Anda di halaman 1dari 45

NASKAH AKADEMIS RANCANGAN PERATURAN

DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG TENTANG


RANCANGAN PERATURAN DAERAH
TENTANG RUMAH KOS

KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG


DENGAN
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA
2016

1
i
KATA PENGANTAR

Pengaturan dalam Pasal 28 H ayat ( 1) Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap
orang untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Berdasarkan pengaturan tersebut
pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan publik dalam
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman agar
masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni rumah yang layak
dan terjangkau di dalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan
berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
Pengaturan dalam UUD 1945 membawa konsekuensi hukum
bahwa pemerintah termasuk pemerintah daerah merupakan pihak yang
berwenang dan bertanggung jawab di bidang penyelenggaraan
perumahan. Dalam rangka menyelenggarakan pengelolaan Rumah Kos
secara terpadu, pemenuhan hak dan kewajiban masyarakat, serta tugas
dan wewenang pemerintahan daerah untuk melaksanakan pelayanan
public, diperlukan payung hukum dalam bentuk peraturan daerah. .
Berdasarkan hal tersebut, pembentukan Peraturan Daerah tentang
Pengelolaan Rumah Kos ini diperlukan dalam rangka kepastian hukum
bagi rakyat untuk mendapatkan pelayanan pengelolaan Rumah Kos
yang baik dan berwawasan lingkungan dan menjamin keberlangsungan
akan kehidupan sejahtera lahir dan bathin.

ii
DAFTAR ISI

Narasi Pengantar ……………………………………………….


Daftar Isi ……………………………………………….
Daftar Tabel ……………………………………………….
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ……………………………………………….
B Identifikasi Masalah………………………………………….
C. Tujuan dan Kegunaan……………………………………….
D. Metode…………………………………………………………..
Bab II Kajian Teoritis
A. Kajian Teoritis ………………………………………………...
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip yang Terkait dengan
Penyusunan Norma ………………………………………….
C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi
yang ada, serta permasalahan yang dihadapi
masyarakat……………………………………………………..
D. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru
yang akan diatur dalam Peraturan Daerah terhadap
aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya
terhadap aspek beban keuangan daerah………………..
Bab III Evaluasi Dan Analisis Peraturan Perundang-
undangan Terkait
A. Kondisi Hukum Dan Satus Hukum Yang Ada.............
B. Keterkaitan Dengan Peraturan Perundang-Undangan
Yang Lain...................................................................
Bab IV Landasab Filosofis, Sosiologis dan Yuridis
A. Pandangan Ahli..........................................................
Bab V. Jangkauan Arah Pengaturan Dan Ruang Lingkup
Materi Muatan Peraturan Daerah
A. Ketentuan Umum.......................................................
B. Materi Muatan Yang Akan Diatur...............................
Bab V Penutup
A. Simpulan...................................................................
B. Saran .......................................................................

 DAFTAR PUSTAKA
 LAMPIRAN:
Racangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Tentang
Pengelolaan Rumah Kos

iii
DAFTAR TABEL

Halaman

iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berdasarkan Pasal 28 H ayat ( 1) Undang-Undang Dasar Negara


Republik Indonesia Tahun 1945 memberikan hak kepada setiap orang
untuk hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan
mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan. Pengaturan tersebut menujukkan
adanya pengaturan hak atas perumahan dan hak untuk melakukan
usaha. Berdasarkan pengaturan tersebut pemerintah daerah wajib
memberikan pelayanan publik dalam penyelenggaraan perumahan dan
kawasan permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta
menghuni rumah yang layak dan terjangkau di dalam perumahan yang
sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah
Kabupaten Klungkung sebagai salah satu bagian dari kabupaten/kota
di Provinsi Bali berdasarkan kewenangannya memiliki sumber daya
ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah sebagai
akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi
dan/atau social di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah maupun masyarakat.
Pemerintah daerah bertanggung jawab melindungi segenap bangsa
Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni
rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus
dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah
padat penduduk di perkotaan. Di Kabupaten Klungkung dalam setiap
Kecamatan terdapat rumah kos yang dimiliki oleh warga klungkung.
Mengenai otonomi dan tugas pembantuan ditentukan dalam Pasal
18 ayat (2) UUD 1945, bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah
kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5) UUD 1945).
Dasar hukum pembentukan Peraturan Daerah dalam Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
merupakan dasar hukum pembentukan peraturan daerah diatur dalam

1
Pasal 236 Untuk menyelenggarakan Otonomi Daerah dan
TugasPembantuan, Daerah membentuk Perda.
(1) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibentuk oleh
DPRD dengan persetujuan bersama kepala Daerah.
(2) Perda sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat materi
muatan:
a. penyelenggaraan Otonomi Daerah dan Tugas Pembantuan;
dan
b. penjabaran lebih lanjut ketentuan peraturan perundang-
undangan yang lebih tinggi.
(4) Selain materi muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Perda dapat memuat materi muatan lokal sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Kewenangan pengaturan Pajak diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang No


28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (selajutnya
disebut UU PDRD). Dalam Pasal tersebut mengatur bahwa
(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
(2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
(3) Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang
memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(5) Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi,
tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota
otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis
Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari
Pajak untuk daerah provinsi dan Pajak untuk daerah
kabupaten/kota.

Dalam kaitannya dengan penelitian pemahaman akan rumah kos


dapat dikaitkan dengan pemahaman akan tes dan konteks dalam
ketentuan Pasal 1 angka 21 Pemehaman dalam arti rumah Kos 10
kamar adalah termasuk dalam pengertian hotel sebagaimana diatur
bahwa :

2
Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan
termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,
serta rumah Kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

Dalam kaitannya dengan kewenangan konkuren dalam Pasal 12


UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan daerah mengatur bahwa :
Pasal 12
(1) Urusan Pemerintahan Wajib yang berkaitan dengan Pelayanan
Dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) meliputi:
a. pendidikan;
b. kesehatan;
c. pekerjaan umum dan penataan ruang;
d. perumahan rakyat dan kawasan permukiman;
e. ketenteraman, ketertiban umum, dan pelindungan
masyarakat; dan
f. sosial.

Dalam lampiran D UU No 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang Perumahan dan
Kawasan Permukiman mengatur bahwa :
Tabel 1 : Kewenangan Kabupaten berdasarkan UU No 23 Tahun 2014
Sub Urusan Kewenangan Kabupaten
Perumahan a. Penyediaan dan rehabilitasi
rumah korban bencana
kabupaten/kota.
b. Fasilitasi penyediaan rumah
bagi masyarakat yang
terkena relokasi program
Pemerintah Daerah
kabupaten/kota.
c. Penerbitan izin
pembangunan dan
pengembangan perumahan.
d. Penerbitan sertifikat
kepemilikan bangunan
gedung (SKBG).
Kawasan pemukiman a. Penerbitan izin
pembangunan dan
pengembangan kawasan
permukiman.
b. Penataan dan
peningkatan kualitas
kawasan permukiman
kumuh dengan luas di
bawah 10 (sepuluh) ha
Perumahan dan kawasan Pencegahan perumahan dan
pemukimanKumuh kawasan permukiman
kumuh pada Daerah
kabupaten/kota.
Prasarana, sarana dan Utilitas Penyelenggaraan PSU
Perumahan

3
Umum ( PSU)
Sertifikasi, Kualifikasi, Sertifikasi dan registrasi bagi
Klasifikasi, dan orang atau badan hukum
Registrasi Bidang yang melaksanakan
Perumahan dan perancangan dan
Kawasan Permukiman perencanaan rumah serta
perencanaan prasarana,
sarana dan utilitas umum
PSU tingkat kemampuan
kecil

Sehingga berdasarkan dasar kewenangan tersebut perlu dibentuk


Peraturan Daerah tentang Rumah KOS.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas dapat dilakukan
identifikasi masalah terkait dengan penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Klungkung tentang Rumah KOS Berdasarkan pada
identifikasi masalah tersebut dapat dirumuskan 4 (empat) pokok
masalah, yaitu sebagai berikut:
Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa
yang akan ditemukan dan diuraikan dalam Naskah Akademik tersebut.
Pada dasarnya identifikasi masalah dalam suatu Naskah Akademik
mencakup 4 (empat) pokok masalah, yaitu sebagai berikut:
1) Permasalahan apa yang dihadapi dalam pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Rumah KOS
2) Mengapa perlu Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar
pemecahan masalah tersebut, yang berarti membenarkan
pelibatan negara dalam penyelesaian masalah tersebut
3) Apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,
sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten Klungkung tentang Rumah KOS ?.
4) Apakah sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung tentang
Rumah KOS ?.

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang


dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik
dirumuskan sebagai berikut:

4
1) Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat serta cara-cara
mengatasi permasalahan tersebut.
2) Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai
alasan pembentukan Rancangan Undang-Undang atau
Rancangan Peraturan Daerah sebagai dasar hukum
penyelesaian atau solusi permasalahan dalam kehidupan
berbangsa, bernegara, dan bermasyarakat.
3) Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
yuridis pembentukan Rancangan Undang-Undang atau
Rancangan Peraturan Daerah.
4) Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam
Rancangan Undang-Undang atau Rancangan Peraturan
Daerah.

Sementara itu kegunaan penyusunan Naskah Akademik adalah sebagai


acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan Rancangan Undang-
Undang atau Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah
Kos.

D. Metode

Penyusunan Naskah Akademik pada dasarnya merupakan suatu


kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan Naskah
Akademik yang berbasiskan metode penelitian hukum atau penelitian
lain. Penelitian hukum dapat dilakukan melalui metode yuridis normatif
dan metode yuridis empiris. Metode yuridis empiris dikenal juga dengan
penelitian sosiolegal. Metode yuridis normatif dilakukan melalui studi
pustaka yang menelaah (terutama) data sekunder yang berupa
Peraturan Perundang-undangan, putusan pengadilan, perjanjian,
kontrak, atau dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil
pengkajian, dan referensi lainnya. Metode yuridis normatif dapat
dilengkapi dengan wawancara, diskusi (focus group discussion), dan
rapat dengar pendapat. Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah
penelitian yang diawali dengan penelitian normatif atau penelaahan
terhadap Peraturan Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan
dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan kuesioner untuk
mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang berpengaruh
terhadap Peraturan Perundang-undangan yang diteliti. Penyusunan
Naskah Akademik ini yang pada dasarnya merupakan suatu kegiatan

5
penelitian penyusunan Naskah Akademik digunakan metode yang
berbasiskan metode penelitian hukum.1

D.1 Jenis Penelitian.


Dalam penelitian hukum terdapat dua model jenis penelitian
yang digunakan yaitu yaitu : Metode penelitian hukum normative atau
penelitian doctrinal dan Metode penelitian hukum sosiologis / empiris. 2

Bertitik tolak dari pemasalahan yang diangkat dalam kajian ini,


maka jenis penelitian dalam kajian ini mempergunakan penelitian
hukum normative. Dalam beberapa kajian jenis penelitian seperti ini
juga disebut dengan penelitian dogmatik. 3 Dalam penelitian hukum
normatif, untuk mengkaji persoalan hukumnya dipergunakan bahan-
bahan hukum yang terdiri dari bahan hukum primer ( primary sources
or authorities ) bahan-bahan hukum sekunder ( secondary sources or
authorities ) dan bahan hukum tersier ( tertier sources or authorities ).
Bahan-bahan hukum primer dapat berupa peraturan perundang-
undangan, bahan-bahan hukum sekunder dapat berupa makalah,
buku-buku yang ditulis oleh para ahli dan bahan hukum tersier berupa
kamus bahasa hukum dan kamus bahasa Indonesia.
D.2. MetodePendekatan.
Dalam penelitian hukum normative ada beberapa metode
pendekatan yakni pendekatan perundang-undangan ( statute approach ),
pendekatan konsep (conceptual approach ), pendekatan analitis (
analytical approach ), pendekatan perbandingan ( comparative approach
), pendekatan histories ( historical approach ), pendekatan filsafat (
philosophical approach ),dan pendekatan kasus ( case approach).4 Dalam
penelitian ini digunakan beberapa cara pendekatan untuk menganalisa
permasalahan. Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
perundang-undangan ( statute approach ), pendekatan kasus ( case
approach ) dan pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ).
Dalam penyusunan Naskah Akademik ini menggunakan
pendekatan perundang-undangan ( statute approach ), dilakukan dengan
menelaah peraturan perundang-undangan yang bersangkut paut dengan
pendelegasian kewenangan, antara lain UU Pemda, UU Pajak dn

1 Soelistyowati Irianto dan Sidharta, 2009, Metode Penelitian Hukum Konstelasi

Dan Refleksi,Yayasan Obor, h 177-178.


2 Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia

Jakarta, 1985, h 9.
3 Jan Gijsels,2005, Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta ) Apakah

Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas Parahyangan Bandung, h. 109-


110.
4 Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama
Offset, h. 93-137.

6
Retribusi Daerah dan Peraturan yang mengatur tentang Pengelolaan
Rumah Kos.
Pendekatan konsep hukum ( conceptual approach ) dilakukan
dengan menelaah pandangan-pandangan mengenai pendelegasian
kewenangan sesuai dengan penelitian tentang Rumah Kos5 Disamping
itu digunakan pendekatan kontekstual terkait dengan penerapan hukum
dalam suatu waktu yang tertentu.
D.3. Sumber Bahan Hukum.
Bahan hukum yang digunakan adalah bahan hukum primer dan
bahan hukum sekunder.6 Bahan hukum primer adalah segala dokumen
resmi yang memuat ketentuan hukum, dalam hal ini adalah UU Pemda
, UU Perbendaharaan Negara dan PP tentang Pengelolaan Rumah Kos
serta peraturan perundang-undangan yang lain yang terkait dengan
pendelegasian kewenangan mengatur pada peraturan perundang-
undangan.
Bahan hukum sekunder adalah dokumen atau bahan hukum
yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer seperti
hasil penelitian atau karya tulis para ahli hukum yang memiliki
relevansi dengan penelitian ini, termasuk di dalamnya kamus dan
ensiklopedia.
Selain itu akan digunakan data penunjang, yakni berupa
informasi dari lembaga atau pejabatdi lingkungan Pemerintah Daerah
Kabupaten Klungkung
D.4. Metode Pengumpulan Bahan Hukum.
Bahan hukum dikumpulkan melakukan studi dokumentasi, yakni
dengan melakukan pencatatan terhadap hal-hal yang relevan dengan
masalah yang diteliti yang ditemukan dalam bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier.
D.5 Teknis Analisis Bahan Hukum
Teknik analisa terhadap bahan-bahan hukum yang dipergunakan
dalam kajian ini adalah teknik deskripsi, interpretasi, sistematisasi,
argumentasi dan evaluasi. Philipus M.Hadjon mengatakan bahwa tehnik
deskripsi adalah mencakup isi maupun struktur hukum positif.7 Pada
tahap deskripsi ini dilakukan pemaparan serta penentuan makna dari
aturan-aturan hukum yang dikaji dengan demikian pada tahapan ini

5 Ibid, h 19.
6 C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Di Indonesia Pada Akhir
Abad ke 2 , Alumni, Bandung, h 134.
7 Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif ) dalam

Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember h 33.

7
hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu keadaan.8 Lebih
lanjut berkaitan dengan teknik Interpretasi Alf Ross mengatakan :
The relation berween a given formulation and specific complex of
facts.The technique of argumentation demanded by this method is
directed toward discovering the meaning of the statute and arguing
that the given facts sre either covered by it or not. 9
( terjemahan bebas : Hubungan antara rumusan konsep yang
diberikan dan kumpulan fakta khusus. teknik argumentasi ini
dibutuhkan oleh cara ini yang diarahkan kepada penemuan
makna dari undang-undang dan fakta-fakta yang saling
melengkapi satu sama lain )

Dari sisi sumber dan kekuatan mengikatnya menurut I Dewa Gede


Atmadja secara yuridis interpretasi ini dapat dibedakan menjadi : 10
1. Penafsiran otentik ; yakni penafsiran yang diberikan oleh
peraturan perundang-undangan itu sendiri. Penafsiran ini
adalah merupakan penjelasan-penjelasan yang dilampirkan
pada undang-undang yang bersangkutan ( biasanya sebagai
lampiran ). Penafsiran otentik ini mengikat umum ;
2. Penafsiran Yurisprudensi ; merupakan penafsiran yang
ditetapkan oleh hakim yang hanya mengikat para pihak yang
bersangkutan ;
3. Penafsiran Doktrinal ahli hukum ; merupakan penafsiran yang
diketemukan dalam buku-buku dan buah tangan para ahli
sarjana hukum. Penafsiran ini tidak mempunyai kekuatan
mengikat, namun karena wibawa ilmiahnya maka penafsiran
yang dikemukakan, secara materiil mempunyai pengaruh
terhadap pelaksanaan undang-undang.
Bertitik tolak dari pandangan Philipus M. Hadjon dan I Dewa
Atmadja di atas, maka untuk membahas persoalan hukum yang akan
dikaji, akan dipergunakan penafsiran otentik, penafsiran gramatikal dan
penafsiran sejarah hukum.
Penafsiran otentik dalam kajian ini dimaksudkan adalah
penafsiran yang didasarkan pada penafsiran yang diberikan oleh
pembentuk undang-undang, melalui penjelasan-penjelasannya dan
peraturan perundang-undangan yang lain.
Sedangkan penafsiran Gramatikal dalam pengkajian dilakukan
dalam kaitannya untuk menemukan makna atau arti aturan hukum,
khususnya aturan hukum yang berkaitan dengan Pengelolaan Rumah
Kos.

8 Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz, h 16.


9Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press, Barkely &
Los Angeles, h 111.
10 I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran KOSitusi Dalam Rangka Sosialisasi

Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen” Pidato Pengenalan
Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD, h 14 .

8
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

Bab ini memuat uraian mengenai materi yang bersifat teoretis,


asas, praktik, perkembangan pemikiran, serta implikasi sosial, politik,
dan ekonomi, keuangan negara dari pengaturan dalam suatu Undang-
Undang, Peraturan Daerah Provinsi, atau Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota. Bab ini dapat diuraikan dalam beberapa sub bab
berikut:

A. Kajian teoretis

Pemerintah Daerah bertanggung jawab melindungi segenap


bangsa Indonesia melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman agar masyarakat mampu bertempat tinggal serta menghuni
rumah yang layak dan terjangkau di dalam lingkungan yang sehat,
aman, harmonis, dan berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia.
Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, idealnya rumah harus
dimiliki oleh setiap keluarga, terutama bagi masyarakat yang
berpenghasilan rendah dan bagi masyarakat yang tinggal di daerah
padat penduduk di perkotaan. Negara juga bertanggung jawab dalam
menyediakan dan memberikan kemudahan perolehan rumah bagi
masyarakat melalui penyelenggaraan perumahan dan kawasan
permukiman serta keswadayaan masyarakat. Penyediaan dan
kemudahan perolehan rumah tersebut merupakan satu kesatuan
fungsional dalam wujud tata ruang, kehidupan ekonomi, dan social
budaya yang mampu menjamin kelestarian lingkungan hidup sejalan
dengan semangat demokrasi, otonomi daerah, dan keterbukaan dalam
tatanan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pemerintah daerah mempunyai tanggung jawab untuk menjadi
fasilitator, memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat,
serta melakukan penelitian dan pengembangan yang meliputi berbagai
aspek yang terkait, antara lain, tata ruang, pertanahan, prasarana
lingkungan, industri bahan dan komponen, jasa konstruksi dan rancang
bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia, kearifan
lokal, serta peraturan perundang-undangan yang mendukung.
Kebijakan umum pembangunan perumahan diarahkan untuk:
a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak dan terjangkau
dalam lingkungan yang sehat dan aman yang didukung
prasarana, sarana, dan utilitas umum secara berkelanjutan

9
serta yang mampu mencerminkan kehidupan masyarakat
yang berkepribadian Indonesia;
b. ketersediaan dana murah jangka panjang yang berkelanjutan
untuk pemenuhan kebutuhan rumah, perumahan,
permukiman, serta lingkungan hunian perkotaan dan
perdesaan;
c. mewujudkan perumahan yang serasi dan seimbang sesuai
dengan tata ruang serta tata guna tanah yang berdaya guna
dan berhasil guna;
d. memberikan hak pakai dengan tidak mengorbankan
kedaulatan negara; dan
e. mendorong iklim investasi asing.
Pengertian dan jenis bentuk rumah diatur dalam Pasal 1 dan Pasal 21
Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
KawasanPemukiman
1.Perumahan dan kawasan permukiman adalah satu kesatuan
sistem yang terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan
perumahan, penyelenggaraan kawasan permukiman,
pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan peningkatan
kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta
peran masyarakat.
2.Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari
permukiman, baik perkotaan maupun perdesaan, yang
dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
7.Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat
tinggal yang layak huni, saranapembinaan keluarga, cerminan
harkat dan martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan
tujuan mendapatkan keuntungan
Jenis dan Bentuk Rumah

(1) Jenis rumah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (3)


dibedakan berdasarkan pelaku pembangunan dan penghunian
yang meliputi:
a. rumah komersial;
b. rumah umum;
c. rumah swadaya;
d. rumah khusus; dan
e. rumah negara.

10
(2) Rumah komersial sebagaimana dimaksud pada
Kos merupakan salah satu tempat penyedia jasa penginapan atau
tempat tinggal sementara yang terdiri dari beberapa kamar dan setiap
kamar memiliki beberapa fasilitas yang ditawarkan atau disediakan dan
juga mempunyai harga yang telah ditentukan oleh pemilik Kos
sedangkan lama waktu penyewaan ditentukan sendiri oleh si penyewa
kamar. Kos ini adalah salah satu tempat tinggal yang banyak diminati
para pelajar khususnya mahasiswa sebab Kos adalah salah satu
tempat hunian yang di sewa untuk di tinggalkan sementara.

Tabel 2 : Perbedaan rumah kontrakan dan KOS

Sudut Rumah kontrakan Rumah kos


pandang
Sistem Pertahun atau Perbulan atau kelipatanya
pembayaran kelipatanya
Jangka waktu Tahunan, jadi kalau Bulanan, sehingga cocok
sewa sudah bayar uang sewa bagi yang hendak mencari
tapi bosen maka harus rumah sewa dalam waktu
over kontrak. pendek.
Garasi / Setiap rumah punya Satu garasi untuk seluruh
tempat parkir garasi masing-masing. penghuni rumah Kos
kendaraan
Tagihan listrik Masing-masing rumah Satu meteran untuk seluruh
& air ada meteran dan tagihan kamar Kos, jadi uang sewa
pembayarn sendiri. bulanan sudah termasuk
bayar listrik dan air.
Pengawasan sudah seperti milik Ada bapak Kos, atau ibu Kos
sendiri, jadi langsung yang bertugas mengawasi
berhubungan dengan RT seluruh anak Kos.
atau perangkat desa
setempat.
Kondisi Bangunan berdiri sendiri, Rata-rata menyatu dengan
bangunan sama seperti rumah pemilik rumah, hal ini untuk
warga pada umumnya. memudahkan pengawasan

dan penagihan bulanan


Dapur Setiap rumah punya Ada juga yang setiap kamar
dapur khusus. ada dapurnya, tapi
kebanykan satu dapur
untuk seluruh anak Kos.
Kebebasan Bebas bertamu asalkan Jam bertamu dan lokasi
tamu masih mematuhi norma penerimaan tamu dibatasi.
agama dan adat
setempat.
Kondisi Cocok bagi yang sudah Cocok disewa oleh para
penyewa berkeluarga, untuk pelajar, pekerja perantauan,
ditempati bersama mahasiswa dan sejenisnya.
pasangan dan anak-anak.

11
B. Kajian terhadap asas/prinsip yang terkait dengan penyusunan
norma.

Asas pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik,


telah dipositipkan dalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011. Dalam
undang-undang sebagaimana dimaksud, asas yang bersifat formal
diatur dalam Pasal 5 dan asas yang bersifat materiil diatur dalam Pasal
6. Pengertian masing-masing asas ini dikemukakan dalam penjelasan
pasal dimaksud. Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan
yang baik, asas yang bersifat formal pengertiannya dapat dikemukakan
dalam tabel berikut. Berdasarkan Pasal 5 UU 12/2011 mengatur :
1. kejelasan tujuan
2. kelembagaan atau pejabat pembentuk yang tepat
3. kesesuaian antara jenis, hierarki, dan materi muatan
4. dapat dilaksanakan
5. kedayagunaan dan kehasilgunaan
6. kejelasan rumusan
7. Keterbukaan

Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan Yang Baik, Yang


Bersifat Materiil diatur dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU 12/2011
antara lain :
1. Pengayoman
2. Kemanusiaan
3. Kebangsaan
4. Kekeluargaan
5. Kenusantaraan
6. Bhinneka Tunggal Ika
7. Keadilan
8. Kesamaan Kedudukan dalam Hukum dan Pemerintahan
9. Ketertiban dan Kepastian Hukum
10. Keseimbangan, Keserasian, dan Keselarasan

Asas-asas tersebut kemudian membimbing para legislator dalam


perumusan norma hukum ke dalam aturan hukum, yang berlangsung
dengan cara menjadikan dirinya sebagai titik tolak bagi permusan
norma hukum dalam aturan hukum. Dalam penyusunan Rancangan
Peraturan Derah tentang Pengelolaan Rumah Kos.

C. Analisis terhadap penentuan asas-asas ini juga memperhatikan


berbagai aspek bidang kehidupan terkait dengan Peraturan
Perundang-undangan yang akan dibuat, yang berasal dari hasil
penelitian.

Dalam 95 ayat (4) Undang-Undang Pajak dan Retribusi Daerah


ditentukan Peraturan Daerah tentang Pajak dapat juga mengatur
ketentuan mengenai:

12
a. pemberian pengurangan, keringanan, dan pembebasan
dalam halhal tertentu atas pokok pajak dan/atau
sanksinya;
b. tata cara penghapusan piutang pajak yang kedaluwarsa;
dan/atau
c. asas timbal balik, berupa pemberian pengurangan,
keringanan, dan pembebasan pajak kepada kedutaan,
konsulat, dan perwakilan negara asing sesuai dengan
kelaziman internasional.

Dalam penelitian terkait dengan Penyusunan Raperda Kabupaten


Klungkung didasarkan pada asas-asas tersebut di atas, baik asas
pembentukan peraturan perundang-undangan yang baik yang formal,
materiil, maupun asas yang termuat dalam UU Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah.

D. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta


permasalahan yang dihadapi masyarakat.

Dalam pelaksanaannnya praktik penyelenggaraan selama ini di


Kabupaten Klungkung pengelolaan rumah Kos dalam bentuk pendataan
yang dilakukan oleh masing-masing kelurahan di Kabupaten
Klungkung. Berdasarkan data yang diperoleh dalam bentuk sebaran
jumlah rumah Kos di Kabupaten Klungkung antara lain :

Tabel 3 : Data Rumah Kos Di Kabupaten Klungkung


No Kelurahan Jumlah Rumah Jumlah Pemilik
1 Kelurahan Semarapura Kelod
a. Lingkungan Kemoning Kaja 65 15
b. Lingkungan Kemoning Kelod 247 32
c. Galiran 206 24
d. Pekandelan 25 4
2 Kelurahan Semarapura Kaja
a. Lingkungan Semarapura
Kaja 58 8
b. Budaga 32 6
c. Pengending 29 3

3 Semarapura Klod Kangin

13
a. Pande 160 23
b. Menega 74 11
4 Kelurahan Semarapura Kangin
1.Lingkungan Senggoan 42 8
2. Lingkungan Lebah 49 13
Sumber : Data yang disampaikan oleh Bagian Hukum DPRD Klungkung
berdasarkan surat No 08/198/Pemtrantib, Tanggal 16 Oktober
2016

E. Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan


diatur dalam Undang-Undang atau Peraturan Daerah terhadap
aspek kehidupan masyarakat dan dampaknya terhadap aspek
beban keuangan negara.

Pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah


Kos merupakan sarana untuk menjaga agar terlaksananya :
a. terwujudnya batasan dan hubungan yang jelas tentang hak,
tanggung jawab, kewajiban, dan kewenangan seluruh pihak yang
terkait dengan rumah kos ;

b. terwujudnya sistem penyelenggaraan Rumah Kos mengatur


mengenai pemanfaatan, pengelolaan, perijinan, pengawasan; dan

c. terwujudnya pengaturan tentang rumah Kos, sehingga dapat


dijadikan dasar dalam penegakan hukum terkait dengan rumah
kos.

Pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung tentang


Rumah Kos membawa implikasi pada aspek keuangan daerah dan
pendapatan daerah, sehingga sangat diperlukan adanya pengaturan.

14
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Kewenangan pengaturan Pajak diatur dalam Pasal 2 Undang-


Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(selajutnya disebut dalam UU PDRD). Dalam Pasal tersebut mengatur
bahwa
(1) Jenis Pajak provinsi terdiri atas:
a. Pajak Kendaraan Bermotor;
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
d. Pajak Air Permukaan; dan
e. Pajak Rokok.
(2) Jenis Pajak kabupaten/kota terdiri atas:
a. Pajak Hotel;
b. Pajak Restoran;
c. Pajak Hiburan;
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
g. Pajak Parkir;
h. Pajak Air Tanah;
i. Pajak Sarang Burung Walet;
j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan;
dan
k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
(3) Daerah dilarang memungut pajak selain jenis Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2).
(4) Jenis Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dapat tidak dipungut apabila potensinya kurang
memadai dan/atau disesuaikan dengan kebijakan Daerah
yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah.
(5) Khusus untuk Daerah yang setingkat dengan daerah provinsi,
tetapi tidak terbagi dalam daerah kabupaten/kota
otonom, seperti Daerah Khusus Ibukota Jakarta, jenis
Pajak yang dapat dipungut merupakan gabungan dari
Pajak untuk daerah provinsi dan Pajak untuk daerah
kabupaten/kota.

Dalam kaitannya dengan penelitian pemahaman akan rumah KOS


dapat dikaitkan dengan pemahaman akan tes dan konteks dalam
ketentuan Pasal 1 angka 21 Pemehaman dalam arti rumah Kos 10
kamar adalah termasuk dalam pengertian hotel sebagaimana diatur
bahwa :
Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan
termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang
mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma
pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya,
serta rumah Kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 (sepuluh).

15
Berdasarkan Lampiran D UU No23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Bidang
Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan kewenangan kepada
kabupaten/kota untuk mengatur tentang perumahan.
Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah
Kos adalah :
1. Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945
2. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan
Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah Daerah-Daerah
Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1655);
3. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah
Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5049);
4. Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5188).
5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5234).
6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2016 Tentang
Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2016 Nomor 58 , Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5679);
7. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 3 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten
Klungkung (Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun
2008 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah No 2)

16
Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menentukan pemerintahan daerah
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan-peraturan lain
untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan. Ketentuan ini
merupakan landasan hukum konstitusional bagi pembentukan
Peraturan Daerah. Pemerintahan daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota adalah mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan (Pasal 18
ayat (2) UUD 1945). Pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-
luasnya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh undang-undang
ditentukan sebagai urusan Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5) UUD
1945).
Ketentuan tersebut menjadi politik hukum pembentukan
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pemilihan Kepala Pengelolaan .
Sebagai dasar hukum formal pembentukan perda ini adalah Pasal 18
ayat (6) UUD 1945, sebagaimana juga ditentukan pada Pedoman 39
Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan (TP3U) Lampiran
UU 12/2011, yang menyatakan bahwa dasar hukum pembentukan
Peraturan Daerah adalah Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

A. KETERKAITAN DENGAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN


YANG LAIN

Kekuasaan untuk membuat aturan dalam kehidupan bernegara


dikonstruksikan berasal dari rakyat yang berdaulat yang dilembagakan
dalam organisasi negara di lembaga legislatif sebagai lembaga
perwakilan rakyat misalnya kekuasaan membentuk undang-undang
merupakan kekuasaan negara yang dipegang oleh badan legislatif.11
Sedangkan cabang kekuasaan pemerintahan negara sebagai organ
pelaksana atau eksekutif hanya menjalankan peraturan-peraturan yang
ditetapkan oleh cabang legislative. Sementara itu cabang kekuasaan
kehakiman atau yudikatif bertindak sebagai pihak yang menegakkan
peraturan-peraturan itu melalui proses peradilan.

Penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rumah KOS


dalam rangka pelaksanaan pemerintahan dalam bentuk pengelolaan
rumah Kos dalam bentuk pengendalian.
Tabel 4 : Keterkaitan dengan Peraturan Perundang-undangan yang lain
Materi Keterkaitan Dengan Peraturan Perundang-Undangan

Made Subawa, 2003, Implikasi Yuridis Pengalihan Kekuasaan Membentuk


11

Undang-Undang terhadap Sistem Ketatanegaraan Republik Indonesia Pasca perubahan


UUD 1945, Disertasi Program Pasca Sarjana Universitas Airlangga, Surabaya, h. 1.

17
Muatan UU PDRD UU PKP UU Pemda
.... Jenis dan Bentuk a. Penyediaan
Pasal 2 ayat (2)
Rumah danehabilitasi rumah
Jenis Pajak Pasal 21 korbanbencana
kabupaten/kota terdiri (1) Jenis rumah kabupaten/kota.
atas: sebagaimana b. Fasilitasi penyediaan
a. Pajak Hotel; dimaksud dalam rumah bagi
b. Pajak Restoran; Pasal 20 ayat (3) masyarakatyang terkena
c. Pajak Hiburan; dibedakan relokasi
d. Pajak Reklame; berdasarkan c. program
e. Pajak Penerangan pelaku PemerintahDaerah
Jalan; pembangunan dan kabupaten/kota.
f. Pajak Mineral penghunian yang
Bukan Logam dan meliputi: d. Penerbitan izin
Batuan; a. rumah pembangunan dan
g. Pajak Parkir; komersial; pengembangan
h. Pajak Air Tanah; b. rumah umum; perumahan.
i. Pajak Sarang c. rumah
Burung Walet; swadaya;
j. Pajak Bumi dan d. rumah khusus; e. Penerbitan sertifikat
Bangunan dan kepemilikan bangunan
Perdesaan dan e. rumah negara. gedung (SKBG).
Perkotaan; dan (2) Rumah
k Bea Perolehan Hak komersial f. Penerbitan izin
atas Tanah dan sebagaima pembangunan
Bangunan na danpengembangan
dimaksud kawasan permukiman.
pada g. Penataan dan
peningkatan kualitasan
kawasan perumahan
h. Pencegahan perumahan
dan kawasan
permukiman kumuh
pada Daerah
kabupaten/kota
i. Penyelenggaraan PSU
perumahan.

Sumber : UU PDRD UU tentang Pemerintahan Daerah, PP tentang


Rumah

18
BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

Validitas hukum sebagaimana dimaksudkan oleh Hans Kelsen,


adalah eksistensi spesifik dari norma-norma. Dikatakan bahwa suatu
norma adalah valid adalah sama halnya dengan mengakui
eksistensinya atau menganggap norma itu mengandung “kekuatan
mengikat” bagi mereka yang perbuatannya diatur oleh peraturan
tersebut.12
Merujuk pada pandangan teoritik dari para sarjana yang telah
dikemukakan di atas, dikaitkan dengan ketentuan tentang teknik
penyusunan peraturan perundang-undangan13 dan teknik penyusunan
naskah akademik14 yang diadopsi Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2011 (UU No 12/2011),

A. Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk mempertimbangkan
pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang meliputi suasana
kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang bersumber dari
Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan
Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos Daerah landasan Filosofis
adalah landasan filosofisnya : Penyelenggaraan pemerintahan negara
dan pemerintahan daerah yang efektif dan efisien sangat membutuhkan
tersedianya sarana dan prasarana yang memadai yang terkelola dengan
baik dan efisien
Landasan filosofis dalam penyusunan Peraturan Daerah tentang
Rumah Kos, bahwa rumah merupakan salah satu bentuk pemenuhan
kebutuhan dasar yang wajib untuk dipenuhi sebagai bentuk
perlindungan bagi masyarakat.

12 Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul

Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung: Penerbit
Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006), h. 40
13 Angka 18 dan 19 TP3 (vide Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2011).
14Pasal 57 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011.

19
B. Landasan Sosiologis.

Landasan sosiologis merupakan pertimbangan atau alas an yang


menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dalam berbagai aspek. Landasan sosiologis
sesungguhnya menyangkut fakta empiris mengenai perkembangan
masalah dan kebutuhan masyarakat dan negara. Landasan Sosiologis
dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah tentang Rumah Kos
yaitu : Penyelenggaraan pemerintahan negara dan pemerintahan daerah
yang efektif dan efisien sangat membutuhkan tersedianya sarana dan
prasarana yang memadai yang terkelola dengan baik dan efisien. Dalam
penyusunan rancangan peraturan daerah tentang rumah KOS landasan
sosiologis yaitu peningkatan perkembangan masyarakat dan kebutuhan
masyarakat akan fasilitas dan rumah tanggan untuk bertempat tinggal
di rumah Kos dalam kurun waktu tertentu
C. Landasan Yuridis.
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi keKosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau yang
akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat.
Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang berkaitan
dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu dibentuk
Peraturan Perundang-Undangan yang baru. Beberapa persoalan hukum
itu, antara lain, peraturan yang sudah ketinggalan, peraturan yang tidak
harmonis atau tumpang tindih, jenis peraturan yang lebih rendah dari
Undang-Undang sehingga daya berlakunya lemah, peraturannya sudah
ada tetapi tidak memadai, atau peraturannya memang sama sekali
belum ada. Dalam penyusunan Rancangan Peraturan Daerah
berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-Undang No 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Dan Retribusi Daerah kabupaten/ kota berwenang untuk
mengatur dalam bentuk Peraturan Derah tentang Pengelolaan Rumah
Kos;

20
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN UNDANG-UNDANG, PERATURAN DAERAH PROVINSI, ATAU
PERATURAN DAERAH KABUPATEN/KOTA

Naskah Akademik pada akhirnya berfungsi mengarahkan ruang


lingkup materi muatan Rancangan Undang-Undang, Rancangan
Peraturan Daerah Provinsi, atau Rancangan Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota yang akan dibentuk. Dalam Bab ini, sebelum
menguraikan ruang lingkup materi muatan, dirumuskan sasaran yang
akan diwujudkan, arah dan jangkauan pengaturan.
Materi didasarkan pada ulasan yang telah dikemukakan dalam bab
sebelumnya. Selanjutnya mengenai ruang lingkup materi pada dasarnya
mencakup: isi sesuai dengan materi muatan dalam PP
A. ketentuan umum memuat rumusan akademik mengenai pengertian
istilah, dan frasa;
B. materi yang akan diatur;
C. ketentuan sanksi; dan
D. ketentuan peralihan.

Jangkauan materi muatan dalam penyusunan Rancangan Peraturan


Daerah :
1. Ketentuan Umum
2. Pengelola Rumah Kos
3. Izin Pengelolaan Rumah Kos
4. Pemutahiran Izin Pengelolaan Rumah Kos
5. Pungutan
6. Hak dan Kewajiban
7. Partisipasi Masyarakat
8. Pembinaan dan Pengawasan
9. Sanksi Administratif
10. Pendanaan
11. Ketentuan Penutup

21
BAB VI
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan kajian yang telah di lakukan di BAB terdahulu, dapat


ditarik kesimpulan
Pertama, bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Klungkung memiliki
kewenangan untuk melakukan pengaturan tentang rumah Kos
Kedua kewenangan tentang pembentukan Peraturan Daerah tentang
rumah Kos berdasarkan :
a. Pasal 18 ayat (6) UUD NRI 1945
b. Undang-Undang Nomor 69 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II Dalam Wilayah
Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara Barat dan
Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1958 Nomor 122, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 1655);
c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah Dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5049);
d. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5234).
e. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah
beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9
Tahun 2016 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016
Nomor 58 , Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
f. Peraturan Daerah Kabupaten Klungkung Nomor 3 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Kabupaten
Klungkung (Lembaran Daerah Kabupaten Klungkung Tahun

22
2008 Tambahan Lembaran Daerah Nomor 3, Tambahan
Lembaran Daerah No 2)

Ketiga, penyusunan Peraturan Daerah diperlukan agar rumah Kos


memiliki landasan dan kepastian dalam penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
Keempat, pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, yuridis
pembentukan Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah adalah :
a. Pertimbangan Filosofis, bahwa rumah merupakan salah satu bentuk
pemenuhan kebutuhan dasar yang wajib untuk dipenuhi sebagai
bentuk perlindungan bagi masyarakat ;

b. Pertimbangan Sosiologis bahwa peningkatan perkembangan


masyarakat dan kebutuhan masyarakat akan fasilitas dan rumah
tanggan untuk bertempat tinggal di rumah Kos dalam kurun waktu
tertentu

c. Pertimbangan yuridis bahwa berdasarkan Pasal 2 ayat (2) Undang-


Undang No 28 Tahun 2009 tentang Pajak Dan Retribusi Daerah
kabupaten/ kota berwenang untuk mengatur dalam bentuk
Peraturan Derah tentang Rumah KOS
Kelima, arah, sasaran, dan jangkauan pengaturan, dan ruang lingkup
materi muatan Peraturan Daerah yang akan dibentuk adalah:
1. Arah pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan dibentuk ini
adalah memberikan landasan dan kepastian hukum dalam
Pengelolaan Rumah Kos.
2. Sasaran yang hendak diwujudkan dari Peraturan Daerah yang
akan dibentuk ini adalah Pengelolaan Rumah Kos yang
transparan, efektif dan memiliki kepastian hukum.
3. Jangkauan pengaturan dari Peraturan Daerah yang akan
dibentuk ini adalah memberikan pedoman bagi:
a. Pemerintah Kabupaten dalam memfasilitasi dalam
Pengelolaan Rumah Kos;
b. Pemilik Rumah Kos dalam menetapkan pelaksaan
Pengelolaan Rumah Kos Penyewa Rumah Kos
4. Ruang lingkup materi muatan Peraturan Daerah yang akan
dibentuk Pembinaan dan Pengawasan.

B. SARAN

23
Penyusunan Naskah Akademik ini berikut Konsep Awal
Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Rumah Kos diadakan
FGD yang melibatkan SKPD terkait maupun para pengemban
kepentingan dengan tujuan mendapat saran dan kritik menuju
penyempurnaan naskah ini. sesuai dengan asas keterbukaan dan
ketentuan tentang partisipasi masyarakat dalam Pasal 96 UU P3 2011
dan Pasal 354 ayat (4) UU Pemerintahan Daerah 2004. Dalam Pasal 354
ayat (4) UU Pemerintahan Daerah 2014. Pasal partisipasi masyarakat
dalam bentuk :
a. konsultasi publik;
b. musyawarah;
c. kemitraan;
d. penyampaian aspirasi;
e. pengawasan; dan/atau
f. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

24
Alf Ross, 1969, On Law And Justice, University Of Californis Press,
Barkely & Los Angeles C.F.G.Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian
Hukum Di Indonesia Pada Akhir Abad ke 2 , Alumni, Bandung
Erna Widodo , 2000, Konstruksi ke Arah Penelitian Deskriptif, Avy-rouz
Hans Kelsen, Teori Umum tentang Hukum dan Negara, terjemahan Raisul
Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State,
(Bandung: Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006
I Dewa Gede Atmadja, 1996, Penafsiran KOSitusi Dalam Rangka
Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan
konsekuen” Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang
Hukum Tata Negara Pada FH.UNUD.
Jan Gijsels,2005, Mark Van Hocke ( terjemahan B. Arief Sidharta )
Apakah Teori Hukum Itu ? , Laboratorium Hukum Universitas
Parahyangan Bandung.
Rony Hanitijo Soemitro, 1985, Metodologi Penelitian Hukum, Ghalia
Indonesia Jakarta, 1985
Soelistyowati Irianto dan Sidharta, 2009, Metode Penelitian Hukum
Konstelasi Dan Refleksi,Yayasan Obor.
Peter Mahmud Marzuki; 2005, Penelitian Hukum, Jakarta Interpratama
Offset, h.

Philipus M Hadjon, 1994, Pengkajian Ilmu Hukum Dogmatik ( Normatif )


dalam Yuridika Nomor 6 Tahun IX, Nopember-Desember

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945


Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1992 tentang Pembentukan Kotamadya
Daerah Tingkat II Klungkung ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992 Nomor 9, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3480 );
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
Undang-Undang No 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Pemukiman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5188).
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234).
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587),

25
sebagimana diubah beberapa kali terkhir dengan Undang-Undang
No 2 tahun 2016 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 Tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang ( Lembaran Negara
Republik Indoensia Indonesia Tahun 2016 Nomor 24, Tambahan
Lembaran negara republik Indonesia Nomor 5657);

26
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG

NOMOR [] TAHUN []

TENTANG

PENGELOLAAN PENGELOLAAN RUMAH KOS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLUNGKUNG,

lll
Menimbang : a. bahwarumah kos
merupakan salah satu
bentuk usaha dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan
yang perlu mendapat
penghormatan,perlindungan,
dan pemenuhan dari
pemerintahan daerah;
b. bahwarumah kos
merupakan salah satu
upaya pemenuhan
bertempat tinggal telah
tumbuh dan berkembang,
yang pengelolaannya perlu
mendapat pengaturan agar
tidak mengganggu
ketertiban masyarakat;
c. bahwa untuk memberikan
landasan dan kepastian
hukum bagi pengelola
rumah kos, pemerintah
daerah, dan pengemban
kepentingan dalam
melakukan pengelolaan
rumah kos, perlu diadakan
pengaturan dengan
peraturan daerah;
d. bahwa berdasarkan
pertimbangan
sebagaimana dimaksud

27
dalam huruf a, huruf b,
huruf c, dan huruf d perlu
menetapkan Peraturan
Daerah tentang
Pengelolaan Rumah Kos;
Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-
Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun
1945;
2. Undang-Undang Nomor 69
Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-
Daerah Tingkat II Dalam
Wilayah Daerah- Daerah
Tingkat I Bali, Nusa
Tenggara Barat Dan Nusa
Tengggara Timur
(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
1958 Nomor 122,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 1655);
3. UU NO 28 Tahun 2009
4. Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5587) sebagaimana
telah diubah beberapa kali
terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun
5. 2016 Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun
2014 Tentang
Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun
2016 Nomor 58 ,
Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia
Nomor 5679);
Perda Urusan
4. (dasar hukum materiil)
Dengan Persetujuan Bersama

28
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

KABUPATEN KLUNGKUNG

dan

BUPATI KLUNGKUNG

MEMUTUSKAN

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG


PENGELOLAAN RUMAH KOS

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Pengelolaan Rumah Kos adalah kegiatan menyediakan


dan mengurus Rumah Kos.

2. Rumah Kos adalah bangunan gedung yang berfungsi


sebagai tempat tinggal yang terdiri dari kamar-kamar
yang sebagian atau seluruhnya diselenggarakan dengan
tujuan mendapatkan keuntungan dengan cara
menyewakan kepada orang lain sebagai tempat tinggal
dalam kurun waktu paling sedikit (satu) bulan.

3. Kamar Kos yang selanjutnya disebut Kamar adalah


bangunan gedung baik sebagai bagian dari Rumah Kos
maupun berdiri sendiri yang diselenggarakan dengan
tujuan mendapatkan keuntungan dengan cara
menyewakan kepada orang lain sebagai tempat tinggal
dalam kurun waktu paling sedikit (satu) bulan.

4. Daerah adalah Kabupaten Klungkung.

5. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Daerah


Kabupaten Klungkung.

6. Bupati adalah Bupati Klungkung.

7. Badan Pelayanan Perizinan Terpadu yang selanjutnya


disingkat BPPT adalah Badan Pelayanan Perizinan
Terpadu DaerahKabupaten Klungkung.

8. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pelayanan Perizinan


Terpadu DaerahKabupaten Klungkung.

Pasal 2
(1) Pengelolaan Rumah Kos yang diatur dalam Peraturan Daerah ini
termasuk Kamar Kos.
(2) Pengaturan Pengelolaan Rumah Kos dalam Peraturan Daerah ini
meliputi Pengelola Rumah Kos, Izin Pengelolaan Rumah Kos,
Pemutahiran Izin Pengelolaan Rumah Kos, Hak dan Kewajiban,

29
Partisipasi Masyarakat, Pembinaan dan Pengawasan, Pendanaan,
dan Sanksi Administratif.

BAB II
PENGELOLA RUMAH KOS
Pasal 3
(1) Pemilik Rumah Kos merupakan Pengelola Rumah Kos.
(2) Pengelola Rumah Kos melaksanakan Pengelolaan Rumah Kos.
(3) Pengelola Rumah Kos dapat melimpahkan pengurusan Rumah Kos
kepada orang lain.
(4) Dalam hal melimpahkan pengurusan Rumah Kos sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), Pengelola Rumah Kos wajib melimpahkan
kepada orang yang berdomisili di desa /kelurahan tempat Rumah
Kos berada.
(5) Orang sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan Pengurus
Rumah Kos.

Pasal 4
(1) Pelimpahan pengurusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) dilakukan secara tertulis antara Pengelola Rumah Kos dengan
Pengurus Rumah Kos.
(2) Pelimpahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sekurang-
kurangnya berisi:
a. pelimpahan pengurusan Rumah Kos dari Pengelola Rumah Kos
kepada Pengurus Rumah Kos; dan
b. kesediaan Pengurus Rumah Kos untuk mengurus Rumah Kos.
(3) Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos wajib
memberitahukan pelimpahan pengurusan Rumah Kos kepada Lurah
atau Perbekel setempat.
(4) Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disertai dengan
menyerahkan salinan pelimpahan tertulis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1).
(5) Lurah atau Perbekel dapat memerintahkan kepada Pengelola Rumah
Kos dan/atau Pengurus Rumah Kosuntuk memperlihatkan naskah
asli pelimpahan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

BAB III
IZIN PENGELOLAAN RUMAH KOS
Pasal 5
(1) Pengelola Rumah Kos wajib memiliki izin Pengelolaan Rumah Kos.
(2) Izin Pengelolaan Rumah Kos sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diberikan oleh Bupati.
(3) Bupati dapat melimpahkan kewenangan penerbitan Izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepada Kepala Badan.
(4) Izin Pengelolaan Rumah Kos berlaku selama Pengelola Rumah Kos
menjalankan usahanya.

Pasal 6
(1) Untuk memperoleh izin Pengelolaan Rumah Kos, Pengelola Rumah
Kos harus mengajukan permohonan kepada Bupati melalui Kepala
Badan.
(2) Persyaratan Izin Pengelolaan Rumah Kos meliputi:
a. mengisi formulir permohonan;
b. melampirkan fotokopi Kartu Tanda Penduduk pemohon dan
memperlihat dokumen aslinya;
c. melampirkan fotokopi Izin Mendirikan Bangunan atas bangunan
tempat dilakukan usaha Rumah Kosdan memperlihat dokumen
aslinya;dan

30
d. melampirkan fotokopi Izin Gangguan dan memperlihatkan
dokumen aslinya;
(3) Formulir permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
paling sedikit memuat:
a. nama Pengelola Rumah Kos;
b. alamat Pengelola Rumah Kos;
c. lokasi Rumah Kos;
d. nomor telepon Pengelola Rumah Kos;
e. ketersediaan sarana dan prasarana yang diperlukan dalam
menjalankan usaha Rumah Kos; dan
f. pernyataan pemohon tentang kesanggupan memenuhi ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(4) Kepala Badan harus memberikan bukti penerimaan permohonan Izin
Pengelolaan Rumah Kos kepada pemohon dengan mencantumkan
nama dokumen yang diterima.

Pasal 7
(1) Kepala Badan harus melaksanakan pemeriksaan kelengkapan,
kebenaran, dan keabsahan berkas permohonan Izin Pengelolaan
Rumah Kos.
(2) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) ditemukan bahwa berkas permohonan Izin Pengelolaan Rumah
Kos belum memenuhi kelengkapan, kebenaran, dan keabsahan,
Kepala Badan memberitahukan secara tertulis kekurangan yang
ditemukan kepada pemohon.
(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
pemberitahuan kekurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diselesaikan paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan
diterima oleh Kepala Badan.
(4) Apabila Kepala Badan tidak memberitahukan secara tertulis
kekurangan yang ditemukan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja
sejak permohonan diterima, permohonan Izin Pengelolaan Rumah
Kos dianggap lengkap, benar, dan absah dan dianggap telah
menerbitkan Izin Pengelolaan Rumah Kos.

Pasal 8
(1) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) ditemukan bahwa berkas permohonan Izin
Pengelolaan Rumah Kos telah memenuhi kelengkapan, kebenaran,
dan keabsahan, Kepala Badan menerbitkan Izin Pengelolaan Rumah
Kos.
(2) Penerbitan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
paling paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima
oleh Kepala Badan.

Pasal 9
(1) Kewajiban memiliki Izin Pengelolaan Rumah Kos, hanya berlaku
kepada Pengelola Rumah Kos yang melakukan usaha Rumah Kos
paling sedikit 5 (lima) Kamar Kos.

31
(2) Pengelola Rumah Kos yang mengelola paling banyak 2 (dua) Kamar
Kos wajib melaporkan Pengelolaan Rumah Kos kepada Lurah atau
Perbekel.
(3) Lurah atau Perbekel meneruskan laporan sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) kepada Camat paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak
diterimanya laporan.
(4) Camat meneruskan laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
kepada Bupati melalui Kepala Badan paling lama 3 (tiga) hari kerja
sejak diterimanya laporan.

Pasal 10
Ketentuan lebih lanjut mengenai Izin Pengelolaan Rumah Kos diatur
dalam Peraturan Bupati.

BAB IV
PEMUTAHIRAN IZIN PENGELOLAAN RUMAH KOS
Pasal 11

(1) Pengelola Rumah Kos wajib mengajukan permohonan pemutakhiran


Izin Pengelolaan Rumah Kos apabila terdapat suatu perubahan
kondisi terhadap hal yang tercantum di dalam Izin Pengelolaan
Rumah Kos paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja setelah suatu
perubahan terjadi.
(2) Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan kepada
Bupati melalui Kepala Badan.
(3) Pengajuan permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai
dengan dokumen penunjang yang terkait.

Pasal 12
(1) Kepala Badan harus melaksanakan pemeriksaan kelengkapan, kebenaran,
dan keabsahan berkas permohonan pemutakhiran Izin Pengelolaan Rumah
Kos.
(2) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditemukan bahwa berkas permohonan pemutakhiran Izin Pengelolaan
Rumah Kos belum memenuhi kelengkapan, kebenaran, dan keabsahan,
Kepala Badan memberitahukan secara tertulis kekurangan yang ditemukan
kepada pemohon.
(3) Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan pemberitahuan
kekurangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselesaikan paling
lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan diterima oleh Kepala Badan.
(4) Apabila Kepala Badan tidak memberitahukan secara tertulis kekurangan
yang ditemukan dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan
diterima, permohonan pemutakhiran Izin Pengelolaan Rumah Kos dianggap
lengkap, benar, dan absah dan dianggap telah menerbitkan Izin Pengelolaan
Rumah Kos.

Pasal 13
(1) Apabila berdasarkan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (1) ditemukan bahwa berkas permohonan Izin Pengelolaan Rumah Kos
telah memenuhi kelengkapan, kebenaran, dan keabsahan, Kepala Badan
menerbitkan Izin Pengelolaan Rumah Kos.
(2) Penerbitan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan paling
paling lambat 7 (tujuh) hari kerja sejak permohonan pemutakhiran Izin
Pengelolaan Rumah Kos diterima oleh Kepala Badan.

Pasal 14

32
Ketentuan lebih lanjut mengenai pemutakhiran Izin Pengelolaan Rumah
Kos diatur dalam Peraturan Bupati.

BAB V
PUNGUTAN
Pasal 15
(1) Izin Pengelolaan Rumah Kos tidak dipungut retribusi perizinan
tertentu.
(2) Pengelolaan Rumah Kos yang mengelola paling sedikit 10 (sepuluh)
Kamar Kos dikenakan Pajak Hotel sesuai dengan Peraturan Daerah
tentang Pajak Hotel.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN
Pasal 16
Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos wajib:
a. meminta fotokopi Kartu Tanda Penduduk Penghuni Rumah Kos;
b. meminta Penghuni Rumah Kos memperlihatkan Kartu Tanda Penduduknya;
c. melakukan registrasi Penghuni Rumah Kos;
d. melaporkan Penghuni Rumah Kos kepada Kepala Lingkungan atau Kepala
Dusun paling lama 1x24 jam sejak diterimanya sebagai Penghuni Rumah
Kos; dan
e. membuat tata tertib Rumah Kos.

Pasal 17
(1) Pengelola Rumah Kos berhak mendapat pelayanan yang baik dalam:
a. mengurus Izin Pengelolaan Rumah Kos; dan
b. mengurus pemutakhiran Izin Pengelolaan Rumah Kos.
(2) Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos berhak
mendapat pelayanan yang baik dalam mengurus pelaporan Penghuni
Rumah Kos.

BAB VII
PARTISIPASI MASYARAKAT
Pasal 18
(1) Masyarakat berhak berpartisipasi dalam pengelolaan Rumah Kos.
(2) Partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. menyampaikan keluhan kepada Pengelola Rumah Kos dan/atau
Pengurus Rumah Kos apabila Pengelolaan Rumah Kos
menimbulkan gangguan ketertiban masyarakat; atau
b. menyampaikan keluhan kepada Kepala Lingkungan atau Kepala
Dusun apabila Pengelolaan Rumah Kos menimbulkan gangguan
ketertiban masyarakat;

Pasal 19
(1) Kepala Lingkungan atau Kepala Dusun memiliki kewajiban untuk
memberikan penyelesaian atas hal yang dikeluhkan masyarakat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b.
(2) Apabila tidak mampu memberikan penyelesaian atas hal yang
dikeluhkan masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat
(2) huruf b, Kepala Lingkungan atau Kepala Dusun meneruskan
keluhan masyarakat kepada Lurah atau Perbekel.

BAB VIII

33
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pasal 20
(1) Bupati melakukan pembinaan atas Pengelolaan Rumah Kos.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa:
a. sosialisasi peraturan perundang-undangan berkenaan dengan
Pengelolaan Rumah Kos dan administrasi kependudukan kepada
Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos;
b. sosialisasi peraturan perundang-undangan berkenaan dengan
administrasi kependudukan kepada Penghuni Rumah Kos;
c. koordinasi dengan Bendesa Desa Pakraman untuk mencegah
Pengelolaan Rumah Kos menimbulkan hal yang bertentangan
dengan peraturan perundang-undangan dan/atau hukum adat
setempat.

Pasal 21
(1) Bupati melakukan pengawasan atas Pengelolaan Rumah Kos.
(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat meliputi:
a. pemeriksaan sewaktu-waktu ke lapangan untuk memastikan
kesesuaian Pengelolaan Rumah Kos dengan Izin Pengelolaan
Rumah Kos; dan/atau
b. pemeriksaan sewaktu-waktu ke lapangan untuk memastikan
kesesuaian Pengelolaan Rumah Kos dengan Izin Pengelolaan
Rumah Kosdengan peraturan perundang-undangan.

BAB IX
SANKSI ADMINISTRATIF
Pasal 22
(1) Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus Rumah Kos yang tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4),
Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau Pasal 16 dikenai teguran
tertulis pertama.
(2) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan
teguran tertulis pertama, Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus
Rumah Kos tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau
Pasal 16 dikenai teguran tertulis kedua.
(3) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan
teguran tertulis kedua, Pengelola Rumah Kos dan/atau Pengurus
Rumah Kos tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1), dan/atau
Pasal 16, Izin Pengelolaan Rumah Kos dibekukan.
(4) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah Izin
Pengelolaan Rumah Kos dibekukan, Pengelola Rumah Kos dan/atau
Pengurus Rumah Kos tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (4), Pasal 4 ayat (3), Pasal 11 ayat (1),
dan/atau Pasal 16, Izin Pengelolaan Rumah Kos dicabut.
Pasal 23
(1) Pengelola Rumah Kos yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (2) dikenai
teguran tertulis pertama.
(2) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan
teguran tertulis pertama, Pengelola Rumah Kos tidak memenuhi

34
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal
9 ayat (2)dikenai teguran tertulis kedua.
(3) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan
teguran tertulis kedua, Pengelola Rumah Kos tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal
9 ayat (2) dikenai teguran tertulis ketiga.
(4) Apabila dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diberikan
teguran tertulis kedua, Pengelola Rumah Kos tidak memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) dan Pasal
9 ayat (2),Pengelolaan Rumah Kos ditutup.

BAB X
PENDANAAN
Pasal 24
Pendanaan atas pelaksanaan Peraturan Daerah ini bersumber dari
Anggaran Pendapat dan Belanja Daerah Kabupaten Klungkung.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 25
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
||||
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah []

Ditetapkan di Klungkung

pada tanggal []

BUPATI KLUNGKUNG

<NAMA>

|||

Diundangkan di Klungkung

pada tanggal []

SEKRETARIS DAERAH
KLUNGKUNG

<NAMA>

NIP.

LLLL
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG
TAHUN [] NOMOR []

35
RANCANGAN

PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG
NOMOR [] TAHUN []
TENTANG
PENGELOLAAN RUMAH KOS

I. UMUM
Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun1945
mengamanatkantanggungjawabPemerintah Negara Indonesia antara lain
melindungisegenapbangsa Indonesia danseluruhtumpahdarah Indonesia
danuntukmemajukankesejahteraanumum.
Berkenaandenganmemajukankesejahteraanumum,Pasal 28Cayat
(1) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945menentukansetiap orang
berhakmengembangkandirimelaluipemenuhankebutuhandasarnyademi
meningkatkankualitashidupnyadan demi kesejahteraanumatmanusia.
Usaha merupakanbentukdarihakmengembangkandiri,
yaknidengancaramelakukanusahasetiap orang
dapatmengembangkandirinya. Salah
satubentukusahaituadalahusaharumahkos.
Salah
satukebutuhandasartersebutadalahtempattinggal.Mengenaibertempattin
ggal, Pasal 28Eayat (1) Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 menentukansetiap orang bebasmemilihtempattinggal di
wilayahNegara, danPasal 28Hayat (1) Undang-UndangDasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 menentukansetiap orang
berhakbertempattinggal.Rumahadalahbentuktempattinggalitu,
dengansebutan lain, orang bertempattinggal di
dalamrumah.Rumahmerupakankebutuhandasar yang
dijaminolehkonstitusi. Salah satujenisrumahadalahrumah yang
diselenggarakandengantujuanmendapatkeuntungan, yang
dapatberuparumahkos.
Berdasarkanketentuankonstitusionaltersebut,
makaterdapatjaminankonstitusionaluntukmelakukanusaharumahkosda
nbertempattinggaldalamrumahkos. Sebagaihakasasimanusia,
makaperlindungan, pemajuan, penegakan,
danpemenuhanhakasasimanusiaadalahtanggungjawabnegara,
terutamapemerintah, sebagaimanaditentukandalamPasal 28I ayat (4)
Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945.Termasukdalampengertian Negara,
tidaksajapemerintahpusattapijugapemerintahandaerah,
sesuaidenganPasal 18 Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
Perlindungan, pemajuan, penegakan,
danpemenuhanhakmelakukanusaharumahkosdanbertempattinggal di
dalamrumahkosmerupakantanggungjawabpemerintahandaerah,
dalamhalinipemerintahandaerahKabupatenKlungkung. Salah
satubentukpemenuhantersebutadalahpembentukanperaturanperundang
-undangan, dalamhalinipembentukanperaturandaerah, yang

36
jugaberfungsiperlindungandanpenegakanhakmelakukanusaharumahkos
danbertempattinggal di dalamrumahkos.
Hakmelakukanusaharumahkosdanbertempattinggal di
dalamrumahkos,
tidaksajamerupakanjaminankonstitusionalsecaratekstual,
tapisecarakontekstualtelahtumbuhdanberkembangusaharumahkosdi
KabupatenKlungkung.
Pembangunan rumahkos di
KabupatenKlungkungtelahberkembangdenganpesat. Selainitu,
jugaberpotensimenimbulkanmasalahsosial.Potensimasalahsosialiniperlu
diantisipasi agar tidakmenggangguketertibanumum, yang
dengandemikianjugamelindungihak-
hakwarganegaralainnyadanmelindungikepentinganumum.
PembentukanPeraturan Daerah tentangPengelolaanRumah Kos
dimaksudkanuntukitu, yaknimelindungi, menegakkan,
danmemenuhihakmelakukanusaharumahkosdanbertempattinggal di
dalamrumahkos, danmelindungi, menegakkan, danmemenuhihak-
hakwarganegaralainnyadanmelindungikepentinganumum.
Sampaisaatsekarang,
pemerintahandaerahKabupatenKlungkungbelummemilikiPeraturan
Daerah tersebut.PembentukanPeraturan Daerah
tentangPengelolaanRumah Kos
dimaksudkanjugauntukmemberikanlandasanhukumdankepastianhuku
mdalampengelolaanrumahkos, baikbagipengelolarumahkos,
aparaturpemerintahdaerah, dan para pengembankepentingan,
sepertimasyarakattermasukdesapakraman,
saatmelaksanakanpartisipasimasyarakatdalampengelolaanrumahkos.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal 1
Cukupjelas.

Pasal 2
Cukupjelas.

Pasal 3
Cukupjelas.

Pasal 4
Cukupjelas.

Pasal 5
Ayat (1)
Cukupjelas.

Ayat (2)
Cukupjelas.

Ayat (3)
Yang dimaksuddengan “melimpahkankewenangan”
adalahMandatsebagaimanadimaksuddalamPasal 14 Undang-
UndangNomor 30 Tahun 2014
tentangAdministrasiPemerintahan(Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014Nomor292,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5601).

37
Ayat (4)
Cukupjelas.

Pasal6
Cukupjelas.

Pasal7
Cukupjelas.

Pasal8
Cukupjelas.

Pasal9
Ayat (1)
Yang dimaksuddengan “3 (tiga) Kamar Kos” adalahbaik yang
beradadalam 1 (satu) lokasimaupunberadalebihdari1 (satu)
lokasi.

Ayat (2)
Cukupjelas.

Ayat (3)
Cukupjelas.
Ayat (4)
Cukupjelas.

Pasal10
Cukupjelas.

Pasal 11
Cukupjelas.

Pasal 12
Cukupjelas.

Pasal 13
Cukupjelas.

Pasal 14
Cukupjelas.

Pasal 15
Ayat (1)
KetentuaninisesuaidenganUndang-UndangNomor 23 Tahun
2014 tentangPemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5587) sebagaimanatelahdiubahbeberapa kali
terakhirdenganUndang-UndangNomor 9 Tahun 2016
TentangPerubahanKeduaAtasUndang-UndangNomor 23
Tahun 2014 TentangPemerintahan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 58 ,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5679), yang di dalamPasal 286 ayat (1) menentukan,
Pemerintah Daerah
dilarangmelakukanpungutanataudengansebutan lain di luar
yang diaturdalamundang-undang.

38
PungutandaerahdiaturdalamUndang-undangNomor 28
Tahun 2009 tentangPajak Daerah danRetribusi Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
130, TambahanLembaran NegaraRepublik Indonesia Nomor
5049), yang
mengelompokanpungutandaerahkedalampajakdaerahdanretr
ibusidaerah. Salah
satujenisretribusidaerahadalahRetribusiPerizinanTertentu,
dan di
dalamnyatidakmengaturtentangretribusiizinpengelolaanrum
ahkos.

Ayat (2)
KetentuaninisesuaidenganUndang-undangNomor 28 Tahun
2009 tentangPajak Daerah danRetribusi Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5049), yang di dalamPasal 1 angka 19 menentukan, Pajak
Hotel adalahpajakataspelayanan yang diberikanoleh Hotel,
danPasal 1 angka 20 menentukan, Hotel
adalahfasilitaspenyediajasapenginapan/peristirahatanterma
sukjasaterkaitlainnyadengandipungutbayaran, yang
mencakupjuga motel, losmen, gubugpariwisata,
wismapariwisata, pesangrahan,
rumahpenginapandansejenisnya,
sertarumahkosdenganjumlahkamarlebihdari 10 (sepuluh).

Perihalpajak hotel,
KabupatenKlungkungtelahmenetapkanPeraturan Daerah
KabupatenKlungkungNomor 1 Tahun 2012tentangPajak
Hotel (Lembaran Daerah KabupatenKlungkungTahun 2012
Nomor 1, TambahanLembaran Daerah
KabupatenKlungkungNomor 1).

Pasal 16
Cukupjelas.

Pasal 17
Cukupjelas.

Pasal 18
Cukupjelas.

Pasal 19
Cukupjelas.

Pasal20
Cukupjelas.

Pasal21
Cukupjelas.

Pasal22
Cukupjelas.

Pasal23
Cukupjelas.

Pasal24
Cukupjelas.

39
Pasal25
Cukupjelas.

(TAMBAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG


TAHUN [] NOMOR []

40

Anda mungkin juga menyukai