Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MAMPU MENGANALISIS MANAJEMEN DAN


LINGKUNGAN

DISUSUN OLEH:

1.ANDIKA

2.MAHGFYRAH WIRYA

3.THERESIA

4.SUANTI

5.A.RIZKI

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019

Daftar Isi
Daftar isi...............................................................................................................................................1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .............................................................................................................................2

B. Rumusan Masalah........................................................................................................................3

C. Tujuan Pembahasan ....................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASA

A. Definisi manajemen Lingkungan .....................................................................................................5

B. aspek lingkungan ............................................................................................................................6

C.Dampak lingkungan............................................................................................................................7

D.Kebijakan lingkungan.........................................................................................................................8

BAB III PENUTUP

A Kesimpulan......................................................................................................................................9

Daftar Pustaka......................................................................................................................................10

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, kebutuhan manusia juga semakin berkembang.
Hal ini disebabkan oleh keingintahuan manusia yang semakin maju. Oleh karena itu ilmu
pengetahuan pun semakin hari semakin dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan manusia
itu sendiri.

Hal ini menyebabkan manusia bertindak semaunya meskipun sudah ada peraturan-peraturan
atau hukum yang disahkan oleh pemerintah dalam pengendalian proses produksi kebutuhan
manusia terutama kebutuhan primer, sekunder, dan tersier. Hal ini akan menyebabkan SDA
semakin lama semakin berkurang jika tidak ada pengendaliannya dalam proses pemenuhan
kebutuhan manusia. Oleh karena itu, sebagai pemerintah yang bijak harus mengoptimalkan
peraturan mengenai lingkungan yang biasa disebut dengan manajemen lingkungan.

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk


perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan
(BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998). Pengertian lainnya yaitu Manajemen
Lingkungan adalah suatu kerangka kerja yang dapat diintegrasikan ke dalam proses-proses
bisnis yang ada untuk mengenal, mengukur, mengelola dan mengontrol dampak-dampak
lingkungan secara efektif, dan oleh karenanya merupakan risiko-risiko lingkungan.Untuk
lebih memperjelas mengenai manajemen lingkungan, sebaiknya pembaca memahami isi
dalam makalah ini agar lebih memudahakn para pembaca dalam menangani masalah
lingkungan yang terjadi di Indonesia pada umumnya dan yang terjadi di lingkungan sehari-
hari.

1. RUMUS MASALAH

Makalah ini disusun dengan maksud sebagai berikut.

1. Apa definisi dari manajemen lingkungan?

2. Apa aspek lingkungan dan dampak lingkungan?

3. Bagaimana kebijakan lingkungan

2.TUJUAN

1. Untuk mengetahui Definisi Manajemen Lingkungan

2. Untuk mengetahui Aspek Lingkungan dan Dampak Lingkungan

3. Untuk mengetahui Kebijakan Lingkungan.

BAB II
MANAJEMEN LINGKUNGA

2.1 DEFINISI MANAJEMEN LINGKUNGAN

Untuk menjelaskan definisi manajemen lingkungan, kita lihat definisi manajemen secara
umum sebagai berikut:

Menurut Terry (1982) Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan
merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan sumber daya manusia dan sumber daya
lain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Menurut Stoner & Wankel (1986), Manajemen adalah proses merencanakan,


mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses
penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah
ditetapkan.Berdasarkan definisi dari beberapa ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
Manajemen adalah sekumpulan aktifitas yang disengaja (merencanakan, mengorganisasikan,
menggerakkan) yang terkait dengan tujuan tertentu.

Lingkungan menurut definisi umum yaitu segala sesuatu disekitar subyek manusia yang
terkait dengan aktifitasnya. Elemen lingkungan adalah hal-hal yang terkait dengan: tanah,
udara, air, sumberdaya alam, flora, fauna, manusia, dan hubungan antar faktor-faktor
tersebut. Titik sentral isu lingkungan adalah manusia. Jadi, Manajemen Lingkungan adalah
sekumpulan aktifitas merencanakan, mengorganisasikan, dan menggerakkan sumber daya
manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan kebijakan lingkungan yang telah
ditetapkan.

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk


perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan.
Manajemen lingkungan selama ini, sebelum adanya ISO 14001 berada dalam kondisi
terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan daerah lain, dan
secara internasional berbeda penerapannya antara Negara satu dengan lainnya. Praktek
manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat diulang
disebut dengan system manajemen lingkungan (EMS).

Menurut ISO 14001, EMS adalah bagian dari system manajemen keseluruhan yang berfungsi
menjaga dan mencapai sasaran kebijakan lingkungan. Sehingga EMS memiliki elemen kunci
yaitu pernyataan kebijakan lingkungan dan merupakan bagian dari system manajemen
perusahaan yang lebih luas.

Berdasarkan cakupannya, terdapat pendapat yang membagi manajemen lingkungan dalam 2


macam yaitu:

a. Lingkungan Internal, yaitu di dalam lingkungan pabrik / lokasi fasilitas produksi. Yaitu
yang termasuk didalamnya kondisi lingkungan kerja, dampak yang diterima oleh karyawan
dalam lingkungan kerjanya, fasilitas kesehatan, APD, asuransi pegawai, dll.
b. Lingkungan Eksternal, yaitu lingkungan di luar lokasi pabrik / fasilitas produksi. Yaitu
segala hal yang dapat menimbulkan dampak pada lingkungan disekitarnya, termasuk
masyarakat di sekitar lokasi pabrik, dan pihak yang mewakilinya (Pemerintah, pelanggan,
investor/pemilik). Aktifitas yang terkait yaitu komunikasi dan hubungan dengan masyarakat,
usaha-usaha penanganan pembuangan limbah ke saluran umum, perhatian pada
keseimbangan ekologis dan ekosistem di sekitar pabrik, dll.

2.2 ASPEK LINGKUNGAN

Diantara definisi aspek lingkungan adalah:

1. Aspek lingkungan adalah elemen dari aktifitas organisasi, produk dan jasa yang dapat
berinteraksi dengan lingkungan. Contoh: konsumsi air, pengeluaran zat beracun ke udara.

2. Elemen dari aktifitas, produk, atau jasa perusahaan yang mengakibatkan atau dapat
mengakibatkan dampak lingkungan.

Atau dapat dikatakan bahwa aspek lingkungan dalam diagram input-output proses produksi
adalah semua elemen yang termasuk dalam non-produk atau by-produk.

Contoh kriteria aspek lingkungan:

1. Biaya pembuangan limbah

2. Dampak pada kesehatan manusia

3. Biaya material

4. Tingkatan toksisitas

5. Konsumsi energy

6. Dampak pada sumberdaya, seperti buruh

7. DLL

2.3 DAMPAK LINGKUNGAN

Adapun definisi dampak lingkungan adalah:

1. Dampak lingkungan didefinisikan sebagai interaksi actual dengan atau member dampak
pada lingkungan

2. Adalah setiap perubahan pada lingkungan, apakah menguntungkan atau merugikan,


secara keseluruhan atau sebagian yang diakibatkan dari aktifitas organisasi, produk atau
jasanya.

Antara aspek dan dampak lingkungan terdapat hubungan sebab-akibat, dimana dampak
lingkungan berasal dari aspek lingkungan, namun aspek lingkungan tidak selalu berdampak
lingkungan.
2.4 KEBIJAKAN LINGKUNGAN

Dasar dari manajemen lingkungan adalah adanya kebijakan lingkungan. Kualitas kebijakan
lingkungan bergantung pada tinggi rendahnya orientasi. Orientasi yang dikenal selama ini
yaitu orientasi kebijakan yang memenuhi peraturan lingkungan (compliance oriented) dan
yang berusaha melebihi standar peraturan lingkungan (beyond compliance). Kebijakan-
kebijakan lingkungan tersebut adalah sebagai berikut.

2.4.1 Evolusi Kebijakan Lingkungan

Kebijakan-kebijakan lingkungan yang diadopsi oleh negara-negara anggota OECD selama 25


tahun terakhir telah menunjukkan evolusi yang tetap. Awalnya kebijakan difokuskan pada
membersihkan polusi yang ada dan mencoba untuk mengurangi polusi dari sumber titik di
titik pembuangannya (end-of pipe). Kemudian strategi manajemen berpindah ke arah
memodifikasi proses-proses produksi sehingga meminimalkan jumlah polusi yang dihasilkan
di saat pertama (cleaner production).

Manajemen lingkungan menurut orientasi kebijakannya secara umum dapat dibagi 2 yaitu
manajemen berorientasi pemenuhan (regulation compliance) dan orientasi setelah pemenuhan
(beyond compliance):

a. Berorientasi pemenuhan (regulation compliance).

Kebijakan ini merupakan awal pemikiran manajemen lingkungan di perusahaan. Berangkat


dari murni pemikiran akan akibat yang ditimbulkan aktifitas perusahaan jangan sampai
merugikan keberlangsungan bisnis perusahaan yaitu dengan menaati peraturan pemerintah
semaksimal mungkin untuk menghindari penalty-denda lingkungan, klaim dari masyarakat
sekitar, dll. Memakai metode reaktif, ad-hoc, dan pendekatan end-of-pipe (menanggulangi
masalah polusi dan limbah pada hasil akhirnya, seperti lewat penyaring udara, teknologi
pengolah air limbah, dll).

b. Berorientasi setelah pemenuhan (beyond compliance).

Berangkat dari pemikiran bahwa cara tradisional menangani isu lingkungan dalam cara
reaktif, adhoc, pendekatan end-of-pipe telah terbukti tidak efisien. Seiring kompetisi yang
semakin meningkat dalam pasar global yang semakin berkembang, hukum lingkungan dan
peraturan menerapkan standar baru bagi sector bisnis di seluruh bagian dunia. Terdapat
pendapat bahwa kinerja lingkungan yang baik tidak hanya masalah hukum dan moral.
Mengurangi polusi berarti juga peningkatan efisiensi dan menghabiskan lebih sedikit
sumberdaya. Kondisi kesehatan dan keselamatan yang baik sehingga tenaga kerja dapat lebih
produktif sesuai dengan perkembangan pemahaman manajemen lingkungan, orientasi setelah
pemenuhan juga bermacam tahapnya, namun umumnya bermuara pada tahap pencapaian
kondisi pengembangan berkelanjutan (sustainable development).

Untuk melangkah 'beyond compliance' umumnya perusahaan mengambil pendekatan


kebijakan proaktif untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, atau mulai menjalankan perangkat
manajemen atau system tertentu yang lebih baik.
Orientasi kebijakan perusahaan dalam mengimplementasikan ISO 14001 dibedakan dalam 5
tingkatan dari sudut kedekatannya dengan prinsip TQEM yaitu:

a. Pendekatan reaktif. Mereka mempersepsikan dampak lingkungan mereka marjinal


sehingga tidak perlu diperhatikan. Mereka tidak akan mencari sertifikat selain karena
keperluan pelanggan, yang mana akan sangat terbatas. EMS tidak digunakan sepenuhnya, dan
kecenderungan perusahaan ini mengembangkan menuju TQEM sangat minimal. Perubahan
dalam perusahaan ini dilakukan dengan pemenuhan standar minimum dan karena itu disebut
minimalis.

b. Pendekatan koaktif. Mereka mensertifikasi kerja lingkungan terdokumentasi mereka


dan merasa puas dengan komitmen minimum pada pemenuhan hukum dan keperluan
pemenuhan lainnya. EMS diimplementasikan dengan cara ‘mengecek item dalam standar’
dan tetap sebagi fail dokumen, yang diperbaharui bila dianggap perlu. Ciri yang lain adalah
pelatihan lingkungan sebagian besar terdiri dari informasi pada masalah lingkungan (local,
regional, dan global) yang lebih dominan daripada pelatihan menggunakan alat bagi
karyawan untuk beraksi dalam pekerjaan sehari-hari. Perusahaan tidak melihat implementasi
EMS sebagai proses belajar, yang mana berarti bahwa system ini tidak digunakan secara
optimum, namun lebih cenderung untuk mampu menunjukkan sertifikat. Namun perusahaan
yang mengimplementasi EMS dengan pendekatan ini juga ditemukan mendapatkan
peningkatan pesat dalam aktifitas lingkungan mereka. Oleh sebab itu sangat mungkin
diharapkan perusahaan semacam ini untuk mengembangkan pemikiran mereka lebih jauh dari
koaktif menuju orientasi-proses.

c. Pendekatan convert (‘dipaksa’ ISO, dan menuju TQEM) melangkah setelah tingkat
pendekatan koaktif. Perusahaan ini ‘dipaksa’ sertifikasi pada standar EMS, mereka
berkonversi selama proses, melihat manfaatnya dan bergerak menuju TQEM. mereka
bersesuaian dengan perusahan yang memulai sebagai koaktif dan bergerak melewati
pendekatan berorientasi proses menjadi commited (Brown et.al..,1996)

d. Pendekatan berorientasi proses (process oriented). Jika visi lingkungan diimplantasikan


dalam perusahaan berorientasi proses, kemungkinan mengembangkan komitmen menuju
TQEM menjadi sangat mungkin. Bagi mereka system standarisasi hanya alat untuk mencapai
sasaran lain bagi pengembangan perusahaan. Staf dalam perusahaan ini cenderung telah
dilibatkan karena mereka dapat mempengaruhi pekerjaan mereka sendiri dan mendapat
informasi bagi keseluruhan perusahaan, yang mana akan memberi mereka perasaan berada
dalam keluarga perusahaan.

e. Pendekatan commited (pandangan kualitas lebih lebar atau sukarela EMS dan TQEM)
dalam penelitian di Australia, yaitu ketika perusahaan melihat standar sebagai cara untuk
memperbaiki operasi bisnis. Motif bagi implementasi dalam pendekatan ini sebagian besar
internal dengan system berstandarisasi sebagai alat dalam proses. Pendekatan ini berfokus
pada aspek proses ‘soft’ dari usaha kualitas dan mempunyai potensi untuk mengembangkan
lebih jauh menuju TQEM, meskipun banyak konsep TQEM tidak terartikulasi di dalamnya
dan mungkin perusahaan tetap tidak menyadarinya.
2.4.2 Green Wall Effect

Banyak pemimpin lingkungan dan ahli strategi lingkungan perusahaan menemukan dalam
pekerjaannya yang disebut efek Green Wall, yaitu titik dimana keseluruhan organisasi
menolak untuk maju ke depan dengan program manajemen lingkungan strategisnya, dan
inisiatif lingkungan berhenti mati di jalurnya, seperti menabrak dinding.

Gejala menabrak Green Wall antara lain keputusan negative atau menurun karena kurangnya
dukungan manajemen bagi konsep dan program manajemen lingkungan; program
lingkungan; kesehatan, dan keselamatan yang terasa kurang focus, dan ketidakmampuan
untuk menunjukkan pada fungsi bagian lain di organisasi, tingkat pengembalian yang
menarik pada investasi dari program-program lingkungan yang akan dijalankan.

Akibat efek Green Wall antara lain:

a. Program lingkungan terasing dari program-program lain di perusahaan

b. Program lingkungan sering dipinggirkan atau dianggap sebagai program terakhir, tidak
diprioritaskan

c. Pola kerjasama bidang lingkungan dengan bidang-bidang lainnya sering berjalan


sendiri-sendiri, tidak menunjukkan keterkaitan yang erat.

d. Pertimbangan bidang lingkungan jarang dimasukkan sebagai saran pertimbangan


kebijakan perusahaan.

Penyebab efek Green Wall antara lain:

a. Sebagai akibat penerapan kebijakan lingkungan satu arah yaitu penekanan pada
memenuhi aspek lingkungan, sebagai konsekuensi strategi ‘end-of-pipe’.

b. Bagian lingkungan kurang mampu mengkomunikasikan tugas-tugas dan menunjukkan


hasil pekerjaannya dalam bahasa yang dimengerti elemen bisnis lain di perusahaan (bahasa
lingkungan vs bahasa bisnis).

c. Kurangnya pemahanam elemen organisasi lain pada fungsi bagian lingkungan dan
tugas-tugasnya di perusahaan, selain sebagai ‘penjaga peraturan’.

d. Orientasi jangka pendek, pada pemenuhan peraturan pemerintah, dalam arah strategi
kebijakan lingkungan perusahaan.

Untuk mengatasi atau meminimalkan efek Green Wall ini, ahli strategi lingkungan
menyarankan bentuk integrasi manajemen lingkungan ke dalam strategi bisnis, dalam bentuk
mendukung ‘core competence’ perusahaan, memasukkan pertimbangan lingkungan ke dalam
fungsi bisnis utama perusahaan (pemasaran, produksi, pembelian, garis rantai suplai), dan

merubah cara pandang aspek lingkungan sebagai senjata peluang membuka celah pasar yang
baru, yang mengarah pada bentuk manajemen lingkungan interaktif.
2.4.3 Mengenai Kebijakan Lingkungan Dan Pasar Bebas

James E. Rogers (Marcus et.al., 1997, p.9) menyatakan bahwa pasar bebas baik bagi aspek
lingkungan karena:

a. Pasar yang kompetitif menginginkan efisiensi, memaksa produsen mengurangi limbah

b. Pasar bebas didorong konsumen, konsumen menginginkan tanggung jawab lingkungan

c. Pasar bebas menyediakan model dan dasar bagi peraturan lingkungan yang efektif
biaya.

Ada 2 pendekatan karakteristik kepemimpinan lingkungan:

(1) beyond command and control

(2)beyond compliance. Dari sudut pandang perusahaan, keberhasilan beyond command and
control adalah menyeimbangkan peraturan lingkungan yang merefleksikan pemikiran terbaik
saat ini, yang mendorong inovasi.

Peraturan lingkungan agar efektif harus berfokus pada kinerja daripada keperluan hardware
tertentu, jadi peraturan lingkungan harus:

a. Memungkinkan perusahaan memenuhi standar leat P2 daripada control end-of-pipe.

b. Menggunakan mekanisme berbasis pasar yang memotivasi perusahaan untuk memenuhi


tujuan-tujuan lingkungan dengan biaya minimal.

c. Mendirikan tujuan dan memberikan perusahaan peluang untuk mencapai tujuan


tersebut lewat usaha sukarela.

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen (termasuk


perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan lingkungan.

Aspek lingkungan adalah elemen dari aktifitas organisasi produk dan jasa yang dapat
berinteraksi dengan lingkungan. Contoh: konsumsi air, pengeluaran zat beracun ke udara.
Adapun dampak lingkungan adalah setiap perubahan pada lingkungan, apakah
menguntungkan atau merugikan, secara keseluruhan atau sebagian yang diakibatkan dari
aktifitas organisasi, produk atau jasanya.

Dasar dari manajemen lingkungan seperti dijelaskan dalam definisinya adalah kebijakan
lingkungan. Kualitas kebijakan lingkungan tergantung pada tinggi rendahnya orientasi. Yang
telah dikenal selama ini yaitu orientasi kebijakan memenuhi peraturan lingkungan
(compliance oriented), dan yang berusaha melebihi standar peraturan tersebut (beyond
compliance). Perkembangan kebijakan lingkungan mengalami perubahan-perubahan
diantaranya berawal dari; (Tingkat 1) orientasi pemenuhan; (Tingkat 2) Orientasi
pengembangan system implementasi; (Tingkat 3) Orientasi integrasi ke dalam fungsi bisni;
dan (Tingkat 4) Orientasi pendekatan kualitas toal. Manajeme lingkungan menurut orientasi
kebijakannya secara umum dapat dibagi 2, yaitu manajemen berorientasi pemenuhan
(regulation compliance) dan orientasi setelah pemenuhan (beyond compliance).

3.2 SARAN

Penerapan manajemen lingkungan sebaiknya terus berlanjut dari generasi sekarang dan
mendatang. Karena dengan penerapan manajemen lingkungan tersebut, dapat membuat
dampak yang baik untuk berbagai pihak, baik pihak perusahaan ataupun karyawan.
Diharapkan dengan terus diterapkan, dampak-dampak terhadap lingkungan dapat semakin
diminimalisir.

DAFTAR PUSTAKA

Andi Dermawan, 2011, Manajemen Lingkungan, (online),


(http://www.manajemenlingkungan_scrib.htm, diakses Tanggal 26 Maret 2016 pukul 12:42
Am)

Anonim, 2015, Manajemen Lingkungan Ppt, (online),


(http://www.manajemen_lingkungan.pdf, diakses Tanggal 24 Maret pukul 09:06 Am)
A.Sulolipu, 2015, Mengelola Dalam Lingkungan Global, (online),
(http://www.makalah_mengelola_dalam_lingkungan_globa.docx, diakses Tanggal 20 Maret
2016 pukul 09:24 Am)

Wahyu Kusumawardani, dkk., 2015, Analisis Lingkungan Internal, (online), (http://www.


analisis_manajemen_stratejik_lingkungan.docx, diakses Tanggal 20 Maret 2016 pukul 09:04
Am)

Anda mungkin juga menyukai