Anda di halaman 1dari 7

ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala

E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017

PROBLEMATIKA DALAM PELAKSANAAN PENDIDIKAN SEJARAH DI SEKOLAH


MENEGAH ATAS KOTA DEPOK

Yusuf Budi Prasetya Santosa


Pendidikan Sejarah Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta, Jalan Rawamangun Muka, Jakarta
Timur 13220
Email : prasetyabudi29@gmail.com

Abstract : Educational history is an important instrument to build a nation. A proverb says that history
makes people wise and sensible. Anybody could learn from history and then use the lesson for a better
future. Educational history as a large concept has a smaller derivative, that is the learning of history.
Historical learning is given formally from primary to secondary level of education. In the process, history
teacher has a big role for the success of educational history. History teacher act as the front guard in
conducting educational history. But in the process there are some problems that inhibit the success of
history learning. The problem could be overcome when history teacher returns to the "rail" of true
historical education.
Key words: educational history, history teacher, history learning

Abstrak : Pendidikan sejarah adalah suatu wahana penting dalam pendidikan suatu bangsa. Ada adagium
yang mengatakan sejarah membuat orang menjadi arif dan bijaksana. Berawal dari sejarah seseorang
dapat belajar dan menggunakan pelajarannya untuk masa depan yang lebih baik. Pendidikan sejarah
sebagai sebuah konsep besar memiliki turunan yang lebih kecil, yaitu pembelajaran sejarah. Pembelajaran
sejarah diberikan secara formal sejak mengenyam pendidikan dasar hingga menengah atas. Pada proses
tersebut Guru Sejarah memiliki peran yang sangat besar demi keberhasilan pendidikan sejarah. Guru
Sejarah sebagai garda terdepan dalam melaksanakan pendidikan sejarah. Namun di dalam prosesnya
terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat keberhasilan pembelajaran sejarah. Masalah itu dapat
diatasi bilamana Guru Sejarah kembali kepada “rel” pendidikan sejarah yang sejati.
Kata Kunci: Pendidikan Sejarah, Guru Sejarah, Pembelajaran Sejarah

PENDAHULUAN merupakan ilmu pengetahuan yang sangat


diperlukan untuk pendidikan manusia seutuhnya
Pendidikan sejarah adalah suatu wahana (Kochar, 2008).
penting dalam pendidikan suatu bangsa. Suatu Pendidikan sejarah secara formal mulai
kenyataan yang tidak dapat dimungkiri banyak diberikan sejak Sekolah Dasar (SD) hingga
negara di dunia ini yang menempatkan Sekolah Menengah Atas (SMA) bertujuan agar
pendidikan sejarah sebagai unsur penting dalam siswa memperoleh pemahaman ilmu, memupuk
pendidikan kebangsaan mereka. Hal ini pemikiran historis dan pemahaman sejarah.
disebabkan karena adanya keyakinan bahwa Pemahaman fakta, penguasaan ide-ide, dan
materi pendidikan sejarah mampu kaidah sejarah, penting untuk membangun daya
mengembangkan sifat dan karakter generasi berpikir kritis, berpikir keratif, kemampuan
muda bangsa. belajar, rasa ingin tahu, kepedulian sosial, dan
Pendidikan sejarah dapat menanamkan semangat kebangsaan.
pada diri siswa pengetahuan, sikap, dan nilai- Menurut Garvey dan Krug dalam Hamid
nilai mengenai proses perkembangan masyarakat Hasan, terdapat lima tujuan yang harus dicapai
Indonesia, dan dunia dari masa lampau hingga oleh pengajaran sejarah, antara lain; 1)
kini. Tidak diragukan lagi bahwa sejarah menambah pengetahuan mengenai fakta-fakta

30
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017

sejarah, 2) menambah dan memberikan apresiasi karena itu, pembelajaran sejarah seperti
terhadap peristiwa-peristiwa sejarah, 3) dianaktirikan di sekolah–sekolah.
mendapatkan kemampuan menilai dan Berdasarkan kenyataan tersebut, maka
mengkritik tulisan-tulisan sejarah, 4) mempelajari pertanyaan yang muncul antara lain, mengapa
teknik-teknik penelitian sejarah, 5) mempelajari terjadi kesenjangan antara potensi dan realita
cara penulisan sejarah (Hasan, 1991). Setiap pendidikan sejarah seperti yang diungkapkan di
tujuan memiliki sifat yang berbeda-beda. atas? Sebenarnya apa saja yang menjadi
Pemahaman sejarah mutlak diperlukan probelmatika dalam pendidikan sejarah dewasa
guna mencapai tujuan dari pembelajaran. Ada ini, khususnya di tingkat SMA yang ada di Kota
adagium, bahwa sejarah membuat seseorang Depok? Kemudian yang terpenting adalah apakah
menjadi lebih arif dan bijaksana dalam bertindak. yang harus dilakukan oleh Guru Sejarah selaku
Sejarah mengajarkan manusia bagaimana belajar garda terdepan dalam mengatasi problematika
dari masa lalu untuk melakukan perubahan ke yang ada dalam mengimplementasikan
arah yang lebih baik di masa depan kelak. Bangsa pendidikan sejarah.
yang tidak mengetahui sejarah akan mudah
dikelabui (Rowse, 2014). METODOLOGI PENELITIAN
Pada Kurikukum 2013 mata pelajaran
sejarah, sebagai implementasi dari pendidikan Pada penelitian ini digunakan
sejarah mendapatkan porsi waktu yang banyak. metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang
Tanner dan Tanner dalam Hamid Hasan mempunyai karakteristik alami (natural setting)
menyampaikan, bahwa kurikulum sejarah dapat sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses
dikembangkan melalui beberapa filosofi antara lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam
lain: Perenialisme, pendidikan sejarah harus penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara
mengembangkan rasa bangga terhadap bangsa analisis induktif serta makna merupakan hal yang
dan negara. Esensialisme, pendidikan sejarah esensial. Terdapat enam macam metodologi
sebagai sarana untuk mengembangkan penelitian yang menggunakan pendekatan
kemampuan intelektual siswa. Humanisme, kualitatif, yakni: etnografis, studi kasus,
pendidikan sejarah harus mampu grounded theory, interaktif, partisipatories, serta
mengembangkan kepribadian siswa. penelitian tindakan kelas.
Rekonstruksi sosial, pendidikan sejarah harus Dalam hal ini penelitian yang digunakan
mampu menyiapkan siswa untuk suatu kehidupan yakni penelitian studi kasus (case study), yaitu:
yang lebih baik di masa sekarang dan masa yang suatu penelitian yang dilaksanakan untuk
akan datang (Hasan, 2012). Oleh karenanya mempelajari secara intensif tentang latar
pemberian pendidikan sejarah tidak dapat belakang keadaan sekarang, serta interaksi
ditawar–tawar kembali. Pendidikan sejarah lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok,
melalui pembelajaran sejarah wajib diberikan. lembaga, atau masyarakat.
Bukan hanya sekedar pemberian materi Di dalam penelitian ini, yang menjadi
pelajaran, melainkan nilai – nilai kebajikan yang instrumen utama adalah peneliti sendiri. Sumber
ada di dalamnya harus ditanamkan kepada para data utama dalam penelitian ini yaitu kata-kata,
siswa, karena maju mundurnya suatu bangsa tindakan, dan beberapa referensi buku.
tergantung kepada pemahamannya akan sejarah Penelitian ini berlokasi di beberapa SMA
bangsa itu sendiri. di Kota Depok karena di dasarkan pada beberapa
Sayangnya, wacana besar tentang pertimbangan; Pendidikan Sejarah seringkali
pendidikan sejarah yang dijelaskan di atas tidak dianggap remeh dan tidak penting oleh khalayak
menjadi kenyataan di dunia pendidikan. banyak secara umum dan oleh siswa SMA secara
Pembelajaran sejarah sebagai implementasi dari khusus.
pendidikan sejarah sering dianggap Teknik pengumpulan data dalam
membosankan oleh siswa, karena penuh beban penelitian ini adalah wawancara, observasi serta
hafalan, dan dianggap tidak memiliki manfaat dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif
bagi siswa, tidak membangkitkan sifat berpikir fenomena dapat di mengerti maksudnya secara
kritis, serta jauh dari realita kehidupan. Oleh baik, jika dilakukan interaksi dengan subyek

31
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017

melalui wawancara mendalam dan observasi menjadi sampel dalam penelitian ini, antara lain
pada latar, dimana fenomena tersebut terjadi, di SMAN 1 Depok, SMAN 4 Depok, SMAN 5
samping itu untuk melengkapi data diperlukan Depok, SMAN 12 Depok, SMAIT Na’as
dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis Cilodong, dan SMA Rafflesia.
oleh atau tentang subyek). Wawancara yaitu Pembelajaran sejarah merupakan
percakapan dengan maksud tertentu. Maksud implementasi dari pendidikan sejarah di sekolah.
digunakannya wawancara antara lain: Di beberapa SMA tersebut ditemukan beberapa
a. Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, hal yang universal, antara lain sebagian siswa
kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, justru tidak memperhatikan penjelasan guru,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain. mereka terlihat tidak memiliki motivasi belajar.
b. Mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan Beberapa siswa juga sibuk dengan aktivitasnya
demikian yang dialami masa lalu. masing-masing seperti mengobrol dengan teman,
Pada penelitian ini teknik wawancara yang bermain dengan gawai yang dimilikinya,
digunakan peneliti adalah wawancara mendalam. mengerjakan tugas pelajaran lain, atau tertidur.
Maksudnya, peneliti mengajukan beberapa Hal tersebut disebabkan karena proses
pertanyaan secara mendalam yang berhubungan pembelajaran sejarah yang terjadi secara
dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data monoton dan satu arah. Idealnya belajar adalah
yang dibutuhkan dalam penelitian bisa terkumpul adanya perubahan tingkah laku yang
secara maksimal sedangkan subjek peneliti berkesinambungan, yang memiliki tujuan dan
dengan teknik Purposive Sampling yakni terarah secara positif dan rasional. Menurut
pengambilan sampel bertujuan, sehingga Gagne, belajar adalah an occurrence that takes
memenuhi kepentingan peneliti. place over an interval of time and thus may be
Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif analyzed and described in terms of the
observasi diklarifikasikan menurut tiga cara. components of this time sequence (Gagne, 1965).
Pertama, pengamat bisa bertindak sebagai Di dalam proses pembelajaran sejarah
partisipan atau nonpartisipan. Kedua, observasi sering kali Guru Sejarah justru hanya
dapat dilaksankan secara terus terang atau menggunakan satu metode pembelajaran, seperti
penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut ceramah. Metode pembelajaran ceramah
latar penelitian dan dalam penelitian ini sebenarnya sangat baik digunakan dalam
menggunakan teknik observasi yang pertama di pembelajaran sejarah, terutama untuk
mana pengamat bertindak sebagai partisipan. menanamkan nilai–nilai kebajikan yang terdapat
Teknik Dokumentasi, menggunakan teknik ini dalam pelbagai peristiwa sejarah. Akan tetapi,
untuk mengumpulkan data dari sumber non jika metode ceramah dilakukan terus menerus
insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan justru akan membuat pembelajaran berdampak
rekaman. buruk seperti yang dijabarkan di atas. Ida
Damayanti, Guru Sejarah SMAN 4 Depok
HASIL DAN PEMBAHASAN mengatakan bahwa jika dirinya terlalu sering
menggunakan metode ceramah, maka siswa akan
Problematika dalam Pelaksanaan Pendidikan merasa jenuh. Kelas menjadi tidak efektif karena
Sejarah di Tingkat SMA Kota Depok siswa yang mengalami kejenuhan justru akan
Seringkali kenyataan sangat berbeda mengganggu proses pembelajaran.
dengan harapan. Berdasarkan wawancara dengan Selain perihal metode pembelajaran,
beberapa Guru Sejarah, dalam proses kedudukan Guru Sejarah di kelas juga menjadi
pembelajaran sejarah banyak ditemukan pebagai salah satu faktor penting dalam keberhasilan
permasalahan. Pertama, proses pembelajaran pembelajaran sejarah. Berdasarkan wawancara
yang cenderung monoton, dan terjadi hanya satu dengan beberapa siswa secara acak, mayoritas
arah. Kedua, ketidaktahuan Guru Sejarah akan siswa menginginkan Guru Sejarah yang
filosofi pendidikan sejarah. Ketiga, memberikan ruang bagi mereka untuk
ketidakpahaman guru akan kedudukan dan tujuan berpendapat. Seperti yang diungkapkan oleh Alfa
dari pendidikan sejarah. Permasalahan– Tirza Aprilia, Siswi SMAN 5 Depok bahwa
permasalahan itu terjadi di beberapa SMA yang dirinya akan senang jika dalam proses

32
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017

pembelajaran dirinya diberikan kesempatan tetapi tidak dikembangkan secara “adequate”


untuk memberikan pendapat yang berbeda dalam pembelajaran sejarah (Hasan, tahun tidak
dengan yang diberikan oleh guru. Masalahnya diketahui). Guru Sejarah selalu mengatakan
mayoritas Guru Sejarah yang menjadi sampel bahwa dengan mempelajari sejarah maka tujuan
secara tidak sadar, tidak memberikan siswa pembelajaran sejarah akan tercapai, namun jika
kesempatan untuk mengemukakan pendapat yang kita kembali kepada permasalahan satu dan dua
berbeda. Mereka beralasan bahwa pembelajaran di atas tentu itu adalah hal yang tidak akan
sejarah harus mengacu kepada fakta–fakta mungkin diwujudkan.
sejarah yang baku. Hal ini membuat Terdapat adagium yang mengatakan,
pembelajaran sejarah menjadi satu arah, tidak ada bahwa sejarah ditulis oleh para penguasa. Hal
interaksi antara Guru Sejarah dan siswa. tersebut menyebabkan banyaknya interpretasi
Mayoritas Guru Sejarah tidak tahu akan atas suatu peristiwa sejarah. Pendidikan sejarah
filosofi dari pendidikan sejarah. Menurut Hamid tidak terlepas dari persoalan multidimensional
Hassan, pandangan filosofi yang mendominasi tersebut. Di dalam diktat yang ditulis oleh Hamid
dari pendidikan sejarah ialah esensialisme Hassan, dijabarkan bahwa perkembangan
(Hasan, tahun tidak diketahui). Esensialisme pendidikan sejarah tidak terlepas dari situasi
berusaha mencari dan mempertahankan hal-hal politik yang terjadi. Di masa awal kemerdekaan
yang esensial, yaitu sesuatu yang bersifat inti hingga kemerdekaan Indonesia diakui oleh dunia
atau hakikat fundamental, atau unsur mutlak yang pada 1949, penulisan sejarah diwarnai dengan
menentukan keberadaan sesuatu. Filosofi semangat anti-penjajahan. Sejarah bangsa
esensialisme dalam pendidikan sejarah Indonesia ditulis dengan sejarah penindasan
menghendaki sejarah diajarkan dalam bentuk kolonial.
utuh disiplin ilmu sejarah. Jika berpegangan Begitu pula pada masa Pemerintahan Orde
kepada filosofi sejarah, maka pendidikan sejarah Lama di bawah kepemimpinan Sukarno, narasi
harus diberikan secara menyeluruh dimulai dari sejarah kembali berubah. Ketika kolonialisme
pemahaman tentang definisi sejarah, ruang berhasil dihancurkan, segala unsur–unsur yang
lingkup sejarah, dan metodologi penelitian berunsur kolonialisme dipersalahkan, antara lain
sejarah. Sayangnya banyak Guru Sejarah yang Pemerintahan RIS yang merupakan gabungan
tidak mengerti atau bahkan tidak mengetahui Indonesia–Belanda (baca: RIS), kemudian
filosofi dari pendidikan sejarah. Alhasil, pemerintahan bergaya parlementer yang
pendidikan sejarah hanya dianggap hanya sebagai dianggap sangat liberal. Semua hal tersebut
proses transfer pengetahuan mengenai fakta– dianggap sebuah noda hitam dalam perjalanan
fakta peristiwa sejarah. Rata–rata Guru Sejarah sejarah bangsa Indonesia. Saat Orde Baru
SMA di sekolah sampel yang peniliti wawancarai berkuasa, kembali terjadi perubahan narasi
masih menganggap bahwa hal terpenting dari sejarah. Sejarah Orde Baru menuliskan segala
proses pendidikan sejarah ialah tercapainya sesuatu yang ada pada Orde Lama adalah
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) siswa. kesalahan sejarah. Terakhir ialah ketika Orde
Selain ketidaktahuan Guru Sejarah akan Baru tumbang berganti rezim reformasi, sejarah
filosofi pendidikan sejarah, banyak Guru Sejarah Orde Baru dinafikan, Orde Baru dianggap
yang juga belum mengerti tentang kedudukan melakukan control terhadap alur sejarah bangsa
dan tujuan dari pendidikan sejarah. Mayoritas Indonesia.
Guru Sejarah mengatakan, bahwa tujuan dari Kembali kepada permasalahan ketiga,
pendidikan sejarah ialah membangun sikap dan yaitu Guru Sejarah seringkali tidak mengetahui
semangat kebangsaan yang nasionalis. Seperti kedudukan dan tujuan dari pendidikan sejarah.
yang dikatakan Endang Kustanti Guru Sejarah Dari penjabaran diatas kita dapat menilai dimana
SMA Rafflesia, “Pelajaran sejarah memiliki peran sejarah pada setiap periode tersebut. Jika
tujuan untuk membangun karakter bangsa, sesuai kita cermati pendidikan sejarah justru digunakan
dengan sifat–sifat kepahlawanan.” Meski begitu, menjadi alat, untuk membenci masa lalu. Hal ini
menurut Hamid Hasan, pada kenyataan sangat bertentangan dengan tujuan pendidikan
pendidikan seajarah, tujuan ini hanya menjadi sejarah, sebagai pembentuk sifat dan karakter
sesuatu yang normatif, tercantum dalam tujuan kebangsaan. Maka, Guru Sejarah harus sadar,

33
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017

bahwa pendidikan sejarah berkedudukan masukan informasi untuk menciptakan gambaran


strategis. Bila pendidikan sejarah salah diberikan, keseluruhan yang berarti (Philip Kotler,2009).
maka akan menjadi senjata makan tuan yang Persepsi buruk khalayak umum akan
akan melukai. Selain harus memiliki kesadaran, sejarah, pembelajaran sejarah, dan pendidikan
Guru Sejarah juga harus paham betul akan tujuan sejarah harus dihilangkan. Pendidikan sejarah
pedidikan sejarah yaitu sejarah menciptakan mutlak perlu diberikan kepada siswa yang
manusia–manusia Indonesia yang arif dan meupakan generasi penerus bangsa. Menurut
bijaksana yang memandang bahwa setiap Guru Besar Pendidikan Sejarah Universitas
peristiwa sejarah adalah cermin bagi masa depan. Negeri Jakarta, Diana Nomida “Bilamana suatu
“Siswa harus melihat sejarah sebagai bangsa tidak lagi menghargai sejarahnya, maka
pembelajaran untuk memahami proses kehidupan dapat dipastikan cepat atau lambat bangsa
berbangsa,” tutur Eka Supriyadi, Guru Sejarah tersebut akan terjerumus dalam kehancuran.”
SMAN 12 Depok. Seperti yang dikatakan oleh Oleh karena itu, maka pendidikan sejarah harus
Carr, bahwa sejarawan tidak boleh menjadi kembali kepada “rel” yang sebenarnya.
hakim bagi masa lalu. Guru Sejarah, sebagai Perbaikan untuk mengembalikan
seorang sejarawan tidak boleh menggiring siswa pendidikan sejarah kembali ke “jalannya”
untuk melihat sejarah secara hitam dan putih. memang butuh perjuangan panjang. Hal pertama
Tentu butuh waktu yang tidak sedikit guna yang harus dilakukan ialah memperbaiki Sumber
mengentaskan problematika yang terdapat dalam Daya Manusia (SDM) yaitu Guru Sejarah. Guru
pelaksanaan pendidikan sejarah di tingkat SMA, Sejarah memang mempunya peranan kunci atas
terutama di Kota Depok. Selain kepandaian keberhasilan atau kegagalan pendidikan sejarah.
dalam teknik pembelajaran, penguasaan terhadap Mereka adalah barisan pelopor yang berdiri di
pendidikan sejarah secara utuh (baca: filosofi, garis terdepan. Meskipun pemerintah selaku
posisi, dan tujuan pendidikan sejarah) perlu pemegang kebijakan melakejukan perubahan–
bahkan wajib dimiliki oleh Guru Sejarah SMA perubahan atas kurikulum pendidikan terutama
Kota Depok. Guru Sejarah harus memulai yang menyangkut pendidikan sejarah tidak akan
membuka pikirannya, dan kembali berusaha ada dampaknya, bilamana tidak ada perbaikan
untuk belajar, karena semua itu demi tercapainya mutu Guru Sejarah. Bukan omong kosong jika
tujuan daripada pendidikan sejarah. Jika Guru hal yang paling penting adalah perbaikan mutu
sejarah sudah mau membuka dirinya, Guru Sejarah.
memperbaiki dirinya, ketiga problematika yang Guru Sejarah idealnya harus memenuhi
terpaparkan di atas bisa dihindari. beberapa kriteria, antara lain menguasai materi,
dan kreatif dalam manajemen pendidikan
Kembali kepada “Rel” Pendidikan Sejarah sejarah. Dari wawancara yang peneliti lakukan
yang Sebenarnya terhadap beberapa siswa dari sekolah sampel di
Selama ini pendidikan sejarah sering atas ditemukan bahwa mayoritas Guru Sejarah
dipandang sebelah mata oleh khalayak banyak. masih berfokus pada metode–metode
Terutama menyoal pembelajaran sejarah yang pembelajara, dan model evaluasi tertentu. Seperti
sebenarnya merupakan implementasi dari yang dikatakan oleh Shinta Pratiwi, Siswi SMAN
pendidikan sejarah. Sejarah sebagai mata 1 Depok, bahwa Guru Sejarah di sekolahnya
pelajaran diremehkan, danggap tidak popular, lebih sering melakukan ceramah, atau paling
dan dirasa kurang memberikan manfaat bagi tidak nonton film yang terkadang membuat
kehidupan. Pandangan buruk khalayak banyak pembelajaran menjadi membosankan. Hal senada
terhadap pendidikan sejarah tidak bisa dikatakan oleh Axel Geovani, Siswa SMAN 7
disalahkan. Pemahaman buruk mereka tentu tidak Depok yang mengatakan, sebaiknya ada variasi
muncul dengan sendirinya, melainkan terjadi atas lain dalam pembelajaran sejarah. Berbeda dengan
dasar pengalaman yang mereka miliki, yang kedua temannya, Eko Wibisono siswa SMAN 12
mungkin dari pendidikan sejarah yang pernah Depok mengatakan, bahwa apa yang diberikan
mereka terima. Menurut Kotler, persepsi adalah oleh Guru Sejarahnya seringkali hanya menjiplak
proses bagaimana seseorang menyeleksi, dari buku pelajaran, sehingga dirinya merasa
mengatur, dan menginterpretasikan masukan – kurang puas dalam proses belajar. Pelajaran

34
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017

sejarah tidak akan dipandang sebelah mata Dari observasi yang dilakukan peneliti di
bilamana Guru Sejarah memumpuni secara beberapa SMA di Kota Depok ditemukan,
intelektual dan mampu mengemas pembelajaran pembelajaran yang membosankan, murid yang
sejarah dengan menarik. tidak termotivasi untuk belajar, dan Guru Sejarah
Bukan hanya kemampuan intelektual dan yang tidak kompetibel dalam bidangnya. Semua
strategi pembelajaran sejarah yang harus dikuasai itu berdampak buruk bagi persepsi terhadap
oleh seorang Guru Sejarah, melainkan Guru pendidikan sejarah pada umumnya, dan mata
Sejarah harus mengerti konsep dari pendidikan pelajaran sejarah pada khususnya.
sejarah, karena sejarah sebagai keilmuan berbeda Guru sejarah sebagai pionir dalam
dengan sejarah sebagai pendidikan. Di dalam pendidikan sejarah harus memahami makna
kuliah terbuka yang diadakan oleh Jurusan Pasca filosofi pendidikan sejarah. Hal ini agar
Sarjana Pendidikan Sejarah Universitas Negeri pendidikan sejarah tidak melenceng dari “rel”
Jakarta, yang dibawakan oleh Agus Mulyana, yang sebagaiana dikehendaki. Mayoritas Guru
Dekan Pendidikan Sejarah UPI menjelaskan, Sejarah sebenarnya mengerti tujuan kenapa
bahwa pendidikan sejarah bertujuan untuk pendidikan sejarah harus diberikan, hanya saja
memberikan pemahaman kepada siswa tentang seringkali tanpa disadari mereka melupakan itu.
sejarah perjalanan bangsa. Masih menurutnya, di Pemahaman filosofi pendidikan sejarah penting,
dalam proses pendidikan sejarah Guru Sejarah karena disana terdapat posisi dan tujuan dari
seharusnya menjadi tangan panjang pemerintah. pendidikan sejarah.
Guru Sejarah dilarang untuk berpihak kepada Oleh karena itu pengembalian
”satu versi” dalam sebuah peristiwa sejarah. pendidikan sejarah ke “rel” nya harus dimulai
Berbeda dengan sejarah sebagai sebuah dari perbaikan mutu Guru Sejarah, baik yang
keilmuan, yang membiarkan terjadinya proses sudah ada ataupun yang baru. Guru sejarah harus
dialektis antar fakta sejarah yang ditemukan. pintar secara intelektual dan kreatif dalam
Guru Sejarah harus sadar bahwa tujuan melaksanakan pembelajaran sejarah.
pendidikan sejarah tidak hanya diarahkan kepada Keberhasilan atau kegagalan dari pembelajaran
penguasaan materi secara aspek pengetahuan sejarah berdampak pada pendidikan sejarah.
saja, tetapi dalam hal ini sejarah dapat memiliki Guru sejarah juga harus tahu perbedaan diantara
relevansi dengan kehidupan pada umumnya. sejarah sebagai sebuah keilmuan dan juga sejarah
sebagai pendidikan. Di dalam proses pendidikan
KESIMPULAN sejarah, Guru Sejarah harus menjadi tangan
panjang dari pemerintah, sebagai stakeholder
Dalam Kurikukum 2013 mata pelajaran yang memiliki kepentingan akan sejarah. Seperti
sejarah, sebagai implementasi dari pendidikan tujuan dari pendidikan sejarah, yaitu membangun
sejarah mendapatkan porsi waktu yang banyak. sikap dan semangat kebangsaan, yang telah
Sejarah dapat dikembangkan melalui beberapa digariskan oleh pemerintah.
filosofi antara lain: Perenialisme, pendidikan
sejarah harus mengembangkan rasa bangga DAFTAR PUSTAKA
terhadap bangsa dan negara. Esensialisme,
pendidikan sejarah sebagai sarana untuk Buku :
mengembangkan kemampuan intelektual siswa. Kochhar, S.K. 2008.Teaching of History.
Humanisme, pendidikan sejarah harus mampu Jakarta: Grasindo
mengembangkan kepribadian siswa. Hasan, Hamid. 1991. Kumpulan BahanSeminar
Namun pendidikan sejarah dewasa ini Sejarah Nasional IV; Sub Tema
masih jauh dari tujuannya. Permasalahan yang PendidikanSejarah. Jakarta: Departemen
ada antara lain proses pembelajaran yang Pendidikan dan Kebudayaan
cenderung monoton dan satu arah, ketidaktahuan Rowse, A.L. 2014.Apa Guna Sejarah?. Jakarta:
Guru Sejarah akan filosofi pendidikan sejarah, Komunitas Bambu
serta ketidakpahaman guru akan kedudukan dan Hasan, Hamid. 2012.Pendidikan Sejarah
tujuan dari pendidikan sejarah. Indonesia

35
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017

Isu dan Ide Dalam Pembelajaran. Bandung:


Rizqi Press 3. Eka Supriyadi, 14 Mei 2017 pukul 11.00,
Gagne, Robert. 1965.The Condition of Learning. SMAN 12 Depok
New York: Holt, Rinehart and Winston
Hasan, Hamid. Tahun tidak Siswa :
diketahui.Problematika
Pendidikan Sejarah. Bandung: UPI 1. Alfa Tirza Aprilia, 18 Mei 2017 pukul
Philip Kotler. 2009. Manajemen Pemasaran. 15.30, SMAN 5 Depok
Jakarta:
Erlangga 2. Shinta Pratiwi, 17 Mei 2017, pukul
10.00, SMAN 1 Depok
Wawancara :
3. Axel Geovani, 13 Mei 2017, pukul
Guru Sejarah : 16.00, SMAN 7 Depok
1. Ida Damayanti, 15 Mei 2017 pukul
12.00, SMAN 4 Depok 4. Eko Wibisono, 18 Mei 2017, pukul
14.00, SMAN 1 Depok
2. Endang Kustanti, 12 Mei 2017 pukul
15.00, SMA Rafflesia

36

Anda mungkin juga menyukai