345
ANEMIA APLASTIK
Abidin Widjanarko, Aru W. Sudoyo, Hans Salonder
PENDAHULUAN
‘Anemia aplastik merupakan kegagalan hemopoiesis
yang relatif jarang ditemukan namun berpotensi
‘mengancam jiwa, Penyakit ini ditandai oleh pansitopenia
dan aplasia sumsum tulang dan pertama kali dilaporkan
tahun 1888 oleh Ehrlich pada seorang perempuan
muda yang meninggal tidak lama setelah menderita
penyakit dengan gejala anemia berat, perdarahan,
dan hiperpireksia. Pemeriksaan postmortem tethadap
pasien tersebut menunjukkan sumsum tulang yang
hiposelular (tidak aktif), Pada tahun 1904, Chauffard
pertama kali menggunakan nama anemia aplastik
Puluhan tahun berikutnya definisi anemia aplastik
‘masih belum berubah dan akhirnya tahun 1934 timbul
kesepakan pendapat bahwa tanda khas penyakit ini
adalah pansitopenia sesuai konsep Ehrlich, Pada tahun
1959, Wintrobe membatasi pemakaian nama anemia
aplastik pada kasus pansitopenia, hipoplasia berat atau
aplasia susmsum tulang, tanpa ada suatu penyakit primer
yang menginfiltrasi, mengganti atau menekan jaringan
hemopoietik sumsum tulang,
Selain istilah anemia aplastik yang paling sering
digunakan, masih ada istilah-istilah lain seperti anemia
hipoplastik, anemia refrakter, hipositemia progresif,
anemia aregeneratif, aleukia hemoragika, panmieloftisis
dan anemia paralitik toksik
Anemia aplastik dapat diwariskan atau didapat
Perbedaan antara keduanya bukan pada usia pasien,
melainkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan
laboratorium. Oleh karena itu, pasien dewasa mungkin
membawa kelainan herediter yang muncul di usia
dewasa. Dalam bab ini yang dibahas terutama adalah
anemia aplastik didapat sedangkan sedikit penjelasan
‘mengenai anemia aplastik herediter diberikan di akhir
bab.
2646.
EPIDEMIOLOGI
Insidensi anemia aplastik didapat bervariasi di seluruh
dunia dan berkisar antara 2 sampal 6 kasus per 1 juta
penduduk per tahun dengan variasi geografis. Penelitian
The international Aplastic Anemia and Agranulolytosis
‘Study di awal tahun 1980-an menemukan frekuensi di
Eropa dan Israel sebanyak 2 kasus per 1 juta penduduk.
Penelitian di Perancis menemukan angka insidensi sebesar
1 kasus per 1 juta penduduk per tahun. Di Cina, insidensi
dilaporkan 0,74 kasus per 100.000 penduduk per tahun
dan di Bangkok 3,7 kasus per 1 juta penduduk per tahun.
Temnyata penyakit ini lebih banyak ditemukan di belahan
Timur dunia daripada di belahan Barat,
‘Anemia aplastik didapat umumnya muncul pada usia
15 sampai 25 tahun; puncak insidens kedua yang lebih
kecil muncul setelah usia 60 tahun, Umur dan jens kelarin
ppun bervariasi secara geografis. Di Amerika Serikat dan
Eropa umur sebagian besar pasien berkisar antara 15-24
tahun. Cina melaporkan sebagian besar kasus anemia
aplastik pada perempuan berumur di atas SO tahun dan
pia di atas 60 tahun. Di Perancis, pada pria ditemukan
ddua puncak yaitu antara umur 15-30 dan setelah umur 60
tahun, sedangkan pada perempuan kebanyakan berumur
di atas 60 tahun,
Perjalanan penyakit pada pria juga lebih berat
daripada perempuan. Perbedaan umur dan jenis kelarin
mungkin disebabkan oleh risiko pekerjaan, sedangkan
perbedaan geografis mungkin disebabkan oleh pengaruh
lingkungan,
KLASIFIKASI
Berdasarkan derajat pansitopenia darah tepi, anemia
aplastik didapat diklasifikasikan menjadi tidak berat,ANEMIA APLASTIK
berat, atau sangat berat (tabel 1). Risiko morbiditas dan
mortalitas lebih berkorelasi dengan derajat keparahan
sitopenia ketimbang selularitas sumsum tulang. Angka
kematian setelah dua tahun dengan perawatan suportif
ssaja untuk pasien anemia aplastik berat atau sangat
berat mencapai 80%; infeksi jamur dan sepsis bakterial
merupakan penyebab kematian utama, Anemia aplastik
tidak berat jarang mengancam jiwa dan sebagian besar
tidak membutuhkan terapi.
‘abel 1. Klasifikasi Anemia Aplastik
Klasifikasi Kriteria
‘Anemia aplastic berat
+ Selularitas sumsum tulang < 25%
+ Sitopenia sedikitrya dua + Hitung neutrol < S00
dari tiga seriseldareh + Hitung trombosit <
20000/u.
+ tung retilesitabsolut
< 60.000/pL
Anemia aplastik sangat Samasepertidi ataskecuall
berat hritung neutrofil < 200/uL
‘Anemia aplastk tidak berat_Sumsum tulang hiposelular
namun sitopenia tidak
‘memenuhi kriteria berat
PATOFISIOLOGI DAN PATOGENESIS
Dahulu, anemia aplastik dihubungkan erat dengan paparan
tethadap bahan-bahan kimia dan obat-obatan, Anemia
aplastik dianggap disebabkan paparan terhadap bahan:
bahan toksik seperti radiasi, kemoterapi, obat-obatan atau
ssenyawa kimia tertentu, Penyebab lain meliputikehamilan,
hepatitis viral, dan fasciitis eosinofilik,Jika pada seorang
pasien tidak diketahui faktor penyebabnya, maka pasien
digolongkan anemia aplastik idiopatik. Sebagian besar
kasus anemia aplastik bersifatidiopatik. Beberapa etiologi
‘anemia aplastik tercantum dalam tabel 2.
Tabel 2. Klas
Lalu
Tolsisitas langsung
+ latrogeni
= Radiasi
~ Kemoterapi
+ Benzena
+ Metabolit intermediate beberapa jenis obat
Penyebab yang diperantarai imun
ikasi Etiologl Anemia Aplastik di Masa
latrogenik:transfusion-assoiated groft-versus-host disease
Fascitis eosinofilk
‘Metabolit intermediate beberapa jenis obat
Anemia aplastk idiopatik
2647
‘Anemia aplastik terkait obat terjadi karena
hipersensitivitas atau dosis obat yang berlebihan. Obat
yang banyak menyebabkan anemia aplastik adalah
Kloramfenikol. Obat-obatan Iain yang juga sering
dilaporkan adalah fenilbutazon, senyawa sulfur, emas
dan antikonvulsan, obat-obatan sitotoksik misalnya
mileran atau nitrosourea, Behan kimia terkenal yang dapat
menyebabkan anemia aplastik ialah senyawa benzena.
Penyakitinfeksi yang dapat menyebabkan anemia
aplastik sementara atau permanen, misalnya virus
Epstein-Barr, influenza A, dengue, tuberkulosis (milin,
Sitomegalovirus dapat menekan produksi sel sumsum
tulang, melalui gangguan pada sel-sel stroma sumsum
tulang. Infeksi oleh human immunodeficiency virus (HIV)
yang berkembang menjadi acquired immunodeficiency
syndrome (AIDS) dapat menimbulken pansitopenia.Infeksi
kronik oleh parvovirus pada pasien dengan defisensi
imun juga dapat menimbulkan pansitopenia. Akhit-akhir
ini, sindrom anemia aplastik dikaitkan dengan hepatitis
walaupun merupakan kasus yang jarang. Meskipun telah
banyak studi dilakukan, virus yang pasti belum diketahui,
rnamun diduga virus hepatitis non-A, non-B, dan non-C.
Pada kehamilan, kadang-kadang ditemukan
pansitopenia disertai aplasia sumsum tulang yang
beerlangsung sementara. Hal ini mungkin disebabken
oleh estrogen pada seseorang dengan predisposisi
genetik, adanya zat penghambat dalam darah atau tidak
ada perangsang hematopoiesis. Anemia aplastik sering
sembuh setelah terminasi kehamilan, dapat terjadi lagi
pada kehamilan berikutnya.
Namun, sekarang diyakni ada penjelasan patofisiologis
anemia aplastk yang masuk akal, yang disimpulkan dari
berbagai observasi Klinis hasil terapi dan eksperimen
laboratorium yang sistematk. Di akir tahun 1960-an, Mathé
‘etal memunculkan teor baru berdasarkan kelainan autoimun
setelah melakukan transplantasi sumsun tulang kepada pasien|
anemia aplastk. Kebethasilan transplantasi sumsum tulang
untuk menyembuhkan anemia aplastik memperihatkan
adanya kondisi defisiensi sel asal (stem cel.
‘Adanya reaksi autoimunitas pada anemia aplastik juga
dibuktikan oleh percobaan in vitro yang memperihatkan
bahwa limfosit dapat menghambat pembentukan koloni
hhemopoietikalogenik dan autologus. Setelah itu, diketabui
bbahwa limfosit T sitotoksik memerantarai destruksi sel-
sel asal hemopoietik pada kelainan ini. Sel-sel T efektor
tampak lebih jelas di sumsum tulang dibandingkan
dengan darah tepi pasien anemia aplastik, Sel-se tersebut
menghasilkan interferon-y dan TNF- yang merupakan
inhibitor langsung hemopoiesis dan meningkatkan
cekspresi Fas pada sel-sel CD34*. Klon sel-sel T imortal
yang positif CD4 dan CD8 dari pasien anemia aplastik
juga mensekresi sitokin T-helper-1 yang bersifat toksik
lengsung ke sel-se! CD34 positif autologus.2648
HeMaToLost
Sebagian besar anemia aplastik didapat secara
patofisiologis ditandai oleh destruksi spesifik yang
diperantarai sel T ini. Pada seorang pasien, kelainan
respons imun tersebut kadang-kadang dapat dikaitkan
dengan infeksi virus atau pajanan obat tertentu atau zat
kimia tertentu. Sangat sedikit bukti adanya mekanisme
lain, seperti toksisitas langsung pada sel-sel asal atau
defisiensi fungsi faktor pertumbuhan hematopoietik.
Lagipula, derajat destruksi sel asal dapat menjelaskan
variasi perjalanan klinis secara kuantitatif dan variasi
kualitatif respons imun dapat menerangkan respons
tethadap terapi imunosupresif. Respons tethadap terapi
imunosupresif menunjukkan adanya mekanisme imun
yang bertanggung jawab atas kegagalan hematopoietik.
Kegagalan Hematopoietik
Kegagalan produksi sel darah bertanggung jawab ates
kosongnya sumsum tuang yang tampak jelas pada
ppemeriksaan apusan aspirat sumsum tulang atau spesimen
core biopsy sumsum tulang. Hasil pencitraan dengan
‘magnetic resonance imaging vertebra memperlinatkan
digantinya sumsum tulang oleh jaringan lemak yang
merata, Secara kuantitatif, sel-sel hematopoietik yang
imatur dapat dihitung dengan flow cytometry. Sel-sel
tersebut mengekspresikan protein cytoadhesive, yang
disebut CD34, Pada pemeriksaan flow cytometry, antigen
sel CD34 dideteksi secara fluoresens satu persatu,
sehingga jumlah sel-sel CD34* dapat dinitung dengan
tepat. Pada anemia aplastik, sel-sel CD34* juga hampir
tidak ada yang berarti bahwa sel-sel induk pembentuk
koloni ertroid, myeloid, dan megekaryositik sangat kurang
Jjumlahnya, Assay lain untuk sel-sel hematopoietik yang
sangat primitifdan “tenang' (quiescent), yang sangat mirip
jika tidak dapat dikatakan identik dengan sel-sel asal
juga memperlihatkan penurunan. Pasien yang mengalami
LmootT
‘stort
panstopenia mungkin telah mengalami penurunan
ppopulasi sel asal dan sel induk sampai sekitar 1% atau
kkurang, Defisiensi berat tersebut mempunyai konsekuensi
kualitatif, yang dicerminkan oleh pemendekan telomer
35 tahun atau
‘dengan HLA tidak ada HLA
‘matched sibling ‘matched sibling
Vv v
“Transplantasi Terapi
surnsum tulang imunosupresit
‘Ada respons
v
Tidak ada respons
v
Ulangl pemberian ATG/ALG
|
tk de respons i
‘Ada respons Faltor pertumbuhan
hhematopoietik atau
Kambuh /\\ Tidak kambuh ‘androgen atau
‘motched unrelared
transplant
Ulangi terapi Follow-up
immunosupresit teratur
Gambar 4. Aigoritme penatalaksanaan pasien anemia berat (Diambil dari Bagby, 2004)ANEMIA APLASTIK
umumnya selama 6 bulan. Berdasarkan hasil penelitan
pada pasien yang tidak berespons terhadap ATG kuda
AG kelinci tampaknya sama efektif dengan ATG kuda
‘Angka respons terhadap ATG kuda bervariasi dari 70-
80% dengan kelangsungan hidup 5 tahun 80-90%, ATG
lebih unggul dibandingkan CsA, dan kombinasi ATG dan
CsA memberikan has! lebih bak dibandingkan ATG atau
CsA Saja
Penambahan granulocyte colony-stimulating factor
(G-CSF) dapat memulihkan neutropenia tetapi tidak
menambah kelangsungan hidup. Namun respons aval
terhadap G-CSF setelah terapi ATG merupakan fektor
pprognostik yang baik untuk respons secara keseluruhan,
Secara umum, pasien yang berespons terhadap kombinasi
AATG/ CsA mempunyai Kelangsungan hidup yang sangat
baik, sedangkan mereka yang refrakter mempunyai
kelangsungan hidup yang kurang. Perhitungan pada 3
bulan setelah terapi ATG mempunyai korelasi yang baik
dengan prognosis angka panjang. Regimen imunosupresit
yang lebih baru memakai mycophenolate mofetil, dan
dalam konteks toksisitas CsA, Zenapax (ant-It-2 receptor
{CD25] monoctonal antibody) mungkin bermanfaattetapi
keampuhan obat-obat ini belum terbukti. Campath-1H
saat ini juga sedang diuji untuk keadean-keadeen refrakter
tuntuk mengkaji potensi pemanfaatnnya sebagai obat
imunosupresi.
Kegagalan terapi imunosupresif mung
mencerminkan undertreatment atau kelelahan cadangan
sel-sel asal sebelum pemulihan hematopoietik. Di
samping itu, tidak adanya respons terapi mungkin juga
disebabkan salah diagnosis atau adanya patogenesis
rnon-imun, seperti anemia aplastikherediter Relaps dapat
disebabkan penghentian dini imunosupresi, dan hitung
darah pasien sering masih tergantung CsA. Terapiinduksi
dengan regimen ATG masa kini atau bahkansiklofosfamia
dapat pula tidak cukup untuk mengeliminasi sel-sel T
autoimun.
Pasien-pasien refrakter dapat dioboti lagi dengan ATG
‘multipel, yang dapat menghasilkan kesembuhan (salvage)
ppada sejumlah pasien. Suatu peneltian pada pasien yang
fefrakter dengan ATG kuda, ATG Kelinci menghaslkan
angka respons 50% dan kelangsungan hidup jangka
panjang yang sangat balk
Siklofosfamid dosis tinggi telah dianjurkan sebagai
terapi lini pertama yang efektif untuk anemia aplastik
‘Angka respons yang tinggi dikaitkan dengan pencegahan
kekambuhan dan juga penyakit klonal. Narnun,sitopenia
yang berkepanjangan menghasilkan toksisitas yang
berlebihan akibat komplikasi neutropenik menyebabkan
enghentian uji Klinik. Follow-up jangka panjang pada
pasien yang mendapat sikiofosfamid memperlinatkan
bahwa relaps dan penyakit Konal dapat terjadi setelah
tetapi ini, Oleh karena itu, penggunaan siklofosfamid
2653
hanya untuk kasus-kasus tertentu atau sebagai bagian dari
Uj terkontrol dengan spektrum indikasi yang sempit.
‘ATG atau ALG diindikasikan pada: 1), Anemia aplastik
bbukan berat, 2). Pasen tidak mempunyai donor sumsum
tulang yang cocok, 3). Anemia aplastik berat, yang
bberurur lebih dari 20 tahun, dan pada saat pengobetan
tidak terdapat infeksi atau perdarahan atau dengan
aranulosit lebih dari 200/ rom’.
Karena merupakan produ biologis, pada terapi ATG