Pedoman Kom Efektif Fix
Pedoman Kom Efektif Fix
1
DAFTAR ISI
2
Lampiran Keputusan …
NOMOR :
TANGGAL :
TENTANG : PEMBERLAKUAN PEDOMAN KOMUNIKASI EFEKTIF
RSUD PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Komunikasi dalam pelayanan kesehatan khususnya rumah sakit
merupakan unsur utama dalam menciptakan koordinasi dan hubungan
antara sesama petugas kesehatan maupun antara petugas kesehatan
dengan pasien.Komunikasi yang dilakukan di rumah sakit dapat
mempengaruhi pelayanan kesehatan karena komunikasi adalah salah satu
unsur untuk menciptakan keselamatan pasien dan dapat meningkatkan
kepuasan pasien di rumah sakit.Komunikasi penting dilakukan karena
pelayanan kesehatan yang baik di rumah sakit dibangun dari komunikasi
yang baik dan efektif. Komunikasi merupakan proses penyampaikan pesan
dari pemberi pesan kepada penerima pesan melalui media tertentu.
Sedangkan komunikasi efektif merupakan komunikasi yang terjadi antara
pasien dengan pemberi jasa layanan kesehatan yang bersifat dua arah
dengan mengajak pasien dalam memberikan keputusan dan rencana
perawatan (Australian Commission on Safety and quality in Health Care,
2016).
Komunikasi yang dilakukan harus menyesuaikan dengan tingkat
pendidikan, usia, keyakinan yang dianut, dan daerah asal pasien agar
komunikasi terjadi dua arah antara petugas kesehatan dengan pasien.
RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali menekankan komunikasi yang
harus memperhatikan kondisi-kondisi seperti yang disebutkan di atas.Dari
data demografi pada tahun 2018, mayoritas pasien adalah pasien dengan
3
kewarganegaraan Indonesia yang bertempat tinggal di Kabupaten Boyolali
dan menganut agama Islam. Dilihat dari usia pasien, pasien yang dirawat
baik di IGD, rawat inap, dan rawat jalan usianya lebih beragam.Data
demografi di rumah sakit ini dapat membantu petugas kesehatan untuk
melakukan komunikasi dengan pasien sehingga pesan yang ingin
disampaikan oleh petugas kesehatan dapat dimengerti oleh
pasien.Tercapainya pesan yang diberikan dapat mempengaruhi kepuasan
pasien.Hal ini diperkuat dari hasil penelitian yang dilakukan oleh RSUD
Jogja yang menunjukkan bahwa komunikasi teraupetik yang dilakukan
oleh perawat meningkatkan kepuasan pada pasien (Kusumo,
2017).Penelitian terkait juga dilakukan di RSUD Haji Makassar yang
menunjukkan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara komunikasi
perawat dengan tingkat kepuasan pasien (Hajriani, 2013).
Komunikasi yang baik tidak hanya penting dilakukan oleh perawat, namun
harus dilakukan oleh seluruh staf yang ada di rumah sakit baik dari
petugas medis maupun non medis.Dokter sebagai salah satu tenaga medis
di rumah sakit harus melakukan komunikasi yang baik dengan pasien
karena komunikasi yang baik antara dokter dan pasien memiliki hubungan
yang bermakna dengan kepuasan pasien (Wahyuni, et al. 2013).Selain
faktor kepuasan, komunikasi yang efektif tentu mempengaruhi keselamatan
pasien.Komunikasi memiliki hubungan yang signifikan dengan insiden
keselamatan pasien sehingga komunikasi yang baik dan efektif harus
dilakukan guna mencegah insiden keselamatan pasien tersebut (Nur
Qomariah & Lidiyah, 2015).
Oleh karena itu, untuk menciptakan suatu komunikasi yang efektif dan
terarah di lingkungan RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali diperlukan
suatu pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan
komunikasi baik antar staf di rumah sakit maupun antara petugas
4
kesehatan dengan pasien di seluruh unit layanan di RSUD Pandan Arang
Kabupaten Boyolali.
B. TUJUAN
Secara umum tujuan penyusunan pedoman komunikasi efektif ini adalah :
1. Meningkatnya pengetahuan bagi petugas, perawat dan dokter mengenai
cara berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
2. Terlaksananya komunikasi yang efektif yang dilakukan oleh petugas,
perawat dan dokter dengan pasien dan keluarganya.
3. Mencegah timbulnya kesalahpahaman yang dapat menimbulkan dugaan
malpraktik.
5
BAB II
DEFINISI
A. Pengertian
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian pikiran atau
informasi dari seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti terkait pesan yang disampaikan oleh
pemberi pesan (Lunenburg, 2010).
Komunikasi efektif adalah sebuah proses pemberian pesan dari
pemberi pesan kepada penerima pesan melalui media tertentu agar
informasi yang diberikan efektif dan dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan (The University of Maine Cooperative Extension, 2002). Secara
etimologis, kata efektif (effective) sering diartikan dengan mencapai hasil
yang diinginkan (producing desired result), dan menyenangkan (having a
pleasing effect).
B. Teori Komunikasi
1. Klasifikasi Komunikasi
Berdasarkan kepada penerima pesan atau komunikan,
komunikasidiklasifikasikan menjadi :
a. Komunikasi intrapersonal
Penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri
komunikator sendiri antara individu dengan Tuhannya.Komunikasi
intrapersonal merupakan keterlibatan internal secara aktif dari
individu dalam pemprosesan simbolik dari pesan-pesan. Seorang
individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan, memberikan
umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan.
b. Komunikasi interpersonal
6
Komunikasi interpersonal berlangsung dengan dua arah, antara
komunikator dan komunikan, antara seorang tenaga medis dengan
teman sejawat atau antara seorang tenaga medis dengan pasien.
c. Komunikasi kelompok
Salah satu bentuk komunikasi yang terjadi di dalam sebuah
kelompok.Komunikasi tidak hanya terjadi antara seorang dengan
seorang yang lainnya, komunikasi juga dilakukan dengan sekelompok
orang yang disebut dengan komunikasi kelompok. Menurut Michael
Burgoon, komunikasi kelompok adalah interaksi secara tatap muka
antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah diketahui,
seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, di mana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-
anggota lain secara tepat, misalnya organisasi profesi, kelompok
remaja, dan kelompok-kelompok sejenisnya. Komunikasi dapat dalam
bentuk diskusi, rapat, dan sebagainya.
d. Komunikasi publik
Komunikasi yang dilakukan secara aktif maupun pasif yang
dilakukan di depan umum. Dalam komunikasi publik, pesan yang
disampaikan dapat berupa suatu informasi, ajakan,
gagasan.Komunikasi ini memerlukan ketrampilan komunikasi lisan
dan tulisan agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien.
e. Komunikasi organisasi
Merupakan komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi atau
antar organisasi baik secara formal maupun informal.Komunikasi
organisasi pada umumnya membahas tentang struktur dan fungsi
organisasi serta hubungan antar manusia.
f. Komunikasi massa
Komunikasi ini melibatkan sejumlah besar komunikasi heterogen
yang tersebar di suatu wilayah geografis yang luas dan
berkepentingan padakomunikan yang sama.
7
2. Jenis Komunikasi
Komunikasi dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu komunikasi
tertulis, komunikasi verbal, komunikasi non verbal, komunikasi satu
arah dan komunikasi dua arah.
a. Komunikasi tertulis
Merupakan komunikasi yang penyampaian pesannya secara tertulis
baik manual maupun melalui media seperti email, surat, media cetak,
dan lainnya. Keuntungan komunikasi tertulis :
Adanya dokumen tertulis
Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
Dapat menyampaikan ide yang rumit
Memberikan analisa, evaluasi, dan ringkasan
Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi
lisan
Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
b. Komunikasi verbal
Merupakan komunikasi yang disampaikan secara lisan.Komunikasi
dapat dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi
seperti telepon.Kelebihan dari komunikasi ini terletak pada
keberlangsungannya, yakni dilakukan secara tatap muka sehingga
umpan balik dapat diperoleh secara langsung dalam bentuk respon
dari pihak komunikan.
Dalam menyebutkan kata yang sulit maka pemberi pesan harus
mengeja hurufnya dengan menggunakan kode alphabet internasional,
yaitu :
Karakter Kode Alphabet Karakter Kode Alphabet
A Alfa N November
B Bravo O Oscar
8
C Charlie P Papa
D Delta Q Quebec
E Echo R Romeo
F Foxtrot S Sierra
G Golf T Tango
H Hotel U Uniform
I India V Victor
J Juliet Q Whiskey
K Kilo X Xray
L Lima Y Yankee
M Mike Z Zulu
3. Model Komunikasi
Model komunikasi adalah ilustrasi alur komunikasi yang menunjukkan
usnur-unsur penting di dalamnya.Salah satu model komunikasi adalah
model komunikasi adalah model komunikasi SMCR/BERLO. Model ini
mensyaratkan adanya empat unsur komunikasi (sumber informasi,
pesan, saluran, dan penerima pesan) untuk terjadinya komunikasi .
9
a. Sumber informasi (source)
Sumber (pengirim pesan) adalah orang yang menyampaikan
pemikiran atau informasi yang dimilikinya kepada orang lain
(penerima pesan). Pengirim pesan bertanggung jawab dalam
menerjemahkan pemikiran atau informasinya menjadi sesuatu yang
berarti dapat berupa pesan verbal, non verbal dan tulisan atau
kombinasi dari ketiganya. Pengirim pesan (komunikator) yang baik
adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas
tentang informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan
menjadi pendengar yang baik saat dikonfirmasi oleh sipenerima pesan
(komunikan).
b. Pesan atau informasi (message)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pesan komunikasi adalah:
Tingkat kepentingan informasi
Sifat pesan
Kemungkinan pelaksanannya
Tingkat kepastian dan kebenaran pesan
Kondisi pada saat pesan diterima
Penerima pesan
Cara penyampaian pesan
c. Saluran (channel)
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan.Jarang sekali
komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, biasanya
menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara
simultan.Contohnya dalam interaksi tatap muka, kita berbicara dan
mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat
tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual).Kita
juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori) dan
seringkali kita saling menyentuh (saluran taktil). Media fisik yang
10
sering digunakan di rumah sakit adalah telpon, brosur, surat edaran,
memo, internet, dan lain-lain.
d. Penerima pesan (receiver)
Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan dari sumber
informasi (komunikator). Penerima pesan akan menerjemahkan pesan
(decoding) berdasarkan pada batasan pengertian yang dimilikinya.
Dengan demikian dapat saja terjadi kesenjangan antara yang
dimaksud oleh pengirim pesan dengan yang dimengerti oleh penerima
pesan yang disebabkan oleh adanya kemungkinan hadirnya gangguan
atau hambatan.Hambatan ini bisa karena perbedaan sudut pandang
pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya, masalah bahasa,
dan lainnya.Pada saat menyampaukan pesan, pengirim pesan
(komunikator) harus memastikan apakah pesan telah diterima
dengan baik atau tidak.Sementara penerima pesan perlu
berkonsentrasi agar pesan diterima dengan baik dan memberikan
umpan balik (feedback) kepada pengirim pesan.
e. Umpan balik
Umpan balik merupakan tanggapan komunikasi tehradap pesan yang
diberikan oleh komunikator. Umpan balik dapat berupa tanggapan
verbal atau non verbal dan sangat penting sekali sebagai proses
klarifikasi untuk memastikan tidak terjadi kesalahan dalam
menginterpretasikan pesan.
f. Gangguan
Gangguan adalah sesuatu yang menghambat atau mengurangi
kemampuan kita untuk mengirim dan menerima pesan. Gangguan
komunikasi ini meliputi :
Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah, bau
menyengat, udara panas, dan lain-lain.
Faktor-faktor pribadi, antara lain prasangka, lamunan, dan lain-
lain.
4. Syarat komunikasi efektif
11
Syarat dalam komunikasi efektif adalah tepat waktu, akurat, lengkap,
jelas dan mudah dipahami oleh penerima, sehingga dapat mengurangi
tingkat kesalahan (kesalahpahaman).
5. Proses komunikasi efektif
Untuk mendapatkan komunikasi efektif, dilakukan melalui prinsip
sebagai berikut :
a. Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan.
b. Penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut.
c. Isi pesan dibacakan kembali (read back) secara lengkap oleh penerima
pesan.
d. Pemberi pesan memverifikasi isi pesan kepada pemberi penerima
pesan.
e. Penerima pesan mengklarifikasi ulang bila ada perbedaan pesan
dengan hasil verifikasi.
Proses komunikasi efektif dengan prinsip, terima, catat, verifikasi dan
klarifikasi dapat digambarkan sebagai berikut :
14
BAB III
RUANG LINGKUP
16
Ketajaman pancaindera dalam mendengar, melihat, merasa dan
mencium bau merupakan faktor penting dalam komunikasi. Pasien
akan dapat menerima pesan komunikasi dengan baik apabila panca
inderanya berfungsi baik. Bagi pasien yang mengalami gangguan
pendengaran, ada tahapan yang perlu diperhatikan dalam melakukan
pengkajian, yaitu informasi medik yang mengindikasikan adanya
kelemahan pendengaran, memperhatikan perlu/tidaknya pasien
menggunakan alat bantu dengar yang masih berfungsi,
memperhatikan kemampuan pasien membaca ekspresi wajah dan
gerak bibir perawat, dan apakah pasien mampu menggunakan gerak
isyarat sebagai bentuk komunikasi non verbal.
c. Kelemahan fungsi kognitif
Kerusakan yang melemahkan fungsi kognitif, misalnya tumor otak
yang dapat mempengaruhi kemampuan pasien untuk
mengungkapkan dan memahami bahasa.
Dalam mengkaji pasien ini, perawat harus dapat menilai respon baik
secara verbal maupun non verbal yang disampaikan oleh pasien
dalam menjawab pertanyaan.
d. Gangguan struktural
Gangguan struktural tubuh terutama yang berhubungan langsung
dengan organ suara seperti mulut dan hidung dapat berpengaruh
pada proses komunikasi.
2. Tahap perumusan diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh
dari tahap pengkajian. Perumusan diagnosa keperawatan merupakan
hasil penilaian perawat dengan melibatkan pasien dan keluarganya,
tenaga kesehatan lain yang berkenaan dengan masalah yang dialami
pasien. Diagnosa keperawatan yang tepat memerlukan sikap komunikatif
perawat dan sikap kooperatif pasien.
3. Tahap perencanaan
17
Pengembangan rencana tindakan keperawatan kepada pasien diperlukan
interaksi dan komunikasi dengan pasien. Hal ini untuk menentukan
alternatif rencana keperawatan yang akan diterapkan. Misalnya, sebelum
memberikan makanan kepada pasien, perawat harus terlebih dahulu
mengetahui makanan yang sesuai bagi pasien.Rencana tindakan yang
dibuat oleh perawat merupakan media komunikasi antar tenaga
kesehatan yang berkesinambungan sehingga pelayanan dapat
dilaksanakan secara teratur dan efektif.
4. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu.Aktifitas ini memerlukan ketrampilan dalam
berkomunikasi dengan pasien.Terdapat dua kategori umum aktivitas
perawat dalam berkomunikasi, yaitu saat mendekati pasien untuk
memenuhi kebutuhan dan saat pasien mengalami masalah psikologis.
5. Tahap evaluasi
Merupakan penilaian hasil dan proses yang menentukan seberapa jauh
keberhasilan sebagai keluaran dari tindakan yang telah dilakukan.
18
Kotak 2 : Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan tertutup
terstruktur yang telah disusunnya sendiri.
Kotak 3 : Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan
negosiasi kedua belah pihak.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati dapat
diraih melalui kecukupan dokter akan listening skills dantraining skills yang
dapat diraih melalui latihan.
Carma L Bylund dan Greogory Makoul dalam tulisannya tentang
Emphatic Communication in Physician-patient Encouter menyatakan betapa
pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun
dalam batasan definisi berikut :
1. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien
2. Kemampuan afektifitas sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien
3. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan menyampaikan
empatinya kepada pasien.
Berikut adalah contoh aplikasi empati yang dikembangkan oleh Carma L
Bylund dan Gregory Makoul. Tingkat atau level empati dalam komunikasi
dikodekan dalam suatu sistem. Ada 6 level pada pengkodean ini, yaitu :
Level 0 : Dokter menolak sudut pandang pasien Dokter mengacuhkan
pendapat pasien dan membuat pernyataan yang tidak menyetujui
pendapat pasien, seperti “Kalau stress ya mengapa datang ke
sini?”
Level 1 : Dokter mengenal secara sambil lalu “Apa” tapi dokter
mengerjakan hal lain, menulis, membalikkan badan, menyiapkan
alat, dan lain-lain.
Level 2 : Dokter mengenal sudut pandangan pasien secara implicit Pasien
berkata “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja” kemudian
dokter menjawab “Oya?Bagaimana bisnis anda akhir-akhir ini?”
19
Level 3 : Dokter menghargai pendapat pasien “Anda bilang anda sangat
stress datang ke sini. Apa anda mau menceritakan lebih jauh apa
yang membuat anda stress?”
Level 4 : Dokter mengkonfirmasi kepada pasien “Anda sepertinya sangat
sibuk, saya mengerti seberapa besar usaha anda untuk
menyempatkan berolahraga.”
Level 5 : Dokter berbagi perasaan dan pengalaman dengan pasien “Ya,
saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan anda berdua.
Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan, kemudian
setelah hamil berikutnya mereka sangat sangat khawatir.”
Keterangan :
Level 3-5 adalah pengenalan dokter terhadap sudut pandang pasien tentang
penyakitnya secara eksplisit. Ketrampilan empati bukan hanya sedekar
basa-basi bermanis mulut kepada pasien, melainkan mendengarkan aktif,
responsive pada kebutuhan pasien, responsive pada kepentingan pasien,
dan usaha memberikan pertolongan kepada pasien.
21
b. Untuk keluarga : Sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan
sebanyak yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan
selanjutnya.
4. Kapan menyampaikan informasi
Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan
5. Dimana menyampaikan informasi
a. Di ruang praktik dokter
b. Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat
c. Di ruang diskusi
d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama pasien,
keluarga dan dokter.
22
3. Dengarkan keluhan pertama kali yang disampaikan pasien yang belum
tentu keluhan medis Contoh : “Sekarang susah ya mencari pekerjaan.”
“Harga sembako makin mahal ya.”
4. Fasilitasi keluhan pasien dengan :
a. Mendengarkan aktif jawaban pasien tanpa menginterupsi
b. Menanggapi dengan ucapan “baik.” atau “oke”, atau “menganggukan
kepala”.
c. Merespon atau memberikan umpan balik maupun klarifikasi dengan
pertanyaan atau jawaban pada waktu yang tepat.
5. Tanyakan bila ada keraguan
6. Konfirmasi maupun negosiasi agenda hari ini dengan mengikutsertakan
pendapat atau putusan pasien “jadi Bapak mengeluhkan tentang pusing
dan kelelahan, apakah ada lagi yang ingin disampaikan ? Kalau tidak,
bisakah kita mulai sesi hari ini dengan kemudian nanti akan dilanjutkan
dengan ….?”
Assessment (A) :
Masalah keperawatan:
- Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
- Perubahan kebutuhan nutrisi kurang
26
- Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 4 Desember
2014, program HD hari Senin-Kamis
- Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang
dower kateter, pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
- Obat injeksi diuretic 3 x 1 ampul
- TD 140/70 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 98 x/menit, oedema
ekstremitas bawah dan asites
- Hasil laboratorium terbaru : Hb 9,7 mg/dl, albumin 3,1 ureum 237
mg/dl
- Kesadaran composmentis, bunyi nafas rongki.
Assessment (A) :
- Masalah pada pasien ini berupa gangguan pola nafas dan gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit lebih.
- Pasien tampak tidak stabil
Recommendation (R) :
- Haruskah saya mulai dengan pemberian oksigen NRM ?
- Adakah instruksi dokter? Perlukah peningkatan diuretic atau
syringe pump?
- Apakah dokter akan memindahkan pasien ke ICU?
28
2. Komunikasi Edukasi Pasien dan Keluarga Pasien
Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada
pasien dan keluarga pasien sehingga pasien dan keluarga pasien bisa
memahami pentingnya mengikuti proses pengobatan yang telah
ditetapkan. Terdapat 3 tahap dalam pemberian edukasi :
a. Tahap asesmen pasien
Sebelum melakukan edukasi, pertama-tama petugas menilai
kebutuhan edukasi pasien dan keluarga pasien berdasarkan
formulir asesmen kebutuhan edukasi. Hal-hal yang harus
diperhatikan :
Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang
digunakan
Hambatan emosional dan motivasi
Keterbatasan fisik dan kognitif
Kesediaan pasien untuk menerima informasi
b. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif tergantung
pada hasil asesmen pasien, yaitu :
Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang
maka proses komunikasi edukasinya bisa dijelaskan kepada
pasien sesuai dengan kebutuhan edukasinya.
Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna
wicara) maka proses komunikasi edukasinya dapat disampaikan
dengan menggunakan media cetak seperti brosur yang diberikan
kepada pasien dan keluarga sekandung (istri, anak, ayah, ibu
atau saudara sekandung) dan menjelaskannya kepada mereka.
Jika pasien memiliki hambatan emosional (pasien marah atau
depresi) maka proses komunikasi edukasinya juga dapat
disampaikan dengan menggunakan media cetak seperti brosur
29
dan menyarankan pasien untuk membacanya. Apabila pasien
tidak mengerti materi edukasi, pasien bisa menghubungi
petugas.
c. Tahap verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga
mengenai kejelasan dan pemahaman materi edukasi yang diberikan.
Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik
dan senang maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara
menanyakan kembali edukasi yang telah diberikan.
Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka verifikasi
dapat dilakukan dengan cara menanyakan kepada keluarganya
dengan pertanyaan yang sama, yaitu “Apakah Bapak/Ibu bisa
memahami materi edukasi yang kami berikan?”
Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional (marah atau
depresi) maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara
menanyakan kepada pasien mengenai sejauh mana pasien telah
mengerti tentang materi edukasi yang diberikan melalui brosur.
Proses pertanyaan ini bisa melalui telepon atau datang langsung
ke kamar pasien setelah pasien tenang.
31
c. Informasikan lokasi dengan tepat. Berikan lokasi yang tepat
sehingga lokasi mudah dicari oleh anggota tem lainnya. Sebutkan
tempat yang memiliki landmark atau tempat yang dikenali dengan
baik oleh sebagian besar karyawan RS, apabila pada saat tersebut
lokasi operator jauh untuk dijangkau atau telepon sibuk, segara
beritahukan kepada karyawan terdekat untuk menghubungi
Operator atas kondisi Kode Biru;
d. Segera kembali ke lokasi Kode Biru;
e. Pastiakan Operator melakukan pengumuman Kode Biru.
3. Operator harus segera mengumumkan melalui pusat informasi : “ Kode
Biru “
a. Sebutkan lokasi tempat terjadinya dengan sedetail mungkin lebih
baik dengan menyebutkan nama tempat yang sudah dikenal baik;
b. Menghubungi Tim kode Biru secara langsung atau dengan telepon;
c. Mengubungi Petugas Keamanan secara langsung atau dengan
telepon.
4. Perespon awal dan sekunder bergantian melakukan CPR hingga
Perawat Perespon Awal dan Tim Kode Biru datang membawa troli
Emergensi;
5. Tim Kode Biru dan petugas keamanan segera menuju ke lokasi Kode
Biru;
6. Petugas keamanan datang segera mengamankan Lokasi Kode Biru agar
usaha penyelamatan nyawa pasien atau pengunjung rumah sakit dapat
berjalan dengan efisien;
7. Tim Kode tiba dilokasi. Tim Kode Biru minimal terdiri dari 1 dokter jaga
ruangan dan 1 orang perawat IGD dan 1 orang perawat ICU. Dokter jaga
ruangan selanjutnya adalah Leader atau pemimpin situasi kode biru ini.
C. Tatalaksanacode black
36
1. Tetap tenang dan dengarkan pengancam dengan baik karena
informasi yang diterima dari pengancam sangat membantu tim
penjinak bom.
2. Jangan tutup telpon sampai pengancam selesai berbicara.
3. Panggil teman lain untuk ikut mendengarkan telpon
ancaman,atau jika memungkinkan gunakan HP untuk
menghubungi orang lain.
4. Hubungi satpam ( ext.333) dan laporkan:
a. Ada ancaman bom.
b. Tempat / ruangan yang menerima ancaman.
c. Nama petugas yang melapor adanya ancaman bom.
Saat menerima ancaman bom secara tertulis:
1. Simpan kertas yang berisi ancaman dengan baik.
2. Laporkan kepada kepala ruangan bila shift pagi atau hari kerja
dan kepada ketua tim / supervisor saat shift sore atau malam.
D. Komunikasi Rumah Sakit Dengan Masyarakat
BAB IV
TATA LAKSANA
a) Fax
Mesin faks adalah peralatan komunikasi yang digunakan untuk
mengirimkan dokumen dengan menggunakan suatu perangkat yang
mampu beroperasi melalui jaringan telepon dengan hasil yang serupa
dengan aslinya.
Direktur
RSUD Pandan Arang Kabupaten Boyolali
DAFTAR PUSTAKA
43