Anda di halaman 1dari 85

BIOGRAFI DAN PEMIKIRAN H.

M RASJIDI

(1965-2001)

SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Humaniora

(S.Hum) Jurusan Sejarah Peradaban Islam (SPI)

Oleh :

Dini Siti Rohimah (1155010032)

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019
BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Semua hal dan semua perbuatan manusia dipengaruhi oleh sebuah

pemikiran. Misalnya, gerakan koperasi di Indonesia dipengaruhi oleh Muhammad

Hatta, gerakan pendidikan Taman Siswa dipengaruhi oleh pemikiran Ki Hajar

Dewantara. Manusia tidak akan pernah lepas dari dunia pemikiran, bahkan dalam

kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari ide yang merupakan buah dari

pemikiran, seorang yang saleh tidak lepas dari teologi agamanya, orang yang

sekuler tidak lepas dari pemikiran sekularismenya. 1

Pengaruh pemikiran tersebut dapat terjadi kepada siapa saja termasuk

kepada salah satu tokoh yaitu Rasjidi. Beliau termasuk salah satu pemikir Islam

yang sangat berpengaruh, pemikirannya menghasilkan sebuah ide yang

dituangkan dalam bentuk buku maupun sebuah gagasan pemikiran.

Rasjidi merupakan intelektual Muslim yang berbasis akademis, mantan

diplomatik pejuang kemerdekaan Republik Indonesia, dan Menteri Agama yang

multidimensi, menghasilkan banyak karya tulis buku. Beliau merupakan salah

satu pengkritik yang tajam, dan sangat sensitif terhadap permasalahan yang

menyangkut keagamaan, beliau mulai menulis buku pertamanya di tahun 1965.

Tahun 1965 merupakan tahun transisi Orde Lama, terjadi berbagai

pergolakan politik di Indonesia, isu-isu politik menyebabkan politik Indonesia

tidak stabil, pembersihan terhadap orang-orang yang dianggap PKI terjadi sampai

1
Kuntowijoyo “ Metodologi Sejarah “ (PT Tiara Wacana : Yogyakarta, 2005) hlm 189

1
sekitar setengah juta jiwa dibunuh dan jutaan dipenjarakan. Transisi dari

pemerintahan Orde Lama menjadi pemerintahan Orde Baru melalui proses yang

sangat panjang dengan berbagai pertumpahan darah yang yang terjadi hingga

berahir tahun 1968 di pilihnya Suharto sebagai presiden Indonesia.2 Di tahun

transisi inilah beliau mulai rehat dari dunia politik dan mulai menulis buku

pertamanya tentang Islam Menentang Komunisme.

Transisi politik ndonesia dari Orde Lama menjadi Orde Baru selain di

bidang politik juga mempengaruhi bidang kegamaan, terjadi konflik antar pemuka

agama Islam dan pemuka agama Kristen, hal tersebut terjadi karena campur

tangan besar dari media Barat, terjadilah kristenisasi dan penghianatan dari

kesepakatan penyebaran agama hanya dilakukan kepada orang-orang yang tidak

beragama.3 Di masa orde baru terjadi gerakan sekuler karena pemerintahan yang

tidak terlalu ramah dengan Islam. Rasjidi jelas sangat tidak setuju dengan keadaan

pemerintah yang tidak terlalu ramah dengan islam tersebut dan kembali menulis

buku Islam Indonesia di zaman Modern. Sensitif beliau terhadap keagamaan

apalagi keislaman sudah tertanam sejak beliau masih kecil.

Sejak kecil Rasjidi hidup di tengah-tengah keluarga dan masyarakat yang

menganut paham Jawa Islam, atau di kenal dengan nama Kejawen yaitu suatu

faham yang merupakan hasil sinkretisme agama Islam dengan budaya Jawa.

Masyarakat masih percaya dengan hal-hal mistik dan dengan barang atau benda

yang masih di anggap sakral untuk berdoa. Bentuk rumah masih sesuai dengan

2
Max lane “ Tragedi 1965 “ https://historia.id/politik/articles/tragedi-1965-DAEgD (di akses 13
juni 2019 pokuk 06.33)
3
M. Natsir “ Mencari Modus Vivendi Antar umat Beragama Di Indonesia “ (Jakarta : Media
Dakwah, 1980) hlm 7

2
tradisi setempat, yaitu bagian atasnya seperti piramid, tetapi datar di bagian

tengah. Di dalam rumah Rasjidi dan saudara-saudaranya di terapkan peraturan

untuk tidur tidak boleh menghadap ke arah barat dengan kaki ke sebelah timur

karena akan mengarah ke makam yang dianggap keramat. Seperti itulah

kepercayaan yang berkembang dalam keluarga dan lingkungan masyarakat


4
Rasjidi.

Rasjidi sudah mengenal nilai-nilai keislaman sejak kecil, meskipun latar

belakang kehidupan keluarga beliau sangat kental dengan kultur Jawa, tetapi

ayahnya bertekad ingin mengajarkan nilai-nilai keislaman yang benar kepada

anak-anaknya, supaya kelak bisa menjadi seorang pembela Islam yang tangguh.5

Dari latar belakang keluarga yang sudah menanam kan ajaran-ajaran Islam

sejak kecil, karir pendidikannya pun tidak lepas dari kegiatan keislaman. Terlihat

dari pejalanan kehidupannya, beliau lebih tertarik untuk mengenyam pendidikan

di lembaga-lembaga yang memperdalam ilmu agama daripada di lembaga umum

yang mengesampingkan pelajaran keagamaan. Masa kecil Rasjidi sudah tertanam

kuat denga nilai-nilai ke islaman, meskipun orang tuanya sendiri masih belum

bisa meninggalkan ajaran-ajaran nenek moyang tetapi dasar dasar agama berhasil

beliau dapatkan dari guru yang di datangkan ayahnya.6

Rasjidi hidup pada masa kolonial Belanda, dengan latar belakang keluarga

yang secara ekonomi termasuk golongan menengah keatas, membuat beliau

4
H.M Rasjidi “Islam dank ebatinan”, (Jakarta : Bulan Bintang 1967) hlm10
5
M. Rasjidi ” Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam?” (Jakarta: Bulan Bintang1974), cet. 3,
hlm. 9.
6
Rasyidi,”Islam dan Kebatinan” 1997, hal. 9

3
berkesempatan untuk tidak hanya belajar agama tapi juga bisa bersekolah di

sekolah Kolonial Belanda pada masa itu.7

Ketertarikan beliau terhadap ilmu agama Islam yang sangat tinggi, beliau

memutuskan untuk melanjutkan sekolahnya dari sekolah kolonial yang kurang

pelajaran keagamaan nya, ke sekolah yang lebih banyak atau lebih fokus dalam

keislaman yaitu Al-irsyad.8 Beliau di pertemukan dengan Ahmad Surkatti seorang

guru yang secara tidak langsung berhasil mempengaruhi pemikirannya. 9

Rasjidi kemudian melanjutkan pendidikan ke salah satu Universitas di luar

negeri yaitu di Mesir. Beliau terdorong untuk mempelajari filsafat dan agama

karena kenangan masa kecilnya. Pada saat beliau masih duduk di Sekolah Rakyat

sering menyaksikan konflik kebudayaan dan keagamaan di lingkungan

masyarakat tempatnya tinggal.10

Rasjidi sejak kecil tinggal di lingkungan damai dengan faham Jawa Islam,

tetapi seiring berjalannya waktu banyak unsur yang masuk kedalam

lingkungannya dengan tujuan menyalahkan atau ingin membenarkan nilai-nilai

keislaman tetapi dengan cara yang tidak lembut sehingga menimbulkan konflik

kemasyarakatan, hal tersebut mendorong Rasjidi untuk mencari tahu dan

mempelajari permasalahan yang ada pada masyarakat tersebut, konflik ini lebih

memacu terhadap semangat belajar Rasjidi sejak kecil.

7
Herry Mohamad “tokoh islam yang berpengaruh abad 20” (Jakarta: Gema Insani 2006) hlm 80
8
Muhamad Yunus “ Sejarah Pendidikan islam indonesia” (Jakarta : Mutiara Sumber Widya 1995)
cet.4, hlm 307.
9
Deliar Noer “Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1941” (Jakarata: LP3ES, 1982), hlm. 73
(E, 1944)
10
H.M Rasjidi “ Islam Dan Kebatinan “ hlm 13

4
Setelah menimba ilmu dan mendapat gelar kesarjanaan beliau berkiprah

dalam bidang politik, birokrasi dan diplomasi. Yang bermula dengan ketertarikan

beliau menjadi anggota Partai Islam Indonesia (PII), di samping itu ia juga

menjadi anggota Alliance Francaise (Perhimpunan Perancis) di Yogyakarta, serta

ia juga aktif dalam Islam Club Study yang bertujuan mengkaji Islam dalam

konteks perkembangan modern dan tidak kalah pentingnya Rasjidi telah menjadi

wakil partai Masyumi.11

Rasjidi mempunyai jiwa nasionalisme yang sangat tinggi, sehingga setelah

kemerdekaan beliau diangkat sebagai Menteri Negara Kabinet Syahrir I,

kemudian diangkat menjadi Menteri Agama kabinet Syahrir. Rasjidi menjadi

Menteri Agama pertama pada waktu itu. Setelah kabinet Syahrir usai beliau di

tugaskan menjadi perwakilan delegasi Indonesia.12

Rasjidi banyak berperan dalam dunia politik, beliau berperan dalam

bidang diplomasi dan birokrasi. Beliau seringkali menjabat dan menjadi

perwakilan delegasi ke berbagai negara di Timur Tengah, untuk memperjuangkan

kemerdekaan. Ketika beliau sedang menjabat menjadi menteri Luar biasa di

Afganistan di Indonesia terjadi berbagai macam konflik sehingga beliau

memutuskan untuk rehat dari dunia politik.13

Setelah rehat dari dunia politik birokrasi dan diplomasi, beliau menekuni

dunia pendidikan, beliau mendalami bidang filsafat dan keislaman, beliau

11
Syaifullah “ Geraka Politik Muhammadiyah dalam Masyumi ” (Jakarta:Pustaka Utama Grafidi,
1997), hlm 130
12
Azyumadi azra “ Ensiklopedi Ulama Nusantara” (Jakarta, Gelegar Media Indonesia) hlm 585
13
Azyumadi azra “ Ensiklopedi Ulama Nusantara” hlm 586

5
diangkat sebagai guru besar filsafat dan pendidikan keislaman di berbagai

universitas. Selain itu beliau juga menulis beberapa buku.

Rasjidi merupakan seorang yang sensitif terhadap agama, beliau juga

merupakan seorang pengkritik yang tajam apabila ada sesuatu yang menyangkut

dengan agama. Beliau sangat menolak keras pemikiran sekularisasi dari Nurcholis

majid, yaitu menduniawikan hal-hal yang duniawi, dan mengukhrawikan hal-hal

yang bersifat ukhrawi. Beliau berpendapat bahwa sekularisasi yang mengarah

kepada sekularisme itu di larang karena bisa meniadakan kepercayaan terhadap

tuhan, sedangkan sekularisasi yang tidak mengarah kepada sekularisme di

anjurkan seperti ajaran tauhid yaitu pangkal tolak sekularisme secara besar

besaran, sebab yang di imankan sebagai Tuhan hanya Alloh saja.14

Dari situlah muncul konflik-konflik dan kritikan kritikan beliau tentang

segala sesuatu yang menyangkut agama. Selain mengkritik Nurcholis majid beliau

juga mengkritisi pemikiran Harun nasution. Rasjidi mengkritik secara detail

pendapat-pendapat Harun Nasution yang kemudian menjadi sebuah buku khusus

yang beliau tujukan untuk menyelamatkan umat Islam dari hal-hal yang di

anggapnya mulai melenceng dari ajaran-ajaran Islam. Kritikan-kritikan terhadap

pemikiran orang lainnya lah yang menarik penulis untuk meneliti tentang

pemikiiran H.M Rasjidi.

14
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ (Jakarta : Pelita 1986) hlm 132

6
A. Rumusan Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakan diatas, penulis mencoba

merumuskan beberapa masalah yang dianggap bisa menjadi pokok permasalahan

untuk rujukan penelitian. Diantara pertanyaa tersebut adalah :

1. Bagaimana biografi hidup dan karya Rasjidi?

2. Bagaimana pemikiran Rasjidi ?

B. Tujuan Penulisan

Dari rumusan masalah yang telah di rumuskan dalam bentuk pertanyaan

diatas, maka tujuan kegunaan penelitian tersebuat adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui biografi hidup dan karya Rasjidi

2. Mengetahui pemikiran Rasjidi.

C. Kajian Pustaka

Berdasarkan kajian yang sudah ada yang dilakukan oleh penulis, telaah

atas pemikiran Rasjidi yang mencakup seluruh aspek pemikirannya yang secara

luas masih jarang dilakukan. Namun yang membahas pemikiran Rasyidi secara

khusus dan biografi sudah banyak yang menuliskan.

Diantara karya tulis ilmiah yang menjelaskan tentang pemikiran dan

biografi Rasyidi yaitu :

1. Skripsi Muklis Khoirudin jurusan Aqidah dan filsafat fakultas Usuludin

Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta tahun2009, tentang

“pandangan Rasyidi tentang kebatinan”. Skripsi ini membahas tentas

pandangan rasyidi tentang islam dan kebatinan study buku Islam dan

Kebatinan karya H.M Rasyidi.

7
2. Skripsi Imam Fauroni jurusan Sejarah Pedaban Islam Universitas Sunan

Ampel Surabaya tahun 2019, tentang “Sejarah Pemikiran H.M Rasjidi :

Filsafat Agama (1915-2001)”. Skripsi ini membahas tentang pandangan

Rasjidi mengenai filsafat agama.

3. Artickle oleh Rahma Nurdiyanti, Departeman kajian strategis Js UGM

tentang “pertahankan islam dari pengaruh dunia barat”. Artikle ini

membahas tentang sedikir perjalanan pendidikan Rasyidi dan kritikan

Rasyidi terhadap Nurholis Majid.

4. Azyumadi Azra “Ensiklopedia Ulama Nusantara” Jakarta: Gelegar Media

Indonesia, 2009. Buku ini lebih banyak membahas tentang biografi

Rasyidi, tapi tidak membahas sampai akhir hayatnya.

5. Henni Marlinah “Pemikiran islam Rasional dan tradisional (studi

pemikiran Harun Nasution dan H.M Rasyidi)” Pustaka Media 2018.

Dalam buku ini menjelaskan biografi singkat H.M Rasyidi, dan pemikiran

Teologi H.M Rasyidi.

6. Endang Basri Ananda “70 Tahun prof .DR. H.M Rasjidi” harian umum

pelita 1985 buku ini menjelaskan tentang biografi dan tulisan-tulisan yang

dibuat penulis untuk beliau, dalam rangka memperingati 70 tahun H.M

Rasjidi.

Perbedaan kajian yang di tuliskan penulis dengan kajian terdahulu adalah

dalam kajian terdahulu hanya membahas pemikiran Rasyidi secara khusus

sedangkan penulis mengkaji pemikiran Rasyidi secara umun. Adapaun karya tulis

terdahulu penulis jadikan sebagai rujukan dalam penulisan miniriset ini.

8
D. Metode penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode kajian pustaka yang

sering di gunakan dalam penelitian pengkajian biografi tokoh. Kajian pustaka

yaitu kegiatan penelitian dengan cara menghimpun dari berbagai literatur baik itu

perpustakaan ataupun tempat lain.15 Metode sejarah merupakan petunjuk

pelaksanaan dan petunjuk tekhnik tentang pencarian bahan (heristik), Kritik,

Interpretasi (Penafsiran sejarah) dan Historiografi (penulisan sejarah).16

1. Heuristik

Heuristik merupakan upaya mencari dan mengumpulkan sumber-sumber

yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji. Dalam tahapan ini sumber-

sumber sejarah di bedakan menjadi dua bagian yaitu: Sumber Primer dan sumber

Sekunder. Sumber primer adalah sumber yang diperoleh dari pelaku sebagai aktor

sejarah, atau saksi yang secara langsung menyaksikan terjadinya peristiwa sebuah

sejarah. Sementara sumber sekunder merupakan sumber yang keteranganya di

peroleh dari orang-orang yang tidak menyaksikan peristiwa sejarah secara

langsung.17

Dalam tahapan pengumpulan sumber ini penulis pertama-tama melakukan

observasi terhadap sumber, setelah menemukan informasi, penulis memutuskan

untuk melacak sumber lebih dalam lagi dengan melakukan pencarian ke

perpustakaan-perpustakaan terdekat dan di toko buku terdekat.

15
Hadari Nawawi “metode penelitian bidang sosial cetakan ke-5”, (Yogyakarta : UGMPRES,
1991) hlm 30
16
Sulasman, Metodologi Penelitian Sejarah “Teori, Metode, Contoh Aplikasi” (Bandung: CV
Pustaka Setia, 2014). hlm 73 - 147
17
Louis Gottschlack “ Mengerti Sejarah” Terjemaahan Hugroho Notosusanto, (Jakarta: yayasan
penerbit Universitas Indonesia, 1985). Hlm. 32-35

9
Setelah mencari di beberapa perpustakaan akhirnya penulis

mengklasifikasikan sumber menjadi dua bagian yaitu sumber primer dan

sekunder.

a. Sumber primer

Dalam bentuk buku :

1) Buku karangan M Rasyidi Islam di indonesia di jaman Modern (Bulan

Bintang 1966).

2) Buku karangan Rasyidi Islam Dan Kebatinan (BulanBintang,1967).

3) Buku Karangan Rasyidi Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam?

(BulanBintang, 1968)

4) Buku karangan Rasyidi Agama dan Etika (Sinar Hudaya, 1972)

5) Buku karangan rasyidi Koreksi Terhadap Drs Nurcholish Madjid Tentang

Sekularisasi (Bulan Bintang, 1972).

6) Buku karangan M Rasyidi yang berjudul Empat kuliyah Agama Islam

Pada perguruan Tinggi

7) Buku karangan Rasyidi Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution Tentang

Islam Ditinjau dari Berbagai Aspek (Bulan Bintang,1977).

8) Buku karangan M Rasyidi Apa itu Syi’ah? (Harian Umum, 1984)

9) Buku karangan M Rasyidi Hendak di Bawa ke Mana Umat Ini? (Media

Dakwah, 1988).

Dalam bentuk Arsip

a) Arsip pengangkatanRasyidi sebagai menteri luar Biasa untuk Mesir.

10
b) Arsip pengangkatan Rasyidi sebagai menteri luar biasa untuk kerajaan

Arab Saudi.

c) Tulisan Rasjidi dalam majalah Panjimas tentang “ Pembaharuan adalah

Masalah Teknis”.

b. Sumber sekunder

Dalam bentuk buku :

1) Skripsi Muklis Khoirudin tentang “pandangan Rasyidi tentang kebatinan

2) Articke “pertahankan islam dari pengaruh dunia barat”.

3) Buku Budi Syurkoni, “Pemikiran Nurcholish Madjid dan M. Rasjidi

Tentang Sekularisme”

4) Azyumardi Azra “20 tokoh berpengaruh di dunia”, Gema Insani.

5) Buku Endang basri ananda, 70 tahun prof. DR. H.M Rasyidi, Harian

Pelita.

6) Buku Azyumadi Azra, Ensiklopedia Ulama Nusantara

7) Pdf buku Henni Marlinah “pemikiran islam rasional dan tradisional

Indonesia”.

8) Skripsi Imam Fauroni jurusan Sejarah Pedaban Islam Universitas Sunan

Ampel Surabaya tahun 2019, tentang “Sejarah Pemikiran H.M Rasjidi :

Filsafat Agama (1915-2001)”.

11
2. Kritik

Tahapan kritik adalah tahapan atau kegiatan meneliti sumber, informasi,

jejak tersebut dengan cara menguji kebenaran yang sedang dan diteliti secara

kritis.18

Penulis melakukan penelitian terhadap sumber-sumber sejarah, baik isi

(internal) maupun bentuknya (eksternal). Dalam tahapan ini adalah menguji

keabsahan sumber (autensists) yang di lakukan melalui kritik eksteren, dan

keabsahan tentang kesohihan sumber (kredibilitas yang di telusuri melelui kritik

interen).19

a. Kritik ekstern

Kritik ekstern ini pertama penulis melakukan kritik ektern terhadap

sumber buku, kritik ekstern tersebut sebagai berikut :

1. M Rasyidi, islam menentang komunisme, yayasan Islam Study club 1965.

Buku ini penulis jadikan sebagai sumber primer, jika di lihat dari tahun

terbitnya, ejaannya sudah menggunkan ejaan modern.

2. M Rasyidi, Islam dan Kebatinan, BulanBintang,1967. Untuk buku ini asli

karangan Rasyidi, tinta dan kertas yang digunakan adalah tinta dan kertas

jaman dulu, dan bahasanya sudah menggunakan ejaan yang modern.

3. M Rasyidi, Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam?, BulanBintang,

1968. Buku ini adalah buku asli karangan Rasyidi, kertas yang di gunakan

kertas model lama.

18
Kosim “ Metode Sejarah; Asas dan Proses” (Bandung: Fakultas Sastra Universitas Padjajaran,
1984). Hlm. 36
19
Hasan Usman “Metode Penelitian Sejarah” Terjemaah A. Muin Umar et al. (Jakarta: Proyek
Pembinaan Persarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam/IAIN Direktorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama, 1986). Hlm. 80

12
4. M Rasyidi, Empat kuliyah Agama Islam Pada perguruan Tinggi, Bulan

Bintang 1974, buku ini merupakan salah saru buku karya H.M rasyidi,

buku ini sudah menggunakan ejaan modern dan sudah mengalami

perbaikan dengan bahan kertas yang agak baik.

5. Buku Endang basri ananda, 70 tahun prof. DR. H.M Rasyidi, Harian

Pelita. Buku ini menjelaskan tentang perjalanan H.m Rasyidi untuk

mengenag 70 tahun kepergiaannya.

b. Kritik intern

Kritik intern yang pertama ini penulis lakukan dengan mengkritik buku

yang di dapatkan dari pencarian sumber, adapun kritik intern terhadap buku

adalah sebagai berikut:

1. M Rasyidi, islam menentang komunisme, yayasan Islam Study club 1965.

Buku ini menjelaskan tentang pengertian komunisme dari pandangan

Rasyidi. Buku ini merupakan buku hasil karya Rasyidi maka buku ini

pantas untuk di jadikan sumber primer.

2. M Rasyidi, Islam dan Kebatinan, BulanBintang,1967. Dalam buku ini

menjelaskan kehidupan masa kecil Rasyidi yang berada di lingkungan

masyarakat yang masih kental dengan kebatinannya. Buku ini juga di tulis

langsung oleh beliau dan dinyatakan layak untuk di jadikan sumber

primer.

3. M Rasyidi, Empat kuliyah Agama Islam Pada perguruan Tinggi, Bulan

Bintang 1974. Buku ini menjelaskan permasalahan tentang agama,buku ini

di tulis oleh beliau sendiri, maka buku ini layak di jadikan sumber primer.

13
4. M Rasyidi, Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam?

5. Buku Endang basri ananda, 70 tahun prof. DR. H.M Rasyidi, Harian

Pelita. Buku ini penulis tidak jadikan sebagai sumber prime, meskipun

buku ini merupakan tulisan tentang Rasyidi tapi buku ini bukan hasil

tulisan dari Rasyidi, maka penulis menempatkan buku ini sebagai sumber

sekunder.

3. Interpretasi

Interpretasi merupakan suat rangkaian dalam metodologi penelitian

sejarah. Dalam proses interpretasi, penulis harus benar-benar mengetahui faktor-

faktor dari suatu kejadian sejarah. Banyak faktor penentu terjadinya suatu

peristiwa sejarah.20

Penelitian ini mengenai sejarah pemikiran, menurut Kuntowijoyo dalam

bukunya menyebutkan bahwa semua perbuatan manusia pasti di pengaruhi oleh

pemikiran, baik yang timbul dari perseorangan seperti (Sukarno, Natsir, Jhon

locke), isme (nasionalisme, sosialisme, pragmatisme), gerakan intelektual, dan

pemikiran kolektif. 21

Tahap interpretasi atau penafsiran, setelah sumber-sumber yang di dapat di

analisis dan di kritisi, selanjutnya penulis melakukan penafsiran terhadap sumber-

sumber dan fakta-fakta yang telah di temukan mengenai biografi dan pemikiran

H.M. Rasjidi baik sumber primer ataupun sekunder.

Dalam mengkaji sejarah pemikiran ini, ada beberapa masalah yang di

hadapi oleh pengkaji sejarah pemikiran ini, karena sejarah pemikiran ini tidak

20
Sulasman “ Metodologi Penelitian Sejarah “ (Bandung : Pustaka Setia 2014) hlm139
21
Helius Sjamsuddin “ Metodologi Sejarah “ (Yogyakarta : Ombak 2016) hlm 107

14
jauh dari pendekatan, kajian teks, kajian konteks sejarah, dan hubungan antara

teks dan masyarakat. Dalam kajian teks ini penulis mencoba menafsirkan teks

teks yang penulis dapat dari berbagai pihak begitu juga dengan konteks sejarah,

apalagi sudah membicarakan tentang hubungannya dengan masyarakat.

Untuk mengakaji penelitian ini lebih dalam, penulis melakukan

interpretasi menggunakan salah satu metode yang dikemukakan oleh

Kuntowijoyo. Metode tersebut yaitu metode varian pemikiran.

4. Historiografi

Merupakan langkah terakhir dalam penulisan laporan ini. Historiografi

berarti pelukisan sejarah, gambaran sejarah tentang peristiwa yang telah terjadi

pada waktu yang telah lalu yang disebut sejarah.22 Dalam hal ini, penulis

menyajikan hasil temuanya pada tiga tahap yang di lakukan sebelumnya. Pada

langkah terakhir ini dilakukan dengan cara menyusun hasil kajian dalam sustu

tulisan yang jelas dalam bahasa yang sederhana dan menggunakan tata penulisan

EYD yang baik dan benar. Dalam tahapan ini juga penulis tidak lupa terhadap

peran pembeimbing yang senantiasa membimbing dan merevisi hasil tulisan

penulis untuk melahirkan sebuah tulisan sejarah yang baik dan benar.

Pada tahapan ini digunakan jenis penulisanya adalah deskripsi analisis

yaitu jenis penulisan yang menggunakan fakta-fakta guna menjawab pertanyaan

apa, bagaimana, kapan, dimana, siapa dan mengapa. Maka penulis menuliskannya

menjadi sebuah sejarah kisah secara sistematika dan selaras. Adapun sistematika

penulisanya adalah sebagai berikut:

22
Ismaun “Sejarah Sebagai Ilmu” (Bandung: Historia Utama Press, 2005). Hlm 23.

15
BAB I pada tahap ini di dalamnya terdapat pendahuluan yang meliputi latar

belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, dan langkah-langkah penulisan

BAB II, menguraikan mengenai biografi Rasjidi dari sejak ia remaja, saat

menuntut ilmu, saat aktip di politik, aktip di dunia pendidikan sebagai tenaga

pendidik hingga sampai akhir hayatnya.

BAB III, menguraikan tentang perkembangan pemikiran Rasyidi yang

diuraikan dengan jangka waktu, dan polemik pemikiran Rasjidi dengan Nurcholis

majid dan Harun Nasution di tinjau dari karya-karya yang di tulis oleh Rasjidi.

BABIV adalah kesimpulan yang menyimpulkan bahasan yang diambil dari

pokok-pokok bahasan ini

16
BAB II

BIOGRAFI DAN KARYA

2.1. Latar belakang keluarga dan masyarakat

Rasjidi lahir pada tanggal 20 Mei 1915 di Kotagede Yogyakarta. Nama

pemberian dari ayahnya adalah Saridi, beliau terlahir dari pasangan Atmo

Sudigdo dan Siti Sa’adah, sepasang pengusaha yang berpengaruh di masyarakat.

Rasjidi merupakan anak kedua dari lima bersaudara yaitu Sapardi, Sadjiman,

Sakidjan, dan Sajinah. Rasjidi di besarkan dan di didik dalam lingkungan yang

taat beragama, dan sejak beliau kecil ayahnya sudah bertekad untuk mengajarkan

dan menanamkan ajaran-ajaran keislaman, agar kelak menjadi seseorang yang

bisa berpegang teguh memegang ajaran Islam.23

Rasjidi telahir di lingkungan keluarga dan masyarakat yang kental dengan

agama tetapi masih menganut faham Jawa Islam atau biasa disebut Kejawen.

Masyarakat masih melakukan praktek kebatinan, di antaranya masih rutin

mengunjungi makam dengan membawa sesajen semacam bunga, menyan, dan

daging. Masih sering diadakan acara-acara adat di sekitar mesjid untuk

menghormati makam panembahan yang dianggap sakral, dan masih mempercayai

hal-hal mistis. Bentuk rumah masih sesuai dengan tradisi setempat, yaitu bagian

atasnya seperti piramid, tetapi datar di bagian tengah. Di dalam rumah Rasjidi dan

saudara-saudaranya di terapkan peraturan untuk tidur tidak boleh menghadap ke

arah barat dengan kaki ke sebelah timur karena akan mengarah ke makam yang

23
Herry Mohamad “Tokoh Islam yang Berpengaruh Abad 20” hlm 79

17
dianggap keramat. Seperti itulah kepercayaan yang berkembang dalam keluarga

dan lingkungan masyarakat Rasjidi. 24

Masyarakat hidup damai dan tentram dengan keadaan lingkungan yang

memadukan agama dan kepercayaan leluhur, tidak ada tekanan dan tentangan dari

pihak manapun, kecuali setelah terjadinya perpecahan pada Ormas Syarekat Islam

dan pecahan nya memisahkan diri membentuk Ormas kembali dengan nama

Syarekat Rakyat. Setelah terjadinya perpecahan keadaan masyarakat mulai

berubah tidak tentram, dan sering terjadi berbagai macam keributan.25

Setelah terjadinya perpecahan di tubuh Syarekat Islam, mesjid tidak lagi

menjadi tempat beribadah, mesjid seringkali di jadikan tempat perkumpulan

Syarekat Rakyat. di sekitaran mesjid sering terjadi keributan dengan munculnya

gerakan pemuda Muhammadiyah yang ingin merubah cara pandang dan

pemikiran masyarakat di kampung itu. Rasjidi mulai merasa tertarik dengan apa

yang sering di lihatnya, sering menyaksikan berbagai macam keributan yang

disebabkan dengan perbedaan faham, membuat Rasyidi bertekad untuk

mendalami masalah filsafat dan agama.26

Dari latar belakang keluarga yang sudah menanam kan ajaran-ajaran Islam

sejak kecil, karir pendidikannya pun tidak lepas dari kegiatan keislaman. Terlihat

dari pejalanan kehidupannya, beliau lebih tertarik untuk mengenyam pendidikan

di lembaga-lembaga yang memperdalam ilmu agama daripada di lembaga umum

yang mengesampingkan pelajaran keagamaan. Masa kecil Rasjidi sudah tertanam

kuat denga nilai-nilai ke islaman, meskipun orang tuanya sendiri masih belum
24
Rasyidi, ” Islam dan Kebatinan”, 1997, hlm 11
25
Rasyidi, “ Islam dan kebatinan”, 1997, hlm 12
26
Rasyidi, ” Islam dan Kebatinan”, 1997, hal. 13

18
bisa meninggalkan ajaran-ajaran nenek moyang tetapi dasar dasar agama berhasil

beliau dapatkan dari guru yang di datangkan ayahnya.27

Semangat belajar keislaman, keteguhannya terhadap agama Islam dan latar

belakang keluarga dan masyarakat seperti yang telah di jelaskan di atas, maka

tidak heran jika beliau tumbuh menjadi seseorang yang sensitif terhadap nilai-nilai

keislamann hal tersebut nampak sampai beliau menjadi pengkritik yang sangat

tajam terhadap apa yang menurut beliau melenceng terhadap nilai-nilai islam, hal

ini juga mempengaruhi dan merubah pola pikir Rasjidi menjadi seseorang yang

taat terhadap ajaran Islam.

2.2. Latar belakang pendidikan

Rasjidi hidup pada masa kolonial Belanda, dengan latar belakang keluarga

yang secara ekonomi termasuk golongan menengah keatas, membuat beliau

berkesempatan untuk tidak hanya belajar agama tapi juga bisa mengenyam

pendidikan di sekolah. Pada masa itu Ongko Loro merupakan sekolah kolonial

Belanda satu-satunya di kotagede yang menggunakan bahasa daerah sebagai

bahasa pengantarnya, dan kelas tertingginya adalah kelas lima. 28

Seiring berjalannya waktu, pendidikan semakin berkembang dan

perkumpulan Muhammadiyah yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan pada

tanggal 18 November 1912 mulai mendirikan sekolah, yaitu sekolah Rakyat

Muhammadiyah. Perhatian Rasjidi beralih pada sekolah yang baru berdiri

tersebut, beliau merasa di Sekolah Rakyat Muhammadiyah lebih baik dari Ongko

Loro sebab tidak hanya diberi pelajaran umum tapi juga diberi pembelajaran

27
Rasyidi,”Islam dan Kebatinan” 1997, hal. 9
28
Herry Mohamad “tokoh islam yang berpengaruh abad 20” hlm 80

19
agama Maka Rasjidi memutuskan untuk pindah sekolah ke Sekolah Rakyat

Muhammadiyah. Setelah lulus dari Sekolah Rakyat beliau melanjutkan

pendidikannya ke Kweek Scohool Muhammadiyah, Sekolah pendidikan guru di

Ngabean. Karena beliau berasal dari keluarga yang secara ekonomi mampu,

ayahnya tidak pernah melarang dan bahkan menyetujui keinginan Rasjidi untuk

meneruskan tingkatan pendidikannya. Sebagai anak didik Muhammadiyah beliau

aktif dalam berbagai kegiatan yang ada di kweek school, beliau termasuk siswa

yang berprestasi. Pada masa ini Muhammadiyah sedang berada pada masa

kejayaan, dan merupakan salah satu tempat pemusatan pemuda indonesia, karena

lembaga pendidikan yang baru di dirikan tersebut mendapat banyak perhatian dari

anak-anak muda yang ingin belajar agama. muridnya berasal dari berbagai pulau

di Indonesia.29

Pelajaran yang diberikan di Kweek Scohool mengenai ilmu umum, seperti

ilmu bumi, aljabar, sedikit tentang ilmu guru, sejarah, dan lain sebagainya.

Pelajaran agama di berikan lebih Intensip dan guru-gurunya terdiri dari R.H.

Hadjid, H. Siradj Dahlan, R.H. Hanad, dan Ali Qudus yang khusus memberikan

pelajaran Bahasa Arab.30

Meskipun di Kweekschool Rasjidi merasa ilmunya bertambah dan

Muhammadiyah sedang pada masa kejayaan, rupanya Rasjidi tetap merasa tidak

puas dengan sistem hafalan terhadap ilmu agama yang di pelajari, dan merasa

kurang cocok dengan sistem pengajajaran yang di terapkan. Di usianya yang

masih empat belas tahun beliau sudah merasa berontak terhadap sistem yang

29
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 5
30
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 6

20
diperolehnya. Jiwanya menuntut lebih dari apa yang diberikan, beliau berniat

ingin pindah sekolah tetapi jumlah sekolah masih sedikit dan beliau merasa

kebingungan untuk mencari sekolah yang bisa memberikan apa yang beliau

inginkan, lalu kemudian beliau mengalami sakit parah dan kembali ke rumahnya

dan saat itu beliau memutuskan untuk tidak kembali ke Kweekschool.

Rasjidi termasuk orang yang sangat gemar untuk mencari tahu dan rajin

membaca, untuk mengisi kegiatan semasa tidak berada di Kweekschool beliau

mulai tertarik untuk membaca surat kabar langganan ayahnya yang beredar pada

waktu itu, seperti surat kabar Kedjawen, dan Swara oemoem. Melalui surat kabar

Kedjawen dan Swara oemoem itulah Rasyidi mulai mengetahui mengenai

sekolah yang baru didirikan yaitu Al-Irsyad yang bertempat di Lawang. Sekolah

Al-Irsyad didirikan oleh seorang ulama yang berasal dari Sudan yaitu Ahmad

Surkatti.31

Syekh Ahmad Surkatti adalah seorang ulama yang lahir di Sudan pada

taun 1872, beliau pernah mengenyam pendidikan di Masjidil Haram, beliau

datang ke Indonesia karena di kontrak oleh Jami’atul Khairiyah yang dikelola

oleh para Sayyid di Jakarta. Beliau datang ke Indonesia pada tahun 1911. Namun

dalam perkembangannya Ahmad Surkatti mengalami bentrok paham dengan

Sayyid-Sayyid dan beliau memilih utuk memisahkan diri dan mendirikan

organisasi sendiri yang diberi nama Al-Irsyad. Karena di Jakarta beliau sudah

31
Herry Mohamad “tokoh islam yang berpengaruh abad 20” hlm. 20

21
merasa tidak mendapatkan tempat, kemudian beliau pindah ke Lawang dan

mendirikan perguruan di sana.32

Rasjidi lagi-lagi merasa tertarik dengan sekolah yang baru di didirikan

oleh Ahmad Surkatti tersebut, beliau berniat untuk mendaftar dan akhirnya beliau

mengirim surat dan mengutarakan keinginannya untuk melanjutkan sekolahnya di

sekolah Al-Irsyad. Selang beberapa waktu, Rasyidi mendapat surat balasan, sejak

saat itulah beliau memulai pengembaraan intelektualnya, dan dari sini pula pola

pemikiran Rasjidi mulai terbentuk. Beliau berangkat kelawang sekitar tahun

1929.33

Hal menarik dari sekolah Al-Irsyad ini adalah Guru-guru yang mengajar di

sekolah berasal dari luar negeri, seperti dari Mesir, Sudan, Makkah dan

Indonesia. Beliau sangat tertarik dan segera datang ke Lawang setelah dinyatakan

diterima dan mendapatkan izin dari kedua orangtuanya. Saat itu beliau sedang

berusia antara 14-15 tahun.34

Rasjidi merupakan anak yang sangat pintar di akui oleh guru-gurunya,

ketika masuk ke sekolah Al-Irsyad beliau harus mengulang dari kelas satu, tetapi

beliau tidak membutuhkan waktu yang lama untuk naik kelas. Dalam tempo tiga

bulan beliau sudah dapat naik kelas, dalam jangka waktu satu tahun beliau sudah

naik ke kelas empat dan sudah mampu menghafalkan kitab-kitab berat seperti Al-

fiah yang terdiri dari seribu bait sudah di hapal di luar kepala, menghafal

gramatika bahasa Arab, padahal di kelas yang sama teman temannya belum ada

32
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 7
33
Admin “ Prof. DR. H.M Rasyidi Intelektual Cerdas dan Tegas” Inpasonline, 2012
34
Yunus Mahmud “Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia” (Jakarta : Mutiara Sumber Widya,
1995 ) hlm 307

22
yang mampu melakukannya. Karena kemampuannya diatas rata-rata Rasyidi di

percayai oleh gurunya yaitu Ahmad Surkatti untuk menjadi asisten dalam mata

pelajaran gramatika bahasa Arab.35

Rasyidi adalah salah satu murid yang di sukai oleh Ahmad Surkati karena

ketekunan dan kepintarannya dalam belajar, sehingga suatu ketika ada hal yang

menarik yang terjadi di antara mereka, suatu waktu pada saat pelajaran mengaji

berlangsung Ahmad Surkatti memanggil saridi dengan sebutan Rasjidi, lama-

lama beliau merasa nyaman dengan panggilan tersebut dan menjadi sebuah nama

yang melekat pada dirinya sampai saat ini.36

Dalam jangka dua tahun di Al-Irsyad, Rasjidi sudah mendapatkan gelar

diploma dan setelah itu beliau pulang ke Kota Gede. Setelah lulus dari Al-Irsyad,

karena keadaan orang tua yang cukup secara ekonomi, Rasjidi di kirimkan ke

Kairo dengan tujuan Universitas Al-Azhar untuk menimba ilmu. Beliau sempat di

didik di Darul Ulm, dan mendapatkan izazah di mesir yang dinamakan kaffah,

beliau lalu keluar dan berniat untuk menekuni belajar bahasa asing yaitu bahasa

Inggris dan bahasa Prancis, setelah berhasil mempelajari kedua bahasa tersebut

beliau kembali kesekolah lamanya dan ikut mendaftar ujian menuju kelas lima.

Pada masa di Darul Ulm itulah beliau sering mendengar kabar bahwa di

Universitas Al-Azhar pembelajarannya sama seperti pesantren konvensional di

tanah air, Rasjidi mengurungkan niatnya untuk masuk ke Universitas Al-Azhar

35
Herry Mohamad “tokoh islam yang berpengaruh abad 20” hal. 81
“ Prof. DR. H.M Rasyidi Intelektual Cerdas dan Tegas” Inpasonline, 2012
36

23
dan masuk ke Universitas Kairo. Di Kairo Rasjidi belajar di Fakultas Filsafat, ia

seangkatan dengan Mustapha Abd Al-Razik, seorang murid Abduh.37

Rasjidi sudah memiliki jiwa yang kritis sejak dini dan di tunjang dengan

pendidikan yang tidak pernah di batasi dan guru yang mengajar yang cukup

mempengaruhi, membuatnya terus ingin mengikuti tuntutan jiwanya untuk terus

belajar, dan tertarik dengan hal-hal baru. Hal tersebut terbukti dari saat beliau

masuk sekolah rakyat, Pindah ke Asl-Irsyad dan jurusan dan pelajaran yang beliau

ambil di tingkat perguruan tinggi, semuanya adalah hal-hal yang baru. Sampai

akhirnya beliau memutuskan untuk meneruskan pendidikannya di luar negeri.

Rasjidi merasa puas dan beruntung memilih jurusan filsafat untuk beliau

pelajari, karena masih belum banyak peminat dan masih merupakan jurusan yang

masih baru di buka, tenaga pengajarnya pun kebanyakan merupakan orang-orang

asing, karena pengajar yang berasal dari Mesir sendiri masih merasa belum cukup

mampu untuk memberi pelajaran. Sebagian besar pengajarnya berasal dari

Universitas Sarbone Paris, maka dari itu Rasjidi banyak menimba ilmu langsung

dari pakarnya, karena di Universitas itulah banyak berkembang ilmuwan-ilmuwan

filsafat.38

Setelah selesai menimba ilmu di Kairo mesir, Rasjidi kembali ke

Indonesia dan menjalankan beberapa tugas. Beliau juga bergelut dalam bidang

pemerintah, Tetapi perjalanan pendidikan beliau tidak berhenti sampai di sana,

beliau masih berkeinginan untuk mendapatkan gelar Doktor di Unversitas

Sorbonne Paris. Pada saat posisinya dalam pemerintahan tergeser dikarenakan

37
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 15
38
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 17

24
pergantian kabinet, beliau merasa beliau berkesempatan untuk meluruskan

keinginannya. Dengan bantuan dari petugas Rockefeller Foundation beliau bisa

mewujudkan keinginannya untuk mendapat gelar Doktor di Universitas Sorbonne

dengan nilai cum laude dan dalam jangka waktu dua bulan. Setelah itu beliau

meneruskan perjalannannya dalam pemerintahan.39

2.1.Perjalanan Hidup

Tahun 1938 Rasjidi kembali ke Indonesia, bersama seorang temannya

bernama Abdulmajid. Sebelum kembai ke Kotagede beliau singgah di Padang dan

bertemu dengan sahabatnya sewaktu di Kairo yaitu Husein Jahya. Di Padang

beliau di ajak berkeliling oleh sahabatnya sehingga beliau mengetahui

perkembangan pergerakan Islam di Sumatera Barat tersebut. Setelah itu beliau

melanjutkan perjalanan dan kembali singgah di Jakarta untuk menemui Kyai

Muchsin orang yang selama ini selalu mendorongnya untuk meneruskan

pendidikan di Kairo. Setelah beberapa hari di Jakarta beliau kembali melanjutkan

perjalanannya ke Kotagede untuk menemui keluarganya.40

Belum lagi satu bulan berada di Kotagede, Rasjidi sudah diminta untuk

menikahi seorang gadis pilihan keluarganya, yaitu Siti Sa’adah yang sebenarnya

sudah sebelum berangkat ke Kairo di jodohkan dengan beliau. Wanita tersebut

adalah putri dari Haji Mudzakir. perayaannya dilakukan secara besar-besaran,

karena Siti Sa’adah merupakan putri bungsu dari haji Muzakkir yang merupakan

seorang pengusaha ternama. setelah menikah beliau di minta oleh orang tua dan

mertuanya untuk meneruskan usaha keluarga, tapi beliau menolak karena merasa

39
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 55
40
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 20

25
tidak mempunyai bakat dagang. Rasyidi lebih memilih untuk menjadi guru di

madrasah Ma’had Al-Islami di kota gede. Beliau juga ikut berperan mendirikan

pesantren luhur, setingkat Universitas di Solo. Tapi tahun 1941 ketika Jepang

masuk, lembaga pendidikan tersebut berakhir.41

Rasyidi aktip di pergerakan, kemudian ia masuk ke partai politik. Partai

politik pertama yang ia singgahi adalah Partai Islam Indonesia (PII) yang dibentuk

pada kongres PII di Yogyakarta 1940. Di PII Rasyidi terpilih sebagai komite

Nasional. Selain di PII beliau juga aktip di Muhammadiyah, dan ketika Jepang

masuk beliau menjadi salah seorang Fungsionaris Masjumi.42

Rasyidi juga aktip di Islam Studi Club yang diketuai oleh doktor Kasmat,

sebuah lembaga kajian dan diskusi yang fokus pada ilmu pengetahuan sosial dan

agama. selain itu Rasyidi bergabung dalam Aliance Francaise, yang pada saat itu

anggotanya adalah dari kalanagan elit Belanda.

Pasukan Jepang mendarat di Yogyakarta, disambut secara sukacita oleh

masyarakat karena mengagumi kemengangan-kemenangan Jepang dalam perang.

Pada saat itu Rasjidi mendapatkan surat dari Mr. Suwardi menyuruh beliau untuk

ke Jakarta. Beliau dipercayai untuk menjadi kepala Perpustakaan Islam. Rasjidi

langsung memboyong keluarganya ke Jakarta, tugasnya di perpustakaan hanyalah

mencatat buku-buku, selain itu Rasjidi juga ditugaskan untuk menjadi penyiar

radio militer untuk siaran luar negeri dalam bahasa Arab. Akhir 1944 keadaan

Jepang sudah terjepit, Jepang segera menggunakan siasat untuk merebut hati

41
Army Tanjung “H.M Rasyidi (Corak pemikiran Theologi) “Army90.blogspot.com (21 ) Oktober
2013) di akses pada tanggal 23 Mei 2019
42
Syaifullah “Gerakan Politik Muhammadiyah Masyumi“ (Jakarta : Pustaka UtamaGrafidi 1997 )
hlm 130

26
rakyat Indonesia dengan cara sejumlah tokoh bangasa Indonesia diberi kedudukan

dalam pemerintahan. Pada tanggal 15 Agustus 1945 siaran luar negeri menyiarkan

tentang kemerdekaan Indonesia, sontak setelah itu Rasjidi segera menyalin berita

proklamasi kemerdekaan tersebut kedalam bahasa Arab dan segera

menyiarkannya.43

Dalam perjalanan kemerdekaan Republik Indonesia, selain berjasa dalam

bidang pemerintahan dan dalam bidang diplomasi kemerdekaan, Rasjidi juga

sangat berperan dalam politik menjelang kemerdekaan. Beliau menjadi salah satu

orang yang berani mempertaruhkan keselamatannya demi kemerdekaan Republik

Indonesia. Beliau salah satu yang selalu memberikan informasi peperangan

Jepang, beliau menjadi salah satu yang di tugaskan memonitor siaran radio luar

negeri, yang pada saat itu sangat ketat dan apabila di ketahui akan membahayakan

nyawaya. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa beliau adalah seorang pejuang

bawah tanah yang berani mempertaruhkan nyawanya demi kemerdekaan bangsa

Indonesia.

Setelah Indonesia merdeka, Rasjidi menduduki kabinet pemerintahan awal

revolusi, pada saat itu pemerintahan berubah dari kabinet Presiden menjadi

kabiner Parlementer. Sutan Sjahrir menjadi perdana mentri pada saat itu dan

Rasjidi di tunjuk sebagai Menteri Negara. Setelah pemerintahan berjalan, Rasjidi

kemudian ditunjuk menjadi Menteri Agama pada Kabinet Sjahrir II. Kabinet

Sjahrir hanya bertahan selama tujuh bulan, karena banyak nya oposisi Sjahrir

harus mengembalikan mandat kepada kepala negara. Kemudian dibentuk kabinet

43
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 28

27
Sjahrir III, dan Rasjidi tidak di tunjuk lagi sebagai menteri agama, melainkan

menjadi Sekretaris Jenderal Keagamaan.44

Pada saat Belanda masuk lagi ke Indonesia pemerintahan sedang berpusat

di Yogyakarta, pada saat itu tanpa di duga-duga mendarat di Yogyakarta tepatnya

di lapangan Ikada Konsul Jenderal Mesir yang ada di Bombay yaitu Mohammad

Abdul Moumen sebagai perutusan Liga Arab yang berkedudukan di Kairo dan

juga dari negaranya sendiri. Kedatangan Abdul Moumen tersebut bertujuan untuk

menerobos blokade Belanda dan bertukar pikiran dengan sejumlah tokoh di

Indonesia terutama di utus oleh Liga Arab dan pemerintahan Mesir untuk mencari

kemungkinan-kemungkinan bagaimana Liga Arab dapat membantu perjuangan

pemerintahan Republik Indonesia. Atas kedatangan perwakilan dari Liga Arab

tersebut, pemerintah pada saat itu juga memutuskan untuk mengirimkan

diplomatik ke negeri-negeri Timur Tengah yang di pimpin oleh Agus salim dan

Rasyidi ditunjuk menjadi sekretaris sekaligus bendahara pada misi tersebut.45

Kiprah Rasyidi dalam dunia politik adalah, beliau berperan dalam bidang

diplomasi dan birokrasi, beliau menjabat sebagai sekretaris delegasi Indonesia ke

Timur Tengah yang di pimpin oleh Sultan Syahrir dan Haji agus Salim. Sebagai

hasil utama kunjungan diplomatik ke negara-negara Timur Tengah ini adalah

pengakuan secara de facto dari negara-negara kawasan tersebut terhadap

Indonesia yang baru berdiri.46

44
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 35
45
Fuad Nasar “100 Tahun Prof.Dr.H.M.Rasjidi, Menteri Agama Pertama” https : // bimasislam.
.go.id, 2015, diakses tanggal 04 Maret 2019
46
Azyumadi Azra, “Ensiklopedia Ulama Nusantara, riwayat hidup, karya dan sejarahperjuangan
157 ulama Nusantara” (Jakarta : Gelegar Media Indonesia 2009) hlm 586

28
Rasjidi berhasil membuka pintu kerajaan Arab Saudi, beliau berhasil

meyakinkan raja dan pangeran di Arab saudi untuk mengakui Indonesia sebagai

sebuah negara yang baru berdiri. Respon Raja dan pangeran di Arab sangat baik

dan sangat mendukung Republik Indonesia. Setelah dari Arab Saudi, beliau

melanjutkan perjalanannya ke Mesir. Perjalananya untuk harus terus di luar negeri

menghabiskan waktu selama satu Tahun sampai akhirnya atas bantuan Agus

Salim Rasjidi tinggal di Mesir untuk beberapa waktu bersama keluarganya.

Sambutan pemerintah Mesir sangat baik dan sangat simpati terhadap

kemerdekaan Republik Indonesia. Pada saat beliau di Mesir di Indonesia terjadi

agresi militer, dan Belanda berhasil menduduki ibu kota Indonesia, dan

diadakanlah Konperensi Meja Bundar (KMB) yang diadakan di Deen Haag, pada

tanggal 23 Agustus 1949.47

Pada tahun 1949 Rasyidi di angkat menjadi Duta Besar untuk Mesir dan

Arab Saudi. Ketika Rasjidi menjadi Duta Besar di Arab Saudi, Indonesia

mengirimkan utusan untuk menjalankan misi haji ke-2, yang bertugas antara lain :

a. mewakili umat Islam menghadiri ibadah haji.

b. menyampaikan terimakasih dari pemerintahan Republik Indonesia kepada

kerajaan Arab Saudi atas bantuannya kepada rakyat Indonesia yang

bermukim di Hijaj.

c. memberi penerangan supaya menarik perhatian kerajaan Arab dan Dunia

islam kepada Republik Indonesia

47
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 48

29
d. mempererat hubungan dan saling membantudengan nyata antar negara

Islam.

e. mengadakan penyelidikan apa saja yang bisa menguntungkan bagi

Republik Indonesia.48

Dalam misi haji tersebut Rasjidi sangat berperan membantu mensukseskan

tugas misi haji ke-2, terlebih pada saat itu Hindia Belanda juga mengirimkan misi

haji guna menggagalkan misi Haji Republik Indonesia. Berkat bantuan Rasjidi,

misi haji Hindia Belanda berhasil di gagalkan. Rasjidi berhasil membujuk dan

memohon kepada raja Arab untuk tidak menerima misi haji Hindia Belanda

tersebut. Selain itu, Rasjidi juga membantu dalam mempertemukan perwakilan

misi haji Indonesia tersebut dengan para pemimpin dunia Islam dari berbagai

negara.

Tahun 1953 beliau di pindahkan ke taheran, di Taheran selama 13 bulan

dan di pindahkan lagi ke Jakarta. Pada tahun 1954 Rasyidi berangkat ke paris

untuk melanjutkan studinya, di Paris beliau belajar di Universitas Sorbonne.

Setelah pulang dari paris beliau dipercayai kembali menjadi Duta Besar di

Pakistan. Belum genap dua tahun menjabat menjadi Duta besar, keadaan

Indonesia semakin kacau, kabinet selalu goyah, daerah-daerah mulai bergolak,

terjadinya kekisruhan dikalangan tentara dan korupsi merajalela. Berdirilah PRRI

yang bertempat di Bukit Tinggi, memisahkan diri dari pemerintahan pusat di

Jakarta.49

48
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 127
49
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 59

30
Rasyidi merasa risau ketika mendengar kabar Ri yang terpecah belah

dengan berbagai pemberontakan, Mantan pemimpin Masyumi M Natsir dan

Safrudin Prawira Negara yang tak lain adalah sahabat dekatnya ikut masuk

kehutan dan ikut serta dalam pemberontakan. Di sisi lain para pemberontak adalah

sahabatnya, di sisi lain beliau adalah wakil Pemerintah sebagai Duta Besar.

Rasjidi juga sering di datangi oleh anggota PRRI untuk bersedia bergabung, selain

itu pula Rasjidi di datangi oleh pendukung setia Bung Karno untuk tetap setia

terhadap pemerintahan.50

Di tengah-tengah suasana genting dan membingungkan dirinya tersebut,

datang sebuah surat kawat yang berasal dari Kanada, yang berisi bahwa McGill

University di Montreal memerlukan seorang Associate professor dalam Ilmu

Agama Islam dan Sejarah Islam. Mengingat posisi yang serba sulit, akhirnya

beliau menerima tawaran tersebut dengan mengambil cuti diluar tanggung jawab.

Pada tahun 1958 akhirnya beliau berangkat ke Kanada untuk mengajar di MsGill

University di Monteral Kanada. Di Universitas MsGill ini Rasjidi memberikan

pembelajaran Hukum Islam dan Sejarah, di situ pula beliau dapat mempunyai

kesempatan untuk mendalami pengetahuan tentang Islam. selain itu, beliau juga

mengikuti kuliah Teologi , dan dapat mengikuti teologi-teologi Kristen sehingga

Rasjidi dapat mengetahui cara berfikir mereka. Beliau berada di Kanada selama 5

tahun.

Pada tahun 1963 kontraknya di MsGill berakhir, dan beliau harus

meninggalkan Kanada. Beliau sempat mendapat tawaran setelah itu untuk menjadi

50
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 60

31
seorang penerjemah di Kuala Lumpur, beliau sudah bersiap dan tinggal berangkat

bersama keluargana, tetapi takdir berkata lain ternyata beliau mendapat tawaran

juga dari Islamic Center yang direkturnya adalah orang-orang Mesir dan

bertempat di Washington D.C. beliau diberi tugas untuk memelihara mesjid dan

perpustakaan serta sebuah lembaga pendidikan. Rasjidi segera menerima tawaran

tersebut dan langsung terbang ke Washington D.C, tetapi setelah di sana karena

direkturnya adalah orang Mesir dan banyak yang tidak suka terhadap Rasjidi

maka beliau di perlakukan kurang baik. Dari kejadian tersebut beliau memutuskan

untuk kembali ke Indonesia.51

Rasjidi pulang ke Indonesia dengan maksud untuk memulai babak baru,

keadaan Indonesia semakin memanas dengan pendominasian PKI terhadap

presiden Sukarno. Di Indonesia Rasjidi tidak di angkat kembali menjadi mentri,

beliau tidak di terima karena pemerintah pada saat itu tidak simpati lagi kepada

beliau, terlebih beliau penentang komunis yang paling gigih. Beliau lama tidak

mempunyai pekerjaan, akhirnya memaksakan diri untuk mengadakan perjalanan

ke Arab Saudi. Ketika pecah pemberontakan G30/PKI Rasjidi sedang berada di

Arab Saudi kemudian beliau dipertemukan kembali dengan Raja Faisal, raja Arab

Saudi pada waktu itu, dalam pertemuannya Raja Faisal menawarkan pekerjaan

kepada Rasjidi yaitu sebagai seorang pendakwah di Rabithah Alam Islami. Rasjidi

kemudian aktip di lembaga tersebut.

Bulan September tahun 1966, Rasjidi di datangi oleh Dekan Fakultas

Hukum Universitas Indonesia. Beliau diminta untuk menjadi guru besar, dan pada

51
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 67

32
tanggal 20 April 1968 Rasjidi di kukuhkan menjadi guru besar Hukum di

Universitas Indonesia, dengan judul pidato pengukuhannya islam Indonesia di

zaman Modern. Selama kiprahnya di bidang Intelektual beliau tidak penah absen

untuk membela islam, baik terhadap aktifitas kristen, tokoh-tokoh aliran

kepercayaan, maupun tokoh-tokoh islam sendiri. 52

Selain aktip di Rabithah Alam Islami, Rasjidi juga aktip mengajar di

IAIN. Beliau juga mendapatkan tawaran untuk mengajar di Universitas luar

negeri tetapi tawaran tersebut ditolak karena masalah kesehatan. Di IAIN beliau

mengajar Ilmu Filsafat bagian pasca sarjana. Meskipun beliau tidak menerima

tawaran untuk mengajar lagi di luar negeri, beliau masih sering melawat ke luar

negri untuk kepentingan Rabithah, beliau juga masih berkesempatan menghadiri

Konferensi Internasional Islam Kristen di Cordova Spanyol, yang memberinya

sebuah pembelajaran besar yaitu gambaran tentang masa gemilang umat islam.53

Perjalanan hidup Rasjidi yang berliku-liku, naik turun dan mengalami

beberapa kali kemuduran, tetapi kecintaan beliau terhadap agama islam masih

tetap tertanam. Kesabaran beliau dan kegigihan juga kepandaian beliau dalam

menghadapi semua masalah yang dihadapi patut kita tiru, karena kesabaran pasti

akan berbuah manis. Rasjidi dari mulai tidak menjabat apa-apa dalam Rabithah

Alam Islami, kemudian beliau diangkat menjadi direktur. Beliau juga selalu

mempunyai kesempatan untuk menulis buku.

Rasyidi wafat pada tanggal 30 Januari 2001, beliau menghebuskan nafas

terakhir di rumah sakit Al-islam. dengan karir, prestasi dan perjalanan hidup yang

52
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 71
53
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 79

33
telah di paparkan, maka tidak salah untuk menjadikan Rasyidi sebagai seorang

teladan.54

2.3.Karya

Rasjidi selain menjadi Direktur Rabithah beliau juga selalu mempunyai

kesempatan untuk menulis buku. Beliau yang merupakan seorang intelektual

muslim tentunya banyak menghasilkan karya tulisan. gagasan-gagasan yang

beliau tuangkan merupakan hal yang beliau dapat saat menimba ilmu di Timur

Tengah dan di Barat, beliau memiliki banyak kritikan yang beliau tuangkan dalam

karya karya tulisnya. Beliau banyak mengkritik tentang keislaman dan keagamaan

karena beliau sangat sensitif dengan dua hal tersebut. Beliau juga menuliskan

tentang teologi dan kebatinan.

Buku-buku yang sudah di tulisnya, baik asli maupun terjemaha

diantaranya :

1. islam menentang komunisme (yayasan Islam Study club 1965)

2. Islam di indonesia di jaman Modern (Bulan Bintang 1966)

3. Islam dan Kebatinan (BulanBintang,1967).

4. Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam?(BulanBintang, 1968).

5. Keutamaan Hukum Islam (1971)

6. Agama dan Etika (Sinar Hudaya, 1972).

7. Koreksi Terhadap Drs Nurcholish Madjid Tentang Sekularisasi (Bulan

Bintang, 1972).

54
Fuad Nasar “100 Tahun Prof.Dr.H.M.Rasjidi, Menteri Agama Pertama “ (11 Juli 2015) diakses
tanggal 22 Mei 20191

34
8. Empat Kuliah Agama Islam Pada Perguruan Tinggi (Bulan Bintang,

1974).

9. Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution Tentang Islam Ditinjau dari

Berbagai Aspek (Bulan Bintang,1977).

10. Apa itu Syi’ah? (Harian Umum, 1984),

11. Hendak di Bawa keMana Umat Ini?(Media Dakwah, 1988).

12. Islam menentang Komunisme.

13. Islam dan Sosialisme.55

Sebagai intelektual Muslim yang mengabdikan dirinya pada pendidikan,

politik, agama dan yang lainnya, dari sekian banyak karya tulis yang beliau

hasilkan, penulis akan mencoba untuk mengkatagorisasikan karya tersebut.

1. Karya Rasyidi dalam Keagamaan

a. Islam menentang komunisme (yayasan Islam Study club 1965)

buku Islam dan Komunisme ini disusun dari ceramah Rasyidi pada

rapat yang dihadiri oleh para ulama, karena isinya dirasa penting maka

diterbitkan menjadi buku setebal 42 halaman oleh Yayasan Studi Club

Jakarta. Buku ini berisi penjelasan mengenai paham komunisme oleh

Rasyidi. Rasyidi menulis bahwa komunisme adalah pandangan hidup yang

didasarkan atas doktrin falsafah, ekonomi, dan sosial serta menganggap

dirinya dapat menafsirkan dengan tafsiran yang masuk akal.

b. Islam di indonesia di jaman Modern (Bulan Bintang 1966)

55
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 82

35
Buku ini bersumber dari pidato Rasyidi saat di kukuhkan menjadi guru

besar. Pidato pengukuhannya berjudul islam di Indonesia di zaman

modern. Dalam buku tersebut Rasyidi banyak mengkritik Snouck

Hungronje, sekaligus mengutip pendapat Snouck yang menyatakan bahwa

seorang muslim Indonesia jika mendapatkan pendidikan secara khusus,

maka mereka tidak akan kalah dengan bangsa-bangsa lain.

c. Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam?(BulanBintang, 1968).

Buku ini di terbitkan pertama kali tahun 1968 oleh penerbit Bulan

Bintang, dalam buku ini Rasyidi mengakui bahwa dunia modern

merupakan dunia yang multireligius. Tetapi Rasyidi bersama orang-orang

yang sevisi dengannya menentang kristenisasi yang marak melanda umat

islam khususnya. Di akhir tulisannya Rasyidi mengingatkan kepada

seluruh pemeluk Kristen, bahwa jika punya keinginan untuk membantu

umat islam yang sedang menderita kemiskinan, kebodohan dan kesakitan

silahkan membantu, tapi biarkan mereka berada dalam keyakinan islam.

d. Keutamaan Hukum Islam (1971)

Dalam buku tersebut Rasyidi menggambarkan bahwa manusia sangat

membutuhkan hukum untuk memciptakan suatu tatanan masyarakat, baik

itu hukum islam ataupun hukum pada umumnya. Beliau menggambarkan

posisi hukum dalam sejarah hingga pelaksanaanya.

e. Agama dan Etika (Sinar Hudaya, 1972).

Buku ini berasal dari makalah Rasyidi pada konferensi perhimpunan

filsafat Indonesia yan di selenggarakan tahun 1972 di Jakarta. Dalam buku

36
ini Rasyidi menuturkan jika kita mempelajari agama islam secara ilmiah,

maka apa yang dikemukakan oleh islam menganai etika adalah masuk

akal, sesuai watak manusia dan dapat dijadikan dasar umum. Dan dalam

buku ini beliau berkomentar bahwa tekhnologi bukan satu-satunya yang

diperlukan negara yang sedang berkembang. Dengan tidak berpegang pada

etika yang bersumber dari dzat yang transenden, tekhnologi akan

membawa manusia pada kehancuran. Ia menegaskan, bahwa etika menurut

ajaran islam adalah etika yang tepat bagi bangsa Indonesia dalam

pembangunan seperti sekarang dan sesudahnya, serta dalam kehidupan

nasional maupun internasional.

f. Koreksi Terhadap Drs Nurcholish Madjid Tentang Sekularisasi (Bulan

Bintang, 1972).

Buku ini pertama di terbitkan tahun 1972 dan pada tahun 1977 di cetak

ulang oleh penerbit Bulan Bintang. Pada dasarnya buku ini membahas

tentang tanggapan terhadap pemikiran Nurcholis Majid terutama

gagasannya tentang sekularisasi. Sekularisasi menurut Rasyidi tetap

bertentangan dengan ajaran islam, Rasyidi menolak secara keras pendapat

Nurcholis Majid bahwa sekularisasi disatu konteks dapat bernilai lain jika

di kenakan pada konteks lain.

g. Apa itu Syi’ah? (Harian Umum, 1984),

Buku ini di terbitkan oleh media Dakwah tahun 1984. Buku ini di tulis

Rasyidi dengan tujuan memberikan pengertian tentang Syi’ah dan

37
menjelaskan perbedaannya dengan Ahlusunnah. Menurut Rasyidi pada

prakteknya, fiqih Syi’ah dan Ahlusunnah mengandung perbedaan :

1. Yang disebut Ushul dan Furu’ oleh Ahlussunah beda dengan yang

dimengerti oleh Syi’ah. Itu terjadi karena aqidah dan ajaran-ajaran

Syi’ah berbeda dengan ahlussunah.

2. Karena ahli fiqih Syi’ah tidak boleh meriwayatkan hadits kecuali

hanya imam syiah atau alim syiah, atau Rawi syiah. Maka

mendasarkan hukum-hukum Syara’ han hadits-hadits menurut riwayat

syiah. Hal ini tentu saja mengakibatkan kesempitan legitimasi dan

keharusan menyalahi hukum ahlussunah.

3. Ahli fiqih syiah tidak menerima ijma’ sebagai dasar legislasi, karena

hal tersebut berarti menerima pendapat orang-orang yang bukan syiah.

Ahli Fiqih syiah juga menentang qiyas, karena qiyas adalah pendapat.

h. Hendak di Bawa keMana Umat Ini?(Media Dakwah, 1988).

Buku ini berisi tentang wawancara dan jawaban Rasyidi terhadap

pertanyaan-pertanyaan yang di lontarkan wartawan panjimas. Yang isinya

membahas tentang gerakan-gerakan pembaharu seperti Nurcholis Majid

dan Abdurrahmad wahid tentang sekularisasi.

2. Karya Rasyidi tentang Theologi dan Filsafat

a. Islam dan Kebatinan (BulanBintang,1967).

Buku islam dan kebatinan ini di tulis dari ceramah Rasyidi yang

berjudul “Mencari pegangan hidup untuk individu dan masyarakat”

dalam ceramahnya tersebut mengupas tiga kitab yaitu Darmo Gandul,

38
Gatoloco, dan Serat Hidayat Jati. Salah satu kitab yang di ulas ternyata

memutar balikan ajaran islam. dalam buku tersebut beliau menceritakan

lingkungan hidup beliau semasa kecil, beliau bercerita bahwa di

perkampungan tempatnya tinggal ada sebuah mesjid dan maqam disana

juga ada sebuah pemandian yang dihuni oleh seekor kura-kura yang

dianggap keramat, ada perempuan di maqam itu yang bertugas untuk

memberikan sesaji dan menyampaikan permohonan kepada arwah agar di

kabulkan. Lingkungan seperti itu menjadikan Rasyidi seorang yang

sensitif dalam masalah agama dan keyakinan. Buku ini juga berisi tentang

pandangan Rasyidi tentang kebatinan Jawa yang dianggap masih

terpengaruh oleh animisme dan dinamisme.

b. Empat Kuliah Agama Islam Pada Perguruan Tinggi (Bulan Bintang,

1974).

Buku ini di terbitkan pertama kali tahun 1974 oleh penerbit Bulan

Bintang dan dicetak ulang yang ketiga pada tahun 1983. Dalam buku ini

Rasyidi menjelaskan filsafat Agust Comte yang membagi cara berfikir

manusia kedalam tiga tingkatan yaitu Teologi sebagai tingkat terendah

kemudian metafisik dan terakhir tingkatan positif. Kemudian beliau juga

menjelaskan tentang pengelompokan agama-agama di dunia, beliau

membagi agama ke dalam dua kelompok, yaitu agama alamiah : agama-

agama yang timbul diantara manusia-manusia itu sendiri dan lingkungan

dimana mereka hidup. Sedangkan agama-agama yang di wahyukan atau

agama samawi yakni agama-agama yang di turunkan Alloh agar menjadi

39
petunjuk bagi manusia. Secara konkrit agama samawi ada tiga, yaitu

agama Yahudi, agama nasrani dan agam aislam. Adapun agama-agama

selain yang tiga tersebut masuk kedalam kelompok agama alamiyah.

Dalam buku ini beliau juga menjelaskan sikap yang harus dihadapi umat

islam terhadap agama-agama lain, dalam hal ini beliau berpegangan pada

surat Al-ankabut ayat 46.

c. Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution Tentang Islam Ditinjau dari

Berbagai Aspek (Bulan Bintang,1977).

Dalam buku ini beliau menjelaskan bahwa imperialisme Belanda

adalah inspirator utama terpecah belahnya umat Islam di Indonesia dan

ranah pemikiran dan budaya. Kaum penjajah lah yang membawa agama

Kristen dan menyebarkannya ke tengah umat. Mereka juga menyebarkan

benih sekularisme dibidang hukum dan dan pendidikan dan mengawalnya

sepanjang hampir empat abad masa penjajahan. Mereka sangat sadar

bahwa kedua bidang ini yaitu hukum dan pendidikan berperan dominan

dalam menentukan masadepan umat.

Dalam buku ini juga beliau menuangkan kritikannya tentang pemikiran

Harun Nasution yang berpendapat bahwa Teologi As’ariyah harus di ganti

dengan Teologi Mu’tazilah yang cenderung lebih rasional dan modern.

Rasjidi juga menuangkan kritikannya yang sangat tajam terhadap semua

bab yang ada dalam buku Harun Nasution tersebut.

40
Selain karya-karya yang telah di tuliskan di atas, disamping menguasai

bahasa Arab Rasyidi juga mendapat sertifikat bahasa Inggris dan juga menguasai

bahasa Prancis, dari keahlian menguasai beberapa bahasa tersebut, beliau

menghasilkan beberapa karya terjemahan hasil karya pemikiran Barat kedalam

bahasa Indonesia yang dapat memperbaiki image orang Islam di mata pemikir-

pemikir Barat. Diantara karya terjemahannya adalah :

a. Philosophy of Religion (Filsafat Agama) karya 28 David Trueblood

(BulanBintang, 1965).

b. la Bible, le Coran et la Science (Bibel, Qur’an dan Sain Modern) karya

Maurice Bucaille(Bulan Bintang, 1978).

c. Promesses de l’Islam (Janji-janji Islam)karya Roger Garaudy(Bulan

Bintang, 1982).

d. Living Issues In Philosophy(Pesoalan-persoalan Filsafat) karya Harold H.

Titus, Marilyn S. Smith dan Richard T. Nolan(Bulan Bintang, 1984).

e. l’Humanisme de l’Islam (Humanisme dalam Islam) karya MarcelA.

Boisard, (Bulan Bintang, 1990).56

56
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 80

41
BAB III

PEMIKIRAN

3.1.Terbentuknya Pemikiran Rasjidi

Semua hal dan semua perbuatan manusia dipengaruhi oleh sebuah

pemikiran. Misalnya, gerakan koperasi di Indonesia dipengaruhi oleh Muhammad

Hatta, gerakan pendidikan Taman Siswa dipengaruhi oleh pemikiran Ki Hajar

Dewantara. Manusia tidak akan pernah lepas dari dunia pemikiran, bahkan dalam

kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari ide yang merupakan buah dari

pemikiran, seorang yang saleh tidak lepas dari teologi agamanya, orang yang

sekuler tidak lepas dari pemikiran sekularisme nya. 57

Kepribadian dan pemikiran seseorang tidak lepas dari hal-hal yang

mempengaruhi, seperti faktor keluarga, lembaga pendidikan maupun lingkungan

sosial. Hal tersebut membuktikan bahwa sangat berpengaruhnya seseorang

terhadap pikiran umat manusia, terlebih pengaruh tersebut sudah di yakini dan

dijadikan sebagai dasar pemikiran serta rujukan yang di gunakan sebagai dasar

suatu pemikiran. Demikian juga halnya dengan Rasjidi sebagai seorang intelektual

muslim yang telah menyelamatkan kemurnian ajaran-ajaran Islam dari hal-hal

yang dianggap datang dari luar Islam.58

Dalam bukunya Islam dan Kebatinan , Rasjidi mengungkapkan kenangan

kecilnya hidup di tengah mansyarakat abangan dimana lingkungan tersebut

57
Kuntowijoyo “ Metodologi Sejarah “ (PT Tiara Wacana : Yogyakarta, 2005) hlm 189
58
Romdoni Muslim “ 72 Tokoh Muslim Indonesia (Pola Pikir Gagasan Kiprah dah
Falsafah)”,(Jakarta : Restu Ilahi 2005) hlm 103

42
masyarakatnya merupakan pemeluk agama Islam yang taat tetapi juga selalu

melakukan permohonan kepada arwah ataupun panembahan supaya di kabulkan.59

Lingkungan tempat kelahiran yang seperti telah di jelaskan, menjadi sebab

Rasjidi mempunyai pola pikir sensitif dan sangat peka terhadap masalah

keagamaan, beliau selalu melakukan pembelaan dan mengkritik hal-hal yang

dianggap merusak kemurnian Islam. dengan demikian beliau merasa telah

melakukan hal-hal yang wajar dan perlu meluruskan kesucian agamanya yang

merupakan suatu yang wajib di lakukan oleh setiap muslim.

Selain dari faktor keluarga dan lingkungan ada juga pengaruh dari

seseorang yang di teladani. Salah satunya adalah Ahmad Surkatti yang merupakan

seorang guru yang secara tidak langsung mempengaruhi pemikiran Rasjidi sejak

beliau mengenyam pendidikan di Al-Irsyad.

Pemikiran Rasjidi semakin terlihat setelah beliau menimba ilmu di Timur

Tengah dan di Barat, pengetahuannya semakin luas terutama tentang Teologi,

Filsafat dan Keagamaan. Dalam pengembaraan Intelektual di negara-negara Barat,

Rasjidi berkesempatan untuk mempelajari dan menganalisa cara berfikir orang

Barat. Maka lahirlah beliau sebagai pengkritik yang tajam dengan hal yang

bersinggungan dengan keagamaan.60

Pemikiran Rasjidi juga di pengaruhi dan di latar belakangi dengan

keterlibatan beliau sebagai seorang penerjemah, beliau mengekpresikan

pandangannya lewat pemikiran-pemikiran Barat. Tetapi beliau tidak lupa

59
Romdoni Muslim “72 Tokoh muslim Indonesia, Pola Pikir ........ hlm 103
60
Endang Basri Ananda “ 70 Tahun Prof. DR. H.M Rasjidi “ hlm 138

43
membuat catatan kaki dan sifatnya mengoreksi pandangan-pandangan atau

interpretasi yang dianggapnya keliru.61

3.2. Pemikiran Rasjidi tentang Keagamaan

Agama merupakan suatu ciri kehidupan manusia yang universal, dalam

artian bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara berfikir dan pola perilaku

yang memenuhi syarat untuk di sebut “Agama”. ada berbagai macam definisi

agama, din (bahasa Arab), religion (bahasa Inggris) dan religie (bahasa Belanda).

Ada juga yang berpendapat bahwa agama berasal dari bahasa Sansekerta a berarti

tidak, gama berarti kacau jadi agama berarti tidak kacau. 62

Ada juga yang memberi pengertian bahwa agama adalah produk rasa

takut. Rasa takut manusia dari alam, dari gelegar suara guruh yang menggetarkan,

dari suara lautan, dan debur ombak yang menggulung serta gejala-gejala alamiah

lainnya. Pendapat lain agama adalah produk kebodohan. Sebagian orang

berpendapat bahwa paktor yang mewujudkan agama adalah kebodohan manusia,

sebab manusia sesuai dengan wataknya, selalu cenderung untuk mengetahui

sebab-sebab dan hukum-hukum yang berlaku atas alam.63

Rasjidi dalam bukunya membagi agama kedalam dua bagian, yaitu agama

Alamiyah, yang merupakan kebudayaan, yakni yang timbul tumbuh dan

berkembang dalam suatu masyarakat, dan agama Samawi, yaitu agama yang dapat

di selidiki secara ilmiyah dari semenjak Nabi Ibrahim 4000 tahun yang lalu,

sampai yang terakhir yaitu agama Islam yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW

61
M Darmawan “ Intelektual, Intelegasidan Perilaku Politik bangsa “ (Bandung : Mizan, 1996) ,
cet. Ke-3 hlm 56
62
Endang Sarifudin Anshari “ Ilmu Filsafat dan Agama “ (Surabaya : Bina Ilmu 1987) hlm 122
63
Murtadha Mutaharri “ Perspektif Al-qur’an tentang Manusia dan Agama “ (Bandung : Mizan)
hlm 45

44
semenjak 14 abad yang lalu. Agama yang di bawa nabi Muhammad adalah agama

yang terakhir yang mengoreksi agama-agama sebelumnya.64

Rasjidi di kenal sebagai tokoh Islam yang kritis dan sangat sensitip

terhadap masalah keagamaan dan keislaman. Perjalanan intelektual beliau dari

Timur Tengah kemudian melanjutkan ke Eropa membuat beliau kental dengan

agama nya. Dengan berbekal ilmu dan agama yang kuat membuat beliau tidak

mudah terpengaruh oleh pemikiran-pemikiran Barat yang dapat merusak

keislaman. Rasjidi merupakan anggota dari Rabithah, beliau merupakan guru

besar filsafat, beliau pernah menjabat menjadi Menteri Agama, yang melakukan

orientasi penting politik keagaamaan pada masa Kabinet Syahrir II.

Rasjidi merupakan tokoh yang ikut serta dalam pertemuan antar agama

pada tahun 1967, dimana keadaan hubungan antar agama tidak begitu baik,

terlebih hubungan antara Islam dan Kristen yang sedang di landa konflik kesalah

pahaman, dalam pandangan orang-orang Kristen sebuah gereja di rusakakan oleh

orang-orang islam. Pertemuan tersebut di tujukan untuk mencari jalan keluar demi

tercapainya kerukunan agama. dalam pertemuan tersebut muncul gagasan dari

menteri agama, pokok pikiran yang di gagas adalah propaganda agama tidak

seharusnya di laksanakan, dengan tujuan meningkatkan jumlah pengikut masing-

masing agama, tetapi dikerjakan untuk memperdalam pemahaman tentang agama

masih-masing. Penyebaran agama dan mencari pengiku-pengikut baru tidak di

lakukan di wilayah yang sudah mempunyai suatu mayoritas agama. Rasjidi dan

64
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam di tinjau dari berbagai aspeknya
“ (Jakarta : Bulan Bintang 1977 ) hlm 16

45
perwakilan dari golongan Hindu Bali setuju tetapi golongan Kristen masih tetap

tidak setuju.65

Rasjidi merupakan pengungkap gamblang mengenai hubungan antar

agama. Rasjidi tidak hanya satu kali saja mengikuti pertemuan yang

mempersoalkan hubungan antar agama di Indonesia. Pada pertemuan agama di

Jakarta beliau merasa suara beliau belum gamblang, kemudian kesempatan

selanjutnya beliau mengikuti seminar di Tokyo tahun 1968. Seminar tersebut

berjudul “ tuntutan-tuntutan etis dan sosial dari agama-agama di dunia bagi suatu

masyarakat modern. Rasjidi mengambil topik situasi keagamaan Indonesia

dewasa ini.66

Dalam pidato nya Rasjidi mengemukakan masalah keadaan zaman saat ini

yang sudah menciut karena kemajuan teknologi yang di capai oleh ilmu

pengetahuan. Kita hidup dalam suatu dunia yang terdiri dari berbagai

kepercayaan, agama dan ideologi. Dalam dunia yang begitu kecil ini, kita harus

menemukan jalan kerja sama baru di kalangan umat manusia. Salah satu masalah

yang menjadi sumber utama adalah agama. beliau menegaskan kembali bahwa

setiap orang yang mengetahui fakta-fakta dari hubungan antar agama akan

mengetahui bahwa hubungan tersebut telah berubah secara radikal dalam

perkembangan sejarah, dan perubahan-perubahan tersebut telah menonjol dalam

sikap yang sedang berlangsung saat ini.

Dalam pemaparannya Rasjidi mengutip kode etik bagi mereka yang

berbagi dengan kepercayaa-kepercayaan lain, yang di kemukakan oleh Daniel. J.

65
Endang Basri Ananda “70 Prof. Dr.H.M Rasjidi “ hlm 156
66
Endang Basri Ananda “70 Prof. Dr.H.M Rasjidi “ hlm 157

46
Fleming, yaitu (1) kita harus ber hati-hati tidak mempertentangkan ideal suatu

agama dengan aktualitas agama-agama lain. (2) suatu agama tidak dinilai dengan

perilaku orang-orang yang tidak mau berusaha mengamalkan ideal-ideal yang

dinyatakan dalam agama tersebut. (3) dalam menafsirkan kepercayaan, seseorang

harus menggunakan sebanyak-banyak nya simpati yang dapat di bayangkan

sebagaimana orang tersebut ingin memberikan dalam keadaan-keadaan

kebalikannya.67

Setelah mengemukakan pendapat di atas kemudian Rasjidi segera

membahas mengenai permasalahan agama di Indonesia di hadapan forum

Internasional di Tokyo. Beliau memaparkan keadaan keagamaan di Indonesia

secara gamblang di mulai dari keadaan Indonesia yang sedang di lilit hutang

ketika Sukarno jatuh dan seluruh rakyat berharap ada yang bisa di lakukan oleh

Suharto. Akan tetapi orang-orang zending segera menjalankan misinya, jendral

Suharto yang diberi pinjaman dari pemerintah-pemerintah Kristen tidak bisa

berbuat apa-apa, dengan keadaan seperti ini Kristen menggunakan kesempatan

untuk menyebarkan misi misionaris. Rasjidi menegaskan bahwa suatu bangsa

yang cemas diancam oleh perpecahan keagamaan tidaklah mampu membangun.

Kegiatan-kegiatan zending Kristen di Indonesia harus mengetahui batas-batasnya.

Di Jakarta sudah banyak terdengar semboyan baru guna menganjurkan aktifitas-

aktifitas missionaris. Kata-kata itu adalah toleransi, modernisme dan hak-hak

asasi manusia.

67
Endang Basri Ananda “70 Prof. Dr.H.M Rasjidi “ hlm158

47
Dalam bukunya Koreksi Terhadap Dr. Harun Nasution, ia juga

menjelaskan bahwa Imperialis Belanda adalah inspirator utama terpecah belah nya

umat Islam di Indonesia dalam ranah pemikiran dan budaya. Kaum penjajah lah

yang membawa agama Kristen dan menyebarkannya ke tengah umat. Mereka juga

menanamkan benih Sekularisme di bidang hukum dan pendidikan dan

mengawalnya sepanjang hampir empat abad masa penjajahan. Mereka sangat

sadar, dua bidang ini (hukum dan pendidikan) beperan dominan dalam

menentukan masa depan umat. Karenanya, Belanda melakukan sekularisasi

pendidikan lewat pendirian sekolah pemerintah yang mengajarkan ilmu-ilmu

eksakta dan sosial, dan menafikan pendidikan agama. Kebanyakan sekolah ini

terletak di kota dan wilayah yang relatif maju. Dikotomi ilmu agama dan ilmu

umum ini mengakibatkan terjadinya perpecahan generasi di ranah pemikiran dan

budaya. Kelompok pertama berpola pikir barat dan awam terhadap nilai-nilai

Islam. Belanda juga menyerang hingga ke jantung umat Islam.68

Selain pengungkap gamblang hubungan antar agama, Rasjidi

mengemukakan pendapat orang-orang terkemuka dalam menganalisa mengenai

apakah semua agama itu sama. pertama beliau mengemukakan pendapat Ir

Sukarno yang mengatakan bahwa semua agama itu sama, Sukarno memberikan

analogi tentang agama dengan menjelaskan tentang orang buta yang

mendefinisikan gajah, ada empat orang buta yang mendefinisikan gajah berbeda

68
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam di tinjau dari........ hlm 2

48
beda sesuai dengan apa yang mereka raba. Jawaban mereka berlainan. Maka

seperti itulah keadaan agama di Indonesia menurut Ir Sukarno.69

Selain Ir Sukarno ada juga yang meriwayatkan mengenai pentingnya

agama yaitu seorang Lessing. Agama itu tidak bisa di ketahui mana yang baik dan

mana yang tidak baik hanya saja lahiriah nya bisa di bedakan padahal intisarinya

tidak bisa di beda bedakan. Intinya bahwa hentikan pesoalan-persoalan mengenai

agama mana yang mengandung kebenaran, karena semua agama mempunyai inti

baiknya.70

Max Muller seorang sarjana bahasa dan sejarah dalam bukunya

mengemukakan pendapat tentang pesamaan hakiki dari pada agama-agama itu,

menurut dia tiap-tiap agama adalah benar, bahkan juga agama-agama suku.

Banyak sekali sarjana-sarjana yang mengikuti faham Max Muller ini, selain itu

banyak juga yang mempelajari soal agama secara demikian mengenai asal usulnya

agama-agama di dunia. Tiap-tiap agama menafsirkan intisari itu dengan cara

sendiri, tetapi tetap sama. 71

Hal menyamaratakan semua agama dengan cara yang mencolok nampak

pada parlemen-parlemen agama yang diadakan di Chicago pada tahun 1893.

Ketika itu utusan-utusan dari berbagai agama berkumpul, dan disanalah terdengar

bahwa tembok pemisah antar agama sudah runtuh, maka hal-hal yang menjadi

halangan untuk mempertemukan antara agama satu dengan agama lain sudah

lenyap.

69
Rasjidi “ Empat Kuliah Agama islam pada Perguruan Tinggi “ (Jakarta : Bulan Bintang1974)
hlm 25
70
Rasjidi “ Empat Kuliah Agama islam pada Perguruan............hlm 29
71
Rasjidi “ Empat Kuliah Agama islam pada Perguruan............hlm 31

49
Dari penjelasan-penjelasa diatas kemudian Rasjidi mengemukakan

pendapat yang menegaskan bahwa semua agama itu tidak sama, bahkan ada yang

bertentangan yang satu dengan yang lainnya, apalagi jika faktor-faktor politik dan

ekonomi ikut memainkan peranannya. Beliau terus memberikan contoh analogi

dan pendapat-pendapat pemikir lain yang mengemukakan bahwa semua agama itu

tidak lah sama. Beliau tidak setuju dengan pendapat-pendapat para pemiki Barat

yang memberikan pengertian semua agama itu sama.

Menurut Rasjidi ada cara yang tepat untuk menyajikan agama, yaitu

dengan membagi agama ke dalam dua kelompok, yaitu agama Alamiayah, agama-

agama yang timbul diantara manusia-manusia itu sendiri dan lingkungan dimana

mereka hidup. Dan yang kedua adalah agama samawi atau agama-agama yang di

wahyukan dan di turunkan Alloh agar menjadi petunjuk bagi manusia. Secara

kongkrit agama Samawi ada tiga, yaitu agama Yahudi, agama Nasrani dan agama

Islam. Adapun agama selain yang tiga yang sudah di sebutkan dinamakan agama

Alamiyah.72

Rasjidi menuliskan dalam bukunya bahwa agama samawi baru bisa di

ungkapkan dari zaman Nabi Ibrohin yang hidup sekitar 1900 SM. Selain itu dalam

bukunya beliau menjelaskan awal mulanya terbentuknya agama-agama samawi, di

mulai dari terbentuknya agama Yahudi, Nasrani dan Islam, bahkan beliau

memaparkan sejarah lahirnya Trinitas.

Agama Yahudi terlahir dari keturunan Nabi Ibrohim yaitu Yakub, ketika

itu Yakub mempunyai anak yang di jual oleh saudara-saudaranya. Kemudian

72
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam di tinjau ........ hlm 16

50
Rasjidi memaparkan lahirnya Nasrani yang lahir dari keturunan Nabi Zakariya

dan Nabi Isa yang banyak di jelaskan dalamMatheus, hingga sampai akhirnya

pada saat Nabi Isa sudah tidak ada lagi atau yang banyak terkenal dengan di salib

maka muncul lah kepercayaan Trinitas. Rasjidi juga memaparkan tentang kitab

suci agama Yahudi dan agama Kristen yaitu Bible tentang perjanjian lama dan

perjanjian baru. Hingga akhirnya lahirlah agama Islam yang di wahyukan Tuhan

untuk manusia. Islam dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Ada pendapat yang menyatakan bahwa tujuan hidup beragama adalah

mensucikan diri dan mensucikan jiwa dan rokh, Rasjidi tidak sepemikiran dengan

pendapat tersebut, karena dalam Islam beragama bukan hanya bertujuan untuk

mensucikan diri dan jiwa, tetapi tujuan beragama adalah hidup yang baik di dunia

dan di akhirat. Membersihkan diri dan jiwa adalah jalan untuk mendapat

kebahagiaan di dunia dan akhirat, tetapi bukan tujuan untuk beragama. Ajaran

Islam mempunyai dua pokok ajaran , yaitu hubungan antara manusia dengan

Tuhan, dan hubungan antara manusia dengan manusia.

Dengan demikian pemikiran keagamaan dan kritikan beliau terhadap

keagamaan, yang menurut beliau dapat merusak kemurnian Islam, hal tersebut

merupakan sebagian dari usaha beliau untuk mempertahankan Agama Islam.

3.3. Pemikiran Rasjidi tentang Teologi dan Falsafah

Rasyidi yang semasa kecilnya hidup di lingkungan keluarga dan

masyarakat yang sangat kental dengan kepercayaan animisme dan dinamisme

membuatnya sangat sensitip dengan hal-hal yang bersangkutan dengan

kepercayaan, beliau hidup di lingungan kejawen yaitu islam tapi masih kental

51
dengan adat Jawanya. Hal tersebut tentu saja sangat mempengaruhi pemikiran

beliau terutama dalam Teologi dan falsafah.73

Dalam bukunya Rasjidi menjelaskan bahwa tingkat berfikir manusia

dibagi kedalam tiga tingkatan, yaitu tingkatan teologi sebagai tingkatan terendah

di mana manusia masih belum mengetahui asal muasal ataupun sabab musabab

segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini, kemudian tingkatan ke dua adalah

tingkatan metafisik, di mana manusia sudah mempunyai keberanian dan

pemikiran yang berbeda, tingkatan ke tiga yaitu tingkatan positip dimana manusia

sudah mempunyai pengetahuan yang cukup untuk menguasai alam.74

Teologi adalah ilmu ke Tuhanan. Teologi adalah istilah yang di gunakan

oleh Kristen, sedangkan dalam Islam istilah yang digunakan untuk teologi adalah

ilmu tauhid, atau biasa di sebut juga ilmu aqaid artinya kepercayaan. Ilmu tauhid

juga di sebut ilmu kalam. Orang-orang yang ahli ilmu kalam adalah ulama Islam,

yang hidup pada periode mempertahankan aqidah Islam atau mencari

kemungkinan tafsiran yang menyeluruh, systematis dan logis.75

Teologi terbagi menjadi dua corak, ada yang bercorak Rasional dan ada

yang bercorak Tradisional. Teologi yang bercorak rasional di anut oleh kaum

Mu’tazilah dan Maturidi Samarkand. Sedangkan yang bercorak tradisional di anut

oleh kaum Asy’ariyah dan Maturidiah Bukhoro.76

Corak rasional yang di anut oleh kaum Mu’tazilah dan Maturidiah

Samandkand ini dapat di lihat dalam uraian mengenai kedudukan akal dan wahyu.

73
Rasjidi, “ Islam dan kebatinan”, hlm 9
74
Rasjidi “ Empat Kuliah Agama islam pada Perguruan Tinggi “ hlm 13
75
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam di tinjau dari ...... hlm 103
76
Abudin Nata “ Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf “ (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1993) hlm
61

52
Mu’tazilah berpendapat bahwa manusia dengan akal nya bisa mengetahui tentang

Tuhan, dan sebagai akibatnya manusia sudah wajib bertuhan sebelum datangnya

wahyu. Maka muncul lah pemikiran liberal, penganut aliran ini hanya terikat pada

dogma-dogma yang dengan jelas di tuliskan dalam Al-qur’an dan tidak di

interpretasikan ke dalam arti lain. Ayat-ayat yang dianggap mempunyai arti qath

tidak banyak terdapat dalam Al-qur’an, dengan demikian gerakannya dalam

menyesuaikan hidup dengan peredaran zaman dan perubahan kondisi dalam

masyarakat bagi penganut nya luas.77

Corak tradisional yang di anut oleh kaum Asy’ariyah dan Maturidiah

Bukhara mempunyai perbedaan dengan corak rasional, penganut teologi

tradisional mengambil sikap tidak hanya terikat pada dogma-dogma, tetapi terikat

juga pada ayat-ayat yang mengandung arti Zanni, yaitu ayat-ayat yang boleh

mengandung arti lain dari yang sudah terkandung di dalamnya. Oleh karena itu,

para penganut teologi ini sukar untuk mengikuti peribahan zaman orang-orang

modern.78

Rasjidi merupakan penganut aliran Asy’ariyah, beliau sangat menentang

aliran Mu’tazilah dan beliau tidak ingin umat islam mengikuti kembali aliran

Mu’tazilah. Rasjidi menjelaskan secara panjang lebar di dalam bukunya mengenai

penyimpangan-penyimpangan kaum Mu’tazilah. Ada yang mengatakan

Pemikiran-pemikiran Mu’tazilah mulai muncul kembali oleh pemikiran-pemikiran

pembaharuan dalam Islam seperti Jamaludin al-Afgani, Muhammad Abduh dan

Ahmad Khan di India, padahal kenyataanya tidak seperti inu, Rasjidi

77
Abudin Nata “ Ilmu Kalam, Filsafat, dan .............hlm 60
7878
Abudin Nata “ Ilmu Kalam, Filsafat, dan ..........hlm 71

53
menerangkan dalam bukunya bahwa mereka adalah orang-orang yang hidup pada

abad 19 dan menyaksikan perubahan-perubahan orang-orang Barat yang

mencapai kemajuan karena ilmu teknik dan pemikiran-pemikiran yang terbebas

dari naungan Gereja. Mereka tak pernah mengatakan beraliran Mu’tazilah yang

terlahir kembali, mereka hanyalah orang-orang yang ingin membangkitkan Umat

Islam dari keterlambatan dan kebodohan agar terlepas dari pengaruh imperialisme

Barat yang merajalela di mana-mana. Adapun mereka termasuk Ahlusunnah waj

jama’ah dan bukan Syi’ah.79

Rasjidi menguraikan dan menjelaskan tentang gambaran ringkas

timbulnya golongan-golongan dalam islam, menurut beliau golongan-golongan itu

lahir karena adanya perpecahan dalam persoalan yang tidak memenuhi kata

sepakat. Golongan-golongan itu diantaranya adalah Khawarij, Murji’ah,

Mu’tazilah, dan Asy’ariyah. Dari golongan tersebut ada yang masih relevant

sampai sekarang ada lagi yang sudah tidak relevant. Diantara golongan yang

masih relevant adalah syi’ah yang merupakan kelompok simpasi kepada Ali dan

keluarga Ali yang sekarang tersebar di negara Iran. 80

Perbedaan antara golongan mu’tazilah dan golongan asy’ariyah dalam

pandangan Rasjidi adalah Aliran Mu’tazilah merupakan aliran yang

mengagungkan akal di atas segalanya, pandangan hidup kaum mu’tazilah ialah

teologi atau falsafah hidup yang cenderung mempunyai corak liberal. Sedangkan

aliran As’ariyah adalah mempunyai pandangan atau falsafah hidup yang

mempunyai corak tradisional, seperti yang sudah banyak berkembang di

79
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam......111
80
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam...... hlm 104

54
Indonesia. Kaum Asy’ariyah berpendapat bahwa akal tidak begitu berdaya

kekuatannya, akal dapat sampai hanya kepada adanya Tuhan.81

Rasionalisme Mu’tazilah telah menjadikan agama itu sebagai fikiran-

fikiran yang passif. Agama dengan rasionalisme yang melampaui batas akan

kehilangan kekuatan iman dan agama yang tidak mempunyai kekuatan iman tidak

ada lagi faedahnya. Umat telah kembai menjadi satu tidak terpecah belah,

sehingga sampai saat ini aliran yang ada hanyalah Ahlussunnah dan Syi’ah, dan

keduanya adalah pemeluk agama Islam dan agama Islam menganjurkan untuk

berfikir.82

Islam adalah agama yang menjunjung tinggi akal, Asy’ariyah juga pakai

akal, Mu’tajilah juga memakai akal. Tetapi yang membedakan adalah titik berat

dalam beberapa masalah, sehingga tak dapat di katakan bahwa Mu’tazilah lebih

rasional dari Asy’ariyah dan lebih menarik kaum terpelajar.

Berikut adalah pandangan Rasyidi tentang Teologi dan falsafah

a. Kedudukan akal dan fungsi wahyu

Menurut Rasjidi dalam filsafat agama, hingga sekarang yang berlaku

dalam dunia Islam ialah bahwa Tuhan telah memberi akal kepada manusia

sehingga dengan akal itu manusia dapat memikirkan hal-hal yang melingkunginya

dengan alam kehidupannya dan akhirnya ia dapat mengetahui tentang adanya

Tuhan dan sifat-sifat Tuhan. Mengenai akal, beliau berpendapat bahwa akal tidak

mampu mengetahui baik dan buruk, hal ini dapat dibuktikan dengan munculnya

81
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang.........hlm 108
82
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam......hlm 110

55
aliran eksistensialisme sebagai reaksi terhadap aliran rasionalisme dalam filsafat

barat.83

Dengan menganngap akal dapat mempengaruhi baik dan buruk, berarti

sudah meremehkan ayat-ayat Al-qur’an. Bagi kaum mu’tazilah akal hanya bisa

mengetahui empat hal yaitu mengenai Tuhan, kewajiban mengetahui Tuhan,

mengetahui baik dan buruk, kewajiban mengetahui baik dan buruk.84

Rasjidi juga menegaskan kembali dalam bukunya mengenai kedudukan

akal, beliau mengambil contoh bapak filsafat critic yaitu Imanuel Kant, Kant

menjelaskan dalam bukunya analisa beliau mengenai akal dan Fungsinya, serta

menunjukan keterbatasannya. Kant meneyebutkan bahwa yang diketahui oleh

akal hanyalah hal-hal lahiriyah. Dibelakang phenomena ada noumena atau hakikat

sesuatu yang terjangkau oleh akal.

b. Pembuatan manusia

Menurut Rasyidi perlu di jelaskan bahwa manusia punya hak dan

kewajiban dalam hidupnya. Dalam jaman yang tidak menentu seperti saat ini

banyak orang yang kebingungan karena pelaksanaan hukum banyak yang tidak

sesuai sebagai mana mestinya. Seperti ada orang yang terang-terangan salah

menurut hukum, tetapi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu mereka

di bebaskan dari tuntutan, sebaliknya ada orang yang jujur bekerja sebagai warga

negara yang baik, lalu kejujuran itu membuat orang tidak senang sehingga

menjadi di lecehkan oleh orang lain.85

c. Konsep Iman

83
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam......52
84
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam...... hlm 52
85
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam......hlm 17

56
Konsep iman menurut Rasyidi dilihat dari kritikan tulisan beliau dalam

buku koreksi atas tulisan Drs. Nurcholis Majid tentang sekularisasi. Yang intinya

beliau menolak faham Harun Nasution yang menganggap akal itu mutlak dalam

bidang-bidang kehidupan dunia. Hal ini beliau bandingkan dengan kemutlakan

fikiran pada filsafat Yunani yang mulai dari Socrates kemudian pada zaman

pertengahan ketika Gereja Katolik berkuasa pada abad 13.86

3.4.Pemikiran Rasjidi tentang Filsafat

Secara umum, manusia pada dasarnya memang sudah mempunyai

pemikiran filsafat dalam dirinya, manusia selalu mempunyai ide-ide baru tentang

benda, tentang sejarah, tentang arti kehidupan, tentang Tuhan, tentang mati,

tentang keindahan, tentang kebaikan, tentang keburukan, dan tentang hal-hal lain.

Kata filsafat diambil dari bahasa Yunani, yaiu kata Filosofia. Pilos atau

Philei berarti suka, cinta dan Sophia berarti pengetahuan berarti pengetahuan,

kebijaksanaan dan pengetahuan, kebijaksanaan. Jadi kata Philosophia artinya

cinta terhadap kebijaksanaan dan pengetahuan. Orang yang cinta kepada

kebijaksanaan dan kebenaran disebut philosopos atau dalam bahasa Arab failsauf.

Definisi filsafat dapat di artikan dari berbagai pandangan, ada yang

berpendapat filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap

kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara kritis. Ada juga yang

berpendapat bahwa filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap

kepercayaan dan sifat yang sangat di junjung tinggi. Filsafat adalah untuk

H.M Rasjidi “ Koreksi Terhadap Drs Nurcholis Majid Tentang Sekularisasi “ (Jakarta : Yayasan
86

Bangkit, 1972 ) hlm 3

57
mendapatkan gambaran secara keseluruhan. Filsafat berusaha untuk

mengkombinasikan hasil bermacam-macam sains dan pengalaman kemanusiaan

sehingga menjadi pandangan yang konsisten tentang alam.87

Menurut Rasjidi pecinta kebenaran dan pengetahuan adalah orang yang

menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau orang yang

mengabdikan diri kepada pengetahuan dan kebenaran. Walaupun filsafat berasal

dari bahasa Yunani, tetapi dalam bahasa Arab terdapat suatu kata yang

mempunyai arti sama dengan filsafat yaitu hikmah. Hikmah maknamya adalah tali

kendali. Dari sini diambil kata hikmah dalam artian pengetahuan atau

kebijaksanaan, karena hikmah menghalangi orang memilikinya dari perbuatan-

perbuatan yang rendah dan Hina.

Sebenarnya untuk mendapatkan pengertian yang lengkap utuh dan tepat

tentang filsafat, kita harus kembali mengkaji mengenai sejarah filsafat, karena

antara filsafat dan sejarah filsafat mempunyai hubungan yang tidak bisa di

pisahkan, bahkan sejarah filsafat merupakan filsafat itu sendiri. pada mulanya

semua ilmu pengetahuan merupakan bagian dari filsafat, tetapi lama kelamaan

memisahkan diri dan membentuk ilmu-ilmu lain.

Demikian lah bidang-bidang yang di garap filsafat, lama-lama berdiri

sendiri dan menjadi salah satu disiplin ilmu pengetahuan. Yang tersisa dalam

permasalahan filsafat hanya dua hal yaitu apakah yang harus aku ketahui ? Dan

apakah yang harus aku kerjakan ?. dua hal ini lah yang dianggap sebagai

87
Harold H Tinus, Marilyn S Smith dan Richard T Nolan “ persoalan-persoalan filsafat “
Terjemah H.M Rasjidi (Jakarta : Bulan Bintang, 1984) hlm 11

58
persoalan pokok dalam filsafat. Kedua persoalan tersebut sebenarnya

mempermasaalhkan realitas yang di hadapi manusia dalam hidupnya yang dapat

di katagorikan kepada tiga bagian pokok yaitu hakekat Tuhan, hakekat alam dan

hakekat manusia. Ketiga hakekat ini menurut Rasjidi merupakan objek kajian

filsafat.88

Kenyataannya sejarah menunjukan bahwa dalam Islam, filsafat dan ilmu

pengetahuan mendapatkan tempat yang layak dan tidak bertentangan,dengan

ajaran-ajaran Islam, bahkan dalam Al-qur’an segala kemungkinan tersebut di

jelaskan dan menyuruh manusia menggunakan fikirannya dengan menggunakan

alam semeste sebagai obyek pikirannya, sehingga akan mendorong timbulnya

ilmu pengetahuan yang akan berguna bagi kemakmuran hidup manusia, juga

merangsang munculnya pemikiran filosofis-filosofis dalam Islam.

Pemikiran-pemikiran filosofis dikalangan umat Islam berkembang dengan

pesat, pada umumnya berkisar kepada filsafat ketuhanan, jarang sekali

pembahasan filsafat tertuju pada masalah alam semesta beserta isinya termasuk

manusia. Menurut Rasjidi orientasi filsafat pada masanya masih bersifat vertikal

dan jarang sekali menghampiri persoalan horisontal. Hal tersebut berkembang

seiring dengan situasi dimana kemasalah ketuhanan menjadi topik utama dalam

pembahasan filsafat dikalangan kaum muslimin. Di pihal lain, kaum muslimin

ingin mempertemukan antara wahyu yang diyakini dengan berita filsafat yang

bersumber dari rasio murni.

88
H.M Rasjidi “ Filsafat Agama “ (Jakarta : Bulan Bintang, 1975) hlm 52

59
Dalam pemikiran Filsafat, Rasjidi sependapat dengan filsafat Al-Ghazali

beliau mengutip pemikiran Al-Ghazali dalam bukunya. Dalam buku Tahafut Al-

Falasifah Al-Ghazali menguraikan masalah filsafat sebagai berikut :

 Pendapat bahwa alam itu Azali (tak berpemulaan).

 Pendapat bahwa alam itu abadi.

 Para filosuf berpura-pura mengatakan bahwa Alloh adalah pencipta alam

dan alam adalah ciptaan Alloh

 Pembuktian bahwa para filosuf tidak dapat membuktikan adanya zat

pencipta.

 Pembuktian bahwa para filosuf tidak dapat membuktikan bahwa mustahil

ada dua Tuhan.

 Pendapat bahwa Tuhan tidak mempunyai sifat.

 Pendapat bahwa Tuhan tidak tidak terbagi kepada Genus dan differentia.

Selain pendapat di atas Al-Gazali juga berpendapat bahwa pemikiran

Filsafat Ibnu Sina dan Al-Farabi sudah menjadi kafir karena bertentangan dengan

ajaran Islam, yang menjadi permasalahan dalam tiga hal yaitu :

 Bahwa alam itu tak berpemulaan.

 Bahwa Tuhan itu tak mempunyai perinci-perinci

 Bahwa tak ada hidup sesudah mati.

Selain menentang faham filsafat Ibnu Sina dan Alfarabi, Rasjidi juga

menentang faham yang di anut oleh Ibnu Rusd, karena menurut Rasjidi Ibnu Rusd

sudah banyak terpengaruh oleh filsafat Aristoteles dan banyak melenceng dari

60
aqidah Islam. Ibnu Rusyd lah yang membuka mata Eropa kepada filsafat

Aristoteles. Tetapi jika Ibnu Rusyd menjadi kebanggaan umat Islam di Eropa

karena namanya yang sangat terkenal, tidak berarti pendapat filsafatnya senafas

dengan Islam. hal ini harus di ketahui oleh generasi muda. Rasjidi menegaskan

bahwa guru besar di Universiitas Paris yang diangkat menjadi orang suci oleh

gereja Katolik adalah ahli teologi dan mereka lebih mempelajari metaphicica

daripada filsafat Aristoteles. 89

Filsafat Islam sebagai mana filsafat Kristen setelah filsafat dipelajari oleh

orang-orang Masehi, adalah suatu usaha untuk mempertahankan aqidah. Sebelum

filsafat muncul, ahli-ahli ilmu kalam telah banyak menggunakan bahan-bahan

filsafat Yunani. Pada dasarnya mereka adalah orang-orang yang mempertahankan

Islam. Adapun filosuf-filosuf Islam adalah orang-orang yang sangat tertarik

dengan filsafat bahkan mendahulukan filsafat sebelum agama.

89
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam......hlm 117

61
3.5. Kritik H.M Rasjidi terhadap pemikiran Harun Nasution dan Nurcholis

Majid

Harun Nasution, H.M. Rasjidi dan Nurcholis Majid merupakan pemikir

yang mempunyai pengaruh besar terhadap corak pemikiran Islam di Indonesia,

tetapi ada suatu polemik atau penomena dari ketiga tokoh tersebut yang tidak bisa

dipungkiri, Sejarah Pemikiran Islam Indonesia mencatat bahwa ketiga tokoh

tersebut pernah mengalami polemik pemikiran, kenyataan tersebut menorehkan

sebuah konflik intelektual yang berkepanjangan yang masih dirasakan hingga saat

ini.

Harun Nasution dan Nurcholis Majid merupakan pemikir yang ingin

melakukan pembaharuan di tubuh Islam Indonesia, supaya tidak tertinggal dan

lebih maju, seperti halnya orang-orang Barat. Sedangkan Rasjidi merupakan

seorang yang gigih mempertahankan ajaran-ajaran keislaman, dan seorang

pengkritik yang sangat tajam terhadap pemikiran-pemikiran yang merusak

kemurnian Islam jelaslah konflik akan terjadi disini karena bedanya pemikiran

diantara mereka.

1. Kritik Rasjidi terhadap Harun Nasution

Harun Nasution di kenal sebagai pemikir Islam yang merupakan pencetus

dan penggerak kajian filsafat Islam secara akademis di Indonesia, Harun Nasution

juga dikenal sebagai tokoh yang gencar menyuarakan pemahaman Islam Rasional,

sedangkan Rasjidi dikenal sebagai tokoh yang sangat aktip dalam mengkritik

setiap pandangan yang dianggap melenceng atau tidak sesuai dengan dasar

pemikiran Islam. salah satu kritik tersebut di tujukan terhadap Harun Nasution. Ia

62
memandang bahwa Harun Nasution sudah menyebarkan sesuatu yang melenceng

dari dasar pemikiran Islam.

Sebagai upaya untuk melakukan pembaharuan pemikiran Islam, Harun

Nasution menuliskan sebuah buku yang berjudul Islam di Tinjau dari Berbagai

Aspeknya. Sebagai sanggahan dari Harun Nasution tersebut Rasjidi juga

menuliskan Buku koreksi Terhadap Harun Nasution tentang “Islam ditinjau dari

berbagai Aspeknya” buku tersebut berisikan kritik yang sangat tajam terhadap

pandangan Harun Nasution, dan menganggap pemikiran Harun Nasution sangat

berbahaya bagi umat Islam. Ada berbagai unsur yang menjadi polemik pemikiran

antara Harun Nasution dan Rasjidi diantaranya adalah :

1) Kritik pemikiran dalam Teologi dan falsafah

Polemik pemikiran Harun Nasution dan Rasjidi dalam bidang teologi dan

falsafah adalah persoalan antara relevansi teologi rasional Mu’tazilah, dan

mengenai akal dan wahyu. Harun Nasution berpendapat bahwa teologi Mu’tazilah

perlu di hidupkan kembali menggantikan teologi As’ariyah yang sudah banyak

berkembang di tengah-tengah masyarakat Indonesia, sedangkan Rasjidi

berpendapat bahwa teologi Mu’tazilah sangat berbahaya bagi masyarakat

Indonesia.

Harun nasution menuliskan secara panjang lebar dalam bukunya mengenai

Mu’tazilah, menurut Rasjidi, penjelasan harun Nasution tersebut memiliki maksud

tertentu yaitu menghidupkan kembali faham Mu’tazilah. Beliau menegaskan

dalam bukunya bahwa kita harus melihat keadaan sekarang. Dunia Islam menurut

istilah sekarang terbagi menjadi dua golongan, yaitu golongan Ahlussunnah

63
Waljama’ah dan golongan Syi’ah. Pada permulaan, memang umat Islam

berpecah-pecah menjadi Syi’ah, khawarij, Mu’tazilah, Murzi’ah dan lain

sebagainya, akan tetapi soal kepercayaan tidak mungkin bisa dibicarakan dengan

akal, karena tak ada orang yang dapat membuktikan dengan meyakinkan

mengenai apa yang dianggapnya benar. Kaum Mu’tazilah mempunyai prinsip

memakai kekerasan, maka terjadilah kekacauan. Maka khalifah menganjurkan

supaya umat Islam kembali kepada sunnah Rasul.90

Mengenai tentang akal dan wahyu, Harun Nasution memandang dan

berpendapat bahwa peran akal lebih tinggi daripada wahyu. Beliau

mengungkapkan dalam bukunya sebagai berikut, “Islam mengajarkan dan

menganjurkan manusia banyak berfikir dan menggunakan akalnya. Berfikir dan

menggunakan akal adalah ajaran yang jelas dan tegas dalam Al-

Qur’an.....Begitulah tinggi kedudukan akal dalam Islam”.91

Ungkapan Harun Nasution di atas menunjukan bahwa akal lebih berperan

dalam Islam disamping wahyu, pendapat Harun Nasution yang sangat menjunjung

tinggi kedudukan akal mendapat kritikan dari Rasjidi, Beliau tidak setuju dengan

pendapat Harun Nasution kerena menurut beliau, setiap muslim harus meyakini

bahwa semua kebenaran yang timbul sebagai produk akal manusia semuanya

bersifat nisbi, kebenaran yang sebenarnya hanya datang dari Tuhan, dan

kemampuan akal sangatlah terbatas.

Dalam teologi dan falsafah jelas sekali perbedaan pendapat antara kedua

tokoh pembaharu tersebut. Harun Nasution berpandangan hidup atau Falsafah

90
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam......hlm 106
91
Harun Nasution “ Akal dan Wahyu dalam Islam” (Jakarta : UI-Pres, 2011) hlm 48

64
aliran Mu’tazilah yang mengagungkan rasionalitas yang bercorak liberal, dan

segera di tentang oleh Rasjidi dengan alasan-alasan yang di jelaskan di atas,

Rasjidi masih tetap aliran As’ariyah yang sudah berkembang di Indonesia dengan

corak tradisional.

2) Kritik tentang agama dan pengertian agama dalam berbagai bentuknya

Rasjidi mengkritik pendapat Harun Nasution tentang empat unsur agama,

Harun Nasution menuliskan dalam bukunya unsur yang paling penting yang

terdapat dalam agama adalah :

 pertama kekuatan gaib, dimana manusia merasa dirinya lemah dan ber

hajat pada kekuatan gaib sebagai tempat untuk meminta tolong. Oleh

karena itu manusia harus mengadakan hubungan baik dengan kekuatan

gaib tersebut. Hubungan baik ini dapat di wujudkan dengan mematuhi

perintah dan larangan kekuatan gaib.

 Kedua keyakinan manusia bahwa kesejahteraannya di dunia ini dan

hidupnya diakhirat tergantung pada adanya hubungan baik dengan

kekuatan gaib, jika sudah tidah menjalin hubungan baik maka

kesejahteraan dan kebahagiaan akan hilang.

 Respons yang bersifat emosionil dari manusia. Respons tersebut bisa

menimbulkan perasaan takut seperti yang terdapat dalam agama-agama

primitif atau perasaan cinta seperti yang terdapat dalam agama

monoteisme. Bentuk penyembahan mengambil dari bentuk cara hidup

tertentu bagi masyarakat yang bersangkutan.

65
 Paham adanya yang kudus dan suci, dalam bentuk kekuatan gaib,dan

bentuk kitab yang mengandung ajaran agama bersangkutan dan dalam

bentuk tempat-tempat tertentu.92

Rasjidi menolak pendapat Harun Nasution, menurut Rasjidi dalam

meneliti beberapa agama hal tersebut tidak benar secara keseluruhan. Rasjidi juga

menolak unsur-unsur yang di paparkan oleh Harun Nasution, karena dalam Islam

seorang mukmin tidak hanya percaya kepada kekuatan gaib, selain dari pada itu

Alloh bukan hanya sekedar kekuatam Alloh adalah Zat yang mempunyai sifat-

sifat yang di sebutkan dalam Al-qur’an diantaranya Hidup, Berkehendak,

Rahman, Rahim, jadi bukan sekedar kekuatan. Mengenai unsur ke dua, bahwa

kesejahteraan di dunia dan akhirat berdasarkan hubungan baik dengan kekuatan

gaib. Hal tersebut menandakan bahwa kekuatan gaib bersifat autoritatif, gambaran

ini merupakan gambaran penulis-penulis Barat. Mengenai unsur ke tiga,

sebaiknya unsur respons diganti dengan sikap (atitude). Selanjutnya Harun

Nasution mengatakan ada respons yang yang mengambil bentuk perasaan takut

dan cinta seperti agama primitip dan agama monoteisme, hal tersebut

menggambarkan bahwa pemikiran tersebut terpengaruhi oleh pemikiran dalam

agama Masehi yang mengaku monoteis tetapi tidak bisa meninggalkan Trinitas.93

Menurut Rasjidi agama yang benar-benar Monoteis adalah Islam,

menggambarkan sikap manusia terhadap Tuhan bukan hanya cinta tetapi juga

takut seperti di jelaskna dalam Al-qur’an surat At-Taubah : 13 yang artinya

“Apakah kamu takut kepada mereka ? maka Alloh lah yang berhak kamu takuti “

92
Harun Nasution “ Akal dan Wahyu dalam Islam” hlm 17
93
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam......hlm 18

66
dan surat Ali Imran : 175 yang artinya “ Maka, janganlah kamu takut kepada

mereka, dan takutlah kepadaku. Jila memang kamu itu orang-orang yang

beriman”. Jadi sikap takut kepada Tuhan bukan terdapat dalam agama primitif

saja tetapi jelas ada dalam Islam.94

3) Kritik pemikiran dalam filsafat

Dalam filsafat Harun Nasution mengutip filsafat Al-Farabi bahwa filsafat

aristoteles dan Flato dapat di satukan, kemudian filsafat yang mengenai emanasi

menerangkan bahwa semua yang ada memancar dari dzat Tuhan melalui akal-

akal. Harun Nasution menuliskan bahwa Ibnu Sina juga mempunyai filsafat

emanasi, dan akal baginya adalah malaikat.

Rasjidi mengkritik pendapat Harun Nasution tersebut, karena menurut

Rasjidi dua pemikiran tersebut tidak bisa di satukan. Al-Farabi menyetukan dua

buah pemikiran Plato dan Aristoteles karena pada saat itu Al-Farabi tidak

mempunyai bahan-bahan yang cukup yang berwujud karangan Plato dan

Aristoteles. Filsafat Plato adalah idealis, sedangkan filsafat Aristoteles adalah

realis. Kemudian mengenai filsafat emanasi, hal tersebut tidak sesuai dengan

ajaran Islam. dengan begitu bisa diberi pengertian juga bahwa filsafat Ibnu Sina

juga tidak senafas dengan Islam.

Karena filsafat Alfarabi dan Ibnu Sina tidak senafas dengan Islam, maka

Rasjidi mengutip Filsafat Al-Gazali yang dituliskan dalam bukunya yaitu Tahafut

Al Falasafiah atau kekacauan fikiran para filsuf. Al-Gazali juga mengatakan

bahwa para filosuf itu sudah menjadi kafir dalam 3 hal, yaitu bahwa alam itu tidak

94
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Dr.Harun Nasution tentang Islam...... hlm 19

67
berpermulaan, bahwa Tuhan itu mengetahui perinci-perinci, bahwa tak ada hidup

sesudah mati.

Kemudian yang menjadi konflik antara Harun Nasution dan Rasjidi adalah

mengenai pemahaman filsafat Ibnu Rusyd. Harun Nasution berpendapat bahwa di

Eropa terdapat aliran Averroism, yang menyatakan bahwa falsafat mengandung

kebenaran sedangkan agama dan wahyu membawa hal-hal yang tidak benar. Jelas

bahwa hal tersebut tidak sesuai dengan filsafat Ibnu Rusyd, karena ia seperti

filosof-filosof Islam lain berkeyakinan bahwa akal dan wahyu tidak bertentangan,

semuanya sama-sama membawa kebenaran. Kekeliruan-kekeliruan yang muncul

semata mata karena kesalah fahaman penulis Barat tentang tafsiran Ibnu Rusyd.95

Rasjidi kemudian memberi penjelasan mengenai penjelasan tersebut, Ibnu

Rusyd adalah seorang filosuf besar yang merupakan pengikut aliran Aristoteles

yang hidup di dunia Islam bagian Barat. Ibnu Rusyd yang membuka mata Eropa

kepada filsafat Aristoteles. Menurut Rasjidi, sebagai umat Islam layaknya kita

harus mencari tahu terlebih dahulu sebelum mengangungkan suatu aliran, seperti

halnya mengagungkan pengikut Ibnu Rusyd. Karena kalau kita mengikuti dan

menerima anggapan tersebut kita akan rugi besar dalam aqidah Islam. dalam hal

kesatuan akal, Ibnu Rusyd sangat terpengaruh oleh Aristoteles.96

Ibnu Rusyd mendahulukan filsafat kepada ajaran Al-qur’an, karena

filsafatnya apabila di tinjau akhir akhir ini sudah tidak relevant dan tidak dapat di

pertahankan. Dari hal ini menurut Rasjidi kelihatan sekali bahwa Harun Nasution

95
Harun Nasution “ Akal Dan Wahyu “ hlm 56
96
Rasjidi “ Koreksi Terhadap Harun Nasutiion tentang......... hlm 119

68
tidak mengukuti ilmu cosmologi astrophysic, suhingga mempertahankan filsafat

Ibnu Rusyd yang sudah tidak relevant.

2. Kritik Rasjidi terhadap Nurcholis Majid tentang sekularisasi

Nurcholis Majid adalah seorang pemuda kelahiran 1941, tamatan pondok

moden Gontor dan fakultas Bahasa Arab di IAIN. Ia dibesarkan di lingkunan

keluarga kiyai terpandang. Mempunyai jiwa kepemimpinan dan menguasai

bahasa Inggris dan bahasa-bahasa Barat lainnya selain bahasa Arab. Ia penah

mengunjungi negara Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya selain negara-

negara di Timur Tengah. 97

Nurcholis majid di anggap sebagai salah satu tokoh pembaharu pemikiran

Islam di Indonesia yang di kenal dengan konsep pluralisme nya. Nurcholis Majid

sering mengutarakangagasan-gagasan yang di anggap kontroversial terutama

gagasan mengenai pembaharuan islam di Indonesia. Pemikirannya di anggap

sebagai pendorong pluralisme dan keterbukaan mengenai ajaran Islam di

Indonesia.

Ide dan pemikiran Nurcholis Majid tentang sekularisasi dan pluralisme ini

tidak sepenuhnya diterima di kalangan masyarakat Islam Indonesia, terutama di

kalangan yang menganut paham tradisional pada sumber ajaran Islam. kalangan

tradisional menganggap bahwa paham yang di kemukakan oleh Nurcholis Majid

telah menyimpang dari teks-teks Al-Qur’an dan Al-Sunnah.

97
Rasjidi “ Koreksi Terhadap DRS Nurcholis Majid Tentang Sekularisasi “hlm 12

69
Sama halnya dengan Rasjidi yang menetang pemikiran Nurcholis majid

tersebut. Polemik antara Rasjidi dan Nurcholis Majid adalah mengenai

Sekularisasi. Salah satu pemacu lahirnya polemik ini adalah pemaparan Nurcholis

Majid yang membedakan antara sekularisasi dan sekularisme. Rasjidi mengkritik

habis gagasan-gagasan tersebut. Beliau melihat gagasan tersebut berpotensi

melikuidasi peran Islam dalam bernegara. Setelah membahas masalah sekularisasi

yang di kemukakan Nurcholis Majid, Rasjidi meneguhkan peran Islam dalam

politik dan kehidupan umum kaum muslim. Kritikannya kemudian beliau

bukukan menjadi koreksi terhadap nurcholis Majid tentang sekularisasi.

Drs Nurcholis Majid mempertahankan pemakaian Sekularisasi dalam arti

yang beliau maksudkan dalam tulisannya, meskipun beliau juga merasa bahwa

pemahaman yang seperti ini adalah pemahaman yang paling keras. Pihak yang

menentang terhadap sekularisasi berpendapat bahwa sekularisasi tidak bisa di

pisahkan dari sekularisme, dan sekularisasi tanpa sekularisme adalah mustahil.

Sedangkan Drs Nurcholis majid berpendapat bahwa orang yang harus

membedakan antara konotasi sekularisasi yang mempunyai arti pengetrapan

sekularism dengan kata sekularisasi yang beliau pakai, karena konteksnya

berlainan, kata sosialisasi medicine bukan berarti penerapan sosialism. Menurut

drs Nurcholis Majid dalam Al-qur’an juga terdapat semacam itu. Menurut

Nurcholis Majid sekularisasi dan sekularisme dalam konteks yang berbeda akan

pula terkena penilaian yang berbeda atau berlawanan, di larang dan di suruh.

Yang di larang sudah jelas yaitu menerapkan sekularisme dengan konsekuensi

penghapusan terhadap adanya Tuhan. Sedangkan yang di perintahkan banyak

70
sekali. Agama islam bila di teliti benar-benar di mulai dengan proses sekularisasi

lebih dahulu. 98

Dalam Artikle pertamanya Drs Nurchlois Majid menuliskan bahwa satu-

satunya jalan melepaskan manusia dari belenggu adalah harus melangkahi

kepercayaannya sendiri bahwa dunia ini tidak bisa di mengerti oleh manusia

sendiri, dan manusia di beri wewenang untuk memahami dunia ini. Satu satunya

yang tidak mungkin di mengerti hanya Tuhan. Selebihnya, seisi alam raya ini

harus di buka rahasianya, dimengerti, di kuasai dan di gunakan. Bagi seseorang

yang mempunyai kesaksian tiada tuhan selain Alloh, maka pendekatan-

pendekatan terhadap hal yang duniawi ialah menurut apa adanya benda tersebut.

Hal itu tidak ada hubungannya dengan masalah ritus atau ibadat. Maka sukses

seseorang dalam pendekatan kepada sesuatu yang bersifat duniawi itu tidak

bergantung pada ketekunannya beribadat. Manusia mengembangkan dirinya dari

kehidupan di dunia ini. Oleh karena itu terdapat konsistensi antara sekularisasi

dan rasionalisasi. Sebab initi sekularisasi adalah pemecahan dan fahami masalah-

masalah dunia ini dengan mengerahkan kecerdasan atau ratio. 99

Menurut analisa Rasjidi dari pemaparan yang di paparkan Nurcholis Majid

yang beliau lihat adalah Nurcholis Majid merasakan jiwa keagamaan atau lebih

tegasnya, jiwa Islam menjiwai bangsa Indonesia secara dalam sehingga setiap

tindakan yang di ambil oleh bangsa Indonesia selalu di teliti dan di soroti oleh

segi agama, dan hal tersebut selalu memberikan kesimpulan negatif. Nurcholis

98
Rasjidi “ Koreksi Terhadap DRS Nurcholis Majid Tentang..........hlm 8
99
Rasjidi “ Koreksi Terhadap DRS Nurcholis Majid Tentang......... hlm 9

71
Majid bercontoh kepada negara-negara Barat yang mengalami kemajuan kareana

persoalan-persoalan masyarakat tidak di sorot oleh keagamaan. Dengan hal yang

di contohnya dari Barat tersebut Nurcholis Majid yang berjiwa Islam bertahun-

tahun merasa ada hal yang harus di perbaiki di tubuh umat Islam Indonesia, maka

terciptalah pemahaman sekularisasi dari Nurcholis Majid.

Menurut Rasjidi pemikiran Nurcholis Majid ini tidak benar, di negara-

negara kapitalis justru sosialisasi pengobatan itu sudah berarti pengentrapan

sosialisme dalam pengobatan, itu berarti pasiaen tidak akan membayar karena

pemerintah yang akan membayarnya, dengan demikian sudah telihat jelas bahwa

sekularisasi mempunyai hubungan erat dengan sekularisme, karena berarti

pengentrapan sekularism.

Menurut Nurcholis Majid, Islam menyuruh pengikutnya menjadi sekuler,

dalam arti bahwa dengan Tauhid bagi seorang animis telah terjadi sekularisasi

yang besar-besaran. Rasjidi juga mengungkapkan mengenai keberatan atau alasan

beliau mengkritik sekularisasi Nurcholis Majid diantaranya karena Nurcholis

Majid melukiskan seolah-olah Islam memerintahkan sekularisasi dalam arti

Tauhid. Dari gambaran Nurcholis Majid tersebut dapat di simpulkan bahwa

seakan-akan manusia dalam dunia ini hanya menghadapi dua kesempatan anata

menyembah Tuhan sebagai orang yang bertauhid atau menyembah segala yang

ada di dunia ini sebagai orang animis. Manusia tidak hanya di hadapkan dengan

Tuhan dan benda-benda lain yang ada di dunia ini tetapi manusia juga berhadapan

dengan jiwanya sendiri, dimana akan mengetahui mana yang benar dan mana

72
yang salah. Dalam hal tersebutlah agama dibutuhkan bukan hanya untuk akhirat

tetapi juga untuk hal duniawi.

Rasjidi cukup detail dalam mengkritik masalah sekularisasi yang di

kemukakan oleh Nurcholis Majid ini, sampai akhirnya Nurcholis Majid mencoba

menutup isu mengenai sekularisasi dengan menuliskan buku yang berjudul

“Sekularisasi ditinjau kembali” yang ditulis 15 tahun setelah makalahnya di

paparkan. Karena sedemikian kontroversialnya sekular, sekularisasi dan

sekularisme, maka alangkah baikya jika tidak menggunakan istilah-istilah tersebut

dan menggantikannya dengan istilah-istilah lain. Meskipun telah terjadi

perdebatan panjang antara dua pemikir Islam tersebut, Nurcholis Majid tetap

memandang Rasjidi sebagai orang tua yang telah melakukan peranannya dalam

membela ajaran-ajaran Islam. dan ia memberikan Rasjidi gelar The Guardian

yaitu seorang pemikir Islam yang selalu merasa cemas jika melihat gejala

penyimpangan.

3.6.Kontribusi Pemikiran Rasjidi terhadap umat Islam Indonesia

Rasjidi yang merupakan seorang intelektual muslim yang telah

menyelamatkan dari ajaran-ajaran yang dianggap datang dari luar Islam. Beliau

juga dikenal sebagai seorang pengkritik yang tajam, karena analisa masalah nya

yang akurat dan mendasar beliau tidak segan-segan mengkritik seorang yang

dianggapn ya telah salah dalam berpikir, dan beliau juga telah ikut serta

membangkitkan pembaharuan pemikiran Islam dan mempertajam daya nalar

sarjana muslim Indonesia. Pemikiran Islam Rasjidi dapat di telusuri dari kritikan-

kritikan yang dialamatkan kepada Harun Nasution dan Nurcholis Madjid, dalam

73
hal ini, penulis menelusuri pemikiran Rasyidi dalam kritikannya terhadap Harun

nasution. Dalam menyikapi karya Harun Nasution tentang Islam ditinjau dari

berbagai aspeknya, Rasjidi menolak keberadaan rekomendasi yang diberikan

DEPAG untuk menajdikan karya Harun tersebut salah satu referensi penting bagi

seluruh mahasiswa di IAIN. Buku ini mulai disebarkan secara luas setelah hasil

rapat rektor IAIN se-Indonesia pada Agustus 1973 di Ciumbuluit, Bandung. Yang

kemudian Departemen Agama menjadikannya sebagai buku wajib mahasiswa

IAIN. Namun penolakan Rasyidi tidak digubris oleh Departemen Agama.100

Pada mulanya, Rasyidi berinisiatif melakukan koreksi terhadap berbagai

pemikiran ke islaman yang ditulis oleh Harun Nasution, yakni diawali karena

banyaknya pengaduan dari mahasiswa dan dosen tentang perkuliahan yang

diajarkan oleh Harun Nasution tentang pemikiran-pemikirannya yang ditulis

dalam bukunya. Setelah membuktikan dengan membaca buku Harun tersebut,

Rasjidi semakin yakin bahwa berbagai pemikiran yang ditulis dalam buku tersebut

penuh dengan pengaruh pemikiran orientalis yang membahayakan. Maka dari itu

perlu adanya beberapa koreksi.

Rasyidi kemudian memberikan peringatan kepada Departemen Agama

sekaligus menunjukkan bahwa gambaran Harun Nasution tentang Islam itu sangat

berbahaya. Menurut Rasjidi, cara penyajian dalam buku Harun Nasution adalah

cara pengarang Barat yang dalam fikiran mereka menyimpan suatu perasaan

bahwa semua agama itu pada dasarnya sama dan merupakan gejala sosial yang

dapat ditemukan pada tiap-tiap kelompok manusia. Yang menganjurkan

Henni Marlinah “Pemikiran Rasional dan Tradisional (study pemikiran Harun Nasution dan M
100

Rasyidi)” (Tanggerang : Pustaka Pedia, 2008 ) hlm 98

74
kelompok ini adalah sarjana Prancis yang bernama Emile Durkheim (1858-1917).

Namun Rasjidi gagal meminta perhatian Menteri Agama ( ketika itu Mukti Ali)

agar mengambil tindakan terhadap buku tersebut. Mengetahui peringatannya tidak

digubris, maka H.M Rasjidi menulis koreksin ya dalam sebuah buku. Ia

menerbitkan koreksi tersebut pada tahun 1977. Dan segera saja mendapat

sambutan antusias dari umat Islam. Prof. Rasyidi dianggap sebagai pembela Islam

oleh kaum Muslim mayoritas di Indonesia.

Dalam konteks perkembangan peta pemikiran Islam di Indonesia, sosok

kehadiran Rasjidi dapat kita tempatkan. Suatu bentuk pemikiran yang

intelektualistik tetapi relatif doktriner serta tidak terlalu bergairah untuk

mendialogkan pemikiran-pemikirannya dengan pemikiran luar Islam. Atau dalam

pengertian yang lebih sederhana, suatu pemikiran Islam yang cenderung

mempertahankan kemurnian ajaran yang dianggapnya telah benar.

Kontribusi pemikiran Rasjidi terhadap umat Islam dapat di simpulkan :

1. Memberi pelajaran kepada generasi muda mengenai pengertian agama dan

makna Islam yang sesungguhnya. Bahwa agama itu tidak merupakan

genus yang mempunyai spesies, akan tetapi kita berhadapan dengan dua

gejala, pertama, gehala alamiah yang dinamakan agama kebudayaan dan

agama yang timbul dari perbuatan manusia sendiri, kedua, agama samwiah

atau wahyu yang diberika Alloh kepada manusia, dan Islam adalah agama

samawiyah yang terakhir.

2. Membuat umat Islam lebih memahami agar tidak mudah mempercayai apa

saja yang telah di rumuskan oleh manusia mengenai kebenaran yang di

75
pegang dalam kehidupan. Karena kebenaran sepanjang masa itu sudah

terjamin dari wahyu Alloh, yang dapat menyelamatkan hidup umat Islam

di dunia dan akhirat, jika umat Islam menjalankan sendiri berpegang teguh

dan menjalankan dengan sebaik-baiknya.

3. Melawan Kristenisasi dan ide-ide yang di anggap dapat membahayakan

keimanan kaum muslimin. Karena Kristenisasi terhadap pemeluk Islam

jelas di larang, dalam peraturan pemerintah tidak di perbolehkan.

4. Rasjidi selalu membela Islam, baik terhadap aktifis Kristen, tokoh-tokoh

aliran kepercayaan maupun tokoh-tokoh Islam sendiri. Rasjidi selalu

selalu mengingatkan kepada misionaris Kristen supaya tidak melancarkan

Kristenisasi terhadap umat Islam.101

101
Herri Mohammad “ Tokoh-tokoh Islam yang Berpengaruh......... hlm 82-83

76
BAB IV

KESIMPULAN

4.1.Kesimpulan

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pertama, Rasjidi lahir pada

tanggal 20 Mei 1915 di Kotagede Yogyakarta. Nama pemberian dari ayahnya

adalah Saridi, beliau terlahir dari pasangan Atmo Sudigdo dan Siti Sa’adah, ayah

dan ibunya merupakan sepasang pengusaha yang berpengaruh di masyarakat,

Rasjidi merupakan anak kedua dari lima bersaudara. Rasjidi memulai

pendidikannya di sekolah Ongko Loro, belum tamat mengenyam pendidikan di

Ongko Loro Rasjidi pindah ke sekolah Muhammadiyah, setelah itu melanjutkan

ke kweekschool, karena merasa tidak nyaman, kemudian pindah ke sekolah Al-

Irsyad di lawang. Setelah selesai dari Al-irsyad Rasjidi melanjutkan ke Mesir

yaitu Universitas Kairo. Sebelum melanjutkan ke Universitas Kairo beliau

mengenyam pendidikan di Darul Ulm. Dalam dunia politik beliau menjadi

anggota PII dan Islam Studi Club. Beliau pernah menjadi kepala perpustakaan

Islam, pernah menjadi Menteri Agama, dan sekretaris sekaligus bendahara

delegasi Republik ke negara-negara Timur Tengah. Beliau juga marupakan

anggota delegasi New Delhi, Dubes RI untuk Republik Islam Pakistan, dosen di

McGill University, direktur Islamic Center di washington, dosen di Universitas

indonesia. Selain itu Rasjidi juga menuliskan beberapa karya tulis yang berbentuk

buku. Beliau meninggal pada tanggal 30 Januari 2001 saat berusia 85 tahun

Kedua Rasjidi dalam bukunya membagi agama kedalam dua bagian, yaitu

agama Alamiyah, yang merupakan kebudayaan, yakni yang timbul tumbuh dan

77
berkembang dalam suatu masyarakat, dan agama Samawi, yaitu agama yang dapat

di selidiki secara ilmiyah dari semenjak Nabi Ibrahim 4000 tahun yang lalu,

sampai yang terakhir yaitu agama Islam yang di bawa oleh nabi Muhammad SAW

semenjak 14 abad yang lalu. Agama yang di bawa nabi Muhammad adalah agama

yang terakhir yang mengoreksi agama-agama sebelumnya.

Ketiga dalam Teologi Rasjidi merupakan penganut aliran Asy’ariyah,

beliau sangat menentang aliran Mu’tazilah dan beliau tidak ingin umat islam

mengikuti kembali aliran Mu’tazilah. Rasjidi menjelaskan secara panjang lebar di

dalam bukunya mengenai penyimpangan-penyimpangan kaum Mu’tazilah. Ada

yang mengatakan Pemikiran-pemikiran Mu’tazilah mulai muncul kembali oleh

pemikiran-pemikiran pembaharuan dalam Islam seperti Jamaludin al-Afgani,

Muhammad Abduh dan Ahmad Khan di India, padahal kenyataanya tidak seperti

inu, Rasjidi menerangkan dalam bukunya bahwa mereka adalah orang-orang yang

hidup pada abad 19 dan menyaksikan perubahan-perubahan orang-orang Barat

yang mencapai kemajuan karena ilmu teknik dan pemikiran-pemikiran yang

terbebas dari naungan Gereja. Mereka tak pernah mengatakan beraliran

Mu’tazilah yang terlahir kembali, mereka hanyalah orang-orang yang ingin

membangkitkan Umat Islam dari keterlambatan dan kebodohan agar terlepas dari

pengaruh imperialisme Barat yang merajalela di mana-mana. Adapun mereka

termasuk Ahlusunnah waj jama’ah dan bukan Syi’ah.

Keempat menurut Rasjidi pecinta kebenaran dan pengetahuan adalah

orang yang menjadikan pengetahuan sebagai usaha dan tujuan hidupnya, atau

orang yang mengabdikan diri kepada pengetahuan dan kebenaran. Walaupun

78
filsafat berasal dari bahasa Yunani, tetapi dalam bahasa Arab terdapat suatu kata

yang mempunyai arti sama dengan filsafat yaitu hikmah. Hikmah maknamya

adalah tali kendali. Dari sini diambil kata hikmah dalam artian pengetahuan atau

kebijaksanaan, karena hikmah menghalangi orang memilikinya dari perbuatan-

perbuatan yang rendah dan Hina. Dalam pemikiran Filsafat Rasjidi memegang

filsafat yang di kemukakan oleh Al-Ghazali, dan mengganggap bahwa filsafat Al-

Farabi dan Ibnu sina merupakan filsafat yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Rasjidi juga menentang filsafat Ibnu Rusd, karena Ibnu Rusd sangat terpengaruh

oleh Filsafat Aristoteles, menurut Rasjidi hal-hal yang menjauhkan Ibnu Rusd dari

aqidah Islam adalah pendapatnya mengenai alam itu tak ada permulaan dan juga

tak ada akhirnya. Pendapat tersebut sama dengan faham yang di anut Ibnu Sina.

Keenam, Rasjidi mengkritik pemikiran Harun Nasution tentang teologi

filsafat dan agama. Dalam pemahaman teologi yang menjadi permasalahan adalah

persoalan antara relevansi teologi rasional Mu’tazilah, dan mengenai akal dan

wahyu. Harun Nasution berpendapat bahwa teologi Mu’tazilah perlu di hidupkan

kembali menggantikan teologi As’ariyah yang sudah banyak berkembang di

tengah-tengah masyarakat Indonesia, sedangkan Rasjidi berpendapat bahwa

teologi Mu’tazilah sangat berbahaya bagi masyarakat Indonesia. Selain itu Rasjidi

mengkritik pendapat Harun Nasution tentang empat unsur agama seperti yang

telah di jelaskan sebelumnya. Dalam filsafat Harun Nasution mengutip filsafat Al-

Farabi bahwa filsafat aristoteles dan Flato dapat di satukan, kemudian filsafat

yang mengenai emanasi menerangkan bahwa semua yang ada memancar dari dzat

Tuhan melalui akal-akal. Rasjidi mengkritik pendapat Harun Nasution tersebut,

79
karena menurut Rasjidi dua pemikiran tersebut tidak bisa di satukan. Al-Farabi

menyetukan dua buah pemikiran Plato dan Aristoteles karena pada saat itu Al-

Farabi tidak mempunyai bahan-bahan yang cukup yang berwujud karangan Plato

dan Aristoteles. Filsafat Plato adalah idealis, sedangkan filsafat Aristoteles adalah

realis.

Ketujuh, Polemik antara Rasjidi dan Nurcholis Majid adalah mengenai

Sekularisasi. Salah satu pemacu lahirnya polemik ini adalah pemaparan Nurcholis

Majid yang membedakan antara sekularisasi dan sekularisme. Rasjidi mengkritik

habis gagasan-gagasan tersebut. Beliau melihat gagasan tersebut berpotensi

melikuidasi peran Islam dalam bernegara. Menurut analisa Rasjidi dari pemaparan

yang di paparkan Nurcholis Majid yang beliau lihat adalah Nurcholis Majid

merasakan jiwa keagamaan atau lebih tegasnya, jiwa Islam menjiwai bangsa

Indonesia secara dalam sehingga setiap tindakan yang di ambil oleh bangsa

Indonesia selalu di teliti dan di soroti oleh segi agama, dan hal tersebut selalu

memberikan kesimpulan negatif.

80
4.2.Saran

1. Dengan ditulisnya skripsi ini, penulis menyadari bahwa dalam penulisan

skripsi yang berjudul Biografi dan Pemikiran H.M Rasjidi (1965-2001)

masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis mengharapkan dengan

tulisan yang sederhana ini bisa memberi sumbangan keilmuwan khususnya

kepada jurusan Sejarah Peradaban Islam dan UIN Sunan Gunung Dzati

Bandung.

2. Penulis mengharapkan agar seluruh umat Islam lebih mengerti dan

menghargai agama Islam secara mendalam dengan membaca hasil tulisan

dari penulis mengenai pemikiran Rasjidi

3. Penulis mengharapkan pula siapapun yang membaca skripsi ini bisa

mengambil pelajaran adari apa yang penulis paparkan.

81
DAFTAR PUSTAKA

metodologi sejarah. (2005). Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Ananda, E. B. (1986). 70 Tahun Prof. Dr. H.M. Rasjidi. Jakarta: Pelita.

Anshari, e. S. (1987). Ilmu Filsafat dan agama. Surabaya: Bina Ilmu.

Anshari, E. S. (1987). Ilmu Filsafat dan Agama. Surabaya: Bina Ilmu.

azra, A. (2009). Ensiklopedia Ulama Nusantara, riwayat Hidup, Karya dan


Sejarah Perjuangan. Jakarta: Gelegar Media indonesia.

Azra, A. (t.thn.). Ensiklopedia Ulama Nusantara. Jakarta: Gelegar Media


Indonesia.

Darmawan, M. (1996). Intelektual, intelegasi, dan Perilaku politik Bangsa.


Bandung: Mizan.

Gottschalk, L. (1985). Mengerti Sejarah. Jakarta: yayasan penerbit Universitas


Indonesia.

H.MRasjidi. (1967). Islam dan Kebatinan. Jakarta: Bulan Bintang.

Harold H Tinus, M. S. (1984). Persoalan-persoalan filsafat. Jakarta: Bulan


Bintang.

Ismaun. (2005). Sejarah Sebagai Ilmu. Bandung: Utama Pers.

Kosim. (1984). Metode Sejarah, Asas dan Proses. Bandung: Fakultas Sastra
Universitas Padjajaran.

Kunto. (t.thn.).

Line, M. (t.thn.). Tragedi 1965. Dipetik Juni Kamis, 2019, dari Historia.id:
https://historia.id/politik/articles/tragedi-1965-DAEgD

82
Mahmud, Y. (2005). Sejarah Pendidikan Islam Indonesia. Jakarta: mutiara
Sumber Widya.

Marlinah, H. (2018). Pemikiran Rasional dan Tradisional (study pemikiran Harun


Nasution dan M Rasyidi). Tanggerang: Pustaka Pedia.

Mohamad, H. (2006). Tokoh Islam Berpengaruh Abad 20. Jakarta: Gema Insani.

Muslim, R. (2005). 72 Tokoh Muslim Indonesia (Pola Pikir Gagasan Kiprah dan
Falsafah). jakarta: Restu Ilahi.

Mutaharri, M. (2009). Perspektif Al-qur'an tentang Manusia dan agama.


Bandung: Mizan.

Nasution, H. (2011). Akal dan Wahyu. Jakarta: UI-Pres.

Nata, A. (1993). Ilmu Kalam, Filsafat, dan Tasawuf. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.

Natsir, M. (1980). Mencari Modus Vivendi Antar Umat Beragama di Indonesia.


Jakarta: Media Dakwah.

Nawawi, H. (1991). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGMPRES.

Nawawi, H. (1991). Metode Penelitian Bidang Sosial . Yogyakarta: UGMPRES.

Noer, D. (1982). Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1941. Jakarta: LP3ES.

Rasjidi. (1974). Empat Kuliah Agama Islam pada Perguruan Tinggi. Jakarta:
Bulan Bintang.

Rasjidi. (1977). koreksi Terhadap Harun Nasution Tentang Islam di Tinjau dari
Berbagai Aspeknya. Jakarta: Bulan Bintang.

Rasjidi, H. (1972). Koreksi Terhadap Drs Nurcholis Majid Tentang Sekularisasi.


Jakarta: Yayasan Bangkit.

Rasjidi, H. (1975). Filsafat Agama. Jakarta: Bulan Bintang.

83
Rasjidi, M. (1974). Mengapa Aku Tetap Memeluk Agama Islam. Jakarta: Bulan
Bintang.

Samsudin, H. (2016). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Sulasman. (2014). Metodologi Penelitian Sejarah. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syaifullah. (1997). Gerakan Politik Muhammadiyah dalam Masyumi. Jakarta:


Pustaka Utama Grafidi.

Syaifulloh. (1997). Gerakan Politik Muhammadiyah masyumi. Jakarta: Pustaka


Utama Grapidi.

Usman, H. (1986). Metode Penelitian Sejarah. Jakarta: Proyek Pembinaan


persarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama Islam Dierektorat Jendral
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam Departemen Agama.

Wijoyo, K. (2005). Motodologi Sejarah. Yogyakarta: PT Tiara Wacana.

Yunus, M. (1995). Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Mutiara Sumber Widya.

84

Anda mungkin juga menyukai