Anda di halaman 1dari 51

GAMBARAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM MERAWAT

PASIEN GANGGUAN JIWA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS


BABAKAN SARI

PROPOSAL SKRIPSI

Untuk Memenuhi Sebagai Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Keperawatan (S.Kep)


Pada Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan
Universitas BSI Bandung

Oleh :
ISMALLOH HANIF
NIM. 88150031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITASBSI BANDUNG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut data WHO (2016) kesehatan jiwa di dunia saat ini masih

menjadi salah satu masalah kesehatan yang signifikan, Yosep (2007) menyatakan

bahwa, paling tidak satu dari empat penduduk di dunia menderita gangguan jiwa,

sedangkan saat ini diperkirakan ada 450 juta penduduk dunia mengalami

gangguan jiwa. Di Indonesia dengan berbagai keanekaragaman seperti faktor

biologis, psikologis, dan sosial, maka jumlah kasus gangguan jiwa terus

meningkat yang dapat berdampak pada pertambahan beban negara dan

produktivitas manusia dalam jangka panjang (Kemenkes, 2016). Gangguan jiwa

dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu gangguan jiwa berat dan gangguan jiwa

ringan (Yosep, 2007)

Menurut World Health Organisasi (WHO) dalam Yosep (2013) Fenomena

gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan, dan

setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita gangguan jiwa

bertambah. WHO menyatakan setidaknya ada satu dari empat orang didunia

mengalami masalah mental, dan masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di

seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius. Menurut data Riset

Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 mencatat jumlah prevalensi gangguan jiwa

berat nasional 1,7 per mil atau sebanyak 400.000 orang (Riskesdas, 2013)
Permasalahan kesehatan jiwa semakin lama akan semakin besar dan akan

menimbulkan beban keehatan yang signifikan. Menurut data Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia (KEMENKES RI, 2013) prevalensi nasional

gngguan jiwa adlah 1,7 permil 1.000 gangguan jiwa yang terajadi saat ini

menimbulkan m masalah baru yang disebabkan ketidak mampuan dan gejala-

gejala yang ditimbulkan oleh penderita (Riskesdas 2013). Menurut data dari

dinas kesehatan (Dinkes 2018) menegaskan bahwa puskesmas di kota Bandung

yang terbanyak pasien gangguan jiwa adalah UPT Babakan sari , sebanyak 529

pasien, dengan laki laki sebanyak 307 pasien dan perempuan sebanyak 222

pasien.

Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan

(volition), emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2013). Gangguan jiwa

adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan

fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau hambatan dalam

melaksanakan peran sosial (Keliat dkk, 2014). Menurut Maramis (2008) tanda dan

gejala dari gangguan jiwa yaitu gangguan kesadaran, gangguan ingatan, gangguan

orientasi, gangguan psikomotor, gangguan proses berpikir, gangguan persepsi,

gangguan intelegensi, gangguan keperibadian dan gangguan penampilan.

Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal.

Namun, menurut Yosep (2014), ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini.

Pertama, gangguan fisik, biologis atau organik, (Yosep, 2014) Penyebabnya antara

lain berasal dari faktor keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi, kecanduan

obat dan alkohol. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan.


Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan

yang patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan

tekanan krisis. Ketiga, gangguan sosial atau lingkungan. Penyebabnya dapat

berupa stressor psikososial seperti perkawinan, problem orangtua, (Yosep, 2014).

Peran keluarga penting dalam mencegah kekambuhan pada klien dengan

gangguan jiwa. Keluarga harus mempunyai dukungan yang tinggi dalam

memberikan dukungan kepada anggota keluarga yang menderita gangguan jiwa,

sehingga perawatan yang diberikan dapat maksimal, agar klien dengan gangguan

jiwa bisa dapat kembali ke keluarga dan diterima oleh masyarakat (Sisky, 2011).

Dukungan pada keluarga klien dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, nilai atau

keyakinan, emosi, persepsi dan lingkungan. Pengetahuan bertujuan untuk

mengelompokkan tingkah laku suatu individu yang diinginkan, bagaimana cara

berfikir, berbuat sebagai suatu unit pengetahuan yang diberikan. Berdasarkan

hasil penelitian Aprilis (2016), diketahui bahwa sebesar 46,6% keluarga pasien

yang kurang memberikan dukungan terhadap pasien gangguan jiwa. Sebaliknya

keluarga yang tidak mendukung akan menyebabkan pasien tidak dapat pulih dan

akhirnya menyebabkan proses penyembuhan yang lama. Hasil penelitian

Wulansih dan Widodo (2008), dukungan terhadap klien gangguan jiwa dapat

dipengaruhi oleh rendahnya dukungan dari keluarga sebagai tenaga penggerak

dalam proses penyembuhan.

Hasil penelitian Sisky (2011), didapatkan bahwa 51,3 % keluarga memiliki

dukungan rendah, 58,8 % berpengetahuan rendah, 65,0 % memiliki nilai atau

keyakinan yang rendah, 61,3 % memiliki emosi yang tidak stabil, 57,5 % memiliki
persepsi yang negatif, diketahui ada hubungan yang bermakna antara

pengetahuan, nilai atau keyakinan, emosi dan persepsi dengan dukungan keluarga

dalam memberikan dukungan terhadap klien gangguan jiwa untuk mencegah

kekambuhan pada klien gangguan jiwa. Keluarga merupakan faktor yang sangat

penting dalam proses kesembuhan klien gangguan jiwa, karena keluarga

merupakan lingkungan terdekat pasien. Angka kekambuhan pada pasien

gangguan jiwa tanpa terapi keluarga sebesar 25-50%, sedangkan angka kambuh

pada pasien yang mendapatkan terapi keluarga adalah sebesar 5-10% (Nasir &

Muhith, 2011).

Menurut Santoso (2009), dukungan keluarga itu sangat penting karena salah

satu pencetus gangguan jiwa itu adalah perasaan “ditelantarkan,” atau tidak

mendapat perhatian yang memadai dari keluarga. Sayangnya, banyak keluarga

pasien yang tidak paham dan hanya memberikan uang untuk perawatan dan

menyerahkan penanganannya kepada tenaga medis dan pengasuhnya. Padahal

dalam proses penyembuhan, dukungan keluarga sangatlah penting ( Santoso

2009). Menurut Suryono (2014), keluarga yang memiliki anggota keluarga

gangguan jiwa dan tidak memiliki dukungan keluarga akan memasung atau

menyembunyikannya karna bagi mereka itu adalah aib bagi keluarga.

Sebuah studi melaporkan bahwa 77% klien dengan penyakit kronis merasa

membutuhkan dukungan dari keluarganya (Rubin & Peyrot, 2002). Beberapa

penelitian mengenai dukungan keluarga telah dilakukan yang berkaitan dengan

proses penyembuhan pasien gangguan jiwa yang menjalani pengobatan lanjut,

seperti penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2008), menyatakan adanya


hubungan antara dukungan keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa.

Penelitian lain oleh Yudi Pratama (2013), menunjukkan bahwa dukungan

keluarga yang buruk, pasien mengalami kekambuhan sebanyak 81,8% sedangkan

dukungan keluarga yang baik, pasien tidak mengalami kekambuhan sebanyak

88,9% (Yudi Pratama, 2013)

Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “gambaran dukungan keluarga dalam merawat pasien

gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas babakan sari kota bandung”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah penilitian ini adalah “ bagaimana gambaran dukungan

keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas

Babakan Sari “.

1.3 Tujuan

Untuk mengetahui gambaran dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga yang mengalami gangguan jiwa.

1.4 Manfaat

1.4.1. Secara teoritis

1. Bagi peneliti untuk menambah wawasan, menambah ilmu

kesehatan jiwa dan dapat menemukan dan memecahkan

permasalahan yang ada.

2. Bagi Institusi Pendidikan yaitu untuk menambah literatur tentang

penderita gangguan jiwa, dan hasil penelitian dapat digunakan


sebagai sumber dalam pengembangan ilmu pengetahuan penelitian

selanjutnya.

1.4.2. Secara praktis

1. Bagi Keluarga dapat dijadikan sebagai masukan untuk membantu

proses penyembuhan dan untuk memberikan dukungan yang tepat.

2. Bagi masyarakat dapat dijadikan sebagai masukan dan evaluasi untuk

meningkatkan dan menjaga kesehatan terutama kesehatan jiwa.

3. Bagi peneliti selanjutnya diharpkan penelitian ini dapat menambah

wawasan dalam mengaplikasikan pengetahuan yang didapat selama

pendidikan dan dijadikan sebagai bahan pengembangan untuk

penelitian selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1. Konsep dasar gangguan jiwa

2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa menurut Yosep (2014), adalah suatu keabnormalan

yang terbagi dalam dua golongan, yakni gangguan jiwa neurosa dan

gangguan jiwa psikosa. Orang yang terkena neurosa masih mengetahui dan

merasakan kesukarannya, serta kepribadiannya tidak jauh dari realitas

dan masih hidup dalam alam kenyataan pada umumnya, sedangkan

orang yang terkena psikosa tidak memahami kesukaran-kesukarannya,

kepribadiannya (dari segi tanggapan, perasaan/emosi, dan dorongan

motivasinya sangat terganggu), tidak ada integritas dan ia hidup jauh dari

alam kenyataan. Gangguan jiwa adalah gangguan pada fungsi jiwa

individu yang dapat menimbulkan hambatan atau penderitaan individu

dalam melaksanakan peran sosialnya (Keliat, 2013). Orang dengan

gangguan jiwa memiliki masalah pada pola pikir, kemauan, emosi dan

tindakan (Maramis, 2010). Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari

keadaan-keadaan yang tidak normal, baik yang berhubungan dengan

fisik, maupun dengan mental (Yosep, 2009). Gangguan jiwa atau mental

illness adalah kesulitan yang harus dihadapi oleh seseorang karena

hubungannya dengan orang lain, kesulitan karena persepsinya tentang


kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-sendiri (Budiman,

2010).

2.1.2 Tanda dan Gelaja Gangguan Jiwa

Gejala-gejala gangguan jiwa adalah hasil interaksi yang kompleks

antara unsur somatic, psikologik, dan sosio-budaya. Gejala-gejala inilah

sebenarnya menandakan dekompensasi prosesadaptasi dan terdapat

terutama pemikiran, perasaan dan perilaku (Maramis, 2010). Tanda-

tanda umum yang sering dijumpai pada pendertita dengan gejala

gangguan jiwa menurut Yoseph (2011), gangguan kognisi, gangguan

perhatian, gangguan ingatan, gangguan pikiran, gangguan kesadaran,

gangguan kemauan, gangguan emosi dan afek.

Tanda dan Gejala gangguan jiwa secara umum menurut Yosep

(2009) terdiri dari :

1) Gangguan kognisi adalah merasa mendengar atau melihat sesuatu

yang sebenarnya tidak hanya muncul dari dalam diri individu. Hal

ini sering disebutdengan Halusinasi.

2) Ketegangan adalah munculnya perasaan cemas yang berlebihan,

putus asa, murung, gelisah, takut, serta pikiran-pikiran yang buruk.

3) Gangguan emosi adalah individu biasanya merasa senang yang

berlebihan namun beberapa menit kemudian pasien bisa merasa


sangat sedih, menangis dan tak berdaya sampai ada keinginan untuk

bunuh diri.

4) Gangguan psikomotor hiperaktivitas adalah individu melakukan

pergerakan yang berlebihan. Misalnya melakukan gerakan-gerakan

yang aneh seperti meloncat-loncat, berjalan maju mundur serta

menentang apa yang disuruh.

5) Gangguan kemauan adalah individu tidak memiliki kemauan serta

sulit untuk membuat keputusan atau memulai tingkah laku.

2.1.3 Penyebab Gangguan Jiwa

Ada banyak teori dan pendapat ahli

mengenai penyebab gangguan jiwa. Menurut Yoseph (2011)

penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh beberapa faktor

yang secara terus menerus saling terkait dan saling

mempengaruhi, terdiri dari :

1.) Faktor somatik

Faktor stomatik adalah adanya gangguan pada

neurofisiologi, neuroanatomi, dan neurokimia termasuk pada

tingkat perkembangan, kematangan, serta pre dan perinatal.


2) Faktor psikogenik

Factor psikogenik adalah adanya interaksi ibu, anak,

peranan ayah, hubungan dalam keluarga serta pekerjaan.

Selain itu adanya factor intelegensi, perkembangan emosi,

konsep diri dan pola adaptasi akan mempengaruhi

kemampuan individu untuk menghadapi suatu masalah.

3) Faktor sosial budaya

Factor social budaya adalah cara pola asuh,

ekonomi dan kelompok minoritas seperti diskriminasi

fasilitas kesehatan, kesejahteraan, ras dan keagamaan

(Maramis, 2010).

Penyebab Gangguan Jiwa menurut Stuart (2013) terdiri dari :

1) Faktor Biologis terdiri dari keturunan, jasmani, tempramen,

cedera tubuh (Stuart, 2013)

a. Keturunan

Penyebab gangguan jiwa masih belum diketahui secara

pasti akan tetapi terjadinya gangguan jiwa sangat ditunjang

oleh faktor lingkungan uyang tidak sehat.


b. Jasmani

Gangguan jiwa yang terjadi berhubungan dengan

bentuk tubuh seseorang. Misalnya individu yang

bertubuh gemuk cendrung menderita psikosa manic

depresif sedangkan individu yang bertubuh kurus

biasanya menderita skizofrenia.

c. Tempramen

Seseorang yang peka/sensitive biasanya memiliki

masalah pada kejiwaan, ketegangan dan cendrung

mengalami gangguan jiwa.

d. Cidera tubuh

Seseorang yang memiliki penyakit tertentu seperti

penyakit jantung, kanker dan sebagainya dapat

menyebabkan murung dan sedih.

2) Faktor Psikologis

Pengalaman yang pernah dialami seperti kegagalan,

frustasi, dan keberhasilan yang merubah sikap, kebiasaan dan

sifatnya.
3) Faktor presipitasi

Situasi dimana individu tidak mampu menyesuaikan diri

dengan lingkungannya. Misalnya lingkungan dan stressor

dapat mempengaruhi gambaran diri dan hilangnnya bagian

badan, tindakan operasi, proses patologi penyakit,

perubahan struktur dan fungsi tubuh, proses tumbuh

kembang dan prosedur tindakan serta pengobatan.

2.2 Konsep Dasar Keluarga

2.2.1 Pengertian Keluarga

Keluarga berasal dari bahasa Sansekerta, yang terdiri dari dua

kata yakni “Kula” dan “Warga” yang berarti anggota kelompok

kerabat. Banyak ahli menguraikan pengertian keluarga sesuai dengan

perkembangan sosial masyarakat. Berikut akan dikemukakan

beberapa pengertian keluarga

1. Menurut (NasirA& Muhith A, 2011), keluarga adalah sekelompok

orang yang dihubungkan oleh keturunan atau perkawinan. Menurut

World Health Organisation (WHO), keluarga adalah anggota rumah

tangga yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi atau

perkawinan. Keluarga adalah sebuah unit terkecil dalam kehidupan

sosisal dalam masyarakat yang terdiri atas orang tua dan anak baik

yang berhubungan melalui pertalian darah perkawinan, maupun

adopsi.
2. Menurut Andarmoyo (2016) keluarga merupakan unit terkecil dalam

masyarakat yang merupakan klien penerima asuhan keperawatan,

keluarga berperan dalam menentukan cara asuhan yang diperlukan

bagi anggota keluarga yang sakit

3. Padila (2012) keluarga sebagai dua orang atau lebih yang disatukan

oleh ikatan kebersamaan dan ikatan emosional serta

mengidentifikasikan diri mereka sebagai bagian dari keluarga. .

Dari beberapa pengertian yang telah dikemukakan para ahli

diatas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga yang

tinggal bersama dibawah satu atap bersama beberapa orang yang

mempunyai ikatan darah, yang saling bergantung, mempunyai ikatan

kebersamaan dan juga ikatan emosional.

2.2.2 Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga Fungsi dasar keluarga adalah memenuhi anggota

keluarga. Lima fungsi keluarga menurut Friedman (2010) adalah :

a. Fungsi Afektif

Fungsi afektif merupakan suatu basis sentral bagi pembentukan

dan keberlangsungan unit keluarga dengan demikian funsi afektif

merupakan fungsi paling viral. Tujuan dari fungsi afektif untuk

stabilitas kepribadian kaum dewasa, memuhi kebutuhan kebutuhan

para anggota keluarga. Keluarga harus memenuhi kebutuhan kasih

sayang dari anggotanya karena respon afektif dari seorang anggota


keluarga merupakan penghargaan terhadap kehidupan keluarga. Pada

keluarga dengan gangguan jiwa harus memberikan reinforcement

positif terhadap segala kemampuan yang sudah dilakukan penderita

dengan tujuan untuk meningkatkan harga diri positif.

b. Fungsi Sosialisasi

Fungsi ini bertujuan untuk mengajarkan bagaimana berfungsi dan

menerima peran peran sosial dewasa. Keluarga memiliki

tanggungjawab untuk mentransformasikan seorang anak menjadi

menjadi seorang individu yang dapat bersosialisasi dalam masyarakat.

Keluarga diharapkan dapat membantu penderita gangguan jiwa

mampu melakukan hubungan sosial baik didalam lingkungan keluarga

itu sendiri maupun diluar lingkungan seperti berinteraksi dengan

tetangga sekitarnya, berbelanja, memanfaatkan transportasi umum

maupun melakukan iteraksi dalam kelompok yang ada di wilayah

tempat tinggalnya.

c. Fungsi Reproduksi

Salah satu fungsi dasar keluarga adalah menjamin kontinuitas

keluarga antar generasi dan masyarakat, fungsi reproduksi ini

bertujuan untuk menjaga kelangsungan generasi dan juga

keberlangsungan hidup masyarakat. Keluarga dengan gangguan jiwa

harus mempertahankan kualitas hidup setiap anggota keluarganya

agar keberlangsungan generasi tetap terjaga.


d. Fungsi Ekonomis

Fungsi ekonomis meliputi ketersediaan sumber sumber dari

keluarga secara finansial, dan pengalokasian sumber tersebut yang

sesuai melalui proses pengambilan keputusan. Kemampuan keluarga

seperti sandang, pangan, papan dan perawatan kesehatan memadai

merupakan suatu persfektif tentang sistem nilai keluarga itu sendiri.

Kemampuan keluarga juga harus mendukung anggota keluarga

dengan gangguan jiwa untuk memanfaatkan sumber sumber finansial

yang tersedia baik dari keluarga itu sendiri maupun pemerintah

seperti askeskin agar pengobatan penderita tetap berkelanjutan.

Keluarga juga mengaarkan penderita untuk mengelola keuangan

sesuai kebutuhan penderita.

e. Fungsi Perawatan Kesehatan

Perawatan kesehatan keluarga adalah tingkat perawatan kesehatan

masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga pada unit

atau kesatuan yag dirawat, denngan sehat sebagai tujuan melalui

pegobatan sebagai saran atau penyalur, Bailon dan Maglaya

(1978)dalam Puspitasari (2015).Fungsi perawatan kesehatan yaitu

fungsi untuk mempertahankan kesehatan anggota keluarga agar

memiliki produktivitas tinggi.Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas

keluarga dibidang kesehatan. Perawatan kesehatan dan praktik praktik

sehat yang mempengaruhi status kesehatan anggota keluarga secara

individual.Perawatan yang berkesinambungan mengurangi angka


kekambuhan bagi penderita gangguan jiwa. Pentingnya keluarga

memotivasi dan membantu penderita untuk melakukan kontrol

secara rutin ke fasilitas pelayanan kesehatan yang terdekat seperti

puskesmas.

2.2.3 Tipe Keluarga

Menurut Harmoko (2012), keluarga yang memerlukan pelayanan

kesehatan berasal dari berbagai macam pola kehidupan. Agar dapat

mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat

kesehatan, kita perlu memahami berbagai tipe keluarga, yaitu

1. Nuclear Family (Keluarga inti)

Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan anak tinggal dalam satu

rumah dalam suatu ikatan perkawinan.

2. Extend Family (Keluarga besar)

Extend Family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,

misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan

sebagainya.

3. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri, tinggal dalam pembentukan satu rumah dengan anak-

anaknya.
4. Middle Age/Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya bekerja

di rumah, anak-anak sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/meniti karier.

5. Dyadic Nuclear

Suami istri yang sudag berumur dan tidak mempunyai anak.

Keduanya/salah satu bekerja di rumah.

6. Single parent

Satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian pasangannya dan

anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.

7. Dual Carier

Suami istri atau keduanya berkarir dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

8. Commuter Married

Suami istri/keduanya orang karir dan tinggal terpisah pada jarak

tertentu, keduanya saling mencari pada waktu tertentu.

9. Single Adult

Wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah.

10. Three generation

Tiga generasi atau lebih yang tinggal dalam satu rumah.


11. Institusional

Anak-anak atau orang-orang dewasa yang tinggal dalam suatu panti-

panti.

12. Comunal

Satu rumah terdiri dari dua atau lebih pasangan yang monogami

dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan fasilitas.

13. Group marriage

Suatu perumahan terdiri dari orang tua dan keturunannya di dalam

satu kesatuan keluarga dan tiap individu akan menikah dengan yang

lain dan semua adalah orang tua dari anak-anak.

14. Unmaried parent and child

Ibu dan anak yang menikah dimana pernikahan tidak dikehendaki,

anaknya diadopsi.

15. Cohibing couple

Dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa pernikahan.

Dari sekian macam tipe keluarga, maka secara umum di Indonesia dikenal

dua tipe keluarga, yaitu:

1. Tipe Keluarga Tradisional

a. Keluarga inti

Suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan anak

(kandung/angkat).

b. Keluarga besar
Keluarga inti ditambah keluarga lain yang mempunyai

hubungan darah misal kakek, nenek, paman, bibi.

c. Single parent

Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua

dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan

kematian atau perceraian.

d. Single adult

Suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang dewasa.

e. Keluarga lanjut usia

Terdiri dari suami istri lanjut usia.

2. Tipe Keluarga Non Tradisional

a. Commune family

Lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.

b. Orangtua (ayah ibu)

Orangtua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak

hidup bersama dalam satu rumah tangga.

c. Homosexual

Dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu

rumah tangga.
2.3 Dukungan keluarga

2.3.1 Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang

masa kehidupan, sifat dan jenis dukungan berbeda dalam berbagai tahap-

tahap siklus kehidupan. Dukungan keluarga dapat berupa dukungan

sosial keluarga internal dan eksternal (Friedman, 2010). Dukungan

keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu

menyelesaikan suatu masalah. Apabila ada dukungan, maka rasa percaya

diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang akan

terjadiakanmeningkat (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Menurut

Friedman (2013),dukungan keluarga adalah proses yang terjadi terus

menerus disepanjang masa kehidupan manusia. Dukungan keluarga

berfokus pada interaksi yang berlangsung dalam berbagai hubungan

sosial sebagaimana yang dievaluasi oleh individu. Dukungan

keluargaadalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap

anggotanya. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan. Jadi dukungan sosial keluarga mengacu kepada dukungan-

dukungan sosial yang dipandang oleh anggota keluarga sebagai sesuatu

yang dapat diakses atau diadakan untuk keluarga yang selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan (Erdiana, 2015).


2.3.2 Jenis – Jenis Dukungan Keluarga

Jenis Dukungan KeluargaMenurut Friedman (2013) sumber

dukungan keluarga terdapat berbagai macam bentuk seperti :

1) Dukungan informasional

Dukungan informasional adalah keluarga berfungsi sebagai

pemberi informasi, dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian

saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu

masalah.

2) Dukungan penilaian atau penghargaan

Dukungan penilaian adalah keluarga yang bertindak membimbing

dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator

indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support,

penghargaan, perhatian.

3) Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya adalah dalam hal

kebutuhan keuangan, makan, minum dan istirahat.

4) Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman

dan damai untuk istirahat serta pemulihan dan membantu penguasaan

terhadap emosi. Dukungan emosional meliputi dukungan yang

diwujudkan dalam bentuk adanya kepercayaan dan perhatia


2.3.4 Tujuan Dukungan Keluarga

Suwardiman (2011) menyatakan bahwa sumber dukungan

keluarga, dimana dukungan keluarga mengacu pada dukungan yang

dipandang oleh keluarga sebagai sesuatu yang dapat diakses atau diadakan

untuk keluarga, tetapi keluarga memandang orang yang bersifat

mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika

diperlukan. Manfaat dukungan keluarga menurut Friedman (1988) dalam

Suwardiman (2011), adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa

kehidupan, sifat dan jenis dukungan sosial berbeda-beda namun demikian

keluarga mampu berfungsi dalam kepandaian dan akal sehingga akan

meningkat kesehatan dan adaptasi dalam kehidupan. Ryan dan Austin

dalam Friedman (1988) dikutip oleh Suwardiman (2011), menyatakan

secara lebih spesifik, keberadaan dukungan keluarga yang adekuat

terbukti berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih mudah

sembuh, dan pemulihan fungsi kognitif, fisik, serta kesehatan emosi.

2.3.5 Faktor – Faktor Dukungan Keluarga

Menurut Purnawan (2008) dalam Rahayu (2008) faktor-faktor yang

mempengaruhi dukungan keluarga adalah

a. Faktor internal

1. Tahap perkembangan

Arti dukungan dapat ditentukan oleh factor usia dalam hal ini adalah

pertumbuhan dan perkembangan, dengan demikian setiap rentang usia


(bayi-lansia) memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan

kesehatan yang berbeda-beda.

1. Pendidikan atau tingkat pengetahuan

Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan

terbentuk oleh variabel intelektual yang terdiri dari pengetahuan,

latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu.

Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang

termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang

berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan

tentang kesehatan untuk menjaga kesehatan dirinya.

2. Faktor emosi

Faktor emosional juga mempengaruhi keyakinan terhadap

adanya dukungan dan cara melakukannya. Seseorang yang

mengalami respon stress dalam setiap perubahan hidupnya

cenderung berespon terhadap berbagai tanda sakit, mungkin

dilakukan dengan cara mengkhawatirkan bahwa penyakit tersebut

dapat mengancam kehidupannya. Seseorang yang secara umum

terlihat sangat tenang mungkin mempunyai respon emosional

yang kecil selama ia sakit. Seorang individu yang tidak mampu

melakukan koping secara emosional terhadap ancaman penyakit

mungkin.
3. Spiritual

Aspek spiritual dapat terlihat dari bagaimana seseorang

menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang

dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan

kemampuan mencari harapan dan arti dalam hidup.

b. Eksternal

1. Praktik di keluarga

Cara bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya

mempengaruhi penderita dalam melaksanakan kesehatannya. Misalnya,

klien juga kemungkinan besar akan melakukan tindakan pencegahan

jika keluarga melakukan hal yang sama.

2. Faktor sosio-ekonomi

Faktor sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko

terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan

dan bereaksi terhadap penyakitnya. Variabel psikososial mencakup:

stabilitas perkawinan, gaya hidup, dan lingkungan kerja.Seseorang

biasanya akan mencari dukungan dan persetujuan dari kelompok

sosialnya, hal ini akan mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara

pelaksanaannya. Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia

akan lebih cepat tanggap terhadap gejala penyakit yang dirasakan.

Sehingga ia akan segera mencari pertolongan ketika merasa ada

gangguan pada kesehatannya.


3. Latar belakang budaya

Latar belakang budaya mempengaruhi keyakinan, nilai dan

kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk cara

pelaksanaan kesehatan pribadi.

2.3.6 Manfaat Dukungan Keluarga

Menurut Setiadi (2008), dukungan sosial keluarga memiliki efek terhadap

kesehatan dan kesejahteraan yang berfungsi secara bersamaan. Adanya

dukungan yang kuat berhubungan dengan menurunnya mortalitas, lebih

mudah sembuh dari sakit, fungsi kognitif, fisik, dan kesehatan emosi. Selain

itu, dukungan keluarga memiliki pengaruh yang positif pada pemyesuaian

kejadian dalam kehidupan yang penuh dengan stress.Dukungan sosial

keluarga adalah sebuah proses yang terjadi sepanjang masa kehidupan, sifat

dan jenis dukungan sosial keluarga berbeda-beda dalam berbagai tahap-tahap

siklus kehidupan. Namun demikian dalam semua tahap siklus kehidupan,

dukungan sosial keluarga membuat keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal. Sebagai akibatnya hal ini meningkatkan

kesehatan dan adaptasi keluarga (Friedman, 2013).Sedangkan Smet (2000)

mengungkapkan bahwa dukungan keluarga akan meningkatkan :

1) Kesehatan fisik, individu yang mempunyai hubungan dekat dengan

orang lain jarang terkenapenyakit dan lebih cepat sembuh jika terkena

penyakit dibanding individu yang terisolasi


2) Manajemen reaksi stres, melalui perhatian, informasi, dan umpan balik

yang diperlukan untuk melakukan koping terhadap stres.

3) Produktivitas, melalui peningkatan motivasi, kualitas penalaran,

kepuasan kerja dan mengurangi dampak stres kerja.

4) Kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian diri melalui

perasaan memiliki, kejelasan identifikasi diri, peningkatan harga diri,

pencegahan neurotisme dan psikopatologi, pengurangan dister dan

penyediaan sumber yang dibutuhkan.Berdasarkan penjelasan diatas,

dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga dapat

meningkatkankesehatan fisik, manajemen, reaksi stres, produktivitas,

dan kesejahteraan psikologis dan kemampuan penyesuaian diri.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Menurut Moleong (2014) desain adalah pedoman atau prosedur serta

teknik dalam perencanaan penelitian yang bertujuan untuk membangun strategi

yang dapat menghasilkan blurprint atau model penelitian. Desain penelitian

merupakan rencana penelitian yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti

dapat memperoleh jawaban terhadap pertanyaan penelitian (Setiadi, 2007).

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Nazir dalam Andi Prastowo (2011),

metode deskriptif adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti status

sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran,

ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang tidak didapat dari

prosedur statistik atau dalam bentuk hitungan yang bertujuan mengungkapkan

secara holistik-kontektual melalui pengumpuln data sebagai instrumen kunci

peneliti (Sugiarto,2015). Peneliti akan menilai tentang seberapa besar dukungan

yang diberikan keluarga dalam bentuk dukungan emosional, dukungan informasi,

dukungan penilaian dan dukungan instrumental terhadap anggota keluarga yang

mengalami gangguan jiwa di wilayah kerja puskesmas Babakan Sari.


3.2. Kerangka Penelitian dan Hipotesis Penelitian

Penyebab gangguan
jiwa:
1. Faktor somatik
2. Faktor psikologik
3. Faktor sosiogenik

Dukungan keluarga:

Dukungan emosional,
informasi, penilaian, Gangguan Jiwa
instrumental.

Gambar 3.1. Kerangka penelitian

Dukungan Keluarga Terhadap Pasien Gangguan Jiwa

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

: Hubungan lemah

: Ada hubungan yang kuat

(Setiadi, 2007)
3.3. Pupulasi, Sample, Teknik Sampling

3.3.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2010) populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan

benda-benda alam yang lain. Pada penelitian ini populasi yang akan

digunakan adalah 529 pasein yang berada di wilayah kerja puskesmas

babakan sari.

3.3.2 Sample

Menurut Sugiyono (2017) sampel adalah bagian dari jumlah

dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dilakukan karena

peneliti memiliki keterbatasan dalam melakukan penelitian baik dari

segi waktu, tenaga, dana dan jumlah populasi yang sangat banyak.

Sedangkan menurut Uma Sekaran (2011) sampel adalah sebagian dari

populasi. Sample pada penelitian ini sebanyak 32 pasien atau seluruh pasien

yang berada di kelurahan babakan sari dengan alesan karena di wilayah

kerja puskesmasa babakan sari pasien gangguan jiwa terbanyak terdapat di

keluahan babakan sari.

3.3.3 Teknik Sampling

Menurut Sugiyono (2017) menjelaskan bahwa teknik sampel

mrupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang


akan digunakan dalam penelitian, terdapat beberapa teknik sampling yang

digunakan. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik Nonprobability yaitu sampel jenuh atau sering disebut total sampling.

Menurut Sugiyono (2013) sampel jenuh yaitu teknik penentuan sampel

dengan cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau

sampel. Jadi sampel dalam penelitian ini adalah seluruh paseien gangguan

jiwa yang berada di kelurahan babakan sari. Responden dari keluarga pasien

yang dipilih adalah responden yang berdasarkan kriteria inklusi. Adapun

kriteria inklusi untuk sampel penelitian ini adalah:

1. Keluarga yang mengantar pasien dengan gangguan jiwa untuk

menjalani

2. perawatan di puskesmas babakan sari

3. Mampu membaca dan menulis

4. Bersedia menjadi responden

5. Kooperatif

3.4. Variable Penelitian

Menurut Sugiyono (2014) variabel penelitian adalah suatu atribut atau

sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel bebas adalah variabel yang nilainya menentukan variabel


yang lain (Nursalam, 2013). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan

instrumental keluarga.

3.5. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoadmodjo, 2012). Definisi operasional variabel penelitian menurut

Sugiyono (2015) adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan

yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala

Ukur

Variabel Dukungan keluarga Dukungan Kuesioner ordinal

bebas: yang terdiri dari emosional

Dukungan dukungan emosional, dengan 7

keluarga dukungan pernyataan,

informasi,dukungan Dukungan

penilaian, dan informasi

dukungan instrumental. dengan 8

pernyataan,

Dukungan

penilaian
F dengan 5

o pernyataan,

r Dukungan

m instrumental

a dengan 6

t pernyataan,

3.6. Tempat Penelitian

Penelititan ini akan dilakukan di wilayah kerja puskesmas Babakan Sari

yang khususnya di wilayah kelurahan babakan sari.

3.7. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April-Mei 2019

3.8. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.8.1 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2005) teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama

dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam pengumpulan data ini

peneliti menggunakan metodepenelitian lapangan (Field Researche) yaitu

megumpulkan data dengan cara langsung ke lapangan dengan

melakukan penyebaran angket.


Alasan peneliti menggunakan bentuk angket tertutup yaitu

karena dengan pertanyaan atau pernyataan tertutup akan membantu

responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan

peneliti dalam melakukan analisis data serta tabulasi hasil terhadap

seluruh hasil angket yang telah terkumpul. Responden cukup menjawab

pernyataan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah

disediakan. Nilai yang diberikan terhadap jawaban responden dalam

pernyataan untuk favourable (item pernyataan yang mendukung obyek

yang ingin diukur), bergerak mulai dari 4, 3, 2, 1. Sedangkan untuk

unfavourable (item pernyataan yang tidak mendukung obyek yang ingin

diukur) bergerak mulai dari 1, 2, 3, 4. Alternatif jawaban yaitu sangat

setuju = 4, setuju= 3, tidak setuju = 2, sangat tidak setuju = 1.

Adapun untuk lebih jelasnya skoralternatif jawaban dapat dilihat pada tabel

berikut:

no Alternatif Favourable Unfavourable

1 Sangat setuju 4 1

2 Setuju 3 2

3 Tidak setuju 2 3

4 Sangat tidak setuju 1 4


3.8.2 Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner.

Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan menggunakan

pertanyaan untuk mendapatkan informasi, tanggapan, dan jawaban

(Notoatmodjo, 2012).

Dalam penelitian ini, peneliti membuat empat instrumen dengan

total 26 pertanyaan, yakni instrumen A berisi 7 pernyataan terkait

dukungan emosional dengan nilai Corrected Item-Total Correlation sebesar

0,430. Instrumen B berisi 8 pernyataan terkait dukungan informasi dengan

nilai Corrected Item-Total Correlation sebesar 0,639. Instrumen C berisi 5

pernyatan terkait dukungan penilaian dengan nilai Corrected Item-Total

Correlation sebesar 0,558. Instrumen D berisi 6 pernyataan terkait dukungan

instrumental dengan nilai Corrected Item-Total Correlation sebesar 0,366. Hasil

uji rehabilitas total empat instrumen diatas menunjukkan nilai Cronbach’s

Alpha Based on Standardized Items sebesar 0,736. Masing-masing instrumen

berisi pernyataan-pernyataan dengan jawaban SS (Sangat Setuju), S (Setuju),

TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju) , yang akan diberi tanda skala

likert oleh responden.

3.9 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas

3.9.1 Uji Validitas

Notoatmodjo (2010)menjelaskan bahwa validitas ialah indeks

yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang di


ukur. Melalui Instrumen penelitian peneliti mendapat informasi dan

data dari responden yang akan di teliti dengan menggunakan

kuesioner. Untuk menguji kuesioner tersebut valid atau tidak. Pada

penelitian ini di uji validitas pada 26 butir pernyataan untuk variabel

Dukungan Keluarga terhadap 32 responden.

3.9.2 Uji Reliabilitas

Notoatmodjo (2010) menjelaskan bahwa reliabilitas ialah

indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur pengukur

dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas

(ajeg) bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala

yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Pada awalnya

tinggi rendahnya reliabilitas kuesioner tercermin oleh nilai croncbach

alpha, dimana apabila nilai croncbach alpha diatas 0.60 maka variabel

dalam penelitian dapatdikatakan reliabel atau handal.

3.10. Prosedur Pengumpulan Data

3.10.1 Tahap Persiapan

1. Menentukan judul yang akan dijadikan penelitian. Judul yang sudah

ditentukan yaitu Gambaran Dukungan Keluarga Dalam Merawat

Pasien Gangguan Jiwa. Setelah itu peneliti melakukan konsultasi

dengan dosen pembimbing yang sudah ditenrukan tentang judul yang

akan diteliti.
2. Setelah mendapatkan kesepakatan denga dosen pembimbing peneliti

mengajukan surat izin studi pendahuluan dari Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas BSI Bandung yang akan diajukan ke Badan

Kesatuan Bangsa Dan Politik Provinsi Jawa Barat (Kesbangpol) dan

Dinas Kesehatan Kota Bandung (DINKES). Setelah mendapatkan

surat izin dari kampus, peneliti mendatangi Kesbangpol unuk

mendapatkan surat izin peneilitan di dinkes, setakah mendapatkan

surat dari kesbangpol peneliti mendatangi Dinkes untuk mendapatkan

surat izin penelitian di puskesmas dan untuk mendapatkan data

puskesmas yag paling banyak kasus gangguan jiwa di kota Bandung.

setelah mendapatkan surat surat tersebut peneliti mendatangi

puskesmas babakan sari, karena menurut data yang didaat dari Dinkes

puskesamas yang paling banyak kasus gangguan jiwayaitu puskesmas

babakn sari.

3. Peneliti melakukan studi pendahuluan. Pertama peneliti bertemu

dengan satpam yang bertugas lalu diarhakn untuk bertemu staf bagian

kejiwaan setelah iu Peniliti mendapatkan data kelurahan yang paling

banyak kasus ganguan jiwa, kelurahan yang paling banyak kasus

gangguan jiwa yaitu kelurahan babakan sari.

4. Setelaha mendapatkan data kelurahan yang paling banyak gangugan

jiwa, peneliti membuat surat dari puskesmas babakan sari untuk izin

penelitian yang akan diajukan ke kelurahan babakan sari.


5. Setelah mendapatkan surat izin dari puskesmas , peneliti mendatagi

kantor kelurahan babakan sari untuk izin penelitian , setelah

mendapatkan izin peniliti diantar oleh hansip yang bertugas untuk

mendatangi bebrapa RW yang akan di lakukan penelitian, setelah dari

RW peneliti diantar oleh RW untuk bertemu ketua RT untuk bertemu

beberapa warga yang akan dijadikan peserta penelitian atau responden

studi pendahuluan

6. peneliti menentukan sample yang akan dijadikan sebagai subyek

peneletian yang akan dilakukan

7. peneliti melakukan pendekatan pada responden yang sudah dipilih

untuk ketersediaannya menjdai peserta penelitiananatau responden

3.10.2 Tahap Pelaksanaan

1. Peneliti menjelaskan secara lengkap mengenai tentang maksud, tujuan,

prosedur penelitian,

2. Jika responden bersedia menjadi peserta penelitian atau responden

secara sukarela maka responden menandatangani lembar persetujuan

(informed consent).

3. Setelah responden bersedia, peneliti mulai melakukan wawancara

terstruktur pada responden dengan pedoman kuesioner yang sudah

dipilih sebelumnya.
4. Setelah wawancara terstruktur yang dilakukan peneliti dengan

responden selesai, maka peneliti langsung mengukur dukungan

keluarga

5. Hasil pengukuran dukungan keluarga dalam merawat gangguan jiwa

kemudian dikumpulkan untuk melakukan pengolahan data sesuai

dengan tujuan penelitian

3.10.3 Tahap akhir

Setelah data kuesioner sudah terkumpul maka peneliti akan

menjumlahkan data tersebut dan ditampilkan dalam bentuk table untuk

mempermudah

3.11. Metode Penelitian

Pengolahan data dasarnya merupakan suatu proses untuk memperoleh data

atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan

menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang

diperlukan.

Beberapa tahap pengolahan data menurut Setiadi (2007):

1. Editing/memeriksa

Editing adalah memeriksa daftar pertanyaan dengan kelengkapan

jawaban, serta relevansi jawaban.


2. Memberi tanda kode/coding

Coding adalah mengklasifikasikan jawaban-jawaban dari para responden

kedalam kategori, dengan cara memberi tanda/kode yang dibuat oleh

peneliti sendiri yang berbentuk angka pada masing-masing jawaban.

3. Sorting

Sorting adalah mensortir dengan memilih atau mengelompokkan data

menurut jenis yang dikehendaki (klasifikasi data).

4. Entry data

Jawaban-jawaban yang sudah diberi kode kategori kemudian

dimasukkan dalam tabel dengan cara menghitung frekuensi data.

Memasukan data dilakukan melalui pengolahan komputer, menggunakan

bantuan software SPSS.

5. Cleaning dan Mengeluarkan Informasi

Cleaning adalah pembersihan data guna melihat data sudah benar atau

belum. Kemudian mengeluarkan data disesuaikan dengan tujuan penelitian

yang dilakukan

3.12 . Analisa Data

Menurut Setiadi (2007) analisa deskriptif adalah suatu prosedur

pengolahan data dengan menggambarkan dan meringkas data dengan cara

ilmiah dalam bentuk tabel atau grafik. Data-data yang disajikan meliputi
frekuensi, proporsi dan rasio, ukuran pemusatan (mean, median dan modus)

atau ukuran-ukuran variasi (simpangan baku, varians, rentang dan kuartil).

Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa data

univariat dengan penyajian dalam bentuk tabel frekuensi untuk melihat seberapa

besar dukungan keluarga pada pasien gangguan jiwa.

3.13. Etika Penelitian

Kode etik penelitian ini adalah suatu pedoman etika yang berlaku setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antar pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek penelitian) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil

penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2010).

Etika penelitian ini antara lain:

1. Informed Consent

Sebelum mengisi kuesioner, peneliti memberikan lembar penjelasan

penelitian dan informed consent yang merupakan bentuk persetujuan antara

peneliti dengan informan penelitian. Tujuan informed consent adalah agar

subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika

informan bersedia, maka mereka harus mentandatangani lembar persetujuan.

Jika informan tidak bersedia maka peneliti harus menghormati hak informan.

2. Anomity (Tanpa Nama)

Peneliti memberikan jaminan dalam penggunaaan subyek penelitian

dengan tidak memberikan atau mencatumkan nama informan pada lembar

alat ukur.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi

maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan

dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang

akan dilaporkan pada hasil riset. Hasil penelitian ini hanya diketahui oleh

peneliti, dosen pembimbing, dan dosen penguji.


DATA DEMOGRAFI

Petunjuk Pengisian:
1. Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan
2. Gunakan skala likert pada jawaban yang dipilih

A. Demografi Klien
(Data Klien/Pasien/Anggota keluarga yang menjalani pengobatan di puskesmas babakan sari)
1. Nama Inisial : ……………………….
2. Usia : …….. tahun

B. Demografi Responden
1. Nama Inisial : ……………………….
2. Usia : ........ tahun
3. Jenis Kelamin : …….
4. Pekerjaan : ……………………….
5. Penghasilan /bulan : Rp …………………...
6. Hubungan dengan Klien:
 Ayah
 Ibu
 Anak
 Suami
 Istri
 Kakak
 Adik
A. INSTRUMEN DUKUNGAN EMOSINAL KELUARGA

Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan teliti pernyataan berikut dibawah ini
2. Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan
3. Gunakan skala likert pada jawaban yang dipilih keterangan

No Pernyataan SS S TS STS
.
1. Memberikan perhatian kepada anggota keluarga yang sakit

2. Mendengarkan keluhan anggota keluarga yang sakit

3. Mendampingi anggota keluarga yang sakit sampai keadaannya


lebih baik
4. Memberikan kepercayaan kepada anggota keluarga yang sakit
untuk menjalankan aktivitas sehari-hari, seperti menyapu
5. Ikut merasakan kesulitan yang dirasakan oleh anggota keluarga
yang sakit
6. Merasakan masalah yang dihadapi oleh anggota keluarga yang
sakit adalah masalah yang harus dihadapi bersama
7. Menjaga perasaan anggota keluarga yang sakit

B. INSTRUMEN DUKUNGAN INFORMASI KELUARGA


Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan teliti pernyataan berikut dibawah ini
2. Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan
3. Gunakan skala likert pada jawaban yang dipilih keterangan

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Memberikan arahan/petunjuk untuk kepada anggota keluarga


yang sakit untuk keluar dari persoalan yang dihadapi
2. Memberikan saran kepada anggota keluarga yang sakit untuk
mengikuti pengobatan lanjutan di poli psikiatri
3. Mendampingi anggota keluarga yang sakit untuk berobat jalan

4. Menceritakan hasil perkembangan pengobatan di puskesmas


babakan sari kepada anggota keluarga yang sakit
5. Menjelaskan kepada anggota keluarga yang sakit pentingnya
meminum obat
6. Menjelaskan kepada anggota keluarga yang sakit cara mium
obat yang benar
7. Membimbing anggota keluarga yang sakit agar meminum obat
tepat waktu sesuai anjuran dokter
8. Membimbing anggota keluarga yang sakit untuk menjaga
kebersihan diri

C. INSTRUMEN DUKUNGAN PENILAIAN KELUARGA

Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan teliti pernyataan berikut dibawah ini
2. Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan
3. Gunakan skala likert pada jawaban yang dipilih keterangan

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Memberikan pujian saat anggota keluarga yang sakit meminum


obat tepat waktu
2. Memberikan pujian kepadanya saat anggota keluarga yang sakit
mampu mengatasi masalah yang dihadapi
3. Membimbing anggota keluarga yang sakit dalam menjalankan
aktivitas di luar rumah
4. Mengikutsertakan anggota keluarga yang sakit dalam
memutuskan atas kesadaran dirinya untuk berobat
5. Memberikan semangat kepada anggota keluarga yang sakit
dalam menjalani pengobatan

D. INSTRUMEN DUKUNGAN INSTRUMENTAL KELUARGA

Petunjuk Pengisian:
1. Bacalah dengan teliti pernyataan berikut dibawah ini
2. Isilah jawaban pada tempat yang telah disediakan
3. Gunakan skala likert pada jawaban yang dipilih keterangan

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Mengantar anggota keluarga yang sakit untuk menjalani


pengobatan
2. Menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan sesuai anjuran
dokter
3. Mengawasi anggota keluarga yang sakit benar-benar minum
obat
4. Membimbing anggota keluarga yang sakit dalam melakukan
akitivitas sesuai kemampuan atau hobi yang dimilikinya, seperti
bermain sepak bola, tenis meja, dan lain-lain
5. Membimbing anggota keluarga yang sakit untuk segera berobat
jika menunjukkan tanda kekambuhan
6. Merasa bertanggung jawab terhadap pengobatan anggota
keluarga yang sakit

DAFTAR PUSTAKA

Addo, R., Agyemang, S. A., Tozan, Y., & Nonvignon, J. (2018). Economic burden of
caregiving for persons with severe mental illness in sub-Saharan Africa: A
systematic review. PLoS ONE, 13(8), 1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0199830

Adianta, I. K. A., & Putra, I. M. S. (2013). Hubungan dukungan keluarga dengan tingkat
kepatuhan minum obat pada pasien skizofrenia, (180).

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. (2014). Profil kesehatan Kota Bandung 2014, 41–
44. https://doi.org/10.1360/zd-2013-43-6-1064

Dirik, A., Sandhu, S., Giacco, D., Barrett, K., Bennison, G., Collinson, S., & Priebe, S.
(2017). Why involve families in acute mental healthcare? A collaborative conceptual
review. BMJ Open, 7(9). https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-017680

Dukungan, H., Dan, K., Keluarga, B., Merawat, D., Dengan, A., Timur, K. J., …
Indonesia, U. (2012). KLENDER JAKARTA TIMUR.

Firmansyah, R. S., Lukman, M., & Mambangsari, C. W. (n.d.). Faktor-Faktor yang


Berhubungan dengan Dukungan Keluarga dalam Pencegahan Primer Hipertensi
Analysis of Factors Related to Support Families in Primary Prevention of
Hypertension, 5, 197–213.

Gunnarsdóttir, E. D., Hällgren, J., Hultman, C. M., McNeil, T. F., Crisby, M., & Sandin,
S. (2018). Risk of neurological, eye and ear disease in offspring to parents with
schizophrenia or depression compared with offspring to healthy parents.
Psychological Medicine, 48(16), 2710–2716.
https://doi.org/10.1017/S0033291718000338

Habib, H., Sulistio, S., Unit, E., Mangunkusumo, C., Mulyana, R. M., & Albar, I. A.
(2016). Triase Modern Rumah Sakit dan Aplikasinya di Indonesia Triase Modern
Rumah Sakit dan Aplikasinya di Indonesia, (November).

Hongyong, J., Shuzhu, C., Min, W., Weijing, Y., & Yidong, L. (2017). Comparison of
lingual mucosa and buccal mucosa grafts used in inlay urethroplasty in failed
hypospadias of pre-pubertal boys in a Chinese group, 33, 1–13.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0182803

Ilmiah, J., Fisip, M., Volume, U., Kueh, G., Lhoknga, K., Besar, A., … Unsyiah, J. I. M.
F. (2018). Menjanda dan memaknai keluarga (, 3.

Jl, A., Wr, P., & Dm, S. (1999). The emerging soft tissue paradigm in orthodontic
diagnosis and treatment planning . Clinical Orthodontics and Research.
https://doi.org/10.1016/j.cub.2015.10.018

Kanchanatawan, B., Tangwongchai, S., Supasitthumrong, T., Sriswasdi, S., & Maes, M.
(2018). Episodic memory and delayed recall are significantly more impaired in
younger patients with deficit schizophrenia than in elderly patients with amnestic
mild cognitive impairment. PLoS ONE, 13(5), 1–22.
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0197004.

Kementrian kesehatan RI. (2018). Hasil utama riskesdas 2018, 61. https://doi.org/1
Desember 2013

Ministry of Health. (2018). Data dan Informasi - Profil Kesehatan Indonesia (Data and
Information - Indonesia Health Profil), 1–184. https://doi.org/10.1037/0022-
3514.51.6.1173

Rawa, F., Rattu, A. J. M., & Posangi, J. (2017). Skizofrenia merupakan suatu sindrom
penyakit klinis psikopatologi yang serikat keluarga dan Gangguan menderita
skizofrenia World kelompok usia gangguan yang paling berhubungan dengan
pandangan popular tentang gila atau sakit Skizofrenia merupakan salah sa, 1–14.

Patterson, J. E., Abu-Hassan, H. H., Vakili, S., & King, A. (2018). Family Focused Care
for Refugees and Displaced Populations: Global Opportunities for Family
Therapists. Journal of Marital and Family Therapy, 44(2), 193–205.
https://doi.org/10.1111/jmft.12295

Pelealu, A., & Wowiling, F. (2018). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan
Minum Obat Pasien Skizofrenia, 6. Retrieved from
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/jkp/article/download/19473/19024

Penderita, T., Jiwa, G., Kecamatan, D., Naskah, K., & Oleh, P. (2014). Gambaran Sikap
Dan Dukungan Keluarga. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/30909/19/2_NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Penderita, T., Jiwa, G., Kecamatan, D., Naskah, K., & Oleh, P. (2014). Gambaran Sikap
Dan Dukungan Keluarga. Retrieved from
http://eprints.ums.ac.id/30909/19/2_NASKAH_PUBLIKASI.pdf

Pengajar, S., Perawat, A., Husada, D., Manchester, T., Scale, T., Triage, T. C., … Lee, M.
(2013). Analisis Metode Triage Prehospital pada Insiden Korban Masal ( Mass
Casualty Incident ), 1–9.

Psikologi, P. S., Kedokteran, F., & Udayana, U. (2018). DUKUNGAN SOSIAL


KELUARGA TERHADAP PEMULIHAN ORANG DENGAN
SKIZOFRENIA ( ODS ) DI BALI Kadek Yah Eni dan Yohanes Kartika
Herdiyanto, 5(3), 486–499.

Puskesmas, K., Ii, P., & Fibriana, A. I. (2016). FAKTOR RESIKO TERJADINYA
SKIZOFRENIA ( Studi Kasus di Wilayah Abstrak, 1(1), 1–12.
Rathod, K. (2017). Modified PATIO repair for urethrocutaneous fistula post-
hypospadias repair : operative technique and outcomes. Pediatric Surgery International,
33(1), 109–112. https://doi.org/10.1007/s00383-016-3983-1

Sanchaya, K. P., Made, N., Sulistiowati, D., Putu, N., Darma, E., Studi, P., … Udayana,
U. (2018). THE RELATIONSHIP BETWEEN FAMILY SUPPORT AND THE
QUALITY OF LIFE OF PEOPLE WITH MENTAL DISORDERS, 1(2), 87–92.

Seo, S., Ochi, T., Yazaki, Y., & Murakami, H. (2016). Correction of penile ventral
curvature in patients with minor or no hypospadias : a single surgeon ’ s experience
of 43 cases. Pediatric Surgery International, 32(10), 975–979.
https://doi.org/10.1007/s00383-016-3950-x

Stępnicki, P., Kondej, M., & Kaczor, A. A. (2018). Current concepts and treatments of
schizophrenia. Molecules, 23(8). https://doi.org/10.3390/molecules23082087

Tabeleão, V., Tomasi, E., & de Avila Quevedo, L. (2018). A Randomized, Controlled
Trial of the Effectiveness of a Psychoeducational Intervention on Family
Caregivers of Patients with Mental Disorders. Community Mental Health Journal, 54(2),
211–217. https://doi.org/10.1007/s10597-017-0126-7

Tan, L., Le, S., Hung, T., & Cong, L. (2015). The use of dermal graft in severe chordee
hypospadias repair : experience from Vietnam, 291–295.
https://doi.org/10.1007/s00383-015-3656-5

Taufik, Y. (2014). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Kekambuhan pada


Pasien Skizofrenia di Poliklinik Rumah Sakit Jiwa Grhasia Diy. STIKes Aisyiyah
Yogyakarta, 1–15. https://doi.org/10.1016/j.rcl.2006.10.012

Text, F. (2018). Mental Disorders ; Recent Studies from Isfahan University of Medical
Sciences Add New Data to Mental Disorders ( Challenges of Family Caregivers of
Patients with Mental Disorders in Iran : A Narrative Review ), 2018–2019.

Text, F. (2018). Mental Disorders ; Recent Studies from Isfahan University of Medical
Sciences Add New Data to Mental Disorders ( Challenges of Family Caregivers of
Patients with Mental Disorders in Iran : A Narrative Review ), 2018–2019.

Text, F. (2018). Mental Disorders ; Recent Studies from Isfahan University of Medical
Sciences Add New Data to Mental Disorders ( Challenges of Family Caregivers of
Patients with Mental Disorders in Iran : A Narrative Review ), 2018–2019.

Thapa, D. K., Visentin, D., Kornhaber, R., & Cleary, M. (2018). Migration of adult children
and mental health of older parents “left behind”: An integrative review. PLoS ONE (Vol. 13).
https://doi.org/10.1371/journal.pone.0205665
Usman, S. (2019). Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Pasien Gangguan Jiwa Dengan
Pendekatan Health Promotion Model Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Pasien
Gangguan Jiwa Dengan Pendekatan Health Promotion Model The Family Support
In Caring Of Mental Disorder Patients With Health Promotion Model Approach,
(January 2018).

Usman, S. (2019). Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Pasien Gangguan Jiwa Dengan
Pendekatan Health Promotion Model Dukungan Keluarga Dalam Perawatan Pasien
Gangguan Jiwa Dengan Pendekatan Health Promotion Model The Family Support
In Caring Of Mental Disorder Patients With Health Promotion Model Approach,
(January 2018).

Valencia, M., Rascon, M. L., Juarez, F., Escamilla, R., Saracco, R., & Liberman, R. P.
(2010). Application in Mexico of Psychosocial Rehabilitation with Schizophrenia
Patients. Psychiatry: Interpersonal and Biological Processes, 73(3), 248–263.
https://doi.org/10.1521/psyc.2010.73.3.248

Zahnia, S., Sumekar, D. W., Kedokteran, F., Lampung, U., Ilmu, B., Komunitas, K., …
Kedokteran, F. (2016). Kajian Epidemiologis Skizofrenia Epidemiologic Study of
Schizophrenia, 5 Nomor 4.

Anda mungkin juga menyukai

  • Wa0001
    Wa0001
    Dokumen41 halaman
    Wa0001
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Doa PR 13
    Doa PR 13
    Dokumen1 halaman
    Doa PR 13
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • PJB
    PJB
    Dokumen45 halaman
    PJB
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Wa0002
    Wa0002
    Dokumen21 halaman
    Wa0002
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Daftar Peserta
    Daftar Peserta
    Dokumen1 halaman
    Daftar Peserta
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Proposal 75 Tahun Ri
    Proposal 75 Tahun Ri
    Dokumen6 halaman
    Proposal 75 Tahun Ri
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Wa0004
    Wa0004
    Dokumen95 halaman
    Wa0004
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Wa0000
    Wa0000
    Dokumen36 halaman
    Wa0000
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Wa0000
    Wa0000
    Dokumen25 halaman
    Wa0000
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Kartu Rencana Studi
    Kartu Rencana Studi
    Dokumen4 halaman
    Kartu Rencana Studi
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Dzikir dan doa populer untuk kebaikan
    Dzikir dan doa populer untuk kebaikan
    Dokumen1 halaman
    Dzikir dan doa populer untuk kebaikan
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • 242 800 1 PB
    242 800 1 PB
    Dokumen15 halaman
    242 800 1 PB
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pemuda-Pemudi
    Daftar Pemuda-Pemudi
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pemuda-Pemudi
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • DAFTAR PENGGALANGAN DANA - WPS Office
    DAFTAR PENGGALANGAN DANA - WPS Office
    Dokumen17 halaman
    DAFTAR PENGGALANGAN DANA - WPS Office
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • GT
    GT
    Dokumen138 halaman
    GT
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Kartu Rencana Studi
    Kartu Rencana Studi
    Dokumen4 halaman
    Kartu Rencana Studi
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Ini
    BAB IV Ini
    Dokumen18 halaman
    BAB IV Ini
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • 7886 13977 3 SP
    7886 13977 3 SP
    Dokumen13 halaman
    7886 13977 3 SP
    candika
    Belum ada peringkat
  • Woc Post Partum
    Woc Post Partum
    Dokumen1 halaman
    Woc Post Partum
    aufiya hariza budi
    Belum ada peringkat
  • H. Bab Iv
    H. Bab Iv
    Dokumen15 halaman
    H. Bab Iv
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Daftar Peserta
    Daftar Peserta
    Dokumen1 halaman
    Daftar Peserta
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • 16 Agus BAB 4
    16 Agus BAB 4
    Dokumen82 halaman
    16 Agus BAB 4
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Dokumen
    Dokumen
    Dokumen8 halaman
    Dokumen
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen3 halaman
    Daftar Pustaka
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • 16 Agus BAB 4
    16 Agus BAB 4
    Dokumen82 halaman
    16 Agus BAB 4
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Ini
    BAB IV Ini
    Dokumen18 halaman
    BAB IV Ini
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • BAB IV Ini
    BAB IV Ini
    Dokumen18 halaman
    BAB IV Ini
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • Ismalloh Hanif Jurnal Bimbingan Bu Mery
    Ismalloh Hanif Jurnal Bimbingan Bu Mery
    Dokumen1 halaman
    Ismalloh Hanif Jurnal Bimbingan Bu Mery
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat
  • BAB V Fix
    BAB V Fix
    Dokumen2 halaman
    BAB V Fix
    Ismalloh Hanif
    Belum ada peringkat