Anda di halaman 1dari 13

FORMULASI DAN UJI STABILITAS FISIK OBAT KUMUR ANTI BAKTERI YANG

MENGANDUNG EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA(Punicae Granati Pericarpium)


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr.wb, alhamduliah kita masih mendapatkan lindungan dari Allah
SWT, yang telah memberikan kemampuan kepada setiap makhluknya. Shalawat serta salam
kita tujukan kepada manusia terbaik sepanjang masa Nabi Muhammad saw. Atas izin-Nya
kami dapat menyelesaikan proposal penelitian yang berjudul “FORMULASI DAN UJI
STRABILITAS FISIK OBAT KUMUR ANTI BAKTERI YANG MENGANDUNG
EKSTRAK KULIT BUAH DELIMA”, ini dapat terselesaikan. Proposal penelitian ini di
tujukan untuk memenuhi tugas Metodologi Penelitaian.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan proposal ini, untuk itu kami
berharap saran dan kritik yang membangun dari para pembaca. Akhirnya kami berharap
semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Aamiin.
Wassalamua’alaikum wr.wb
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia dikenal salah satu negara yang memiliki hutan tropis yang luas, tanaman
delima tumbuh di indonesia dimana Delima berasal dari timur tengah. Memiliki daerah
penyebaran tempat tumbuh yang luas dari daerah-daerah tropis sampai subtropis, dari daerah
sampai ketinggian tempat tumbuh kurang dari 1000 m dlp. Tanaman ini tumbuh daerah
beriklim basah sampai kering dengan air tanah dalam pada tanah gambar dan tidak terendam
air. Tanaman delima tumbuh subur di daerah Garut, Jawa Barat dan memiliki banyak
kandungan yang berkhasiat untuk pengonbatan.
Sebaian besar masyarakat berpikir bahwa buah delima hanya memiliki manfaat pada
daging buahnya saja; yaitu kandungan vitamin saja. Rupanya akar, batang, daun dan biji dari
buah yang berwarna seperti bibir seksi ini lebih memiliki khasiat yang luar biasa sebagai
obat, kesehatan dan kecantikan. Selain itu kulit buah delima (Punicae Granati
Pericarpium)berkhasiat sebagai anti bakteri untuk bakteri staphylococcus aureu. Maka dari
pada itu bisa di buat sebagai obat kumur, hasil uji klinik terhada ginggivitis menunjukan
bahwa setelah berkumur dengan infusa kulit buah delima (Punicae Granati Pericarpium) 1%
lebih efektif dari pada berkumur dengan larutan kontrol (air) dan larutan povidon iodida 1%.
Mulut merupakan salah satu sistem pencernaan manusia dan merupakan salah satu bagian
tubuh yang sangat penting, makanan yang masuk ke mulut kemudian di kunyah oleh gigi dan
dengan bantuan enzim yang di hasilkan oleh kelenjar ludah (Aang.S 2009).
Penyakit gigi menempati urutan ke-6 dari keluhan masyarakat atau 5,21% dari 25,13%
masyarakat mengeluhkan sakit gigi, salah satunya bisa di sebabkan oleh Radang gusi yang
dibiarkan begitu saja berpotensi berkembang menjadi periodontitis. Komplikasi yang serius
ini merupakan inflamasi pada jaringan dalam gusi dan tulang yang umumnya berujung pada
gigi yang tanggal.
Larutan kumur adalah sediaan berupa larutan encer non steril yang di gunakan sebagian
besar untuk penyegar atau sebagi antiseptik. Larutan kumur dirancang untuk mengurangi
bakteri penyebab bau mulut, menghilangkan partikel makanan, mengurangi bau mulut,
peradangan gusi dan memberikan rasa menyegarkan.
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang dikaji pada penelitian ini
a. Berapa konsentrasi kulit buah delima(Punicae Granati Pericarpium) yang
memberikan efektivitas terhadap bakteri staphylococcus aureus ?
b. Apakah larutan kulit buah delima(Punicae Granati Pericarpium) mempunyai
stabilitas yang baik ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat formulasi sediaan larutan yang mempunyai
aktivitas anti bakteri yang mengandung tanin kulit buah delima (Punicae Granati
Pericarpium) yang stabil.
1.4 Kegunaan Penelitian
Hasil dari penelitian di harapkan dapat menentukan sediaan obat kumur yang baik, stabil
dan efektif dari ekstrak kulit buah delima (Punicae Granati Pericarpium) dan sebagai sumber
informasi mengenai pemanfaatan kulit buah delima untuk sediaan obat kumur.

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Tinjauan Botani


1.1.1 Klasifikasi Tanaman
1.2 Tinjauan Tentang Mulut
Mulut adalah rongga lonjong pada permulaan saluran pencernaan. Terdiri atas dua
bagian, bagian luar yangsempit atau vestibula, yaitu ruang di antara gusi serta gigi dengan
bibir dan pipi, dan bagian dalam, yaitu rongga mulut yang dibatasi di sisi-sisisnya oleh tulang
maxilaris dan semua gigi dan di sebelah belakang bersambung dengan farinx.
Rongga mulut dilapisi epitel, gepeng, berlapis tanduk (keratin) atau tanpa berlapis tanduk,
bergantung pada daerahnya. Lapisan keratin melindungi mukosa mulut terhadap kerusakan
pada saat mengunyah dan hanya terdapat pada gingival dan palatum durum.
1.2.1 Lidah
Lidah adalah massa otot rangka yang ditutupi oleh suatu membran mukosa dengan
struktur yang bervariasi sesuai daerahnya. Permukaan dorsal lidah bertekstur ireguler,
yang
ditutupi di sebelah anterior oleh sejumlah besar tonjolan kecil yang disebut papila,
sebagian
besar papila di bagian anterior lidah merupakan peninggian membran mukosa.
Kelenjar ludah adalah kelenjar majemuk bertandaan, yang berarti terdiri atas
gabungan kelompok alveoli berbentuk kantong dan yang membentuk lubang-lubang
kecil. Saluran saluran dari setiap alveolus bersatu untuk membentuk saluran yang lebih
besar dan menghubungkan sekret ke saluran utama untuk sampai ke mulut. Kelenjar
ludah yang utama ialah kelenjar parotis, submandibulis dan sublingualis. Keenjar parotis
ialah yang terbesar, sekretnya masuk ke dalam mulut melalui saluran parotis atau saluran
stensen. Kelenjar sublingualis terletak di bawah kedua sisi tulang rahang, sekretnya
masukke dalam mulut melalui saluran submandibularis atau saluran wharton, yang
bermuara di dasar mulut . kelenjar sublingualis terletak di bawah lidah kanan dan kiri
frenulum lingue dan masuk ke dalam mulut ke dasar mulut melalui beberapa muara kecil.
Sekresi saliva memegang peranana penting sekali dalam mempertahankan
kesehatan jaringan mulut. Mulut banyak mengandung bakteri patogen yang dapat dengan
mudah menghancurkan jaringan dan dapat juga menyebabkan karies dentis. Saliva
membantu membersihkan bakteri patogen maupun partikel makanan yang memberikan
sokongan metaboliknya, saliva juga mengandung beberapa faktor yang sebenarnya
menghancurkan bakteri, dan saliva mengandung protein antibodi dalam jumlah yang
bermakna yang dapat menghancurkan bakteri mulut. Tanpa adanya saliva jaringan mulut
dapat mengalami infeksi dan karies gigi yang hebat. Kelenjar submaksilaris dan
sublingualis diatur oleh implus saraf dari bagian superior nukleus salivatorius dan
glandula parotidea. Rasa asam, dapat merangsang menimbulkan sekresi saliva dalam
jumlah besar sebanyak 5 ml permenit atau 8 sampi 20 kali kecepatan sekresi basal.
1.2.2 Faring
Faring yakni suatu rongga peralihan antara rongga mulut dan sistem pernapasan
dan sistem pencernaan, merupakan daerah komunikasi antara hidung dan laring. Struktur
faring terdiri dari dinding faring tersusun atas tiga lapisan, yaitu lapisan mukosa, lapisan
fibrosa dan lapisan berotot. Lapisan mukosa yang terletak paling di dalam, bersambung
dengan lapisan dalam hidung, mulut dan saluran eustakhius.
Faring mengandung tonsil dan mukosa faring juga memiliki banyak kelenjar liur
mukosa kecil dalam lamina proprianya. Tonsil dipenuhi pembuluh darah dan pembuluh
limfe dan mengandung banyak limfosit. Permukaan tonsil ditutupi membran mkosa yang
bersambung dengan bagian bawah faring, mukus ini mengandung banyak limfosit.
Meskipun demikian tonsil bisa gagal menahan infeksi, menyebabkan peradangan tonsil
(tonsilitis)

1.2.3 Gigi

Pada manusia dewasa normalnya terdapat 32 gigi permanen, setiap gigi memiliki
mahkota diatas gingival. Mahkota gigi ditutupi oleh email yang sangat keras dan akar gigi
ditutupi oleh jaringan yang mirip tulang yaitu sementum. Gigi sensitif terhadap beberapa
stimulus, seperti panas, dingin, trauma, pH asam dan semua stimulus dirasakan sebagai
nyeri. Pulpa banyak mengandung serabut saraf dan sejumlah serabut saraf tak bermielin
menjulur ke dalam tubulus dentis didekat rongga pulpa. (junqueira)Pengunyahan atau
mengunyah adalah menggigit dan menggiling makanan diantara gigi atas dan gigi bawah.
Gerakan lidah dan pipi pembantu dengan memindahkan makanan lunak ke palatum atas
dan ke gigi-gigi.

1.3 Kerusakan Gigi

Kerusakan gigi adalah penyakit pada email, dentin dan sementum yang menyebabkan
demineralisasi progresif dari komponen yang mengalami klasifikasi dan perusakan
komponen organik dengan pembentukan lubang pada gigi.(bois)

Permukaan enamel yang tampak merupakan sasaran penumpukan debris nekrosis, bahan
sisa makanan dan glikoprotein air liur bersama-sama merupakan bercak dental. Akumulasi
bahan-bahan gigi ini terdiri dari mono dan oligosakarida yang merupakan bahan
pertumbuhan mikroba. Bakteri tertentu secara enzim menurunkan sifat-sifat gula yang
berkaitan dengan bercak dan akibat produksi asam. Pada pH rendah, perlahan-lahan akan
terjadi pelarutan progresif mineral enamel, membentuk fokus berlubang. Lesi karies ini
memiliki kecenderungan mempengaruhi lubang-lubang dan fisura-fisura pada permukaan
penutupan, juga pada permukaan proksimal segera dibawah daerah kontak antara gigi-gigi
yang berdekatan.
Perubahan-perubahan patologi secara klinik dan makroskopi pada karies ditandai suatu
gambaran keruh, perubahan warna putih seperti kapur dan enamel, diikuti terjadinya lubang
dan perubahan warna menjadi coklat. Penjelajahan yang runcing biasa digunakan untuk
memeriksa permukaan enamel pada daerah-daerah lubang, fisura dan permukaan
interproksimal. Bila penjelajah terjepit atau tersangkut pada fokus yang diduga karies,
diagnosis dapat dipastikan. Secara mikroskopik bagian-bagian deklasifikasi memperlihatkan
bakteri pada tubuli dentis. Invasi kedalam pulpa berakibat radang akut maupun kronik.

Karies gigi diterapi dengan pembersihan kavitas secara mekanik dan setelah
menempatkan bahan restorasi gigi. Gigi dengan pulpitis atau nekrosis pulpa memerlukan
terapi saluran akar atau pencabutan bila dianggap tidak dapat direstorasi. (robbins & kumar)

Pembentukan plak bakteri pada daerah stagnasi mendahului pembentukan lubang. Bakteri
asidogenik dan asidurik, bersama dengan bentuk filamentosa terdapat pada plak ini. Sekali
lubang telah terbentuk pada email dengan mengenai dentin yang terletak dibawahnya,
mikroorganisme proteolitik merusak struktur gigi yang mengalami deklasifikasi. Karies
menyebar ke lateral pada hubungan dentin dan email, melemahkan dan merusak email.(boies)

1.3 Bakteri

Bakteri termasuk kedalam sel prokariotik mengandung struktur yang terbatasi oleh
membran sitoplasma bersifat permeabel. Bakteri berdiameter 0,5-1𝜇m, secara morfologi
bakteri termasuk beberapa bentuk:
a. Basil, bentuknya silinder, pendek
b. Bengkok
c. Kokus, bentuknya seperti bola kecil.
Struktur bakteri terdiri dari nukleus, membran sitoplasma, dan struktur permukaan sel.
Struktur permukaan sel ini meliputi:
1. Fimbria fungsinya sebagai perlekatan dan dapat menyebabkan pergerakan pada bakteri.
2. Pili ukuran lebih pendek dari fimbriae dapat dilihat pakai mikroskop terlibat dalam proses
konjugasi fungsinya sebagai alat untuk melekat pada permukaan.
3. Kapsul sebagai pembungkus seluruh bakteri yang mempunyai fungsi untuk melindungi
dan tidak dapat difagositosis oleh sistem imun.
Struktur permukaan sel kaku dalam pemberian suatu bentuk dari sel tersebut. Membran
sitoplasma bersifat semipermiabel dibawah struktur permukaan sel. Bakteri punya sifat yang
tetap, dipegang oleh nukleus dalam bentuk DNA dan RNA pada protein terdapat membran
sehingga termasuk kedalam prokariot.

1.4 Larutan

1.4.1 Definisi dan kegunaan larutan

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau lebih zat kimia yang terlarut.

Penggolongan berdasarkan sistem pelarut dan zat terlarut:

1. Spirit adalah larutan yang mengandung etanol atau hidroalkohol dari zat mudah
menguap, umumnya digunakan sebagai bahan pengaroma.
2. Tingtura adalah larutan mengandung etanol atau hidroalkohol yang dibuat dari bahan
tumbuhan atau senyawa kimia.
3. Air aromatik adalah larutan jernih dan jenuh dalam air, dari minyak mudah menguap
atau senyawa aromatik,atau bahan mudah menguap lainnya. Air aromatik dibuat
dengan cara destilasi dan disimpan dalam wadah yang terlindung dari cahaya dan
panas berlebih.

Co-solvency adalah campuran pelarut untuk melarutkan zat tertentu banyak


digunakan untuk membuat larutan obat. Co-solvency dapat dipandang sebagai modofikasi
polaritas sistem pelarut terhadap zat terlarut atau terbentuknya pelarut baru yang
terjadinya interaksi antar masing-masing individu pelarut dalam sistem campuran tidak
mudah diduga. Dengan demikian, co-solvency adalah suatu peristiwa terjadinya kenaikan
kelarutan karena penambahan pelarut lain atau modifikasi pelarut.

1.4.2 Larutan untuk Mulut

a. Callutorium (obat cuci mulut)


Collutorium adalah larutan pekat dalam air yang mengandung deodoran, antiseptik,
anestetika lokal dan adstringensia yang digunakan untuk obat cuci mulat, karena
digunakan untuk cuci mulut, sediaan ini harus dapat menghilangkan sisa-sisa
makanan dari mulut (sela-sela gigi). Umumnya larutan yang dipakai pada atau lewat
mulut mempunyai pH 7-9.5. Disimpan dalam botol putih bermulut kecil.
b. Gargarisma / gargle (obat kumur/larutan kumur)
Gargarisma / gargle adalah sediaan berupa larutan, umumnya dalam larutan
pekat yang harus diencerkan lebih dahlu sebelum digunakan, dimaksudkan untuk
digunakan sebagai pencegahan atau pengobatan infeksi tenggorokan atau jalan
napas
c. Litus oris (obat oles bibir)
Obat oles bibir adalah cairan agak kental yang pemakaiannya disapukan pada
mulut.
d. Guttae oris (obat tetes mulut)
Obat tetes mulut adalah obat tetes yang digunakan untuk mulut dengan cara
mengencerkan lebih dahulu dengan air untuk dikumur-kumurkan, tidak untuk
ditelan.

1.4.3 Formula umum larutan kumur

Formula umum dari suatu obat kumur pada umumnya terdiri dari berbagai macam
bahan yang mempunyai fungsi spesifik, antaralain:
1. Zat aktif
Zat aktif yang terkandung dalam suatu larutan kumur umumnya bersifat antiseptik.
Antiseptik adalh suatu zat yang mampu membunuh atau menghambat pertumbuhan
mikroorganisme pada permukaan suatu jaringan. Zat antiseptik yang biasa digunakan
dalam obat kumur adalah timol, eugenol, povidon iodin, klorheksidin, heksaklorofen.
2. Pelarut
Pelarut yang digunakan biasanya dipilih berdasarkan sifat-sifat kelarutan zat aktif,
kemurnian, toksisitas, viskositas, rasa, bau dan warna yang menarik. Oleh karena itu
pelarut yang sering digunakan adalah air sedangkan untuk membantu kelarutan zat aktif
atau untuk meningkatkan viskositas biasanya ditambahkan zat pembantu pelarut seperti
alkohol, propilenglikol, sorbitol dan gliserin.
3. Pemanis
Pemanis yang biasanya digunakan adalah natrium siklamat, sorbitol atau gliserin.
4. Pengharum
Pengharum yang biasanya digunakan adalah minyak permen, minyak cengkeh,
minyak anisi dan mentol.
5. Pewarna
Penggunaan pewarna dalam larutan kumur hanya bertujuan untuk seketika, hanya
sebagai pembantu sensori untuk rasa yang digunakan dan untuk kekhasan produk.
Biasanya penggunaan pewarna disesuaikan dengan warna zat aktif yang dilarutkan serta
sesuai pula dengan aroma yang dipilih.
6. Surfaktan
Surfaktan adalah zat aktif permukaan, yaitu zat aktif yang mengadsorpsi permukaan
atau antarmuka untuk mengurangi tegangan permukaan satu tegangan antar muka. Zat ini
dapat digunakan sebagai pembasah, deterjen atau zat pengemulsi. Surfaktan yang umum
digunakan dalam sediaan gigi adalah natrium laurilsulfat.
7. Pengawet
Penambahan zat pengawet pada sediaan dimaksudkan untuk menjaga kestabilan
produk dan melindungi dari kontaminasi mikroba. Pengawet yang biasanya digunakan
dalam obat kumur adalah diklorofen, natrium benzoat.(proposal)

1.4.4 Syarat larutan kumur

Beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh larutan kumur antara lain:

a. Membasahi kumur yang menyebabkan gangguan kesehatan gigi dan mulut


b. Tidak menyebabkan iritasi
c. Tidak mengubah indera perasa
d. Tidak mengganggu keseimbangan flora mulut
e. Tidak meningkatkan resistensi mikroba
f. Tidak menimbulkan noda pada gigi
BAB II
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan di laboratorium. Tahap


awal penelitian yaitu di buat ekstrak kulit buah delima dengan metode maserahi di
laboratorium fitokimia Universitas Garut.
Tahap selanjutnya penentuan Konsentrasi Hambat Minimum yang dilakukan
untuk menentukan konsentrasi dari ekstrak kulit buah delima dalam formulasi larutan
kumur. Kemudian dilakukan formulasi dasar obat kumur yang sesuai, lalu dibuat
formulasi yang mengandung ektrak kulit buah delima dimana ekstrak tersebut
terdapat senyawa tanin.
Kemudian dilakukan pembuatan dan pemilihan basis larutan kumur yang
stabil, basis yang stabil akan digunakan pada formulasi selanjutnya. Setelah
diperoleh formulasi basis yang stabil, kemudian ke dalam formula ditambahkan
ektrak kulit buah delima dengan berbagai konsentrasi. Setiap formula dilakukan uji
stabilitas fisik yang meliputi pengamatan organoleptik, pengukuran pH dan
viskositas.
BAB III
ALAT DAN BAHAN
3.1 Alat

3.2 Bahan
Bahan uji yang dilakukan pada penelitian adalah kulit buah delima, bahan yang
digunakan pada formulasi adalah natrium lauril sulfat, natrium benzoat, gliserin,
sukrosa, mentol, dan aquadest .
BAB IV
RENCANA KERJA

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah ekstrak kulit buah delima memiliki aktivitas antibakteri
sekaligus menentukan konsentrasi hambat minimum (KHM) terhadap bakteri Stapylococcus ...
Pengujian ini dilakukan menggunakan metode difusi agar dengan cara ...

Anda mungkin juga menyukai