses
penjernihan air, secara sederhana dapat dilakukan dalam laboratorium dengan
menggunakan tes uji yang sederhana. Prinsip penjernihan air adalah dengan
menggunakan stabilitas partikel-partikel bahan pencemar dalam bentuk koloid.
Stabilitas partikel partikel bahan pencemaran ini disebabkan:
a. Partikel-partikel kecil ini terlalu ringan untuk mengendap dalam waktu yang pendek
(beberapa jam)
b. Partikel-partikel tersebut tidak dapat menyatu, bergabung dan menjadi partikel yang
lebih besar dan berat, karena muatan elektris pada permukaan, elektrostatis antara
muatan partikel satu dan yang lainnya.
Tawas merupakan alumunium sulfat yang dapat digunakan sebagai penjernih air
seperti sedimentasi (water treatment) karena tawas yang dilarutkan dalam air mampu
mengikat kotoran-kotoran dan mengendapkan kotoran dalam air sehingga menjadikan
air menjadi jernih. Tawas dikenal sebagai koagulan di dalam pengolahan air limbah.
Sebagai koagulan tawas sangat efektif untuk mengendapkan partikel yang melayang
baik dalam bentuk koloid maupun suspensi. Selain digunakan sebagai penjernih air,
tawas juga dapat digunakan sebagai zat aditif untuk antiperspirant (deodorant).
(Alearts & Santika, 1984).