0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
7 tayangan7 halaman
Berisi tentang penjelasan perputaran kesehatan reproduksi. Hal ini merupakan sesuatu yang wajib diberikan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat serta untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya melalui sebuah upaya promotif dan preventif. Dokumen ini dipersembahkan untuk para readers yang ingin menambah pengetahuannya
Berisi tentang penjelasan perputaran kesehatan reproduksi. Hal ini merupakan sesuatu yang wajib diberikan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat serta untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya melalui sebuah upaya promotif dan preventif. Dokumen ini dipersembahkan untuk para readers yang ingin menambah pengetahuannya
Berisi tentang penjelasan perputaran kesehatan reproduksi. Hal ini merupakan sesuatu yang wajib diberikan untuk mendukung kesejahteraan masyarakat serta untuk mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya melalui sebuah upaya promotif dan preventif. Dokumen ini dipersembahkan untuk para readers yang ingin menambah pengetahuannya
Kesehatan reproduksi dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan
Pembangunan didefinisikan sebagai keadaan sejahtera fisik, mental maupun sosial yang utuh dalam segala hal dan berkaitan dengan fungsi, peran serta sistem reproduksi. Ruang lingkup kesehatan reproduksi sangat luas karena mencakup seluruh kehidupan manusia sejak lahir hingga mati. Uraian tentang ruang lingkup kesehatan reproduksi yang lebih rinci digunakan pendekatan siklus hidup (life-cycle approach), sehingga digunakan dalam menciptakan pelayanan yang nyata dan dapat dilaksanakan. Pelayanan kesehatan reproduksi bersifat responsif terhadap kebutuhan klien atau pasien, maka setiap pelayanan yang diberikan perlu diterpadukan. Pelayanan reproduksi yang dibutuhkan oleh pasien atau klien perlu menampung aspek yang relevan mengenai kesehatan reproduksi dengan mengikuti standar pelayanan yang berlaku. Beberapa pelayanan atau program kesehatan reproduksi dalam tahapan siklus hidup (life-cycle approach) sebagai berikut:
1. Ibu hamil dan janin
Program: Pelayanan KIA (Kelas Ibu Hamil) Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia no. 97 Tahun 2014 pasal 12 ayat 1 menyatakan bahwa “Pelayanan Kesehatan Masa Hamil bertujuan untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan kesehatan yang bekualitas sehingga mampu menjalani kehamilan yang sehat, bersalin dengan selamat, dan melahirkan bayi yang sehat dan berkualitas.” Dengan demikian Pelayanan KIA menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia dalam bukunya “pedoman pelaksanaan kelas Ibu hamil” salah satu program yang dilakukan adalah kelas Ibu hamil yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan kesehatan baik puskesmas maupun rumah sakit. Pertemuan kelas Ibu hamil dilakukan minimal 4 kali pertemuan selama hamil atau sesuai dengan kesepakatan antara fasilitator dengan peserta. Pada setiap pertemuan, materi kelas Ibu hamil yang akan disampaikan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi Ibu hamil tetapi tetap mengutamakan materi pokok. Khusus untuk materi 3 yang akan disampaikan dapat disesuaikan dengan kondisi atau permasalahan kesehatan di wilayah setempat. Misalnya materi malaria dapat disampaikan pada daerah endemis malaria. Pelaksanaan pertemuan biasanya dilakukan di awal kehamilan. Kemudian, pada setiap akhir pertemuan dilakukan aktivitas fisik atau senam Ibu hamil. Aktivitas fisik atau senam Ibu hamil merupakan kegiatan tambahan dari kelas Ibu hamil. Jika sudah dilaksanakan diharapkan dapat mengimplementasikannya sendiri di rumah. Waktu pertemuan disesuaikan dengan kesiapan Ibu-Ibu hamil, bisa dilakukan pada pagi atau sore hari dengan durasi pertemuan 120 menit termasuk senam Ibu hamil 15-20 menit. Kegiatan senam hamil dapat dilakukan bagi Ibu hamil dengan umur kehamilan 20-32 minggu. Sasaran: peserta kelas Ibu hamil mencakup semua Ibu hamil di wilayah kerja pelayanan kesehatan. Jumlah peserta Ibu hamil maksimal 10 orang setiap kelas. Diharapkan suami atau keluarga dapat mendampingi minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang tanda bahaya serta persiapan persalinan atau materi lainnya. Tujuan: secara umum tujuan dari kelas Ibu hamil berupaya dalam meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku Ibu dalam memahami mengenai pemeriksaan kehamilan agar Ibu dan janin sehat, persalinan aman, nifas nyaman Ibu selamat, bayi sehat, pencegahan penyakit fisik dan jiwa, gangguan gizi dan komplikasi kehamilan, persalinan, dan nifas agar Ibu dan bayi sehat, perawatan bayi baru lahir supaya tumbuh kembang optimal, serta aktivitas fisik Ibu hamil. Manfaat: adanya interaksi dan pengalaman antar peserta (Ibu hamil dengan Ibu hamil lainnya, Ibu hamil dengan suami atau keluarga, serta suami atau keluarga dengan suami atau keluarga lainnya), Ibu hamil dengan bidan atau tenaga kesehatan. Selain itu, untuk mengetahui keadaan atau kondisi Ibu dan janin melalui pemeriksaan dan meningkatkan pemahaman Ibu hamil mengenai peilaku atau hal-hal yang dianjurkan selama masa kehamilan. Penyelenggaran KIA pada Puskesmas lebih mengedepankan pengembangan masyarakat melalui pembinaan dan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu untuk masyarakat di suatu wilayah kerja tertentu sehingga masyarakat dapat memperoleh informasi lebih akurat dari pihak Puskesmas, sedangkan pelayanan KIA pada rumah sakit (RS) lebih mengutamakan penanganan pasien yang sakit pada tahap kuratif maupun rehabilitatif.
2. Bayi, balita, paud dan TK
Program: Pos PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) Pelayanan kesehatan yang dapat diberikan pada tahap ini adalah Pos PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang diselenggarakan oleh Posyandu atau fasilitas kesehatan lainnya (Kemenkes RI, 2016). Pendidikan anak usia dini merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas). Sedangkan Pos PAUD adalah bentuk layanan PAUD yang penyelenggaraannya dapat diintegrasikan dengan layanan Bina Keluarga Balita (BKB) dan Posyandu yang pengelolaannya di bawah pembinaan pemerintah desa/kelurahan. Program pembelajaran Pos PAUD dilakukan dalam bentuk Pengasuhan Bersama untuk kelompok anak usia 3-30 bulan dan Bermain Berama untuk kelompok anak usia 31- 72 bulan sampai anak sekolah. Kelompok pengasuhan bersama usia 3-30 bulan dilakukan seminggu sekali bersama orang tua atau pengasuhnya, sedangkan untuk kelompok usia 31-48 minimal 2 kali perminggu, dan usia 61-72 bulan minimal 4 kali perminggu. Semua orang tua diwajibkan mengikuti kegiatan pembinaan orang tua (parenting) secara berkala sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Seluruh kegiatan yang didapatkan selama di Pos PAUD dapat dilanjutkan atau diterapkan di rumah masing-masing oleh keluarga dan lingkungan. Sasaran: peserta Pos PAUD mencakup seuruh komponen di dalamnya meliputi anak usia 3-72 bulan, pendidik, petugas kesehatan serta interaksi orang tua terhadap anak maupun dalam mengikuti kegiatan parenting. Tujuan: memberikan layanan PAUD yang pengelolaannya berbasis masyarakat di bawah pembinaan pemerintah desa/ kelurahan. Layanan PAUD dapat menjangkau masyarakat secara luas hingga ke pelosok pedesaan. Adanya program ini mampu menggerakkan orang tua dan keluarga untuk melakukan pola asuh positif di rumah, sehingga memberikan pemahaman yang lebih antara anak dan orang tua dalam mendidik buah hatinya. Manfaat: menciptakan keterpaduan antara layanan pembinaan orang tua melalui Bina Keluarga Balita (BKB) dan layanan kesehatan serta gizi melalui Posyandu. Selain itu, menimbulkan keterpaduan pemberian rangsangan pendidikan yang dilakukan di Pos PAUD (center base) dan yang dilakukan pada rumah masing-masing (home base). Dengan demikian anak menerima layanan secara utuh dan terpadu yang mencakup aspek kesehatn, gizi, pengasuhan, dan pendidikan; serta layanan yang berkelanjutan di Pos PAUD dan rumah. Penambahan dalam pemanfaatan alam sekitar sebagai media pembelajaran akan berkontribusi terhadap perkembangan dan daya pikir. Penyelenggaraan Pos PAUD dilakukan kerja sama antara Puskesmas maupun rumah sakit, dalam hal ini Puskesmas menekankan kepada pembinaan dan pengembangan bayi maupun balita melalui berbagai interaksi antara teman sebayanya maupun keluarga dan masyarakat. Sedangkan pada rumah sakit mengutamakan tes kesehatan yang dilakukan pada bayi maupun balita untuk melihat kondisi mereka.
3. Anak sekolahan (SD)
Program: PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) Permenkes RI no: 2269/MENKES/PER/XI/2011 dalam bukunya yang “Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”, sebuah kebijakan atau pelayanan kesehatan yang dapat diberikan pada tahap ini dan memungkinkan untuk mempengaruhi kesehatan reproduksi anak adalah program PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat). PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat (Kemenkes RI, 2011). Program ini diterapkan di fasilitas pelayanan kesehatan (puskesmas, rumah sakit, atau klinik). Sasaran primer salah satunya adalah anak sekolah diharapkan dapat mempraktikkan perilaku yang menciptakan fasilitas pelayanan kesehatan ber-PHBS mencakup mencuci tangan menggunakan sabun, menggosok gigi sebelum tidur, kebersihan kuku, olahraga teratur, membuang sampah pada tempatnya, menggunakan jamban yang sehat, tidak meludah disembarangan tempat, dan lain-lain. Pembinaan PHBS diluncurkan oleh Pusat Penyuluhan Kesehatan (sekarang Promosi Kesehatan) pada tahun 1996 dengan menggunakan pendekatan tatanan yang ditetapkan sebagai indikator guna mengukur pencapian pembinaan PHBS. Penerapan PHBS yang berada dalam institusi pendidikan dilaksanakan melalui kegiatan Unit Kesehatan Sekolah (UKS), sedangkan pembinaan PHBS di fasilitas kesehatan berkaitan dengan pengembangan dan pembinaan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Sasaran: berupa sasaran langsung seperti individu (anak-anak), kemudian sasaran sekunder yang memiliki pengaruh terhadap sasaran primer dalam pengambilan keputusan seperti orang tua, kepala sekolah, tokoh pendidikan, tokoh kesehatan, dan lain-lain. Tujuan: meningkatkan kualitas kesehatn melalui proses pengetahuan dan pemahaman PHBS yang menjadi awal bagi individu dalam menjalani perilaku kehidupan sehari-hari yang bersih dan sehat bagi tatanan rumah tangga yang di dalamnya ada beberapa struktur anggota seperti anak-anak, ayah dan Ibu. Selain itu juga tatanan institusi pendidikan dan fasilitas kesehatan guna memberikan akses informasi dan edukasi kepada anak-anak maupun khalayak umum. Manfaat: meningkatkan kesadaran anak-anak maupun masyarakat untuk mau menjalankan hidup bersih dan sehat yang memenuhi standar kesehatan. Hal tersebut agar anak-anak membiasakan dirinya dalam mencegah dan menanggulangi masalah kesehatan. Selain itu, dengan menerapkan PHBS anak-anak maupun masyarakat mampu menciptakan lingkungan yang sehat dan meningkatkan kualitas hidup. Program PHBS yang ada pada Puskesmas mengupayakan upaya promotif maupun preventif melalui penyuluhan atau pemberian informasi kepada anak sekolahan secara berkala terkait pentingnya PHBS, sedangkan pada rumah sakit lebih mengutamakan pelayanan kesehatan perorangan yang menjadi rujukan tindakan medis yang lebih akurat.
4. Remaja awal (SMP/ SMA)
Program: PKPR (Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja) Pemerintah memberikan perhatian khusus terhadap remaja yang tertuang dalam UU No. 36 Tahun 2009 pasal 136 ayat (1) menyatakan bahwa “upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif baik sosial maupun ekonomi”. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada program PKPR meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang diberikan secara komprehensif di semua tempat yang akan melakukan pelayanan remaja dengan pendekatan PKPR termasuk pelayanan kesehatan reproduksi remaja (infeksi menular seksual/IMS, HIV/AIDS), pencegahan dan penanggulangan kehamilan pada remaja, pelayanan gizi mencakup konseling dan edukasi, tumbuh kembang remaja, skrining status TT pada remaja, pelayanan kesehatan jiwa remaja, deteksi dan penanganan kekerasan pada remaja serta pencegahan dan penanggulangan NAPZA, dan lain-lan. Kemudian ungkapan tersebut telah diperjelas dalam pasal 137 ayat (1) yang berbunyi “pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh edukasi, informasi, dan layanan mengenai kesehatan remaja agar mampu hidup sehat dan bertanggung jawab”. Pelayanan konseling dapat dilakukan secara individual maupun kelompok. Konseling kelompok melibatkan 6-12 orang yang memiliki kesamaan tema, tujuan dan usia/kematangan. Sasaran: remaja sekolah maupun di luar sekolah meliputi karang taruna, palang merah remaja, runmah singgah, organisasi remaja, dan lain-lain. Selain itu ada remaja putri sebagi calon Ibu dan remaja hamil tanpa mempermasalahkan status pernikahan, remaja yang rentan terhadap penenularan HIV maupun penyakit menular seksual, serta remaja berkebutuhan khusus. Tujuan: terselenggaranya PKPR berkualitas di Puskesmas dan tempat pelayanan remaja lainnya yang mampu menghargai dan memenuhi hak-hak serta kebutuhan remaja sebagai individu dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan yang optimal bagi remaja sesuai dengan potensi yang dimiliki Manfaat: remaja memperoleh informasi yang dibutuhkan sehingga memahami kebutuhan untuk hidup sehat dan lebih produktif, serta dapat memanfaatkan berbagai jenis dan tempat pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan. Terbentuknya jejaring antar kelompok remaja maupun kelompok masyarakat. Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR) pada Puskesmas yang mengedepankan pembangunan berwawasan kesehatan dan menjangkau masyarakat sampai wilayah terpencil. Sedangkan PKPR pada rumah sakit sebagai rujukan media penyembuhan dan pemulihan penyakit yang diderita oleh remaja maupun masyarakat. 5. Dewasa atau pasangan usia subur Program: KB (Keluarga Berencana) Pelayanan KB merupakan salah satu strategi untuk mendukung penurunan Angka Kematian Ibu melalui mengatur waktu, jarak dan jumlah kehamilan, memperkecil kemungkinan seorang perempuan hamil mengalami komplikasi yang membahayakan nyawa Ibu atau janin selama kehamilan, persalinan dan nifas, memperkecil risiko terjadinya kematian akibat komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Pelayanan keberlanjutan (continum of care) dalam pelayanan KB meliputi konseling WUS/ calon pengantin, konseling KB pada Ibu hamil/ promosi KB pasca persalinan, pelayanan KB pasca persalinan, dan pelayanan KB interval. Salah satu strategi yang digunakan dalam program ini adalah peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan KB melalui pelayanan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE) dan konseling secara sistematis deangan salah satu program utama memastikan seluruh penduduk menjangkau dan mendapatkkan pelayanan KB. Melalui konseling pemberian pelayanan mmbantu klien memilih cara KB yang cocok dan membantunya untuk menggunakan KB secara benar. Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan Nasional dan Permenkes Nomor 28 Tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional menyatakan bahwa Pelayanan KB merupakan salah satu pelayanan promotif dan preventif. Selama masa transisi universal health coverage pada tahun 2019, maka pelayanan KB bagi penduduk yang belum terdaftar sebagai peserta JKN dapat dibiayai dengan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda). Pelayanan yang dijamin meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, tubektomi, termasuk komplikasi KB yang bekerjasama dengan lembaga yang membidangi KB. Sasaran: meningkatnya peserta KB pria, penundaan usia perkawianan pertama perempuan menjadi 21 tahun, memasyarakatkan Persiapan Kehidupan Berkeluarga. Tujuan: meningkatkan kesejahteraan Ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertumbuhan penduduk. Selain itu, mampu meningkatkan kemampuan dalam program KIA/KB melalui pelayanan yang diberikan sebagai upaya penurunan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi, kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Melakukan pembinaan peserta KB baik menggunakan kontrasepsi jangka panjang (MKJP) maupun Non metode kontrasepsi jangka panjang (Non MKJP). Manfaat: menurunkan risiko kehamilan pada Ibu, menurunkan risiko kanker pada wanita, dengan adanya KB maka tidak mengganggu tumbuh kembang anak karena orang tua akan lebih memerhatikan anaknya, menjaga kesehatan mental sebab mampu mengatur jarak kehamilan sehingga membutuhkan perencanaan yang matang, Pelayanan Keluarga Berencana (KB) pada Puskesmas mengedepankan pemberian informasi selengkap-lengkapnya mengenai berbagai dampak yang akan terjadi dari penggunaan KB tanpa ada yang disembunyikan serta manfaat dari KB itu sendiri. Pelayanan tersebut berupa konseling kepada tenaga kesehatan secara bertahap. Sedangkan pada rumah sakit lebih spesifik pada penanganan khusus akibat dari penggunaan KB atau pengobatan dan penyembuhan yang diberikan setelah penggunaan KB. 6. Lansia Program: Pelayanan Geriatri Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang meningkatkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Seorang warga lanjut usia harus dipandang sebagai manusia seutuhnya, meliputi lingkungan kejiwaan (psikologis) dan sosial ekonomi. Pelayanan kesehatan warga lanjut usia di masyarakat mengupayakan dalam menangani kesehatan para warga lanjut usia, setelah diberikan pelatihan dan penambahan pengetahuan secukupnya dengan berbagai cara antara lain ceramah, lokakarya, penyuluhan, maupun simposium. Penyelenggara kesehatan termasuk Puskesmas dan rumah sakit merupakan tulang punggung layanan pada tingkat ini. Masyarakat memantau kondisi warga lanjut usia di lingkungannya dan menyampaikan permasalahan yang ada pada Puskesmas maupun rumah sakit. Kegiatan pelayanan kesehatan pada warga lanjut usia diberikan di dalam gedung maupun di luar gedung. Bentuk kegiatan pelayanan kesehatan di luar gedung sebagai bentuk pelayanan proaktif dilaksanakan melalui pelayanan kesehatan kelompok lanjut usia (Posyandu/ Posbindu Lanjut Usia); program perawatan warga lanjut usia di rumah (home care); pelayanan kesehatan di panti sosial. Pembinaan dan pengawasan dilakukan dalam pelayanan Geriatri secara berkesinambungan. Sasaran: melayani masyarakat lanjut usia yang memiliki usia rata-rata 60 tahun. Tujuan: meningkatkan kualitas hidup, pelayanan, dan keselamatan pasien Geriatri di Rumah Sakit maupun Puskesmas, pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat, pengembangan jangkauan pelayanan, serta berorientasi kepada keselamatan pasien Geriatri. Manfaat: upaya meningkatkan kesejahteraan pada lanjut usia yang diarahkan untuk memperpanjang usia harapan hidup dan meningkatkan masa produktif agar terwujudnya kemandirian dan kesejahteraan. Pelayanan Geriatri bersifat kontinuitas dan berorientasi kepada pembinaan dan pengembangan lanjut usia. Penyelenggaraan pelayanan Geriatri biasanya dilakukan pada tingkat Puskesmas maupun rumah sakit. Pada tingkat Puskesmas dengan cara memberikan informasi yang baik dan benar pada lansia, selain itu juga memberdayakan lansia. Sedangkan pada tingkat rumah sakit lebih proaktif terhadap pengobatan dan kesembuhan lansia, karena pada tahap ini lansia sering menderita gejala penyakit tertentu seperti hipertensi, atau penyakit organ dalam. Daftar Pustaka
Kemenkes, 2014. Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Kemenkes, 2014. Pedoman Manajemen Pelayanan Keluarga Berencana Kemenkes, 2014. Pedoman Standar Nasional Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja Kemenkes, 2016. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat