Chapter II PDF
Chapter II PDF
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Maloklusi
Menurut Angle, maloklusi merupakan oklusi yang menyimpang dari bidang
oklusal gigi normal (cit. Martin RK dkk.,).10 Menurut Cairns dkk.,, maloklusi terjadi
saat struktur rahang dan gigi menyimpang dari struktur normal.11
Maloklusi merupakan penyakit multifaktorial yang terjadi pada masa
pertumbuhan dan perkembangan anak. Maloklusi dapat disebabkan faktor umum, lokal
dan keturunan. Faktor keturunan dapat menyebabkan ketidaksesuaian besar rahang
dengan besar gigi geligi di dalam rongga mulut.12 Menurut Thomas dkk., maloklusi juga
dapat disebabkan oleh malnutrisi.13
permanen rahang atas letaknya lebih ke anterior daripada buccal groove gigi molar
pertama permanen rahang bawah (Gambar 3).15
Klas II divisi 1
Pada maloklusi ini, terdapat proklinasi insisivus atas yang menyebabkan overjet
besar, deep overbite (Gambar 4) dan sering ditemukan bibir atas hipotonik, pendek dan
tidak dapat menutup dengan sempurna. Bentuk lengkung rahang berbentuk ‘V’. 6,15
Klas II subdivisi
Pada maloklusi ini, relasi molar Klas II terjadi pada satu sisi dan relasi molar
Klas I pada sisi yang lain.6
lebih ke anterior, maksila yang kecil atau retroposisi. Inklinasi insisivus rahang bawah
lebih ke arah lingual dan terdapat overjet normal, edge-to-edge, atau anterior crossbite
(Gambar 6).6
Pseudo Class III
Tipe maloklusi ini terjadi karena faktor habitual, yaitu pergerakan mandibula ke
depan ketika menutup rahang. Maloklusi ini juga disebutkan sebagai ‘postural’ atau
‘habitual´class III malocclusion.6
Klas III, subdivisi
Pada maloklusi ini terdapat relasi molar Klas III pada satu sisi dan relasi molar
Klas I pada sisi rahang yang lain.6
2.2 Estetika
Kata estetika berasal dari bahasa Yunani “aisthetike” dan diciptakan oleh ahli
filosofi Alexander Gottlieb Baumgarten pada tahun 1735 yang berarti “ilmu untuk
mengetahui sesuatu melalui indera.17 Kata ini digunakan di Jerman setelah Baumgarten
mengubahnya dalam bentuk Latin (Aesthetica), tapi tidak begitu popular dalam bentuk
bahasa Inggris sampai awal abad 19. Faktor estetika ini tidak mudah untuk dievaluasi
dan pada umumnya ditentukan secara subjektif.2,4
Meenurut Sarvver, estetika di dalam bbidang ortoddonti dibagii ke dalam ttiga bagian
yaitu makkro estetikaa (wajah secara keseluuruhan), miini estetika (senyum) dan mikro
estetika (ddental dan gingiva). 15
2.22.1 Makro E
Estetika
Yaang dimaksuud dengan makro estetika adalahh estetika yaang dilihat dari wajah
secara kesseluruhan. M
Memiliki w
wajah yang harmonis
h d proporsiional adalahh dambaan
dan
dari setiapp orang karena dapat m
mempengaruuhi self estteem dan seelf image seeseorang di
dalam inteeraksi sosiall. Beberapaa ahli mencooba membeerikan tangggapan menggenai wajah
yang harm
monis dan proporsiona
p al. Menurutt Angle keeseimbangann dan harm
moni wajah
serta bentuuk dan keinndahan muulut ditentukkan oleh okklusi gigi yang
y ideal, sedangkan
menurut Bishara
B mullut merupakkan faktor utama dalaam menilai keserasian wajah dan
merupakann ciri wajahh yang khusuus.15, 18
Waajah yang cantik meemiliki prooporsi wajah yang ideal.
i Propporsi ideal
berhubunggan langsunng dengan ddivine propoortion seperrti yang dituunjukkan paada gambar
7, dimana proporsi terrsebut adalaah 1 : 1,6188. Divine prooportion meerupakan staandar yang
universal, sehingga perawatan yang mennggunakan standar divvine proporrtion akan
malkan estettika wajah. Wajah yanng simetris tidak
memaksim t selaluu berhubunggan dengan
wajah yanng cantik, akkan tetapi w
wajah yang sesuai denggan divine pproportion pasti
p selalu
cantik.18
oleh Daniel dan Richmond pada tahun 1998. Indeks ini dapat digunakan pada akhir
periode gigi bercampur dan periode gigi tetap untuk memperkirakan kebutuhan
perawatan sekaligus memperkirakan hasil perawatan, dapat diaplikasikan pada pasien
maupun model studi.8
Secara keseluruhan, metode-metode ini melibatkan pemindahan hasil penilaian
dari keadaan oklusal menjadi indeks kebutuhan akan perawatan dengan berlandaskan
pada makin tinggi skor penyimpangan oklusal maka akan makin besar kebutuhan
perawatan.7,23
yang sama juga diperoleh dari hasil penelitian sebelumnya oleh Mandall dkk., yang
mengatakan bahwa etnis tidak berpengaruh terhadap kebutuhan perawatan ortodonti.33
Gambar 8. Overjet15
Reverse overjet adalah jarak antara tepi insisal gigi insisivus rahang atas dengan
gigi insisivus rahang bawah jika insisivus rahang atas oklusi dengan permukaan lingual
insisivus rahang bawah. Gigitan terbalik ditandai dengan subdivisi “b”. Gigitan silang
(crossbite) merupakan hubungan yang abnormal dalam arah labiolingual atau
bukolingual yang melibatkan satu gigi atau lebih terhadap satu gigi atau lebih pada
rahang yang berlawanan.35 Anterior Crossbite atau posterior crossbite ditandai dengan
subdivisi “c”. Pergeseran gigi adalah gigi yang gagal menempatkan diri di dalam posisi
yang normal pada lengkung gigi. Pada Dental Health Component, pergeseran gigi
ditandai dengan subdivisi “d”.
Gigitan terbuka (open bite) adalah tidak adanya kontak vertikal antara gigi di
rahang atas dengan gigi di rahang bawah, terbagi atas anterior open bite dan posterior
open bite, yang ditandai dengan subdivisi “e” (Gambar 9).
Gambar 9. Openbite6
Overbite adalah jarak antara tepi insisal rahang atas terhadap tepi insisal rahang
bawah yang diukur secara vertikal,32 yang ditandai dengan subdivisi “f” (Gambar 10).
Hypodontia adalah kurang atau tidak lengkapnya gigi di dalam deretan lengkung
gigi, yang ditandai dengan subdivisi “h”. Supernumerary teeth dimasukkan ke dalam
kategori 4 dengan sub divisi “x”.
4.h. daerah hipodonsia yang tidak begitu luas yang membutuhkan perawatan pre-
restorasi ortodonti atau penutupan ruang untuk meniadakan kebutuhan perawatan
prostetik
4.i. crossbite lingual posterior tanpa kontak fungsional oklusal pada salah satu atau
kedua segmen bukal
4.m. reverse overjet > 1 mm tetapi ≤ 3,5 mm dengan kesulitan pengunyahan atau
bicara
4.t. gigi erupsi sebagian, miring atau terpendam terhadap gigi yang berdekatan
4.x. gigi supernumerary
cenderung menilai keadaan giginya lebih baik dari keadaan yang sebenarnya, atau
cenderung, menilai lebih minimal sehingga didapat ketidakakuratan dari hasil
pengukurannya.8,9
Indeks perawatan ortodonti
Dental Aesthetic Index Occlusal Index Index of Orthodontic Index of Complexity, Treatment
(DAI) Treatment Need (IOTN) Outcome and Need Priority Index
(ICON)
Universitas Sumatera Utara
21
Variabel terkendali
Mahasiswa kepaniteraan klinik