Abstract : Educational history is an important instrument to build a nation. A proverb says that history
makes people wise and sensible. Anybody could learn from history and then use the lesson for a better
future. Educational history as a large concept has a smaller derivative, that is the learning of history.
Historical learning is given formally from primary to secondary level of education. In the process, history
teacher has a big role for the success of educational history. History teacher act as the front guard in
conducting educational history. But in the process there are some problems that inhibit the success of
history learning. The problem could be overcome when history teacher returns to the "rail" of true
historical education.
Key words: educational history, history teacher, history learning
Abstrak : Pendidikan sejarah adalah suatu wahana penting dalam pendidikan suatu bangsa. Ada adagium
yang mengatakan sejarah membuat orang menjadi arif dan bijaksana. Berawal dari sejarah seseorang
dapat belajar dan menggunakan pelajarannya untuk masa depan yang lebih baik. Pendidikan sejarah
sebagai sebuah konsep besar memiliki turunan yang lebih kecil, yaitu pembelajaran sejarah. Pembelajaran
sejarah diberikan secara formal sejak mengenyam pendidikan dasar hingga menengah atas. Pada proses
tersebut Guru Sejarah memiliki peran yang sangat besar demi keberhasilan pendidikan sejarah. Guru
Sejarah sebagai garda terdepan dalam melaksanakan pendidikan sejarah. Namun di dalam prosesnya
terdapat beberapa masalah yang dapat menghambat keberhasilan pembelajaran sejarah. Masalah itu dapat
diatasi bilamana Guru Sejarah kembali kepada “rel” pendidikan sejarah yang sejati.
Kata Kunci: Pendidikan Sejarah, Guru Sejarah, Pembelajaran Sejarah
30
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017
sejarah, 2) menambah dan memberikan apresiasi karena itu, pembelajaran sejarah seperti
terhadap peristiwa-peristiwa sejarah, 3) dianaktirikan di sekolah–sekolah.
mendapatkan kemampuan menilai dan Berdasarkan kenyataan tersebut, maka
mengkritik tulisan-tulisan sejarah, 4) mempelajari pertanyaan yang muncul antara lain, mengapa
teknik-teknik penelitian sejarah, 5) mempelajari terjadi kesenjangan antara potensi dan realita
cara penulisan sejarah (Hasan, 1991). Setiap pendidikan sejarah seperti yang diungkapkan di
tujuan memiliki sifat yang berbeda-beda. atas? Sebenarnya apa saja yang menjadi
Pemahaman sejarah mutlak diperlukan probelmatika dalam pendidikan sejarah dewasa
guna mencapai tujuan dari pembelajaran. Ada ini, khususnya di tingkat SMA yang ada di Kota
adagium, bahwa sejarah membuat seseorang Depok? Kemudian yang terpenting adalah apakah
menjadi lebih arif dan bijaksana dalam bertindak. yang harus dilakukan oleh Guru Sejarah selaku
Sejarah mengajarkan manusia bagaimana belajar garda terdepan dalam mengatasi problematika
dari masa lalu untuk melakukan perubahan ke yang ada dalam mengimplementasikan
arah yang lebih baik di masa depan kelak. Bangsa pendidikan sejarah.
yang tidak mengetahui sejarah akan mudah
dikelabui (Rowse, 2014). METODOLOGI PENELITIAN
Pada Kurikukum 2013 mata pelajaran
sejarah, sebagai implementasi dari pendidikan Pada penelitian ini digunakan
sejarah mendapatkan porsi waktu yang banyak. metodologi dengan pendekatan kualitatif, yang
Tanner dan Tanner dalam Hamid Hasan mempunyai karakteristik alami (natural setting)
menyampaikan, bahwa kurikulum sejarah dapat sebagai sumber data langsung, deskriptif, proses
dikembangkan melalui beberapa filosofi antara lebih dipentingkan dari pada hasil, analisis dalam
lain: Perenialisme, pendidikan sejarah harus penelitian kualitatif cenderung dilakukan secara
mengembangkan rasa bangga terhadap bangsa analisis induktif serta makna merupakan hal yang
dan negara. Esensialisme, pendidikan sejarah esensial. Terdapat enam macam metodologi
sebagai sarana untuk mengembangkan penelitian yang menggunakan pendekatan
kemampuan intelektual siswa. Humanisme, kualitatif, yakni: etnografis, studi kasus,
pendidikan sejarah harus mampu grounded theory, interaktif, partisipatories, serta
mengembangkan kepribadian siswa. penelitian tindakan kelas.
Rekonstruksi sosial, pendidikan sejarah harus Dalam hal ini penelitian yang digunakan
mampu menyiapkan siswa untuk suatu kehidupan yakni penelitian studi kasus (case study), yaitu:
yang lebih baik di masa sekarang dan masa yang suatu penelitian yang dilaksanakan untuk
akan datang (Hasan, 2012). Oleh karenanya mempelajari secara intensif tentang latar
pemberian pendidikan sejarah tidak dapat belakang keadaan sekarang, serta interaksi
ditawar–tawar kembali. Pendidikan sejarah lingkungan suatu unit sosial: individu, kelompok,
melalui pembelajaran sejarah wajib diberikan. lembaga, atau masyarakat.
Bukan hanya sekedar pemberian materi Di dalam penelitian ini, yang menjadi
pelajaran, melainkan nilai – nilai kebajikan yang instrumen utama adalah peneliti sendiri. Sumber
ada di dalamnya harus ditanamkan kepada para data utama dalam penelitian ini yaitu kata-kata,
siswa, karena maju mundurnya suatu bangsa tindakan, dan beberapa referensi buku.
tergantung kepada pemahamannya akan sejarah Penelitian ini berlokasi di beberapa SMA
bangsa itu sendiri. di Kota Depok karena di dasarkan pada beberapa
Sayangnya, wacana besar tentang pertimbangan; Pendidikan Sejarah seringkali
pendidikan sejarah yang dijelaskan di atas tidak dianggap remeh dan tidak penting oleh khalayak
menjadi kenyataan di dunia pendidikan. banyak secara umum dan oleh siswa SMA secara
Pembelajaran sejarah sebagai implementasi dari khusus.
pendidikan sejarah sering dianggap Teknik pengumpulan data dalam
membosankan oleh siswa, karena penuh beban penelitian ini adalah wawancara, observasi serta
hafalan, dan dianggap tidak memiliki manfaat dokumentasi. Sebab bagi peneliti kualitatif
bagi siswa, tidak membangkitkan sifat berpikir fenomena dapat di mengerti maksudnya secara
kritis, serta jauh dari realita kehidupan. Oleh baik, jika dilakukan interaksi dengan subyek
31
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017
melalui wawancara mendalam dan observasi menjadi sampel dalam penelitian ini, antara lain
pada latar, dimana fenomena tersebut terjadi, di SMAN 1 Depok, SMAN 4 Depok, SMAN 5
samping itu untuk melengkapi data diperlukan Depok, SMAN 12 Depok, SMAIT Na’as
dokumentasi (tentang bahan-bahan yang ditulis Cilodong, dan SMA Rafflesia.
oleh atau tentang subyek). Wawancara yaitu Pembelajaran sejarah merupakan
percakapan dengan maksud tertentu. Maksud implementasi dari pendidikan sejarah di sekolah.
digunakannya wawancara antara lain: Di beberapa SMA tersebut ditemukan beberapa
a. Mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, hal yang universal, antara lain sebagian siswa
kegiatan organisasi, perasaan, motivasi, justru tidak memperhatikan penjelasan guru,
tuntutan, kepedulian dan lain-lain. mereka terlihat tidak memiliki motivasi belajar.
b. Mengkonstruksikan kebulatan-kebulatan Beberapa siswa juga sibuk dengan aktivitasnya
demikian yang dialami masa lalu. masing-masing seperti mengobrol dengan teman,
Pada penelitian ini teknik wawancara yang bermain dengan gawai yang dimilikinya,
digunakan peneliti adalah wawancara mendalam. mengerjakan tugas pelajaran lain, atau tertidur.
Maksudnya, peneliti mengajukan beberapa Hal tersebut disebabkan karena proses
pertanyaan secara mendalam yang berhubungan pembelajaran sejarah yang terjadi secara
dengan fokus permasalahan. Sehingga data-data monoton dan satu arah. Idealnya belajar adalah
yang dibutuhkan dalam penelitian bisa terkumpul adanya perubahan tingkah laku yang
secara maksimal sedangkan subjek peneliti berkesinambungan, yang memiliki tujuan dan
dengan teknik Purposive Sampling yakni terarah secara positif dan rasional. Menurut
pengambilan sampel bertujuan, sehingga Gagne, belajar adalah an occurrence that takes
memenuhi kepentingan peneliti. place over an interval of time and thus may be
Teknik Observasi, dalam penelitian kualitatif analyzed and described in terms of the
observasi diklarifikasikan menurut tiga cara. components of this time sequence (Gagne, 1965).
Pertama, pengamat bisa bertindak sebagai Di dalam proses pembelajaran sejarah
partisipan atau nonpartisipan. Kedua, observasi sering kali Guru Sejarah justru hanya
dapat dilaksankan secara terus terang atau menggunakan satu metode pembelajaran, seperti
penyamaran. Ketiga, observasi yang menyangkut ceramah. Metode pembelajaran ceramah
latar penelitian dan dalam penelitian ini sebenarnya sangat baik digunakan dalam
menggunakan teknik observasi yang pertama di pembelajaran sejarah, terutama untuk
mana pengamat bertindak sebagai partisipan. menanamkan nilai–nilai kebajikan yang terdapat
Teknik Dokumentasi, menggunakan teknik ini dalam pelbagai peristiwa sejarah. Akan tetapi,
untuk mengumpulkan data dari sumber non jika metode ceramah dilakukan terus menerus
insani, sumber ini terdiri dari dokumen dan justru akan membuat pembelajaran berdampak
rekaman. buruk seperti yang dijabarkan di atas. Ida
Damayanti, Guru Sejarah SMAN 4 Depok
HASIL DAN PEMBAHASAN mengatakan bahwa jika dirinya terlalu sering
menggunakan metode ceramah, maka siswa akan
Problematika dalam Pelaksanaan Pendidikan merasa jenuh. Kelas menjadi tidak efektif karena
Sejarah di Tingkat SMA Kota Depok siswa yang mengalami kejenuhan justru akan
Seringkali kenyataan sangat berbeda mengganggu proses pembelajaran.
dengan harapan. Berdasarkan wawancara dengan Selain perihal metode pembelajaran,
beberapa Guru Sejarah, dalam proses kedudukan Guru Sejarah di kelas juga menjadi
pembelajaran sejarah banyak ditemukan pebagai salah satu faktor penting dalam keberhasilan
permasalahan. Pertama, proses pembelajaran pembelajaran sejarah. Berdasarkan wawancara
yang cenderung monoton, dan terjadi hanya satu dengan beberapa siswa secara acak, mayoritas
arah. Kedua, ketidaktahuan Guru Sejarah akan siswa menginginkan Guru Sejarah yang
filosofi pendidikan sejarah. Ketiga, memberikan ruang bagi mereka untuk
ketidakpahaman guru akan kedudukan dan tujuan berpendapat. Seperti yang diungkapkan oleh Alfa
dari pendidikan sejarah. Permasalahan– Tirza Aprilia, Siswi SMAN 5 Depok bahwa
permasalahan itu terjadi di beberapa SMA yang dirinya akan senang jika dalam proses
32
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017
33
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017
34
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017
sejarah tidak akan dipandang sebelah mata Dari observasi yang dilakukan peneliti di
bilamana Guru Sejarah memumpuni secara beberapa SMA di Kota Depok ditemukan,
intelektual dan mampu mengemas pembelajaran pembelajaran yang membosankan, murid yang
sejarah dengan menarik. tidak termotivasi untuk belajar, dan Guru Sejarah
Bukan hanya kemampuan intelektual dan yang tidak kompetibel dalam bidangnya. Semua
strategi pembelajaran sejarah yang harus dikuasai itu berdampak buruk bagi persepsi terhadap
oleh seorang Guru Sejarah, melainkan Guru pendidikan sejarah pada umumnya, dan mata
Sejarah harus mengerti konsep dari pendidikan pelajaran sejarah pada khususnya.
sejarah, karena sejarah sebagai keilmuan berbeda Guru sejarah sebagai pionir dalam
dengan sejarah sebagai pendidikan. Di dalam pendidikan sejarah harus memahami makna
kuliah terbuka yang diadakan oleh Jurusan Pasca filosofi pendidikan sejarah. Hal ini agar
Sarjana Pendidikan Sejarah Universitas Negeri pendidikan sejarah tidak melenceng dari “rel”
Jakarta, yang dibawakan oleh Agus Mulyana, yang sebagaiana dikehendaki. Mayoritas Guru
Dekan Pendidikan Sejarah UPI menjelaskan, Sejarah sebenarnya mengerti tujuan kenapa
bahwa pendidikan sejarah bertujuan untuk pendidikan sejarah harus diberikan, hanya saja
memberikan pemahaman kepada siswa tentang seringkali tanpa disadari mereka melupakan itu.
sejarah perjalanan bangsa. Masih menurutnya, di Pemahaman filosofi pendidikan sejarah penting,
dalam proses pendidikan sejarah Guru Sejarah karena disana terdapat posisi dan tujuan dari
seharusnya menjadi tangan panjang pemerintah. pendidikan sejarah.
Guru Sejarah dilarang untuk berpihak kepada Oleh karena itu pengembalian
”satu versi” dalam sebuah peristiwa sejarah. pendidikan sejarah ke “rel” nya harus dimulai
Berbeda dengan sejarah sebagai sebuah dari perbaikan mutu Guru Sejarah, baik yang
keilmuan, yang membiarkan terjadinya proses sudah ada ataupun yang baru. Guru sejarah harus
dialektis antar fakta sejarah yang ditemukan. pintar secara intelektual dan kreatif dalam
Guru Sejarah harus sadar bahwa tujuan melaksanakan pembelajaran sejarah.
pendidikan sejarah tidak hanya diarahkan kepada Keberhasilan atau kegagalan dari pembelajaran
penguasaan materi secara aspek pengetahuan sejarah berdampak pada pendidikan sejarah.
saja, tetapi dalam hal ini sejarah dapat memiliki Guru sejarah juga harus tahu perbedaan diantara
relevansi dengan kehidupan pada umumnya. sejarah sebagai sebuah keilmuan dan juga sejarah
sebagai pendidikan. Di dalam proses pendidikan
KESIMPULAN sejarah, Guru Sejarah harus menjadi tangan
panjang dari pemerintah, sebagai stakeholder
Dalam Kurikukum 2013 mata pelajaran yang memiliki kepentingan akan sejarah. Seperti
sejarah, sebagai implementasi dari pendidikan tujuan dari pendidikan sejarah, yaitu membangun
sejarah mendapatkan porsi waktu yang banyak. sikap dan semangat kebangsaan, yang telah
Sejarah dapat dikembangkan melalui beberapa digariskan oleh pemerintah.
filosofi antara lain: Perenialisme, pendidikan
sejarah harus mengembangkan rasa bangga DAFTAR PUSTAKA
terhadap bangsa dan negara. Esensialisme,
pendidikan sejarah sebagai sarana untuk Buku :
mengembangkan kemampuan intelektual siswa. Kochhar, S.K. 2008.Teaching of History.
Humanisme, pendidikan sejarah harus mampu Jakarta: Grasindo
mengembangkan kepribadian siswa. Hasan, Hamid. 1991. Kumpulan BahanSeminar
Namun pendidikan sejarah dewasa ini Sejarah Nasional IV; Sub Tema
masih jauh dari tujuannya. Permasalahan yang PendidikanSejarah. Jakarta: Departemen
ada antara lain proses pembelajaran yang Pendidikan dan Kebudayaan
cenderung monoton dan satu arah, ketidaktahuan Rowse, A.L. 2014.Apa Guna Sejarah?. Jakarta:
Guru Sejarah akan filosofi pendidikan sejarah, Komunitas Bambu
serta ketidakpahaman guru akan kedudukan dan Hasan, Hamid. 2012.Pendidikan Sejarah
tujuan dari pendidikan sejarah. Indonesia
35
ISSN: 2477-2771 Jurnal Candrasangkala
E-ISSN: 2477-8214 Vol 3 No.1 Tahun 2017
36