Anda di halaman 1dari 11

Halaman Judul

CRITICAL INSIDENCE REPORT


PEMBERIAN OBAT INJEKSI INTRAVENA DI RUANG
PERAWATAN INTERNA (L1AB) RS WAHIDIN SUDIROHUSODO
TAHUN 2019

OLEH :

FATMA SYAM, S. Kep

NIM : R014191031

PRESEPTOR KLINIK PRESEPTOR INSTITUSI

Hj. Nadirah, S.Kep., Ns Mulhaeriah, S.Kep., Ns., M.Kep., Sp.Kep.Mat

PROGRAM STUDI PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Tindakan Keperawatan

“Pemberian obat injeksi intravena”

B. Definisi Tindakan

Pemberian obat injeksi intravena adalah memberikan satu dosis obat yang

terukur langsung ke dalam sirkulasi sistemik (Jacob, R, & Tarachnand, 2014)

Obat merupakan salah satu bagian terpenting dalam proses penyembuhan

penyakit, pemulihan kesehatan dan juga pencegahan terhadap suatu penyakit.

penggunaan obat merupakan salah satu andalan utama pelayanan kesehatan.

Penentuan obat untuk pasien adalah wewenang dari dokter, tetapi para perawat

dituntut untuk turut bertanggung jawab dalam pengelolaan obat tersebut. Mulai dari

memesan obat sesuai order dokter, menyimpan dan meracik obat sesuai order

hingga memberikan obat kepada pasien. Memastikan bahwa obat tersebut aman

bagi pasien dan mengawasi akan terjadinya efek samping dari pemberian obat

tersebut pada pasien. Karena hal tersebut maka perawat dalam menjalankan

perannya harus dibekali dengan ilmu keperawatan sesuai UU No. 23 th. 1992 pasal

32 ayat 3.

Berdasarkan penelitian dari Auburn University di 36 rumah sakit dan nursing

home di Colorado dan Georgia, USA pada tahun 2002 dari 3216 jenis pemberian

obat 43 % diberikan pada waktu yang salah , 30 % tidak diberikan, 17 %

diberikandengan dosis yang salah , dan 4 % diberikan obat yang salah.

Dari hasil observasi dan wawancara sederhana yang peneliti lakukan dari

bulan Januari sampai Agustus tahun 2009 di rumah sakit Mardi Rahayu Kudus

1
didapatkan data sebagai berikut 30 % obat yang diberikan tidak didokumentasikan,

15 % obat diberikan dengan cara yang tidak tepat, 23 % obat diberikan dengan

waktu yang tidak tepat, 2 % obat tidak diberikan , 12 % 0bat diberikan dengan

dosis yang tidak tepat.

Pemberian obat Injeksi IV adalah pemberian obat kepada pasien sesuai

dengan anjuran yang telah dianjurkan yang dimasukkan melalui IV pasien agar

mendapatkan reaksi reaktif ke pasien

C. Prosedur dan Rasional Tindakan

Persiapan alat :
1. Obat dalam ampul atau vial
2. Spuit 5 mL, 10 mL
3. Swab alkohol
4. Sarung tangan sekali pakai
5. Cairan aquadest untuk pelarut obat
6. Jam tangan untuk menghitung kembali tetesan infus
7. Catatan pemberian obat
8. Bak suntik

No Prosedur Rasional Tindakan

1 Periksa instruksi dokter terkait nama Memastikan ketepatan dan keamanan

obat, dosis, dan jalur pemberiannya. pemberian obat

2 Ambil informasi obat seperti cara Memungkinkan perawat untuk

kerja obat, efek samping, tujuan, memberikan obat secara aman dan

dosi, dll memantau respon pasien terhadap

terapi

3 Jika obat yang diberikan melalui Obat iv bisa tidak konpatibel dengan

infus, lihat jenis cairan IV yang cairan IV yang diberikan

diberikan.

4 Periksa kondisi lokasi penusukan Obat tidak boleh diberikan jika area

jarum apakah ada tanda infiltrasi tersebut mengalami plebitis atau

atau plebitis atau tidak inflamasi

2
5 Periksa riwayat pasien terkait alergi Bolus IV memberikan reaksi obat

obat secara cepat sehingga reaksi alergi

dapat bersifat fatal

6 Ambil perlengkapan di ruangan obat Memastikan sterilisasi penyiapan obat

7 Cuci tangan dan pakai sarung tangan Mengurangi transmisi infeksi

8 Siapkan obat dari vial atau ampul

9 Periksa identitas pasien dengan Memastikan obat diberikan pada pasien

menanyakan nama dan cocokkan yang tepat

dengan nama yang ada pada kartu

obat

10 Jelaskan prosedur pada pasien, dan Memberitahu pasien mengenai terapi

instruksikan pada pasien untuk yang akan diberikan

melaporkan apabila ada rasa tidak

nyaman pada lokasi infus

11 Pilih saluran infus untuk Agar tidak terjadi kebocoran pada

menyuntikkan obat yang paling selang infus jika disuntikkan pada

dekat dengan pasien. Gunakan selang

saluran penyuntikan tiga jalur saat

memberikan obat.

12 Sambungkan spoit dengan jalur

infus:

1. Bersihkan jalur masuk


Membersihkan jalur masuk sebelum
dengan larutan antiseptic
memasukkan obat untuk mencegah
pada sistem yang tidak
masuknya miikroorganisme.
memerlukan penusukan

jarum kemudian sambungkan

ujung standar spoit yang

3
berisi obat.
2. Pada system yang

membutuhkan penusukan

jarum, pilih jalur yang

memang merupakan jalur


Menusukkan jarum berukuran kecil
penusukan jarum, kemudian
mencegah terjadinya kerusakan pada
bersihkan dengan swab
diafragma jalur
antiseptic dan tusukkan

jarum berukuran kecil pada

jalur yang telah dipilih


13 Sumbat jalur infus dengan mencubit Memastikan obat masuk ke dalam

selang tepat diatas jalur penyuntikan aliran darah

obat. Tarik pendorong spoit secara

perlahan untuk mengaspirasi darah

14 Sumtikkan obat secara perlahan Penyuntikan IV secara cepat dapat

setelah darah terlihat saat aspirasi berakibat fatal

15 Perhatikan lokasi infus selama Merupakan tanda infiltrasi ke dalam

penyuntikan, apakan bengkak atau jaringan di sekitar vena

tidak

16 Lepaskan selang setelah penyuntikan secara bolus dapat

penyuntikan obat, lepaskan spoit, mengubah kecepatan tetesan infus.

dan periksa kembali kecepatan Infus yang terlalu cepat dapat

tetesan infus menimbulakan kelebihan volume caira

tubuh.

17 Buang jarum dan spoit pada tempat Mencegah tertusuknya oleh jarum

yang seharusnya

18 Lepaskan sarung tangan dan cuci Menghindari terjadinya infeksi.

4
tangan

19 Pantau pasien setelah pemberian Obat IV bekerja dengan cepat

obat, apakah ada reaksi buruk atau

tidak setelah pemberian obat

20 Dokumentasi dokumentasi tepat

waktu mencegah kesalahan

pamberian obat

BAB II
KESENJANGAN ANTARA TEORI DAN PRAKTIK

Pemberian obat injeksi IV adalah salah satu tindakan yang paling sering

dilakukan di ruang Lontara 1 atas belakang RS. DR. Wahidin Sudirohusodo.

Teori pemberian obat injeksi IV dan tindakan yang dilakukan dilahan tidak jauh

berbeda. Tetapi masih ada beberapa hal yang sangat penting dilakukan namun

belum dilaksanakan dengan baik. Adapun kesenjangan antara teori dan tindakan

yaitu:
a. Beberapa perawat masih belum menerapkan prinsip 7 Benar dalam

pemberian obat. Teori menjelaskan bahwa sebelum melakukan pemberian

obat sebaiknya terlebih dahulu melakukan prinsip 7 benar pemberian obat

yaitu :
1) Benar pasien
2) Benar indikasi
3) Benar obat
4) Benar dosis
5) Benar rute
6) Benar waktu
7) Benar dokumentasi
b. Beberapa perawat masih belum memberikan informasi ke pasien maupun ke

keluarga pasien terkait obat yang akan diberikan. Teori menjelaskan bahwa

pasien berhak mendapatkan informasi terkait tindakan yang akan diberikan

5
kepada pasien dan pasien berhak menolak tindakan tersebut hal ini telah

diatur oleh undang-undang.

BAB III
ANALISA BERDASARKAN EBP

a. Perawat harus memperhatikan tanggal kadaluarsa suatu obat, hal ini

dikarenakan obat yang telah kadarluarsa kemungkinan mengalami

perubahan kadar dan mutu obat. Kadarluarsa obat dapat menyebabkan obat

tidak bekerja secara optimal atau mungkin menjadi toksik dan dapat

mengancam kesealamatan jiwa serta menimbulkan kasus retensi pada

antibiotik.
Tugas terpenting dari seorang perawat adalah memberikan obat yang aman

dan akurat kepada pasien. Obat merupakan alat utama terapi untuk

mengobati pasien. Obat bekerja menghasilkan efek terapeutik yang

bermanfaat. Obat dapat menguntungkan pasien dalam banyak hal, obat juga

dapat meninimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi

menimbulkan efek yang berbahaya bila terjadi kesalahan dalam

pemberiannya.
Rumah sakit dengan akreditasi baik tindakan keperawatan yang dilakukan

haruslah bermutu tinggi, namun dengan berbagai macam perawat dengan

tingkat pendidikan yang berbeda maka prinsip benar pemberian obat harus

dilakukan dengan baik, salah satunya dengan penerapan prinsip 7 benar

pemberian obat untuk mengurangi terjadinya kesalahan atau keteledoran

dalam pemberian obat.


b. Informed consent merupakan kesepakatan antara tenaga kesehatan dengan

pasien, yang diawali dengan pemberian informasi tentang penyakit dan

6
prosedur tindakan yang akan dilakukan kepada pasien yang kemudian

dilanjutkan dengan persetujuan atau penolakan pasien. Ketentuan informed

consent telah diatur dalam


1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang

kesehatan
2) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang

Praktik kedokteran dan penjelasannya


3) Kode Etik Rumah Sakit Indonesia (KODERSI)
4) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 585/Men.Kes/Per/IX/1989

tentang persetujuan tindakan medis


5) Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1419/Men.Kes/Per/X/2005

tentang penyelenggaraan praktik kedokteran


6) Peraturan pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
7) Surat keputusan PB IDI No 319/PB/A4/88

Informasi tentang tindakan medis harus diberikan kepada pasien, baik

diminta maupun tidak diminta oleh pasien. Menahan informasi tidak boleh,

kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut dapat merugikan

kepentingan pasien. Dalam hal ini petugas kesehatan dapat memberikan

informasi kepada keluarga terdekat pasien, bentuk informed conset yaitu :

1) Implie Consent (dianggap diberikan)


Petugas kesehatan dapat menangkap persetujuan tindakan medis tersebut

dari isyarat yang diberikan/dilakukan pasien


2) Expressed Consent (dinyatakan)
Dapat dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dalam tindakan medis

yang bersifat invasive dan mengandung resiko, petugas kesehatan

sebaiknya mendapatkan persetujuan secara tertulis, atau yang dikenal

sebagai surat izin operasi

Tabel Rekomendasi Tindakan

No. Tindakan Teori Rekomendasi

1. Beberapa perawat Sebaiknya sebelum


Teori menjelaskan bahwa sebelum

7
masih belum melakukan pemberian obat
melakukan pemberian obat
menerapkan diperhatikan apakah ini
sebaiknya terlebih dahulu
prinsip 7 Benar sudah pasien yang benar,
melakukan prinsip 7 benar
dalam pemberian dengan indikasi yang benar,
pemberian obat yaitu :
obat dengan obat yang diberikan

- Benar pasien benar, dengan dosis yang


- Benar indikasi
- Benar obat diberikan benar, dengan rute
- Benar dosis
- Benar rute pemberian obat yang
- Benar waktu
- Benar dokumentasis diberikan sudah benar,

dengan waktu pemberian

obat sudah benar, dan dengan

benar pendokumentasiannya

2. Beberapa perawat Teori menjelaskan bahwa pasien Sebaiknya sebelum

masih belum berhak mendapatkan informasi melakukan pemberian obat

memberikan terkait tindakan yang akan diberikan pasien diberi penjelasan

informasi ke kepada pasien dan pasien berhak terkait tindakan yang akan

pasien maupun ke menolak tindakan tersebut hal ini dilakukan obat yang akan

keluarga pasien telah diatur oleh undang-undang diberikan dan efek samping

terkait obat yang yang akan didapat setelah

akan diberikan pemberian obat ini dan

pasien berhak menolak

tindakan yang akan diberikan

8
DAFTAR PUSTAKA

Jacob, A., R, R., & Tarachnand, J. S. (2014). Buku ajar clinical nursing

procedures jilid satu (2nd ed.). Tangerang Selatan.

Kerangan Johanis.(2013).Tinjauan Yuridis Persetujuan Tindakan Medis

(Informed Consent) Pada Pasien Kondisi Tidak Sadar di Instalasi rawat Darurat

(IRD).Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Institute of Medicine. To Err is Human: Building a Safer Health System.

Washintong: Natonal Academy Press;1999.

9
Pratama, I. D. G. M., Prabowo, T., Rahil, N. H. ( n. d). The relation between

nurse’s knoledge levels with right principle implementation of medication on

injection action at RSUD Wates.

Stephani, P., Aryo, D., Cecilia, W. (2015). Factors hindering The 7 right SOP

implementation of drug delivery in inpatient ward Panti Nirmala Hospital.

Jurnal Kedokteran Brawijaya vol. 28, No. 2.

10

Anda mungkin juga menyukai