ABSTRAK types of food crops and horticultural crops. This pest is commonly
controlled using excessive pesticides that potentially caused
resistance and resurgence on the pest. Therefore, it is necessary to
Kirinyu (Chromolaena odorata) adalah gulma berbentuk semak
berkayu yang dapat berkembang cepat sehingga sulit dikendalikan. find out a substitute for synthetic insecticides by using botanical
Tumbuhan ini merupakan gulma padang rumput yang sangat insecticides. Siam weed leaf extract had been approved effectively
causing mortality on armyworms up to 80100% and reduced
merugikan karena dapat mengurangi daya tampung padang
penggembalaan. Selain sebagai pesaing agresif, kirinyu diduga soybean leaf damage by 55.2%. Active ingredient of the plant
memiliki efek allelopati serta menyebabkan keracunan bahkan extract is a stomach poison. Therefore, this weed can be utilized
as the main ingredient of botanical insectisides and should be
kematian pada ternak. Hasil penelitian menunjukkan gulma ini
dapat menjadi insektisida nabati karena mengandung pryrrolizidine developed in manufacture for economic value.
alkaloids yang bersifat racun terhadap serangga. Makalah ini Keywords: Siam weed, botanical insecticide, armyworm
menguraikan potensi tumbuhan kirinyu sebagai insektisida nabati
untuk mengendalikan ulat grayak. Ulat grayak adalah hama yang
sulit dikendalikan karena perkembangbiakannya cepat serta
PENDAHULUAN
mempunyai kisaran inang yang luas, yaitu hampir semua jenis
tanaman pangan dan hortikultura. Hama ini biasanya dikendalikan
dengan insektisida sintetis dengan dosis melebihi dari yang
ditentukan sehingga menyebabkan resistensi dan resurgensi. Oleh
P estisida sampai saat ini masih merupakan cara yang
dianggap paling ampuh untuk mengendalikan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Petani masih
karena itu, perlu dicari pengganti insektisida sintetis agar
penggunaannya dapat dikurangi dengan menggunakan insektisida mengandalkan penggunaan insektisida sintetis dalam
nabati. Ekstrak daun kirinyu efektif mengendalikan ulat grayak pengendalian hama tanaman dengan alasan mudah
dengan mortalitas 80100% serta menekan tingkat kerusakan daun didapat dan efektif, walaupun banyak menimbulkan
kedelai hingga 55,2%. Racun yang terkandung di dalam ekstrak dampak negatif terhadap lingkungan (Kardinan 1998).
kirinyu bersifat racun perut. Oleh karena itu, gulma ini perlu Dalam pengendalian hama terpadu, penggunaan
dikembangkan pemanfaatannya sebagai bahan insektisida nabati pestisida hendaknya menjadi pilihan terakhir.
agar bernilai ekonomis. Penggunaan pestisida yang kurang bijaksana dapat
Kata kunci: Kirinyu, insektisida nabati, ulat grayak menyebabkan pencemaran lingkungan, kematian
serangga bukan sasaran, penyederhanaan rantai makanan
alami dan keanekaragaman hayati (Norris et al. 2003
dalam Baliadi et al. 2012). Insektisida sintetis juga
ABSTRACT
berdampak negatif terhadap kehidupan serangga, flora
dan fauna, serta kesehatan manusia (Manuwoto 1999).
Siam weed (Chromolaena odorata) is a woody shrub weed that can
grow quickly so it is difficult to control. This plant is a pasture weed
Insektisida sintetis bersifat nonspesifik atau dapat
that can reduce the carrying capacity of the pastures. Beside as an membunuh organisme bukan sasaran, seperti musuh alami
aggressive weed, C. odorata allegedly had an allelopatic effect, yang harus dipertahankan keberadaannya (Arinafril dan
caused poisoning and death on animals. The weed has been Muller 1999; Thamrin et al. 1999).
recognized as botanical insectiside as it contains pryrrolizidine Dampak lain penggunaan insektisida sintetis adalah
alkaloids that is poisonous for insects. This paper described the terjadinya resistensi hama terhadap insektisida. Jika
potential of C. odorata as a botanical insecticide to control populasi hama menjadi resisten terhadap insektisida,
armyworms. Armyworm is a pest that is difficult to control due to maka insektisida tidak lagi efisien untuk mengendalikan
the rapid breeding and has a wide host range, covering almost all hama tersebut. Jika insektisida tersebut tetap digunakan,
Potensi tumbuhan kirinyu Chromolaena odorata (L) (Asteraceae: Asterales) .... (M. Thamrin et al.) 113
Tabel 1. Tumbuhan rawa di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah yang berpotensi sebagai insektisida
nabati.
pertumbuhan spesies lain, termasuk rumput yang tumbuh Tabel 2. Efikasi beberapa jenis ekstrak tumbuhan
di bawahnya. terhadap mortalitas ulat buah paria (Diaphania
indica).
Mortalitas
HASIL PENGUJIAN EFIKASI Perlakuan
(%)
Tabel 3. Efikasi perlakuan ekstrak tumbuhan sebagai insektisida nabati terhadap ulat grayak.
Mortalitas (%)
Perlakuan
24 jam 48 jam 72 jam 96 jam 120 jam
Tabel 4. Efikasi beberapa jenis ekstrak tumbuhan Tabel 5. Efikasi beberapa jenis ekstrak tumbuhan
terhadap mortalitas ulat plutela. terhadap mortalitas ulat grayak.
Mortalitas Mortalitas
Perlakuan Perlakuan
(%) (%)
Hasil uji efikasi insektisida nabati dari empat jenis disebabkan ulat grayak sebesar 55,2%. Pada minggu ke-1
tumbuhan terhadap ulat grayak menunjukkan, ekstrak dan ke-2 setelah infestasi, kerusakan daun kedelai
kirinyu dan daun sungkai efektif terhadap ulat grayak cenderung meningkat pada semua perlakuan, sehingga
dengan mortalitas masing-masing 85% dan 90% (Tabel 5). dilakukan penyemprotan kembali sesuai perlakukan, dan
Namun hasil pengujian Samharinto dan Pramudi (2009) satu minggu kemudian, intensitas kerusakan daun
menunjukkan, ekstrak daun sungkai hanya mampu menurun sampai minggu keempat, kecuali pada perlakuan
menyebabkan mortalitas larva ulat grayak 31,6%. Karena kontrol (Gambar 3). Hal ini disebabkan mortalitas larva
hasil yang berbeda ini, maka tumbuhan ini perlu diteliti yang tinggi, terutama pada saat pengamatan keempat,
lebih lanjut. Menurut Dadang dan Prijono (2008), mortalitas larva berkisar antara 90100% (Gambar 4).
kandungan bahan aktif tumbuhan yang sama sering Hasil percobaan efikasi ekstrak kirinyu, tembelekan
beragam, bergantung pada keadaan geografis daerah asal (Lantana camara), pilantus (Phyllanthus urinaria),
tumbuhan dan waktu pemanenan bagian tumbuhan yang jambu hutan (Eugenia sp.), dan insektisida sintetis (lamda
mengandung bahan insektisida. Cara penanganan dan sihalotrin) terhadap ulat grayak di laboratorium
ekstraksi juga memengaruhi keefektifan ekstrak yang menunjukkan ekstrak kirinyu paling efektif terhadap larva
diperoleh. ulat grayak dengan mortalitas 85%, namun belum
Penelitian di rumah kasa terhadap kerusakan tanaman mencapai 100% seperti insektisida sintetis (Gambar 5)
kedelai menunjukkan bahwa ekstrak kirinyu efektif untuk (Asikin dan Thamrin 2010). Pada hari pertama, larva ulat
mengendalikan ulat grayak, karena kerusakan tanaman grayak belum memperlihatkan gejala keracunan. Gejala
kedelai yang diberi ekstrak kirinyu hanya 8,3%, keracunan terlihat setelah larva tersebut memakan daun
sedangkan tanpa pengendalian kerusakannya mencapai sawi yang disemprot dengan insektisida nabati;
63,5%. Dengan demikian, penggunaan ekstrak kirinyu gerakannya menjadi lambat dan aktivitas makannya
mampu menekan tingkat kerusakan kedelai yang berkurang, kemudian warnanya berubah menjadi
70
Kirinyu
60 Kirinyu+deltametrin
50 Deltamet rin
Tanpa dikendalikan
40
30
20
10
0
1 2 3 4
Gambar 3. Pengaruh pemberian ekstrak daun kirinyu terhadap intensitas kerusakan daun kedelai yang disebabkan
oleh ulat grayak (Thamrin 2009).
Potensi tumbuhan kirinyu Chromolaena odorata (L) (Asteraceae: Asterales) .... (M. Thamrin et al.) 119
100
Kirinyu
90
Kirinyu+deltametrin
80 Deltamet rin
70 Tanpa dikendalikan
60
50
40
30
20
10
0
1 2 3 4
Waktu pengamatan (minggu setelah infestasi larva)
Gambar 4. Mortalitas larva ulat grayak yang dikendalikan dengan ekstrak kirinyu deltametrin pada tanaman
kedelai (Thamrin 2009).
kehitaman. Sampai hari ketiga sebagian besar larva mati. efektif terhadap larva ulat grayak dengan mortalitas 90%
Hal ini mengindikasikan bahwa kandungan racun pada untuk instar 23, dan 70% untuk instar 34, sedangkan
tumbuhan kirinyu dan perlakuan lainnya bersifat racun untuk perlakuan lainnya mortalitas larva berkisar 060%,
perut terhadap ulat grayak. kecuali perlakuan lamda sihalotrin dengan mortalitas
Hasil percobaan berikutnya yang juga dilakukan di 100% (Tabel 6). Dalam percobaan ini hanya kirinyu yang
laboratorium menunjukkan bahwa ekstrak kirinyu paling efektif terhadap larva ulat grayak, sedangkan tiga
perlakuan lainnya memiliki daya racun yang rendah.
Hasil percobaan tiga ekstrak tumbuhan kirinyu,
cambai, dan sungkai terhadap ulat grayak menunjukkan,
Mortalitas larva (%) hanya ekstrak kirinyu paling efektif terhadap larva ulat
100 grayak dengan mortalitas 85% (Gambar 6). Pada
80
penggunaan insektisida BPMC, mortalitas larva terjadi
sejak hari pertama, dan pada hari kedua mortalitasnya
60
mencapai 100%. Pada perlakuan insektisida nabati,
40 mortalitas larva terlihat setelah hari kedua dan ketiga,
20 namun setelah hari keempat tidak terlihat larva yang mati,
0
bahkan larva-larva tersebut berhasil menjadi serangga
Kirinyu Tembelekan Pilantus Jambu -Sihalotrin Tanpa dewasa (Asikin dan Thamrin 2010).
hutan insektisida
Tabel 6. Efikasi perlakuan ekstrak tumbuhan sebagai insektisida nabati terhadap larva ulat grayak.
(L.) R.M. King and H. Robinson di Jonggol, Jawa Barat. Tesis, yang berwawasan lingkungan. Kerja Sama Kementerian Riset
Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 79 hlm. dan Teknologi dengan Badan Penelitian dan Pengembangan
Prawiradiputra, B.R. 2007. Kirinyu (Chromolaena odorata (L.) Pertanian. 14 hlm.
R.M. King dan H. Robinson: Gulma padang rumput yang Thamrin, M., M. Willis, dan S. Asikin. 1999. Parasitoid dan
merugikan. Bulletin Ilmu Peternakan Indonesia (WARTAZOA), predator penggerek batang padi di lahan rawa pasang surut
17(1): 4652. Kalimantan Selatan. Dalam Prasadja, I., M. Arifin, I.M. Trisawa,
Samharinto, S. dan M.I. Pramudi. 2009. Eksplorasi dan efikasi IW. Laba, E.A. Wikardi, D. Sutopo, Wiranto, dan E. Karmawati
tumbuhan rawa yang berpotensi sebagai insektisida nabati (Ed). hlm. 175181. Prosiding Seminar Nasional Peranan
terhadap ulat grayak (Spodoptera litura F.). Agroscientiae: 2 Entomologi dan Pengendalian Hama yang Ramah Lingkungan
(16): 124132. dan Ekonomis. Perhimpunan Entomologi Indonesia Cabang
Sastrodihardjo, S., I. Ahmad, T. Koesumaningtyas, dan S. Manaf. Bogor.
1992. Penggunaan Produk alam dalam pengendalian hama Thamrin, M. dan S. Asikin. 2009. Ekstrak tumbuhan yang
terpadu. PAU Ilmu Hayati ITB, Bandung. berpotensi mengendalikan ulat kubis Plutella xylostella. hlm.
Sipayung, A., R.D. de Chenon, and P.S. Sudharto. 1991. 230233. Prosiding Seminar Nasional Perlindungan Tanaman.
Observations on Chromolaena odorata (L.) R.M. King and H. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Robinson in Indonesia. Second International Workshop on the Thamrin, M., S. Asikin, Mukhlis, dan A. Budiman. 2007. Potensi
Biological Control and Management of Chromolaena odorata. ekstrak flora lahan rawa sebagai pestisida nabati. hlm. 2331.
Biotrop, Bogor. http://www.ehs.cdu.edu.au/chromolaena/2/ A. Supriyo, A., M. Noor, I. Ar-Riza, dan D. Nazemi (Ed).
2sipay. [13 January 2006]. Monograf: Keanekaragaman Flora dan Buah-buahan Eksotik
Soejitno, J. 2002. Pesticide residues on food crops and vegetables Lahan Rawa. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
in Indonesia. Indones. Agric. Res. Dev. J. 21(4): 124132. Sumberdaya Lahan Pertanian, Bogor.
Surtikanti. 2004. Kumbang bubuk Sitophilus zeamais Motsch Wardhana, A. Gt. 1997. Penetapan LC 50 Ekstrak pucuk daun
(Coleoptera: Curculionidae) dan strategi pengendaliannya. Jurnal kepayang (Pangium edule Rein W.) terhadap ulat pemakan
Litbang Pertanian 23(4): 123129. daun kubis (Plutella xylostella Linn.). Skripsi. Fakultas Pertanian
Takahashi, N. 1981. Application of biologically natural products Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
in agricultural fields. pp. 110–132. In M. Wirahadikusumah Willis, M., M. Thamrin, dan S. Asikin. 2003. Evaluasi status
and A.S Noer (Eds.). Proc. Regional Seminar on Recent Trend hama utama tanaman palawija di lahan rawa pasang surut.
in Chemistry of Natural Product Research. Penerbit ITB, Laporan Hasil Penelitian, Balai Penelitian Pertanian Lahan
Bandung. Rawa, Banjarbaru.
Thamrin, M. 2009. Pemanfaatan insektisida nabati asal tumbuhan Yadav, A.S. and R.S. Tripathi. 1981. Population dynamic of the
rawa untuk pengendalian ulat grayak dan plutela pada ruderal weed Eupatorium odoratum and its natural regulation.
pertanaman kedelai dan sayuran di lahan rawa pasang surut Oikos No. 36. Copenhagen.