Lap Akhir M-6 GEOMEK
Lap Akhir M-6 GEOMEK
Lap Akhir M-6 GEOMEK
VI-1
VI-2
Keterangan:
Is : Point Load Test Index (MPa)
P : Beban maksimum hingga sampel pecah (N)
D : Jarak antara dua konus penekan (mm)
VI-3
Syarat dari pengujian kali ini adalah dimana sampel yang akan diuji itu
harus memiliki ukuran diameter kurang lebih 5 cm, dan jika dari sampel yang akan
diuji itu memiliki diameter kurang dari 5 cm atau tidak sesuai dengan syarat
idealnya untuk dilakukannya pengujian, maka dari hasil pengujian tersebut
nantinya harus dicari terlebih dahulu faktor koreksi yang didapatkan dari
persamaan Broch Franklin. Greminger (1982) membuat suatu persamaan yang
digunakan untuk mendapatkan nilai point load index yang mana data tersebut
digunakan untuk mendapatkan faktor koreksi dari sampel yang tidak memiliki
ukuran diameter yang tidak sesuai dengan persyaratannya (kurang dari 5 cm).
Berikut ini adalah bentuk persamaan yang dibuat untuk mendapatkan nilai dari
faktor koreksi dalam percobaan atau pengujian kali ini
d 0,45
F=( )
50
Keterangan:
F : Koreksi (MPa)
d : Diameter (mm)
50 : Diameter ideal sampel 50 mm
Sehingga pada akhirnya data diturunkan dari persamaan tadi menjadi
persamaan dibawah ini untuk mendapatkan nilai point load index yang telah
memiliki koreksi :
P
Ls(50) = F x
D2
Sedangkan untuk dapat menghitung nilai kuat tekan dari sampel batuan
tersebut, maka dapat menggunakan persamaan rumus dari Bieniawski yaitu
sebagai berikut :
σc = 23 Is
Keterangan:
Is : Point Load Test Index (MPa)
σc : Kuat Tekan batuan (MPa)
Dari beberapa persamaan yang ada diatas dan digunakan dalam pengujian
point load tersebut hanya berlaku untuk sampel-sampel batuan yang mempunyai
kriteria yang sesuai persyaratannya yaitu dengan memiliki ukuran diameter kurang
VI-4
lebih 5 cm. Tetapi jika dari pengujian telah dilakukan dan mendapatkan data nilai
ls sebesar 1 MPa, maka nilai point load index tersebut tidak akan mempunyai arti
yang sama lagi dengan data Is lebih dari 1 Mpa, sehingga sangat dianjurkan ketika
dalam pengujian point load ini harus menggunakan beberapa pengujian lainnya
untuk menentukan nilai kekuatan dari suatu sampel batuan. Point load index dan
nilai kuat tekan dari suatu sampel batuan sangat erat kaitannya dan cukup sama
karena apabila keduanya dilihat dengan seksama, keduanya memiliki beberapa
kesamaan, dimana pada persamaan dari keduanya tersebut dimiliki point load
index dan kuat tekan batuan, dan dapat ditentukan dengan melalui pengujian
terhadap berbagai jenis batuan, tidak hanya satu sampel batuan.
6.3.2 Bahan
Adapun bahan yang akan digunakan pada praktikum kali ini adalah sampel
batuan yang berbentuk silinder ataupun irregular dengan diameter kurang lebih 5
cm.
6.4 Prosedur
1. Disiapkan sampel dengan diameter kurang lebih 5 cm.
2. Diletakkan di dua konus penekanan pada alat uji point load yang diberi
tekanan dari kedua ujung konus penekan.
3. Catat ukuran mistar pada awal kedudukan kedua konus.
4. Penekanan dilakukan sedikit demi sedikit hingga sampel pecah.
5. Baca alat dial gauge dan catat ukuran mistar pada akhir kedudukan.
Agar memudahkan dalam memahaminya, dapat dilihat dari Gambar 6.1
yang ada dibawah ini :
Sumber : Dokumentasi praktikum Geomekanika, 2019
Gambar 6.1
Diagram Alir Uji Point Load
VI-6
VI-7
Tabel 6.1
Tabel Hasil Pengamatan
Kode Sampel
No. Parameter
Sampel 1 Sampel 2
1 Konus Awal (mm) 4 4,4
2 Konus Akhir (mm) 3,6 3,9
3 Beban (Kg) 2 171
4 Index Franklin (MPa) 0,72352 65,1852
5 Kuat Tekan (MPa) 16,64096 1499,2596
Sumber : Data Praktikum Geomekanika kel.3, 2019
6.8 Analisa
Selain dengan pengujian secara laboratorium, kekuatan batuan pun dapat
dilakukan secara langsung di lapangan ketika sedang melakukan pengambilan
sampel. Pengujian ini disebut dengan Point Load Test, pengujian ini sama halnya
dengan pengujian lainnya yaitu untuk mengetahui kekuatan dari suatu sampel
batuan dalam menerima beban atau gaya yang diberikan. Umumnya
menggunakan sampel yang memiliki ukuran 50 mm karena alat yang digunakan
VI-9
hanya dapat melakukan pengujian terhadap sampel dengan ukuran itu agar
mendapatkan hasil yang baik dalam pengujiannya. Untuk sampel yang langsung
diambil dari lapangan tanpa adanya proses preparasi lanjutan maka bentuknya
yang irregular tersebut memiliki nilai koreksi ketika pengujian berlangsung.
Dengan melakukan pengujian secara langsung di lapangan ini setidaknya dapat
memberikan sedikit gambaran tentang seberapa kuat batuan tersebut dapat
menerima beban atau gaya.
6.9 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat ditarik beberapa
kesimpulan diantaranya yaitu :
1. Untuk mengetahui nilai kekuatan dari suatu sampel batuan, dapat dilakukan
pengujian secara langsung di lapangan yaitu melalui pengujian Point Load
Test ini. Pengujian ini menggunakan alat yang dapat digunakan dan dibawa
langsung ke lapangan untuk melakukan pengujian kekuatan batuan. Tetapi
sampel yang digunakan haruslah memiliki ukuran diameter kurang lebih 50
mm untuk mendapatkan hasil yang baik. Jika ukuran sampel yang diambil
kurang atau bahkan lebih dari 50 mm dapat digunakan faktor koreksi
terlebih dahulu untuk mengetahui nilai kekuatan batuannya melalui index
Franklin.
2. Ketika suatu sampel batuan dapat diketahui kekuatannya secara langsung
di alam maka dapat pula diidentifikasikan seberapa besar kekuatan
sebenarnya yang dimiliki oleh batuan tersebut. Pengaplikasian dari
pengujian ini adalah sebagai metode pengujian kekuatan batuan yang
digunakan untuk mempermudah dalam mengetahui kekuatan batuan itu
tanpa harus dibawa terlebih dahulu ke laboratorium .
DAFTAR PUSTAKA
1. Anres, Wigha. 2013. “Point Load Test”. scribd.com. Diakses pada tanggal 19
Maret 2019