Nim : 101811133002
Bayi Tabung
Salah satu tujuan dari perkawinan adalah untuk memperoleh anak dan
keturunan yang sah dan bersih nasabnya, yang dihasilkan dengan cara yang
wajar dari pasangan suami istri. Namun tidak semua pasangan suami istri bisa
mempunyai keturunan sebagaimana yang diharapkan karena ada beberapa
faktor yang menyebabkan seorang istri tidak dapat mengandung, baik yang
datang dari pihak suami maupun istri itu sendiri.
Saat ini program bayi tabung menjadi salah satu masalah yang cukup
serius. Hal ini terjadi karena keinginan pasangan suami – istri yang tidak bisa
memiliki keturunan secara alamiah untuk memiliki anak tanpa melakukan
adopsi. Atau juga menolong pasangan suami – istri yang memiliki penyakit
atau kelainan yang menyebabkan kemungkinan untuk tidak memperoleh
keturunan. Metode bayi tabung diterapkan pertama kalinya pada tanggal 26
Juli 1978 lewat kelahiran seorang bayi asal Inggris bernama louise Brown, di
RS Distrik Oldham, Manchester. Proses metode bayi tabung dilakukan oleh
DR. Patrick Steptoe ini dilakukan tujuh bulan sebelum Louise lahir, tepatnya
bulan November 1977, dengan cara memasukan embrio ke rahim Lesley
Brown. Sejak saat itu, teknologi reproduksi yang dikenal dengan istilah In
Vitro Fertilization ( IVF ) ini menjadi awal perkembangan teknologi
kedokteran yang berkaitan dengan pembuahan buatan. Di Indonesia, IVF
pertama kali diterapkan di RS Anak – Ibu (RSAB) Harapan Kita, Jakarta pada
1987. Teknik yang kini disebut IVF konvensional itu berhasil melahirkan bayi
tabung pertama, Nugroho Karyanto, pada 2 Mei 1988.
Bayi tabung adalah merupakan individu (bayi) yang di dalam
kejadiannya, proses pembuatannya terjadi di luar tubuh wanita (in vitro), atau
dengan kata lain bayi yang di dalam proses kejadiannya itu ditempuh dengan
cara inseminasi buatan, yaitu suatu cara memasukkan sperma ke dalam
kelamin wanita tanpa melaiul senggama. (tahar, 1987:4) dalam bahasa arab,
inseminasi buatan disebut dengan istilah: at-taiqihus-sina'i. (syatout, tanpa
tahun: 325). Proses bayi tabung adalah sperma dan ovum yang telah
dipertemukan dalam sebuah tabung, dimana setelah terjadi pembuahan,
kemudian disarangkan atau dimasukkan ke dalam rahim wanita, sehingga
sampai pada saatnya lahirlah bayi tersebut. (Tarjih Muhammadiyah, 1980:59).
Ali Ghufron dan Adi Hem Sutomo, menyatakan bahwa yang dimaksud bayi
tabung adalah: sperma seorang laki-laki yang tampung lebih dahulu,
kemudian dimasukkan ke dalam alat kandungan seorang wanita (Mukti dan
Sutomo, 1993:14). Sedangkan menurut Anwar dan Raharjo, mereka
mendefinisikan bayi tabung, yaitu usaha jalan pintas untuk mempertemukan
sel sperma dan sel telur di luar tubuh yang kemudian dimasukkan ke dalam
rahim ibu, sehingga dapat tumbuh menjadi janin sebagaimana layaknya
kehamilan biasa. (Mukti dan Sutomo, 1993:14- 15). Masyfuk Zuhdi
menyatakan bahwa ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah
dikembangkan di dunia kedokteran, antara lain yaitu dengan cara mengambil
spermasuamidan ovum isteri, kemudian diproses di dalam vitro (tabung) dan
setelah terjadi pembuahan kemudian ditransfer ke dalam rahim isteri. (Zuhdi,
1993: 19). Dari tiga macam definisi tentang bayi tabung tersebut di atas, dapat
ditarik pemahaman bahwa bayi tabung itu dilahirkan sebagai akibat dari hasil
proses pengambilan sperma laki-laki dan ovum perempuan yang kemudian
diopios di dalam sebuah tabung dan setelah terjadi pembuahan, kemudian
disarangkan ke dalam rahim wanita, sehingga dapat tumbuh menjadi janin
sebagaimana layaknya janin pada umumnya. Pengertian sperma laki-laki,
pada definisi tersebut di atas, bisa saja diambil dari sperma suaminya, dan bias
juga diambil dari laki-laki lain (bukan suaminya). Pengertian ovum
perempuan, di dalam praktiknya, tidak menutup kemungkinan bahwa ovum
yang diambil itu dari isterinya atau dari perempuan bukan isterinya. Demikian
pula pengertian rahim wanita, bisa saja yang mengandung itu isterinya sendiri
dan bisa juga perempuan lain (bukan isterinya)
Dengan ketentuan ini, maka anak yang dilahirkan melalui proses bayi
tabung dengan mengambil sperma dan ovum dari pasangan suami-isteri yang
kemudian embrionya disarangkan ke dalam rahim isterinya adalah anak sah
yang mempunyai hak dan kewajiban sama dengan anak yang lahir dengan
proses alamia. kedua adamateri (sperma dan ovum) yang menjadi embrio
secara yakin dapat dipastikan berasal dari pasangan suami-isteri yang
mengandung dan yang melahirkannya.
Pelaksanaan bayi tabung di Indonesia
1. Syarat-syarat dalam mengikuti program bayi tabung
Pasangan suami-isteri yang diperkenankan oleh tim dokter untuk
mengikuti prosedur bayi tabung, adalah pasangan suami isteri yang kurang
subur, disebabkan karena:
a. Isteri mengalami kerusakan kedua saluran telur (tuba).
b. Lendir leher rahim isteri yang tidak normal.
c. Adanya gangguan kekebalan dimana terdapat zat anti terhadap sperma
di dalam tubuh.
d. Tidak hamil juga setelah dilakukan bedah saluran telur.
e. Tidak hamil juga setelah dilakukan pengobatan endometriosis.
f. Suami dengan mutu sperma yang kurang baik (oligospermia).
g. Tidak diketahui penyebabnya (unexplained infertility)
Berdasarkan persyaratan-persyaratan yang ditentukan oleh tim medis, maka
pasangan suami-isteri yang dapat mengikuti pembuahan dan pemindahan embrio,
adalah pasangan suami-isteri yang memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. Telah dilakukan pengelolaan infertilitas (kekurangsuburan) secara
lengkap.
b. Terdapat alasan yang sangat jelas.
c. sehat jiwa dan raga pasangan suami isteri.
d. Mampu membiayai prosedur ini, dan kalau berhasil mampu
membiayai persalinannya dan membesarkan bayinya.
e. Mengerti secara umum seluk beluk prosedur fertilisasi in vitro dan
pemindahan embrio (fiv-pe).
f. Mampu memberikan izin kepada dokter yang akan melakukan
prosedur fiv-pe (fertilisasi in vitro dan pemindahan embrio) atas dasar
pengertian (informed consent).
g. Isteri berusia kurang dari 38 tahun.