Anda di halaman 1dari 13

JST 3 (1) (2014)

JURNAL SENI TARI

http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jst

NILAI-NILAI
NILAI ISLAMI DALAM PERTUNJUKAN TARI SUFI PADA GRUP “
KESENIAN SUFI MULTIKULTUR” KOTA PEKALONGAN

Rista Dewi Opsantini

Jurusan Sendratasik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


________________ ___________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, mendeskripsikan, dan menganalisis bentuk
Diterima April 2014 pertunju
pertunjukan dan nilai-nilai
nilai Islami dalam pertunjukan tari sufi pada grup Kesenian Sufi
Disetujui Mei 2014
Multikultur Kota Pekalongan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif , dengan
Dipublikasikan Juni 2014
fokus penelitian nilai-nilai
nilai nilai islami dalam pertunjukan tari sufi pada grup Kesenian Sufi
________________
Multikultur Kota Pekalongan. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi,
Multikultur
Keywords:
wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara mereduksi, penyajian
islamic value, sufi dance
performance, sufi data dan menyimpulkan semua informasi secara benar. Hasil penelitian menunjukan
multicutural art group bahwa nilai-nilai
nilai islami tari sufi dapat dilihat melalui aspek visual dan aspek auditif.
____________________ Aspek visual meliputi gerak, tata rias, tata busana, properti, dan tempat pertunjukan.
Sedangkan aspek auditif terdiri dari instrumen musik dan syair. Dari aspek-aspek
aspek
tersebut mempunyai makna filosofi dan mengandung nilai-nilai nilai Islami bagi pelakunya
dan bagi masyarakat pendukungnya.

Abstract
___________________________________________________________________
The aim of this research is to know, describe, and analyze the performance and islamic values is
sufi dance performance a case of sufi multicultural art group in Pekalongan city. The research
usingqualitative method with focuses on islamic values in sufi dance performance a case ofsufi
multicultural aet group in Pekalongan city. The submitted of data technique is using observation
and documentation. Analize the technique data with reduce, serve data and summary all off the
information correctly. The result of the research showed that the islamicvalues of sufi dance can be
seen in visual
visual and auditive aspect. Visual aspect are movement, make up dress up, property and
the performance’s place. While auditive aspects consist of music instrument and poem. From that
aspect have philosophiesmeaning and islamic values for the actors and for the
th citiez that support it.

© 2014 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 2252- 6625


Gedung B2 Lantai 2 FBS Unnes
Kampus Sekaran, Gunungpati, Semarang, 50229
E-mail: Ristadewiopsantini@gmail.com

1
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

PENDAHULUAN menimbulkan kerinduan yang akhirnya akan


melahirkan ekspresi luar biasa. Tarian yang
Seni seringkali ditafsirkan berbeda-beda bernapaskan Islami ini mempunyai motif gerak
sehingga mempunyai berbagai pendapat dan berputar seraya melantunkan Asma-asma Allah
pengertian yang beragam. Pengertian pokok dan Rasulullah SAW(id.wikipedia.org).
yang umum dipakai dalam mengartikan seni di Kota Pekalongan merupakan kota yang
antaranya ialah keindahan, ungkapan perasaan, mayoritas penduduknya beragama Islam. Di
imajinasi, estetis dan lain sebagainya. Di Pekalongan terdapat grup kesenian Islami yaitu
samping perilaku yang indah, yaitu berarti elok, “Kesenian Sufi Multikultur”, pimpinan Habib
bagus, benar, dan mahal harganya, seni sangat Muh. Kesenian Sufi Multikultur ini merupakan
sulit untuk dimasukkan ke dalam suatu batasan satu-satunya kesenian Sufi yang berada di Kota
sebagaimana ilmu dan agama tidak mudah Pekalongan yang menggunakan iringan
didefinisikan pada pengertian yang sederhana kolaborasi marawis dengan gamelan Jawa. Di
(Sudjoko dalam Rizaldi, 2012:2). jaman sekarang ini kebanyakan pengiring tari
Seni religius adalah kesenian yang mampu sufi ini hanya menggunakan marawis, lain
mengekspresikan pesan-pesan agama. Dalam hal dengan grup Kesenian Sufi Multikultur yang
ini, Islam adalah agama yang banyak memiliki menggunakan tambahan musik gamelan Jawa
pesan-pesan religi melalui teks ayat-ayat Al sebagai pengiring. Kesenian Sufi Multikultur ini
Qur’an, yaitu pesan-pesan yang menyerukan didukung oleh masyarakat sekitar, karena
kebahagiaan, hak-hak spiritualitas, keagungan, mereka beranggapan ini merupakan kegiatan
ketakwaan insani dan keadilan masyarakat yang positif dan tidak meninggalkan nilai-nilai
manusia. Hanya saja, seni religius jangan sampai Islam. Di tengah kesibukan para pelakunya,
dipersepsikan dengan seni yang hanya bersifat kegiatan di dalam Kesenian Sufi Multikultur ini
kaku. Seni religius tidak harus ditandai dengan dijadikan sebagai media untuk berzikir
jargon-jargon agama (Shihab, 1995:9). Menurut mendekatkan diri kepada Allah melalui tarian
Seyyed dalam Kardiyanto (2011:71), seni Islam spiritual. Pelatihan tari sufi ini dipimpin
lahir tentunya tidak terlepas dari pengaruh Al langsung oleh Habib Muhammah D. Shahab,
Qur’an sebagai kitab induk pedoman dasar pemilik Kesenian Sufi Multikultur.
ajarannya dan Hadist sebagai pengeJawantahan Kesenian Sufi Multikultur ini biasanya
spirit kenabian Muhammad SAW. Al Qur’an dipentaskan pada hari-hari besar Islam seperti
dan Hadist adalah dua pedoman utama memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad
implementasi sikap dan perilaku muslim, SAW, acara-acara Pemerintahan Kota
termasuk dalam persoalan seni atau keindahan. Pekalongan, acara hajatan khitan, dan HUT
Mengenai keterkaitan antara agama dan sekolah-sekolah Islam di Pekalongan.
kesenian, terdapat dua pandangan yaitu agama Kesenian Sufi Multikultur yang ada di
merupakan bagian dari kesenian dan kesenian Kota Pekalongan ini merupakan kesenian yang
merupakan bagian dari agama. Seni sudah ada sebelumnya namun sudah mengalami
mengekspresikan keindahan Islam dan media perubahan dari segi musik, pola, dan busananya
dalam menyebarluaskan Islam, sedangkan Islam namun gerakannya masih sama dengan aslinya.
sebagai pengontrol perkembangan seni agar Hal ini menjadikan Kesenian Sufi Multikultur
tercipta karya seni yang bermanfaat, bermutu, mendapatkan perhatian khusus dari Dinas
dan mengandung nilai-nilai agama(Yusuf, Kebudayaan Kota Pekalongan.
2002:54). Hal yang menarik pada Kesenian Sufi
Tarian Sufi (Whirling Dervishes) Multikultur yang berada di Kota Pekalongan
merupakan tarian religius dari Timur yaitu kesenian yang masih utuh, belum
Tengah.Tarian ini merupakan inspirasi dari filsuf mendapatkan perubahan dari segi gerak, namun
dan penyair Turki yang bernama Maulana musik, busana, dan fungsinya sudah mengalami
Jalaludin Rumi untuk mengenang sahabatnya perubahan.
yaitu Syamsuddin. Bagi al-Rumi, rasa cinta akan

2
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

METODE kebelahan dunia bahkan kepelosok Negeri ini.


Tarian Sufi (Whirling Dervishes) merupakan
Penelitian ini menggunakan pendekatan tarian religius inspirasi dari Filsuf dan Penyair
kualitatif. Sasaran utama penelitian ini adalah: Turki yang bernama Maulana Jalaluddin Rumi.
Nilai-nilai Islami dalam Pertunjukan Tari Sufi Tarian spiritual muncul sejak terjalinnya
pada grup Kesenian Sufi Multikultur di Kota hubungan spiritual yang terjadi antara dua
Pekalongan. Untuk memperoleh data yang sahabat karib, al-Rumi dan Syamsuddin. Selama
diperlukan dalam penelitian ini, cara yang 6 bulan mereka bersama akhirnya dapat
dilakukan adalah melakukan observasi, mengubah kehidupan al-Rumi sepenuhnya. Dan
wawancara dan dokumentasi. Analisis data setelah peristiwa kehilangan Syamsuddin, al-
dibagi dalam tiga tahap, antara lain reduksi data, Rumi menyelenggarakan pertemuan-pertemuan
sintesisasi, dan menarik kesimpulan/ verifikasi. sama’untuk mengenang Syamsuddin. Dari
pertemuan-pertemuan sama’inilah akhirnya
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN terbentuk lembaga tasawuf yang memiliki ciri
tarian berputar yang dipimpin oleh al-Rumi.
Kota Pekalongan dapat dikatakan Tarian ini dianggap sebagai bentuk sebuah
adalah multikulturalisma dan pluralisma yang ekspresi dari rasa cinta, kasih dan sayang yang
terintegrasi. Baik melalui proses asimilasi Maha Tinggi dari seorang hamba Sang Robbi.
maupun akulturasi. Kota Pekalongan Kota Pekalongan merupakan kota yang
merupakan hasil proses membangsa (to nation merupakan mayoritas penduduknya beragama
process). Dilihat dari berbagai sisi, Kota Islam. Di salah satu sudut kota Pekalongan ini
Pekalongan merupakan peradaban berbasis berkembang komunitas dzikir dibawah pimpinan
multikulturisma (dalam Republik Canting, seorang Habib yang bersahaja, Habib Muhamad
behinds the series #8). D. Shahab, kegemaran pada dunia seni bisa jadi
Kota Pekalongan termasuk harmoni yang membuat kepribadian yang lembut dan
padu padan seluruh Arab, China, Jawa, dan bersahaja. Habib Muhamad Shahab memimpin
berbagai etnis. Hal ini dimungkinkan oleh komunitas zikir “Majelis zikir Kraton”
keterbukaan masyarakat Kota Pekalongan dalam Pekalongan.
menempatkan diri di tengah pusaran peradaban. Dimulailah dari komunitas zikir inilah
Hal itu tercermin dari ragam kesenian yang beliau dipertemukan dengan dervish dance tarian
tumbuh dan berkembang, sampai ke produk yang disebutnya sebagai tarian darwis ini adalah
budaya, adat istiadat, tata busana, tata boga pertemuan antara jiwa seni dan keinginannya
(kuliner), dan tata hubungan antar manusia. meningkatkan pamahaman spiritual anggota
Dari aspek religius, Islam merupakan ajaran komunitas zikirnya. Tari darwis lebih marak di
agama dengan pengaruh terkuat, dan kemudian Indonesia ketika dibawa oleh Syekh Nazim
lainnya. Nasabandiyah Indonesia, dan dari situlah Habib
Kesenian Sufi Multikultur terletak di Muh Shahab belajar dan kemudian diajarkan
Kota Pekalongan tepatnya Jl. Progo Gang 4 oleh anggota majelis zikirnya.
No.2 RT. 02 RW. 04, Kelurahan Kraton Lor, Selain kota Batik, Pekalongan juga
Kecamatan Pekalongan Utara Kota Pekalongan. dikenal sebagai kota pesisir, sebagai kota pesisir
Pekalongan adalah kota multi etnis.
Asal Mula “Kesenian Sufi Multikultur” Kota Keanekaragaman inilah yang memberi inspirasi
Pekalongan Habib Muh Shahab untuk menggabungkan tari
Tarian ini telah dilakukan sejak abad ke darwis dengan budaya lokal. Bukan sekedar
13. Bermula dari sebuah tempat yang bernama mengambil manfaat kebaikan dari tari darwis,
Konya dengan Luas 39.000 km2. Sebuah Habib Muh melengkapinya dengan kearifan
provinsi di Negara setengah Asia setengah lokal, kearifan budaya Jawa tengah, bahkan
Eropa, Turki. Gerakan berputar dengan penuh melayu. Bukan hanya melengkapinya dengan
makna spiritual dan menyebarkan nilai spiritual gending Jawa, beliau menggabungkan dengan

3
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

calung banyumasan dan memasukkan tari zapin tombo ati yaitu sholawat Ahla baiti Nabi sebagai
sebagai pelengkap tari darwis . Tidak salah jika sholawat inti pengiring penari darwis .
kelompok ini memberi nama kesenian sufi
multikultur sebagai penanda eksistensi mereka Aspek Visual Pertunjukan Kesenian Sufi
karena harmonisasi berbagai unsur tersebut Multikultur
membuat keunikan tersendiri bagi komunitas Aspek visual dari pertunjukan tari sufi
mereka. Keunikan inilah yang difasilitasi oleh pada grup “Kesenian Sufi Multikultur” Kota
pemerintah kota pekalongan dengan Pekalongan meliputi gerak, tata rias, tata
menyatakan mereka dalam festival kesenian busana, properti, dan tempat pertunjukan.
daerah Jawa tengah. Gerakan tari sufi yaitu berputar,
Wawancara dengan Bapak Arifin berputar ke arah kiri sebagaimana putaran tawaf
sekretaris grup “Kesenian Sufi Multikultur” di Ka’bah. Gerakan awal, pertama-tama penari
(minggu 16 februari 2014). berjalan dengan kedua telapak tangan di dada
dengan posisi tangan kanan di atas tangan kiri
Deskripsi Pertunjukan Tari Sufi “Kesenian menuju tengah panggung; gerakan kedua,
Sufi Multikultur” kemudian lantunan sholawat berbunyi tanpa
Bentuk pertunjukan tari sufi biasanya iringan musik, penari berputar perlahan ke arah
disesuaikan dengan permintaan, urutan acara kiri dengan perlahan melepas tangan yang masih
tersebut bisa diawal untuk pembukaan, ditengah di dada. Ketika musik masuk, dengan perlahan
ataupun sebagai penutup. Karena tari sufi disini penari sedikit merentangkan tangan dengan
sebagai pengisi acara hiburan. posisi tangan kanan membentuk siku sejajar
Jika untuk pembuka acara, tari sufi kepala dan telapak tangan menghadap atas,
ditampilkan diawal. Biasanya untuk acara posisi tangan kiri sejajar dengan telinga dan
pemerintah untuk menyambut tamu, acara posisi telapak tangan menghadap kebawah;
memperingati HUT Kemerdekaan RI, Hari jadi gerakan ketiga, penari menari dari putaran
kota Pekalongan. lambat ke putaran yang cepat, semakin cepat
Untuk acara Peringatan Maulid Nabi putarannya kedua tangan direntangkan dengan
Muhammad Saw, dengan urutan yang pertama posisi tangan kanan sejajar dengan kepala dan
pembukaan dibuka dengan tilawatil Qur’an, telapak tangan kanan menghadap keatas, lalu
sambutan ketua pelaksana, hiburan Tari Sufi, posisi tangan kiri sejajar dengan bahu dengan
ceramah yang dibawakan oleh Kyai, doa telapak tangan mengadap kebawah; gerakan
penutup, Tari sufi. akhir, Gerakan terakhir saat musik mulai
lambat, penari berputar perlahan, tangan yang
Pola Pertunjukan Tari Sufi “Kesenian Sufi tadinya direntangkan kemudian perlahan
Multikultur” disilangkan kembali ke dada saeperti posisi awal,
Urutan penyajian tari sufi dapat diuraikan dan penari satu persatu meninggalkan panggung.
sebagai berikut:
Pertunjukan Tari sufi grup “Kesenian Pola Lantai Tari Sufi
Sufi Multikultur” yang pertama diawali dengan Bentuk pola lantai tari sufi ini
doa bersama, doa disini dimaksudkan demi sederhana. Seperti pola lantai segitiga, garis
kelancaran sebuah pertunjukan. Kedua, lurus, selang seling, di sesuaikan dengan tempat
Gamelan mengiringi lagu-lagu Jawa seperti lir pertunjukannya dan jumlah penari. Berikut
ilirataupun mayar sewu, penari darwis belum adalah gambar pola lantai saat pertunjukan
mulai menari. Lagu yang digunakan sebagai berlangsung.
pengiring tari darwis yaitu lagu-lagu Islami
seperti sholawatan, seperti sholawat Rahmatan Pelaku Kesenian Sufi Multikultur
lil’alamin, Ahla Baiti Nabidll. Ketiga, tombo ati Pemain tari sufi grup “Kesenian sufi
dilantunkan oleh vocal tanpa diiringi musik, Multikultur” merupakan penari dan pengiring
penari darwis berjalan menuju panggung, setelah musik. Pemainnya berjumlah kurang lebih 60

4
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

orang, dari 60 orang tersebut semuanya adalah juga jenis alat musik lain, misalnya : alat musik
penari, namun sekarang dibagi ada yang menjadi tiup (suling), alat musik gesek (rebab), alat musik
penari dan ada yang menjadi pemusik. 12 orang petik (siter).
menjadi pemusik gamelan, 10 orang pemusik Lagu yang biasa disajikan dalam
marawis, 5 orang penari sufi, 2 orang penari Kesenian Sufi Multikultur yaitu lancaran,
zapin , 2 orang sinden. ketawang, dan ladrang. Namun 3 lagu tersebut
bukan sebagai pengiring tarian sufi, melainkan
Tata Rias Tari Sufi hanya untuk pembuka sebelum tarian sufi
Tata rias pada tari sufi grup “Kasenian mulai (opening music).
Sufi Multikultur” yaitu tidak menggunakan tata Dalam mengiringi tarian sufi, alat musik
rias. Para penari tidak merias wajahnya. Karena marawis ini dapat dikatakan wajib, karena
tari sufi ini tidak menonjolkan riasan wajah, memiliki unsur keagamaan yang kental. Secara
tetapi menonjolkan busana yang dipakai sebagai keseluruhan marawis menggunakan hajir
kostum sekaligus properti menari. (gendang besar) yang mempunyai diameter 45
cm dengan tinggi 60-70 cm, marawis (gendang
Tata Busana Tari Sufi kecil) berdiameter 20 cm dengan tinggi 19 cm,
Tata busana yang dipakai tari sufi grup dumbuk atau (jimbe) (sejenis gendang yang
“Kesenian Sufi Multikultur” terdiri dari: 1)Sikke berbentuk seperti dandang, memiliki diameter
atau topi panjang yang diberi motif batik; yang berbeda pada kedua sisinya), serta dua
2)Hirqa atau tunik sebagai baju atasan warna potong kayu bulat berdiameter 10 cm. Kadang
putih; 3)Tennur atau rok yang lebar dan kala perkusi dilengkapi dengan tamborin. Lagu-
melingkar; 4)Celana kain warna putih; 5)Kaos lagu yang berirama gambus atau padang pasir
kaki; 6)Syal batik. dinyanyikan sambil diiringi jenis pukulan
tertentu.
Tempat Pertunjukan Kesenian Sufi Multikultur Calung adalah alat musik Sunda yang
Tempat pertunjukan tari sufi dapat hampir mirip dengan angklung, perbedaannya
ditampilkan di tempat terbuka ataupun tertutup. hanya pada cara memainkannya. Jika angklung
Biasanya ditampilkan di halaman masjid, dimainkan dengan cara digoyangkan, cara
halaman rumah, lapangan gedung pertemuan, menabuh calung adalah dengan memukul
pondok pesantren. Tempat pertunjukan yang batang (wilahan, bilah) dari ruas-ruas (tabung
digunakan tari sufi ini membutuhkan tempat bambu) yang tersusun menurut titi laras (tangga
yang luas agar memudahkan penari dalam nada) pentatonik.
berputar, sehingga rok/tennur bisa berkembang Alat musik ini dikolaborasikan dengan
meliuk-liuk dengan indah. gamelan Jawa dan marawis dalam pertunjukan
tari sufi dalam Kesenian Sufi Multikultur.
Aspek Auditif Pertunjukan Kesenian
Sufi Multikultur Nilai-nilai Islami yang Terdapat pada
Instrumen musik yang digunakan dalam Tari Sufi “Kesenian Sufi Multikultur”
pertunjukan tari sufi terdiri dari gamelan Jawa, Dilihat dari segi gerak tari sufi mudah
marawis, dan calung. diingat karena gerakan inti tarian ini adalah
Gamelan yang digunakan untuk berputar. Gerak berputar tersebut mempunyai
mengiringi tari sufi pada Kesenian Sufi makna filosofis yaitu sebagaimana putaran orang
Multikultur yaitu gamelan laras pelog, yang yang sedang bertawaf di Ka’bah, putaran
nadanya dibagi 7 nada, yaitu 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7. surgawi illahiah, ini juga mengandung filosofi
Gamelan tersebut terdiri dari alat musik pukul, seluruh elektron itu mengelilingi inti atomnya
yaitu : bonang barung, bonang penerus, dan bumi kitapun berputar tidak pernah berhenti
slenthem, demung, saron, peking, gender dan alam semestapun juga semuanya berputar
barung, gender penerus, gambang, menurut garis edarnya masing-masing. Dengan
kempul/gong, kenong dan kendang. Tetapi ada tawaf, bentuk penyatuan diri kepada Sang

5
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

Pencipta,seorang muslim berarti mengikuti baik dengan Allah tetapi harus pula membangun
irama alam semesta. Tawaf mengindikasikan hubungan baik dengan sesama manusia. (Data
perputaran waktu. Gerak berputar ini diatas merupakan hasil wawancara dengan
mempunyai nilai islami bahwa ini merupakan bapak Arifin, selaku sekretaris grup Kesenian
isyarat bagi penari sufi agar mengatur segala Sufi Multikultur).
urusannya dan berusaha sekuat tenaga untuk Putaran itu sering disalah artikan oleh
tidak menyia-nyiakan waktu. Manusia akan orang yang tidak memahami kesenian ini banyak
menyadari posisinya dan akan tampak kecil di yang mengira bahwa penari sufi dalam kondisi
hatinya. Gerakan berputar mendorong manusia yang tidak sadar. Putaran tari itu murni, penari
untuk tunduk dan merendahkan diri. Seluruh dalam keadaan sadar karena ada tekniknya yaitu
alam semesta bertawaf menyembah Allah dan dengan melantunkan zikir, karena zikir
bergerak bersamanya. Alam semesta pun tunduk merupakan metode spiritual untuk
kepada Nya. Dalam gerakan berputar ini yang meningkatkan pemahaman pada keagungan
mengacu dengan tawaf yang mengikuti alam Allah SWT, darwis harus olah fisik, olah mental,
semesta, menghadap Allah. Berputar mengikuti olah emosional serta olah spiritual sehingga bisa
aturan Nya, dan berusaha mengikuti irama Nya menikmati putarannya dan menjadi tarian
di bumi agar tidak terjadi ketimpangan di alam indah. Zikir, wirid, membaca Al qur’an,
semesta. Adapun urutan gerak dalam tarian sufi bermunajat dengan sholat adalah cara utama
yang mengandung nilai-nilai Islami, diantaranya mereka meningkatkan kesadaran spiritual,
: 1) Untuk awalan penari berjalan dengan kedua menari darwisadalah vitamin tambahan untuk
telapak tangan di dada dengan posisi tangan memperoleh kesadaran spiritual tersebut,
kanan diatas tangan kiri, yang memiliki nilai kesadaran spiritual menuju Tuhan.
pengendalian segala sesuatu, sebagaimana hidup Ada beberapa maqam yang harus
dimulai kelahiran, sesuatu yang ada pasti ada dilewati oleh para darwis dalam tari sufi ini.
awalnya. Dengan keimanan kita yakin bahwa Maqam adalah tingkatan yang harus diusahakan
semuanya berawal dari Allah. Maka dengan oleh seorang sufi dalam rangka menuju
takbir kita mengembalikan kepada segala mairifatullah (mengenal Allah). Beberapa maqam
aktivitas kita adalah karena Allah. Gerakan awal yang harus dilalui yaitu:
ini berarti penyerahan totalitas pada yang Maha Pertama, tawajud yaitu usaha yang
Awal bahwa karena Nya kita ada dan karenanya dilakukan dalam menari Sufi, usaha ini
kita melakukan perjalanan hidup; 2) Pada saat dilakukan dengan gerak lahiriah yaitu melalui
menari telapak tangan kanan menghadap ke atas tarian spiritual.Sebelumnya para darwis harus
ini melambangkan setiap saat kita menerima matang dalam hal spiritual dengan melakukan
Rahmat atau karunia dari Allah SWT beberapa disiplin atau latihan-latihan (riyadhah)
(hablumminallah); 3)Kemudian tangan kiri yang ketat dan selalu mengingat Allah secara
menghadap kebawah bahwa mengingatkan kita terus-menerus (dzikrullah). Usaha ini yang
seyogyanya manusia senantiasa memberikan dilakukan para darwis sesuai dengan sabda Nabi
cinta kasihnya kepada seluruh makhluk Allah yang menyatakan bahwa jika kita membaca al-
yang ada di alam semesta ini (hablumminannas). Qur’an hendaknya menangis, tetapi jika tidak
Dua gerakan, pada saat menari telapak tangan bisa menangis, hendaknya diusakan untuk
kanan menghadap ke atas dan menghadap ke menangis.
bawah ini adalah wujud dari hablumminallah dan Kedua, wajd yaitu sesuatu yang
hablumminanas. Adanya hubungan ini adalah dirasakan karena cintanya kepada Allah.Cinta
konsekuensi tidak terhindarkan dari adanya ini muncul karena didorong rasa ingin dekat
interaksi manusia dengan Allah karena manusia akibat kerinduan dan cinta kepada Allah. Wajd
selalu membutuhkan pertolongan-Nya dan dimaknai sebagai suatu keinginan atau hasrat
interaksi dengan sesama manusia karena menyala-nyala untuk mencapai Allah. Wajd juga
manusia membutuhkan bantuannya. Seorang berarti suatu perasaan yang ditimbulkan oleh
muslim tidaklah cukup membangun hubungan rasa cinta yang sungguh-sungguh kepada Allah

6
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

serta kerinduan untuk dapat bertemu dengan- penari sufi pada saat menari ialah kedekatan
Nya. Perasaan itu akan semakin menggelora dengan Tuhan di mana saat mereka menari.
ketika sedang mendengarkan musik spiritual, Tarian sufi dilakukan dalam pertemuan
seperti perasaan tenang, merinding, takut, dan agama, jika pelakunya adalah orang Kristen,
pasarah kepada Allah. Oleh karena itu pengaruh maka akan dapat menjadi orang Kristen yang
yang dirasakan itu sangat kuat akhirnya sempurna, dan jika pelakunya adalah orang
melahirkan gerakan-gerakan yang disebut muslim, maka akan menjadi Muslim yang
dengan tarian spiritual pada tengah gerakan sempurna pula, mengingat tujuan utamanya
sampai akhir. adalah untuk kesempurnaan.
Ketiga, wujudyaitu suatu kondisi suatu Para penari sufi menjadikan tarian dan
kondisi spiritual seseorang yang telah lepas dari gerakan sebagai cara untuk mengungkapkan
sifat-sifat kemanusiaan dan yang dirasakan perasaan cintanya kepada Allah SWT, selama
hanyalah hal-hal yang berhubungan langsung rasa cinta itu ada. Tetapi jika dalam hati yang
dengan Allah. Dalam keadaan wujud, hati ada hanya nafsu, maka tarian sufi pun hanya
seorang sufi adalah selalu terpaut dengan Allah akan mengumbar nafsu belaka. Oleh karena itu
serta melakukan tarian spiritual hanya karena tradisi sufi ini harus sepenuhnya dilakukan oleh
Allah dan semata-mata untuk Allah SWT. para darwis yang terbebas dari nafsu-nafsu
Selanjutnya jika dilihat dari pemain tari duniawi, sehingga tidak sembarang orang dapat
sufi, Pemain pada grup “Kesenian Sufi ikut dalam pelaksanaan tari.
Multikultur” ini semuanya laki-laki, perempuan Latihan para darwis merupakan usaha
juga bisa menarikannya. Seorang penari sufi dalam mencapai suatu cita dalam merasakan
diartikan sama dengan berjuang melawan ego. lebih dalam tentang keagungan Allah, dan juga
Habib Muh tidak pernah mewajibkan agar dapat merasakan kehadiran-Nya dalam
anggota Komunitas zikirnya untuk menari setiap gerak, tempat, dan waktu. Oleh karena itu
darwis. Kreasi dan modifikasi yang mereka disebut juga pembuka jiwa, untuk meningkatkan
lakukan pada tari darwis ini bukan hanya kesadaran akan kehadiran Allah SWT. Tarian
memberiukan kesempatan anggota komunitas ini pun memiliki nilai sebagai gerak jiwa
ini untuk dikenal, perbedaan yang ada diantara manusia dalam mendekati Allah.
anggota komunitas menjadi lebur dalam Penari sufi termasuk bagian dari praktik
pemahaman yang sama sebagai manusia melepaskan segala kegelisahan duniawi, yaitu
ciptaan Tuhan. Tari darwis yang dikembangkan kondisi kejiwaan yang sedang terguncang dan
Habib Muh ini memberikan banyak manfaat mempunyai emosi tertentu. Hal ini dapat diatasi
yaitu bagi komunitas menjadi lebih solid dan dengan dzikir, memuji dan menyerahkan diri
menambah erat persaudaraan komunitas majelis kepada Allah SWT. Bahkan penari sufi termasuk
zikir kraton. Tari darwis ini juga memberi pencapaian kesadaran estatik dalam penyatuan
manfaat langsung bagi yang melakukannya, dengan Allah SWT.
manfaat itu bahkan menjadi hidup mereka terasa
lebih nikmat dan mampu menjaga kehidupannya Instrumen Musik
untuk selalu mengingat Sang Pencipta. Penari Dalam Kesenian Sufi Multikultur
sufi itu menggambarkan Sang Pencipta sebagai menggunakan alat-alat musik seperti marawis,
sebuah prinsip yang menyeluruh dan paripurna. gamelan, dan calung. Di sini akan dijelaskan
Dari sudut pandang waktu, Dia adalah yang mengenai makna-makna yang terkandung dalam
Awal dan yang Akhir, dalam arti Dialah asal alat-alat musik pendukung tarian sufi dalam
dan tempat kembali segala yang ada. Dari sudut Kesenian Sufi Multikultur, sebagai
ruang, Sang Pencipta adalah yang Lahir dan berikut:1)Marawis merupakan salah satu jenis
yang Batin, yakni yang imanen dan yang “band tepuk” yang berkolaborasi antara
transenden. Konsep realitas ini sepenuhnya kesenian Timur Tengah dan Betawi, dan
didasarkan pada ayat Al Qur’an. Perasaan memiliki unsur keagamaan yang kental. Itu
tercermin dari berbagai lirik lagu yang

7
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

dibawakan yang merupakan pujian dan tugas yang baku yaitu sebagai saka guru dan
kecintaan kepada Sang Pencipta.Jika dilihat dari bermakna iman yang kuat. Jadi dalam
pukulannya, terdapat tiga jenis pukulan atau kehidupan beragama, iman lah yang menjadi
nada, yaitu zapin, sarah, dan zahefah. Pukulan penegak atau pengukuh dalam menyembah
zapin mengiringi lagu-lagu gembira pada saat Allah SWT. Tanpa iman manusia sulit untuk
pentas di panggung, seperti lagu berbalas pantun. yakin kepada Tuhannya; 8)Gender, Gambang,
Nada zapin merupakan nada yang sering dan Siter, Instrumen ini merupakan pemangku
digunakan untuk mengiringi lagu-lagu pujian Yatmaka, maksudnya jiwa yang sempurna.
kepada Nabi Muhammad SAW (shalawat). Digambarkan pada fungsinya yang selalu
Tempo nada zapin lebih lambat dan tidak terlalu mengiringi vokal dan seorang sinden, jadi
menghentak, sehingga banyak juga digunakan apabila hidup ini membutuhkan jiwa yang
dalam mengiringi lagu di Melayu. Pukulan sarah sempurna untuk menjalani hidup sesuai dengan
dipakai untuk mengarak pengantin. Sedangkan jalan Allah; 9)Rebab, rebab berasal dari suku reb
zahefah mengiringi lagu di majlis. Kedua nada itu dan bab = karep dan bab = kehendak dan
lebih banyak digunakan untuk irama yang persoalan, yang demikian itu memberi petunjuk
menghentak dan membangkitkan semangat; bahwa rebab membawakan makna tertentu.
2)Gamelan Jawa, Kata gamelan berasal dari Dalam usaha untuk mencapai tujuan, kehendak
bahasa Jawa gamel yang berarti memukul/ atau maksud dan seluruh persoalan perlu
menabuh, diikuti akhiran an yang dikemukakan lebih dahulu, yang perlu diingat
menjadikannya sebagai kata benda. Sedangkan bahwa tiap-tiap lagu atau gending dalam
istilah gamelan mempunyai arti satu kesatuan memainkannya dengan gamelan selalu dimulai
alat musik yang dimainkan bersama. Komponen dengan membunyikan rebab, yang kemudian
utama alat musik gamelan adalah bambu, segera diikuti dengan beberapa alat gamelan
logam, dan kayu. Masing-masing alat memiliki lain, dan akhirnya gong. Bila rebab tidak ada,
fungsi tersendiri dalam pergelaran musik maka genderlah yang mulai; 10)Suling, di
gamelan; 3)Bonang dan Kenong, memiliki suara tempat asalnya tari darwis ini diiringi oleh
yang hampir sama yaitu nang, ning, nong, nung. seruling yang berarti eling (ingat), seruling ini
Nang berarti ana (ada), ning berarti bening disebut nie, yang mengandung makna filosofis
(jernih), nong berarti plong (mengerti) dan nung yang dalam, seruling yang dipotong dari pohon
berarti dunung (sadar), maksudnya setelah bambu melantunkan suara yang mendayu-dayu
manusia ada, lalu berpikir dengan hati yang menyayat hati melambangkan jiwa manusia
bening maka dapat mengerti sehingga dunung yang menjerit dan tersiksa karena jauh dari sang
(sadar) bahwa keberadaanya tentu ada yang Khaliq yaitu Allah SWT. Oleh karena itu pada
menciptakan yaitu Sang Maha Pencipta (Allah); saat kita mendengarkan suling mendayu-dayu
4)Kethuk, jika diartikan dari bunyinya thuk, hendaknya sadar dan merasakan bahwa kita
maka memiliki makna yaitu mathuk senantiasa bersama Allah dan hakikatnya kita
(setuju/cocok); 5)Kendang, instrumen ini yaitu tidak akan terpisah dengan Allah dan ingat
yang mengendalikan irama cepat atau lambat. bahwa ada kehidupan yang kekal dan bahagia
Hasil bunyi yang dihasilkan yaitu dang, dang, hanya dapat dicapai dengan amal ibadah
dang. Ndang artinya segeralah, yang dapat sebanyak-banyaknya; 11)Gong, jika dimaknai
disimpulkan manusia diperintahkan untuk dari bunyinya, gong dibunyikan terakhir yang
segera beribadah kepada Allah SWT pada berarti selesai, bunyinya gung artinya Yang
waktunya yang sudah ditentukan; 6)Kempul, Maha Agung. Dapat diartikan juga pada akhir
kempul memiliki arti kumpul (berkumpul) atau kehidupan di dunia ini semuanya akan
berjama’ah. Setelah ditabuh sekali, dua kali, tiga dikembalikan kepada Tuhan Yang Maha Agung.
kali disusul bunyi gong. Semua amal ibadah kita
ditujukan kepada Yang Maha Agung; 7)Saron, Syair
Demung, dan Slenthem, ketiga instrumen ini Menurut Arifin selaku sekretaris
berfungsi sebagai pemaku lagu yang memiliki sekaligus penari sufi dalam Kesenian Sufi

8
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

Multikulktur, tombo ati ini dilantunkan diawal Mungkin hanya orang-orang khusus yang dipilih
saat penari sufi berputar dengan posisi kedua Allah saja yang mampu menghadirkan formulasi
tangan didada. Lagu tombo ati ini jika dipahami, yang tepat untuk menyelesaikan seluruh
mengobati penyakit hati masyarakat akhir permasalahan di jaman ini. Jika tidak maka
zaman adalah sesuatu hal yang sangat sulit “Tombo Ati” memang hanya tinggal syair
karena setiap permasalahan berkaitan satu sama legendaris berusia setengah millenium. Dalam
lain. Oleh karena itu, untuk dapat mengobati lagu tombo ati di Kesenian Sufi Multikultur,
hati masyarakat perlu adanya sebuah solusi yang menggunakan nada-nada lagu macapat yaitu
menyeluruh di semua bidang kehidupan. Dari Durma Pelog Barang. Tembang Durma
sistem ekonomi, pendidikan, kebudayaan, diciptakan untuk mengingatkan sekaligus
politik, dst. Yang dapat menghadirkan satu menggambarkan keadaan manusia yang
sistem yang benar di anatara sistem yang telah cenderung berbuat buruk atau jahat.
rusak dan menjadi sumber permasalahan.

Ahla Baiti Nabi

9
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

Munurut Arifin, sholawat Ahla Baiti Nabi kemudian semakin cepat dan merentangkan
merupakan sholawat inti setelah tombo ati kedua tangannya, dan di bagian lagu inilah inti
selesai dilantunkan. Musik marawis dan pertunjukan tarian sufi Kesenian Sufi
gamelan mulai dimainkan dan Penari darwis Multikultur
menari berputar dari yang tadinya lambat,

10
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

Menurut Arifin, lagu lir-ilir merupakan Tata Busana


lagu Jawa yang digunakan selingan, sebagai Busana tari sufi ini mempunyai nilai-
pembuka sebelum penari berada ditengah nilai Islami, berikut adalah nilai Islami busana
panggung. Secara garis besar lagu lir ilir tari sufi yaitu:1) Topi yang memanjang disebut
bermakna sebagai orang Islam diminta bangun dengan Sikke adalah simbol dari batu nisan para
dari keterpurukan dan dari sifat malas untuk wali dan sufi yang ada di dataran Timur
lebih mempertebal keimanan. Iman kepada Tengah, nisan ini berarti tempat kembali
Allah ini dilambangkan dengan tanaman yang manusia. Ada keindahan semacam energi cinta
bersemi dan menghijau, begitu indah seperti yang memancar dari makam wali yang ada
kebahagiaan seorang pengantin baru. Manusia disana tapi bukan berarti berdoa pada makam,
disebut anak gembala karena Allah telah berdoa tetap pada Allah. 2)Hirqa atau tunik
menganugerahkan hati dan iman sebagai berwarna putih yang mengandung makna
amanah untuk dijaga. Si anak gembala diminta kesucian, kesucian melambangkan kain
untuk memanjat pohon belimbing yang kafan,dengan kain kafan akan mengingatkan
menggambarkan 5 rukun Islam. Meskipun licin kepada kita bahwa suatu saat akan kembali
dan susah, kita harus tetap memanjat pohon kepada Allah. 3)Tennur semacam bawahan atau
belimbing tersebut apapun halangan dan rok yang lebar melingkar berwarna putih yang
resikonya. Lima rukun Islam digunakan untuk melambangkan kain kafan juga, mengingat mati
selalu membersihkan (mencuci) pakaian kita, sebelum mati, ini berguna untuk mengendalikan
yaitu pakaian taqwa (taqwa= kesholehan ego. 4)Jubah hitam yang melambangkan alam
hidup). Sebagai manusia biasa, ketaqwaan pasti kubur dan berarti pemisahan ego saat menuju
terkoyakdan berlubang sana-sini. Hal ini cinta Sang Maha Kuasa. Mengingat kematian
berguna agar kelak kita sudah siap dipanggil merupakan salah satu cara yang dahsyat untuk
oleh Allah. Semua itu harus dilakukan sejak mengendalikan hawa nafsu dan ego duniawi.
sekarang, ketika kita masih sehat dan Islam itu indah mengajarkan kelembutan dan
mempunyai waktu luang. jihad yang sebenarnya adalah melawan ego,
bukan berperang dengan kemarahan.
Tata Rias
Sudah dijelaskan sebelumnya bahwa Tempat Pertunjukan
tata rias pada tari darwis ini tidak menggunakan Tempat pertunjukan yang sangat kental
tata rias sedikitpun. Karena pada pertunjukan dengan nilai Islami yaitu Masjid, tempat ibadah
ini tidak menonjolkan riasan wajah, melainkan umat Muslim, dan merupakan pusat kehidupan
busana yang digunakan sebagai kostum dan komunitas muslim. Kegiatan-kegiatannya
property. meliputi perayaan hari besar, diskusi, kajian
Di dalam Islam hukum berhias wajah agama, ceramah, dan belajar Al Qur’an. Namun
diperbolehkan dengan syarat mengikuti apa selain masjid, tempat yang sering digunakan
yang telah dinasehatkan oleh Rasulullah SAW. dalam pertunjukan Kesenian Sufi Multikultur
Tata rias yang dianjurkan tidak menggunakan yaitu pondok pesantren, sebuah asrama
warna-warna yang mencolok ataupun yang pendidikan Islam yang para siswa nya tinggal
berlebihan. Karena Allah tidak menyukai hal- bersama dan belajar ilmu-ilmu keagamaan di
hal yang berlebihan, dan Allah itu Indah dan bawah bimbingan guru yang lebih dikenal
Allah menyukai keindahan yang berarti Allah dengan sebutan kyai. Pondok pesantren
menganjurkan hambaNya agar senantiasa terkadang sering digunakan untuk tempat
menjaga keindahan, jadi tata rias diperbolehkan melaksanakan acara-acara yang kental dengan
karena terdapat nilai keindahan. keIslaman, karena pondok pesantren memiliki
peran yang sangat besar, baik bagi kemajuan
Islam itu sendiri maupun bagi bangsa Indonesia
secara keseluruhan.

11
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

Sebelum acara dari Kesenian Sufi Nilai-nilai Islami pada Tari Sufi dapat
Multikultur biasanya diisi pengajian dari Kyai, dilihat melalui aspek visual dan aspek auditif.
dan acara lainnya seperti tilawah, sholawat, dan Aspek visual meliputi gerak, tata rias, tata
tarian-tarian selain tarian sufi yang bernuansa busana, properti, dan tempat pertunjukan.
Islam. Hal ini masjid dan pondok pesantren lah Sedangkan aspek auditif terdiri dari instrumen
yang dapat dikatakan sebagai tempat dan syair. Gerakan-gerakan tari sufi
pertunjukan yang cocok untuk Kesenian Sufi mempunyai makna filosofi, seperti berputar
Multikultur. kearah kiri ini melambangkan putaran orang
yang sedang tawaf di Ka’bah, ini juga
KESIMPULAN mengandung filosofi seluruh elektron itu
mengelilingi inti atomnya dan bumi kitapun
Berdasarkan hasil penelitian dan berputar tidak pernah berhenti dan alam
pembahasan yang telah diuraikan, peneliti semestapun juga semuanya berputar menurut
menyimpulkan bahwa Tari Sufi grup Kesenian garis edarnya masing-masing. Dengan tawaf,
Sufi Multikultur merupakan salah satu kesenian bentuk penyatuan diri kepada Sang Pencipta,
Islami yang terdapat di Kota Pekalongan. Tawaf mengindikasikan perputaran waktu .
Bentuk pertunjukan tari Sufi diawali dengan doa Gerak berputar ini mempunyai nilai islami
bersama, berdoa demi kelancaran pertunjukan. bahwa ini merupakan isyarat bagi penari sufi
Kedua pemusik gamelan membawakan lagu- agar mengatur segala urusannya dan berusaha
lagu Jawa seperti lir-ilir, manyar sewu dll. Lagu sekuat tenaga untuk tidak menyia-nyiakan
yang digunakan sebagai pengiring tari darwis waktu. Manusia akan menyadari posisinya dan
yaitu lagu-lagu Islami sholawatan, seperti akan tampak kecil di hatinya. Gerakan berputar
sholawat Rahmatan lil’alamin , Ahla Baiti Nabidll. mendorong manusia untuk tunduk dan
Ketiga, tombo ati dilantunkan oleh vocal tanpa merendahkan diri, karena alam semestapun
diiringi musik, penari darwis berjalan menuju menyembah Allah dan tunduk pada Nya.
panggung, setelah tombo ati yaitu sholawat Ahla Gerakan tangan kanan menghadap diatas
baiti Nabi sebagai sholawat inti pengiring penari melambangkan setiap saat kita menerima
darwis . Bentuk pola lantai yang digunakan rahmat atau karunia dari Allah SWT
dalam tari sufi yaitu pola lantai segitiga, garis (hablumminallah) sedangkan tangan kiri
lurus, selang seling, pola lantai ini disesuaikan menghadap ke bawah berarti mengingatkan kita
dengan tempat pertunjukan dan jumlah sebagai manusia agar senantiasa memberikan
penarinya. Tata rias dalam tari sufi ini tidak cinta kasihnya kepada seluruh makhluk Allah
menggunakan tata rias, karena tari sufi ini tidak yang ada di alam semesta ini (hablumminannas).
menonjolkan riasan wajah, tetapi menonjolkan Sehingga mempunyai nilai islami bahwa
busana yang dipakai sebagai kostum sekaligus seorang muslim tidaklah cukup membangun
properti menari. Busana tari sufi pada grup hubungan baik dengan Allah tetapi harus pula
“Kesenian Sufi Multikultur” terdiri dari sikke membangun hubungan baik dengan sesama
atau topi panjang, hirqa atau tunik sebagai baju manusia. Busana tari sufi juga mengandung
atasan warna putih, tennur (rok yang lebar dan makna filosofi seperti topi panjang atau sikke
melingkar), celana kain warna putih, kaos kaki, adalah simbol batu nisan para wali dan sufi,
syal batik. Tempat pertunjukan tari sufi ini nisan yang berarti tempat kembali manusia,
ditampilkan di tempat terbuka ataupun tertutup. walaupun ada semacam energi cinta yang
Biasanya ditampilkan di halaman masjid, memancar pada makam, bukan berarti berdoa
halaman rumah, lapangan, gedung pertemuan pada makam, berdoa tetap kepada Allah SWT.
dan pondok pesantren. Instrumen musik yang Hirqa atau tunik berwarna putih, mengandung
digunakan adalah marawis dan gamelan makna kesucian, kesucian melambangkan kain
ditambah calung banyumas. kafan, dengan kain kafan mengingatkan kita
bahwa suatu saat kita akan kembali pada Nya.

12
Rista Dewi Opsantini / Jurnal Seni Tari 3 (1) (2014)

Tempat pertunjukan tari sufi yaitu di Bastomi. 1992. Wawasan Seni. IKIP Semarang PRESS
pondok pesantren, pondok pesantren digunakan Beg, M. Abdul Jabber (ed). (terj. Yustiono dan Edi
untuk tempat melaksanakan acara-acara yang Sutriyono). 1981. Seni dalam peradaban Islam.
Bandung: Pustaka.
kental dengan keIslaman. Musik tari sufi
Gazalba, Sidi. 1978. Asas Kebudayaan Islam:
mengandung nilai-nilai Islam yang terdapat
Pembahasan Ilmu dan Filsafat Ijtihad, Fiqh,
dalam instrumen musik yang digunakan dan Akhlak, Bidang-bidang Kebudayaan, Masyarakat
syair yang dilantunkan. Sudah diketahui bahwa dan Agama. Jakarta: Bulan Bintang.
musik marawis merupakan musik Islami yang Gullen, Fathullah. 2001. Kunci-kunci Rahasia Sufi.
melantunkan sholawat, sholawat tersebut Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
merupakan ungkapan yang penuh puji-pujian Harymawan, R.M.A. 1988. Dramaturgi. Bandung:
kepada Sang Pencipta Allah SWT dan Rasullah CV. Rosda.
Muhammad SAW. Musik gamelan yang Al-Hujwiri, Ibnu Usman. 2003. Kasyf Al-Mahjub;
Menyelami Samudra Tasawuf, Terj. Ahmad
merupakan musik tradisional Jawa yang
Afandi. Yogyakarta: Pustaka Sufi.
digunakan para wali jaman dahulu dalam
Jazuli, M. 1994. Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang:
penyebaran agama Islam dan setiap alatnya IKIP Semarang Press.
mengandung nilai-nilai Islami. Moleong, Lexy J. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja
DAFTAR PUSTAKA Rosdakarya.
Nasr, Seyyed Hossein (terj. Afif Muhammad). 1993.
Abdurachman, Rosyid. 1997. Seni Tari III. Jakarta : Spiritualitas dan Seni Islam. Bandung: Mizan.
C.V. Angkasa. Nicholson, Reynold A. 1995. Aspek Rohaniah
A.C. Bouquet, comperarive Religion, Penguin Book, Peribadatan Islam di dalam Mencari Keridloan
Inc, Harmondsworth, Middlessex, England, Allah, terj. A. Nashir Budiman, Edisi I.
1973, hal. 3. Jakarta: PT. Raja Grafindo, hal 63.
Al-Faruqi, Isma’il Raji. 1988. Tauhid, terj. Anas Shihab, Quraish. M. 1995. Islam dan Kesenian. Dalam
Mahyudin. Mizan: Bandung. Seminar Islam dan Kesenian. Yogyakarta.
Al-Qarni, Abdullah. 2004. Cambuk Hati. Bandung: Majelis Kebudayaan Muhammadiyah.
Irsyad Baitus Salam. Universitas Ahmad Dahlan
Anwar, Syamsul. 1995. Pandangan Islam Terhadap Soedarsono, R.M. 1986. Pengantar Pengetahuan dan
Kesenian. Yogyakarta: Majelis Kebudayaan Komposisi Tari dalam Pengetahuan Elementer
Muhammadiyah. Universitas Ahmad Dahlan. Tari dalam Beberapa Masalah Ta
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

13

Anda mungkin juga menyukai