Oestoporosis Defita-1
Oestoporosis Defita-1
DENGAN OSTEOPOROSIS
DISUSUN OLEH :
DEFITA SARI
173210281
( ) ( )
Pengertian
Osteoporosis berasal dari kata osteo dan porous, osteo artinya tulang, dan porousberarti
berlubang-lubang atau keropos. Jadi, osteoporosis adalah tulang yang keropos, yaitu penyakit
yang mempunyai sifat khas berupa massa tulangnya rendah atau berkurang, disertai gangguan
mikro-arsitektur tulang dan penurunan kualitas jaringan tulang yang dapat menimbulkan
kerapuhan tulang (Tandra, 2009).
Menurut WHO pada International Consensus Development Conference, di Roma, Itali, 1992
Osteoporosis adalah penyakit dengan sifat-sifat khas berupa massa tulang yang rendah, disertai
perubahan mikroarsitektur tulang, dan penurunan kualitas jaringan tulang, yang pada akhirnya
menimbulkan akibat meningkatnya kerapuhan tulang dengan resiko terjadinya patah tulang
(Suryati, 2006).
Osteoporosis adalah gangguan metabolisme tulang sehingga massa tulang menurun, komponen
matrik yaitu mineral dan protein berkurang, resorpi terjadi lebih cepat daripada formasi tulang
sehingga tuang menjadi tipis. Pada tulang dengan osteoporosis terjadi penurunan ketebalan
tulang kompakta dan peningkatan diameter rongga madulary.
Kondisi di ataas menyebabkan terjadinya pelebaran rongga sumsum tulang dan saluran havers,
trapekula berkurang dan menjadi tipis akibatnya tulang mudah retak. Tulang yang mudah terkena
adalah vertebra, pelipis dan tengkorak.
Klasifikasi
1. Osteoporosis Primer
Osteoporosis primer berhubungan dengan kelainan pada tulang, yang menyebabkan peningkatan
proses resorpsi di tulang trabekula sehingga meningkatkan resiko fraktur vertebra dan Colles.
Pada usia decade awal pasca menopause, wanita lebih sering terkena dari pada pria dengan
perbandingan 68:1 pada usia rata-rata 53-57 tahun.
2. Osteoporosis Sekunder
Osteoporosis sekunder disebabkan oleh penyakit atau sebab lain diluar tulang
Etiologi
Perkembangan osteoporosis sangat komplek meliputi faktor-faktor nutrisi, fisik, hormonal dan
genetik. Adapun tiga faktor utama yang mempengaruhi osteoporosis adalah :
1. Defisiensi kalsium.
Hal ini dikarenakan intake kalsium dalam makanan yang kurang/tidak adekuat. Menurunnya
kalsium ada hubungannya dengan bertambahnya usia yaitu dengan berkurangnya absorbsi
kalsium, tidak adekuatnya intake vitamin D atau penggunaan obat-obatan (heparin, alkohol,
antasida ikatan fosfat,, kortikosteroid, fenitoin, isoniazid) dalam jangka waktu lama.
Imobilisasi dapat menyebabkan proses menurunnya massa tulang. Olahraga atau latihan yang
teratur dapat mencegah penurunan masssa tulang. Tekanan-tekanan mekanis pada latihan akan
membuat otot-otot berkontraksi yang dapat merangsang formasi tulang.
Selain tiga hal tersebut di atas, gangguan kelenjar endokrin dapat menyebabkan osteoporosis
yaitu penyakit chusing, thyrotoxicosis atau hipersekresi kelenjar adrenal.
Faktor risiko terjadinya osteoporosis antarra lain : kurang terkena sinar matahari, alkoholisme,
banyak mengkonsumsi nikotin (perokok) dan kafein, kurang aktivitas fisik, ada riwayat keluarga
dengan osteoporosis.
Patofisiologi
Patogenesis osteoporosis promr mempunyai faktor etiologi multipel sebagai akibat bertambanya
usia, yang merupakan perpaduan antara turunnya pembentukan tulang ddan peningkatan
reapsorpsi tung yang hasil akhirnya ialah hilangnya massa tulang. Beberapa hipotesis yang
diajukan antara lain : kegagalan relatif osteoblast, defisit vitamin D dan kalsium akibat
perubahan diet. Penurunan efisiensi absorpsi kalsium di usus ddan efisiensi kalsium di ginjal,
penurunan kadar kalsitonin dan estrogen dan kenaikan kadar PTH.
Pathway
Manifestasi Klinik
1. Osteoporosis mungkin tidak memberikan gejala kinis sampai terjadi patah tulang, nyeri
dan deformitas biasanya menyertai patah tulang.
2. Dengan melemah dan kolapsnya korpus vertebra, tinggi seseorang dapat berkurang atau
timbul kifosis dan individu menjadi bungkuk (kadang-kadang disebut dowager’s hamp).
3. Adanya osteopenia gigi ditandai dengan gejala gigi mudah tanggal yang disertai
reapsorpsi gusi ata banyak gusi yang goyah, dapat digunakan sebagai patokan
kemungkinan adanya osteoporosis tulang.
Komplikasi
Adapun komplikasi yang bisa ditimbulkan dari osteoporosis ialah sebagai berikut :
5)Fraktur radius.
Pemeriksaan Diagnostik
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
1. Pengobatan
2. Penatalaksanaan keperawatan
3. Pencegahan
1. Pencegahan osteoporosis dimulai sejak masa anak-anak dan remaja yaitu kebiasaan
berolahraga dan nutrisi yang adekuat untuk memperkuat tulang.
2. Olahraga beban bahkan pada usia lanjut (>85 tahun), telah dibuktikan dapat
meningkatkan kepadatan tulang dan massa otot dan memperbaiki daya tahan fisik dan
keseimbangan.
3. Terapi estrogen-progesteron pengganti selama dan setelah menopouse dapat mengurangi
pembentukan osteoporosis pada wanita. Kontra indikasi terapi penggantian estrogen
adalah riwayat kanker payudara pada individu atau keluarga atau riwayat individu
mengidap pembentukan pembekuan darah.
4. Terapi testosteron dapat mengurangi osteoporosis pada pria.
5. Suplemen kalsium dan vitamin D melalui makanan dapat mengurangi pembentukan
osteoporosis baik pada pria maupun wanita.
6. Hindari merokok.
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
1. Rasa sakit/nyeri pada tulang punggung (bagian bawah), nyeri leher, merasakan berat
badan menurun. Umur dan jenis kelamin biasanya diataas usia 50 tahun dan sering pada
wanita, kurangnya aktifitas atau Imobilisasi. keadaan nutrisi misal kurang vitamin D, C
dan kalsium. Mengkonsumsi alkohol dan kafein, merokok.
2. Adanya penyakit endokrin : Diabetes melitus, Hipertiroidisme, hiperparatiroidisme,
chusing’s syndom, acromegali, hypogonadism.
b. Pemeriksaan fisik
Lakukan penekanan pada tulang punggung apakah terdapat nyeteka, nyeri pergerakan. Periksa
mobilitas amati posisi pasien yang nampak membungkuk.
c. Riwayat psikososial
Penyakit ini terjadi pada usia tua dan lebih banyak pada wanita. Biasanya sering timbul
kecemasan, takut melakukan aktifitas, dan perubahan konsep diri.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang timbul pada pasien osteoporosis, pada umumnya adalah:
Intervensi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan 1.
Gangguan mobilitas fisik sehubungan dengan proses penyakit
Rencana/tindakan keperawatan
1. Gunakan matress dengan tempat tidur papan. Hal ini untuk memperbaiki posisi tulang
belakang
2. Bila ada indikasi, bantu pasien dengan menggunakan walker atau tongkat
3. Bantu dan ajarkan untuk latihan ROM setiap 4 jam utnuk meningkatkan fungsi
persendian dan mencegah kontraktur
4. Ajarkan pada pasien untuk mencegah fraktur
5. Bila pasien dianjurkan menggunakan brace punggung atau korset, perlu dilatih
penggunaan dan jelaskan tujuannya yaitu untuk menunjang tubuh/anggota badan.
6. Beriakn analgetik, estrogen, kalsium dan vitamin D sesuai terapi dokter
7. Berikan diet tinggi kalsium dan vitamin D sesuai terapi dokter
8. Monitor kadar kalsium.
Diagnosa Keperawatan. 2
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh untuk kalsium dan vitamin D
Hasil yang diperkirakan : pesien menunjukkan masukan kalsium dan vitamin D yang adekuat,
merencanakan menu 3 hari yang memberikan masukan yang cukup dari keduanya
Diagnosa Keperawatan. 3
Gangguan konsep diri : perubahan body image / harga diri berhubungan dengan proses penyakit
Tujuan : Pasien dapat mengekspresikan perasaan, pasien dapat mengungkapkan kopinh yang
positif.
Rencana/tindakan keperawatan
Diagnsa Keperawatan. 4
Tujuan : Pasien dan keluarga dapat memahami cara perawatan dirumah dengan benar
Rencana/tindakan keperawatan
1. Jelaskan pentingnya diit yang tepat, aktifitas yang sesuai serta istirahat yang cukup
2. Jelaskan penggunaan obat yang diberikan secara detail
3. Jelaskan pentingnya lingkungan yang aman misal lantai tidak licin, menghindari jatuh,
menggunakn pegangan, menghindari gerakan cepat dan tiba-tiba
4. Ajurkan untuk mengurangi kafein, alkohol, dan merokok bila pasien sebelumnya
mengkonsumsi atau menghindarinya
5. Jelaskan pentingnya follow-up
Evaluasi
1. Bunga rampai, editor Waspadji, Sarwono dkk. 1996. Ilmu Penyakit Dalam. FKUI.
Jakarta
2. Corwin, Elizabet. J. 2000. Buku Saku Patofisiologi. EGC. Jakarta
3. Carpenito, Lynda Jual. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 8. EGC. Jakarta
4. Swearingen. 2000. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 2. EGC. Jakarta