Anda di halaman 1dari 14

GAMBARAN PENERAPAN RANGE OF MOTION PADA PASIEN

DIABETES DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN AKTIFITAS

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Diabetes mellitus merupakan suatu gangguan sistem metabolisme yang
ditandai dengan adanya hiperglikemi akibat abnormalitas metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan menurunnya sekresi insulin
yang dapat meyebabkan komplikasi kronis mikrovaskuler, makrovaskuler,
dan neuropati (Nanda, 2015).

World Health Organization (WHO) menyatakan, jumlah penderita diabetes


telah meningkat dari 108 juta di tahun 1980 menjadi 422 juta pada tahun
2014. Prevalensi global diabetes di kalangan orang dewasa di atas 18 tahun
telah meningkat dari 4,7% pada tahun 1980 menjadi 8,5% pada tahun 2014.
Prevalensi diabetes meningkat lebih cepat di negara-negara berpenghasilan
menengah dan rendah. Pada tahun 2015, diperkirakan 1,6 juta kematian secara
langsung disebabkan oleh diabetes. 2,2 juta kematian lainnya disebabkan oleh
glukosa darah tinggi pada tahun 2012. Hampir setengah dari semua kematian
akibat glukosa darah tinggi terjadi sebelum usia 70 tahun. WHO
memproyeksikan diabetes akan menjadi penyebab kematian ketujuh di tahun
2030. (WHO, 2017)

Menurut WHO (2017), diabetes melitus adalah penyakit kronis yang terjadi
baik saat pankreas tidak menghasilkan cukup insulin atau bila tubuh tidak
dapat secara efektif menggunakan insulin yang dihasilkannya. Hormon yang
mengatur gula darah adalah insulin. Efek umum diabetes yang tidak terkontrol
dan seiring berjalannya waktu menyebabkan kerusakan serius pada banyak
sistem tubuh, terutama saraf dan pembuluh darah merupakan Hiperglikemia
atau peningkatan kadar gula darah.

Di Indonesia juga penderita penyakit diabetes melitus sangat tinggi.


Menurut data Riskesdas (2013), menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi DM di Indonesia dari 5,7 % pada tahun 2007 menjadi 6,9 % atau
sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. (Kemenkes, 2013)

Penyakit diabetes melitus tipe 2 yang sering disebut sebagai penyakit


kencing manis. Diabetes melitus ini merupakan penyakit diabetes dengan
jumlah penderita terbanyak di dunia maupun di Indonesia. Terjadinya
diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh tubuh yang tidak mampu menyerap
gula darah yang diakibatkan oleh pankreas sedikit menghasilkan insulin
ataupun tidak dapat menghasilkan insulin sama sekali. Hal ini berdampak
pada gula darah menjadi menumpuk di dalam darah pasien. Pada kondisi
seperti ini tekanan gula darah penderita akan tinggi (Setiati S, dkk, 2015).

Diabetes melitus sangat rentan terhadap gangguan fungsi yang bisa


menyebabkan kegagalan pada organ mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh
darah. Gangguan fungsi yang terjadi karena adanya gangguan sekresi insulin
dan gangguan kerja insulin maupun keduanya.

Dalam metabolisme tubuh hormon insulin bertanggung jawab dalam


mengatur kadar glukosa darah. Hormon ini diproduksi dalam pankreas
kemudian dikeluarkan untuk digunakan sebagai sumber energi. Apabila di
dalam tubuh kekurangan hormon insulin maka dapat menyebabkan
hiperglikemi. (IDF, 2015 dalam Lathifah N.L, 2017)

Diabetes Melitus seringkali tidak menyadari adanya luka pada kaki,


sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan
perlu melakukan tindakan amputasi. Diperkirakan sekitar 15% penderita
Diabetes Melitus dalam perjalanan penyakitnya akan mengalami komplikasi
Ulkus Diabetik terutama Ulkus Kaki Diabetikum. Sekitar 14-24% diantara
penderita kaki diabetika memerlukan tindakan amputasi. Pemeriksaan kaki
diabetik perlu dilakukan secara menyeluruh, baik sebelum luka muncul
maupun setelah terjadi luka. Diabetisi dianjurkan untuk tidak berjalan tanpa
alas kaki, memakai kaus kaki atau sepatu yang sempit, menghindari bahan
kimia dan benda tajam guna menipiskan penebalan yang terjadi pada telapak
kaki, menggunakan cincin pada jari kaki, memakai sepatu bertumit itnggi dan
sepatu yang ujungnya runcing ke depan, serta jangan merokok. (Husaini, 2007
dalam Fajriah. N.N., dkk, 2013)

Adanya luka gangren dan kelemahan otot-otot pada tungkai bawah


menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara maksimal, dan penderita mudah mengalami kelelahan. Dengan
melakukan latihan jasmani yang dilakukan sehari-hari secara teratur (3-4 kali
seminggu selama kurang lebih 30 menit) merupakan salah satu dari 4 pilar
pengelolaan DM tipe 2 (Utama. H, 2009).

Risiko ulkus kaki diabetik dapat dicegah dengan aktivitas fisik atau latihan
jasmani. Beberapa manfaat latihan jasmani adalah menurunkan berat badan
dan meperbaiki sensitivitas terhadap insulin, sehingga memperbaiki kadar
glukosa darah. Latihan jasmani merupakan kegiatan jasmani menurut cara dan
aturan tertentu yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi faal tubuh yang
berguna untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Tujuan latihan jasmani pada
pasien DM antara lain meningkatkan penurunan kadar glukosa darah,
mencegah obesitas, ikut berperan dalam mengatasi kemungkinan terjadinya
komplikasi aterogenik, gangguan lemak darah, menormalkan tekanan darah,
serta meningkatkan kemampuan kerja. (Rachmawati, 2010 dalam Lukita Y.I,
2016).

Salah satu bentuk latihan jasmani yang dapat dilakukan oleh pasien DM
adalah latihan ROM (Range Of Motion) aktif kaki. ROM (Range Of Motion)
merupakan salah satu intervensi keperawatan berupa latihan fisik yang dapat
dilakukan oleh pasien maupun keluarga secara mandiri setelah memperoleh
pendidikan kesehatan sebelumnya. Latihan ROM adalah salah satu latihan
jasmani yang cenderung dilakukan pada kasus muskuloskeletal atau kasus
neurologi, seperti stroke (Widyawati, 2010 dalam Lukita Y.I, 2016).

Manfaat latihan ROM adalah menurunkan tekanan kaki, meningkatkan


kekuatan otot dan kemampuan fungsional serta meningkatkan rentang gerak
sendi. Keterbatasan rentang gerak sendi merupakan faktor utama penyebab
abnormalitas tekanan plantar kaki dan ikut berperan dalam menimbulkan
ulkus kaki pada pasien DM dengan neuropati diabetik. Exercise therapy
berupa ROM ekstremitas bawah dapat meningkatkan otot dan reflek tendon,
memperbaiki sensasi dan nilai ABI (Ankle Brachial Index), serta mengurangi
keluhan polineuropati diabetik sehingga dapat mencegah komplikasi ulkus
kaki diabetik. Penelitian yang dilakukan Widyawati (2010) menunjukkan
adanya penurunan angka keluhan polineuropati pada pasien DM tipe 2 setelah
diberikan latihan ROM aktif kaki. ROM aktif pada ekstremitas bawah
dilakukan sebanyak 2 kali sehari selama 24 hari dalam sebulan. (Widyawati,
2010 dalam Lukita Y.I, 2016)

Di Indonesia juga penderita penyakit diabetes melitus sangat tinggi.


Menurut data Riskesdas (2013), menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
prevalensi DM di Indonesia dari 5,7 % pada tahun 2007 menjadi 6,9 % atau
sekitar 9,1 juta pada tahun 2013. (Kemenkes, 2013).
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asuhan Keperawatan Kebutuhan Aktivitas

2.1.1 Pengkajian
Pengkajian pada masalah pemenuhan kebutuhan mobilitas dan
imobilitas adalah sebagai berikut :
a. Riwayat keperawatan sekarang
Pengkajian riwayat pasien saat ini meliputi alasan pasien yang
menyebabkan terjadi keluhan / ganguan dalam mobilitas dan
imobilitas, seperti adanya nyeri kelemahan otot, kelelahan, tingkat
mobilitas dan imobilitas, daerah tergangguanya mobilitas dan
imibilitas dan lama terjadinya imobilitas.
b. Riwayat keperawatan penyakit yang pernah diderita
Pengkajian riwayat penyakit yang berhubungan dengan
pemenuhan kebutuhan mobilitas, misalnya adanya riwayat penyakit
sistem neurologi (kecelakaan cerebrovascular terauma kepala,
peningkatan tekanan intra keranial, miastenia geravis, guillain barre
cedera midula spinalis, dan lain-lain) riwayat penyakit sisitem
kardiovaskular (infark miokard, gagal jantung kongestif), riwayat
penyakit system musculoskeletal (osteoporosis, fraktur, artritis),
riwayat penyakit sitem pernafasan (penyakit paru obstruksi
menahun, peneumonia, dan lain-lain, riwayat pemkaian obat, seperti
sedative, hipnotik depresan system saraf pusat, laksansia, dan lain-
lain.
Kemampuan fungsi motoric Pengkajian fungsi motorik
antara lain pada tangan dan kaki baik kanan dan kiri untuk menilai
ada atau tidaknya kelemahan, kekuatan, atau spastis.
c. Kemampuan mobilitas
Pengkajian ini untuk menilai kemampuan gerak ke posisi
miring, duduk, berdiri, bangun, dan berpindah tanpa bantuan.
d. Kemampuan rentang gerak
Pengkajian ini dilakukan pada daerah seperti bahu, siku,
lengan, panggul, dan kaki.
e. Perubahan intoleransi aktivitas
Pengkajian intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan
perubahan pada system pernafasan, antara lain: suara nafas, analisa
gas darah, gerakan dinding thorak, adanya mukus, batuk yang
produktif diikuti panas, dan nyeri saat respirasi. Sedangkan yang
berhubungan dengan perubahan system kardiovaskuler, seperti nadi
dan tekanan darah, gangguan sirkulasi perifer, adanya thrombus,
serta perubahan tanda vital setelah melakukan aktivitas atau
perubahan posisi.
f. Kekuatan otot dan gangguan koordinasi
Kekuatan otot dapat dikaji secara bilateral atau tidak.
g. Perubahan fisiologis
Pengkajian perubahan psikologis yang disebabkan oleh
adanya gangguan mobilitas dan imobilitas, antara lain perubahan
perilaku, peningkatan emosi, perubahan dalam mekanisme koping,
dan lain- lain.
h. Pola Kesehatan
1) Aktivitas / Istirahat
Tanda : Keterbatasan atau kehilangan fungsi pada bagian
yang terkena.
2) Sirkulasi
Tanda : Hipertensi (kadang-kadang terlihat sebagai respon
terhadap nyeri) atau hipotensi (kehilangan darah).
3) Neurosensori
Gejala : Hilang gerakan atau sensasi, spasme otot, dan
kesemutan (parestesis).
Tanda : Deformitas lokal angulasi abnormal, pemendekan,
rotasi, krepitasi (bunyi berderit), spasme otot,
terlihat kelemahan / hilang fungsi. Agitasi (mungkin
berhubungan dengan nyeri / ansietas atau trauma
lain).
4) Nyeri atau Kenyamanan
Gejala : Nyeri berat tiba-tiba pada saat cedera (mungkin
terlokalisasi pada area jaringan / kerusakan tulang
dapat berkurang pada imobilisasi), tak ada nyeri
akibat kerusakan saraf. Spasme / kram otot (setelah
imobilitasi).

5) Keamanan
Tanda : Laserasi kulit, avulse jaringan, perdarahan, dan
perubahan warm. Pembengkakan lokal (dapat
meningkat secara bertahap atau tiba-tiba).
(Alimul H. A. Aziz, 2009)
2.1.2 Diagnosa Keperawatan
Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka
gangren diabetik.

2.1.3 Intervensi dan Implementasi

Sumber : Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis & NANDA (NIC-NOC) revisi jilid 1 (2015) hal.
282.
2.1.4 Evaluasi
Evaluasi dilakukan setelah melaksanakan implementasi
keperwatan. Indikator keberhasilan dari implementasi adalah
tercapinya NOC (Nursing outcome) sesuai dengan kriteria
hasil pada masing-masing diagnosa.

2.2 Definisi ROM

Latihan range of motion (ROM) adalah latihan yang dilakukan untuk


mempertahankan atau memperbaiki tingkat kesempurnaan kemampuan
menggerakan persendian secara normal dan lengkap untuk meningkatkan
massa otot dan tonus otot dan sebagai dasar untuk menetapkan adanya
kelainan ataupun untuk menyatakan batas gerakan sendi yang abnormal
Jenis ROM

2.2.1 ROM Pasif


Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang di lakukan pasien
dengan bantuan perawat setiap-setiap gerakan. Indikasi latihan fasif
adalah pasien semikoma dan tidak sadar, pasien dengan keterbatasan
mobilisasi tidak mampu melakukan beberapa atau semua latihan rentang
gerak dengan mandiri, pasien tirah baring total atau pasien dengan
paralisis ekstermitas total (suratun, dkk, 2008). Rentang gerak pasif ini
berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan
menggerakkan otot orang lain secara pasif misalnya perawat
mengangkat dan menggerakkan kaki pasien.

2.2.2 ROM Aktif


Latihan ROM aktif adalah Perawat memberikan motivasi, dan
membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara
mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal. Hal ini untuk melatih
kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan cara menggunakan otot-
ototnya secara aktif

2.2.3 Tujuan ROM

a. Mempert ahankan atau memelihara kekuatan otot


b. Memelihara mobilitas persendian
c. Merangsang sirkulasi darah
d. Mencegah ke lainan bentuk

2.2.4 Perinsip Dasar Latihan ROM

a. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan minimal 2 kali


sehari

b. ROM di lakukan berlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan


pasien

c. Dalam merencanakan program latihan ROM, perhatikan umur


pasien,

d. diagnosa, tanda-tanda vital dan lamanya tirah baring.

e. Bagian-bagian tubuh yang dapat di lakukan latihan ROM adalah


leher, jari,

f. lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.

g. ROM dapat di lakukan pada semua persendian atau hanya pada


bagian-bagian

h. yang di curigai mengalami proses penyakit.

i. Melakukan ROM harus sesuai waktunya. Misalnya setelah mandi


atau

j. perawatan rutin telah di lakukan.

2.2.5 Manfaat ROM

a. Meningkatkan mobilisasi sendi

b. Memperbaiki toleransi otot untuk latihan

c. Meningkatkan massa otot

d. Mengurangi kehilangan tulang

e. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam


melakukan pergerakan

f. Mengkaji tulang sendi, otot

g. Mencegah terjadinya kekakuan sendi

h. Memperlancar sirkulasi darah

i. Memperbaiki tonus otot

2.2.6 Gerak gerakan ROM

a. Leher, spina, serfikal

1) Fleksi : Menggerakan dagu menempel ke dada, rentang 45°

2) Ekstensi : Mengembalikan kepala ke posisi tegak, rentang 45°

3) Hiperektensi : Menekuk kepala ke belakang sejauh mungkin,


rentang 40-45°

4) Fleksi lateral : Memiringkan kepala sejauh mungkin sejauh


mungkin kearah setiap bahu, rentang 40-45°

5) Rotasi : Memutar kepala sejauh mungkin dalam gerakan


sirkuler,
rentang 180° Ulangi gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

b. Bahu

1) Fleksi : Menaikan lengan dari posisi di samping tubuh ke depan


ke posisi di atas kepala, rentang 180°

2) Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh,


rentang 180°

3) Hiperektensi : Mengerkan lengan kebelakang tubuh, siku tetap


lurus, rentang 45-60°

4) Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala


dengan telapak tangan jauh dari kepala, rentang 180°

5) Adduksi : Menurunkan lengan ke samping dan menyilang


tubuh sejauh mungkin, rentang 320°

6) Rotasi dalam : Dengan siku pleksi, memutar bahu dengan


menggerakan lengan sampai ibu jari menghadap ke dalam dan
ke belakang, rentang 90°

7) Rotasi luar : Dengan siku fleksi, menggerakan lengan sampai


ibu jari ke atas dan samping kepala, rentang 90° Sirkumduksi :
Menggerakan lengan dengan lingkaran penuh, rentang 360°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

c. Siku

1) Fleksi : Menggerakkan siku sehingga lengan bahu bergerak ke


depan sendi bahu dan tangan sejajar bahu, rentang 150°

2) Ektensi : Meluruskan siku dengan menurunkan tangan, rentang


150°

d. Lengan bawah

1) Supinasi : Memutar lengan bawah dan tangan sehingga telapak


tangan
menghadap ke atas, rentang 70-90°

2) Pronasi : Memutar lengan bawah sehingga telapak tangan


menghadap ke
bawah, rentang 70-90°
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

e. Pergelangan tangan

1) Fleksi : Menggerakan telapak tangan ke sisi bagian dalam


lengan bawah, rentang 80-90°

2) Ekstensi : Mengerakan jari-jari tangan sehingga jari-jari,


tangan, lengan bawah berada dalam arah yang sama, rentang
80-90°.

3) Hiperekstensi : Membawa permukaan tangan dorsal ke


belakang sejauh mungkin, rentang 89-90°.

4) Abduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke ibu jari,


rentang 30°.

5) Adduksi : Menekuk pergelangan tangan miring ke arah lima


jari, rentang 30-50°. Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4
kali.

f. Jari- jari tangan

1) Fleksi : Membuat genggaman, rentang 90°

2) Ekstensi : Meluruskan jari-jari tangan, rentang 90°

3) Hiperekstensi : Menggerakan jari-jari tangan ke belakang


sejauh mungkin, rentang 30-60°

4) Abduksi : Mereggangkan jari-jari tangan yang satu dengan


yang lain, rentang 30°

5) Adduksi : Merapatkan kembali jari-jari tangan, rentang 30°


Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

g. Ibu jari

1) Fleksi : Mengerakan ibu jari menyilang permukaan telapak


tangan, rentang 90°

2) Ekstensi : menggerakan ibu jari lurus menjauh dari tangan,


rentang 90°
3) Abduksi : Menjauhkan ibu jari ke samping, rentang 30°

4) Adduksi : Mengerakan ibu jari ke depan tangan, rentang 30°

5) Oposisi : Menyentuhkan ibu jari ke setiap jari-jari tangan pada


tangan yang sama. Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4
kali.

h. Pinggul

1) Fleksi : Mengerakan tungkai ke depan dan atas, rentang 90-


120°

2) Ekstensi : Menggerakan kembali ke samping tungkai yang lain,


rentang 90-120°

3) Hiperekstensi : Mengerakan tungkai ke belakang tubuh,


rentang 30-50°

4) Abduksi : Menggerakan tungkai ke samping menjauhi tubuh,


rentang 30-50°

5) Adduksi : Mengerakan tungkai kembali ke posisi media dan


melebihi jika mungkin, rentang 30-50°

6) Rotasi dalam : Memutar kaki dan tungkai ke arah tungkai lain,


rentang 90°

7) Rotasi luar : Memutar kaki dan tungkai menjauhi tungkai lain,


rentang 90°

8) Sirkumduksi : Menggerakan tungkai melingkar. Ulang gerakan


berturut-turut sebanyak 4 kali.

i. Lutut

1) Fleksi : Mengerakan tumit ke arah belakang paha, rentang 120-


130°
2) Ekstensi : Mengembalikan tungkai kelantai, rentang 120-130°.
Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

j. Mata kaki

1) Dorsifleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki menekuk


ke atas, rentang 20-30°

2) Flantarfleksi : Menggerakan kaki sehingga jari-jari kaki


menekuk ke bawah, rentang 45-50°. Ulang gerakan berturut-
turut sebanyak 4 kali.

k. Kaki

1) Inversit: Memutar telapak kaki ke samping dalam, rentang 10°

2) Eversi : Memutar telapak kaki ke samping luar, rentang 10°.


Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali.

l. Jari-Jari Kaki

1) Fleksi : Menekukkan jari-jari kaki ke bawah, rentang 30-60°

2) Ekstensi :Meluruskan jari-jari kaki, rentang 30-60°

3) Abduksi : Menggerakan jari-jari kaki satu dengan yang lain,


rentang 15°

4) Adduksi : Merapatkan kembali bersama-sama, rentang 15°.


Ulang gerakan berturut-turut sebanyak 4 kali

Anda mungkin juga menyukai