Anda di halaman 1dari 6

BAB V

PEMBAHASAN

Sampel yang diteliti adalah data kuesioner. Menurut profil Dinas

Kesehatan tahun 2014 terdapat 11 Puskesmas wilayah Kota Mataram dan

dianggap telah mewakili Puskesmas wilayah Kota Mataram. Peneliti telah

menyebarkan kuesioner di 11 Puskesmas dan didapatkan 22 responden

yang bersedia untuk turut serta dalam penelitian dengan jumlah 2 petugas

yang telah mengisi kuesioner untuk setiap Puskesmas.

Hasil penelitian menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada

triwulan pertama tahun2017 berkisar 3-49 kasus yang dinyatakan positif

DBD. Jumlah kasus pada 11 Puskesmas 207 kasus, untuk menentukan

seorang positif DB berdasarkan hasil pemeriksaan screening yang

berupa pemeriksaan haemoglobin, pemeriksaan hematokrit dan

pemeriksaan trombosit. Kasus yang didapat dipastikan telah positif

terjangkit penyakit DBD, didapatkan dari hasil rujukan Puskesmas ke

Rumah Sakit dimana setiap hasil pemeriksaan tetang DBD yang positif

maka phiak rumah sakit akan melaporkan ke pihak Puskesmas sesuai

dengan wilayah kerja. Dan hasil pemeriksaan tes screening yang

dilakukan laboratorium Puskesmas wilayah Kota Mataram rata-rata

melakukan pemeriksaan darah lengkap dan yang di perhatikan adalah

nilai dari pemeriksaan haemoglobin, pemeriksaan hematokrit dan

pemeriksaan hitung trombosit untuk mengindikasikan penyakit DBD tapi di

Puskesmas Pagesangan melakukan uji rumpeleed terlebih dahulu

44
45

sebelum pemeriksaaan screening dan dinyatakan secara lisan, sehingga

untuk mengindikasikan penyakit DBD akan dilakukan pemeriksaan

selanjutnya sesuai dengan kategori penyakit. Alasan yang dijawab dalam

kuesioner yang disebarkan dalam melakukan pemeriksaan tes screening

untuk menegakkan DB bahwa pemeriksaan yang dilakukan sesuai

dengan program yang telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kota

Mataram dan tersedianya alat yang standart memudahkan petugas untuk

melakukan pemeriksaan sehingga dapat dengan mudah dan murah

karena telah disediakan oleh pemerintah untuk dilakukan pemeriksaan

DBD, dana yang tidak mampu diberikan untuk Puskesmas dalam

pengadaan pemeriksaan yang lebih mahal dan spesifik terhadap penyakit

DBD di laboratorium Puskesmas wilayah Kota Mataram. Untuk hasil

melakukan pemeriksaan LPB dan alasan tidak melakukan pemeriksaan

LPB didapatkan dari jawaban kuesioner yang disebarkan di semua

laboratorium Puskesmas wilayah Kota Mataram tidak pernah

melaksanakan pemeriksaan LPB karena petugas laboratorium

Puskesmas tidak ada yang mengetahui tentang pemeriksaan LPB dan

alasan tidak melakukan pemeriksaan LPB karena tidak memiliki

pengetahuan, tidak adanya seminar tentang pemeriksaan LPB dan tidak

pernah mengikuti pelatihan tentang pemeriksaan LPB sehingga

pengetahuan tentang pemeriksaan LPB hanya diketahui oleh kalangan

peneliti. Oleh sebab itu, tidak ada yang mengetahui baik dari segi cara

melakukan pemeriksaan, bentuk maupun ciri-ciri dari LPB dan cara

melakukan perhitungan LPB itu sendiri. Dan jika ditemukan kurang dari
46

nilain normal dari pemeriksaan screening dalam pemeriksaan tes

screening maka pihak Puskesmas akan langsung merujuk untuk

dilakukkan tindak lanjut di Rumah Sakit. Hasil penelitian ini menandakan

bahwa perlunya untuk memperdalam pengetahuan dan kemampuan

tentang pemeriksaan LPB untuk dapat berperan dalam melaksanakan

pemeriksaan LPB sehingga diagnosa dan penanganan penyakit DBD

dapat dilakukan lebih cepat.

LPB merupakan bentuk respons imun selular pada infeksi dengue,

semakin berat respons imun yang terjadi maka semakin berat pula

spektrum klinis yang dialami. Jumlah LPB pasien demam dengue pada

saat kedatangan mempunyai peran dalam memprediksi perubahan

spektrum klinis infeksi dengue. Bagi para klinisi pemeriksaan LPB pada

pasien yang mengalami infeksi dengue sebaiknya dilakukan pada semua

spektrum klinis, yaitu pada saat pasien datang dan dilakukan secara

periodik pada hari ke-5, ke-6, dan ke-7 sakit sehingga dapat dicegah

terjadinya gejala klinis yang fatal, khususnya syok. Bila ditemukan jumlah

LPB pasien demam dengue pada saat kedatangan ≥4 per 100 leukosit,

hendaknya dilakukan pemantauan yang lebih ketat dan tindakan lebih

agresif (Mulyani, Dewi I. dkk. 2007).

Pada penelitian sebelumnya tentang pemeriksaan LPB, dimana

Limfosit plasma biru berkorelasi dengan derajat keparahan infeksi dengue,

dapat membedakan antara bukan infeksi dengue dan infeksi dengue mulai

hari ke-3 demam sampai hari ke-7 demam, antara DD dan DBD mulai hari

ke-3 demam sampai hari ke-6 demam, dan antara syok dan tidak syok
47

mulai hari ke-3 sampai hari ke-9 demam (Sendy, Raeza C. Suryanto.

2010). Penelitian tantang pemeriksaan LPB di Bagian Ilmu Kesehatan

Anak Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran tentang Hubungan

Jumlah Limfosit Plasma Biru dengan Spektrum Klinis dan Perannya dalam

Memprediksi Perubahan Spektrum Klinis Infeksi Dengue pada Anak

(Irianti, Dewi Mulyani. dkk. 2007). Didapatkan hasil penelitiannya adalah

jumlah LPB pada pasien DD dan DBD mengalami puncak pada hari

keenam sakit. Kemudian terdapat penelitian yang dilakukan di Magister

Ilmu Kedokteran Tropis USUT tentang Limfosit Plasma Biru Nilai Diagnosa

Pada Infeksi Dengue mengemukakan bahwa nilai diagnosa LPB lebih

tinggi dari persentase non dengue mulai meningkat pada hari ke-3 dan

mencapai 4% pada hari ke-4 sehingga pemeriksaan darah tepi baik

dilakukan mulai hari ke-3 demam diikuti secara seri. Sehingga di dapatkan

LPB ≥4% pada hari ke-4 memiliki sensitivitas 50%, spesifisitas 90%, nilai

ramal positif 90%, nilai ramal negatif 50%, Index Yauden 0,4 seiring

bertambah hari sensitivitas bertambah hingga hari ke-7, setelah hari ke-7

sensitivitas mulai menurun sehingga tidak di sarankan melakukan

pemeriksaan LPB setelah demam hari ke-7 (Nany, 2007). Adapun yang

menuliskan Artikel tentang pemeriksaan laboratorium pada penderita

demam berdarah dengue oleh Purwanto 2002. Salah satu kutipan dari

penulis yaitu nilai yang penting uji Laboratorium suatu metode adalah

keterandalan dari uji tersebut dalam menentukan nilai prediksi, apakah

nilai prediksi positif ataukah nilai prediksi negatif. Sel Downey yang dapat

digunakan sebagai salah satu parameter penentuan diagnosa standar


48

baku penentuan imunoglobulin dalam darah, (dalam penelitian penulis)

mmenghasilkan nilai statistik sebagai berikut : sensitivitas LPB

dibandingkan pemeriksaan antibodi dengue 94,7%. Sedangkan

spesivisitas mencapai 66,6%. Besarnya nilai prediksi positif 81,8%,

sedangkan besarnya nilai prediksi negatif 88,8%. Meskipun belum

terjawab namun dipercaya bahwa Limfosit Plasma Biru adalah reaksi

limfosit dari limfoid muncul sebagai respon imun yang nonspesifik,

sebagai respon terhadap rangsangan berbagai rangsangan antigen,

infeksi, toksin, sitokin. Limfosit Plasma Biru merupakan respon antibodi

anamnestik terhadap virus dengue dan merupakan limfosit yang

memproduksi IgM antidengue. Hal ini sesuai dengan laporan Russe, dkk

(1979) dan Ikeuchi, dkk (1980) bahwa pada penderita infeksi dengue,

antibodi IgM antidengue adalah sangat predominan. Sehingga, bisa

dikatakan bahwa Limfosit Plasma Biru adalah sel yang memproduksi

antibodi, yaitu antibodi B Limfosit. Hal ini didukung oleh adanya penemuan

oleh Boonpucknavig, dkk (1976) bahwa Limfosit T dijumpai jumlahnya

menurun, sedangkan Limfosit B justru meningkat pada penderita DBD

(Purwanto, 2002).

Untuk memasyarakatkan pemeriksaan LPB dapat dilakukan

dengan media seperti leaflet dalam meningkatkan pengetahuan tentang

pemeriksaan LPB untuk membantu diagnosa demam dengue secara

cepat. Peneliti kesulitan dalam melakukan penelitian karena yang

diharapkan dalam penelitian ini adalah analis pernah melakukan

pemeriksaan LPB sehingga mengetahui kesulitan-kesulitan dalam


49

melakukan pemeriksaan LPB di laboratorium Puskesmas wilayah Kota

Mataram dapat di atasi sesuai dengan teori dan hasil penelitian-penelitian

sebelumnya. Kelemahan dalam penelitian ini adalah penelitian untuk

mencari gambaran tidak bisa dilakukan karena hampir 99% analis di

Puskesmas tidak mengetahui dan tidak melakukan pemeriksaan LPB

sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memeriksa langsung

pemeriksaan LPB pada penderita DB setelah hari ke 3 sampai hari ke 7

untuk membuktikan persentase ≥4% bahwa itu terbukti DB.

Anda mungkin juga menyukai