Oleh:
NIM: 20170111054009
Dosen Pengampu :
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
PAPUA
2019
0
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas Rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis telah menyelesaikan Makalah Kimia Bahan Galian
yang berjudul “Batu Gamping atau Batu Kapur “. Makalah ini di susun berdasarkan
pengumpulan informasi baik dari makalah, media cetak maupun elektronik.
Penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
Kimia Bahan Galian Dr. Florida Doloksaribu, M.Si serta rekan kerja yang turut
memberikan masukan yang sangat membantu terselesainya penyusunan makalah ini.
Penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat kekurangan
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari rekan-rekan semua demi
penyempurnaan makalah ini, agar menjadi bahan diskusi yang menarik dan dapat
memberi manfaat bagi kami semua.
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batu Kapur atau calcium carbonate (CaCO3) terbentuk lebih dari dari 30
sampai 500 Juta Tahun yang lalu, yang berasal dari kerang, karang, ikan purba dan
kalsium yang mengendap dari dasar laut membentuk lapisan dari batuan kapur.
Tekanan dan panas dari Bumi selama Jutaan Tahun dapat memadatkan dan
mengkristalkan hal diatas menjadi batuan kapur, dimana tekanan yang lebih ekstrim
akan membatuk marmer. Batuan kapur (Limestone) dapat berubah menjadi “kapur
reaktif” apabila mendapatkan pemanasan sampai 900ᵒC, yang apabila dicampur
dengan air membentuk reaksi kimia menjadi Calcium Hidrokside (Ca(OH)2) an
apabila mengering akan kembali ke bentuk batu aslinya.
Batu kapur (Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk
bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk
pertanian dll. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat
di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah
kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang.
Batu kapur dapat berwarna putih susu, abu muda, abu tua, coklat bahkan
hitam, tergantung keberadaan mineral pengotornya. Mineral karbonat yang umum
ditemukan berasosiasi dengan batu kapur adalah aragonit (CaCO3), yang merupakan
mineral metastable karena pada kurun waktu tertentu dapat berubah menjadi kalsit
(CaCO3). Mineral lainnya yang umum ditemukan berasosiasi dengan batu kapur atau
dolomit, tetapi dalam jumlah kecil adalah Siderit (FeCO3), ankarerit
(Ca2MgFe(CO3)4), dan magnesit (MgCO3). Kalsium karbonat (CaCO3) dengan
kemurnian dan kehalusan yang tinggi banyak diperlukan dalam industri tapal gigi, cat,
3
farmasi, kosmetik, karet, kertas, dan lain lain, baik sebagai bahan dasar maupun
bahan penolong.
5
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Batu Gamping ?
2. Bagaimana proses pembentukan Batu Gamping ?
3. Apa manfaat Batu Gamping untuk kehidupan sehari-hari ?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Batu Gamping
2. Untuk mengetahui proses pembentukan Batu Gamping
3. Untuk mengetahui manfaat dari Batu Gamping dalam kehidupan sehari-hari
6
BAB II
PEMBAHASAN
A. Perngertian Batu Gamping (Batu Kapur)
Batu gamping ialah jenis batuan sedimen yang mengandung senyawa
korbonat. Secara umum batu gamping dikelompokkan berdasarkan mineral utama
pembentuk batu gamping yaitu kalsit (calcite (CaCO3)) atau dolomite (MgCa(CO3)2).
Pada umumnya batu kapur yang banyak terdapat adalah batu kapur yang mengandung
kalsit. Batu kapur memiliki warna putih, putih kekuningan, abu–abu hingga hitam.
Pembentukan warna ini tergantung dari campuran yang ada dalam batu kapur
tersebut, misalnya : lempung, kwarts, oksida besi, mangan dan unsur organik. Batu
kapur terbentuk dari sisa–sisa kerang di laut maupun dari proses presipitasi kimia.
Berat jenis batu kapur berkisar 2,6 -2,8 gr/cm3, dalam keadaan murni dengan bentuk
kristal kalsit (CaCO3), sedangkan berat volumenya berkisar 1,7 – 2,6 gr/cm3. Jenis
batuan karbonat dapat dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu batu kapur (limestone)
dan dolomit(dolostone) (Boggs,1987).
Batu gamping merupakan salah satu golongan batuan sedimen yang paling banyak
jumlahnya. Batu gamping itu sendiri terdiri dari batu gamping non-klastik dan batu
gamping klastik.
Batu gamping non-klastik, merupakan koloni dari binatang laut antara lain
dari Coelentrata, Moluska, Protozoa dan Foraminifera atau batu gamping ini
sering juga disebut batu gamping Koral karena penyusun utamanya adalah
Koral.
Batu gamping Klastik, merupakan hasil rombakan jenis batu gamping non-
klastik melalui proses erosi oleh air, transportasi, sortasi, dan terakhir
sedimentasi.
Secara kimia batu gamping terdiri atas kalsium karbonat (CaCO3). Di alam
tidak jarang pula dijumpai batu gamping magnesium . Kadar magnesium yang tinggi
mengubah batu gamping menjadi batu gamping dolomitan dengan komposisi kimia
CaCO3MgCO3. Hasil penyelidikan hingga kini meyebutkan bahwa kadar Calsium
7
Oksida batu gamping di Jawa umumnya tinggi (CaO>50%). Selain magnesium batu
gamping kerapkali tercampur dengan lempung, pasir, bahkan jenis mineral lain.
Pada umumnya batu gamping yang padat gamping yang padat dan keras
mempunyai berat jenis. Selain yang pejal (masif) dijumpai pula batu gamping yang
sarang (porus). Mengenai warna dapat dikatakan bervariasi dari putih susu, abu -abu
tua, coklat, merah, bahkan hitam. Semuanya disebabkan karena jumlah dan jenis
pengotor yang ada. Warna kemerahan disebabkan oleh mangan, oksida besi sedang
kehitaman karena zat organik. Batu gamping yang mengalami metamorfose berubah
menjadi marmer. Dibeberapa daerah berbatu gamping yang tebal lapisannya
didapatkan gua atau sungai bawah tanah yang terjadinya berkaitan erat dengan
kerjanya air tanah. Air hujan yang mengandung CO2 dari udara dan CO2 hasil
pembusukan zat organik dipermukaan setelah meresap kedalam tanah dapat
melarutkan batu gamping yang dilaluinya sepanjang rekahan. Reaksi kimia yang
berlangsung adalah :
Ca(HCO3)2 larut dalam air sehingga lambat laun terjadi rongga dalam bentuk gua atau
sungai bawah tanah.
Batu gamping adalah batuan sedimen yang utamanya tersusun oleh kalsium
karbonat (CaCO3) dalam bentuk mineral kalsit. Di Indonesia, batu gamping sering
disebut juga dengan istilah batu kapur, sedangkan istilah luarnya biasa disebut
"limestone". Batu gamping paling sering terbentuk di perairan laut dangkal. Batu
gamping (batu kapur) kebanyakan merupakan batuan sedimen organik yang terbentuk
dari akumulasi cangkang, karang, alga, dan pecahan-pecahan sisa organisme. Batu
8
gamping juga dapat menjadi batuan sedimen kimia yang terbentuk oleh pengendapan
kalsium karbonat dari air danau ataupun air laut.
9
terbentuk seperti ini dianggap kurang melimpah dibandingkan batu
gamping biologis.
10
kalsilutit, karena batuan ini merupakan batuan karbonat dan menurut
klasifikasi dunham nama dari batuan ini adalah mudstone, karena batuan
ini mempunyai kesan butiran kurang dari 10 % dan pada batuan ini tidak
ditemukan adanya fosil.
Tekstur dari batuan ini adalah non kristalin, karena mineralnya
penyusunnya tidak berbentuk kristal, dengan memperhatikan tekstur
batuan ini dapat disimpulkan bahwa batuan ini terbentuk dari adanya
pelarutan batuan asal yang merupakan material–material penyuplai
terbentuknya batuan ini adapun batuan asal dari batuan ini adalah seperti
pelarutan terumbu karang.
Keterdapatan batuan ini biasanya dapat ditemukan disekitar pinggiran
pantai, adapun asosiasi dari batuan ini adalah batupasir karbonatan dan
packtone. Adapun kegunaan dari batuan ini adalah sebagai reservoir dalam
pencarian minyak bumi.
b) Wackestone
Wackestone adalah matriks yang didukung batuan karbonat yang
mengandung lebih dari 10% allochems dalam matriks lumpur karbonat. Ini
adalah bagian dari klasifikasi Dunham batuan karbonat. Dalam klasifikasi
banyak digunakan lain karena Folk ,deskripsi yang setara akan, misalnya,
oopelmicrite, dimana allochems yang dimaksud adala hooids dan peloids.
Wackstone merupakan lumpur didukung batu kapur yang mengandung
butiran karbonat lebih dari 10% (lebih besar dari 20 mikron)
"mengambang" dalam matriks lumpur halus-halus kapur.
c) Bounstone
Bounstone merupakan hubungan antar komponen tertutup yang
berhubungan dengan rapat (oolite). Karbonat batuan menunjukkan tanda-
tanda terikat selama pengendapan (Dunham,1962). Boundstone merupakan
batu kapur yang terikat oleh ganggang, karang, atau organisme uniseluler
lainnya ketika dia terbentuk. Boundstone ditemukan didaerah sekitar
terumbu karang, dan daerah yang terumbu karang 2,5-3 juta tahun lalu,
tapi mungkin dikelilingi lahan kering. Tergantung pada cara bahan organik
telah diatur dalam sedimen ketika batu itu terbentuk dan jenis bahan
11
organik itu, boundstone dapat diklasifikasikan sebagai framestone,
bindstone, atau bafflestone. Mereka memiliki tiga subdivisi:
Framestone
Organisme dari organik fosil, biasanya dalam karang laut, yang
terjadi berdekatan dengan spons ini terikat oleh kerak mikroba dan
pasir yangmengeras. Dan ruang antara bertahap diisi dengan pasir ,
sedimen, dan kristalkalsit. Dalam waktu yang lama, air surut dan
struktur itu terus menerus terkenaudara, dan penyemenan alami
dari padat sedimen diawetkan sisa-sisa bahan organik sebagai fosil.
Bindstone
Hasil organisme yang mengikat sedimen sehingga lepas
bersama-sama, ditandai dengan adanya dispersi. Yang mengikat di
bindstone pada umumnya adalah ganggang, yang bersama-sama
dengan lapisan lumpur dan kalsit dengan besar pori-pori yang
disebabkan oleh gelembung gas yang menjadi terperangkap dalam
sedimen selama pembentukan. Stromatolit, berupa gundukan fosil
alga berlapis dan sedimen, yang bentuk paling umum dari
bindstone. Bindstone kebanyakan berorientasi secara vertikal.
Bindstone merupakan jenis yang paling banyak ditemukan dari
boundstone.
Bafflestone:
Terikat oleh sedimen berdinding tebal berupa karang
berbentuk paralel sehingga hanya sedimen halus yang
melewatinya. Akibatnya, komposisi bafflestone, selain karang
fosil, sebagian besar pasir alami-semen dan lumpur. Pasir ini terdiri
dari kalsit homogen dan lumpur terdiri dari campuran residu
tertinggal setelah lumpur karbonat yang disaring. Struktur unik dari
bafflestone yaitu terbentuk pada dan di sekitar koloni-vertikal
tumbuh karang, dan karena itu terbatas pada individu kecil.
12
d) Grainstone
Grainstone merupakan hubungan antar komponen-komponen tanpa
lumpur sehinggasering disebut batuan karbonat bebas lumpur, yang
didukung butir. Dunham(1962) , batuan ini berasal :
Grainstone terbentuk pada kondisi energ iyang tinggi, butiran
produktif lingkungan di mana lumpur tidak dapatterakumulasi,
terdapat pada arus yang putus butir dan melewati lumpur pada
lingkungan. Grainstones mempunyai tekstur berpori dan dikenal
sebagaikarbonat yang terdapat pada sekitar pantai.
e) Packstone
Packtone merupakan lumpur, tetapi yang banyak adalah betolit. Butir-
bitirnyad idukung batuan karbonat berlumpur (Dunham, 1962). Lucia
(1999) dibagi packstones ke dalam lumpur yang didominasi (ruang pori
total dipenuhiumpur) dan yang didominasi (beberapa ruang pori antar butir
bebas darilumpur) packstones. Lumpur menunjukkan proses energi yang
lebihrendah , sedangkan kelimpahan butir menunjukkan proses energi
yang lebihtinggi . menurut Dunham (1962) asal packstones:
packstone berasal dariwackestones dipadatkan,
berasal dari proses akibat dari infiltrasi lumpur awal atau akhir dari
sebelumnya disimpan lumpur bebas sedimen,
terbentuk dalam air yang tenang, atau
hasil pencampuran dari berbagailapisan sedimen. Di mana butirnya
yang sangat besar, Embry dan Klovan(1971) contohnya karbonat
rudstones.
13
Batu gamping autochthon : material-material yang terikat secara
organis selama proses deposisi (bafflestone, bindstone, dan
framestone).
d. Sangat tepat untuk mempelajari fasies tumbuhan dan tingkat energy
pengendapan.
b. Autochtonus
Berbeda dengan allochtonus, Autochtonus merupakan material-
material yang terikat secara organis selama proses deposisi. Hal ini lebih
dikarenakan adanya aktivitas organisme pada saat proses deposisi sedimen
yang mengakibatkan material-material terikat dan terkompaksi menjadi
batuan.
14
Berdasarkan sifat pengikat batuan oleh aktivitas organisme dibedakan menjadi
3 macam antara lain :
By organism that acts as baffle
Oleh Embry & Klovan (1971), batuan ini merupakan batuan yang
material-materialnya terikat selama proses deposisi oleh perilaku
organisme yang berperan sebagai baffle atau bersifat seperti dinding yang
mengikat komponen-komponen batuan yang lain. Nama batuannya
adalah Bafflestone. Bafflestone adalah tekstur batuan karbonat yang terdiri
dari organisme penyusun yang cara hidupnya menadah sedimen yang jatuh
pada organisme tersebut.
Tekstur ini dijumpai pada daerah dengan energi sedang, batuan ini
biasanya terdiri dari kerangka koral yang sedang dalam posisi tumbuh
(branching and growth position of coral) dan diselimuti oleh lumpur
karbonat.
15
hidup pada daerah dengan energi tinggi sehingga tahan terhadap
gelombang dan arus. Penyusun batuan ini adalah koral, bryozoa, dan
ganggang dalam matriks yang kurang dari 10% atau bahkan tanpa matriks.
16
b) Coquina
Coquina merupakan sebuah batu gamping kasar yang tersemenkan, yang
tersusun oleh sisa-sisa cangkang organisme. Batuan ini sering terbentuk pada
daerah pantai dimana terjadi pemisahaan fragmen cangkang dengan ukuran
yang sama oleh gelombang laut. Pada era 400 tahun lalu, coquina dipakai
sebagai bahan yang baik untuk membuat benteng, dikarenakan sifatnya yang
lembut mengakibatkan bola meriam tenggelam didalamnya. Material ini juga
digunakan sebagai paving material menjadi komponen shell atau karang
fragmen, terkadang digunakan sebagai hiasan lanscape. Coquina yang
mengandung fosfat dapat digunakan sebagai pupuk tanaman.
c) Fossiliferous Limestone
d) Lithographic Limestone
e) Oolitic Limestone
17
f) Travertine
g) Tufa
Tufa merupakan sebuah batu kapur yang dihasilkan oleh pengendapan air
kalsium sarat dengan air panas, danau atau lokasi lainnya. Proses geotermal air
panas terkadang menghasilkan sejenis (kurang berpori) deposit karbonat
travetine atau disebut sebagai meteogene travetine. Tufa saat ini dibentuk
sebagai wadah tanaman. Konsitensi berpori yang membuat tufa ideal untuk
perkebunan alpine. Endapan modern dan fosil tufa yang berlimpah dengan
tanaman lahan basah ditandai dengan komponen macrobiological besar dan
berpori dapat berguna sebagai pembentukan saluran fluvial dan pengaturan
endapan fluvial.
18
Batu Kapur padar dan marmer, merupakan batu kapur yang mengandung
beberapa unsur senyawa yang mengalami metamorf.
19
Kapur udara adalah kapur padam yang diaduk dengan air setelah beberapa
waktu campuran tersebut dapat mengeras di udara karena pengikatan karbon
dioksida.
Ca (OH)2 +CO2 ——-> Ca CO3 + H2O
Kapur hidrolis adalah kapur padam yang diaduk dengan air setelah
beberapa waktu campuran dapat mengeras baik didalam air maupun didalam
udara.
Terbentuk dari akumulasi dari cangkang, alga, karang dan sisa organisme lain.
Batu gamping dapat masuk dalam banyak tipe baik itu klastik, organik, maupun
kimia. Pada dasarnya, batu gamping adalah batuan yang tersusun oleh lebih dari 50%
mineral karbonat berupa mineral kalsit, aragonit, dan dolomit, sedangkan sisanya
dapat berupa mineral kuarsa, lempung dan mineral-mineral lainnya. Kebanyakan
orang awam menyebut batuan ini sebagai batu kapur. Sama seperti jenis batuan yang
lain, batu gamping ini juga memiliki ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan
jenis batuan lain.
Berikut ini adalah beberapa ciri-ciri batu gamping yang bisa dicermati.
Dengan memperhatikan ciri-ciri ini Anda bisa menyimpulkan apakah sebuah batu
termasuk sebagai batu kapur atau bukan.
1. Warna yang beragam
Jika beberapa jenis batuan lain memiliki warna yang kurang bervariasi,
maka tidak sama dengan batu gamping. Yang menjadi ciri khas dari batu ini
justru pada warnanya yang bervariasi mulai dari putih keabu-abuan, hingga
coklat kemerahan bahkan kehitaman.
Warna ini timbul karena adanya mineral yang terkandung di dalam batuan
yang juga dikenal sebagai batu kapur ini. Variasi warna ini terutama
disebabkan oleh adanya pengotoran pada batuan tersebut.
20
3. Bersifat sangat Reaktif
Sifat lain yang menjadi ciri khusus batu gamping ini adalah sifatnya yang
begitu reaktif, terutama jika pada cairan yang banyak mengandung zat CO3
seperti air hujan. Hasil pembusukan zat organik di permukaan tanah juga
menjadi salah satu cairan yang bisa menimbulkan reaksi pada batu ini.
21
dipergunakan sebagai disinfektan pada kandang unggas, dan dalam
pembuatan kompos.
4. Mine Safety: Juga dikenal sebagai "debu batu." Tumbuk kapur adalah bubuk
putih yang bisa disemprotkan ke permukaan batubara terbuka di tambang
bawah tanah. Lapisan ini meningkatkan pencahayaan dan mengurangi jumlah
debu batubara rilis ke udara. Hal ini dapat meningkatkan udara pada
pernafasan, dan juga mengurangi bahaya ledakan yang dihasilkan oleh partikel
debu batubara yang mudah terbakar di udara.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Batu kapur (Gamping) merupakan salah satu mineral industri yang banyak
digunakan oleh sektor industri ataupun konstruksi dan pertanian, antara lain untuk
bahan bangunan, batu bangunan bahan penstabil jalan raya, pengapuran untuk
pertanian dll. Batu kapur (Gamping) dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu secara
organik, secara mekanik, atau secara kimia. Sebagian besar batu kapur yang terdapat
di alam terjadi secara organik, jenis ini berasal dari pengendapan cangkang/rumah
kerang dan siput, foraminifera atau ganggang, atau berasal dari kerangka binatang
koral/kerang. Prose pembentukan batu kapur berdasarkan letek pembentukan dibagi
menjadi 2 yaitu: 1. Pembentukann batu kapur dilingkungan laut akibat proses
sedimentasi binatang laut. 2. Pembentukan batu kapur di gua akibat proses evaporasi
karbonat.
Klasifikasi batu kapur memiliki 5 pendapat ahli mengenai batu kapur antara
lain:
1. Klasifikasi Batu Gamping Menurut Dunham (1962)
2. Klasifikasi Batu Gamping Menurut Folk (1959)
3. Klasifikasi Menurut Embry dan Klovan (1971)
4. Klasifikasi Batu Gamping Mount (1985)
5. Klasifikasi Batu Gamping Plumley et al (1962)
Jenis-jenis batu kapur memilliki beberapa nama menurut beberapa faktor
seperti:
1. Jenis batu kapur berdasarkan proses pembentukannya
2. Jenis-jenis batu kapur berdasarkan mineral pembentuknya
3. Jenis-jenis batu kapur berdasarkan hasil produk
4. Jenis-jenis batu kapur sebagai bahan bangunan
Kapur memiliki beberapa manfaat yang vital diberbagai bidang industri, hal
ini menjadi langkah strategis untuk mengembangkan kapur secara maksimal agar
penggunaannya nanti tidak hanya menjual barang mentah tetapi barang siap pakai.
23
DAFTAR ISI
https://dokumen.tips/documents/makalah-pertambangan-batu-kapur.html
http://www.academia.edu/7730372/Makalah-pembuatan-batu-kapur-yang-fix.pdf
24