http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst
NILAI-NILAI
NILAI ISLAMI DALAM PERTUNJUKAN TARI SUFI PADA GRUP “
KESENIAN SUFI MULTIKULTUR” KOTA PEKALONGAN
Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia
Abstract
___________________________________________________________________
The aim of this research is to know, describe, and analyze the performance and islamic values is
sufi dance performance a case of sufi multicultural art group in Pekalongan city. The research
usingqualitative method with focuses on islamic values in sufi dance performance a case ofsufi
multicultural aet group in Pekalongan city. The submitted of data technique is using observation
and documentation. Analize the technique data with reduce, serve data and summary all off the
information correctly. The result of the research showed that the islamicvalues of sufi dance can be
seen in visual
visual and auditive aspect. Visual aspect are movement, make up dress up, property and
the performance’s place. While auditive aspects consist of music instrument and poem. From that
aspect have philosophiesmeaning and islamic values for the actors and for the
th citiez that support it.
1
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
2
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
3
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
calung banyumasan dan memasukkan tari zapin tombo ati yaitu sholawat Ahla baiti Nabi sebagai
sebagai pelengkap tari darwis . Tidak salah jika sholawat inti pengiring penari darwis .
kelompok ini memberi nama kesenian sufi
multikultur sebagai penanda eksistensi mereka Aspek Visual Pertunjukan Kesenian Sufi
karena harmonisasi berbagai unsur tersebut Multikultur
membuat keunikan tersendiri bagi komunitas Aspek visual dari pertunjukan tari sufi
mereka. Keunikan inilah yang difasilitasi oleh pada grup “Kesenian Sufi Multikultur” Kota
pemerintah kota pekalongan dengan Pekalongan meliputi gerak, tata rias, tata
menyatakan mereka dalam festival kesenian busana, properti, dan tempat pertunjukan.
daerah Jawa tengah. Gerakan tari sufi yaitu berputar,
Wawancara dengan Bapak Arifin berputar ke arah kiri sebagaimana putaran tawaf
sekretaris grup “Kesenian Sufi Multikultur” di Ka’bah. Gerakan awal, pertama-tama penari
(minggu 16 februari 2014). berjalan dengan kedua telapak tangan di dada
dengan posisi tangan kanan di atas tangan kiri
Deskripsi Pertunjukan Tari Sufi “Kesenian menuju tengah panggung; gerakan kedua,
Sufi Multikultur” kemudian lantunan sholawat berbunyi tanpa
Bentuk pertunjukan tari sufi biasanya iringan musik, penari berputar perlahan ke arah
disesuaikan dengan permintaan, urutan acara kiri dengan perlahan melepas tangan yang masih
tersebut bisa diawal untuk pembukaan, ditengah di dada. Ketika musik masuk, dengan perlahan
ataupun sebagai penutup. Karena tari sufi disini penari sedikit merentangkan tangan dengan
sebagai pengisi acara hiburan. posisi tangan kanan membentuk siku sejajar
Jika untuk pembuka acara, tari sufi kepala dan telapak tangan menghadap atas,
ditampilkan diawal. Biasanya untuk acara posisi tangan kiri sejajar dengan telinga dan
pemerintah untuk menyambut tamu, acara posisi telapak tangan menghadap kebawah;
memperingati HUT Kemerdekaan RI, Hari jadi gerakan ketiga, penari menari dari putaran
kota Pekalongan. lambat ke putaran yang cepat, semakin cepat
Untuk acara Peringatan Maulid Nabi putarannya kedua tangan direntangkan dengan
Muhammad Saw, dengan urutan yang pertama posisi tangan kanan sejajar dengan kepala dan
pembukaan dibuka dengan tilawatil Qur’an, telapak tangan kanan menghadap keatas, lalu
sambutan ketua pelaksana, hiburan Tari Sufi, posisi tangan kiri sejajar dengan bahu dengan
ceramah yang dibawakan oleh Kyai, doa telapak tangan mengadap kebawah; gerakan
penutup, Tari sufi. akhir, Gerakan terakhir saat musik mulai
lambat, penari berputar perlahan, tangan yang
Pola Pertunjukan Tari Sufi “Kesenian Sufi tadinya direntangkan kemudian perlahan
Multikultur” disilangkan kembali ke dada saeperti posisi awal,
Urutan penyajian tari sufi dapat diuraikan dan penari satu persatu meninggalkan panggung.
sebagai berikut:
Pertunjukan Tari sufi grup “Kesenian Pola Lantai Tari Sufi
Sufi Multikultur” yang pertama diawali dengan Bentuk pola lantai tari sufi ini
doa bersama, doa disini dimaksudkan demi sederhana. Seperti pola lantai segitiga, garis
kelancaran sebuah pertunjukan. Kedua, lurus, selang seling, di sesuaikan dengan tempat
Gamelan mengiringi lagu-lagu Jawa seperti lir pertunjukannya dan jumlah penari. Berikut
ilirataupun mayar sewu, penari darwis belum adalah gambar pola lantai saat pertunjukan
mulai menari. Lagu yang digunakan sebagai berlangsung.
pengiring tari darwis yaitu lagu-lagu Islami
seperti sholawatan, seperti sholawat Rahmatan Pelaku Kesenian Sufi Multikultur
lil’alamin, Ahla Baiti Nabidll. Ketiga, tombo ati Pemain tari sufi grup “Kesenian sufi
dilantunkan oleh vocal tanpa diiringi musik, Multikultur” merupakan penari dan pengiring
penari darwis berjalan menuju panggung, setelah musik. Pemainnya berjumlah kurang lebih 60
4
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
orang, dari 60 orang tersebut semuanya adalah juga jenis alat musik lain, misalnya : alat musik
penari, namun sekarang dibagi ada yang menjadi tiup (suling), alat musik gesek (rebab), alat musik
penari dan ada yang menjadi pemusik. 12 orang petik (siter).
menjadi pemusik gamelan, 10 orang pemusik Lagu yang biasa disajikan dalam
marawis, 5 orang penari sufi, 2 orang penari Kesenian Sufi Multikultur yaitu lancaran,
zapin , 2 orang sinden. ketawang, dan ladrang. Namun 3 lagu tersebut
bukan sebagai pengiring tarian sufi, melainkan
Tata Rias Tari Sufi hanya untuk pembuka sebelum tarian sufi
Tata rias pada tari sufi grup “Kasenian mulai (opening music).
Sufi Multikultur” yaitu tidak menggunakan tata Dalam mengiringi tarian sufi, alat musik
rias. Para penari tidak merias wajahnya. Karena marawis ini dapat dikatakan wajib, karena
tari sufi ini tidak menonjolkan riasan wajah, memiliki unsur keagamaan yang kental. Secara
tetapi menonjolkan busana yang dipakai sebagai keseluruhan marawis menggunakan hajir
kostum sekaligus properti menari. (gendang besar) yang mempunyai diameter 45
cm dengan tinggi 60-70 cm, marawis (gendang
Tata Busana Tari Sufi kecil) berdiameter 20 cm dengan tinggi 19 cm,
Tata busana yang dipakai tari sufi grup dumbuk atau (jimbe) (sejenis gendang yang
“Kesenian Sufi Multikultur” terdiri dari: 1)Sikke berbentuk seperti dandang, memiliki diameter
atau topi panjang yang diberi motif batik; yang berbeda pada kedua sisinya), serta dua
2)Hirqa atau tunik sebagai baju atasan warna potong kayu bulat berdiameter 10 cm. Kadang
putih; 3)Tennur atau rok yang lebar dan kala perkusi dilengkapi dengan tamborin. Lagu-
melingkar; 4)Celana kain warna putih; 5)Kaos lagu yang berirama gambus atau padang pasir
kaki; 6)Syal batik. dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan
tertentu.
Tempat Pertunjukan Kesenian Sufi Multikultur Calung adalah alat musik Sunda yang
Tempat pertunjukan tari sufi dapat hampir mirip dengan angklung, perbedaannya
ditampilkan di tempat terbuka ataupun tertutup. hanya pada cara memainkannya. Jika angklung
Biasanya ditampilkan di halaman masjid, dimainkan dengan cara digoyangkan, cara
halaman rumah, lapangan gedung pertemuan, menabuh calung adalah dengan memukul
pondok pesantren. Tempat pertunjukan yang batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung
digunakan tari sufi ini membutuhkan tempat bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga
yang luas agar memudahkan penari dalam nada) pentatonik.
berputar, sehingga rok/tennur bisa berkembang Alat musik ini dikolaborasikan dengan
meliuk-liuk dengan indah. gamelan Jawa dan marawis dalam pertunjukan
tari sufi dalam Kesenian Sufi Multikultur.
Aspek Auditif Pertunjukan Kesenian
Sufi Multikultur Nilai-nilai Islami yang Terdapat pada
Instrumen musik yang digunakan dalam Tari Sufi “Kesenian Sufi Multikultur”
pertunjukan tari sufi terdiri dari gamelan Jawa, Dilihat dari segi gerak tari sufi mudah
marawis, dan calung. diingat karena gerakan inti tarian ini adalah
Gamelan yang digunakan untuk berputar. Gerak berputar tersebut mempunyai
mengiringi tari sufi pada Kesenian Sufi makna filosofis yaitu sebagaimana putaran orang
Multikultur yaitu gamelan laras pelog, yang yang sedang bertawaf di Ka’bah, putaran
nadanya dibagi 7 nada, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. surgawi illahiah, ini juga mengandung filosofi
Gamelan tersebut terdiri dari alat musik pukul, seluruh elektron itu mengelilingi inti atomnya
yaitu : bonang barung, bonang penerus, dan bumi kitapun berputar tidak pernah berhenti
slenthem, demung, saron, peking, gender dan alam semestapun juga semuanya berputar
barung, gender penerus, gambang, menurut garis edarnya masing-masing. Dengan
kempul/gong, kenong dan kendang. Tetapi ada tawaf, bentuk penyatuan diri kepada Sang
5
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
Pencipta,seorang muslim berarti mengikuti baik dengan Allah tetapi harus pula membangun
irama alam semesta. Tawaf mengindikasikan hubungan baik dengan sesama manusia. (Data
perputaran waktu. Gerak berputar ini diatas merupakan hasil wawancara dengan
mempunyai nilai islami bahwa ini merupakan bapak Arifin, selaku sekretaris grup Kesenian
isyarat bagi penari sufi agar mengatur segala Sufi Multikultur).
urusannya dan berusaha sekuat tenaga untuk Putaran itu sering disalah artikan oleh
tidak menyia-nyiakan waktu. Manusia akan orang yang tidak memahami kesenian ini banyak
menyadari posisinya dan akan tampak kecil di yang mengira bahwa penari sufi dalam kondisi
hatinya. Gerakan berputar mendorong manusia yang tidak sadar. Putaran tari itu murni, penari
untuk tunduk dan merendahkan diri. Seluruh dalam keadaan sadar karena ada tekniknya yaitu
alam semesta bertawaf menyembah Allah dan dengan melantunkan zikir, karena zikir
bergerak bersamanya. Alam semesta pun tunduk merupakan metode spiritual untuk
kepada Nya. Dalam gerakan berputar ini yang meningkatkan pemahaman pada keagungan
mengacu dengan tawaf yang mengikuti alam Allah SWT, darwis harus olah fisik, olah mental,
semesta, menghadap Allah. Berputar mengikuti olah emosional serta olah spiritual sehingga bisa
aturan Nya, dan berusaha mengikuti irama Nya menikmati putarannya dan menjadi tarian
di bumi agar tidak terjadi ketimpangan di alam indah. Zikir, wirid, membaca Al qur’an,
semesta. Adapun urutan gerak dalam tarian sufi bermunajat dengan sholat adalah cara utama
yang mengandung nilai-nilai Islami, diantaranya mereka meningkatkan kesadaran spiritual,
: 1) Untuk awalan penari berjalan dengan kedua menari darwisadalah vitamin tambahan untuk
telapak tangan di dada dengan posisi tangan memperoleh kesadaran spiritual tersebut,
kanan diatas tangan kiri, yang memiliki nilai kesadaran spiritual menuju Tuhan.
pengendalian segala sesuatu, sebagaimana hidup Ada beberapa maqam yang harus
dimulai kelahiran, sesuatu yang ada pasti ada dilewati oleh para darwis dalam tari sufi ini.
awalnya. Dengan keimanan kita yakin bahwa Maqam adalah tingkatan yang harus diusahakan
semuanya berawal dari Allah. Maka dengan oleh seorang sufi dalam rangka menuju
takbir kita mengembalikan kepada segala mairifatullah (mengenal Allah). Beberapa maqam
aktivitas kita adalah karena Allah. Gerakan awal yang harus dilalui yaitu:
ini berarti penyerahan totalitas pada yang Maha Pertama, tawajud yaitu usaha yang
Awal bahwa karena Nya kita ada dan karenanya dilakukan dalam menari Sufi, usaha ini
kita melakukan perjalanan hidup; 2) Pada saat dilakukan dengan gerak lahiriah yaitu melalui
menari telapak tangan kanan menghadap ke atas tarian spiritual.Sebelumnya para darwis harus
ini melambangkan setiap saat kita menerima matang dalam hal spiritual dengan melakukan
Rahmat atau karunia dari Allah SWT beberapa disiplin atau latihan-latihan (riyadhah)
(hablumminallah); 3)Kemudian tangan kiri yang ketat dan selalu mengingat Allah secara
menghadap kebawah bahwa mengingatkan kita terus-menerus (dzikrullah). Usaha ini yang
seyogyanya manusia senantiasa memberikan dilakukan para darwis sesuai dengan sabda Nabi
cinta kasihnya kepada seluruh makhluk Allah yang menyatakan bahwa jika kita membaca al-
yang ada di alam semesta ini (hablumminannas). Qur’an hendaknya menangis, tetapi jika tidak
Dua gerakan, pada saat menari telapak tangan bisa menangis, hendaknya diusakan untuk
kanan menghadap ke atas dan menghadap ke menangis.
bawah ini adalah wujud dari hablumminallah dan Kedua, wajd yaitu sesuatu yang
hablumminanas. Adanya hubungan ini adalah dirasakan karena cintanya kepada Allah.Cinta
konsekuensi tidak terhindarkan dari adanya ini muncul karena didorong rasa ingin dekat
interaksi manusia dengan Allah karena manusia akibat kerinduan dan cinta kepada Allah. Wajd
selalu membutuhkan pertolongan-Nya dan dimaknai sebagai suatu keinginan atau hasrat
interaksi dengan sesama manusia karena menyala-nyala untuk mencapai Allah. Wajd juga
manusia membutuhkan bantuannya. Seorang berarti suatu perasaan yang ditimbulkan oleh
muslim tidaklah cukup membangun hubungan rasa cinta yang sungguh-sungguh kepada Allah
6
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
serta kerinduan untuk dapat bertemu dengan- penari sufi pada saat menari ialah kedekatan
Nya. Perasaan itu akan semakin menggelora dengan Tuhan di mana saat mereka menari.
ketika sedang mendengarkan musik spiritual, Tarian sufi dilakukan dalam pertemuan
seperti perasaan tenang, merinding, takut, dan agama, jika pelakunya adalah orang Kristen,
pasarah kepada Allah. Oleh karena itu pengaruh maka akan dapat menjadi orang Kristen yang
yang dirasakan itu sangat kuat akhirnya sempurna, dan jika pelakunya adalah orang
melahirkan gerakan-gerakan yang disebut muslim, maka akan menjadi Muslim yang
dengan tarian spiritual pada tengah gerakan sempurna pula, mengingat tujuan utamanya
sampai akhir. adalah untuk kesempurnaan.
Ketiga, wujudyaitu suatu kondisi suatu Para penari sufi menjadikan tarian dan
kondisi spiritual seseorang yang telah lepas dari gerakan sebagai cara untuk mengungkapkan
sifat-sifat kemanusiaan dan yang dirasakan perasaan cintanya kepada Allah SWT, selama
hanyalah hal-hal yang berhubungan langsung rasa cinta itu ada. Tetapi jika dalam hati yang
dengan Allah. Dalam keadaan wujud, hati ada hanya nafsu, maka tarian sufi pun hanya
seorang sufi adalah selalu terpaut dengan Allah akan mengumbar nafsu belaka. Oleh karena itu
serta melakukan tarian spiritual hanya karena tradisi sufi ini harus sepenuhnya dilakukan oleh
Allah dan semata-mata untuk Allah SWT. para darwis yang terbebas dari nafsu-nafsu
Selanjutnya jika dilihat dari pemain tari duniawi, sehingga tidak sembarang orang dapat
sufi, Pemain pada grup “Kesenian Sufi ikut dalam pelaksanaan tari.
Multikultur” ini semuanya laki-laki, perempuan Latihan para darwis merupakan usaha
juga bisa menarikannya. Seorang penari sufi dalam mencapai suatu cita dalam merasakan
diartikan sama dengan berjuang melawan ego. lebih dalam tentang keagungan Allah, dan juga
Habib Muh tidak pernah mewajibkan agar dapat merasakan kehadiran-Nya dalam
anggota Komunitas zikirnya untuk menari setiap gerak, tempat, dan waktu. Oleh karena itu
darwis. Kreasi dan modifikasi yang mereka disebut juga pembuka jiwa, untuk meningkatkan
lakukan pada tari darwis ini bukan hanya kesadaran akan kehadiran Allah SWT. Tarian
memberiukan kesempatan anggota komunitas ini pun memiliki nilai sebagai gerak jiwa
ini untuk dikenal, perbedaan yang ada diantara manusia dalam mendekati Allah.
anggota komunitas menjadi lebur dalam Penari sufi termasuk bagian dari praktik
pemahaman yang sama sebagai manusia melepaskan segala kegelisahan duniawi, yaitu
ciptaan Tuhan. Tari darwis yang dikembangkan kondisi kejiwaan yang sedang terguncang dan
Habib Muh ini memberikan banyak manfaat mempunyai emosi tertentu. Hal ini dapat diatasi
yaitu bagi komunitas menjadi lebih solid dan dengan dzikir, memuji dan menyerahkan diri
menambah erat persaudaraan komunitas majelis kepada Allah SWT. Bahkan penari sufi termasuk
zikir kraton. Tari darwis ini juga memberi pencapaian kesadaran estatik dalam penyatuan
manfaat langsung bagi yang melakukannya, dengan Allah SWT.
manfaat itu bahkan menjadi hidup mereka terasa
lebih nikmat dan mampu menjaga kehidupannya Instrumen Musik
untuk selalu mengingat Sang Pencipta. Penari Dalam Kesenian Sufi Multikultur
sufi itu menggambarkan Sang Pencipta sebagai menggunakan alat-alat musik seperti marawis,
sebuah prinsip yang menyeluruh dan paripurna. gamelan, dan calung. Di sini akan dijelaskan
Dari sudut pandang waktu, Dia adalah yang mengenai makna-makna yang terkandung dalam
Awal dan yang Akhir, dalam arti Dialah asal alat-alat musik pendukung tarian sufi dalam
dan tempat kembali segala yang ada. Dari sudut Kesenian Sufi Multikultur, sebagai
ruang, Sang Pencipta adalah yang Lahir dan berikut:1)Marawis merupakan salah satu jenis
yang Batin, yakni yang imanen dan yang “band tepuk” yang berkolaborasi antara
transenden. Konsep realitas ini sepenuhnya kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan
didasarkan pada ayat Al Qur’an. Perasaan memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu
tercermin dari berbagai lirik lagu yang
7
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
dibawakan yang merupakan pujian dan tugas yang baku yaitu sebagai saka guru dan
kecintaan kepada Sang Pencipta.Jika dilihat dari bermakna iman yang kuat. Jadi dalam
pukulannya, terdapat tiga jenis pukulan atau kehidupan beragama, iman lah yang menjadi
nada, yaitu zapin, sarah, dan zahefah. Pukulan penegak atau pengukuh dalam menyembah
zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat Allah SWT. Tanpa iman manusia sulit untuk
pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. yakin kepada Tuhannya; 8)Gender, Gambang,
Nada zapin merupakan nada yang sering dan Siter, Instrumen ini merupakan pemangku
digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian Yatmaka, maksudnya jiwa yang sempurna.
kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat). Digambarkan pada fungsinya yang selalu
Tempo nada zapin lebih lambat dan tidak terlalu mengiringi vokal dan seorang sinden, jadi
menghentak, sehingga banyak juga digunakan apabila hidup ini membutuhkan jiwa yang
dalam mengiringi lagu di Melayu. Pukulan sarah sempurna untuk menjalani hidup sesuai dengan
dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan jalan Allah; 9)Rebab, rebab berasal dari suku reb
zahefah mengiringi lagu di majlis. Kedua nada itu dan bab = karep dan bab = kehendak dan
lebih banyak digunakan untuk irama yang persoalan, yang demikian itu memberi petunjuk
menghentak dan membangkitkan semangat; bahwa rebab membawakan makna tertentu.
2)Gamelan Jawa, Kata gamelan berasal dari Dalam usaha untuk mencapai tujuan, kehendak
bahasa Jawa gamel yang berarti memukul/ atau maksud dan seluruh persoalan perlu
menabuh, diikuti akhiran an yang dikemukakan lebih dahulu, yang perlu diingat
menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan bahwa tiap-tiap lagu atau gending dalam
istilah gamelan mempunyai arti satu kesatuan memainkannya dengan gamelan selalu dimulai
alat musik yang dimainkan bersama. Komponen dengan membunyikan rebab, yang kemudian
utama alat musik gamelan adalah bambu, segera diikuti dengan beberapa alat gamelan
logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki lain, dan akhirnya gong. Bila rebab tidak ada,
fungsi tersendiri dalam pergelaran musik maka genderlah yang mulai; 10)Suling, di
gamelan; 3)Bonang dan Kenong, memiliki suara tempat asalnya tari darwis ini diiringi oleh
yang hampir sama yaitu nang, ning, nong, nung. seruling yang berarti eling (ingat), seruling ini
Nang berarti ana (ada), ning berarti bening disebut nie, yang mengandung makna filosofis
(jernih), nong berarti plong (mengerti) dan nung yang dalam, seruling yang dipotong dari pohon
berarti dunung (sadar), maksudnya setelah bambu melantunkan suara yang mendayu-dayu
manusia ada, lalu berpikir dengan hati yang menyayat hati melambangkan jiwa manusia
bening maka dapat mengerti sehingga dunung yang menjerit dan tersiksa karena jauh dari sang
(sadar) bahwa keberadaanya tentu ada yang Khaliq yaitu Allah SWT. Oleh karena itu pada
menciptakan yaitu Sang Maha Pencipta (Allah); saat kita mendengarkan suling mendayu-dayu
4)Kethuk, jika diartikan dari bunyinya thuk, hendaknya sadar dan merasakan bahwa kita
maka memiliki makna yaitu mathuk senantiasa bersama Allah dan hakikatnya kita
(setuju/cocok); 5)Kendang, instrumen ini yaitu tidak akan terpisah dengan Allah dan ingat
yang mengendalikan irama cepat atau lambat. bahwa ada kehidupan yang kekal dan bahagia
Hasil bunyi yang dihasilkan yaitu dang, dang, hanya dapat dicapai dengan amal ibadah
dang. Ndang artinya segeralah, yang dapat sebanyak-banyaknya; 11)Gong, jika dimaknai
disimpulkan manusia diperintahkan untuk dari bunyinya, gong dibunyikan terakhir yang
segera beribadah kepada Allah SWT pada berarti selesai, bunyinya gung artinya Yang
waktunya yang sudah ditentukan; 6)Kempul, Maha Agung. Dapat diartikan juga pada akhir
kempul memiliki arti kumpul (berkumpul) atau kehidupan di dunia ini semuanya akan
berjama’ah. Setelah ditabuh sekali, dua kali, tiga dikembalikan kepada Tuhan Yang Maha Agung.
kali disusul bunyi gong. Semua amal ibadah kita
ditujukan kepada Yang Maha Agung; 7)Saron, Syair
Demung, dan Slenthem, ketiga instrumen ini Menurut Arifin selaku sekretaris
berfungsi sebagai pemaku lagu yang memiliki sekaligus penari sufi dalam Kesenian Sufi
8
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
Multikulktur, tombo ati ini dilantunkan diawal Mungkin hanya orang-orang khusus yang dipilih
saat penari sufi berputar dengan posisi kedua Allah saja yang mampu menghadirkan formulasi
tangan didada. Lagu tombo ati ini jika dipahami, yang tepat untuk menyelesaikan seluruh
mengobati penyakit hati masyarakat akhir permasalahan di jaman ini. Jika tidak maka
zaman adalah sesuatu hal yang sangat sulit “Tombo Ati” memang hanya tinggal syair
karena setiap permasalahan berkaitan satu sama legendaris berusia setengah millenium. Dalam
lain. Oleh karena itu, untuk dapat mengobati lagu tombo ati di Kesenian Sufi Multikultur,
hati masyarakat perlu adanya sebuah solusi yang menggunakan nada-nada lagu macapat yaitu
menyeluruh di semua bidang kehidupan. Dari Durma Pelog Barang. Tembang Durma
sistem ekonomi, pendidikan, kebudayaan, diciptakan untuk mengingatkan sekaligus
politik, dst. Yang dapat menghadirkan satu menggambarkan keadaan manusia yang
sistem yang benar di anatara sistem yang telah cenderung berbuat buruk atau jahat.
rusak dan menjadi sumber permasalahan.
9
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
Munurut Arifin, sholawat Ahla Baiti Nabi kemudian semakin cepat dan merentangkan
merupakan sholawat inti setelah tombo ati kedua tangannya, dan di bagian lagu inilah inti
selesai dilantunkan. Musik marawis dan pertunjukan tarian sufi Kesenian Sufi
gamelan mulai dimainkan dan Penari darwis Multikultur
menari berputar dari yang tadinya lambat,
10
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
11
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
Sebelum acara dari Kesenian Sufi Nilai-nilai Islami pada Tari Sufi dapat
Multikultur biasanya diisi pengajian dari Kyai, dilihat melalui aspek visual dan aspek auditif.
dan acara lainnya seperti tilawah, sholawat, dan Aspek visual meliputi gerak, tata rias, tata
tarian-tarian selain tarian sufi yang bernuansa busana, properti, dan tempat pertunjukan.
Islam. Hal ini masjid dan pondok pesantren lah Sedangkan aspek auditif terdiri dari instrumen
yang dapat dikatakan sebagai tempat dan syair. Gerakan-gerakan tari sufi
pertunjukan yang cocok untuk Kesenian Sufi mempunyai makna filosofi, seperti berputar
Multikultur. kearah kiri ini melambangkan putaran orang
yang sedang tawaf di Ka’bah, ini juga
KESIMPULAN mengandung filosofi seluruh elektron itu
mengelilingi inti atomnya dan bumi kitapun
Berdasarkan hasil penelitian dan berputar tidak pernah berhenti dan alam
pembahasan yang telah diuraikan, peneliti semestapun juga semuanya berputar menurut
menyimpulkan bahwa Tari Sufi grup Kesenian garis edarnya masing-masing. Dengan tawaf,
Sufi Multikultur merupakan salah satu kesenian bentuk penyatuan diri kepada Sang Pencipta,
Islami yang terdapat di Kota Pekalongan. Tawaf mengindikasikan perputaran waktu .
Bentuk pertunjukan tari Sufi diawali dengan doa Gerak berputar ini mempunyai nilai islami
bersama, berdoa demi kelancaran pertunjukan. bahwa ini merupakan isyarat bagi penari sufi
Kedua pemusik gamelan membawakan lagu- agar mengatur segala urusannya dan berusaha
lagu Jawa seperti lir-ilir, manyar sewu dll. Lagu sekuat tenaga untuk tidak menyia-nyiakan
yang digunakan sebagai pengiring tari darwis waktu. Manusia akan menyadari posisinya dan
yaitu lagu-lagu Islami sholawatan, seperti akan tampak kecil di hatinya. Gerakan berputar
sholawat Rahmatan lil’alamin , Ahla Baiti Nabidll. mendorong manusia untuk tunduk dan
Ketiga, tombo ati dilantunkan oleh vocal tanpa merendahkan diri, karena alam semestapun
diiringi musik, penari darwis berjalan menuju menyembah Allah dan tunduk pada Nya.
panggung, setelah tombo ati yaitu sholawat Ahla Gerakan tangan kanan menghadap diatas
baiti Nabi sebagai sholawat inti pengiring penari melambangkan setiap saat kita menerima
darwis . Bentuk pola lantai yang digunakan rahmat atau karunia dari Allah SWT
dalam tari sufi yaitu pola lantai segitiga, garis (hablumminallah) sedangkan tangan kiri
lurus, selang seling, pola lantai ini disesuaikan menghadap ke bawah berarti mengingatkan kita
dengan tempat pertunjukan dan jumlah sebagai manusia agar senantiasa memberikan
penarinya. Tata rias dalam tari sufi ini tidak cinta kasihnya kepada seluruh makhluk Allah
menggunakan tata rias, karena tari sufi ini tidak yang ada di alam semesta ini (hablumminannas).
menonjolkan riasan wajah, tetapi menonjolkan Sehingga mempunyai nilai islami bahwa
busana yang dipakai sebagai kostum sekaligus seorang muslim tidaklah cukup membangun
properti menari. Busana tari sufi pada grup hubungan baik dengan Allah tetapi harus pula
“Kesenian Sufi Multikultur” terdiri dari sikke membangun hubungan baik dengan sesama
atau topi panjang, hirqa atau tunik sebagai baju manusia. Busana tari sufi juga mengandung
atasan warna putih, tennur (rok yang lebar dan makna filosofi seperti topi panjang atau sikke
melingkar), celana kain warna putih, kaos kaki, adalah simbol batu nisan para wali dan sufi,
syal batik. Tempat pertunjukan tari sufi ini nisan yang berarti tempat kembali manusia,
ditampilkan di tempat terbuka ataupun tertutup. walaupun ada semacam energi cinta yang
Biasanya ditampilkan di halaman masjid, memancar pada makam, bukan berarti berdoa
halaman rumah, lapangan, gedung pertemuan pada makam, berdoa tetap kepada Allah SWT.
dan pondok pesantren. Instrumen musik yang Hirqa atau tunik berwarna putih, mengandung
digunakan adalah marawis dan gamelan makna kesucian, kesucian melambangkan kain
ditambah calung banyumas. kafan, dengan kain kafan mengingatkan kita
bahwa suatu saat kita akan kembali pada Nya.
12
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)
Tempat pertunjukan tari sufi yaitu di Bastomi. 1992. Wawasan Seni. IKIP Semarang PRESS
pondok pesantren, pondok pesantren digunakan Beg, M. Abdul Jabber (ed). (terj. Yustiono dan Edi
untuk tempat melaksanakan acara-acara yang Sutriyono). 1981. Seni dalam peradaban Islam.
Bandung: Pustaka.
kental dengan keIslaman. Musik tari sufi
Gazalba, Sidi. 1978. Asas Kebudayaan Islam:
mengandung nilai-nilai Islam yang terdapat
Pembahasan Ilmu dan Filsafat Ijtihad, Fiqh,
dalam instrumen musik yang digunakan dan Akhlak, Bidang-bidang Kebudayaan, Masyarakat
syair yang dilantunkan. Sudah diketahui bahwa dan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
musik marawis merupakan musik Islami yang Gullen, Fathullah. 2001. Kunci-kunci Rahasia Sufi.
melantunkan sholawat, sholawat tersebut Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
merupakan ungkapan yang penuh puji-pujian Harymawan, R.M.A. 1988. Dramaturgi. Bandung:
kepada Sang Pencipta Allah SWT dan Rasullah CV. Rosda.
Muhammad SAW. Musik gamelan yang Al-Hujwiri, Ibnu Usman. 2003. Kasyf Al-Mahjub;
Menyelami Samudra Tasawuf, Terj. Ahmad
merupakan musik tradisional Jawa yang
Afandi. Yogyakarta: Pustaka Sufi.
digunakan para wali jaman dahulu dalam
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang:
penyebaran agama Islam dan setiap alatnya IKIP Semarang Press.
mengandung nilai-nilai Islami. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
DAFTAR PUSTAKA Rosdakarya.
Nasr, Seyyed Hossein (terj. Afif Muhammad). 1993.
Abdurachman, Rosyid. 1997. Seni Tari III. Jakarta : Spiritualitas dan Seni Islam. Bandung: Mizan.
C.V. Angkasa. Nicholson, Reynold A. 1995. Aspek Rohaniah
A.C. Bouquet, comperarive Religion, Penguin Book, Peribadatan Islam di dalam Mencari Keridloan
Inc, Harmondsworth, Middlessex, England, Allah, terj. A. Nashir Budiman, Edisi I.
1973, hal. 3. Jakarta: PT. Raja Grafindo, hal 63.
Al-Faruqi, Isma’il Raji. 1988. Tauhid, terj. Anas Shihab, Quraish. M. 1995. Islam dan Kesenian. Dalam
Mahyudin. Mizan: Bandung. Seminar Islam dan Kesenian. Yogyakarta.
Al-Qarni, Abdullah. 2004. Cambuk Hati. Bandung: Majelis Kebudayaan Muhammadiyah.
Irsyad Baitus Salam. Universitas Ahmad Dahlan
Anwar, Syamsul. 1995. Pandangan Islam Terhadap Soedarsono, R.M. 1986. Pengantar Pengetahuan dan
Kesenian. Yogyakarta: Majelis Kebudayaan Komposisi Tari dalam Pengetahuan Elementer
Muhammadiyah. Universitas Ahmad Dahlan. Tari dalam Beberapa Masalah Ta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
13