Anda di halaman 1dari 245

DRAFT FINAL

VERSI TANGGAL 10 MARET 2018

LKPJ ATA 2017


PROVINSI JAWA BARAT

LAPORAN
KETERANGAN
PERTANGGUNG
JAWABAN
AKHIR
TAHUN
ANGGARAN
2017

PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI JAWA BARAT
PEMERINTAH DAERAH
PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warrohmatullohi Wabarakatuh,

Alhamdullillahirrobbil’alamin, Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas


segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Jawa Barat Tahun 2018 ini dapat disusun dan disampaikan
kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat dalam rapat Paripurna
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
LKPJ Gubernur Jawa Barat Tahun 2018 ini kami susun sebagai amanat dari Undang-
undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pasal 69 ayat 1 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 Tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepada Masyarakat, yang menyebutkan bahwa Kepala Daerah berkewajiban untuk
menyampaikan LKPJ kepada DPRD paling lambat 30 hari setelah pemberitahuan DPRD atau
6bulan sebelum masa jabatan berakhir.
Selanjutnya sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007, bahwa substansi materi
LKPJ Tahun 2017 merupakan ringkasan laporan capaian kinerja tahun 2017 dengan mengacu pada
Dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Jawa Barat Tahun 2017, yang
merupakan pelaksanaan tahun ke-4 Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2017
tentang RPJMD Perubahan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018. LKPJ Tahun 2017 berisi
gambaran kinerja perangkat daerah secara kolektif, yang tidak terlepas dari peran kemitraan
dengan DPRD dan berbagai Stakeholders terkait lainnya. .
LKPJ dimaknai sebagai akumulasi target-target dan capaian kinerja yang langsung
mengarah pada pencapaian sasaran program serta misi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
yang secara jelas telah tergambarkan dalam pelaksanaan anggaran Tahun 2017, sebagai tahun
pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan di Jawa Barat. Pelaksanaan pembangunan Jawa
Barat yang telah dijalankan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah disinkronkan dengan
Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

memperhatikan urusan serta kewenangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yang
dituangkan dalam suatu dokumen Laporan Keterrangan Pertanggungjawaban.
Semua keberhasilan dan kemajuan yang dapat dicapai pada tahun 2017 ini dan tahun
sebelumnya, pada dasarnya merupakan upaya bersama dari seluruh pemangku kebijakan dan
pemangku kepentingan di wilayah Provinsi Jawa Barat, yang terdiri dari Pemerintah Daerah,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan semua element masyarakat Provinsi Jawa
Barat.secara luas.
Disamping keberhasilan yang telah dicapai, kami menyadari, masih terdapat hal-hal yang
memerlukan upaya peningkatan pada masa mendatang. Oleh karena itu catatan-catatan strategis,
saran, dan atau masukan dari Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Jawa Barat
merupakan masukan penting bagi penyempurnaan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di Provinsi Jawa Barat pada masa yang akan datang.
Demikian yang dapat kami laporkan, kami ucapkan terima kasih kepada seluruh jajaran
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dan semua pihak yang telah membantu penyusunan
dokumen LKPJ Tahun 2017 ini. Semoga dapat bermanfaat dalam rangka peningkatan kinerja
penyelenggaraan pemerintahan di Provinsi Jawa Barat dimasa yang akan dating dan dapat
terus meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Semoga Allah SWT, Tuhan YME,
senantiasa meridhoi kita semua. Aamiin.

Wassalamualaikum Warrohmatullohi Wabarakatuh.

Bandung, Maret 2018


Gubernur Jawa Barat

AHMAD HERYAWAN
1
DAFTAR ISI

PENGANTAR ............................................................................................ i
DAFTAR ISI ............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ................................................................ I-1
1.2. Dasar Hukum .................................................................. I-4
1.3. Gambaran Umum Kondisi Daerah ................................... I-4
1.3.1. Aspek Geografis .................................................... I-4
1.3.2. Kondisi Demografis Daerah ................................... I-7
1.3.3. Aspek Ketenagakerjaan ......................................... I–8
1.3.4. Aspek Kesehateraan Masyarakat........................... I–9
1.3.5. Kondisi Pertumbuhan Ekonomi ............................ I – 10

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH


2.1. Visi Dan Misi ................................................................... II - 1
2.2. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah ......... II - 7
2.3. Prioritas Kewilayahan ...................................................... II - 22
2.4. Janji Gubernur ................................................................ II - 32
2.5. Prioritas Pembangunan Kewilayahan ............................... II - 32
2.5.1. Pembangunan Kewilayahan Berbasis Tematik ...... II - 33
2.5.2. Pembangunan Kewilayahan Berbasis Perbatasan . II - 36
2.5.3. Pembangunan Kewilayahan Berbasis Wilayah
Pengembangan ..................................................... II - 40
2.5.4. Pembangunan Kewilayahan Berbasis Perbatasan . II - 45

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH


3.1 Pendapatan Daerah ......................................................... III - 4
3.2 Arah Kebijakan Pendapatan Daerah ................................. III - 7
3.3 Belanja Daerah ................................................................ III – 10
3.4 Arah Kebijakan Belanja Daerah ....................................... III – 12
3.5 Pembiayaan Belanja Daerah ............................................ III – 14
3.6 Pelaksanaan Pembiayaan Program/Kegiatan tahun 2017. III – 16
3.7 Kemandirian Keuangan.................................................... III – 20

BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN KONKUREN PEMERINTAHAN


DAERAH
4.1. Kinerja Urusan Pemerintahan ......................................... IV - 1
4.1.1. Program Pembangunan Daerah Bersifat Wajib
– Pelayanan Dasar ................................................. IV - 1
4.1.2. Program Pembangunan Daerah Bersifat
Wajib – Non Pelayanan Dasar ................................. IV - 15
4.1.3. Program Pembangunan Daerah Bersifat Pilihan ..... IV - 37
4.2. Pengahargaan .................................................................. IV - 60
4.3. Kebijakan Umum Tahun 2013-2018 ................................ IV - 74
4.3.1. Pengukuran Keberhasil Kinerja Pada
Wilayah ‘Outcome’ ................................................. IV - 84
4.3.2. Kondisi Pembangunan Ekonomi jawa Barat ........... IV-110

ii
BAB V PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN GUBERNUR
SELAKU WAKIL PEMERINTAH PUSAT
5.1. Pengertian Tugas Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan . V - 1
5.2. Pendanaan Tugas Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan V - 3
5.2.1. Tugas Dekonsentrasi ............................................. V - 3
5.2.2. Tugas Pembantuan ............................................... V - 10

BAB VI PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN UMUM


GUBERNUR SELAKU WAKIL PEMERINTAH PUSAT
6.1. Pengertian Tugas Pemerintahan Umum ........................... VI - 1
6.2. Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum Oleh
Gubernur ................................................................................. VI - 2
6.3. Kinerja Pelaksanaan Urusan Pemerintahan
Umum Oleh Gubernur ..................................................... VI-30

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Sebaran Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat


Tahun 2016 .................................................................................. I-4
Tabel 1.2 Demografi Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 – 2016 ...................... I-7
Tabel 1.3 Indikator ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 -
2016 ........................................................................................... I-8
Tabel 1.4 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013 - 2015 ....................................................................... I-9
Tabel 4.1 Program Pembangunan Daeraf Bersifat Wajib – Pelayanan Dasar .. IV - 1
Tabel 4.2 Target dan Realisasi Indikator Kinerja Urusan Pendidikan
Tahun 2017 .................................................................................. IV - 2
Tabel 4.3 Target dan Realisasi Indikator Kinerja Urusan Kesehatan
Tahun 2017 .................................................................................. IV - 3
Tabel 4.4 Target dan Realisasi Indikator Kinerja Urusan Pekerjaan Umum dan
Penataan Ruang Tahun 2017 ........................................................ IV - 5
Tabel 4.5 Realisasi Kinerja Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Tahun 2017 .................................................................................. IV - 10
Tabel 4.6. Realisasi Kinerja Ketentraman, Ketertiban Umum dan
Perlindungan Masyarakat Tahun 2017 .......................................... IV - 12
Tabel 4.7. Realisasi Kinerja Urusan Sosial Tahun 2017 ................................. IV - 14
Tabel 4.8. Program Pembangunan daerah bersifat Wajib – Non
Pelayanan Dasar ........................................................................... IV – 15
Tabel 4.9. Realisasi Kinerja Urusan Tenaga Kerja Tahun 2017 ...................... IV – 17
Tabel 4.10. Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak Tahun 2017 .................................................... IV – 18
Tabel 4.11. Realisasi Kinerja Urusan Pangan Tahun 2017 ............................... IV – 19
Tabel 4.12. Realisasi Kinerja Urusan Pertanahan Tahun 2017......................... IV – 20
Tabel 4.13. Realisasi Kinerja Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2017 .............. IV – 21
Tabel 4.14. Realisasi Kinerja Urusan Administrasi Kependudukan dan
Pencatatan Sipil Tahun 2017 ....................................................... IV – 23
Tabel 4.15. Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Tahun 2017 .................................................................................. IV – 24
Tabel 4.16. Realisasi Kinerja Urusan Pengendalian Penduduk dan keluarga Berencana
Tahun 2017 .................................................................................. IV – 25
Tabel 4.17. Realisasi Kinerja Urusan Perhubungan Tahun 2017 ...................... IV – 26
Tabel 4.18. Realisasi Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika
Tahun 2017 .................................................................................. IV – 27

iv
Tabel 4.19. Realisasi Kinerja Urusan Perhubungan Tahun 2017 ..................... IV - 28
Tabel 4.20. Realisasi Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2017 .............. IV - 30
Tabel 4.21. Peringkat Realisasi Investasi PMA/PMDN ...................................... IV - 30
Tabel 4.22. Realisasi Kinerja Urusan Kepemudaan dan Olahraga Tahun 2017 IV - 31
Tabel 4.23. Realisasi Kinerja Urusan Kebudayaan Tahun 2017 ....................... IV - 34
Tabel 4.24. Realisasi Kinerja Urusan Perpustakaan Tahun 2017 ..................... IV - 35
Tabel 4.25. Realisasi Kinerja Urusan Kearsipan Tahun 2017 ........................... IV - 36
Tabel 4.26. Program Pembangunan Daerah Bersifat Pilihan ............................ IV - 37
Tabel 4.27. Realisasi Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun 2017 ..... IV - 38
Tabel 4.28. Realisasi Kinerja Urusan Pariwisata Tahun 2017 .......................... IV - 40
Tabel 4.29. Realisasi Kinerja Urusan Pertanian Tahun 2017 ........................... IV - 41
Tabel 4.30. Realisasi Kinerja Urusan Kehutanan Tahun 2017 ......................... IV - 43
Tabel 4.31. Realisasi Kinerja Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral
Tahun 2017 .................................................................................. IV - 44
Tabel 4.32. Realisasi Kinerja Urusan Perdagangan Tahun 2017 ...................... IV - 48
Tabel 4.33. Realisasi Kinerja Urusan Perindustrian Tahun 2017 ..................... IV - 49
Tabel 4.34. Realisasi Kinerja Urusan Transmigrasi Tahun 2017 ...................... IV - 50
Tabel 4.35. Realisasi Kinerja Urusan Pemerintahan Tahun 2017 ..................... IV - 51
Tabel 4.36. Realisasi Kinerja Urusan Perencanaan Tahun 2017 ...................... IV - 52
Tabel 4.37. Realisasi Kinerja Urusan Penataan Organisasi Tahun 2017 ........... IV - 52
Tabel 4.38. Realisasi Kinerja Pendapatan Daerah Tahun 2017 ........................ IV - 54
Tabel 4.39. Realisasi Kinerja Akuntabilitas Pengguna Anggaran Tahun 2017 .. IV - 55
Tabel 4.40. Realisasi Kinerja Akuntabilitas Pendayagunaan Anggaran
Tahun 2017 .................................................................................. IV - 55
Tabel 4.41. Realisasi Kinerja Pendidikan dan Pelatihan Tahun 2017 ............... IV - 56
Tabel 4.42. Realisasi Kinerja Urusan Kepegawaian Tahun 2017 ...................... IV - 57
Tabel 4.43. Realisasi Kinerja Opini BPK-RI Tahun 2017 .................................. IV - 58
Tabel 4.44. Realisasi Kinerja AKIP Tahun 2017 ............................................... IV - 59
Tabel 4.45. Realisasi Kinerja Penataan Peraturan Daerah Tahun 2017 ............ IV – 60
Tabel 4.46. Pencapaian IKD Misi 1 RPJMD 2013 - 2018 .................................. IV - 86
Tabel 4.47. Pencapaian IKD Misi 2 RPJMD 2013 - 2018 .................................. IV - 89
Tabel 4.48. Pencapaian IKD Misi 3 RPJMD 2013 - 2018 .................................. IV - 93
Tabel 4.49. Pencapaian IKD Misi 4 RPJMD 2013 - 2018 .................................. IV - 97
Tabel 4.50. Pencapaian IKD Misi 5 RPJMD 2013 - 2018 ................................ IV - 101
Tabel 4.51. Realisasi Program Janji Gubernur 2013 - 2018 ........................... IV - 104
Tabel 4.52. KOndisi Ekonomi Jawa Barat Triwulan I – IV Tahun 2017 .......... IV - 112
Tabel 4.53. Kondisi Pertumbuan Ekonomi Menurut Pengeluaran Jawa Barat
Triwulan I – IV tahun 2017.................................................... IV - 112

v
Tabel 4.54. KOmoditas Penyumbang Kelompok Inflasi Jawa barat
Tahun 2017 ............................................................................ IV - 116
Tabel 4.55. Kondisi Ketenagakerjaan 2015 – 2017 ........................................ IV - 125
Tabel 4.56. Angka beban Ketergantungan Tahun 2012 - 2017 ....................... IV - 127
Tabel 4.57. Indkes Gini Provvinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017 ................... IV - 129
Tabel 4.58. Indikator Kemiskinan Jawa Barat ............................................... IV - 133
Tabel 5.1. Alokasi Anggaran dan Realisasi Tugas Pembantuan Tahun 2017 V-4

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Administrasi Provinsi Jawa Barat ............................... I-5


Gambar 3.1 Rencana Strategic Integrasi Pusat – Provinsi dalam pegelolaan
Dana APBN di Jawa Barat ................................................... III - 6
Gambar 3.2 Proporsi Realisasi Belanja Daerah dalam APBD Provinsi di Jawa
Barat
Tahun 2017 ........................................................................ III- 10
Gambar 3.3 Komposisi Realisasi BTL dalam APBD Provinsi di Jawa Barat
Tahun 2017 ........................................................................ III - 11
Gambar 3.4 Proporsi Belanja Langsung (BL) dalam APBD Provinsi Jawa barat
Tahun 2017 ........................................................................ III - 12
Gambar 3.5 Rekapitulasi Realisasi Keuangan Capaian Kinerja Perangkat daerah
Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2017 ......................... III - 19
Gambar 4.1 Peta Perbatasan Provinsi Jawa Barat................................... IV - 80
Gambar 4.2 Tematika Kewilayahan Tahun 2013 -2018........................... IV - 82
Gambar 4.3 Realisasi Penyerapan Keuangan APBD Provinsi Tahun 2017 IV - 83
Gambar 4.4 Capaian kemajuan Fisik Hasil Pembangunan daerah
Tahun 2017 ........................................................................ IV - 84
Gambar 4.5 Laju Pertumbuhan Ekonomi ............................................. IV -110
Gambar 4.6 laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat
Dibanding nasional IV -111
Gambar 4.7 Pengsa perekonomian Provinsi di Jawa Terhadap
nasional .......................................................................... IV - 111
Gambar 4.8 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi PDRB Jawa Barat Meurut
Lapangan Usaha Tahun 2017 ........................................... IV - 114
Gambar 4.9 Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi PDRB Jawa Barat menurut
Pengeluaran Tahun 2017 .................................................. IV - 115
Gambar 4.10 Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN Berdasarkan Laporan
Wajib LKPM IV - 118
Gambar 4.11 Pangsa PMA dan PMDN Sektoral di Jawa Barat ............... IV - 119
Gambar 4.12 PrinStruktur Ekspor Jawa Barat Tahun 2017 ................. IV - 119
Gambar 4.13 Tujuan Utama Ekspor Jabar ........................................... IV - 120
Gambar 4.14 Negara Asal Impor ............................................................. IV - 121
Gambar 4.15 Inflasi Jawa Barat dan Nasional 2015 - 2017 .................. IV - 121
Gambar 4.16 Perkembangan Inflasi Jawa Barat dan nasional ................ IV - 122
Gambar 4.17 Disintegrasi Inflasi Jawa Barat IV - 122
Gambar 4.18 Andil Infalsi Jawa Barat 2014 - 2017 ................................ IV - 123

vii
Gambar 4.19 TPT Menurut Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2017 ........................................................................ IV-126
Gambar 4.20 Hubungan Pendapatan Per Kapita dengan Ketimpangan
Pendapatan di Provinsi Jawa Barat IV - 130
Gambar 4.21 GrafIndikator Kemiskinan Jawa barat ............................. IV - 131

viii
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah Pasal 69 ayat (1) menjelaskan bahwa kepala daerah
wajib menyampaikan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,
laporan keterangan pertanggungjawaban, dan ringkasan laporan
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Laporan keterangan
pertanggungjawaban memuat hasil penyelenggaraan Urusan Pemerintahan
yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Kepala daerah menyampaikan
laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD yang dilakukan 1
(satu) kali dalam 1 (satu) tahun paling lambat 3 (tiga) bulan setelah tahun
anggaran berakhir. Laporan keterangan pertanggungjawaban kepada DPRD
dan dibahas oleh DPRD untuk rekomendasi perbaikan penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2007
tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah
Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat, menjelaskan
tentang Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada
DPRD yang selanjutnya disebut LKPJ adalah laporan yang berupa
informasi penyelenggaraan pemerintahan daerah selama 1 (satu) tahun
anggaran atau akhir masa jabatan yang disampaikan oleh kepala daerah
kepada DPRD.
Berdasarkan peraturan diatas Gubernur Jawa Barat periode Tahun
2013 – 2018, pada tahun 2018 berkewajiban untuk menyampaikan kepada
DPRD Provinsi Jawa Barat tentang LKPJ Tahun 2017, yang disusun
berdasarkan RKPD Tahun 2017 yang merupakan penjabaran tahunan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013 –

I-1
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

2018 dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang


Daerah (RPJPD) Tahun 2005 – 2025.

1.2 DASAR HUKUM


Dasar hukum penyusunan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban
Tahun 2017, adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Provinsi
Jawa Barat (Berita Negara Republik Indonesia tanggal 4 Juli 1950) jo.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Jakarta
Raya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1950 Nomor 31,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 15),
sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik
Indonesia (Lembaran Negara Republik Tahun 2007 Nomor 93,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4744) dan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2000 tentang Pembentukan Provinsi
Banten (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 182,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4010);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 264,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5589);
3. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 292, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5601);

I-2
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

4. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan


Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan
Akhir Masa Jabatan Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
kepada Masyarakat (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4737);
5. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 45),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 24 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah
Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018);
6. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi
Jawa Barat Tahun 2013-2018 (Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013 Nomor 25 Seri E, Tambahan Lembaran Daerah Provinsi
Jawa Barat Nomor 160); sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 8 Tahun 2017 tentang Perubahan
atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 25 Tahun 2013
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2013-2018;
7. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2017 tentang
Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Daerah Provinsi Jawa Barat
(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2012 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 211);

I-3
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

1.3 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

1.3.1 Kondisi Geografis Daerah

a. Aspek Geografi

Secara Geografis Provinsi Jawa Barat adalah wilayah yang


terletak pada posisi 104°48" - 108°48" Bujur Timur dan 5°50" - 7°50"
Lintang Selatan dengan batas-batas wilayah, terdiri atas :
 Sebelah Utara, berbatasan dengan Laut Jawa dan Provinsi DKI
Jakarta;
 Sebelah Timur, berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah;
 Sebelah Selatan, berbatasan dengan Samudera Indonesia;
 Sebelah Barat, berbatasan dengan Provinsi Banten.

Wilayah Provinsi Jawa Barat memiliki luas daratan mencapai


38.126,54 km² dengan garis pantai sepanjang 724,85 km. Secara
administratif pemerintahan, Wilayah Provinsi Jawa Barat terbagi ke
dalam 27 Kabupaten/kota, meliputi 18 Kabupaten dan 9 Kota, yaitu
Kabupaten Bogor, Sukabumi, Cianjur, Bandung, Bandung Barat, Garut,
Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan, Cirebon, Majalengka, Sumedang,
Indramayu, Subang, Purwakarta, Karawang, Bekasi, dan Pangandaran
serta Kota Bogor, Sukabumi, Bandung, Cirebon, Bekasi, Depok, Cimahi,
Tasikmalaya dan Kota Banjar.

Tabel 1.1
Sebaran Luas Wilayah Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Barat
Tahun 2016

LUAS % TERHADAP
NO KABUPATEN/KOTA
(KM2 ) LUAS WILAYAH
JAWA BARAT
1 Bogor 2.997,13 7,86
2 Sukabumi 4.160,75 10,91
3 Cianjur 3.594,65 9,43
4 Bandung 1.756,65 4,61
5 Garut 3.094,40 8,12
6 Tasikmalaya 2.702,85 7,09
7 Ciamis 2.740,76 7,19
8 Kuningan 1.189,60 3,12

I-4
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

LUAS % TERHADAP
NO KABUPATEN/KOTA
(KM2 ) LUAS WILAYAH
JAWA BARAT
9 Cirebon 1.071,05 2,81
10 Majalengka 1.343,93 3,52
11 Sumedang 1.560,49 4,09
12 Indramayu 2.092,10 5,49
13 Subang 2.164,48 5,68
14 Purwakarta 989,89 2,6
15 Karawang 1.914,16 5,02
16 Bekasi 1.269,51 3,33
17 Bandung Barat 1.335,60 3,5
18 Pangandaran 1.010,00 2,65
19 Kota Bogor 111,73 0,29
20 Kota Sukabumi 48,96 0,13
21 Kota Bandung 168,23 0,44
22 Kota Cirebon 40,16 0,11
23 Kota Bekasi 213,58 0,56
24 Kota Depok 199,44 0,52
25 Kota Cimahi 41,2 0,11
26 Kota Tasikmalaya 184,38 0,48
27 Kota Banjar 130,86 0,34
Total Prov. Jawa Barat 38.126,54 100,00
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2017

Gambar 1.3
Peta Administrasi Provinsi Jawa Barat

I-5
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

b. Morfologi dan Topografi


Kondisi morfologi wilayah Provinsi Jawa Barat sangat beragam, di
wilayah sebelah utara terdiri dari dataran rendah dan pesisir pantai
yang relatif landai; untuk wilayah tengah didominasi oleh dataran tinggi
yang bergunung dan berbukit; sedangkan untuk wilayah selatan
didominasi oleh daerah berbukit-bukit dengan pesisir pantai yang
memiliki kontur terjal. Wilayah Jawa Barat terletak pada jalur Circum
Pacific dan Mediteran, sehingga sebagian besar wilayahnya dinyatakan
berkategori rawan gempa dan longsor aktif

Secara topografi wilayah Provinsi Jawa Barat terdiri atas dataran


pantai dan rawa alluvial pantai dengan kemiringan lereng 0%-5% pada
Wilayah Utara, dan kondisi topografi pegunungan dan perbukitan terjal,
perairan dalam dengan banyak batu karang dan pantai berpasir, pola
arus laut yang kuat yang dipengaruhi keberadaan Samudera Indonesia
pada wilayah selatan.

c. Tata Guna Lahan


Sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Jawa
Barat Tahun 2009 – 2029, bahwa sekitar 45 % dari luas wilayah Jawa
Barat akan tetap dipertahankan menjadi Kawasan Lindung berupa
hutan lindung, daerah resapan air, kawasan konservasi, daerah
perlindungan geologi dan daerah perlindungan setempat (daerah
cagar alam, suaka marga satwa, taman wisata).

d. Iklim Dan Curah Hujan


Menurut data BMKG, curah hujan di Jawa Barat berada pada
rentang curah hujan 1.000 - 4.000 mm per tahun. Iklim Wilayah
Provinsi Jawa Barat termasuk tropis dengan suhu udara rata-rata
antara 16° Celsius - 34° C. Rata-rata hujan setiap bulan menunjukkan
perbedaan yang jelas antara periode musim kemarau dan musim hujan,
yaitu dengan curah hujan kurang dari 150 milimeter (pada musim
kemarau) dan curah hujan lebih dari 150 milimeter (pada musim hujan).

I-6
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

e. Hidrologi
Wilayah sungai kewenangan pemerintah Pusat meliputi WS Ciliwung,
WS Citarum, WS Cimanuk-Cisanggarung dan WS Citanduy. Sementara
kewenangan dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi Jawa Barat
meliputi WS Cisadea-Cibareno, dan WS Ciwulan-Cilaki.

Berdasarkan perhitungan curah hujan yang turun di Wilayah Jawa


Barat sepanjang Tahun akan menghasilkan potensi sumber daya air
permukaan (sungai induk dan anak sungainya) mencapai rata-rata
48.023,78 Juta m3/tahun dalam kondisi normal. Angka ketersediaan
air permukaan berdasarkan debit 90 Tahunan (Q90) adalah sebesar
43.773,02 Juta m3/tahun, berdasarkan debit 80 Tahunan (Q80) adalah
sebesar 37.095,83 Juta m3/tahun, dan berdasarkan debit 50 Tahunan
(Q50) adalah sebesar 34.013,40 Juta m3/tahun.

1.3.2 Kondisi Demografis Daerah

Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan bahwa jumlah penduduk


wilayah Provinsi Jawa Barat pada tahun 2016 adalah sebanyak 47.379.389
jiwa, Laju Pertumbuhan Penduduk pada tahun 2016 sebesar 1,43% serta
Kepadatan Penduduk sebanyak 1.339 jiwa/km². Jumlah penduduk,
kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan penduduk di Jawa Barat
disajikan pada Tabel di bawah ini.
Tabel 1.2
Demografi Provinsi Jawa Barat Tahun 2013 - 2016

TAHUN
INDIKATOR SATUAN
2013 2014 2015 2016

1. Jumlah Penduduk Ribu Jiwa 45.340.800 46.029.6 46.709.6 47.379.389

a. Laki-laki Ribu Jiwa 23.004.300 23.345.3 23.681.0 24.011.089

b. Perempuan Ribu Jiwa 22.336.500 22.684.3 23.028.6 23.368.300

2. Laju Pertumbuhan 1,77 1,52 1,47 1,43


Persen
Penduduk (LPP)

3. Kepadatan Penduduk jiwa per km 2 1.222 1.241 1.259 1.339

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2017

I-7
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat tesebar tidak merata pada 27


(dua puluh tujuh) Kabupaten dan Kota. Daerah dengan jumlah penduduk
terbesar yaitu Kabupaten Bogor, sebanyak 5.587.390 jiwa atau 11,79 %,
dan yang paling sedikit adalah Kota Banjar, sebanyak 181,901 jiwa atau
0,38% dari total jumlah penduduk Jawa Barat. Sedangkan dari tingkat
kepadatan penduduk, angka tertinggi yakni Kota Bandung dengan 14.805
orang/km², dan terendah adalah Kabupaten Pangandaran dengan 389
orang/km².

1.3.3 Aspek Ketenagakerjaan

Berdasarkan Indikator Ketenagakerjaan Penduduk Wilayah Provinsi


Jawa Barat terdiri atas : 1)Penduduk Usia Kerja (15 tahun keatas),
2)Penduduk Angkatan Kerja, 3)Penduduk Bekerja (15 tahun keatas), dan
4)Penganggur (Mencari Kerja). Penduduk Usia Kerja berjumlah 34,75 juta
jiwa. Jumlah angkatan kerja mencapai 21,10 Juta orang. Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja sebanyak 60,65%. Jumlah penganggur di
Provinsi Jawa Barat sebesar 1.873.861 orang. Tingkat Pengangguran
Terbuka (TPT) Provinsi Jawa Barat mengalami kenaikan sebesar 8,89%.
Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1.3.
Tabel 1.3
Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013 – 2016

INDIKATOR TAHUN
SATUAN
KETENAGAKERJAAN
2013 2014 2015 2016

a. PendudukUsiaKerja (15 Juta jiwa 32,83 33,47 34,12 34,75


tahunkeatas)
b. Penduduk Angkatan Juta jiwa 20,62 21,01 20,59 21,08
Kerja

c. Penduduk Bekerja (15 Juta jiwa 18,37 19,23 18,79 19,20


tahun keatas)
d. Penganggur (orang) Juta jiwa 1,89 1,78 1,79 1,87

e. Tingkat Partisipasi Persen 62,82 62,77 60,34 60,65


Angkatan Kerja (TPAK)
f. Tingkat Pengangguran Persen 9,16 8,45 8,72 8,89
Terbuka (TPT)
g. Serapan Tenaga Kerja Orang 207.955 477.045 420.000 401.271

Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat 2017

I-8
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

1.3.4 Aspek Kesejahteraan Masyarakat

Kondisi umum kesejahteraan masyarakat Jawa Barat dapat dilihat


dari pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai barometer
indikasi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan perhitungan
BPS, seluruh komponen indikator IPM Jawa Barat pada Tahun 2016
sebesar 0,70 poin. Keberhasilan tersebut dicapai dari Indeks Pendidikan
sebesar 61,39 poin, Indeks Kesehatan 81,05 poin dan Indeks Daya Beli
Pengeluaran mencapai 69,51 poin.
Dengan meningkatnya seluruh komponen indikator IPM Jawa Barat
tersebut menjadikan Provinsi Jawa Barat termasuk provinsi dengan
kategori/kelas pembangunan manusia menengah ke atas. Indikator
Kesejahteraan Masyarakat Tahun 2013-2016 seperti disajikan pada Tabel
1.4.
Tabel 1.4
Indikator Kesejahteraan Masyarakat Provinsi Jawa Barat
Tahun 2013-2015
TAHUN
INDIKATOR SATUAN
2014 2014 2015
2016
2013 METODE METODE METODE
LAMA BARU BARU
b. Indeks Pendidikan
Poin 82,31 83,36 59,26 60,45 61,39
(IP)

b.1. Angka Melek


persen 96,49 98,29 98,29 98,29 98,78
Huruf (AMH)

b.2. Rata-rata Lama


tahun 8, 09 7,71 7,71 7,76 7,90
Sekolah (RLS)

c. Indeks Pengeluaran Poin 64, 89 65.47 68,40 68,69 69,51

c.1. Pengeluaran ribu rupiah 640,80 644,36 9.447,16 9.538,93 9.796.76

Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat,2017

Indikator kesejahteraan masyarakat lainnya adalah tingkat


kemiskinan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep
kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic need approach).
Pemerintah Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun telah melaksanakan
upaya penanggulangan kemiskinan. Jumlah penduduk miskin pada tahun
2016 mencapai 4,17 juta jiwa.

I-9
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Pada Tahun 2015-2016 terjadi penurunan tingkat kemiskinan di


Jawa Barat, penurunan tingkat kemiskinan tersebut mencapai 0,80%
dimana Jawa Barat berada diatas angka nasional, yakni dengan tingkat
penurunan kemiskinan nasional mencapai 10,70%. Penurunan kemiskinan
di Jawa Barat tidak terlepas dari kondisi makro ekonomi nasional. Hal ini
juga menunjukkan bahwa pemerintah daerah berhasil dalam program
pengentasan kemiskinan selama tahun 2015-2016.

1.3.5 Kondisi Pertumbuhan Ekonomi

Pembangunan perekonomian Provinsi Jawa Barat telah dilaksanakan


secara optimal yang ditunjukkan antara lain dengan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) dan capaian Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE).
Capaian PDRB atas dasar harga konstan Provinsi Jawa Barat pada Tahun
2016 sebesar 1.275,55 Triliun Rupiah (ADHK), sedangkan capaian laju
pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2016 sebesar
5,67%, angka tersebut masih diatas rata-rata laju pertumbuhan ekonomi
Nasional sebesar 5,02%. Pertumbuhan Indikator Ekonomi Provinsi Jawa
Barat Tahun 2015-2016 dapat dilihat pada Tabel 1.5 berikut.
Tabel 1.5
Pertumbuhan Indikator Ekonomi Provinsi Jawa Barat
Tahun 2015-2016
TAHUN
NO INDIKATOR SATUAN
2015 2016
1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
a. Nilai PDRB :
a.1 Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) triliun 1.524,83 1.652,59
rupiah
a.2 Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) triliun 1.207,08 1.275,55
rupiah
b. PDRB per Kapita :
b.1 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga juta rupiah 32,64 34,88
Berlaku (ADHB)
b.2 PDRB per Kapita Atas Dasar Harga juta rupiah 25,84 26,92
Konstan (ADHK)

c. Investasi (PMTB ADHB) triliun 382.99 412,30


rupiah
d. Laju Pertumbuhan Investasi (Pemb, Modal persen 29,53 7,65
Tetap Bruto/PMTB) ADHB

I - 10
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

TAHUN
NO INDIKATOR SATUAN
2015 2016
e. Laju Pertumbuhan Investasi (Pemb, Modal persen 4.16 4.59
Tetap Bruto/PMTB) ADHK

f. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah :


1. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah triliun 98,29 105,73
(ADHB) rupiah

2. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah triliun 65,95 68,43


(ADHK) rupiah
g. Ekspor :
1. ekspor (ADHB) triliun 559,71 609,40
rupiah
2. Ekspor (ADHK) triliun 422,40 436,51
rupiah
h. Impor :
1. Impor (ADHB) triliun 585.40 640.22
rupiah
2. Impor (ADHK) triliun 390.25 396.72
rupiah
2 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) persen 5,06 5,67
3 Inflasi persen 2,73 2,75
4 Indeks Gini poin 0,41 0,40
Sumber : BPS Provinsi Jawa Barat, 2017

Kondisi Ekonomi Makro Provinsi Jawa Barat ditunjukkan juga oleh


angka inflasi dan Indeks Gini. Inflasi Provinsi Jawa Barat dapat ditekan dari
2,73% pada Tahun 2015 menjadi 2,75% pada Tahun 2016. Kondisi LPE dan
penekanan inflasi di Provinsi Jawa Barat berjalan cukup baik. Kondisi
tersebut diharapkan dapat lebih meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Provinsi Jawa Barat.
Indeks gini Jawa Barat tahun 2016 mencapai 0,40 artinya berhasil
ditekan sebesar 0,01 poin dibanding tahun 2015 sebesar 0,41. Hal ini
menunjukan keberhasilan Jawa Barat dalam mengurangi ketimpangan
pendapatan masyarakat.

I - 11
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

BAB II
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

2.1 VISI DAN MISI


Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi
Jawa Barat Tahun 2005 – 2025 adalah dokumen perencanaan untuk
periode 20 tahun, mulai Tahun 2005 sampai dengan Tahun 2025. Tahun
2013-2018 merupakan tahap ketiga dari penjabaran Visi dan Misi Kepala
Daerah yang berpedoman kepada RPJPD Tahun 2005-2025 yaitu Tahap
Memantapkan Pembangunan secara menyeluruh dalam rangka penyiapan
kemandirian masyarakat Jawa Barat. Pada Tahun 2017 kepemimpinan
Gubernur Jawa Barat memasuki tahun keempat periode 2013-2018,
dengan rencana kerja tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2013-2018. Pelaksanaan pembangunan
pada periode keempat merupakan upaya mewujudkan visi Pemerintah
Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-2018 dengan fokus pada Memantapkan
Pembangunan Menuju Kemandirian Masyarakat Jawa Barat, dan visinya
adalah:

"Jawa Barat Maju dan Sejahtera Untuk Semua"


Makna yang terkandung dalam visi tersebut dijabarkan sebagai berikut:
Maju : Adalah sikap dan kondisi masyarakat yang
produktif, berdaya saing dan mandiri, terampil dan
inovatif dengan tetap dapat menjaga tatanan sosial
masyarakat yang toleran, rasional, bijak dan adaptif
terhadap dinamika perubahan namun tetap
berpegang pada nilai budaya serta kearifan lokal
dan berdaulat secara pangan, ketahanan ekonomi
dan sosial.
Sejahtera : Adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat
yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa
aman dan makmur dalam menjalani kehidupan.

II - 1
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Untuk : Adalah kondisi dimana hasil pembangunan dapat


Semua dirasakan oleh seluruh lapisan, elemen dan
komponen masyarakat.
Dengan memperhatikan berbagai isu strategis pembangunan
Jawa Barat yang mencakup permasalahan, tantangan, peluang dan
ancaman, maka dalam rangka pencapaian visi tersebut di atas
ditetapkan 5 (lima) misi pembangunan Jawa Barat tahun 2013-2018
sebagai berikut:

Misi Pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan


Berdaya Saing. Tujuannya adalah membangun sumber daya manusia
Jawa Barat yang menguasai IPTEK, senantiasa berkarya, kompetitif,
dengan tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang
santun dan berbudaya, dengan sasaran sebagai berikut:
1. Meningkatnya aksesibilitas dan kualitas pendidikan yang unggul,
terjangkau dan merata;
2. Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat,
serta perluasan akses pelayanan yang terjangkau dan merata;
3. Meningkatnya daya saing sumber daya manusia dan kelembagaan
serta berbudaya IPTEK;
4. Meningkatnya kualitas ketahanan keluarga.

Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan


Berkeadilan. Tujuanya adalah mewujudkan pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas dan mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah,
dengan sasaran sebagai berikut:
1. Jawa Barat sebagai Daerah Pertanian Berbasis Agrikultur
2. Meningkatnya daya saing usaha pertanian;
3. Meningkatnya kualitas iklim usaha dan investasi;
4. Meningkatnya jumlah dan kualitas wirausahawan;
5. Meningkatnya pembangunan ekonomi perdesaan dan regional.

II - 2
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan,


Profesionalisme Aparatur, dan Perluasan Partisipasi Publik, dengan
tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas birokrasi yang profesional dan akuntabel


dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik serta
pembangunan partisipatif, dengan sasarannya adalah meningkatnya
kualitas dan akuntabilitas layanan pemerintahan serta mewujudkan
perluasan partisipasi publik;
2. Terwujudnya pemerintahan yang modern, dengan sasaran
meningkatnya kualitas tata kelola pemerintahan berbasis IPTEK;
3. Terwujudnya profesionalisme pemerintahan yang didukung oleh
aparatur yang kompeten dengan sasaran meningkatnya
profesionalisme dan kualitas kesejahteraan aparatur;
4. Meningkatkan stabilitas di daerah dengan sasaran meningkatnya
stabilitas, ketertiban ketentraman masyarakat, kesadaran politik
dan hukum.

Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dan


pembangunan infrastruktur strategis yang berkelanjutan, dengan
tujuan sebagai berikut:

1. Meningkatkan kelestarian lingkungan hidup dan keberlanjutan


pembangunan, dengan sasaran meningkatnya daya dukung dan daya
tampung lingkungan serta kualitas penanganan bencana;
2. Meningkatkan ketersediaan infrastruktur untuk peningkatan
produktivitas ekonomi, dan pelayanan dasar, dengan sasaran;
pertama, meningkatnya kualitas pemenuhan infrastruktur dasar
masyarakat, dan kedua, meningkatnya percepatan pembangunan
infrastruktur strategis.

Misi Kelima, Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan Budaya,


Peran Pemuda dan Olahraga serta Pengembangan Pariwisata dalam
Bingkai Kearifan Lokal, dengan tujuan sebagai berikut:

II - 3
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

1. Mewujudkan kesejahteraan para Penyandang Masalah


Kesejahteraan Sosial (PMKS), dengan sasaran Pencegahan dan
Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS);
2. Mewujudkan pemuda yang tangguh dan berdaya saing serta
meningkatnya prestasi olahraga, dengan sasaran meningkatnya
peran pemuda, organisasi kemasyarakatan dan prestasi olahraga
serta penanganan komunitas tertentu;
3. Melestarikan seni dan budaya berbasis kearifan lokal dan
mengembangkan pariwisata yang berdaya saing, dengan sasaran
meningkatnya peran masyarakat dalam pembangunan olah raga,
seni, budaya dan pariwisata; dan
4. Mewujudkan pemenuhan kebutuhan dasar dan hak dasar manusia,
dengan sasaran meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat dan
kerukunan antar umat beragama.

Untuk mewujudkan tujuan dan sasaran setiap misi dilaksanakan


melalui 10 (sepuluh) skenario pembangunan Common Goals berbasis
tematik sektoral. Adapun operasionalisasi Common Goals dilaksanakan
berdasarkan 5 (lima) strategi yaitu: Pertama, pelibatan komunitas
berbasis masyarakat dengan prinsip penguatan aktor lokal
(strengthening local actor); Kedua, integrasi seluruh potensi nyata
pembangunan dan daya saing di seluruh kabupaten/kota; Ketiga,
penerapan manajemen pemerintahan model hibrida sebagai penghela
percepatan pembangunan, yaitu mengkombinasi manajemen
berbasisdaerah otonom Kabupaten/Kota dengan manajemen
kewilayahan; Keempat, penguatan komitmen pelaksanaan
pembangunan lintas sektor dan lintas pemerintahan; serta Kelima,
peningkatan peran multi pihak dalam proses perencanaan, pelaksanaan
dan mutu serta akuntabilitas pembangunan. Penjabaran tematik
sektoral untuk 10 (sepuluh) Common Goals berbasis adalah sebagai
berikut:

1. Meningkatkan aksesibilitas dan mutu pendidikan


a. Jabar bebas putus jenjang sekolah;

II - 4
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

b. Peningkatan pelayanan pendidikan non formal plus


kewirausahaan dengan sasaran usia 15 tahun ke atas;
c. Pendidikan berkebutuhan khusus;
d. Peningkatan relevansi dan kualitas pendidikan tinggi;
e. Peningkatan fasilitas pendidikan dan kompetensi tenaga pendidik.
2. Meningkatkan aksesibilitas dan kualitas layanan kesehatan;
a. Peningkatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas,
puskesmas PONED dan pemenuhan sumber daya kesehatan;
b. Pemenuhan pelayanan kesehatan dasar ibu dan anak;
c. Peningkatan Layanan Rumah sakit Rujukan dan Rumah sakit
Jiwa;
d. Pemberantasan penyakit menular dan penyakit tidak menular
serta peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat.
3. Mengembangkan infrastruktur wilayah, energi dan air baku
a. Penanganan kemacetan lalu lintas di Metropolitan Bodebek-
Karpur dan Bandung Raya;
b. Infrastruktur Strategis di Koridor Bandung-Cirebon, Cianjur-
Sukabumi-Bogor, Jakarta-Cirebon, Bandung-Tasikmalaya serta
Jabar Selatan;
c. Infrastruktur jalan dan perhubungan;
d. Infrastruktur sumber daya air dan irigasi strategis;
e. Kawasan industry terpadu, infrastruktur permukiman dan
perumahan;
f. Jabar mandiri energi perdesaan untuk listrik dan bahan bakar
kebutuhan domestic; dan
g. Pemenuhan kecukupan air baku dan pengembangan infrastruktur
air bersih perkotaan dan perdesaan di Jawa Barat.
4. Meningkatkan ekonomi non pertanian
a. Peningkatan budaya masyarakat bekerja, perluasan lapangan
kerja dan kesempatan berusaha UMKM;
b. Perkuatan peran BUMD dalam pembangunan dan mewujudkan
Jawa Barat sebagai tujuan investasi;
c. Pengembangan skema pembiayaan alternative;

II - 5
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

d. Pengembangan industry manufaktur;


e. Pengembangan industry keratif dan wirausahawan muda kreatif.
5. Meningkatkan ekonomi pertanian;
a. Jabar sebagai sentra produksi benih/bibit nasional;
b. Pengembangan agribisnis, forest business, marine business, dan
agroindustry;
c. Perlindungan lahan pertanian berkelanjutan, pemenuhan 13 juta
ton GKG dan swasembada protein hewani;
d. Jawa Barat bebas rawan pangan;
e. Meningkatnya dukungan infrastruktur (jalan, jembatan dan
irigasi) disentra produksi pangan.
6. Meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dan kebencanaan
a. Konservasi dan rehabilitasi kawasan lindung 45%;
b. Pengendalian pencemaran limbah industry, limbah domestic dan
pengelolaan sampah regional;
c. Penanganan bencana longsor dan banjir.
7. Meningkatkan pengelolaan seni, budaya dan wisata serta
kepemudaan
a. Pengembangan fasilitas olahraga dan kepemudaan ;
b. Pelestarian seni budaya tradisonal dan benda cagar budaya di
Jawa Barat;
c. Gelar karya dan kreativitas seni budaya di Jawa Barat;
d. Pengembangan destinasi wisata.
8. Meningkatkan ketahanan keluarga dan kependudukan
a. Peningkatan ketahanan keluarga dan program keluarga
berencana;
b. Peningkatan pemberdayaan perempuan dan ekonomi keluarga;
c. Peningkatan pengelolaan kependudukan.
9. Menanggulangi kemiskinan, penyandang masalah kesejahteraan
sosial dan keamanan
a. Pengurangan kemiskinan;
b. Peningkatan rehabilitasi sosial, pemberdayaan sosial, jaminan
sosial dan perlindungan sosial terhadap PMKS;

II - 6
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

c. Peningkatan ketentraman dan keamanan masyarakat.


10. Meningkatkan kinerja aparatur serta tata kelola pemerintahan
dan pembangunan berbasis IPTEK.
a. Modernisasi Pemerintahan dan profesionalisme aparatur;
b. Peningkatan kualitas komunikasi organisasi dan komunikasi
publik;
c. Penataan sistem hukum dan penegakan hukum;
d. Kerjasama program pembangunan dan pendanaan multipihak;
e. Peningkatan kualitas perencanaan, pengendalian dan
akuntabilitas pembangunan serta pengelolaan aset dan keuangan;
f. Peningkatan sarana dan prasarana Pemerintahan.

2.2 Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Daerah

Visi dan Misi yang telah dijelaskan tujuannya perlu dipertegas cara
untuk mencapai tujuan misi tersebut melalui arah kebijakan dan strategi
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan, strategi dan arah kebijakan
pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat ditetapkan berdasarkan
rumusan isu strategis pembangunan daerah yang selanjutnya menjadi
dasar dalam penetapan program dan kegiatan pembangunan daerah.
Kebijakan pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat dalam bingkai
pencapaian misi pembangunan daerah, berdasarkan dokumen RPJMD
Tahun 2013-2018, ditetapkan sebagai berikut
1. Misi Pertama, Membangun Masyarakat yang Berkualitas dan
Berdaya Saing
a. Bidang Pendidikan melalui strategi pertama,
menyelenggarakan pendidikan dasar, menengah dan tinggi
dengan biaya terjangkau dengan arah kebijakan (1) pendidikan
gratis menengah (SLTA); (2) pendidikan terjangkau bagi anak-
anak buruh dan TKI; (3) penyediaan beasiswa pendidikan untuk
pemuda, tenaga medis, keluarga atlit berprestasi dan guru serta
mahasiswa di PTN/PTS. Strategi kedua meningkatkan Jumlah
dan Kualitas rintisan sekolah standar nasional (RSSN) dan Sekolah

II - 7
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Standar Nasional (SSN) jenjang pendidikan menengah dengan


arah kebijakan perwujudan Rintisan Sekolah Standar Nasional
(RSSN) dan Sekolah Standar Nasional (SSN) jenjang pendidikan
menengah. Strategi ketiga, Menyelenggarakan peningkatan
kompetensi dan kesejahteraan pendidik serta tenaga
kependidikan jenjang pendidikan menengah dengan arah
kebijakan peningkatan kompetensi, kualifikasi dan
kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan jenjang
pendidikan menengah antara lain berupa pembayaran bantuan
20% premi tunjangan pensiun guru non PNS. Strategi keempat,
mengembangkan pendidikan inklusif dengan arah kebijakan
peningkatan pemerataan dan mutu Pendidikan Luar Biasa (PLB)
dan berkebutuhan khusus. Strategi kelima, Mendukung
perpustakaan di Jawa Barat dan meningkatkan sarana dan
prasarana perpustakaan berbasis IT dengan arah kebijakan
terwujudnya perpustakaan Jawa Barat bertaraf internasional
guna mendukung masyarakat gemar membaca.
b. Bidang Kesehatan melalui strategi pertama, Menguatkan
pemberdayaan masyarakat, kerjasama dan kemitraan serta
penyehatan lingkungandengan arah kebijakan Penguatan
pemberdayaan masyarakat, kerjasama dan kemitraan serta
penyehatan lingkungan. Strategi kedua Menguatkan pelayanan
kesehatan, Pencegahan, pengendalian penyakit menular dan
tidak menular, gangguan mental serta gangguan gizi dengan arah
kebijakan penguatan pelayanan kesehatan, pencegahan,
pengendalian penyakit menular dan tidak menular gangguan
mental serta gizi masyarakat. Strategi ketiga, Menguatkan
pembiayaan dan sumber daya kesehatan dengan arah kebijakan
Penguatan Pembiayaan dan sumber daya kesehatan Strategi
keempat, Menguatkan manajemen, regulasi, teknologi informasi
kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan dengan arah
kebijakan Penguatan Managemen, regulasi, system infomasi
bidang kesehatan dan penelitian pengembangan kesehatan.

II - 8
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

c. Bidang Tenaga Kerja melalui strategi pertama, meningkatkan


kualitas dan produktivitas tenaga kerja dengan arah kebijakan
peningkatan daya saing tenaga kerja. Strategi kedua,
memberikan perlindungan bagi tenaga kerja dengan arah
kebijakan perlindungan, pengawasan dan memberikan bantuan
hukum bagi tenaga kerja Jawa Barat. Strategi ketiga, perluasan
lapangan kerja dengan arah kebijakan (a) Peningkatan
penempatan tenaga kerja; (b) Penciptaan lapangan kerja bagi
masyarakat berkebutuhan khusus.
d. Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
melalui strategi pertama, meningkatkan keterampilan dalam
berwirausaha bagi perempuan dengan arah kebijakan
peningkatan upaya pemberdayaan, pengetahuan, keterampilan
dan kemandirian perempuan. Strategi kedua, mewujudkan
Pengarusutamaan Gender (PUG) dan meningkatkan
pemberdayaan perempuan dalam pembangunan dengan arah
kebijakan terwujudnya pemberdayaan gender/pemberdayaan
perempuan. Strategi ketiga, mencegah dan menangani
perdagangan perempuan dan anak (trafficking) dengan arah
kebijakan perlindungan terhadap perempuan dan anak dari
kekerasan dalam rumah tangga serta perdagangan perempuan
dan anak (trafficking). Strategi keempat, Mewujudkan
Pengarusutamaan Hak-hak Anak (PUHA) arah kebijakan
perwujudan kota dan kabupaten di Jawa Barat sebagai Kota
Layak Anak.
e. Pengendalian penduduk dan keluarga berencana melalui
strategi pertama, meningkatkan kualitas dan kuantitas peserta
KB dengan arah kebijakan Revitalisasi Program Keluarga
Berencana dan Kesejahteraan Keluarga. Strategi kedua,
mewujudkan keluarga berkualitas (sehat, sejahtera dan mandiri)
dengan arah kebijakan pengokohan ketahanan keluarga baik
ketahanan fisik, ekonomi dan sosial psikologi.

II - 9
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

f. Bidang Perpustakaan melalui strategi mendukung


perpustakaan di jawa barat dan meningkatkan sarana dan
prasarana perpustakaan berbasis informasi dan teknologi dengan
arah kebijakan Terwujudnya perpustakaan Jawa Barat bertaraf
internasional guna mendukung masyarakat gemar membaca.
g. Bidang transmigrasi melalui strategi pertama, menata
persebaran penduduk baik didalam maupun keluar wilayah
provinsi, dengan arah kebijakan (a) kerjasama bidang
ketransmigrasian serta pengembangan kawasan transmigrasi; (b)
Peningkatan kemampuan dan kemandirian calon transmigran,
masyarakat Kawasan transmigrasi Lokal (Resettlement) dan
warga sekitar.
2. Misi Kedua, Membangun Perekonomian yang Kokoh dan
Berkeadilan
a. Bidang Pekerjaan Umum dan penataan ruang melalui strategi
meningkatkan ekonomi perdesaan dengan arah kebijakan (a)
dukungan pembangunan jalan di sentra pertanian, wisata dan
industri manufaktur, (b) dukungan sarana irigasi di sentra
pertanian lahan sawah. Penataan ruang melalui strategi
menguatkan ekonomi regional, dengan arah kebijakan (a)
pengembangan Metropolitan Bodebek Karpur, Metropolitan
Bandung Raya, dan Metropolitan Cirebon Raya; (b)
pengembangan pusat pertumbuhan Pangandaran,
Palabuhanratu, dan Rancabuaya.
b. Bidang Penanaman Modal melalui strategi pertama,
meningkatkan investasi daerah dengan arah kebijakan
penciptaan iklim usaha yang kondusif. Strategi kedua,
meningkatkan produktivitas BUMD dan lembaga keuangan
lainnya dengan arah kebijakan Meningkatkan peran, kinerja dan
daya saing BUMD dalam pengokohan ekonomi Jawa Barat.
c. Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah melalui strategi,
meningkatkan daya saing Koperasi dan UMKM dengan arah
kebijakan : (a) peningkatan kualitas kelembagaan dan usaha

II - 10
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

koperasi dan UMKM, serta perlindungan dan dukungan usaha


bagi koperasi dan UMKM; (b) peningkatan kualitas SDM, akses
pasar, teknologi, kualitas produk dan pembiayaan bagi Koperasi
dan UMKM.
d. Bidang Tenaga Kerja melalui strategi, memperluas kesempatan
kerja dengan arah kebijakan penempatan dan perluasan
kesempatan kerja.
e. Bidang Pangan melalui strategi, meningkatkan ketersediaan,
akses pangan masyarakat, kualitas, keragaman dan keamanan
pangan, dengan arah kebijakan peningkatan ketersediaan,
penguatan cadangan, distribusi, akses dan penganekaragaman
pangan, serta keamanan konsumsi pangan masyarakat dan
penanganan daerah rawan pangan.
f. Bidang Kelautan dan Perikanan melalui strategi, meningkatkan
produksi dan pengolahan hasil perikanan budidaya dan tangkap
serta pengelolaan dan pengawasan potensi sumber daya
kelautanterutama perikanan komersil di Pantai Selatan dan
Pantai Utara melalui gerakan pengembangan perikanan pantai
utara dan pantai selatan (GAPURA) dengan arah kebijakan (a)
peningkatan produksi perikanan dan kelautan; (b) peningkatan
hasil pengolahan dan nilai tambah produk perikanan dan
kelautan.
g. Bidang Pertanian melalui strategi pertama, mempertahankan
dan menggantikan luas baku lahan sawah yang beralih fungsi
lahan dari pertanian ke non pertanian dengan arah kebijakan
mencetak lahan sawah baru untuk mencapai lahan pertanian
berkelanjutan. Strategi kedua, meningkatkan produksi, inovasi
dan nilai tambah hasil pertanian, perkebunan dan peternakan,
dengan arah kebijakan (a) peningkatan produksi dan
produktivitas komoditas pertanian, perkebunan, dan peternakan;
(b) peningkatan kinerja sumber daya dan kelembagaan pertanian,
perkebunan dan peternakan; (c) peningkatan kuantitas
pengendalian hama dan penyakit tanaman dan ternak; (d)

II - 11
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

pengembangan usaha dan sarana prasarana pengolahan serta


pemasaran produk pertanian, perkebunan, dan peternakan.
h. Bidang Kehutanan, melalui strategi, meningkatkan
produktivitas hutan dan pengembangan aneka usaha kehutanan,
dengan arah kebijakan peningkatan produktivitas hutan dan
pengembangan aneka usaha kehutanan, serta pemberdayaan
masyarakat sekitar hutan.
i. Bidang Perindustrian melalui strategi, meningkatkan daya
saing industri, dengan arah kebijakan (a) peningkatan unit
usaha industri kecil dan menengah serta kemitraan kemitraan
antar industri; (b) peningkatan produksi dan kualitas industri
unggulan (industri kreatif, industri telematika, industri agro,
industri tekstil dan produk tekstil, industri komponen otomotif
serta industri alas kaki).
j. Bidang Perdagangan melalui strategi, meningkatkan sistem dan
jaringan distribusi barang, pengembangan pasar dalam negeri
dan luar negeri, serta perlindungan konsumen dan pasar
tradisional, dengan arah kebijakan (a) peningkatan perdagangan
ekspor dan pengembangan pasar luar negeri; (b) peningkatan
distribusi barang kebutuhan pokok masyarakat dan barang
strategis serta menata distribusi barang yang efektif dan efisien;
(c) penggunaan produk dalam negeri, peningkatan pengembangan
dan perlindungan sarana dan prasarana perdagangan dan pasar
tradisional;
k. Bidang Pariwisata melalui strategi, meningkatkan keunggulan
daya tarik dan promosi wisata untuk peningkatan dayabeli
masyarakat, dengan arah kebijakan pengembangan pariwisata
dan produk wisata (alam, budaya, ziarah) dalam konteks
destinasi wisata Jawa-Bali.
3. Misi Ketiga, Meningkatkan Kinerja Pemerintahan,
Profesionalisme Aparatur, dan Perluasan Partisipasi Publik
a. Bidang Perencanaan Pembangunan melalui Strategi Pertama
Meningkatkan kerjasama pembangunan, dengan arah kebijakan

II - 12
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

(a) Peningkatan Kerjasama Kemitraan Strategis lintas provinsi,


pemerintahan pusat, dan kabupaten/kota, (b) Peningkatan
Kualitas pengelolaan kerjasama Jawa Barat melalui aliansi
strategis multi pihak dalam dan luar negeri. Strategi kedua,
meningkatkan kualitas perencanaan pembangunan dengan arah
kebijakan (a) Peningkatan kualitas perencanaan daerah, (b)
Peningkatan pengendalian dan evaluasi pembangunan daerah,
(c) Peningkatan kualitas penelitian dan riset perencanaan
pembangunan daerah.
b. Bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil, dengan strategi
meningkatnya pengelolaan kependudukan di Jawa Barat dengan
arah kebijakan Pengendalian dan penataan kependudukan.
c. Bidang Komunikasi dan Informatika melalui strategi
meningkatkan kualitas pelayanan dan penerapan informasi,
dengan arah kebijakan : (1) pengembangan dan penerapan
teknologi informasi dalam manajemen pemerintahan; (2)
peningkatan penggunaan Teknologi Informasi Komunikasi dalam
pelayanan publik menuju cyber province
d. Bidang Pertanahan melalui strategi meningkatkan tata kelola
pemerintahan yang efektif dengan arah kebijakan mewujudkan
tertib administrasi pertanahan.
e. Bidang Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri melalui
strategi pertama, Meningkatkan sinergitas penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, dengan arah
kebijakan (a) Peningkatan pembinaan tibumtranmas, satuan
perlindungan masyarakat, dan unsur rakyat terlatih lainnya, (b)
Peningkatan kuantitas dan kualitas Pol PP dan PPNS Se Jawa
Barat. Strategi kedua, meningkatkan pemahaman masyarakat
tentang Hak dan kewajiban politik sebagai warga Negara, dengan
arah kebijakan (a) Meningkatkan fungsi partai politik dalam
pendidikan politik, (b) Peningkatan peran serta masyarakat dalam
pembangunan politik, (c) Peningkatan peran serta masyarakat
dalam pemilu. Strategi ketiga, Memantapkan semangat

II - 13
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

kebangsaan dan bernegara, dengan arah kebijakan Peningkatan


pemahaman masyarakat tentang ideologi bangsa dan Negara.
f. Bidang Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi
Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian, melalui Strategi pertama, Meningkatkan tata kelola
pemerintahan yang efektif, dengan arah kebijakan (a) Penataan
struktur organisasi yang proporsional, (b) Peningkatan pelayanan
administrasi organisasi, (c) Penuntasan kejelasan batas
administrasi daerah, (d) Percepatan Penanganan dan Pelayanan
kepada masyarakat, (e) Peningkatan transparansi dan
akuntabiltas melalui pengembangan zona integritas, (f)
Mewujudkan pengelolaan kearsipan daerah yang mendukung
kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, (g) Pengaturan
pengelolaan keuangan daerah, (h) Peningkatan pelayanan
pengelolaan dan pelaporan keuangan daerah, (i)
Mempertahankan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas
laporan keuangan pemerintah Provinsi Jawa Barat, (j)
Peningkatan penerimaan daerah sesuai dengan potensi, (k)
Peningkatan koordinasi dengan instansi vertikal dalam
menyelesaikan aset-aset daerah yang bermasalah, (l) Peningkatan
Penyelenggaraan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP),
(m) Peningkatan Pengawasan internal untuk mendukung tata
kelola dan kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, (n)
Penataan pengelolaan administrasi kependudukan dan
pencatatan sipil. Strategi kedua, Meningkatkan sarana dan
prasarana untuk mendukung pelayanan kepada masyarakat,
dengan arah kebijakan peningkatan dan pemeliharaan sarana
dan prasarana untuk mendukung kinerja aparat. Strategi
ketiga, Meningkatkan kualitas sumber daya aparatur pemerintah
daerah, dengan arah kebijakan (a) Peningkatan pengetahuan,
keterampilan, dan sikap perilaku aparatur berbasis kompetensi,
(b) Meningkatkan kesejahteraan aparatur berbasis kinerja.
Strategi keempat, Menata sistem hukum di daerah, dengan arah

II - 14
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

kebijakan (a) Menyediakan produk hukum daerah untuk


mendukung penyelenggaraan pemerintahan, (b) Peningkatan
Penyelarasan peraturan daerah, (c) Peningkatan sinergitas
penanganan perkara dengan lembaga lainnya.Strategi kelima,
Meningkatkan budaya taat hukum, dengan arah kebijakan
peningkatan pemahaman masyarakat akan peraturan
perundangan dan HAM. Strategi keenam, Meningkatnya
kualitas lembaga legislatif dengan arah kebijakan peningkatan
kapasitas lembaga legislatif dan intensitas komunikasi antara
pemerintah daerah dengan DPRD.
g. Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, melalui strategi
meningkatkan kapasitas pemerintahan desa dan partisipasi
masyarakat, dengan arah kebijakan (a) Peningkatan kinerja
pemerintah desa melalui peningkatan kemampuan keuangan dan
sarana prasarana pemerintahan desa, (b) Peningkatan
pembinaan bagi aparat desa, (c) Peningkatan kapasitas
kelembagaan dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan,
dan (d) Meningkatkan Infrastruktur Perdesaan.
h. Bidang Statistik, melalui strategi Meningkatkan pengelolaan
data dan informasi pembangunan daerah dengan arah kebijakan
Peningkatan pengelolaan Satu Data Pembangunan.
i. Bidang Kearsipan, melalui strategi Meningkatkan kinerja
pengelolaan kearsipan daerah dengan arah kebijakan
Mewujudkan pengelolaan kearsipan daerah yang mendukung
kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah.
4. Misi Keempat, Mewujudkan Jawa Barat yang Nyaman dan
Pembangunan Infrastruktur Strategis yang Berkelanjutan
a. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, melalui strategi
pertama meningkatkan penyediaan infrastruktur energi
ketenagalistrikan, dengan arah kebijakan meningkatkan
cakupan dan akses masyarakat terhadap ketenagalistrikan.
Strategi kedua, mengembangkan sumber energi baru terbarukan
dan konservasi energi, sumber daya mineral, geologidan air tanah,
II - 15
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

dengan arah kebijakan (a) meningkatkan pengembangan dan


pemanfaatan energy baru terbarukan; dan (b) Meningkatkan
upaya pengelolaan, pengusahaan dan nilai tambah sumber daya
mineral, geologi, dan air tanah. Strategi ketiga, meningkatkan
upaya rehabilitasi dan konservasi lingkungan hidup dengan
arah kebijakan : (a) peningkatan upaya rehabilitasi hutan dan
lahan serta konservasi sumber daya alam dan keanekaragaman
hayati, dan (b) peningkatan upaya rehabilitasi dan konservasi
kawasan pesisir dan laut. Strategi keempat, Menurunkan beban
pencemaran lingkungan dan risiko bencana dengan arah
kebijakan Peningkatan upaya mitigasi dan adaptasi terhadap
perubahan iklim. Strategi kelima, peningkatan pengelolaan
kawasan pesisir dan laut dengan arah kebijakan peningkatan
upaya rehabilitasi dan konservasi kawasan pesisir dan laut.
b. Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang dengan strategi
pertama, meningkatkan kondisi infrastruktur jalan guna
mendukung pelayanan pergerakan orang dan barang, dengan
arah kebijakan pembangunan, peningkatan dan rehabilitasi
jaringan jalan dan jembatan untuk menunjang aktivitas
perekonomian masyarakat. Strategi kedua, meningkatkan
kondisi infrastruktur sumber daya air dan irigasi untuk
konservasi, pendayagunaan sumber daya air, serta pengendalian
daya rusak air dengan arah kebijakan : (a) Peningkatan
konservasi sumber daya air (b) Peningkatan pendayagunaan
sumber daya air; (c) Pengendalian daya rusak air. Strategi ketiga,
meningkatkan kondisi sarana dan prasarana dasar permukiman
dengan arah kebijakan (a) peningkatan ketersediaan sarana dan
prasarana air minum; (b) peningkatan cakupan pelayanan air
limbah domestik; (c) peningkatan cakupan layanan
persampahan; (d) peningkatan ketersediaan drainase perkotaan,
dan (e) pengembangan lingkungan permukiman sehat, yang
disertai dengan peningkatan perilaku dan keterlibatan
masyarakat untuk peningkatan kualitas sanitasi. Strategi

II - 16
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

keempat Meningkatkan pelayanan jasa konstruksi dan kinerja


pengelolaan bangunan, gedung/rumah Negara dengan arah
kebijakan (a) Peningkatan kualitas penyelenggaraan jasa
konstruksi; (b) peningkatan pengelolaan bangunan
gedung/rumah Negara. Penataan ruang melalui strategi,
meningkatkan proses perencanaan, pemanfaatan dan
pengendalian pemanfaatan ruang untuk mewujudkan tata ruang
wilayah yang efisien, berkelanjutan dan berdaya saing dengan
arah kebijakan peningkatan kinerja perencanaan ruang.
c. Bidang Perumahan dan kawasan permukiman melalui strategi
pertama, meningkatkan ketersediaan dan kualitas perumahan
dengan arah kebijakan penyediaan rumah untuk rakyat miskin
dan buruh (Masyarakat Berpenghasilan Rendah/MBR). Strategi
kedua, meningkatkan ketersediaan dan kualitas perumahan
dengan arah kebijakan peningkatan aksesibilitas masyarakat
terhadap hunian. Strategi ketiga meningkatkan ketersediaan
dan kualitas perumahan dengan arah kebijakan (a) Peningkatan
ketersediaan rumah layak huni untuk rakyat miskin dan buruh
(Masyarakat Berpenghasilan Rendah/MBR); (b) peningkatan
aksesibilitas masyarakat terhadap hunian
d. Bidang Perhubungan melalui strategi mengembangkan
infrastruktur transportasi perhubungan dalam rangka
peningkatan pelayanan pergerakan orang dan barang serta
mengembangkan sistem transportasi publik regional yang
nyaman dengan arah kebijakan Peningkatkan sarana dan
prasarana dasar perhubungan
e. Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral, melalui strategi
pertama meningkatkan penyediaan infrastruktur energi
ketenagalistrikan, dengan arah kebijakan meningkatkan
cakupan dan akses masyarakat terhadap ketenagalistrikan.
Strategi kedua, mengembangkan sumber energi baru terbarukan
dan konservasi energi, sumber daya mineral, geologi dan air
tanah, dengan arah kebijakan (a) Peningkatan pengembangan

II - 17
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

dan pemanfaatan energi baru terbarukan; (b) Peningkatan


pemanfaatan dan pengelolaan sumber energi panas bumi; (c)
Peningkatan upaya pengelolaan, pengusahaan dan nilai tambah
sumber daya mineral, geologi, dan air tanah.
5. Misi Kelima, Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni dan
Budaya, Peran Pemuda dan Olah Raga serta Pengembangan
Pariwisata dalam Bingkai Kearifan Lokal
a. Bidang Kepemudaan dan Olah Raga melalui strategi pertama,
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana olahraga dengan
arah kebijakan pendukungan pembangunan gelanggang olah
raga di kota/kabupaten. Strategi kedua, meningkatkan kualitas
dan kuantitas olahragawan berprestasi secara berkelanjutan
dengan arah kebijakan peningkatan pembinaan olahragawan.
Strategi ketiga, meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
berolahraga dengan arah kebijakan Peningkatan partisipasi
masyarakat dalam berolahraga. Strategi keempat,
meningkatkan kualitas sarana dan prasarana aktivitas
kepemudaan dalam rangka perwujudan pemuda mandiri dengan
arah kebijakan (a) Peningkatan peran serta organisasi
kepemudaan dalam pembangunan; (b) peningkatan pembinaan
karakter pemuda yang mandiri dan kreatif.
b. Bidang Kebudayaan melalui strategi pertama, Meningkatkan
apresiasi masyarakat terhadap bahasa, sastra dan aksara daerah
dengan arah kebijakan (a) peningkatan pelestarian budaya lokal.
Strategi kedua, Meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap
aspek kesejarahan, nilai-nilai tradisi, permusiuman, dan
kepurbakalaan bagi pengembangan budaya daerah, dengan arah
kebijakan terwujudnya Jawa Barat sebagai pusat budaya.
Strategi ketiga, Meningkatkan Apresiasi masyarakat terhadap
seni dan perfilman daerah; dengan arah kebijakan Peningkatan
pelestarian seni dan perfilman daerah serta meningkatnya
kualitas dan kuantitas pusat gelar karya seni dan budaya.
Strategi keempat, Meningkatkan pengelolaan dan pengakuan

II - 18
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

atas Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) dalam bidang seni dan


budaya, dengan arah kebijakan Peningkatan perlindungan dan
pengakuan atas seni dan budaya Jawa Barat. Strategi kelima,
Meningkatkan SDM Bidang Seni dan Budaya, dengan arah
kebijakan Peningkatan penghargaan dan pembinaan kepada
seniman, budayawan, komunitas seni, budaya, dan pariwisata,
serta masyarakat.
c. Bidang Sosial melalui strategi pertama, mencegah timbulnya
Masalah Kesejahteraan Sosial dan Memberikan Pelayanan Sosial
dan memberikan pelayanan social bagi penyandang masalah
kesejahteraan sosial (PMKS), melalui sistem panti dan luar panti
atau berbasiskan masyarakat/ komuniti, serta bantuan kepada
korban bencana dalam meningkatkan keberfungsian sosialnya.
dengan arah kebijakan Meningkatkan rehabilitasi sosial,
pemberdayaan sosial, perlindungan sosial terhadap PMKS dan
penghargaan kepada para Perintis Kemerdekaan Republik
Indonesia (PKRI)/Janda PKRI dan keluarga pahlawan serta
terpeliharanya nilai-nilai keperintisan, kepahlawanan, kejuangan
dan kesetiakawanan sosial; Strategi kedua, meningkatkan
peran dan fungsi potensi sumber kesejahteraan sosial (PSKS)
dalam penanganan PMKS, dengan arah kebijakan
pendayagunaan dan pemberdayaan Potensi Sumber
Kesejahteraan Sosial (PSKS) dalam penanganan PMKS dan
pembangunan kesejahteraan sosial. Strategi ketiga,
Meningkatkan penanggulangan bencana dan perlindungan
masyarakat, dengan arah kebijakan Penanggulangan korban
bencana.
d. Bidang Agama melalui strategi kesatu, meningkatkan
kerukunan antar agama dan pemahaman pengamalan agama
dengan arah kebijakan meningkatkan kualitas kerukunan hidup
baik interumat beragama maupun antarumat beragama. Strategi
kedua, meningkatkan peran lembaga-lembaga sosial keagamaan
dan lembaga pendidikan keagamaan dalam pembangunan

II - 19
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

dengan arah kebijakan penguatan lembaga keagamaan.


(URUSAN ABSOLUTE)

Untuk mendukung tujuan dan strategi di atas, maka kebijakan


umum pembangunan Jawa Barat Tahun 2017 diarahkan untuk :

1. Membangun masyarakat yang berkualitas dan berdaya saing


dimaknai melalui kebijakan optimalisasi kualitas dan sebaran
layanan pendidikan,kesehatandan kesejahteraan sosial, serta
peningkatan kapabilitas sumberdaya manusia Jawa Barat;
2. Membangun perekonomian yang kokoh dan berkeadilandimaknai
melalui kebijakan pengembangan kemampuan dan daya saing
ekonomi Jawa Barat berbasis potensi lokal;
3. Meningkatkan kinerja pemerintahan melalui profesionalisme
tatakelola dan perluasan partisipasi publik dimaknai melalui
kebijakan penyelenggaraan good governance yang bermutu,
akuntabel, toleran dan berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi;
4. Mewujudkan Jawa Barat yang nyaman dengan pembangunan
infrastruktur strategis yang berkelanjutan dimaknai melalui
kebijakan optimalisasi kuantitas, kualitas dan pelayanan
infrastruktur wilayah serta pengendalian tata ruang berbasis daya
dukung lingkungan dan mitigasi bencana serta peningkatan
penciptaan dan pemanfaatan energi baru terbarukan;
5. Mengokohkan kehidupan sosial kemasyarakatan melalui
peningkatan peran pemuda, olahraga, seni, budaya dan
pariwisata dalam bingkai kearifan lokaldimaknai melalui
kebijakan peningkatan kehidupan sosial kemasyarakatan yang
berbasis potensi lokal.

Dalam rangka mengukur kinerja penyelenggaraan arah kebijakan


umum pembangunan Jawa Barat, maka ditetapkan berbagai indikator
kinerja pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan. Indikator kinerja pembangunan daerah Provinsi
Jawa Barat sebagaimana yang dimaksud mencakup 3 (tiga) aspek, yaitu: 1)

II - 20
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Aspek Kesejahteraan Masyarakat, 2) Aspek Pelayanan Umum, 3) Aspek


Daya Saing Daerah. Dalam tiap-tiap aspek penyelenggaran urusan
pemerintahan terdiri atas beberapa bidang urusan indikator kinerja
pembangunan daerah.
Aspek kesejahteraan masyarakat diukur melalui indikator makro
yang merupakan indikator gabungan dari berbagai kegiatan pembangunan
ekonomi maupun sosial seperti : daya beli masyarakat, PDRB per kapita
(ADHB), PDRB Per Kapita (ADHK), indeks gini, indeks kesehatan, angka
harapan hidup (AHH), nilai tukar petani (NTP), sertifikasi jaminan mutu
pelaku usaha produk pertanian, skor pola pangan harapan, pencetakan
sawah baru, tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK), tingkat
pengangguran terbuka (TPT) dan angka kemiskinan.

Aspek pelayanan umum merupakan segala bentuk pelayanan yang


dilakukan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan atau urusan
yang telah diserahkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat seperti
pendidikan, koperasi dan usaha mikro kecil menengah (UMKM), otonomi
daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat
daerah dan persandian, pekerjaan umum, dan energi sumber daya mineral
serta sosial, dengan indikator yang diukur antara lain : indeks
pembangunanan manusia (IPM), indeks pendidikan, angka melek huruf
(AMH), angka rata-rata lama sekolah (RLS) Kabupaten, angka rata-rata
lama sekolah (RLS) Kota, APK sekolah menengah, jumlah penerima manfaat
kredit modal usaha, kepuasan masyarakat terhadap layanan
pemerintahan, komunikasi organisasi pemerintahan, tingkat partisipasi
pemilihan umum, indeks persepsi korupsi, indeks kebahagiaan, tingkat
harmonisasi kerukunan antar umat beragama, pencapaian status mutu
sungai utama dan waduk besar dengan tingkat cemar sedang, tingkat
ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan provinsi, tingkat kondisi baik
jaringan irigasi di daerah irigasi kewenangan provinsi, cakupan pelayanan
persampahan perkotaan, cakupan pelayanan air minum, cakupan
pelayanan air limbah domestik perkotaan, rasio elektrifikasi rumah, jumlah
PMKS dan jumlah pekerja anak.
II - 21
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Aspek daya saing daerah merupakan indikator yang mengukur


kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai pertumbuhan tingkat
kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan. Indikator yang diukur antara
lain: indeks daya beli, laju pertumbuhan ekonomi, laju pertumbuhan
ekspor, inflasi, nilai penanaman modal asing (PMA), nilai investasi/PMTB
adhb, nilai investasi PMA-PMDN, nilai investasi PMDN, jumlah penerbitan
perijinan, indeks demokrasi, indeks keterbukaan informasi publik,
pendapatan asli daerah, indikator daya saing provinsi, APK pendidikan
tinggi, jumlah karya IPTEK yang didaftarkan untuk mendapat HaKI, jumlah
penduduk melek TIK usia 12 tahun ke atas, jumlah penduduk, capaian
fungsi kawasan lindung terhadap luas wilayah, penurrunan emisi gas
rumah kaca (GRK), tingkat kemantapan jalan provinsi (kondisi baik dan
sedang), jumlah kunjungan wisatawan mancanegara, jumlah karya seni
dan budaya yang didaftarkan untuk memperoleh HaKI/sertifikasi Badan
Internasional, jumlah pemuda berprestasi skala internasional dan indeks
pemberdayaan gender.

2.3 Prioritas Kewilayahan

Fokus pembangunan Jawa Barat pada Tahun 2013-2018 diarahkan


pada pengembangan Pusat Kegiatan Nasional (PKN) dan Pusat Kegiatan
Wilayah (PKW) serta kawasan strategis dengan membagi peran strategis
pembangunan kewilayahan.Fokus tersebut memperhatikan kebutuhan
kawasan yang secara fungsional dapat berperan mendorong pertumbuhan
ekonomi bagi kawasan strategis dan kawasan sekitarnya.Secara umum,
kebijakan pembangunan kewilayahan adalah:

1. Pemerataan pembangunan melalui pengembangan wilayah yang


terencana, terintegrasi dengan seluruh pembangunan sektor dan
tertuang dalam suatu rencana tata ruang. Selanjutnya rencana tata
ruang tersebut digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi
pembangunan di setiap sektor agar pemanfaatan ruang dapat
sinergis, serasi dan berkelanjutan;

II - 22
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

2. Peningkatan percepatan pembangunan wilayah tertinggal agar dapat


sejajar dengan wilayah lainnya melalui pendekatan peningkatan
sumber daya manusiadan sarana prasarananya;
3. Peningkatan keseimbangan pembangunan perkotaan dan perdesaan
melalui keterkaitan kegiatan ekonomi antara perkotaan dan
perdesaan.Pembangunan perkotaan diarahkan agar dapat menjadi
pusat koleksi dan distribusi hasil produksi di wilayah perdesaan.
Sedangkan pembangunan perdesaan diarahkan pada pengembangan
desa-desa pusat pertumbuhan yang akan menjadi pusat produksi
agroindustri/agropolitan dan sektor lainnya. Serta peningkatan
pembangunan desa di wilayah perbatasan melalui Tematik Wilayah
Perbatasan, antara lain : Peningkatan kebutuhan ruang kelas dan
tenaga pengajar dalam rangka mendukung program wajib belajar 9
tahun; Ketersediaan dan keterjangkauan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat di perbatasan; Penguatan infrastruktur jalan dan
jembatan lintas perbatasan; Peningkatan pendapatan masyarakat
daerah perbatasan melalui pengembangan kewirausahaan dan
komoditas unggulan; Peningkatan kualitas penyelenggaraan
pemerintahan desa dalam pelayanan publik; dan Terjaminnya
ketersediaan layanan listrik dan air bersih.
4. Peningkatan kerjasama antar daerah khususnya di kawasan
metropolitan dan pengembangan Kawasan Strategis Nasional dan
Kawasan Strategis Provinsiuntuk menciptakan sinergitas dan
integrasi wilayah, serta efektivitas dan efisiensi dalam
pengelolaannya.
5. Peningkatan pembangunan di wilayah perbatasan dengan arah
kebijakan wilayah sebagai berikut:
a. Wilayah Jabodetabekjur :
1) Penguatan kelembagaan dengan fokus pada revitalisasi
kelembagaan BKSP Jabodetabekjur;
2) Penataan Ruang dengan fokus sinkronisasi perencanaan,
pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
Jabodetabekjur;

II - 23
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

3) Pengembangan transportasi regional dengan fokus


pembangunan jaringan modaangkutan massal;
4) Penataan sumberdaya air dengan fokus penataan Daerah
Aliran Sungai (DAS), pengamanan air baku, serta
pembangunan dan rehabilitasi situ/waduk;
5) Pengembangan pengelolaan persampahan dengan fokus
pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi
dan ramah lingkungan;
6) Penanganan pendidikan dengan fokus pembangunan sarana
pendidikan dan peningkatan kesejahteraan guru;
7) Penanganan kesehatan dengan fokus penyediaan sarana
kesehatan dan penanggulangan penyakit menular;
8) Pengembangan ekonomi dengan fokus penetapan dan
pemanfaatan kawasan ekonomi khusus;
9) Pengembangan agribisnis dengan fokus pembangunan rumah
potong hewan regional, pelelangan ikan regional dan pasar
induk regional, serta kawasan pengembangan peternakan sapi
potong;
10) Penanganan tenaga kerja, kependudukan dan sosial dengan
fokus pembangunan sistem informasi kependudukan
Jabodetabekjur dan pembangunan informasi tenaga kerja.

b. Wilayah perbatasan Jawa Barat - Jawa Tengah :


1) Bidang Sosial dan Pemerintahan :
a) Kesehatan, dengan fokus penanganan keluarga miskin;
b) Pendidikan, dengan fokus praktek kerja Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) dan pendataan siswa;
c) Batas wilayah, dengan fokus penetapan batas wilayah dan
pembangunan tugu batas.
2) Bidang Infrastruktur dan Lingkungan Hidup :
a) Penataan Ruang dan Permukiman, dengan fokus koordinasi
penataan ruang;
b) Lingkungan Hidup, dengan fokus pengelolaan daerah aliran
sungai;
II - 24
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

c) Pengelolaan Sumberdaya Air, dengan fokus pembangunan


bendung/waduk dan normalisasi sungai serta rehabilitasi
jaringan irigasi;
d) Infrastruktur Jalan dan Jembatan, dengan fokus
pembangunan dan peningkatan jalan serta pembangunan
jembatan;
e) Perhubungan, dengan fokus pembangunan PJU serta
sinkronisasi fungsi dan kelas jalan.
3) Bidang Ekonomi :
a) Pertanian, dengan fokus pemberantasan hama,pertanian
multi aktivitas (padi – ternak), serta relokasi dan
optimalisasi check point ternak dan hasil hutan;
b) Perdagangan dan Jasa, dengan fokus pembangunan dan
penataan pasar kecamatan;
c) Pariwisata, dengan fokus koordinasi dan pengembangan
paket wisata.

c. Wilayah Perbatasan Jawa Barat-Banten :


1) Bidang Kesejahteraan Masyarakat dan Pemerintahan :
a) Kesehatan, dengan fokus penanganan keluarga miskin dan
penyakit menular;
b) Pendidikan, dengan fokus penanganan keluarga miskin,
peningkatan mutu pendidikan dan kesejahteraan guru;
c) Sosial, dengan fokus perlindungan masyarakat adat
kakolotan;
d) Batas wilayah, dengan fokus penataan dan penetapan batas
wilayah provinsi, pembangunan pilar dan gapura batas
wilayah;
e) Kerjasama Penanggulangan Bencana dan penanganan
pengungsi dengan bertindak cepat dan tepat, efektif dan
efisien di Daerah yang berbatasan.

II - 25
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

2) Bidang Penataan Ruang dan Prasarana Wilayah :


a) Penataan Ruang dan Permukiman, dengan fokus
koordinasi penataan ruang perbatasan dan pengendalian
lingkungan hidup serta penyediaan rumah layak huni;
b) Pengelolaan Sumberdaya Air, dengan fokus pembangunan
bendung/waduk, normalisasi sungai, rehabilitasi jaringan
irigasi dan penyediaan prasarana dan sarana air bersih;
c) Infrastruktur Jalan dan Jembatan, dengan fokus
pembangunan, peningkatan jalan dan peningkatan status
jalan serta pembangunan jembatan;
d) Perhubungan, dengan fokus pengendalian muatan lebih
dan penataan terminal serta trayek angkutan.
3) Bidang Ekonomi :
a) Perdagangan dan Jasa, dengan fokus pengembangan pusat
pemasaran dan pembinaan KUMKM;
b) Pariwisata, dengan fokus penataan kawasan wisata dan
pengembangan paket-paket wisata;
c) Ketenagakerjaan, dengan fokus memberikan peluang
kepada masyarakat untuk memperoleh pekerjaan
(masyarakat berbudaya kerja).

Selanjutnya, ruang lingkup pembangunan berbasis kewilayahan


(tematik kewilayahan) diselenggarakan berdasarkan Wilayah Koordinasi
Pemerintahan dan Pembangunan (WKPP) di Provinsi Jawa Barat, sebagai
berikut:
I. WKPP I (Wilayah Bogor )
1. Mengembangkan sentra ternak sapi potong, sapi perah, ayam ras dan
unggas lokal;
2. Mengembangkan agribisnis ikan air tawar, dan ikan hias untuk pasar
regional dan global;
3. Mengembangkan pusat pemuliaan padi varietas pandan wangi dan
varietas unggul lainnya;

II - 26
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

4. Mengembangkan agrowisata koridor Bogor-Puncak-Cianjur;


ekowisata pemandangan alam dan bahari koridor Bogor, Sukabumi
Pelabuhanratu dan mengelola cagar biosfer Cibodas.
5. Mengembangkanpusat pertumbuhan baru (growth center) Pelabuhan
Ratu dan Metropolitan BODEBEK KARPUR.
II. WKPP II (Wilayah Purwakarta)
1. Mengembangkan industri manufaktur;
2. Mengembangkan industri keramik dan gerabah;
3. Mengembangkan industri perberasan dan makanan, olahan berbasis
bahan baku lokal, perkebunan, budidaya ikan air tawar dan air
payau,serta ternak sapi perah, sapi potong, kambing/domba, ayam
ras serta unggas lokal;
4. Mengembangkan wisata sejarah dan wisata pilgrimage (ziarah);
5. Mengembangkan metropolitan BODEBEK KARPUR.
III. WKPP III (Wilayah Cirebon)
1. Mengembangkan industri mangga gedong gincu dan industrialisasi
perikanan ;
2. Mengembangkan sistem perdagangan komoditi beras dan palawija;
3. Mengembangkanindustri batik dan rotan, serta industri makanan
olahanberbahan baku lokal;;
4. Melestarikan keraton, wisata sejarah, wisata ziarah (pilgrimage) dan
mengembangkan ekowisata;
5. Mengembangkan Metropolitan Cirebon Raya serta Kawasan BIJB dan
AerocityKertajati.
IV. WKPP IV (Wilayah Priangan)
1. Mengembangkan Kawasan Pendidikan Tinggi dan Riset Terpadu di
Jatinangor;
2. Mengembangkanklaster unggas, perikanan budidaya air tawar dan
tangkap, serta ternak sapi perah, sapi potong, domba Garut, kambing
dan jejaringnya serta pengembangan sentra produksi pakan ternak;
3. Mengembangkan produksi tanaman industri (kopi, teh, kakao, karet,
atsiri) dan hortikultura (sayuran, buah-buahan, tanaman hias) yang
berorientasi ekspor;

II - 27
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

4. Mengembangkan jasa perdagangan, industri kreatif dan pariwisata;


5. MengembangkanMetropolitan Bandung Raya, pusat pertumbuhan
baru (growth center) Pangandaran dan Rancabuaya.
Penyelenggaraan kebijakan pembangunan berbasis kewilayahan di
Provinsi Jawa Barat selaras dengan kebijakan pembangunan kewilayahan
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 26 Tahun 2008, dalam rangka kebijakan pembangunan
kewilayahan, pemerintah telah menetapkan 8 (delapan) kawasan strategis
nasional di Provinsi Jawa Barat, yaitu:
1. Kawasan Perkotaan Jabodetabekpunjur termasuk Kepulauan Seribu;
2. Kawasan Perkotaan Cekungan Bandung;
3. Kawasan Uji Coba Terbang Roket Pameungpeuk;
4. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Pameungpeuk;
5. Kawasan Stasiun Pengamat Dirgantara Tanjungsari;
6. Kawasan Stasiun Telecomand;
7. Kawasan Stasiun Bumi Penerima Satelit Mikro;
8. Kawasan Pangandaran – Kalipucang - Segara Anakan - Nusa
Kambangan.
Selain itu, Pemerintah juga telah menetapkan Pusat Kegiatan
Nasional dan Pusat Kegiatan Wilayah sebagai berikut :
1. Pusat Kegiatan Nasional (PKN), terdiri dari :
a. PKN Jabodetabek, meliputi Provinsi Jabar, DKI dan Banten;
b. PKN Bandung Raya;
c. PKN Cirebon.
2. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), terdiri dari :
a. PKW Sukabumi;
b. PKW Palabuhanratu;
c. PKW Cikampek - Cikopo;
d. PKW Kadipaten;
e. PKW Pangandaran;
f. PKW Indramayu;
g. PKW Tasikmalaya;

II - 28
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi (RTRWP) Jawa Barat


Tahun 2009-2029 telah ditetapkan Pusat Kegiatan Nasional Provinsi (PKNp)
Palabuhanratu dan Pangandaran serta kebijakan pembangunan
kewilayahan berdasarkan Wilayah Pengembangan yang ditentukan
berdasarkan: potensi wilayah, aglomerasi pusat-pusat permukiman
perkotaan dan kegiatan produksi serta perkembangan daerah sekitarnya
tetap dipertahankan. Pembangunan Wilayah Pengembangan lebih
ditekankan pada peningkatan kegiatan ekonomi yang diharapkan
memberikan peningkatan kesejahteraan rakyat, dengankebijakan sebagai
berikut :
1. Wilayah Pengembangan Bodebekpunjur (Kabupaten dan Kota Bogor,
Bekasi, Kota Depok, dan kawasan Puncak di Kabupaten Cianjur),
difokuskan pada :
a. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan;
b. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;
c. Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai
dan protein hewani);
d. Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi;
e. Pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi
dan ramah lingkungan;
f. Peningkatan fungsi kawasan lindung;
g. Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan;
h. Pengembangan energi baru terbarukan;
i. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana;
j. Peningkatan investasi padat karya;
k. Peningkatan infrastruktur jalan dan jembatan;
l. Pengendalian pencemaran air;
m. Penataan daerah otonom.
2. Wilayah Pengembangan Sukabumi (Kabupaten dan Kota Sukabumi
dan Kabupaten Cianjur), difokuskan pada :
a. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan;
b. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;

II - 29
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

c. Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi dan protein


hewani);
d. Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi;
e. Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan;
f. Pengembangan energi baru terbarukan
g. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana;
h. Penataan daerah otonom.
i. Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan di kawasan
pesisir.
3. Wilayah Pengembangan Ciayumajakuning (Kabupaten dan Kota
Cirebon, Kabupaten Indramayu, Majalengka dan Kuningan),
difokuskan pada :
a. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan;
b. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan
c. Peningkatan investasi;
d. Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai
dan protein hewani);
e. Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi;
f. Peningkatan fungsi kawasan lindung;
g. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana;
h. Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan;
i. Pengembangan energi baru terbarukan
j. Pembangunan infrastruktur transportasi;
k. Penataan daerah otonom.
4. Wilayah Pengembangan Bandung Raya (Kabupaten dan Kota
Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kota Cimahi dan sebagian
Kabupaten Sumedang), difokuskan pada:
a. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan;
b. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;
c. Pengendalian pencemaran (air, udara dan sampah);
d. Pembangunan infrastruktur transportasi;
e. Pembangunan tempat sampah regional yang berteknologi tinggi
dan ramah lingkungan;

II - 30
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

f. Peningkatan mutu air baku;


g. Pengendalian pencemaran air;
h. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana;
i. Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan;
j. Pengembangan energi baru terbarukan;
k. Pengembangan jasa dan perdagangan;
l. Penataan daerah otonom.
5. Wilayah Pengembangan Priangan Timur - Pangandaran (Kabupaten
dan Kota Tasikmalaya, Kota Banjar, Kabupaten Ciamis,Kabupaten
Garut, dan Kabupaten Pangandaran), difokuskan pada :
a. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan;
b. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;
c. Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai
dan protein hewani);
d. Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi;
e. Peningkatan fungsi kawasan lindung;
f. Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan;
g. Pengembangan energi baru terbarukan;
h. Pengembangan pariwisata berbasis biodiversity;
i. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana;
j. Penataan daerah otonom.
6. Wilayah Pengembangan Purwasuka (Kabupaten Purwakarta,
Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang), difokuskan pada :
a. Peningkatan cakupan pelayanan kesehatan;
b. Peningkatan sarana dan prasarana pendidikan;
c. Peningkatan produksi dan distribusi pangan (padi, jagung, kedelai
dan protein hewani);
d. Peningkatan infrastruktur sumberdaya air dan irigasi;
e. Peningkatan pelayanan infrastruktur ketenagalistrikan;
f. Pengembangan energi baru terbarukan;
g. Peningkatan kesiapan dini dan mitigasi bencana;
h. Penataan daerah otonom;

II - 31
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan di kawasan


pesisir.

2.4 Janji Gubernur


Untuk mewujudkan janji-janji Gubernur yang telah disampaikan
pada proses Pemilihan Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat, disusun
program-program pembangunan beserta indikator kinerja sebagai
implementasi janji-janji tersebut yang diagendakan untuk dilaksanakan
selama periode 2013 – 2018, sebagai berikut :
1. Pendidikan gratis SD, SLTP dan SLTA di seluruh jawa barat,
Beasiswa pendidikan untuk pemuda, tenaga medis, serta keluarga
atlit berprestasi dan guru
2. Revitaliasi posyandu dan dana operasional kader posyandu
3. Membuka 2 juta serapan tenaga kerja dan mencetak 100.000
wirausahaan baru jawa barat
4. Alokasi 4 triliyun untuk infrastrultur desa dan perdesaan
5. Rehabilitasi 100.000 rumah rakyat miskin
6. Pembangunan pusat seni dan budaya jawa barat di kabupaten/ kota
7. Pembangunan gelanggang olahraga di kabupaten/ kota

II - 32
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

BAB III
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN
KEUANGAN DAERAH

Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan salah satu aspek yang


sangat penting dalam perencanaan pembangunan pemerintah daerah.
Proyeksi keuangan daerah yang akurat dan cermat perlu dilakukan untuk
mengetahui kemampuan daerah dalam mendanai rencana pembangunan,
sehingga dalam pengelolaan keuangan daerah dihasilkan suatu kebijakan
keuangan daerah yang akurat dan cermat serta tepat sasaran.
Keberhasilan suatu daerah dalam melaksanakan pembangunannya tidak
bisa dilepaskan dari faktor pengelolaan keuangan daerah yang dikelola
dengan manajemen yang baik.

Kebijakan keuangan Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 secara umum


disusun dalam rangka mewujudkan arah kebijakan pembangunan yang
tertuang dalam RPJMD Tahun 2013-2018, dan tidak terlepas dari
kapasitas fiskal daerah sebagai salah satu penopang strategis dalam
implementasi pembangunan Provinsi Jawa Barat. Kebijakan belanja
Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2017 diarahkan untuk
meningkatkan pencapaian sasaran Pembangunan Jawa Barat melalui
pengaturan pola pembelanjaan yang lebih fokus, proporsional, efektif, dan
efisien.

Kemampuan keuangan daerah dapat dilihat dari penerimaan fiskal


daerah. Terbatasnya sumber-sumber penerimaan fiskal telah
menempatkan pengelolaan aset daerah secara profesional pada posisi
yang amat potensial untuk menunjang penerimaan pemerintah daerah.
Selain penerimaan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
(APBD), terdapat sumber pendanaan lainnya diluar APBD (Non APBD)
yang meliputi APBN, Pinjaman Hibah Luar Negeri (PHLN), obligasi, dana
kemitraan dunia usaha, swadaya masyarakat, serta kontribusi pelaku
usaha melalui Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab

III - 1
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

sosial dan lingkungan perusahaan serta program kemitraan dan bina


lingkungan (berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 2
Tahun 2013 tentang Pedoman Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Perusahaan serta Program Kemitraan dan Bina Lingkungan di Jawa
Barat), yang semuanya merupakan potensi sumber penerimaan guna
menunjang beban belanja pembangunan daerah.

Apabila melihat dari sisi APBD, keuangan daerah dipergunakan


dalam membiayai program dan kegiatan untuk menyelenggarakan
pemerintahan dan pembangunan yang diperkirakan dari tahun ke tahun
mengalami peningkatan, sesuai dengan perkembangan kebutuhan, baik
pembangunan secara fisik maupun non fisik.
Menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, APBD mempunyai fungsi :
1. Fungsi otorisasi, mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang
bersangkutan.
2. Fungsi perencanaan, mengandung arti bahwa anggaran daerah
menjadi pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada
tahun yang bersangkutan.
3. Fungsi pengawasan, mengandung arti bahwa anggaran daerah menjadi
pedoman untuk menilai kesesuaian kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan daerah dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Fungsi alokasi, mengandung arti bahwa anggaran daerah harus
diarahkan untuk menciptakan lapangan kerja/mengurangi
pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan
efisiensi dan efektivitas perekonomian.
5. Fungsi distribusi, mengandung arti bahwa kebijakan anggaran daerah
harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
6. Fungsi stabilisasi, mengandung arti bahwa anggaran pemerintah
daerah menjadi alat untuk memelihara dan mengupayakan
keseimbangan fundamental perekonomian daerah.
Dalam penyusunan anggaran daerah, terdapat beberapa prinsip
disiplin anggaran, yaitu:
III - 2
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

1. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur


secara rasional, yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan,
sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi
pengeluaran belanja.

2. Penganggaran pengeluaran harus didukung oleh kepastian


penerimaan daerah dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan
melaksanakan kegiatan yang belum tersedia atau tidak mencukupi
anggarannya dalam APBD/Perubahan APBD.
3. Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran
yang bersangkutan harus dimasukkan dalam APBD dan dibukukan
dalam rekening Kas Umum Daerah.
Dalam rangka pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan
transparan, pemerintah daerah wajib menyampaikan pertanggungjawaban
yang disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan dan diaudit
oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI.

Penentuan besaran belanja yang dianggarkan senantiasa


berlandaskan pada prinsip disiplin anggaran, yaitu prinsip kemandirian
yang selalu mengupayakan peningkatan sumber-sumber pendapatan
sesuai dengan potensi daerah, prinsip prioritas yang diartikan bahwa
pelaksanaan anggaran selalu mengacu pada prioritas utama
pembangunan daerah, serta prinsip efisiensi dan efektifitas anggaran yang
mengarahkan bahwa penyediaan anggaran dan penghematan sesuai
dengan skala prioritas.

Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip penganggaran belanja


daerah, disusun dengan pendekatan anggaran kinerja yang berorientasi
pada pencapaian hasil (output) dan outcome yang direncanakan, dengan
memperhatikan prestasi kerja setiap Perangkat Daerah dalam
pelaksanaan tugas, pokok dan fungsinya. Namun, prinsip pengalokasian
anggaran program dan kegiatan tetap menerapkan Money Follow
Programe, dimana program-program yang menjadi program prioritas akan
mendapat alokasi anggaran yang signifikan. Hal ini bertujuan untuk
meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta menjamin

III - 3
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran ke dalam program dan


kegiatan.

3.1. Pendapatan Daerah


Pendapatan Daerah dalam APBD Provinsi Jawa Barat menggunakan
beberapa sumber pendapatan, yaitu: 1) Pendapatan Asli Daerah (PAD), 2)
Dana Perimbangan, dan 3) Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah sesuai
aturan yang berlaku. Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Anggaran 2017
secara keseluruhan sebesar 103,25% dari target yang telah ditetapkan.

Pada jenis penerimaan PAD, realisasi sektor pajak menjadi


penyumbang utama yaitu sebesar 105,48% dari target yang telah
ditetapkan dengan memberikan kontribusi 90,03% terhadap PAD.
Pencapaian tersebut tidak lepas dari inovasi dalam pelayanan pajak
daerah, khususnya e-samsat. Lima komponen pajak daerah yang
memberikan kontribusi besar yang dikelola Jawa Barat, yaitu :

1. Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) direalisasikan sebesar 106,41%


dari target yang telah ditetapkan dengan kontribusi sebesar
39,64% terhadap Pajak Daerah atau 35,69% terhadap
Pendapatan Asli Daerah atau 20,17% terhadap Pendapatan
Daerah;
2. Pajak Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB)
direalisasikan sebesar 105,78% dari target yang telah ditetapkan
dengan kontribusi sebesar 30,90% terhadap Pajak Daerah atau
27,82% terhadap Pendapatan Asli Daerah atau 15,72% terhadap
Pendapatan Daerah;
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB) yang
direalisasikan sebesar 105,60% dari target yang telah ditetapkan
dengan kontribusi sebesar 14,04% terhadap Pajak Daerah atau
12,64% terhadap Pendapatan Asli Daerah atau 7,14% terhadap
Pendapatan Daerah;
4. Pajak Air Permukaan (PAP) direalisasikan sebesar 98,75% dari
target yang telah ditetapkan dengan kontribusi sebesar 0,36%
III - 4
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

terhadap Pajak Daerah atau 0,32% terhadap Pendapatan Asli


Daerah atau 0,18% terhadap Pendapatan Daerah;
5. Pajak Rokok direalisasikan sebesar 102,58% dari target yang
telah ditetapkan dengan kontribusi sebesar 15,07% terhadap
Pajak Daerah atau 13,56% terhadap Pendapatan Asli Daerah
atau 7,67% terhadap Pendapatan Daerah.
Adapun tiga komponen penyumbang PAD lainnya adalah Retribusi
Daerah sebesar 100,58% dari target yang telah ditetapkan dengan
kontribusi sebesar 0,33% terhadap PAD, Hasil Pengelolaan Kekayaan
Daerah yang Dipisahkan sebesar 95,90% dari target yang telah ditetapkan
dengan kontribusi sebesar 1,89% terhadap PAD, dan Lain-lain PAD yang
Sah sebesar 132,15% dari target yang telah ditetapkan dengan kontribusi
sebesar 7,76% terhadap PAD.

Pendapatan daerah untuk membiayai pembangunan daerah selalu


mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, dan PAD masih merupakan
sumber pendapatan utama dalam APBD Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Selanjutnya semenjak tahun 2016 hingga tahun 2017, pos dari sumber
Dana Perimbangan Pemerintah Pusat mulai secara signifikan menjadi
sumber pendapatan yang sangat potensial bagi APBD Provinsi Jawa Barat.
Ada beberapa pos yang menjadi sumber Dana Perimbangan dari
Pemerintah Pusat, yaitu: 1) Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak
yang direalisasikan sebesar 102,21% dari target yang telah ditetapkan
dengan kontribusi 13,24% terhadap Dana Perimbangan, 2) Dana Alokasi
Umum (DAU) yang direalisasikan sebesar 100,00% dari target yang telah
ditetapkan dengan kontribusi 21,54% terhadap Dana Perimbangan, dan 3)
Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar 98,19% dari target yang telah
ditetapkan dengan kontribusi 65,22% terhadap Dana Perimbangan. Sejak
tahun 2016 dan tahun 2017, alokasi DAK dari Pemerintah Pusat
meningkat secara signifikan, baik melalui DAK Fisik dan DAK Non-Fisik;
terutama Alokasi DAK Fisik yang dalam kategori DAK-Fisik Reguler
maupun DAK Fisik Penugasan. Peningkatan yang signifikan tersebut
disebabkan oleh adanya reklasifikasi Bantuan Operasional Sekolah yang
sebelum tahun di jenis penerimaan Lain-lain Pendapatan yang Sah, tetapi
III - 5
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

mulai tahun 2016 direklasifikasi pada jenis penerimaan Dana


Perimbangan.

Selain DAK, dari Pemerintah Pusat juga mengalokasi beberapa


sumber pendanaan untuk pelaksanaan pembangunan daerah di Jawa
Barat termasuk untuk Kabupaten/Kota, antara lain: 1) Dana
Dekonsentrasi, 2) Dana Tugas Pembantuan dan 3) Dana Urusan Bersama.
Untuk itu diharapkan sumber-sumber pendanaan tersebut, satu sama
lain dapat diintegrasikan dalam sebuah rencana strategis (Strategic Plan)
“Rancangan/Desain APBN Terintegrasi” antara Pusat dan Provinsi untuk
Peruntukan Pembangunan Daerah Jawa Barat, seperti ditunjukan pada
Gambar 3.1.

Gambar 3.1: Rencana Strategic Integrasi Pusat - Provinsi Dalam


Pengelolaan Dana APBN di Jawa Barat

STRATEGIC PLAN INTEGRASI PUSAT -DAERAH

AGENDA PERUBAHAN LANGKAH INOVASI INTEGRASI APBN

E-DATABASE
GEOSPASIAL

SISTEM
PENATAAN INOVASI
MANAJEMEN DANA
ORGANISASI PEMBANGUNAN
KINERJA E – PLANING ALOKASI
E-MONEV DAERAH
TERINTEGRASI & E- KHUSUS
E-REPORT BUDGETING
DENGAN ( DAK )
“E - GOV”
REFORMASI DANA
BIROKRASI
DEKON
SENTRA
E-PROCOUR,
E-PUBLIC
SI DANA
SERVICES DANA
TUGAS
URUSAN PEMBANTU
BERSAMA AN

INTEGRASI DANA APBN


FAKTOR KUNCI FAKTOR PENGGERAK DI DAERAH

PROVINSI PUSAT

III - 6
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

Adapun Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah direalisasikan


sebesar 71,96% dari target yang telah ditetapkan yang terdiri dari
Pendapatan Hibah yang direalisasikan sebesar 101,06% dari target yang
telah ditetapkan dengan kontribusi sebesar 23,47% terhadap Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
yang direalisasikan sebesar 100,00% dari target yang telah ditetapkan
dengan kontribusi sebesar 7,40% terhadap Lain-lain Pendapatan Daerah
yang Sah, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi/Pemerintah Daerah
Lainnya yang direalisasikan sebesar 63,81% dari target yang telah
ditetapkan dengan kontribusi sebesar 69,13% terhadap Lain-lain
Pendapatan Daerah yang Sah.

3.2. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

Kebijakan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat untuk tahun


anggaran 2017 merupakan perkiraan yang terukur secara rasional, dan
memiliki kepastian serta dasar hukum yang jelas. Kebijakan pendapatan
daerah tersebut diarahkan pada upaya peningkatan pendapatan daerah
dari: sektor pajak daerah, retribusi daerah, dan dana perimbangan. Untuk
meningkatkan pendapatan daerah dilakukan upaya-upaya sebagai
berikut:

1. Memantapkan kelembagaan melalui peningkatan peran dan fungsi


KCP, UPT, UPPD dan Balai Penghasil;
2. Intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan melalui penerapan
secara penuh penyesuaian tarif terhadap pajak daerah dan retribusi
daerah;
3. Koordinasi dan perhitungan bersama antara pusat-daerah untuk
pengalokasian sumber pendapatan dari dana perimbangan dan non
perimbangan (pajak rokok, pajak ekspor/perusahaan).
4. Meningkatkan deviden BUMD dalam upaya meningkatkan secara
signifikan terhadap pendapatan daerah;

III - 7
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

5. Meningkatkan kesadaran dan kepatuhan serta kepercayaan


masyarakat/lembaga dalam membayar pajak dan retribusi; serta
6. Meningkatkan dan mengoptimalkan pengelolaan aset daerah secara
profesional.
Adapun kebijakan pendapatan untuk meningkatkan dana
perimbangan sebagai upaya peningkatan kapasitas fiskal daerah sebagai
berikut.
1. Mengoptimalkan penerimaan pajak orang pribadi dalam negeri (PPh
OPDN), PPh pasal 21, pajak ekspor, dan PPh badan;
2. Meningkatkan akurasi data sumber daya alam sebagai dasar
perhitungan bagi hasil dalam dana perimbangan; serta
3. Meningkatkan koordinasi dengan pemerintah pusat untuk dana
perimbangan dan kabupaten/kota untuk obyek pendapatan sesuai
wewenang provinsi.
Berdasarkan kebijakan perencanaan pendapatan daerah tersebut,
dalam merealisasikan perkiraan rencana penerimaan pendapatan daerah
(target) diperlukan strategi pencapaiannya sebagai berikut.

a. Strategi pencapaian target pendapatan asli daerah, ditempuh melalui :


1) penataan kelembagaan, penyempurnaan dasar hukum pemungutan
dan regulasi penyesuaian tarif pungutan;
2) pelaksanaan pemungutan atas obyek pajak/retribusi baru dan
pengembangan sistem operasi penagihan atas potensi pajak dan
retribusi yang tidak memenuhi kewajibannya;
3) peningkatan fasilitas dan sarana pelayanan secara bertahap sesuai
dengan kemampuan anggaran;
4) melaksanakan pelayanan dan pemberian kemudahan kepada
masyarakat dalam membayar pajak melalui drive thru, Gerai
Samsat dan Samsat Mobile, layanan SMS, dan pengembangan
Samsat Outlet serta Samsat Gendong;
5) mengembangkan penerapan standar pelayanan kepuasan publik di
seluruh kantor bersama/samsat dengan menggunakan parameter
iso 9001-2008;

III - 8
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

6) penyebarluasan informasi di bidang pendapatan daerah dalam


upaya peningkatan kesadaran masyarakat;
7) revitalisasi BUMD melalui berbagai upaya: pengelolaan BUMD
secara profesional, peningkatan sarana, prasarana, kemudahan
prosedur pelayanan terhadap konsumen/nasabah, serta
mengoptimalkan peran Badan Pengawas, agar BUMD berjalan
sesuai dengan peraturan sehingga mampu bersaing dan mendapat
kepercayaan dari perbankan;
8) optimalisasi pemberdayaan dan pendayagunaan aset yang
diarahkan pada peningkatan pendapatan asli daerah; serta
9) melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri dan
Kementerian Keuangan pada tataran kebijakan, dengan POLRI dan
kabupaten/kota termasuk dengan daerah perbatasan, dalam
operasional pemungutan dan pelayanan Pendapatan Daerah, serta
mengembangkan sinergitas pelaksanaan tugas dengan PD
penghasil.
b. Strategi pencapaian target dana perimbangan, melalui:
1) sosialisasi secara terus menerus mengenai pungutan pajak
penghasilan dalam upaya peningkatan kesadaran masyarakat
dalam pembayaran pajak;
2) peningkatan akurasi data potensi baik potensi pajak maupun
potensi sumber daya alam bekerjasama dengan Kementerian
Keuangan cq. Direktorat Jenderal Pajak sebagai dasar perhitungan
Bagi Hasil.
3) peningkatan keterlibatan pemerintah daerah dalam perhitungan
lifting migas dan perhitungan sumber daya alam lainnya agar
memperoleh proporsi pembagian yang sesuai dengan potensi;
4) peningkatan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri,
Kementerian Keuangan, Kementerian teknis, Badan Anggaran DPR
RI dan DPD RI untuk mengupayakan peningkatan besaran Dana
Perimbangan (DAU, DAK dan Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil
Bukan Pajak).

III - 9
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

3.3. Belanja Daerah

Belanja Daerah dalam APBD Provinsi Jawa Barat tahun 2017


diformulasikan untuk membiayai 2 (dua) jenis belanja pembangunan
daerah, yaitu: 1) Belanja Langsung (BL) dan 2) Belanja Tidak Langsung
(BTL). Belanja Daerah pada Tahun Anggaran 2017 direalisasikan sebesar
94,65% dari target yang telah ditetapkan. Proporsi realisasi belanja daerah
seperti ditunjukkan Gambar 3.2. dibawah ini :

Gambar 3.2

Proporsi Realisasi Belanja Daerah


Dalam APBD Provinsi di Jawa Barat
Tahun Anggaran 2017

20,74%

79,26%

Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017
sebelum Audit BPK-RI
Realisasi BTL pada APBD Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran
2017 sebesar Rp25,808 trilyun lebih atau sebesar 96,46% dari target yang
telah ditetapkan, terdiri dari: Belanja Pegawai yang direalisasikan sebesar
Rp5,156 trilyun lebih atau sebesar 99,17% dari target yang telah
ditetapkan, Belanja Subsidi yang direalisasikan sebesar Rp14,758 milyar
atau sebesar 99,99% dari target yang telah ditetapkan, Belanja Hibah
yang direalisasikan sebesar Rp9,526 trilyun lebih atau sebesar 96,59%
dari target yang telah ditetapkan, Belanja Bantuan Sosial yang
direalisasikan sebesar Rp37,096 milyar lebih atau sebesar 78,13% dari
target yang telah ditetapkan, Belanja Bagi Hasil yang direalisasikan
sebesar Rp6,902 trilyun lebih atau sebesar 99,05% dari target yang telah

III - 10
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

ditetapkan, Belanja Bantuan Keuangan yang direalisasikan sebesar


Rp4,171 trilyun lebih atau sebesar 92,55% dari target yang telah
ditetapkan, dan Belanja Tidak Terduga yang direalisasikan sebesar
Rp47,817 juta atau sebesar 0,03% dari target yang telah ditetapkan.
Komposisi realisasi BTL Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 ditunjukan pada
Gambar 3.3. dibawah ini :

Gambar 3.3.

Komposisi Realisasi BTL


79,26%
Dalam APBD Provinsi di Jawa Barat
Tahun Anggaran 2017
0%

16%
20,74%

27%

37%

0%
Belanja Pegawai Belanja Subsidi
Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial
Belanja Bagi Hasil Belanja Bantuan Keuangan
Belanja Tidak Terduga

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017
sebelum Audit BPK-RI
Sementara itu, realisasi BL pada APBD Provinsi Jawa Barat Tahun
Anggaran 2017 sebesar Rp6,753 trilyun lebih atau sebesar 88,30% dari
target yang telah ditetapkan, terdiri dari: Belanja Pegawai yang
direalisasikan sebesar Rp279,782 milyar lebih atau sebesar 92,41% dari
target yang telah ditetapkan, Belanja Barang dan Jasa yang direalisasikan
sebesar Rp4,197 trilyun lebih atau sebesar 91,24% dari target yang telah
ditetapkan, dan Belanja Modal yang direalisasikan sebesar Rp2,276
trilyun lebih atau sebesar 82,92% dari target yang telah ditetapkan.
Proporsi belanja langsung dapat dilihat pada gambar 3.4 dibawah ini :

III - 11
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

Gambar 3.4. Proporsi Belanja Langsung (BL) Dalam APBD


Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

79,26%
Komposisi Realisasi BL
Dalam APBD Provinsi di Jawa Barat
Tahun Anggaran 2017

34%

20,74%

Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal

Sumber: Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017
sebelum Audit BPK-RI

3.4. Arah Kebijakan Belanja Daerah


Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah belanja daerah adalah semua kewajiban daerah
yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan. Belanja daerah digunakan untuk
pelaksanaan urusan pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan
daerah yang terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan
pemerintahan pilihan.
Menurut Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah
dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, pada
dasarnya terdapat dua jenis belanja, yaitu Belanja Tidak Langsung (BTL)
dan Belanja Langsung (BL). BTL merupakan belanja yang tidak memiliki
keterkaitan secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan
yang meliputi belanja pegawai, belanja bunga, subsidi, hibah, bantuan
sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan belanja tidak terduga.
III - 12
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

BL merupakan belanja yang memiliki keterkaitan secara langsung dengan


program dan kegiatan yang meliputi: belanja pegawai, belanja barang dan
jasa, dan belanja modal.
Belanja daerah dipergunakan dalam rangka pelaksanaan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan provinsi dan kabupaten/kota,
yang terdiri dari urusan wajib dan pilihan yang ditetapkan dengan
perundang-undangan. Dengan berpedoman pada prinsip-prinsip
penganggaran, belanja daerah 2017 disusun dengan pendekatan anggaran
kinerja yang berorientasi pada pencapaian hasil dari input yang
direncanakan dengan memperhatikan prestasi kerja setiap OPD dalam
pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya. Ini bertujuan untuk
meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta menjamin
efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dalam belanja
program/kegiatan.
Belanja daerah secara nominal, untuk semua jenis belanja
mengalami kenaikan. Pada belanja tidak langsung, terlihat bahwa belanja
pegawai, belanja bagi hasil, dan belanja bantuan keuangan ke
kabupaten/kota menunjukkan kecenderungan yang terus meningkat..
Kecenderungan semakin meningkatnya kebutuhan belanja pegawai,
pemenuhan belanja rutin perkantoran (fixed cost), belanja bagi hasil,
belanja bantuan keuangan, tidak berbanding lurus dengan peningkatan
pendapatan daerah walaupun pendapatan daerah Provinsi Jawa Barat
dari tahun ke tahun mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini
berdampak pada kemampuan riil keuangan daerah yang cenderung
semakin menurun. Dengan menggunakan indikator ruang fiskal
(ketersediaan dana dalam APBD yang dapat digunakan secara bebas oleh
daerah), ruang fiskal daerah Jawa Barat menunjukkan kecenderungan
menurun dibandingkan tahun sebelumnya.
Kebijakan belanja daerah 2017 diupayakan dengan pengaturan pola
pembelanjaan yang akuntabel, proporsional, efisien dan efektif. Alokasi
belanja daerah harus sudah dilengkapi: 1) pedoman pelaksanaan dan
petunjuk teknis; 2) dokumen rencana implementasi pekerjaaan (DRImP);

III - 13
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

3) calon penerima dan calon lokasi (CPCL); dan 4) perencanaan,


monitoring dan evaluasi.
Kebijakan belanja daerah untuk 2017 sebagai berikut:
1. RPJMD 2013-2018, prioritas pembangunan, program prioritas dan
kegiatan prioritas dengan pembagian: urusan pemerintah wajib
pelayanan dasar sejumlah enam (6) urusan, wajib non pelayanan dasar
sejumlah 18 urusan dan pemerintah pilihan sejumlah delapan (8)
urusan serta penunjang pemerintahan sejumlah delapan (8) urusan;
dan Sustainable Development Goals (SDGs);
2. Dukungan RPJMN 2015 – 2019 dan RKP 2017;
3. Penggunaan dana fungsi pendidikan 20% dari total belanja;
4. Penggunaan dana fungsi kesehatan 10%;
5. Bantuan keuangan kab/kota, bantuan desa, hibah, Bansos dan
subsidi;
6. Penggunaan Dana DAK, DBHCHT, BOS Pusat, Pajak Rokok;
7. Pendukungan untuk optimalisasi penggunaan aset milik daerah;
8. Pendukungan implementasi amanat Undang-undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah.

3.5. Pembiayaan Belanja Daerah


Kebijakan Pembiayaan Belanja Daerah diorientasikan untuk
menyelesaikan berbagai persoalan pembangunan yang telah dianalisis
pada lingkungan strategis baik eksternal dan internal dalam
pembangunan di Jawa Barat. Terdapat 16 (enam belas) isu strategis
pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 yang
dikelompokan berdasarkan rujukan aspek kinerja pembangunan daerah,
dengan perincian sebagai berikut:

1. Isu strategis pada Aspek Kesejahteraan Masyarakat, meliputi:


a. Ketersediaan, keterjangkauan, dan distribusi pangan;
b. Kemiskinan, pengangguran dan penyandang masalah kesejahteraan
sosial;
c. Konflik sosial (SARA); dan
d. Ketahanan keluarga.
III - 14
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

2. Isu strategis pada Aspek Pelayanan Umum, meliputi:


a. Aksesibilitas dan kualitas pendidikan;
b. Aksesibilitas dan kualitas kesehatan;
c. Kualitas, kuantitas, dan cakupan pelayanan dasar serta
infrastruktur strategis di perdesaan dan perkotaan; dan
d. Pelaksanaan reformasi birokrasi.
3. Isu strategis pada Aspek Daya Saing Daerah, meliputi:
a. Aksesibiltas, kualitas, dan daya saing ketenagakerjaan;
b. Peran dan daya saing industri kecil dan menengah;
c. Pengelolaan destinasi wisata;
d. Kesadaran politik dan penegakan hukum;
e. Peran pemuda dalam pembangunan;
f. Prestasi pemuda dalam bidang olahraga;
g. Kualitas lingkungan hidup; dan
h. Penyelenggaraan penataan ruang.
4. Dengan mengacu kepada isu strategis di atas, maka arah
pembangunan daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 adalah:
a. Optimalisasi pencapaian janji Gubernur dan indikator kinerja misi
RPJMD untuk Tahun 2017;
b. Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan dasar dan non
pelayanan dasar (urusan wajib provinsi);
c. Optimalisasi pembangunan sektoral, kewilayahan, dan kawasan
perbatasan; dan
d. Optimalisasi implementasi reformasi birokrasi.

Berdasarkan isu strategis dan arah pembangunan daerah Provinsi


Jawa Barat, maka ditetapkan prioritas pembangunan daerah Provinsi
Jawa Barat Tahun 2017 merupakan agenda pembangunan pemerintah
daerah tahunan yang menjadi tonggak capaian antara (milestones) menuju
sasaran 5 (lima) tahunan dalam RPJMD Provinsi Jawa Barat Tahun 2013-
2018 melalui rencana program pembangunan daerah tahunan. Prioritas
pembangunan daerah dirumuskan dari isu strategis yang diselaraskan
dengan sasaran misi RPJMD tahun berjalan, berkorelasi dengan
pencapaian prioritas pembangunan nasional (RKP); menjawab tantangan
III - 15
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

global atau isu SDGs, berkorelasi terhadap sektor/bidang yang terkait


keunggulan kompetitif daerah; serta berkorelasi terhadap pencapaian
kebijakan kegiatan Tematik Kewilayahan, Tematik Perbatasan, dan
Pengembangan Wilayah Metropolitan dan Pusat Pertumbuhan Jawa Barat.

3.6. Pelaksanaan Pembiayaan Program/Kegiatan Tahun 2017

Dalam rangka menyelesaikan beberapa prioritas pembangunan


daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2017 dalam rangka menjawab 16 isu
strategis pembangunan daerah, maka pada tahun 2017 dilaksanakan
program-program prioritas pembangunan daerah dengan alokasi anggaran
masing-masing program, seperti ditunjukkan pada Gambar 3.5.

Gambar 3.5 : Program Prioritas dan Alokasi Anggaran BL APBD

III - 16
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

Dalam Pelaksanaan RKPD 2017

Berdasarkan Gambar 3.5, maka pelaksanaan anggaran BL dalam


APBD 2017 untuk melaksanakan RKPD 2017, dialokasikan secara
signifikan pada beberapa prioritas program, yang terkait dengan:
pendidikan, kesehatan, infrastruktur, TIK, keolahragaan, adminsitrasi
perkantoran dan sarana/prasarana aparatur.

III - 17
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

Selanjutnya untuk melaksanakan program-program prioritas


pembangunan daerah sesuai RKPD 2017, dilibatkan sekitar 50 Perangkat
Daerah untuk melakanakan program dan kegiatan pembangunan daerah
tahun 2017. Masing-masing Perangkat Daerah selanjutnya menyusun dan
melaksanakan kegiatan pembangunan daerah sesuai dengan tugas dan
fungsinya masing-masing. Adapun besaran alokasi anggaran disesuaikan
dengan prinsip Money Follow Program, yaitu program dan kegiatan
prioritas akan mendapat alokasi anggaran yang signifikan.
Belanja BL pada APBD Tahun 2017 yang dialokasikan pada setiap
PD dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi mencapai Rp6,753 trilyun
lebih atau sebesar 94,65% dari target yang telah ditetapkan. Capaian
kinerja keuangan untuk semua PD ditunjukkan pada gambar 3.5 :

III - 18
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

Gambar 3.5. Rekapitulasi Realisasi Keuangan Capaian Kinerja Perangkat


Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun Anggaran 2017

Sumber : Data BPKAD Tahun 2017 di olah oleh BAPPEDA Provinsi Jawa Barat.

III - 19
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

Gambar 3.6: Distribusi Jumlah Alokasi Anggaran Pembangunan


Daerah Pada Setiap OPD Dalam Pelaksanaan RKPD 2017

JUMLAH ALOKASI ANGGARAN MASING-MASING OPD PADA APBD TAHUN 2017

Sumber : Bappeda Provinsi Jawa Barat, 2017

3.7. Kemandirian Keuangan


Hal-hal yang mempengaruhi tingkat kemandirian daerah antara lain
adalah Pendapatan Asli Daerah. Provinsi Jawa Barat hingga kini masih
termasuk daerah yang memiliki kemandirian keuangan yang cukup tinggi.
Kemandirian itu terlihat dari rasio realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap total realisasi Pendapatan Daerah pada tahun 2017 mencapai

III - 20
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

56,25%. Adapun realisasi Dana Perimbangan rasionya sebesar 43,43%.


Selebihnya dari realisasi Lain-Lain Pendapatan yang Sah sebesar 0,31%
terhadap total realisasi Pendapatan Daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 35 tentang Pemerintah Daerah,
Pendapatan asli daerah merupakan penerimaan daerah dari berbagai jenis
usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana yang akan
digunakan untuk membiayai keperluan daerah yang terdiri atas pajak
daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain
penerimaan asli daerah yang sah.
Pengukuran Pendapatan Asli Daerah dengan mencari kontribusi
terhadap total pendapatan daerah, yaitu dengan membandingkan
Pendapatan Asli Daerah dengan Total Pendapatan Daerah. Jika
pendapatan asli daerah meningkat maka tingkat kemandirian keuangan
daerah juga meningkat, sebaliknya jika pendapatan asli daerah rendah
maka kemandirian keuangan daerah juga rendah.

Tabel 3.1.
Tingkat Kemandirian Keuangan Daerah Seluruh Kabupaten/Kota
Provinsi Jawa Barat 2010-2014

Kemampuan Keuangan
Tahun Persentase Pola hubungan
Daerah

2010 15,40% Rendah sekali Instruktif


2011 23,48% Rendah sekali Instruktif
2012 25,85% Rendah Konsultatif
2013 31,13% Rendah Konsultatif
2014 39,81% Rendah Konsultatif

Rata - 27,13% Rendah Konsultatif


Rata

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat (data diolah 2016) .

III - 21
Laporan Kinerja Pertanggungjawaban Gubernur Jawa Barat Tahun 2017

Berdasarkan Tabel 1.3 tingkat kemandirian keuangan


Kabupaten/Kota Provinsi Jawa Barat tahun 2010-2014 rata-rata 27%,
sehingga tingkat kemandirian keuangan daerahnya masuk dalam kategori
pola hubungan dengan pemerintah konsultatif karena berada di
presentase 25-50%. Hal ini berarti kemampuan daerah tersebut masih
rendah dalam hal keuangan karena ada campur tangan dari pemerintah.
Daerah tersebut dianggap sedikit mampu untuk melaksanakan otonomi
daerah. Jika pendapatan asli daerah meningkat maka tingkat
kemandirian keuangan daerah juga meningkat, sebaliknya jika
pendapatan asli daerah rendah maka kemandirian keuangan daerah juga
rendah.

Pemerintah Jawa berharap dapat memperkuat komitmen dan


menghimpun masukan konstruktif untuk lebih meningkatkan pajak
daerah sebagai tulang punggung PAD. Pelayanan publik saat ini juga
menuntut inovasi dan kreativitas.

III - 22
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

BAB IV
PENYELENGGARAAN URUSAN KONKUREN
PEMERINTAH DAERAH

4.1 Kinerja Urusan Pemerintahan

4.1.1 Program Pembangunan Daerah Bersifat Wajib – Pelayanan Dasar

Daftar Program-program pembangunan daerah dalm RPJMD


Provinsi Jawa Barat periode tahun 2013 - 2018 dalam urusan
kewenangan konkuren provinsi yang termasuk dalam urusan wajib
pelayanan dasar (wajib-PD) adalah sebagai berikut :

Tabel 4.1
Program Pembangunan Daerah Bersifat Wajib – Pelayanan Dasar

PERANGKAT JUMLAH
NO. URUSAN SIFAT
DAERAH UTAMA PROGRAM

1 PENDIDIKAN WAJIB- Dinas Pendidikan 5


PD

2 KESEHATAN WAJIB- Dinas Kesehatan 6


PD

3 PEKERJAAN UMUM WAJIB- Dinas Bina Marga 6


DAN PENATAAN PD dan Penataan
RUANG Ruang

WAJIB- Dinas Sumber 5


PD Daya Air

4 PERUMAHAN RAKYAT WAJIB- Dinas 2


DAN KAWASAN PD Pemukiman dan
PERMUKIMAN Perumahan

5 KETENTRAMAN, WAJIB- Badan Kesatuan 5


KETERTIBAN UMUM, PD Bangsa dan
DAN PERLINDUNGAN
IV- 1
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

PERANGKAT JUMLAH
NO. URUSAN SIFAT
DAERAH UTAMA PROGRAM

MASYARAKAT Politik

6 SOSIAL WAJIB- Dinas Sosial 4


PD

TOTAL PROGRAM 31

a. Urusan Bidang Pendidikan


Untuk mewujudkan pendidikan dasar yang berkualitas khususnya
pada pendidikan khusus dan pendidikan menengah, didukung melalui
program pendidikan menengah, program pendidikan khusus, program
pembinaan dan pengembangan pendidik dan tenaga kependidikan,
program penyelenggaraan unsur manajemen dan fungsi manajemen, dan
program pembinaan bahasa dan sastra.

Tabel 4.2
Target dan Realisasi Indikator Kinerja Urusan Pendidikan Tahun 2017

2017
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Angka Melanjutkan SMP/MTS ke 100 103,81
Persen
SMA/SMK/Sederajat
APK SMA/SMK Sederajat 71,56 81,25
Persen
Prosentase sekolah yang terakreditasi 45,50
Persen 28
Jumlah RKB SMA/SMK/MA 4.000 1.847
RKB

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, 2018.

Realisasi Indikator Angka Melanjutkan SMP/MTS ke SMA/MA


tahun 2017 sebesar 103,81% melebih target yang ditetapkan sebesar
100%. Pencapaian tersebut menunjukkan bahwa sasaran dalam
meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melanjutkan pendidikannya
dari SMP/MTS ke SMA/SMK/Sederajat dapat tercapai. APK SMA/SMK

IV- 2
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Sederajat di Jawa Barat tahun 2017 juga mengalami kenaikan yang


semula ditargetkan 71,56% dengan realisasi mencapai 81,25%, dimana
mengalami peningkatan sebesar 9,69 atau 11,96%. Hal tersebut dapat
tercapai karena semakin tingginya kesadaran masyarakat akan
pendidikan dan peningkatan kualitas dan kuantitas pendidikan melalui
pembangunan Ruang Kelas Baru (RKB) SMA serta SMK Negeri dan Swasta
tahun 2017 mencapai 1.847 RKB, pembangunan Unit Sekolah Baru SMA
dan SMK Negeri, Pendidikan Menengah Universal (PMU) untuk siswa SMA
serta SMK Negeri dan Swasta, serta peningkatan kualitas tenaga
kependidikan.
Prosentase sekolah yang terakreditasi tahun 2017 mencapai 45,50%
melebih target yang ditetapkan sebesar 28%. Hal ini sesuai dengan
sasaran pembangunan terkait pendidikan dalam meningkatkan mutu dan
kualitas pendidikan di Jawa Barat.

b. Urusan Bidang Kesehatan


Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam mewujudkan masyarakat
yang sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial didukung
melalui program promosi kesehatan, program pengembangan lingkungan
sehat, program pelayanan kesehatan, program pengendalian penyakit
menular dan tidak menular, program sumber daya kesehatan, dan
program manajemen kesehatan.
Tabel 4.3
Target dan Realisasi Indikator Kinerja Urusan Kesehatan Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Ratio Kematian Ibu 88/
Rasio 100.000 KH 77,83/ 100.000 KH

2 Ratio Kematian Bayi 4,4/1000


Rasio KH 3,63/1000 KH

3 Jumlah RS Mampu
memberikan pelayanan
Kesehatan Ibu dan Bayi sesuai RS 40 88
standar

4 Persentase Desa Siaga Aktif 84


Persen 97,65
5 Persentase Penduduk yang 74
Persen 67,95

IV- 3
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

menggunakan Jamban Sehat

6 Persentase Penduduk dengan


Persen 75 71,62
Jaminan Kesehatan

Sumber : Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat, 2018.


Rasio Kematian Ibu merupakan salah satu indikator yang penting
dalam menggambarkan kesejahteraan masyarakat di suatu negara atau
daerah. Rasio Kematian Ibu Rasio Kematian Ibu Provinsi Jawa Barat
tahun 2017 yaitu 77,83 per 100.000 kelahiran hidup di bawah target yang
ditetapkan sebesar 88/ 100.000 KH. Capaian tersebut merupakan wujud
dari keberhasilan program pelayanan kesehatan yang salah satunya
memberikan jaminan kepada setiap ibu memiliki akses terhadap
pelayanan kesehatan ibu yang berkualitas, mulai dari saat hamil,
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, dan perawatan
pasca persalinan bagi ibu dan bayi.
Demikian pula dengan Rasio Kematian Bayi yang menunjukkan
tahun 2017 sebesar 3,63 dari 1.000 kelahiran hidup di bawah target yang
ditetapkan sebesar 4,4/1000 KH. Keberhasilan penurunan dari Rasio
Kematian Bayi tersebut tidak terlepas dari peningkatan mutu pelayanan
kesehatan khususnya pelayanan kesehatan bagi bayi dengan
mengoptimalisasi keberadaan posyandu dan puskesmas serta sosialisasi
terkait usaha perbaikan gizi keluarga (UPKG).
Rumah Sakit di Jawa Barat yang mampu memberikan pelayanan
Kesehatan Ibu dan Bayi sesuai standar tahun 2017 mencapai 88 rumah
sakit yang dapat memberikan pelayanan Kesehatan Ibu dan Bayi diatas
target yang hanya 44 rumah sakit. Hal tersebut membuktikan komitmen
pemerintah dalam meningkatkan fasilitas pelayanan kesehatan terhadap
ibu dan anak dari Posyandu, Puskesmas sampai Rumah Sakit.
Desa siaga merupakan salah satu indikator dalam standar
pelayanan minimal bidang kesehatan yang dimulai sejak tahun 2006
melalui Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/Menkes/SK/VIII/2006
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Indikator desa
siaga tahun 2017 sebesar 97,65% di atas target yang ditetapkan sebesar

IV- 4
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

84%. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari peran Pemerintah,


Pemerintah Provinsi, dan pihak-pihak lain seperti organisasi
kemasyarakatan (Ormas), dunia usaha, serta pemangku kepentingan lain
dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan di
setiap desa di Jawa Barat

Indikator persentase Penduduk yang menggunakan Jamban Sehat


tahun 2017 sebesar 67,95%, dimana hal tersebut menunjukkan
kesadaran masyarakat dalam menggunakan jamban sehat semakin baik
yang diperkuat dengan program pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam
penguatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Demikian pula pada
kinerja indikator persentase Penduduk dengan jaminan kesehatan tahun
2017 sebesar 71,62%. Hal ini membuktikan bahwa kesadaran masyarakat
akan jaminan kesehatan semakin tinggi dan perlu ditingkatkan lagi agar
seluruh masyarakat Jawa Barat mendapatkan jaminan kesehatan.
c. Urusan Bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Tabel 4.4
Realisasi Kinerja Urusan Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Tahun 2017
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Cakupan Pelayanan Air Minum Prosentase 73-14 73,17

Cakupan Pelayanan Air Limbah Prosentase 67-68 67,01


Domestik

Tingkat Kondisi Baik Jaringan Irigasi di Prosentase 72-74 73,95


Daerah Irigasi Kewenangan Provinsi

Tingkat Kemantapan Jalan Provinsi Prosentase 97,4-97,7 98,17


(kondisi baik & sedang)

Sumber : Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang; Dinas Sumber Daya Air; Dinas
Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa Barat, 2018
Urusan pekerjaan Umum merupakan urusan pemerintah dalam
penyediaan sarana dan prasarana bagi masyarakat. Berikut adalah
kinerja urusan Pekerjaan Umum, yaitu Cakupan Pelayanan Air Minum,
Cakupan Pelayanan Air Limbah Domestik, Cakupan Pelayanan

IV- 5
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Persampahan Perkotaan, Tingkat Kondisi Baik Jaringan Irigasi di Daerah


Irigasi Kewenangan Provinsi, dan Tingkat Kemantapan Jalan Provinsi
(kondisi baik & sedang).

Dengan melihat tabel diatas, target cakupan pelayanan air minum


pada tahun 2017 berada pada 73-74% dengan capaian sebesar 73,17%
dan melampaui target. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
sasaran pembangunan daerah sektor air minum yang termuat dalam
RPJMD Tahun 2013-2018 telah tercapai. Capaian Pemerintah Provinsi
Jawa Barat di Sektor Air Minum yang dilakukan Dinas Perumahan dan
Permukiman Provinsi Jawa Barat melalui kegiatan Penyusunan Jakstrada
SPAM Provinsi Jawa Barat, Penyusunan Rencana Teknis Rinci SPAM
Regional Metropolitan Bandung, Kegiatan Penyusunan Kajian Teknis
Peraturan Gubernur Rencana Induk SPAM Jawa Barat, Penyusunan
Perencanaan Pembangunan SPAM Regional Cirebon Raya, Pengembangan
SPAM Perdesaan, Terselenggaranya Program Pamsimas di Jawa Barat dan
Terbangunnya SPAM Regional Metropolitan Bandung Wilayah Selatan.

Outcome yang dicapai adalah tersedianya air bersih di Metropolitan


Bandung Wilayah Selatan sehingga masyarakat yang berada pada
bandung selatan (Kabupaten Bandung dan Kota Bandung) tidak lagi
kesulitan mendapatkan air bersih untuk kegiatan rumah tangga dan
kegiatan sehari-hari. Disamping itu dengan adanya perencanaan detail
maka perujudan SPAM Regional semakin dipermudah karena telah
tersedia Readiness Criteria.

Dengan melihat tabel diatas, target cakupan pelayanan air limbah


domestik pada tahun 2017 berada pada 67-68% dengan capaian sebesar
67,01%, dan melampaui target. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sasaran pembangunan daerah sektor air limbah domestik yang
termuat dalam RPJMD Tahun 2013-2018 telah tercapai.

Capaian Pemerintah Provinsi Jawa Barat Sektor air limbah domestik


yang telah dilakukan Dinas Perumahan dan Permukiman Provinsi Jawa

IV- 6
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Barat melalui Kegiatan Bantuan Keuangan Sanitasi Berbasis Masyarakat


(Sabermas), Workshop Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman
Kab/Kota, Kegiatan Monitoring dan Evaluasi Pembangunan Sanitasi di
Jawa Barat, Kegiatan GCB-Monitoring dan Evaluasi Pembangunan
Sanitasi dalam Rangka Gerakan Citarum Bestari, Kegiatan Penyusunan
DED Long Storage Air Hujan Melong di Metropolitan Bandung Raya,
Kegiatan Penyusunan DED Drainase Permukiman Rancaekek di
Metropolitan Bandung Raya, Kegiatan Penyusunan DED Drainase
Permukiman Gedebage Di Metropolitan Bandung Raya dan Kegiatan
Penyusunan DED Drainase Permukiman pagarsih-Pasteur di Metropolitan
Bandung Raya.

Outcome berupa tersedianya dokumen DED Drainase yang menjadi


acuan sebagai pembangunan fasilitas sarana dan prasarana drainase di
kawasan permukiman masyarakat Jawa Barat, serta menciptakan
prasarana pembangunan sanitasi sehingga dapat mengurangi
permasalahan banjir di Jawa Barat.

a. Cakupan Pelayanan Persampahan Perkotaan


Dengan melihat tabel diatas, target cakupan pelayanan air limbah
domestik pada tahun 2017 berada pada 66.78% dengan capaian sebesar
67.11% dan melampaui target. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa sasaran pembangunan daerah sektor persampahan yang termuat
dalam RPJMD Tahun 2013-2018 telah tercapai.

Capaian Pemerintah Provinsi Jawa Barat Sektor persampahan


perkotaan yang telah dilakukan Dinas Perumahan dan Permukiman
Provinsi Jawa Barat melalui Kegiatan Perencanaan dan Pembangunan
Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah (TPPAS) Regional
Nambo, Legoknangka, Perencanaan TPPAS Regional Ciayumajakuning,
Operasional TPK Sarimukti, Perencanaan Penanganan Persampahan di
Daerah Aliran Anak Sungai Citarum dan Kegiatan Penyelenggaraan
Rencana Aksi Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (GRK).

IV- 7
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Dengan demikian outcome yang dicapai adalah terlayaninya


penanganan persampahan di wilayah Kabupaten Bogor, Kota Bogor dan
Kota Depok (TPPAS Nambo); akan terlayaninya penanganan persampahan
di Metropolitan bandung meliputi Kota Bandung, Kabupaten Bandung,
Kota Cimahi, Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Garut oleh TPPAS
Legok Nangka; terlayaninya penanganan persampahan di Metropolitan
Bandung Raya oleh TPK Sarimukti sambil menunggu selesainya
pembangunan TPPAS Legoknangkan; penanganan persampahan di sekitar
daerah aliran sungai citarum yaitu sungai citepus, sungai cidurian dan
sungai cikapundung, bertujuan untuk mengurangi volume sampah yang
disebabkan masyarakat yang membuang sampah sembarangan di sekitar
sungai dengan hasil yang kemudian dapat dirasakan masyarakat sekitar
daerah sungai menjadi kawasan bersih dari sampah-sampah.

b. Tingkat Kondisi Baik Jaringan Irigasi di Daerah Irigasi Kewenangan


Provinsi
Dilihat dari tabel di atas pengelolaan jaringan irigasi kewenangan
provinsi menunjukan kinerja yang positif dimana realisasinya melampaui
target yaitu 73,95 % pada akhir 2017. Dengan capaian tersebut telah
melampaui target yang telah ditetapkan dalam RPJMD Provinsi Jawa
Barat.

Capaian kinerja yang diperoleh, didapatkan dengan melaksanakan


kegiatan – kegiatan Operasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi pada 97
Daerah Irigasi yang tersebar di 6 Wilayah Sungai dan melaksanakan
rehabilitasi jaringan irigasi pada 58 daerah irigasi kewenangan provinsi.

Outcome dari program pembangunan dimaksud adalah jaringan


irigasi dapat mengalirkan debit air irigasi sesuai dengan kebutuhan.

c. Tingkat Kemantapan Jalan Provinsi (kondisi baik & sedang)


Pengelolaan jalan provinsi di Jawa Barat dapat dilihat dengan
indikator kinerja pada Tahun 2017 yang memperlihatkan kinerja baik
yang ditunjukkan antara lain oleh peningkatan kemantapan jalan. Tingkat
kemantapan jalan pada posisi 98,17 % di akhir Desember 2017. Tingkat
IV- 8
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

kemantapan jalan ini sudah melampaui target yang ditetapkan dalam


RPJMD Provinsi Jawa Barat.

Capaian yang diperoleh didapatkan dengan menjalankan Program


pembangunan dan peningkatan jalan yaitu program yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan struktural dan atau kapasitas jalan dan
jembatan yang akan disesuaikan dengan perkembangan jumlah dan
beban lalu lintas. Pada program ini dilakukan perbaikan kondisi jalan
yang kemampuannya tidak mantap atau kritis, sampai pelayanan mantap
sesuai dengan umur rencana yang ditetapkan. Sedangkan untuk
jembatan dilakukan penggantian jembatan yang sudah rusak berat atau
umurnya sudah habis atau usaha untuk meningkatkan kapasitas dan
kemampuan struktural yang disesuaikan dengan perkembangan beban
lalu lintas.

Outcome dari program dimaksud adalah lancarnya konektifitas di


jaringan jalan kewenangan provinsi Jawa Barat, dengan terhubungnya
simpul-simpul antar kabupaten/kota maka hasilnya dapat memudahkan
perpindahan barang/jasa dan orang sehingga perekonomian masyarakat
menjadi lebih terbangun.

Berdasarkan data pada tabel diatas maka dapat dilihat bahwa


kualitas infrastruktur di Provinsi Jawa Barat sudah baik. Sarana jalan
dan jembatan menuju sentral pertanian , pariwisata dan industri
manufaktur untuk menunjang aktivitas perekonomian masyarakat
semakin membaik, infrastruktur sumber daya air dan irigasi.

Kebijakan penataan ruang telah berkontribusi terhadap


pertumbuhan perekonomian masyarakat termasuk didalamnya kebijakan
pengembangan Metropolitan Bodebekarpur, Metropolitan Bandung Raya,
Metropolitan Cirebon Raya serta tiga Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat
yaitu Pusat Pertumbuhan Pangandaran Raya, Palabuan Ratu dan
Rancabuaya

IV- 9
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pada Urusan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di


Tahun 2017 dilaksanakan melalui 10 (sepuluh) program sebagaimana
tercantum dalam RPJMD Periode 2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pembangunan dan Peningkatan Jalan dan Jembatan


2. Program Rehabilitasi/Pemeliharaan Jalan dan Jembatan
3. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Kebinamargaan
4. Program Inspeksi Kondisi Jalan dan Jembatan
5. Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi,
Rawa dan Jaringan Pengairan lainnya
6. Program Pengembangan, Pengelolaan dan Konservasi Sungai,
Danau dan Sumber Daya Air lainnya
7. Program Pengendalian Banjir dan Kekeringan serta
Pengamanan Pantai
8. Program Pembinaan dan Pengembangan Infrastruktur
Permukiman
9. Program Pembinaan Jasa Konstruksi
10. Program Penataan Ruang
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan Wajib-Pelayanan Dasar bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan
Ruang Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp. ……. dengan realisasi
sebesar Rp …..

d. Urusan Bidang Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman

Tabel 4.5
Realisasi Kinerja Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman
Tahun 2017
Satua
Indikator Kinerja Target Relisasi
n
Penyediaan Rumah Layak Huni di Jawa Barat
Rumah 20.000 45.387
Cakupan layanan ari minum Persen 73-74 65,43
Cakupan Pelayanan Air Limbah domestik Persen 67-68 63,59
Cakupan layanan persampahan perkotaan Persen 66,78 64,88

IV- 10
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dalam


RPJMD Provinsi Jawa Barat dilaksanakan melalui program Pengembangan
Perumahan dan Kawasan Permukiman dengan 2 (dua) sasaran yaitu :

1. Tersedianya rumah layak huni bagi rakyat miskin dan buruh


(Masyarakat Berpengasilan Rendah/MBR) dengan indikator
Pembangunan rumah tinggal layak huni mencapai 100.000 unit
(20.000 unit di 9 Kota dan 80.000 unit di 18 kabupaten)
2. Meningkatnya ketersediaan perumahan melalui pembangunan
perumahan dan Kawasan Siap Bangun (Kasiba) dan Lingkungan
Siap Bangun (Lisiba); b) Terpenuhinya kebutuhan rumah melalui
Pembangunan Hunian Vertikal (rusun) di perkotaan dengan
indikator cakupan ketersediaan rumah layak huni.
Upaya penurunan persentase Rumah Tidak Layak Huni tersebut
dilakukan melalui peningkatan kualitas rumah tidak layak huni yang
dilakukan secara bersama oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah
Kabupaten/Kota dan stakeholder lainnya yang menangani bidang
perumahan. Peningkatan kualitas rumah tidak layak huni tersebut antara
lain diwujudkan melalui Program Perbaikan Rumah Tidak Layak Huni
(Rutilahu) yang dilaksanakan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan
Pemerintah Kabupaten/Kota serta Bantuan Stimulan Perumahan
Swadaya (BSPS) yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat (APBN) melalui
Satker Penyediaan Perumahan di Jawa Barat maupun oleh Satker
Strategis yang berada di pusat, dan kegiatan Bedang Rumah dan
sejenisnya yang dilakukan oleh CSR.
Berdasarkan data capaian diatas terlihat bahwa pembangunan
rumah tinggal layak huni melalui perbaikan Rutilahu sampai akhir tahun
2017 di Provinsi Jawa Barat sebanyak 127.163 unit telah melampaui
target RPJMD Provinsi Jawa Barat 2013-2018 sebesar 100.000 unit atau
melebihi 27.163 unit. Sampai dengan akhir tahun 2018, akan terjadi
penambahan jumlah pembangunan (Perbaikan Rutilahu) 20.000 unit
dengan biaya APBD Provinsi Jawa Barat dan Penanganan RLTH oleh
Satker Penyediaan Perumahan Provinsi Jawa Barat sebesar 9.000 unit.
IV- 11
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sasaran pembangunan


daerah yang termuat dalam RPJMD Tahun 2013-2018 telah tercapai.
Outcomenya dari kegiatan pembangunan rumah tinggal layak huni
adalah masyarakat miskin yang mendapat bantuan perbaikan Rutilahu di
Jawa Barat mendapatkan manfaat langsung dari kegiatan pembangunan
serta rumah hasil perbaikan yang layak huni (rumah yang memenuhi
standar keselamatan bangunan; rumah yang memiliki kecukupan luasan
ruangan dengan standar minimal 7,2-12 m2/orang; dan rumah yang
sehat) dapat mendukung peningkatan taraf hidup masyarakat miskin.
Untuk urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman,
dengan indikator cakupan ketersediaan rumah layak huni, pada Tahun
2017 Target RPJMD adalah 93,89-94,48 %, realisasinya adalah 93,12 %.
Salah satu permasalahan terkait cakupan rumah layak huni di Jawa
Barat adalah terbatasnya kewenangan provinsi dalam penyediaan
perumahan sesuai UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah.
Penyediaan perumahan khususnya bagi MBR seluruhnya merupakan
kewenangan urusan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Provinsi
terbatas untuk penyediaan perumahan bagi masyarakat terkena dampak
pembangunan provinsi dan bagi korban bencana provinsi. Pemerintah
provinsi dalam konteks penyediaan rumah layak hini diluar urusannya
lebih bersifat fasilitator dan mendukung khususnya penyediaan lahan
untuk pembangunan Rumah Susun yang dilaksanakan oleh Pemerintah
Pusat.

Pada Urusan Bidang Perumahan Rakyat Dan Kawasan Permukiman


di Tahun 2017 dilaksanakan melalui 1 (satu) program sebagaimana
tercantum dalam RPJMD Periode 2013-2018, yaitu Program
Pengembangan Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada


Urusan Wajib-Pelayanan Dasar Bidang Perumahan Rakyat Dan Kawasan
Permukiman Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp. ……. dengan
realisasi sebesar Rp…..

IV- 12
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

e. Urusan Bidang Ketentraman, Ketertiban Umum, Dan


Perlindungan Masyarakat.
Urusan Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Perlindungan
Masyarakat Indikator kinerja urusan ketenteraman, ketertiban umum,
dan perlindungan masyarakat diukur berdasarkan beberapa indikator
kinerja yang dapat dilihat pada tabel berikut beserta capaian dalam kurun
waktu lima tahun.

Tabel 4.6
Realisasi Kinerja Ketentraman, Ketertiban Umum, Dan Perlindungan
Masyarakat Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Partisipasi masyarakat dalam pemilu
70
atau pemilukada Persen 72,18

2 Jumlah penanganan pelanggaran


Pro Yustisi Perda Kasus 40 25

3 Jumlah gangguan ketertiban umum


913
dan ketentraman masyarakat Kali 730

4 Jumlah penurunan unjuk rasa 64


Kali 51
5 Tingkat ancaman keselamatan
240
masyarakat Kasus 206

Sumber : Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi Jawa Barat, 2018.

Partisipasi masyarakat dalam pemilu atau pemilukada tahun 2017


mencapai 72,18% di atas target yang ditetapkan sebesar 70%. Pencapaian
tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam meningkatkan
partisipasi masyarakat dalam pemilu atau pemilukada melalui sosialisasi,
dan talkshow terkait politik dan pilkada, serta pendidikan politik bagi
masyarakat di Jawa Barat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat
akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pemilu dan pilkada.

Terkait dengan capaian indikator kinerja program pemeliharaan


ketertiban umum dan ketentraman masyarakat diketahui bahwa Jumlah
penanganan pelanggaran Pro Yustisi Perda tahun 2017 sebesar 25 kasus
di bawah target yang ditetapkan sebesar 40 kasus, dimana hal tersebut

IV- 13
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

sebagai upaya dalam meningkatkan rasa aman, nyaman, tentram dan


tertib di Jawa Barat. Wujud dari upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat
dalam meminimalisir Tibumtranslinmas melalui operasional terpadu
penegakan pelanggaran Perda Provinsi Jawa Barat, dan penyelidikan dan
penyidikan pelanggaran Perda dan Peraturan Kepala Daerah Provinsi
Jawa Barat.
Demikian pula realisasi indikator kinerja tahun 2017 terkait
gangguan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat mencapai 730
kali di bawah target yang ditetapkan sebesar 913 kali. Capaian tingkat
ancaman keselamatan masyarakat mencapai 206 kasus, dan unjuk rasa
yang mengarah kepada anarkis, tidak tertib dan mengganggu ketertiban
umum sebesar 51 kali di bawah target yang ditetapkan sebesar 64 kali.
Kasus-kasus tersebut dapat diselesaikan melalui kerjasama dan
koordinasi antara pihak pemerintah daerah, instansi vertikal maupun
organisasi kemasyarakatan yang bersinergi dalam menjaga keamanan,
ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. Adapun upaya
pemerintah Provinsi Jawa Barat diantaranya melalui rencana aksi
penanganan sosial di Jawa Barat, pemantapan kerjasama intelijen dalam
pencegahan konflik sosial dan terorisme di Jawa Barat, forum komunikasi
antar umat beragama, operasi praja wibawa dan operasi bhakti praja,
penyelenggaraan dan pemeliharaan trantibum secara terpadu di wilayah
perbatasan prov/kab/kota, dan kegiatan patroli, pengamanan dan
penanganan gangguan trantibum di Jawa Barat.

f. Urusan Bidang Sosial


Urusan sosial diukur melalui tiga indikator yakni hilangnya
ketergantungan klien terhadap Napza, tingkat kesejahteraan Fakir Miskin
(FM) dan perlindungan korban tindak kekerasan dan dapat melanjutkan
hidupnya secara normal.

Tabel 4.7
Realisasi Kinerja Urusan Sosial Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi

IV- 14
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

1 Hilangnya ketergantungan klien


300
terhadap Napza Orang 300

2 Terlindunginya korban tindak


kekerasan dan dapat melanjutkan 140
Orang 140
hidupnya secara normal

Sumber : Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, 2018.

Penyalahgunaan NAPZA adalah orang yang menggunakan NAPZA


tanpa hak atau melawan hukum. Pemerintah selalu berusaha untuk
melakukan pelayanan dan rehabilitasi bagi klien yang ketergantungan
dengan Napza. Berdasarkan data diketahui bahwa tahun 2017,
pemerintah Provinsi Jawa Barat telah berhasil menghilangkan
ketergantungan klien terhadap Napza sebanyak 300 orang sesuai target
yang ditetapkan. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari upaya
pemerintah melalui program pelayanan dan rehabilitasi sosial melalui
rehabilitasi sosial korban narkotika di luar balai; rehabilitasi sosial korban
Narkotika, Psikotropika, Zat Adiktif Lainnya (NAPZA); dan penerimaan dan
penyaluran korban penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat
Adiktif Lainnya (NAPZA).
Indikator korban tindak kekerasan dan dapat melanjutkan
hidupnya secara normal tahun 2017 mencapai 140 orang sesuai target
yang ditetapkan. Pencapaian tersebut merupakan suatu bukti komitmen
pemerintah dalam memberikan perlindungan kepada setiap korban
kekerasan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan. Wujud dari
upaya tersebut dilaksanakan melalui perlindungan sosial korban bencana,
Program Keluarga Harapan (PKH), dan bimbingan sosial dan Usaha
Ekonomis Produktif (UEP) korban tindak kekerasan dan pekerja migran.

4.1.2 Urusan Pelayanan Non Dasar


rogram Pembangunan Daerah Bersifat Wajib – Non Pelayanan
Dasar
Daftar Program-program pembangunan daerah periode tahun 2013 -
2018 dalam urusan kewenangan konkuren provinsi yang termasuk dalam
urusan wajib non - pelayanan dasar (wajib - NPD) adalah sebagai berikut:
IV- 15
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.8
Program Pembangunan Daerah Bersifat Wajib – Non Pelayanan Dasar
PERANGKAT JUMLAH
NO. URUSAN SIFAT
DAERAH UTAMA PROGRAM

1 Tenaga Kerja WAJIB- Dinas Tenaga 3


NPD Kerja dan
Transmigrasi

2 Pemberdayaan WAJIB- Dinas 2


Perempuan dan NPD Pemberdayaan
Perlindungan Anak Perempuan
Perlindungan
Anak dan
Keluarga
Berencana

3 Pangan WAJIB- Dinas Ketahanan 1


NPD Pangan dan
Peternakan

4 Pertanahan WAJIB- Dinas 1


NPD Lingkungan
Hidup Daerah

5 Lingkungan Hidup WAJIB- Dinas 4


NPD Lingkungan
Hidup Daerah

6 Administrasi WAJIB- Dinas 1


Kependudukan dan NPD Kependudukan
Catatan Sipil dan Catatan Sipil

7 Pembardayaan WAJIB- Dinas 4


Masyarakat Desa NPD Pemberdayaan
Masyarakat dan
Pemerintahan
Desa

8 Pengendalian Penduduk WAJIB- Dinas 2


dan Keluarga NPD Pemberdayaan
Berencana Perempuan
Perlindungan
Anak dan
Keluarga
Berencana

9 Perhubungan WAJIB- Dinas 4


NPD Perhubungan

IV- 16
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

PERANGKAT JUMLAH
NO. URUSAN SIFAT
DAERAH UTAMA PROGRAM

10 Komunikasi dan WAJIB- Dinas 1


Informatika NPD Komunikasi dan
Informatika

11 Koperasi Usaha Kecil WAJIB- Dinas Koperasi 4


Menengah (Kukm) NPD dan Usaha Kecil

12 Penanaman Modal WAJIB- Dinas Penanaman 2


NPD Modal dan
Pelayanan
Terpadu Satu
Pintu

13 Kepemudaan dan Olah WAJIB- Dinas Pemuda 2


Raga NPD dan Olah Raga
Daerah

14 Statistik WAJIB- Dinas 1


NPD Komunikasi dan
Informatika

15 Persandian WAJIB- Dinas 1


NPD Komunikasi dan
Informatika

16 Kebudayaan WAJIB- Dinas Pariwisata 2


NPD dan Kebudayaan

17 Perpustakaan WAJIB- Dinas 1


NPD Perpustakaan dan
Kearsipan Daerah

18 Kearsipan WAJIB- Dinas 1


NPD Perpustakaan dan
Kearsipan Daerah

TOTAL PROGRAM 37

a. Urusan Bidang Tenaga Kerja


Untuk meningkatkan kualitas, kompetensi, perlindungan kerja dan
kesempatan kerja bagi masyarakat, didukung melalui program
peningkatan kualitas dan produktivitas tenaga kerja, program
perlindungan dan pengembangan lembaga ketenagakerjaan, dan program

IV- 17
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

peningkatan kesempatan kerja. Adapun indikator kinerja program


tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9
Realisasi Kinerja Urusan Tenaga Kerja Tahun 2017

2017
Indikator Kinerja Satuan
TARGET Realisasi
Perwujudan Peningkatan Kualitas
dan Produktifitas Tenaga Kerja Orang 3.550 1.332

Persentase Penyelesaian Kasus


Hubungan Industrial Persen 90,7 87,52

Persentase Kepesertaan Jaminan


Sosial Ketenagakerjaaan Persen 12,06 12,63

Jumlah penyerapan 2 juta


kesempatan kerja melalui sektor
Orang 401.271 495.746
primer, sekunder dan tersier

Jumlah Lapangan Kerja Bagi


Masyarakat Berkebutuhan Khusus
Orang 100 50
(Disabilitas)

Persentase Penyelesaian Kasus


Hubungan Industrial Persen 90,7 87,52

Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, 2018

Program peningkatan kesempatan kerja yang merupakan salah satu


usaha perluasan lapangan kerja produktif dan pendayagunaan potensi
tenaga kerja, bertujuan untuk menyerap tambahan angkatan kerja baru,
mengurangi pengangguran dan setengah pengangguran. Capaian dari
program tersebut, yakni meningkatnya jumlah penyerapan 2 juta
kesempatan kerja melalui sektor primer, sekunder dan tersier yang pada
tahun 2017 mampu menyerap 495.746 tenaga kerja dari target 487.000
orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah melalui program
peningkatan kesempatan kerja telah berhasil mengurangi angka
pengangguran dengan melakukan penyusunan perencanaan tenaga kerja,
pembinaan dan pendayagunaan tenaga kerja mandiri profesional,
pemerataan kesempatan kerja antar daerah, penempatan tenaga kerja

IV- 18
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

melalui mekanisme Antar Kerja Lokal (AKL), Antar Kerja Antar Daerah
(AKAD) dan Antar Kerja Antar Negara (AKAN), penerapan dan penyebaran
teknologi padat karya, dan pengendalian dan monitoring tenaga kerja
asing.

Persentase penyelesaian kasus hubungan industrial di Jawa Barat


oleh pemerintah tahun 2017 mencapai 87,52% di atas target yang
ditetapkan sebesar 70%. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah
selalu memberikan solusi yang terbaik dalam menyelesaikan setiap
permasalahan antara pekerja/buruh dengan perusahaan yang berada di
Jawa Barat.

b. Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Kinerja urusan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak
diukur dengan dua indikator, yakni Indeks Pemberdayaan Gender, dan
Indeks Pembangunan Gender. Tingkat kinerja indikator tersebut
ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 4.10
Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Indeks Pemberdayaan Gender 69,4
Poin 71,16
2 Indeks Pembangunan Gender 90,28
Persen 89,56
Sumber : Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga
Berencana Provinsi Jawa Barat, 2018.

Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) untuk mengukur peran aktif


perempuan dalam kehidupan ekonomi dan politik mencakup partisipasi
berpolitik, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan serta
penguasaan sumber daya ekonomi. Kinerja IDG tahun 2017 sebesar
71,15. Hal tersebut menunjukkan peran dari perempuan di Jawa Barat
semakin aktif dalam ekonomi maupun politik. Hal tersebut didukung dari
upaya peningkatan kualitas hidup dan perlindungan perempuan dan anak
melalui peningkatan kualitas hidup perempuan; pemberdayaan

IV- 19
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

perempuan politik, dan peningkatan potensi Dharma Wanita Provinsi


Jawa Barat.
Demikian pula dengan Indeks Pembangunan Gender (IPG) yang
merupakan indikator untuk mengetahui kesenjangan pembangunan
manusia antara laki-laki dan perempuan, dimana tahun 2017 mencapai
89,56%. Semakin tingginya IPG menunjukkan bahwa semakin setara
pembangunan antara laki-laki dengan perempuan. Pencapaian baik
tersebut tidak terlepas dari upaya yang dilakukan pemerintah dalam
membangun kesetaraan dan keadilan gender didukung oleh program
peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan
melalui Gerakan Pengarusutamaan Gender (PUG) dan Sistem Informasi
Gender dan Anak (SIGA).

c. Urusan Bidang Pangan

Tabel 4.11
Realisasi Kinerja Urusan Pangan Tahun 2017
Satua Realisas
Indikator Kinerja Target
n i
Skor Pola Pangan Harapan Provinsi
Persen 80 84,3
Jawa Barat Tahun 2013 - 2017

Penyelenggaraan pangan merupakan kegiatan perencanaan,


pelaksanaan, dan pengawasan dalam penyediaan, keterjangkauan,
pemenuhan konsumsi pangan dan gizi, serta keamanan pangan dengan
melibatkan peran serta masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
Terwujudnya ketahanan pangan individu merupakan sinergi dari interaksi
ketiga sub sistem tersebut di tingkat wilayah dan rumah tangga. Ketiga
sub sistem tersebut dipengaruhi oleh beragam input, yaitu: (a) ekonomi
terdiri dari kegiatan pertanian, kehutanan, energi dan sumberdaya
mineral, kelautan dan perikanan, perdagangan, industri; (b)
prasarana/sarana: mencakup lingkungan hidup, penataan ruang,
pertanahan, infrastruktur pertanian dan pedesaan, ketransmigrasian,
penanaman modal, koperasi dan usaha kecil menengah, pemberdayaan
IV- 20
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

masyarakat dan desa, ketenagakerjaan; (c) kesejahteraan rakyat meliputi


aspek kesehatan, kependudukan, keluarga berencana, pendidikan; serta
(d) stabilitas dan keamanan nasional.

Berdasarkan besaran skor PPH Jawa Barat selama lima tahun


dikatakan belum ideal. Rata-rata skor PPH penduduk Jawa Barat
menurut golongan pengeluaran pangan selama periode 2013-2017 adalah
sebesar 78,5, rata-rata skor PPH. Jika dibandingkan dengan target yang
telah ditetapkan dalam RPJMD dapat dikatakan telah tercapai dengan
rata-rata pertumbuhan sebesar 3,03 persen. Skor PPH mengalami
peningkatan hingga tahun 2017 menjadi sebesar 84,3 poin.

Urusan Bidang Pangan di Tahun 2017 dilaksanakan melalui 1 (satu)


program sebagaimana tercantum dalam RPJMD periode 2013-2018, yaitu
Program Peningkatan Ketahanan Pangan.

Adapun alokasi anggaran program yang terkait pada Urusan bidang


Pangan Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp. ……. dengan realisasi
sebesar Rp…..

d. Urusan Bidang Pertanahan.


Tabel 4.12
Realisasi Kinerja Urusan Pertanahan Tahun 2017

Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi


- -
- -

Indikator kinerja Pemerintah pada misi ketiga terhadap


penyelenggaraan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam urusan
Pertanahan adalah teramankannya aset tanah Pemerintah dengan
penerbitan sertifikat tanah milik/dikuasai Pemerintah Provinsi Jawa
Barat. Untuk mencapai indikator kinerja Pemerintah tersebut
dilaksanakan melalui program pembangunan dalam RPJMD yang

IV- 21
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

diselenggarakan oleh Biro Pemerintahan dan Kerjasama Sekretariat


Daerah Provinsi Jawa Barat dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah.

Adapun outcome yang dicapai adalah terwujudnya tertib


administrasi pertanahan.

Urusan Bidang Pertanahan Kerja di Tahun 2017 dilaksanakan


melalui 1 (satu) program sebagaimana tercantum dalam RPJMD periode
2013-2018, yaitu Program Pengadaan, Penataan dan Pengendalian
Administrasi Pertanahan.

Adapun alokasi anggaran program yang terkait pada Urusan bidang


Pangan Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp. ……. dengan realisasi
sebesar Rp…..

e. Urusan Bidang Lingkungan hidup


Kinerja urusan lingkungan hidup, diukur dengan indikator
Pencapaian status mutu sungai dan waduk besar dengan tingkat cemar
sedang. Data berikut menunjukkan terjadinya perbaikan kualitas air
sungai dan waduk besar dari waktu ke waktu.

Tabel 4.13
Realisasi Kinerja Urusan Lingkungan Hidup Tahun 2017
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Status Mutu Air Sungai /Waduk Poin 11,7- 96,55
12,3

Hasil pencapaian pada tabel diatas untuk tahun 2017 DAS yang
dipantau bertambah menjadi 11 DAS karena menjadi kewenangan
Provinsi yaitu DAS Citarum, DAS Cimanuk, DAS Ciliwung, DAS Cisadane,
DAS Cileungsi-Kali Bekasi, DAS Cilamaya, DAS Cimanuk, DAS
Cipunagara, DAS Ciwaringin, DAS Cibuni dan DAS Cilaki. Penghitungan
indikator ini menggunakan metode Indeks Pencemaran sesuai dengan
amanat PermenLH no. 115 Tahun 2003 dengan parameter yang
IV- 22
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

digunakan adalah TSS, DO, BOD, COD, Fosfat, Fecal Coli dan Total-
Coliform, sedangkan baku mutu air sungai yang digunakan sesuai dengan
PP No. 82 Tahun 2001.

Adanya perbaikan kualitas air sungai yang melampaui target


tersebut didorong oleh upaya-upaya mulai dari aspek perencanaan,
pelaksanaan kegiatan dan penegakan hukum. Upaya dalam aspek
perencanaan diantaranya adalah Penilaian Dokumen Lingkungan Hidup
oleh Komisi Penilai AMDAL Provinsi Jawa Barat, Pembinaan Teknis
Pelaksanaan Penatalaksanaan Dokumen Lingkungan, Pemantauan,
Pengawasan dan Evaluasi Implementasi Izin Lingkungan (Tahap Pra
hingga Konstruksi), Penyusunan KLHS Untuk Perubahan Perda RTRW
Provinsi Jawa Barat No. 22 Tahun 2010, Penyusunan KLHS Rencana
Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Penyusunan Peraturan
Gubernur Tentang Daya Dukung Daya Tampung Kawasan Bandung Utara
(KBU), Penyusunan RPPLH Jawa Barat.

Pada aspek pelaksanaan kegiatan didukung oleh Pemantauan


Kualitas Air Sungai di Jawa Barat, Pelaksanaan Monitoring dan Evaluasi
PPSP Jawa Barat, Pemantauan/Patroli Sungai Berbasis Masyarakat,
PROPERDA (Program Penilaian Kinerja Perusahaan di Daerah),
Pengendalian Pengelolaan B3 dan Limbah B3, Pengembangan Generasi
Lingkungan, Peningkatan SDM Pengelola Kawasan dalam Pengelolaan
Sampah Terpadu, Penyadaran Lingkungan Bagi Multipihak di DAS
Citarum, Penegakan Hukum Lingkungan Secara Administratif,
Pelaksanaan Kantor Berbudaya Lingkungan, Pengembangan Ecovillage di
DAS Ciliwung, Gerakan Budaya Ecovillage di DAS Citarum,
Pengembangan Ecovillage di DAS CiManuk-Citanduy.

Pada aspek penegakan hukum didukung oleh Penegakan Hukum


Pidana Lingkungan, Pengawasan Ketaatan Penanggung jawab Usaha
dan/atau Kegiatan terhadap Izin Lingkungan oleh PPLH Jawa Barat,
Penyelesaian Sengketa Lingkungan Melalui Alternative Dispute Resolution.

IV- 23
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pada Urusan Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang di


Tahun 2017 dilaksanakan melalui 4 (empat) program sebagaimana
tercantum dalam RPJMD Periode 2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan


Hidup
2. Program Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim
3. Program Pengelolaan Kawasan Lindung
4. Program Penataan Hutan dan Konservasi Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2017 tersebut adalah sebesar
Rp. 88.152.458.100,- dengan realisasi sebesar Rp. 78.695.070.180,-.

f. Urusan Bidang Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah
terkait dengan urusan administrasi kependudukan dan pencatatan sipil
yang menjadi kewenangan provinsi adalah penyusunan profil
kependudukan provinsi. Kewenangan tersebut ditindaklanjuti dengan
pembentukan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Jawa
Barat tahun 2017 untuk menyelenggarakan urusan administrasi
kependudukan dan pencatatan sipil yang memiliki jumlah penduduk
terbanyak di Indonesia yakni mencapai 44.362.139 jiwa pada tahun 2017.

Tabel 4.14
Realisasi Kinerja Urusan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil
Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Persentase akurasi data kependudukan 98
Persen 98,63
2 Terlaksananya penataan administrasi
95
pencatatan sipil di Jawa Barat Persen 95,26

Sumber : Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi Jawa Barat, 2018.

IV- 24
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Realisasi indikator Persentase akurasi data kependudukan tahun


2017 sebesar 98,63%, dimana hal tersebut sesuai dengan sasaran
pemerintah Provinsi Jawa barat dalam meningkatkan akurasi data
kependudukan yang dilaksanakan melalui program penataan administrasi
kependudukan dengan membangun pusat data kependudukan tingkat
Provinsi Jawa Barat, membangun sistem informasi administrasi
kependudukan tingkat Provinsi Jawa Barat, melakukan validasi data
kependudukan untuk meminimalisir data bermasalah.
Adapun indikator terlaksananya penataan administrasi pencatatan
sipil di Jawa Barat tahun 2017 sebesar 95,26% dari yang ditargetkan
sebesar 95%. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah
Provinsi Jawa Barat melalui kegiatan koordinasi, pengawasan, bimbingan
teknis dan pembinaan bagi aparatur penyelenggaraan pelayanan
administrasi kependudukan dan pencatatan sipil Kabupaten/Kota se-
Provinsi Jawa Barat, dan menyusun kebijakan tingkat Provinsi Jawa
Barat, terkait dengan Administrasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

g. Urusan Bidang Pemberdayaan Masyarakat dan Desa


Indikator urusan pemberdayaan masyarakat dan desa diukur
menggunakan empat indikator kinerja, yakni tingkat partisipasi
masyarakat dalam pembangunan di perdesaan, persentase desa yang
berkinerja baik, persentase aparatur desa yang berkinerja baik, dan
jumlah desa yang sudah menerapkan Siskeudes.

Tabel 4.15
Realisasi Kinerja Urusan Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Tingkat Partisipasi Masyarakat dalam
75
Pembangunan di Perdesaan Persen 100

2 Persentase Desa yang Berkinerja Baik 65


Persen 100
3 Persentase Aparatur Desa yang Berkinerja
65
Baik Persen 100

4 Jumlah Desa yang sudah Menerapkan


70
Siskeudes Persen 100

IV- 25
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Sumber : Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Provinsi Jawa Barat, 2018.

Kinerja indikator urusan pemberdayaan masyarakat dan desa


menunjukkan pencapaian kinerja yang baik tahun 2017 yang mencapai
100%, dimana capaian tersebut di atas target yang ditetapkan. Pencapaian
tersebut tidak terlepas dari peran pemerintah pusat, pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota dalam meningkatkan pelayanan desa.
Upaya yang dilakukan provinsi Jawa Barat yakni melalui program
peningkatan kapasitas kelembagaan dan partisipasi masyarakat, program
pemantapan pemerintahan dan pembangunan desa, program peningkatan
infrastruktur perdesaan, serta program peningkatan dan pembinaan
peran serta masyarakat dalam pembangunan.

Berbagai program upaya dari pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam


meningkatkan pemberdayaan masyarakat dan desa dilaksanakan melalui
optimalisasi pengelolaan keuangan DPM-DESA Provinsi Jawa Barat,
peningkatan kompetensi aparatur DPM-Desa, penguatan partisipasi
masyarakat dalam pembangunan desa, penguatan peran posyandu di
Jawa Barat, peningkatan kapasitas aparatur desa, dan optimalisasi
pendayagunaan potensi desa. Program pembangunan desa di dukung pula
oleh kegiatan yang bekerjasama dengan TNI melalui TNI Manunggal
Membangun Desa (TMMD) dan Bhakti Siliwangi Manunggal Satata Sariksa
(BSMSS) sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat
melalui pembangunan yang bersifat infrasturktur dan sarana pelayanan
masyarakat desa.

h. Urusan Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana


Kinerja urusan pengendalian penduduk dan keluarga berencana
diukur dengan dua indikator, yakni Jumlah Peserta KB Aktif dan
Menurunnya jumlah keluarga Pra sejahtera. Tingkat kinerja indikator
tersebut ditunjukkan pada tabel berikut.

IV- 26
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.16
Realisasi Kinerja Urusan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana
Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Jumlah Peserta KB
63,75
Aktif Persen 74,91

2 Menurunnya jumlah
1.515.739
keluarga Pra sejahtera Keluarga 1.083.117

Sumber : Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga


Berencana Provinsi Jawa Barat, 2018.

Realisasi penggunaan KB di Jawa Barat tahun 2017 sebesar 74,91%


dari target sebesar 63,75% jumlah pengguna KB Aktif. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pemahaman dan kesadaran masyarakat terhadap
program keluarga berencana semakin baik. Pencapaian tersebut tidak
terlepas dari upaya pemerintah dalam mendorong masyarakat
menggunakan alat kontrasepsi dengan tujuan menjaga jarak kelahiran
dan mengendalikan jumlah penduduk berdampak cukup signifikan telah
memenuhi sasaran.
Terkait dengan keluarga pra sejahtera menunjukkan bahwa
indikator menurunnya keluarga pra sejahtera tahun 2017 sebanyak
1.083.117 keluarga, dimana di atas target yang telah ditetapkan
pemerintah Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut menunjukkan bahwa
program ketahanan keluarga dan kesejahteraan keluarga melalui kegiatan
ketahanan keluarga telah membawa dampak yang positif karena semakin
sedikit keluarga pra sejahtera, berarti semakin berkurang tingkat
kemiskinan di Jawa Barat.

IV- 27
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

i. Urusan Bidang Perhubungan


Urusan Perhubungan berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah merupakan urusan wajib
non pelayanan dasar. Dengan diberlakukannya Undang Undang
Pemerintahan Daerah dimaksud terdapat kewenangan yang
berpindah dari Provinsi kepada Pemerintah Pusat dan dari
Kabupaten/ Kota berpindah menjadi urusan Provinsi, sehingga
terdapat penyesuaian dan penyelarasan Indikator. Kebijakan dan
strategi pembangunan Bidang Perhubungan melalui strategi
mengembangkan infrastruktur transportasi perhubungan dalam
rangka peningkatan pelayanan pergerakan orang dan barang serta
mengembangkan sistem transportasi publik regional yang nyaman
dengan arah kebijakan Peningkatkan sarana dan prasarana dasar
perhubungan memiliki 4 (empat) program dengan 9 (Sembilan)
indikator kinerja program (IKP) dan 1 (satu) indikator kinerja daerah
(IKD), dengan target dan capaian sebagaimana tabel berikut :

Indikator 2017

Target Capaian

Prosentase ketersediaan fasilitas 26,73 26,78


perlengkapan jalan di jalan
Provinsi
Prosentase ketersediaan 49,41 55,56
prasarana transportasi udara
(Penyusunan Dokumen
Perencanaan BIJB, Pembebasan
lahan BIJB dan Pengembangan
Nusawiru)
Prosentase Ketersediaan 62,36 62,42
Prasarana Transportasi Laut dan
ASDP (Penyusunan Dokumen
Perencanaan Laut dan ASDP,
Pembebasan Lahan Pelabuhan
Laut Pengumpan Regional di
Pelabuhan Ratu, Pengembangan
Laut dan ASDP)

IV- 28
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Prosentase penyediaan prasarana 91,30 89,36


kereta api di Jawa Barat
(dokumen Perencanaan,
Pembebasan lahan, sosialisasi)
Prosentase jaringan trayek AKDP 4,59 8,38
yang terevaluasi di Jawa Barat
Prosentase keikutsertaan 66,66 55,56
kabupaten/kota dalam WTN
Prosentase kepemilikan armada 75,05 79,17
angkutan umum AKDP
perseorangan menjadi berbadan
hukum
Prosentase ketersediaan Terminal 50 55,67
Tipe B yang memenuhi standar
Prosentase angkutan penumpang 44 45,77
umum (AKDP) yang daftar ulang
kartu pengawasan
Ket : Setelah Indikator Yang Diselaraskan, Capaian berupa Persen

Dari 9 (Sembilan) indikator kinerja tersebut, pada akhir tahun 2017


terdapat 7 (tujuh) indikator yang tercapai termasuk Indikator Kinerja
Daerah (IKD) Prosentase ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan di jalan
Provinsi dari target 26,73% capaiannya 26,78%, dan 2 (dua) Indikator
Kinerja Program (IKP) belum tercapai yaitu Prosentase penyediaan
prasarana kereta api di Jawa Barat (dokumen Perencanaan, Pembebasan
lahan, sosialisasi). Pada tahun 2016 target tidak tercapai karena tidak ada
pembangunan jalur KA baru. Pembangunan yang dilakukan hanya
reaktivasi dan peningkatan kapasitas jalur rel yang sudah ada dan Pada
tahun 2017, target tidak tercapai karena pembebasan lahan untuk
reaktivasi jalur kereta api Rancaekek – Tanjungsari tidak terlaksana
karena proses penertiban lahan oleh PT. KAI belum dilaksanakan.
Indikator kedua yang belum tercapai adalah Prosentase keikutsertaan
kabupaten/kota dalam WTN, hal ini dikarenakan Pada Tahun 2017,
sesuai surat dari Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian
Perhubungan RI, nomor AJ.804/I/15/DJPD/2017 tanggal 22 Mei 2017
Perihal Penyampaian Pelaksanaan Wahana Tata Nugraha Tahun 2017,
bahwa kegiatan Penghargaan Wahana Tata Nugraha Tahun 2017 tidak
dilaksanakan. Sehingga pada tahun 2017 capaian tidak memenuhi target
yang ditetapkan. Melalui Indikator ini, Provinsi Jawa Barat dua tahun
berturut turut yaitu tahun 2015 dan 2016 memperoleh anugerah tertinggi
penghargaan di Bidang Perhubungan yaitu Wahana Tata Nugraha dari
Presiden R.I.

IV- 29
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

d. Ketersediaan Fasilitas Perlengkapan Jalan di Ruas Jalan Provinsi


Dengan melihat tabel diatas, target Prosentase ketersediaan fasilitas
perlengkapan jalan di jalan Provinsi pada tahun 2017 berada pada 26,73%
dengan capaian sebesar 26,78% dan melampaui target. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa sasaran pembangunan daerah sektor
Perhubungan berupa pengadaan dan pemasangan fasilitas perlengkapan
jalan di ruas jalan Provinsi di Jawa Barat yang termuat dalam RPJMD
Tahun 2013-2018 telah tercapai.

Capaian Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat di Sektor


Perhubungan yang dilakukan Dinas Perhubungan Provinsi Daerah Jawa
Barat melalui kegiatan Kegiatan Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas
Lalu Lintas di Balai Pengelolaan LLAJ Wilayah I , Kegiatan Pengadaan dan
Pemasangan Fasilitas Lalu Lintas di Balai Pengelolaan LLAJ Wilayah II ,
Kegiatan Pengadaan dan Pemasangan Fasilitas Lalu Lintas di Balai
Pengelolaan LLAJ Wilayah III, Kegiatan Pengadaan dan Pemasangan
Fasilitas Lalu Lintas di Balai Pengelolaan LLAJ Wilayah IV dan Kegiatan
Pemeliharaan Fasilitas Lalu Lintas di Jawa Barat di Bidang Transportasi
darat.
Ketercapaian Indikator Kinerja Derah (IKD) ini juga berkat koordinasi
dan partisipasi semua pihak yaitu Kementerian Perhubungan R.I., Dinas
Perhubungan Kabupaten/Kota, dan Dinas Bina Marga dan Tata Ruang
Provinsi Jawa Barat yang secara bersama-sama meningkatkan
pemenuhan prasarana / fasilitas keselamatan di ruas jalan Provinsi
berupa Fasilitas Perlengkapan Jalan berupa Marka Jalan, Pagar
Pengaman Jalan, Rambu Lalu Lintas Jalan, Penerangan Jalan Umum
(PJU) Konvensional dan Penerangan Jalan Umum (PJU) Solar Cell. Pada
akhir tahun 2017 setelah dilakukan perhitungan dan diakumulasikan
sampai dengan Tahun 2017 dapat tercapai sebesar 26,78%.
Pencapaian target kinerja ketersediaan fasilitas perlengkapan jalan
pada jalan-jalan provinsi di Jawa Barat didasarkan pada, bahwa jalan
provinsi tidak hanya difasilitasi untuk kepentingan pergerakan orang dan
barang, antara lain di dalam wilayah Jawa Barat tetapi juga digunakan
untuk kepentingan lalu lintas antar provinsi (Nasional) disamping itu juga
dimanfaatkan untuk aktifitas lokal pada masing – masing Kab/Kota,
sehingga pengadaan fasilitas kelengkapan jalan pada jalan provinsi selain
dibiayai oleh APBD Provinsi Jawa Barat juga dibiayai melalui APBN dan
APBD Kab/Kota.
Outcomenya berupa dengan meningkatnya ketersediaan fasilitas
perlengkapan jalan di ruas jalan provinsi dapat meningkatkan jalan yang
berkeselamatan, hal ini sejalan dengan Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun
2013 tentang Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan yang merupakan
penguatan koordinasi antar pemangku kepentingan di bidang
keselamatan jalan dan untuk pelaksanaan resolusi Perserikatan Bangsa-
Bangsa Nomor 64/255 tanggal 10 Maret 2010 tentang Improving Global

IV- 30
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Road Safety melalui Program Decade Of Action For Road Safety 2011 –
2020. Dalam pilar II yaitu Jalan Yang Berkeselamatan yang antara lain
difokuskan pada perencanaan dan pelaksanaan perlengkapan jalan.

e. Pengembangan Bandar Udara di Jawa Barat untuk menampung


penumpang dan barang baik domestic maupun internsional
Dengan melihat tabel diatas, target prosentase ketersediaan prasarana
transportasi udara (Penyusunan Dokumen Perencanaan BIJB,
Pembebasan lahan BIJB dan Pengembangan Nusawiru), pada akhir tahun
2017 di targetkan sebesar 49,41 dengan capaian sebesar 55,56% dan
melampaui target. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sasaran
pembangunan daerah sektor Perhubungan untuk Indikator Kinerja
Program (IKP) Prosentase ketersediaan prasarana transportasi udara
(Penyusunan Dokumen Perencanaan BIJB, Pembebasan lahan BIJB dan
Pengembangan Nusawiru) yang termuat dalam RPJMD Tahun 2013-2018
telah tercapai.

Capaian Pemerintah Provinsi Jawa Barat Sektor Perhubungan untuk


pembangunan Bandara Intrenasional Jawa Barat (BIJB) dan
Pengembangan Bandara Nuswiru melalui kegiatan Kegiatan BIJB
Pembangunan Pagar BIJB dikertajati (Lanjutan), Kegiatan Pembuatan
Sertifikat Tanah Pengganti Tanah Kas Desa yang dipakai Bandara
Nusawiru, Kegiatan Pembangunan Gedung Display BIJB di Kertajati
(Lanjutan), Kegiatan Pembuatan Sertifikat Tanah Pengganti Tanah Kas
Desa yang dipakai BIJB, Kegiatan Pembangunan Pagar Bandara Nusawiru
(Lanjutan), Kegiatan Pembangunan TaxyWay dan Appron (Lanjutan) di
Bandara Nusawiru Kab. Pangandaran, Kegiatan Penyusunan Dokumen
Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan BIJB Kertajati, BIJB- Multi Aksi
Pihak Implementasi Pembangunan BIJB di Jawa Barat, Kegiatan
Penyusunan Dokumen Master Plan Bandar Udara di Kabupaten
Sukabumi, Lanjutan Pembebasan Lahan BIJB Kertajati Jawa Barat.

Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat juga dilakukan oleh


beberapa pihak dengan multi pendanaan dan dukungan Pemerintah
Pusat. Hal ini juga sejalan dengan Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun
2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional
Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati Majalengka
merupakan Proyek Strategis Nasional. Dan pengembangan Bandara
Nusawiru di Pangandaran dengan telah ditingkatkannya fasilitas pokok
dan pendukung, juga sudah berhasil memperoleh sertifikat dari
Kementerian Perhubungan sebagai Bandara Komersial dan siap untuk
dikembangkan sebagai pintu gerbang pariwisata dan ekonomi di Wilayah

IV- 31
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pusat Pertumbuhan Pangandaran berdasarkan Peraturan Dearah Nomor


12 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Pembangunan Dan Pengembangan
Metropolitan Dan Pusat Pertumbuhan di Jawa Barat.

Outcomenya berupa Pembebasan lahan telah selesai 1040 Ha


(termasuk Situ Cijaura dan Situ Cimaneuh), pembangunan fasilitas sisi
udara yang dimulai tahun 2013 oleh Kementerian Perhubungan telah
selesai tahun 2017 dengan panjang runway 2.500 meter, taxiway dan
apron. Pembangunan fasilitas sisi darat mulai tahun 2015 telah selesai
85% pada tahun 2017. Dan Pengembangan Nusawiru selama kurun
waktu 2013-2017 berupa pembangunan beberapa fasilitas antara lain :

- Pembangunan Hanggar 2016


- Pembangunan Lapangan Parkir VIP 2016
- Pembangunan sarana olahraga terjun payung 2016
- Overlay runway, taxiway, dan marking 2016
- Pembangunan pagar perimetri 2016
- Pembangunan appron tahap I 2016
- Pembangunan appron Tahap II dan taxiway 2017

f. Penyediaan pelabuhan laut internasional dan optimalisasi


pelabuhan yang ada dalam melayani pergerakan orang dan barang
antar pulau
Dengan melihat tabel diatas, target prosentase Ketersediaan Prasarana
Transportasi Laut dan ASDP (Penyusunan Dokumen Perencanaan Laut
dan ASDP, Pembebasan Lahan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional di
Pelabuhan Ratu, Pengembangan Laut dan ASDP) pada tahun 2017 berada
pada 62,36 % dengan capaian sebesar 62,42 % dan melampaui target.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sasaran pembangunan
daerah sektor Perhubungan dengan indikator kinerja program (IKP)
Prosentase Ketersediaan Prasarana Transportasi Laut dan ASDP
(Penyusunan Dokumen Perencanaan Laut dan ASDP, Pembebasan Lahan
Pelabuhan Laut Pengumpan Regional di Pelabuhan Ratu, Pengembangan
Laut dan ASDP) yang termuat dalam RPJMD Tahun 2013-2018 telah
tercapai.

Capaian Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat Sektor Perhubungan


yang telah dilakukan Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat melalui
Kegiatan Pengembangan Fasilitas Pelabuhan Penyeberangan dan ASDP di
Jawa Barat, Kegiatan Penyusunan Dokumen Kerjasama Pembangunan
Pelabuhan Laut di Jawa Barat (Bagian Utara dan Selatan), Kegiatan
Penyusunan DED Pembangunan Pelabuhan ASDP di Waduk Cirata,
IV- 32
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Kegiatan CLTH- Penyusunan AMDAL Pembangunan Dermaga Kapal


Wisata (Teluk Palangpang) Kabupaten Sukabumi, Kegiatan CLTH-
Penyusunan DED Pembangunan Dermaga Kapal Wisata (Teluk
Palampang) Kabupaten Sukabumi, Kegiatan Penyusunan Dokumen
Pemantauan dan Pengelolaan Lingkungan Pembangunan Pelabuhan Laut
Pengumpan Regional di Jawa Barat, Kegiatan Pengadaan Sarana dan
Prasarana Keselamatan Pelayaran di Sungai dan Danau di Jawa Barat,
Kegiatan Penyusunan Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup
dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup (UKL/UPL), dan Kegiatan
Penyusunan Kajian Penyelenggaraan Kenavigasian Pelabuhan Pengumpan
Regional di Teluk Palangpang Kabupaten Sukabumi.

Indikator Kinerja Program (IKP) Prosentase Ketersediaan Prasarana


Transportasi Laut dan ASDP (Penyusunan Dokumen Perencanaan Laut
dan ASDP, Pembebasan Lahan Pelabuhan Laut Pengumpan Regional di
Pelabuhan Ratu, Pengembangan Laut dan ASDP) sejalan dengan
Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2015 – 2019 khususnya misi ke tujuh
yaitu mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional dengan menumbuhkan
wawasan bahari bagi masyarakat dan pemerintah; meningkatkan
kapasitas sumber daya manusia yang berwawasan kelautan; mengelola
wilayah laut nasional untuk mempertahankan kedaulatan dan
meningkatkan kemakmuran; dan membangun ekonomi kelautan secara
terpadu dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumber kekayaan laut
secara berkelanjutan dengan Sasaran Pembangunan Sektor Unggulan
berupa Pembangunan Pelabuhan untuk menunjang tol laut dan
pengembangan pelabuhan penyeberangan. Sehingga pembangunan
pelabuhan laut dan pelabuhan ASDP di Jawa Barat juga mendapat
dukungan dari Kementerian Perhubungan untuk pembangunan fisiknya.

Outcomenya dari Indikator Kinerja Program (IKP) Prosentase


Ketersediaan Prasarana Transportasi Laut dan ASDP (Penyusunan
Dokumen Perencanaan Laut dan ASDP, Pembebasan Lahan Pelabuhan
Laut Pengumpan Regional di Pelabuhan Ratu, Pengembangan Laut dan
ASDP) adalah Terwujudnya Pembangunan Sarana dan Prasarana
Pelabuhan laut dan ASDP di Jawa Barat, terwujudnya sinergitas
keterpaduan rencana pembangunan pelabuhan laut di Jawa Barat (bagian
Utara dan Selatan), terwujudnya Keselamatan dan Keamanan Pelayaran
Pelabuhan Pengumpan Regional di Jawa Barat.

IV- 33
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

g. Peningkatan Angkutan Umum di Jawa Barat (AKDP)

Upaya peningkatan angkutan umum di Jawa Barat, khususnya


Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) melalui beberapa indikator kinerja
program antara lain yaitu Indikator prosentase jaringan trayek AKDP yang
terevaluasi di Jawa Barat. Indiktor tersebut sebelum berlakunya Undang-
Undang Nomor 23 Tahun 2014 adalah Prosentase ketersediaan AKDP di
Jawa Barat. Mengingat ketersediaan AKDP di Jawa Barat sampai dengan
tahun 2016 secara indikator sudah tercapai cukup tinggi, untuk
menyelaraskan dengan program pemerintah pusat berupa meningkatkan
kualitas layanan transportasi umum, indikator dimaksud disesuaikan
menjadi prosentase jaringan trayek AKDP yang terevaluasi di Jawa Barat.
Dengan melihat tabel diatas, target Prosentase jaringan trayek AKDP yang
terevaluasi di Jawa Barat pada tahun 2017 adalah sebesar 4,59 % dengan
capaian sebesar 8,38 % dan melampaui target. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa sasaran pembangunan daerah sektor Perhubungan
dengan indikator kinerja program (IKP) Prosentase jaringan trayek AKDP
yang terevaluasi di Jawa Barat pada tahun 2017 yang termuat dalam
RPJMD Tahun 2013-2018 telah tercapai.
Capaian kinerja yang diperoleh, didapatkan dengan melaksanakan
kegiatan Kegiatan Evaluasi Angkutan Penumpang Umum AKDP di Jawa
Barat dan Kegiatan Evaluasi Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas dan
Analisa Dampak Lalin di Jawa Barat
Outcome dari program ini Meningkatnya pelayanan angkutan umum
di Provinsi Jawa Barat, khusususnya Angkutan Kota Dalam Provinsi
(AKDP).
Di Jawa Barat terdapat 370 jaringan trayek AKDP dan telah dilakukan
evaluasi sebanyak 31 jaringan trayek.

Tabel 4.17
Realisasi Kinerja Urusan Perhubungan Tahun 2017
Realisas
Indikator Kinerja Satuan Target
i
……………………………………
….. ……. ……
…………………………………….
………. …………… …………..

Sumber :

Dari tabel tersebut dapat digambarkan bahwa


………………………………………………………………………………………………
IV- 34
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………….…………….
Dengan demikian sasaran pembangunan sebagaimana tercantum RPJMD
periode 2013-2018 dapat tercapai.

Urusan Bidang Perhubungan di Tahun 2017 dilaksanakan melalui 4


(empat) program sebagaimana tercantum dalam RPJMD Periode 2013-
2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan


2. Program Rehabilitasi dan Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas
Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ)
3. Program Peningkatan Pelayanan Angkutan
4. Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan bidang Perhubungan Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp.
……. dengan realisasi sebesar Rp…..

j. Urusan Bidang Komunikasi dan Informatika


Urusan komunikasi dan informatika diukur melalui tujuh (7)
indikator, yakni indeks keterbukaan informasi publik, Status Mutu Isi
Siaran Lembaga penyiaran, Jumlah Peserta Pengembangan SDM
Penyiaran, Jumlah Masyarakat melek media penyiaran dan masyarakat
yang terpapar diseminasi informasi melalui media,rasio perijinan lembaga
penyiaran dan Persentase pengguna aplikasi pengadaan barang dan jasa
mulai dari perencanaan proses pengadaan sampai monitoring
evaluasi/pelaporan. Tingkat kinerja indikator tersebut ditunjukkan pada
tabel berikut.

Tabel 4.18
Realisasi Kinerja Urusan Komunikasi dan Informatika Tahun 2017
2017
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Indeks Keterbukaan Informasi
Poin 80 82,89
Publik

Rasio perijinan lembaga penyiaran Persen 82 87

IV- 35
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Persentase keterjangkauan akses


Persen 48 54,12
internet

Status Mutu Isi Siaran Lembaga


Penyiaran Poin 8 8,6

Jumlah Peserta Pengembangan SDM


Penyiaran Orang 2.870 16.528

Jumlah Masyarakat melek media


penyiaran dan masyarakat yang
terpapar diseminasi informasi melalui Orang 28.800 35.825
media

Persentase pengguna aplikasi


pengadaan barang dan jasa mulai dari
perencanaan proses pengadaan sampai Persen 80 100
monitoring evaluasi/pelaporan

Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat, 2018.

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa indeks keterbukaan


informasi publik tahun 2017 sebesar 82,89 dari target sebesar 80%. Hal
tersebut menunjukkan komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam
memberikan setiap informasi kepada publik terkait kebijakan-kebijakan
pemerintah dalam terciptanya transparansi penyelenggaraan tata kelola
pemerintahan yang baik. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari semakin
berkembangnya teknologi dan komunikasi yang mampu menjangkau
masyarakat luas, serta upaya pemerintah melalui optimalisasi
pemanfaatan website resmi Pemerintah Provinsi Jawa Barat
(www.jabarprov.go.id) maupun website perangkat daerah dan workshop
keterbukaan informasi, edukasi keterbukaan informasi, sosialisasi baik
melalui media cetak, media radio dan media digital lainnya.
Demikian pula dengan capaian indikator rasio perijinan lembaga
penyiaran tahun 2017 sebesar 87% dari target sebesar 82%. Pencapaian
tersebut tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam memberikan
pelayanan perijinan lembaga penyiaran yang aman, cepat, mudah dan
efisien, melalui transparansi proses dan pelayanan perizinan, sosialisasi
regulasi penyiaran, koordinasi dengan asosiasi radio swasta dan
komunitas, pelayanan perizinan online, dan pembinaan dan pengawasan
lembaga penyiaran yang ada di kabupaten/kota.

IV- 36
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Persentase keterjangkauan akses internet tahun 2017 sebesar


54,12% dari target sebesar 48%. Hal tersebut merupakan bentuk
komitmen pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam pengembangan dan
penerapan teknologi informasi dalam manajemen pemerintahan serta
peningkatan penggunaan Teknologi Informasi Komunikasi dalam
pelayanan publik menuju Smart Province. Upaya pencapaian tersebut
melalui pengembangan cakupan dan ketersediaan akses internet di Jawa
Barat dengan meningkatkan jumlah titik layanan Access Point (AP) untuk
internet publik di kawasan publik yang berada di Kabupaten/Kota di Jawa
Barat.

k. Urusan Bidang Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah


Tabel 4.19
Realisasi Kinerja Urusan Perhubungan Tahun 2017
Satua
Indikator Kinerja Target Realisasi
n
Jumlah Penerima Manfaat Kredit Modal Usaha Orang
7.750 11.996
Jumlah Pencetakan Wirausaha Baru Jawa Barat
Orang
2013-2017 20.000 46.887

Sumber : Dinas Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah, 2018

Dari tabel diatas menunjukan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa


Barat bersama dengan para pelaku usaha, khususnya kecil menengah
telah berhasil mencapai sasaran pembangunan sebagaimana tercantum
dalam RPJMD 2013-2018. Berdasarkan data Dinas Koperasi Jawa Barat,
tercatat selama periode 2013–2017 mengalami fluktuasi, pada tahun 2017
menjadi 11.996 orang, namun jika dibandingkan dengan target selama
lima tahun rata-rata telah melampaui target.
Sementara dari Program Pengembangan Kewirausahaan dan
Keunggulan Kompetitif Usaha Kecil Menengah yang digambarkan dengan
Pecetakan Wirausaha baru merupakan salah satu janji gubernur Jawa
Barat merupakan rekapitulasi pelaksanaan pelatihan dilakukan oleh 13
perangkat daerah sesuai dengan Pergub No 79 tahun 2015. Perangkat

IV- 37
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

daerah yang ikut terlibat yaitu Dinas Koperasi dan Usaha Kecil, Dinas
Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi,
Dinas Perikanan dan Kelautan, Dinas Perkebunan, Dinas Kehutanan,
Dinas Peternakan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Dinas Energi dan
Sumber Daya Mineral, Dinas Olah Raga dan Pemuda, Dinas Pendidikan
dan Dinas Kesehatan. Selama lima tahun jumlah wirausaha baru
meningkat setiap tahunnya, dan bila dibandingkan dengan target pada
periode tersebut telah tercapai. Diharapkan dengan dilatihnya masyarakat
Jawa Barat yang menjadi wirausaha, akan mendorong peningkatan
perekonomian keluarga yang pada akhirnya akan menciptakan
kesejahteraan masyarakat. Untuk memberdayakan Wirausahawan Baru
(WUB), perangkat daerah tidak hanya memberikan pelatihan, akan tetapi
dilakukan pendampingan kepada lulusan program penciptaan 100 ribu
Wirausahawan Baru (WUB). Pendampingan diajukan untuk mendorong
kontinuitas usaha yang dilakukan oleh wirausaha baru.

Pada Urusan Bidang Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah di Tahun


2017 dilaksanakan melalui 4 (empat) program sebagaimana tercantum
dalam RPJMD Periode 2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan


Kompetitif Usaha Kecil Menengah
2. Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha
Mikro Kecil Menengah
3. Program penciptaan iklim Usaha Kecil Menengah yang kondusif
4. Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi.

Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada


Urusan bidang Koperasi, Usaha Kecil, dan Menengah Tahun 2017
tersebut adalah sebesar Rp. ……. dengan realisasi sebesar Rp…..

l. Urusan Wajib- Pelayanan Non Pelayanan Dasar Bidang Penanaman Modal

IV- 38
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.20
Realisasi Kinerja Urusan Penanaman Modal Tahun 2017
Realisas
Indikator Kinerja Satuan Target
i
Trilyun 121,80- 162,72
Nilai Investasi PMA + PMDN
Rupiah 138,85

Trilyun 23 - 27 94,05
Nilai Investasi PMDN
Rupiah

Nilai Penanaman Modal Asing (PMA) Trilyun 95-105 68,67


Rupiah
Sumber : Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Prov. Jawa
Barat, 2018 (data berdasarkan LKPM dan Non-LKPM).

Jawa Barat merupakan salah satu provinsi tujuan investasi yang


paling banyak diminati para investor. Hal ini terlihat dari peringkat
investasi yang diperoleh Jawa Barat pada tahun 2017, nilai PMA untuk
Provinsi Jawa Barat masih yang tertinggi di Indonesia seperti pada tahun
sebelumnya, dengan kontribusi sebesar 15,8 persen terhadap realisasi
investasi PMA di seluruh Indonesia. Namun demikian, bila dibandingkan
dengan target, perolehan realisasi investasi PMA tahun 2017 tidak
memenuhi target yang telah ditetapkan, hal ini dikarenakan adanya
kebijakan Pemerintah Pusat untuk pemerataan investasi khususnya PMA,
tidak hanya difokuskan di daerah Pulau Jawa tetapi tersebar di wilayah
lainnya, terutama di wilayah Indonesia Timur. Sedangkan pada tahun
2017 berdasarkan data realisasi investasi LKPM dan Non LKPM, proporsi
investasi PMDN mengalami kenaikan sebesar 52 persen dengan demikian
dapat dikatakan bahwa terjadi penguatan realisasi investasi PMDN.
Secara umum realisasi investasi Jawa Barat telah berhasil melampaui
target yang ditetapkan.

Tabel 4.21 Peringkat Realisasi Investasi PMA/PMDN

No Sektor Investasi (Rp.) Ratio %

1 Perdagangan dan reparasi 45.645.394.683.514 28,05

Industri kendaraan bermotor


2 15.676.153.611.453 9,63
dan alat transportasi lain

IV- 39
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Industri logam, mesin dan


3 13.405.248.366.769 8,24
elektronika
Perumahan, kawasan industry
4 12.859.557.503.623 7,90
dan perkantoran
5 Jasa lainnya 11.511.638.609.859 7,07

Realisasi PMA dan PMDN yang masuk ke Jawa Barat pada tahun
2017 tersebar di beberapa sektor. Realisasi PMA dan PMDN tertinggi yakni
Perdagangan dan reparasi dengan realisasi sebesar 46,65 Triliun Rupiah
dengan proporsi 28,05% diikuti dengan industri kendaraan bermotor dan
alat transportasi lain; industri logam, mesin dan elektronika; Perumahan,
kawasan industri dan jasa lainnya masing-masing nilai investasi sebesar
15,67 Triliun Rupiah, 13,40 Triliun Rupiah, 12,85 Triliun Rupiah dan
11,15 Rupiah.

Pada Urusan Penanaman Modal di Tahun 2017 dilaksanakan


melalui 3 (tiga) program sebagaimana tercantum dalam RPJMD Periode
2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pembinaan dan Pengembangan BUMD dan Lembaga


Keuangan Non Perbankan
2. Program Peningkatan Investasi Daerah
3. Program Peningkatan Pelayanan Terpadu Satu Pintu
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan Wajib-Pelayanan Dasar bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan
Ruang Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp. 31.639.222.000 dengan
realisasi sebesar Rp. 30.324.593.934.

m. Urusan Bidang Kepemudaan dan Olahraga


Indikator kepemudaan dan olahraga diukur dengan lima indikator
kinerja, yakni jumlah pemuda Jawa Barat berprestasi tingkat nasional,
jumlah pemuda Jawa barat yang mengikuti pelatihan kewirausahaan,
jumlah organisasi kepemudaan yang dibina, jumlah penerima
penghargaan insan olahraga berprestasi/berjasa, dan pembangunan
gelanggang olahraga.

IV- 40
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.22
Realisasi Kinerja Urusan Kepemudaan dan Olahraga Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Jumlah pemuda Jawa Barat
10
berprestasi tingkat nasional Orang 15

2 Jumlah pemuda Jawa barat yang


750
mengikuti pelatihan kewirausahaan Orang 450

3 Jumlah organisasi kepemudaan yang


100
dibina organisasi 100

4 Jumlah penerima penghargaan insan


1.200
olahraga berprestasi/berjasa Orang 1.295

5 Pembangunan gelanggang olahraga 5


GOR/SOR 9
Sumber : Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jawa Barat, 2018.

Prestasi pemuda yang berprestasi tingkat nasional tahun 2017


sebanyak 15 orang pemuda yang didasarkan pada program dari
Kementerian Pemuda dan Olahraga seperti pemuda pelopor, pertukaran
pemuda antar negara dan Kapal Pemuda Nusantara. Pemuda Jawa barat
yang mengikuti pelatihan kewirausahaan tahun 2017 sebanyak 450
orang. Hal tersebut diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan,
motivasi dan kemampuan pemuda dalam kewirausahaan, dan mampu
menjadi wirausaha muda berprestasi. Mindset pemuda yang masih
bersifat pencari kerja perlu diubah agar mampu mengembangkan
kewirausahaan dan mampu menciptakan lapangan kerja sendiri.

Jumlah organisasi kepemudaan yang dibina tahun 2017 sebanyak


100 organisasi sesuai target yang ditetapkan. Hal tersebut sesuai dengan
sasaran pembangunan Jawa Barat dalam meningkatkan peran organisasi
kepemudaan dalam membangun Jawa Barat. Jumlah penerima
penghargaan insan olahraga berprestasi/berjasa tahun 2017 sebanyak
1.295 orang dari target sebesar 1.200 orang. Hal tersebut sesuai dengan
sasaran pembangunan Jawa Barat dalam memberikan apresiasi terhadap
insan olahraga yang telah mengharumkan nama baik Jawa Barat.

IV- 41
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Adapun capaian indikator pembangunan gelanggang olahraga tahun


2017 sebanyak 9 GOR/SOR dari target 5 GOR/SOR. Hal tersebut sesuai
dengan sasaran pembangunan Jawa Barat dalam meningkatkan
infrastruktur sarana dan prasarana olah raga di Jawa Barat yang
berstandar internasional.

n. Urusan Bidang Statistik


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah menyatakan bahwa urusan statistik termasuk ke dalam urusan
wajib pelayanan non dasar. Adapun kewenangan provinsi Jawa Barat
yakni statistik sektoral yakni penyelenggaraan statistik sektoral di lingkup
daerah provinsi. Urusan statistik Provinsi Jawa Barat tahun 2017
dilaksanakan oleh Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Provinsi
Jawa Barat.
Pemerintah Provinsi Jawa Barat melakukan berbagai upaya dalam
meningkatkan data statistik sektoral melalui program pengembangan
data/informasi/statistik daerah melalui forum group data statistik
sektoral yang diikuti oleh perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota
se- Provinsi Jawa Barat dan peningkatan implementasi pengelolaan data
statistik sektoral dengan membangun pusat data statistik yang
terintegrasi dan mampu melaksanakan updating data statistik sektoral
secara kontiniunitas.

o. Urusan Bidang Persandian.


Berdasarkan ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, bahwa terkait dengan urusan persandian
memiliki kewenangan mengenai sub urusan persandian untuk
pengamanan informasi, yakni penyelenggaraan persandian untuk
pengamanan informasi pemerintah daerah provinsi; dan penetapan pola
hubungan komunikasi sandi antar perangkat daerah provinsi.

IV- 42
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Kewenangan urusan persandian dilaksanakan oleh Dinas


Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat melalui Program
Penyelenggaraan Persandian Daerah dengan melakukan sertifikasi ISO
270001:2013 agar mampu menerapkan tata kelola keamanan informasi
secara efektif, efisien dan konsisten dengan pendekatan berbasis
manajemen resiko. Penyelenggaraan persandian daerah dengan
melibatkan perangkat daerah provinsi dan kabupaten/kota se-Provinsi
Jawa Barat dalam memfasilitasi kebutuhan penyelenggaraan persandian
daerah di lingkungan pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat. Upaya
lainnya dalam meningkatkan kinerja urusan persandian adalah
penyelenggaraan self-assessment berdasarkan Indeks Keamanan
Informasi (KAMI), yakni suatu aplikasi untuk mengevaluasi tingkat
kematangan, tingkat kelengkapan penerapan SNI ISO/IEC 27001:2009
serta peta area tata kelola keamanan sistem informasi di suatu instansi
pemerintah. Wujud dari implementasi indeks KAMI ini diharapkan
pemerintah provinsi dan kabupaten/kota se-provinsi jawa barat mampu
melaksanakan tata kelola keamanan informasi, pengelolaan risiko
keamanan informasi, kerangka kerja keamanan informasi, pengelolaan
aset informasi, teknologi dan keamanan informasi, dan peran TIK.

Tabel 4.23
Realisasi Kinerja Urusan Bidang Persandian Tahun 2017
2017
Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
Indeks Keamanan Informasi (KAMI) Tingkat I II
Kematangan
Sumber : Dinas Komunikasi dan Informatika , 2018.

p. Urusan Bidang Kebudayaan


Kinerja urusan kebudayaan diukur dengan menggunakan indikator
pengelolaan seni dan perfilman daerah, pengelolaan bahasa, sastra dan
aksara daerah, pengusulan HKI Warisan Budaya Tak Benda (WBTB), dan
pengusulan HKI Seni Tradisi.
Tabel 4.23
Realisasi Kinerja Urusan Kebudayaan Tahun 2017

IV- 43
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Pengelolaan seni dan perfilman daerah 7
Kegiatan 7

2 Pengelolaan bahasa, sastra dan aksara


daerah Pembinaan
3 3

3 Pengusulan HKI Warisan Budaya Tak


Benda (WBTB)
usulan/ 10 5
rekomendasi
4 Pengusulan HKI Seni Tradisi usulan/ 1 1
rekomendasi
Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, 2018.

Indikator pengelolaan seni dan perfilman daerah tahun 2017


sebanyak 7 kegiatan, dimana kegiatan tersebut merupakan sebuah
bentuk peran serta pemerintah dalam meningkatkan apresiasi masyarakat
terhadap seni dan perfilman daerah. Wujud dari pengelolaan tersebut
dilaksanakan melalui event festival, pasanggiri, lomba dan sayembara
karya seni yang dilaksanakan rutin setiap tahun.
Hak Kekayaan Intelektual (HKI) merupakan salah satu target
indikator urusan kebudayaan, karena HKI memiliki peran dalam
meningkatkan perekonomian di suatu daerah, berpengaruh besar
terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah yang bersangkutan.
Capaian indikator pengusulan HKI Warisan Budaya Tak Benda
(WBTB) tahun 2017 sebanyak 5 usulan/ rekomendasi, sedangkan capaian
indikator pengusulan HKI Seni Tradisi tahun 2017 hanya 1 usulan/
rekomendasi. Hal tersebut tidak terlepas dari upaya dalam pengelolaan
HKI yang baik dengan melakukan pengusulan HKI, baik HKI untuk
Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) maupun HKI Seni Tradisi. Selain itu,
sosialisasi Pendaftaran HKI dan Pelatihan Penelusuran HKI dilakukan
agar meningkatkan pengetahuan dan wawasan peserta pelatihan dalam
peraturan-peraturan, hukum yang berlaku serta sanksi-sanksi dalam
penerapan HKI. Pelatihan HKI juga dimaksudkan untuk memberikan
informasi serta pengetahuan kepada para pengusaha industri kecil dan
menengah, Dinas Pelaksana Teknis yang berhubungan langsung dengan
masyarakat, serta Asosiasi, sehingga mereka memperoleh gambaran yang

IV- 44
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

jelas tentang Hak Cipta sebagai karya cipta manusia, Paten serta Merek
maupun HKI lainnya.
q. Urusan Bidang Perpustakaan
Kinerja urusan perpustakaan diukur dengan menggunakan dua
indikator yakni jumlah semua jenis perpustakaan yang dibina, dan jumlah
eksemplar koleksi bahan perpustakaan di Jawa Barat. Data berikut
menunjukkan perkembangan indikator tersebut selama lima tahun
terakhir.
Tabel 4.24
Realisasi Kinerja Urusan Perpustakaan Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Jumlah semua jenis perpustakaan
1.600
yang dibina Unit 1.670

2 Jumlah eksemplar koleksi bahan


21.000
perpustakaan di Jawa Barat Eksemplar 11.558

Sumber : Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jawa Barat, 2018.

Capaian indikator kinerja jumlah semua jenis perpustakaan yang


dibina tahun 2017 sebanyak 1.670 unit dari target sebanyak 1.600 unit,
sedangkan capaian indikator jumlah eksemplar koleksi bahan
perpustakaan di Jawa Barat sebanyak 11.558 esksemplar. Pencapaian
tersebut tidak terlepas dari komitmen Pemerintah Provinsi Jawa Barat
dalam meningkatkan pelayanan perpustakaan yang optimal untuk
mendukung budaya baca masyarakat melalui pembinaan terhadap semua
jenis perpustakaan yang ada di Jawa Barat. Upaya tersebut dilakukan
melalui program pengembangan budaya baca dan pembinaan
perpustakaan dengan melakukan kerjasama dengan Perpustakaan
Nasional, kabupaten/kota, kerjasama dengan pihak swasta antara lain
Coca Cola Foundation melalui program Perpuseru, kerjasama dengan
perguruan tinggi (UNPAD, UPI, UNINUS, UNISBA). kerjasama dengan
Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa dan PKK Provinsi Jawa Barat,
kerjasam dengan organisasi profesi (IPI) dan kerjsama dengan organisasi
perpustakaan (Forum perpustakaan perguruan tinggi, GPMB, Dewan

IV- 45
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Perpustakaan), kerjasama dengan penerbit untuk melakukan kegiatan


pameran, pemanfaatan bantuan dana dekonsentrasi dan pemanfaatan
bantuan hibah dan Corporate Social Responsibility (CSR) terkait dengan
perpustakaan.

r. Urusan Bidang Kearsipan


Urusan kearsipan diukur dengan menggunakan indikator
persentase Pengembangan TIK Arsip Dinamis.
Tabel 4.25
Realisasi Kinerja Urusan Kearsipan Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Persentase Pengembangan TIK Arsip
15
Dinamis Persen 17

Sumber : Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi Jawa Barat, 2018.

Indikator pengembangan TIK arsip dinamis tahun 2017 mencapai


17% dari target sebesar 15%. Hal tersebut sebagai bentuk komitmen
pemerintah Provinsi Jawa Barat akan pentingnya pengelolaan arsip
dinamis melalui TIK untuk menjamin ketersediaan arsip dalam
penyelenggaraan kegiatan sebagai bahan akuntabilitas kinerja dan alat
bukti yang sah berdasarkan suatu sistem yang memenuhi persyaratan,
yakni andal, sistematis, utuh, menyeluruh, dan sesuai dengan norma,
standar, prosedur, dan kriteria. Pencapaian tersebut tidak terlepas upaya
yang dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui program
pengembangan kearsipan dengan melakukan bimbingan teknis kearsipan,
workshop kearsipan, sosialisasi kearsipan dan penerapan IT untuk sistem
kearsipan dinamis ke perangkat daerah Provinsi Jawa Barat.

4.1.3 Program Pembangunan Daerah Bersifat Pilihan

Selanjutnya, daftar program-program pembangunan daerah periode


tahun 2013 - 2018 dalam urusan kewenangan konkuren provinsi yang
termasuk dalam urusan pilihan adalah sebagai berikut :
IV- 46
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.26
Program Pembangunan Daerah Bersifat Pilihan
PERANGKAT
JUMLAH
NO. URUSAN SIFAT DAERAH
PROGRAM
UTAMA

1 Kelautan dan PILIHAN Dinas Kelautan 6


Perikanan dan Perikanan

2 Pariwisata PILIHAN Dinas Pariwisata 2


dan Kebudayaan

3 Pertanian PILIHAN Dinas 2


Perkebunan

Dinas Tanaman 2
Pangan dan
Holtikultura

Dinas Ketahanan 3
Pangan dan
Peternakan

4 Kehutanan PILIHAN Dinas Kehutanan 2

5 Energi dan PILIHAN Dinas Energi dan 2


Sumberdaya Mineral Sumber Daya
Mineral

6 Perdagangan PILIHAN Dinas 3


Perindustrian
dan Perdagangan

7 Perindustrian PILIHAN Dinas 3


Perindustrian
dan Perdagangan

8 Transmigrasi PILIHAN Dinas Tenaga 1


Kerja dan
Transmigrasi

TOTAL 26
PROGRAM

a. Urusan Bidang Kelautan dan Perikanan


Tabel 4.27
Realisasi Kinerja Urusan Kelautan dan Perikanan Tahun 2017
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi

IV- 47
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Peningkatan Produksi Perikanan Tangkap Persen 1,58 -6,87


Peningkatan Budidaya Perikanan Persen 5 1,54
Prosentase jumlah produksi perikanan
dan kelautan yang memenuhi jaminan
Persen 89 96,14
kesehatan ikan,mutu dan keamanan
pangan

Peningkatan Produksi non Konsumsi Persen 2 24.53


Peningkatan Produksi garam Persen 5 6.016,42
Kg/Kap
Konsumsi Ikan 28,53 28.53
/Th

Kontribusi terhadap pemenuhan benih


Persen 50 68,59
ikan nila Nasional

Kontribusi terhadap pemenuhan benih


Persen 50 325,15
ikan mas Nasional

Kontribusi terhadap pemenuhan ikan lele


Persen 10 64,47
nasional

Kontribusi terhadap pemenuhan ikan


Persen 10 45,47
patin nasional

Persentase jumlah produksi kelautan danPerikanan


yang memenuhi standar jaminan kesehatan ikan, Persen 89 96,14
mutu dan keamanan pangan
Penurunan Jumlah Kasus Pelanggaran sector
persen 25 11,76
Kelautan dan perikanan (IUU fishing)
Jumlah Penebaran benih Ikan di Perairan Umum 12.000. 22.522.00
ekor
(ikan endemik) 000 0
Jumlah plasma nutfah yang dilestarikan Jenis 4 4
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan, 2018.

Dari data tersebut terlihat bahwa secara umum sasaran


pembangunan pada urusan bidang kelautan dan perikanan telah tercapai
hal ini terjadi karena upaya-upaya yang telah dilakukan peningkatan
kualitas dan kuantitas benih dan induk unggul pengembangan dan
pemuliaan ikan serta perbaikan genetik, peningkatan sarana prasarana
dan kelembagaan serta melakukan kerjasama dengan perguruan tinggi
dan badan penelitian pengembangan kementrian kelautan dan perikanan.

IV- 48
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Jawa Barat mempunyai 2 wilayah perairan laut (wilayah


selatan/Pansela dan wilayah utara/Pantura) dengan karakteristik
sumberdaya alam yang berbeda baik fisik maupun kelembagaannya.
Pantura Jawa Barat ditengarai telah terjadi degradasi periaran dan over
capacity. Akibat dari over capacity maka nelayan sangat dinamis dalam
memodifikasi alat tangkapnya (API). Salah satu API yang kemudian masuk
kedalam API yang tidak ramah lingkungan dan dilarang beroperasi di
WPPRI sebagaimana Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor
71/Permen-KP/2016 Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan
Alat Tangkap Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik
Indonesia adalah semua jenis Trawls, Pukat Tarik dan Pukat Hela.
Pelarangan tersebut pada akhirnya menurunkan jumlah trip nelayan
pantura dan pada gilirannya menurunkan produksi perikanan tangkap.
Pansela Jawa Barat memiliki potensi yang belum dimanfaatkan secara
optimal, terutama pada jalur II dan III serta ZEEI. Namun demikian
keragaan nelayan Pansela jawa barat yang didominasi oleh nelayan kecil
karena keterbatasan jelajah armadanya sehingga kesulitan
memanfaatakan potensi yang ada.
Produksi perikanan tangkap tahun 2017 terjadi penurunan
dibanding tahun 2016. Target produksi perikanan tangkap tahun 2017
sebesar 236.570 ton, dengan realisasi sebesar 216.893,25 ton (91,68 %
dari target). produksi penangkapan tahun 2016 sebesar 232.890 ton
sehingga terjadi penurunan persentase produksi tahun 2017 menjadi
sebesar 6,87%, hal tersebut diindikasi bahwa produksi perikanan tangkap
tergradasi di perairan laut pantura.

Penurunan jumlah produksi penangkapan ikan di Pantura Jawa


Barat Dampak dari diberlakukannya Permen KP Nomor 71/Permen-
KP/2016 Tentang Jalur Penangkapan Ikan dan Penempatan Alat Tangkap
Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia, salah
satunya tentang larangan penggunaan API Pukat hela (Trawls) dan Pukat
Tarik (Seine nets), di Pantura Jawa Barat pada tahun 2017 terjadi
penurunan jumlah trip penangkapan ikan sebesar 0,76% dari tahun 2016.
IV- 49
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Peningkatan produksi perikanan budidaya Tahun 2017 hanya


sebesar 1,54% dari target sebesar 5%. Target produksi perikanan
budidaya tahun 2017 sebesar 1.180.607 ton, dengan realisasi sebesar
1.141.748,52 ton (96,71 %). Tidak tercapainya target peningkatan
produksi budidaya, salah satunya disebabkan oleh penurunan produksi di
KJA yang cukup signifikan. Penurunan jumlag produksi di KJA ini sebagai
akibat dari adanya rasionalisasi jumlah KJA di Waduk Jatiluhur dan
Cirata. Pada satu sisi, rasionalisasi ini dilaksanakan untuk mencapai
keberlanjutan baik keberlanjutan umur waduk maupun keberlanjutan
perikanan, akan tetapi rasionalisasi tersebut juga berdampak pada
menurunkan jumlah produksi. Selain itu juga terjadinya Up welling dan
penurunan kualitas air waduk yang mengakibatkan meningkatnya
serangan penyakit dan kematian ikan massal di beberapa KJA.

Pada tahun 2017, pemerintah Pusat bersama-sama dengan Provinsi


dan 3 Kabupaten penghasil garam yaitu Kabupaten Indramayu,
Kabupaten Cirebon, dan Kabupaten Karawang, melakukan upaya-upaya
dengan memberikan bantuan geoisolator bagi petambak garam, dan
Penerapan teknologi produksi garam (Teknologi Ulir Filter), serta
penyuluhan dan pembinaan terhadap petambak garam, sehingga dapat
mengasilkan garam yang cukup besar yaitu sebesar 233.711,36 ton
(meningkat sebesar 6.102,12 % dari tahun 2016).

Jawa Barat sebagai sentra benih nasional merupakan salah satu


program unggulan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Barat
yang ingin dicapai untuk memenuhi kebutuhan benih nasional, terutama
untuk benih ikan Nila, Mas, Patin dan Lele. Upaya-upaya telah dilakukan
untuk mencapai hal tersebut yaitu melalui peningkatan kualitas dan
kuantitas benih dan induk unggul yang dilaksanakan oleh UPTD lingkup
Dinas Kelautan dan Perikanan, melalui : pengembangan dan pemuliaan
ikan serta perbaikan genetik, menjalin kerjasama dengan Perguruan
Tinggi dan Badan Litbang KKP, peningkatan sarana dan prasarana UPTD,
penguatan peran UPTD, BBI Kab/Kota, dan UPR.

IV- 50
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Upaya-upaya yang telah dilakukan Dinas Kelautan dan Perikanan


membuahkan hasil, dimana kontribusi benih ikan nila, mas, lele dan
patin melebihi dari target yang telah ditentukan. Pada tahun 2017,
kontribusi terhadap pemenuhan benih ikan nila nasional mencapai 68,59
% dengan target 50%, kontribusi terhadap pemenuhan benih ikan mas
nasional mencapai 325,15% dengan target 50%, kontribusi terhadap
pemenuhan benih ikan patin nasional mencapai 45,47% dengan target
10%, dan kontribusi terhadap pemenuhan benih ikan lele nasional
mencapai 64,47% dari target 10%.

Meningkatnya hasil perikanan yang memenuhi sistem jaminan


kesehatan ikan, mutu dan keamanan pangan pada tahun 2017
ditunjukan dengan meningkatnya sampel yang memenuhi standar sistem
jaminan kesehatan ikan, mutu dan keamanan pangan, terdapat 1194
sampel yang memenuhi standar dari 1242 sampel, atau 96,14% lebih
tinggi daripada yang ditargetkan yaitu 89,00%. Tidak adanya penolakan
dari negara mitra, berarti mutu produk yang diekspor telah sesuai dengan
persyaratan di masing-masing negara mitra.
Upaya-upaya telah dilakukan dengan terus melakukan pembinaan
dan pendampingan terhadap pelaku usaha kelautan dan perikanan,
Monitoring HPI, Residu, OIKB, kesehatan lingkungan secara kontinyu,
Penerapan CPIB dan CBIP bagi pembudidaya, penerapan Cara
Penanganan Ikan yang Baik di atas kapal, penerapan CKIB (Cara
Karantina Ikan yang Baik), penerapan GMP (Good Manufacture Product)
dan SSOP (Sanitation Standard Operational Procedure).

Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus menggenjot kampanye makan


ikan untuk meningkatkan tingkat konsumsi ikan di Jawa Barat. Ikan
merupakan sumber protein hewani yang sangat efektif memenuhi
kebutuhan gizi anak. Namun, konsumsi ikan di Jawa Barat masih di
bawah nasional. Tingkat konsumsi ikan masyarakat Jawa Barat tahun
2017 baru mencapai 28,53 kg/kap/tahun, sedangkan tingkat konsumsi
nasional sudah mencapai 43 kg/kap/tahun.

IV- 51
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Capaian konsumsi ikan pada Tahun 2017 sebesar 28,53


kg/kap/tahun mengalami peningkatan sebesar 2,98% dari capaian Tahun
2016. Upaya-upaya yang telah dilakukan adalah melalui diversifikasi
produk olahan hasil perikanan, mengenalkan aneka olahan serba ikan
sejak dini melalui kegiatan Pemberian Makanan Tambahan Bagi Balita
dan Ibu Hamil, pengenalan aneka produk olahan ikan melalui sekolah-
sekolah.
Illegal, unreported & unregulated fishing (IUUF) merupakan isu global
dalam pengelolaan khususnya pengawasan Sumberdaya Kelautan dan
Perikanan (SDKP). Target penurunan jumah kasus pelanggaran sektor
kelautan dan perikanan (IUUF) sebesar 25% per tahun. capaian
penurunan jumlah kasus IUUF pada tahun 2017 sebesar 11,76%.
Realisasi penurunan jumlah kasus IUUF pada tahun 2017 tidak sesuai
dengan target.
Mengacu kepada UU 23/2014 dimana adanya penambahan wilayah
kewenangan Pemerintah Provinsi dalam hal pengawasan SDKP dari yang
semula hanya bertanggungjawab pada radius 4-12 mil dari pantai menjadi
0-12 mil dari pantai. pada tahun 2017, untuk sektor pengawasan SDKP
sudah mulai dilaksanakan. Penambahan luas wilayah pengawasan
kiranya juga meningkatkan jumlah kasus pelanggaran IUUF dalam
operasi terpadu di pengelolaan wilayah perairan laut Jawa Barat.
Implikasi pelaksanaan UU 23/2014 dalam pengawasan SDKP adalah
: SDM petugas Pengawas Sumberdaya Kelautan dan Perikanan (PSDKP)
baik kuantitas maupun kulaitas, sarana dan prasarana PSDKP, serta
keterbatasan anggaran surveilance PSDKP. selain hal tersebut, rendahnya
pemahaman stake holder kelautan dan perikanan tentang pengelolaan
SDKP yang berkelanjutan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
menjadi suatu permasalahan.
Upaya-upaya yang telah dilakukan sosialisasi peraturan perundang-
undangan kepada stake holder kelautan dan perikanan; meningkatkan
kualitas SDM PSDKP yang ada melalui Diklat PPNS KP, Diklat
pengawasan perikanan, Diklat Polsus WP3K; meningkatkan aksi bersama

IV- 52
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

melalui forum kordinasi antar stake holder, gelar operasi terpadu, serta
mediasi dan identifikasi potensi konflik.
Penebaran benih ikan di Jawa Barat merupakan salah satu kegiatan
unggulan yang menjadi prioritas program kegiatan Dinas Kelautan dan
Perikanan Provinsi Jawa Barat. Hal tersebut sebagai upaya meningkatkan
stok sumberdaya ikan di perairan umum sekaligus sebagai upaya
konservasi beberapa ikan endemik/langka (Lalawak, Beureum Panon,
Tagih, Kancra, dan lain-lain) di perairan umum Jawa Barat.
Pada Tahun 2017 penebaran benih ikan di perairan umum sebanyak
51.416.000 ekor yang terdiri dari benih ikan endemik sebanyak
22.522.000 ekor. Target penebaran benih ikan di perairan umum pada
Tahun 2017 sebanyak 12.000.000 ekor dengan demikian capaian
penebaran benih ikan sebesar 187,68%. Penebaran benih ikan tersebut
juga secara nyata memberikan ketersedian ikan Jawa Barat. Upaya-upaya
yang telah dilakukan yaitu dengan Peningkatan peran UPTD dalam
penyediaan benih ikan sebar untuk ditebar di perairan umum dan
Domestikasi ikan-ikan langka/endemik.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang sangat tinggi
dimana terdapat 2.184 jenis ikan air tawar. Beberapa jenis ikan tersebut
berada di Jawa Barat serta memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Jenis ikan
yang memiliki sumber protein penting antara lain Ikan Nila, Mas, Lele,
Patin dan Gurame. Jumlah dan jenis ikan yang besar ini memiliki potensi
penting sehingga ketersediaan dan kelestariannya perlu ditingkatkan.
Deplesi stok ikan penting yang tinggi mesti diimbangi dengan pelestarian
dan pemuliaan plasma nutfah sehingga tetap lestari. Sebagai wujud
komitmen pelestarian plasma nutfah ini, Dinas Kelautan dan Perikanan
melalui UPTD nya melakukan pemuliaan ikan untuk perbaikan genetik
dan mempertahankan kelestarian ikan dimaksud.

Target jumlah plasma nutfah yang dilestarikan di Jawa Barat


sebanyak 4 (empat) plasma nutfah terdiri dari Ikan Nila, Ikan Mas, Ikan
Lele dan Ikan Patin.

IV- 53
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pada Urusan Bidang Kelautan dan Perikanan di Tahun 2017


dilaksanakan melalui 6 (enam) program sebagaimana tercantum dalam
RPJMD Periode 2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pengembangan Budidaya Perikanan


2. Program Pengembangan Perikanan Tangkap
3. Program pemberdayaan sumberdaya kelautan dan perikanan
4. Program Pemasaran, Pengolahan dan Peningkatan Mutu Hasil
Kelautan dan Perikanan
5. Program Pengawasan Sumberdaya Kelautan dan Perikanan
6. Program Pengelolaan dan Pelestarian Sumber Daya Kelautan dan
Perikanan
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan bidang Kelautan dan Perikanan Tahun 2017 tersebut adalah
sebesar Rp. 91.242.645.820,00 dengan realisasi sebesar Rp.
79.533.764.952,00.

b. Urusan Bidang Pariwisata


Tabel 4.28
Realisasi Kinerja Urusan Pariwisata Tahun 2017
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Jumlah Kunjungan Wisman Ke
Orang 1.500.000 2.038.319
Akomodasi Provinsi Jawa Barat Tahun

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, 2018.

Sektor Pariwisata dapat menjadi alternatif sumber pertumbuhan


ekonomi bagi daerah-daerah di Jawa Barat khususnya yang memiliki
potensi alam dan budaya namun tidak berada di sekitar pusat aglomerasi
sehingga tidak memungkinkan untuk membangun industri (umumnya
Jabar bagian selatan). Sebagai penyumbang devisa ke-4 terbesar dengan
tren pertumbuhan yg selalu positif, sektor pariwisata diproyeksikan akan
menjadi kontributor terbesar devisa nasional.

IV- 54
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Wisatawan ke Jawa Barat masih di dominasi oleh wisatawan lokal,


dan wisatawan nusantara. Perkembangan sektor pariwisata di Jawa Barat
dapat dilihat dari banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara
(wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus), pada tahun 2017
Wisatawan Mancanegara yang berkunjung ke akomodasi sebanyak
2.038.319 wisatawan. Pertumbuhan rata-rata wisman ke akomodasi
adalah sebesar 25,41%. Karakteristik dari wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Jawa Barat adalah Sebagian besar dari wisatawan
mancanegara yang berkunjung ke Jawa Barat adalah wisatawan yang
telah berkunjung pada periode sebelumnya (repeater) dengan proporsi
sebesar 68,58% kemudian Sebagian besar wisatawan mancanegara yang
berkunjung ke Jawa Barat tidak diorganisir oleh pemandu wisata, atau
dengan kata lain mereka bewisata ke Jawa Barat sebagai indepedent
tourist (95,57%).

Pada Urusan Bidang Pariwisata di Tahun 2017 dilaksanakan


melalui 2 (dua) program sebagaimana tercantum dalam RPJMD Periode
2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pengembangan Destinasi Pariwisata


2. Program Pengembangan Pemasaran Pariwisata
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang Tahun 2017
tersebut adalah sebesar Rp. ……. dengan realisasi sebesar Rp…..

c. Urusan Bidang Pertanian


Tabel 4.29
Realisasi Kinerja Urusan Pertanian Tahun 2017
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Capaian Nilai Tukar Petani Poin
105 108,39

Sumber : Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan, 2018.

Nilai Tukar Petani (NTP) mempunyai kegunaan untuk mengukur


kemampuan tukar produk yang dijual petani dengan produk yang

IV- 55
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

dibutuhkan petani baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun biaya


produksi. Kemampuan tukar petani pada suatu periode dibandingkan
dengan kemampuan tukar petani pada tahun dasar. Dengan demikian,
NTP dapat digunakan sebagai proxy dalam menilai tingkat kesejahteraan
petani.
Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Barat pada Desember 2017 sebesar
108,39 atau naik sebesar 0,34 persen dibandingkan NTP November 2017
yang tercatat sebesar 108,02. Kenaikan NTP tersebut disebabkan oleh
kenaikan Indeks Harga Diterima Petani (IT) sebesar 0,79 persen dan
kenaikan Indeks Harga Dibayar Petani (IB) sebesar 0,45 persen. Desember
2017 dari lima Subsektor pertanian ada empat subsektor yang mengalami
kenaikan NTP, Kenaikan tertinggi terjadi pada NTP Subsektor Tanaman
Pangan, naik 0,64 persen dari 105,16 menjadi 105,83, NTP Subsektor
Hortikultura naik 0,23 persen dari 113,42 menjadi 113,68. NTP Subsektor
Tanaman Perkebunan Rakyat pada Desember 2017 mengalami penurunan
sebesar 0,46 persen dibandingkan November 2017 dari 103,20 menjadi
102,73. NTP Subsektor Peternakan pada posisi 113,93 tercatat mengalami
kenaikan sebesar 0,30 persen dari NTP November 2017 sebesar 113,59
menjadi 113,93, dan Nilai Tukar Petani Subsektor Perikanan pada
Desember 2017 mengalami kenaikan sebesar 0,52 persen dibandingkan
November 2017 dari 101,76 menjadi 102,29.

Pada Urusan Bidang Pertanian di Tahun 2017 dilaksanakan melalui


7 (tujuh) program sebagaimana tercantum dalam RPJMD Periode 2013-
2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan


2. Program Pemberdayaan Sumber Daya Pertanian/Perkebunan
3. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tanaman
4. Program Pemasaran dan Pengolahan Hasil
Pertanian/Perkebunan
5. Program Peningkatan Produksi Hasil Peternakan
6. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Ternak

IV- 56
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

7. Program peningkatan pemasaran Hasil Produksi Peternakan


Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan Pertanian Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp. ……. dengan
realisasi sebesar Rp…..

d. Urusan Bidang Kehutanan


Tabel 4.30
Realisasi Kinerja Urusan Kehutanan Tahun 2017
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Presentase pertambahan produksi olahan hasil
hutan kayu dan bukan kayu 1,02

Sumber : Dinas Kehutanan, 2018.

Pada tahun 2017, Jawa Barat berhasil meningkatkan produksi hasil


olahan kayu sebesar 350 persen dari target, dengan jumlah produksi kayu
tahun 2017 sebesar 1.945.092,88 m3, kemudian meningkatnya produksi
hasil hutan bukan kayu sebesar 217 persen dari target, dengan jumlah
produksi tahun 2017 sebesar 33.868.949 Kg, sehingga secara
keseluruhan peningkatan produksi olahan hasil hutan kayu dan bukan
kayu sebesar 102 persen dari target, dengan jumlah produksi sebesar
1.160.867,13 m3.

Jawa barat juga berhasil meningkatkan penerimaan jasa wisata


alam 100,40 persen dari target, dengan jumlah penerimaan jasa wisata
alam tahun 2017 sebesar Rp. 108.613,713,165,- kemudian meningkatnya
jumlah unit hutan rakyat yang dikelola secara lestari 400 persen dari
target, dengan jumlah unit hutan rakyat yang dikelola secara lestari tahun
2017 sebanyak 4 unit.

IV- 57
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pada Urusan Bidang Kehutanan di Tahun 2017 dilaksanakan


melalui 2 (dua) program sebagaimana tercantum dalam RPJMD Periode
2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan


2. Program Penyuluhan dan Pemberdayaan masyarakat di Bidang
Kehutanan
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan bidang Kehutanan Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp. …….
dengan realisasi sebesar Rp…..

e. Urusan Pilihan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral


Tabel 4.31
Realisasi Kinerja Urusan Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2017
Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
Opini BPK-RI terhadap LKPD Pemprov Jawa Barat

Rasio Elektrifikasi Rumah


Persen 96-98 % 99,87
Jumlah Pemanfaatan sumber energi baru dan Setara
terbarukan Barel 251.586
minyak
Persentase luas zona aman pada cekungan air
tanah Persen 65,68

Persentase usaha pertambangan yang


melaksanakan Good Mining Practice Persen 65,26

Sumber :
a. Persentase Luas Zona Aman pada Cekungan Air Tanah
Tercapainya sasaran dalam upaya peningkatan konservasi air tanah
ini tidak terlepas dari upaya sosialisasi konservasi air tanah secara terus
menerus dan berkesinambungan, Evaluasi terhadap perijinan terutama
saat perpanjangan ijin, serta adanya kesadaran dari pengguna air
terhadap upaya pengimbuhan kembali air tanah dengan melakukan
pembuatan sumur imbuhan, kolam resapan dan sumur resapan. Jika
dibandingkan dengan pencapaian tahun 2014 dimana luas zona aman
yang tercapai masih berada sedikit di bawah target pada tahun 2015 ini
dapat tercapai diatas target sebesar 0,06%. Pada tahun 2014 bahwa

IV- 58
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

persentase zona aman pada CAT di Jawa Barat adalah 11.373 / 17.459 =
65,14 % dari target 65,15. Jika dibandingkan dengan pencapaian tahun
2014 dimana luas zona aman yang tercapai masih berada sedikit di bawah
target pada tahun 2015 ini dapat tercapai diatas target sebesar 0,06%
yang ditargetkan 65,30% terealisasi 65,34%. Pada tahun 2016 terdapat
penambahan luas zona aman pada CAT Subang sebesar 8,3% atau
sebesar 63 Km2, CAT Bekasi-Karawang sebesar 0,56% Km2 atau sebesar
18 Km2, dimana luas zona aman yang tercapai masih berada sedikit di
bawah target pada tahun 2015, yang pada tahun 2016 ditargetkan
65,45% terlealisasi 65,46%. Dalam rangka upaya konservasi dan
pemantauan air tanah di Jawa Barat, Dinas telah berhasil meningkatkan
jumlah sumur imbuhan /resapan dan sumur pantau air tanah dari tahun
sebelumnya, sebagai berikut :

- Sumur Imbuhan dari 123 unit pada Tahun 2016, menjadi 204 unit
pada Tahun 2017.
- Sumur Resapan menjadi 69 unit pada Tahun 2017.
- Sumur Pantau dari 18 unit pada Tahun 2016, menjadi 132 unit pada
Tahun 2017.

Grafik Capaian Indikator Persentase Luas Zona Aman Pada Cekungan Air Tanah

IV- 59
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

b. Persentase usaha pertambangan yang melaksanakan Good Mining


Practise
Pada tahun 2017 Target yang digunakan untuk mengukur indikator
sasaran ini adalah berdasarkan Perjanjian Kerja Kepala OPD Tahun 2017
sebesar 65%. Hal ini dikarenakan target berdasarkan Renstra untuk
tahun 2017 adalah 60% sehingga jika menggunakan target Renstra secara
otomatis target jangka menengah sudah tercapai. Dalam pencapaian
target tersebut didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

1. Koordinasi yang baik antara unsur Bidang Pertambangan Dinas


ESDM, Unit Pelaksana Teknis Dinas, dan tenaga pengawas (Inspektur
Tambang);
2. Terdapatnya peningkatan pengelolaan kegiatan usaha pertambangan
yang sebelumnya tidak masuk kategori GMP menjadi kategori GMP
pada tahun 2017;
3. Pendampingan dan pembinaan kegiatan usaha pertambangan secara
berkelanjutan melalui pembinaan teknis dan koordinasi;

c. Tersedianya prasarana air baku bagi masyarakat bersumber dari


air tanah dalam di wilayah rawan air
Pada Tahun Anggaran 2017 dari target pembangunan prasarana air
baku bersumber dari air tanah pada 5 titik lokasi sumur bor, tercapai 4
titik lokasi sumur bor yang meliputi:

1. Desa Balingbing Kecamatan Pagaden Barat Kabupaten Subang.


2. Desa Girimekar Kecamatan Cilengkrang Kabupaten Bandung.
3. Desa Sukaraja Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya.
4. Desa Sindang Jawa Kecamatan Dukupuntang Kabupaten
Cirebon.

Seluruh prasarana air baku bersumber dari air tanah pada lokasi di
atas dihibahkan kepada Lembaga Permberdayaan Masyarakat Desa untuk
kemudian dikelola dan dipelihara. Berikut ini tabel dan grafik yang
menggambarkan capaian indikator Tersedianya prasarana air bersih bagi
IV- 60
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

masyarakat bersumber dari air tanah di wilayah rawan air dibandingkan


dengan target pada Perjanjian Kinerja dan Renstra Dinas ESDM 2013-
2018.

d. Rasio Elektrifikasi Rumah


Rasio Elektrifikasi adalah ukuran tingkat ketersediaan listrik di
suatu daerah. Sampai saat ini angka rasio elektrifikasi dihitung
berdasarkan jumlah rumah tangga yang telah menikmati listrik (baik PLN
ataupun non PLN) dibandingkan dengan jumlah rumah tangga total di
Jawa Barat. Menurut data Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan
Kementrian ESDM pada tahun 2017 Pemerintah Provinsi Jawa Barat
melalui Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral telah membangun total
sebanyak 9,298 Kms SUTM (Saluran Udara Tegangan Menengah), 104,912
KMs SUTR (Saluran Udara Tegangan Rendah), 1 unit gardu cantol 25
KVA, 8 unit 50 KVA, dan 4 unit 100 KVA, serta 168.978 Sambungan
Rumah/Instalasi Rumah.

A. Jumlah Pemanfaatan Sumber Energi Baru dan Terbarukan


Perhitungan pencapaian Jumlah pemanfaatan sumber energi baru
dan terbarukan adalah dengan mengkonversikan satuan energi dari
produksi 4 (Empat) jenis energi baru terbarukan setiap tahunnya ke
dalam satuan SBM (Setara Barel Minyak); yaitu: (1). Pembangkit Listrik
Tenaga Mini-MikroHidro; (2). Pengembangan Biogas; (3). Pembangkit
Listrik Tenaga Sampah (Biomass); dan (4). Sistem Konversi Tenaga Surya.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh hasil bahwa sampai dengan
tahun 2017 kontribusi terbesar jenis energi terbarukan di Jawa Barat
adalah Pembangkit Lisrtik Tenaga Mini-Mikrohidro. Hal tersebut didukung
oleh besarnya potensi sumber daya air di Jawa Barat khususnya di
wilayah Jawa Barat bagian Selatan dan beroperasinya PLTM Cibalapulang
oleh PT. Medco Power Indonesia dengan kapasitas 9 MW di tahun 2017.
Untuk biogas pada tahun 2017 terdapat penambahan pembangunan
dengan total kapasitas 146 m3, dimana sebesar 44 m3 dibangun oleh

IV- 61
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

APBD Jawa Barat. Untuk pembangunan PLTS pada tahun 2017 terdapat
tambahan pembangunan PLTS Cirata oleh PT. PLN sebesar 1000 kW dan
PLTS on-grid Dinas ESDM Jawa Barat sebesar 14,4 kW.

Pada Urusan Pilihan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral di


Tahun 2017 dilaksanakan melalui 2 (dua) program sebagaimana
tercantum dalam RPJMD Periode 2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pembinaan, Pengembangan Sumber Daya Mineral,


Geologi dan Air Tanah
2. Program Pembinaan pengembangan ketenagalistrikan dan
pemanfaatan energi
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Tahun 2017 tersebut
adalah sebesar Rp. ……. dengan realisasi sebesar Rp…..

f. Urusan Pilihan Bidang Perdagangan


Tabel 4.32
Realisasi Kinerja Urusan Perdagangan Tahun 2017
Satua
Indikator Kinerja Target Realisasi
n
Laju Pertumbuhan Nilai Ekspor Orang
3.50-4.00 13,42

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2018

Ekspor Jawa Barat selama lima tahun mengalami peningkatan yang


cenderung fluktuatif dimana pada tahun 2017 mengalami kenaikan
sebesar 13,42. Jika dibandingkan dengan target, rata-rata realisasi
selama 5 tahun dapat dikatakan telah tercapai.

Meningkatnya nilai ekspor Jawa Barat diharapkan menjadi salah


satu pendongkrak ekonomi Jawa Barat. Nilai ekspor non migas kumulatif
Januari – Desember tahun 2017 sebesar 28,94 Milyar US$, hal ini
meningkat sebesar 3,66 Milyar US$ dari kumulatif Januari – Desember

IV- 62
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

2016 sebesar 25,28 Milyar US$. Secara kumulatif periode Januari –


Desember tahun 2017 total 13 negara tujuan masih tumbuh positif 8,54
persen hanya ekspor ke Negara tujuan Inggris yang menunjukan
penurunan hingga 18,44 persen. Penurunan pertumbuhan ekspor non
migas dipengaruhi oleh keputusan keluarnya Negara Inggris dari Uni
Eropa.

Meningkatnya ekspor non migas Jawa Barat, mendapat predikat


―Sangat Baik‖ dengan capaian sebesar 483 persen. Terbukti dari hasil
pengukuran yang diukur melalui 1 (satu) 63ndustry63 kinerja yang diatas
target. Pencapaian tersebut dilaksanakan melalui Program pengembangan
perdagangan luar negeri pada 9 kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Barat.

Struktur ekspor Jawa Barat Januari – Desember 2017 masih


didominasi oleh komoditas hasil Sektor Industri Pengolahan yang
mencapai 98,28 persen, diikuti oleh Sektor Pertanian sebesar 0,91 persen,
Sektor Migas sebesar 0,81 persen, serta Sektor Pertambangan dan lainnya
sebesar 0,01 persen. Nilai ekspor non migas mencapai titik terendah pada
Juni 2017 senilai USD 1,94 persen Milyar sedangkan ekspor tertinggi
tercatat pada Agustus 2017 dengan nilai USD 2,77 Milyar.

Pada Urusan Pilihan Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral di


Tahun 2017 dilaksanakan melalui 3 (tiga) program sebagaimana
tercantum dalam RPJMD Periode 2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Perdagangan Dalam Negeri


2. Program Pemberdayaan Konsumen dan Pengawasan Barang
Beredar dan Jasa
3. Program Pengembangan Luar Negeri
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan bidang Perdagangan Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp.
……. dengan realisasi sebesar Rp…..

g. Urusan Pilihan Bidang Perindustrian


IV- 63
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.33
Realisasi Kinerja Urusan Perindustrian Tahun 2017
Satua
Indikator Kinerja Target Realisasi
n
Poin 26,00 –
PDRB ADHB 755.39
28,00
Poin
Laju Pertumbuhan 5.35

Poin
Proporsi thd PDRB 42.29

Jumlah Unit Usaha Industri Poin


210.809

Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan, 2018

Provinsi Jawa Barat merupakan pusat industri Nasional, khususnya


di wilayah tengah dan utara. Pertumbuhan dari sektor industri
pengolahan meningkat selama tiga tahun kebelakang periode 2015 sampai
2017. Hal ini dapat disebabkan oleh lancarnya investasi yang masuk ke
Indonesia khususnya Jawa Barat.

Upaya telah dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan


Perdagangan adalah dengan melakukan fasilitasi pelatihan dan bimbingan
teknis kepada Industri Kecil Menengah serta pembinaan kepada pelaku
industri sehingga pada tahun berikutnya dapat meningkatkan
pertumbuhan unit usaha industri. Pada tahun 2017, dengan iklim
investasi yang semakin membaik target kinerja program pengembangan
industri dapat tercapai dan melebihi target yang telah ditetapkan.

Pertumbuhan unit usaha industri merupakan salah satu segmen


industri yang dapat dijadikan sebagai tumpuan dalam penciptaan iklim
wirausaha yang dapat menyerap tenaga kerja. Dengan pertumbuhan unit
usaha industri di Provinsi Jawa Barat akan berdampak pada
kesejahteraan masyarakat daya saing industri di Jawa Barat, sehingga
sektor Perindustrian dan Perdagangan telah mencapai target yang telah
ditentukan.

IV- 64
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pada Urusan Bidang Perindustrian di Tahun 2017 dilaksanakan


melalui 3 (tiga) program sebagaimana tercantum dalam RPJMD Periode
2013-2018 dilaksanakan melalui:

1. Program Pengembangan Industri


2. Program Penataan Struktur Industri
3. Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri
Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan Bidang Perindustrian Tahun 2017 tersebut adalah sebesar Rp.
……. dengan realisasi sebesar Rp…..

h. Urusan Pilihan Bidang Transmigrasi


Urusan transmigrasi diukur menggunakan indikator yakni Jumlah
Tindak Lanjut Kerjasama antar Provinsi di bidang Ketransmigrasian.
Berikut ini pencapaian indikator urusan transmigrasi tahun 2017.

Tabel 4.34
Realisasi Kinerja Urusan Transmigrasi Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Jumlah Tindak Lanjut Kerjasama antar
10
Provinsi di bidang Ketransmigrasian MoU 8

Sumber : Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Provinsi Jawa Barat, 2018.


Capaian indikator jumlah Tindak Lanjut Kerjasama antar Provinsi di
bidang Ketransmigrasian tahun 2017 mencapai 8 MoU. Hal tersebut
sebagai upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam membangun
pencitraan transmigran Jawa Barat yang mandiri, berwawasan bisnis dan
berdaya saing serta peningkatan kualitas transmigran, yang bertujuan
untuk mengurangi pengangguran dan meningkatkan produktivitas
masyarakat transmigran. Perjanjian kerjasama tersebut dilaksanakan
antara pemerintah Provinsi Jawa Barat dengan Provinsi daerah
penempatan adapun calon transmigran, masyarakat kawasan
transmigrasi lokal (resettlement) dan masyarakat sekitar yang dilatih
sebanyak 1.825 orang.

IV- 65
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

4.1.4 FUNGSI PENUNJANG URUSAN

Selain urusan wajib dan urusan pilihan, yang termasuk kedalam


kategori urusan konkuren Pemerintahan Daerah beberapa fungsi
Penunjang Urusan Pemerintahan, adalah sebagai berikut:

Tabel 4.35
Program Pembangunan Daerah Penunjang Urusan Pemerintahan
PERANGKAT JUMLAH
NO. URUSAN SIFAT DAERAH PROGRA
UTAMA M

1 Perencanaan Penunjan Inspektorat, Biro 3


g Urusan Organisasi,
Bappeda,
Diskominfo, Biro
Pemerintahan
dan Kerjasama

2 Keuangan Penunjan BPKAD, 2


g Urusan Bapenda,
Seluruh PD/Biro

3 Kepegawaian serta Penunjan BPSDM dan BKD 3


Pendidikan dan g Urusan
pelatihan

4 Penelitian dan Penunjan Badan Penelitian 2


Pengembangan g Urusan dan
Pengembangan
Daerah

5 Fungsi Lain Penunjan Sekretariat 5


g Urusan Dewa,
Inspektorat, Biro
Hukham,
BPKAD, Seluruh
PD/Biro

TOTAL PROGRAM 15

a. Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Perencanaan


Terkait dengan urusan perencanaan terdapat beberapa indikator
yang dijadikan patokan dalam keberhasilan pencapaian urusan

IV- 66
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

perencanaan di Jawa Barat. Terdapat empat indikator untuk urusan


perencanaan dimana yang menjadi leading sector yakni Bappeda dan Biro
Organisasi yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.36
Realisasi Kinerja Urusan Perencanaan Tahun 2013-2017
No Indikator Kinerja Satuan Target Realisasi
1 Tingkat kesesuaian perencanaan dan
penganggaran

Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Jawa Barat, 2018.

Selanjutnya, indikator mengenai perencanaan dalam penataan


kelembagaan yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.37
Realisasi Kinerja Urusan Penataan Organisasi Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Prosentase Organisasi Perangkat
Daerah dan Unit Kerja yang Efektif 100
Persen 100
dan Efisien

2 Prosentase Instansi Pemerintah


81
yang ketatalaksanaan baik Persen 81,29

3 Prosentase Tingkat Kepatuhan Unit


Pelayanan Publik terhadap
75
ketentuan Pelayanan Publik yang Persen 75,58
berlaku

Sumber : Biro Organisasi Setda Provinsi Jawa Barat, 2018.

Indikator kinerja pada prosentase organisasi perangkat daerah dan


unit kerja yang efektif dan efisien tahun 2017 mencapai 100%, artinya
Perangkat Daerah Provinsi Jawa barat telah dibentuk sesuai kebutuhan,
memiliki rumusan pencapaian kinerja, serta mampu menyelenggarakan
tugas, pokok, dan fungsinya. Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat
dibentuk sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016
tentang Perangkat Daerah. Selain itu setiap Perangkat Daerah telah
memiliki rumusan tujuan, sasaran, program, dan kegiatan dengan

IV- 67
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

indikator kinerja yang menjadi tolok ukur dalam pencapaian target kinerja
sesuai tugas pokok dan fungsinya yang telah diamanatkan dalam
Peraturan Gubernur terkait. Pencapaian yang baik tersebut tidak terlepas
dari upaya pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam melakukan penataan
Perangkat Daerah dan Unit Pelaksana Teknis Daerah sesuai peraturan
perundang-undangan.

Selain 4 (empat) indikator tersebut, Pemerintah Provinsi Jawa pada


Tahun 2017 untuk Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
(LPPD) 2016, dapat mempertahankan posisi 3 (tiga) besar 3 (tiga) kali
berturut-turut pemerintah daerah berkinerja terbaik secara nasional
dengan status kinerja ―Sangat Tinggi‖. Dengan capaian tersebut,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat diusulkan sebagai penerima
penghargaan Parasamya Purnakarya Nugraha Presiden RI. LPPD berisi
laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah Tahunan yang
disampaikan Gubernur kepada Presiden melalui Menteri Dalam Negeri.
Penilaian dilakukan melalui proses evaluasi dalam bentuk Indikator
Kinerja Kunci (IKK) per urusan pemerintahan. Target dan realisasi
pencapaiaan kinerja penyelenggaraan pemerintahan dapat dilihat dalam
tabel sebagai berikut :

Tabel 4.37
Realisasi Kinerja Pendapatan Daerah Tahun 2017
2017 untuk LPPD 2016
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 a. Peringkat Kinerja
3
Penyelenggaraan Peringkat 2**
Pemerintahan
** belum definitif, diumumkan pada Bulan April 2018

Kinerja indikator prosentase Instansi Pemerintah yang


ketatalaksanaan baik tahun 2017 mencapai 81,29%. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Perangkat Daerah Provinsi Jawa Barat memiliki
business process yang baik. Pencapaian yang baik tersebut tidak terlepas
dari upaya pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam melakukan koordinasi

IV- 68
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

dengan Perangkat Daerah terkait sehingga amanat peraturan perundang-


undangan terkait ketatalaksanaan dapat dipenuhi.
Demikian pula untuk indikator prosentase tingkat kepatuhan unit
pelayanan publik terhadap ketentuan pelayanan publik yang berlaku
tahun 2017 mencapai 75,58%, dimana pemenuhan standar pelayanan
publik oleh instansi pemerintah Provinsi Jawa Barat kepada masyarakat
berada dalam koridor baik dan dilaksanakan secara optimal. Kondisi ini
mendukung pemberian Zona Hijau yang merupakan penghargaan predikat
kepatuhan tingkat tinggi terhadap standar pelayanan publik dari
Ombudsman RI. Pencapaian yang baik tersebut tidak terlepas dari upaya
pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam optimalisasi Unit Pelayanan Publik
untuk memenuhi standar pelayanan publik sesuai amanat peraturan
perundang-undangan.

b. Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Keuangan


Terkait dengan urusan keuangan dilaksanakan melalui program
pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah, dan program peningkatan
pengembangan sistem pelaporan capaian kinerja dan keuangan. Urusan
keuangan dilaksanakan oleh Badan Pendapatan Daerah dan Badan
Pengelolaan Keuangan Aset Daerah. Adapun pencapaian dari indikator
pencapaian pendapatan daerah dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.38
Realisasi Kinerja Pendapatan Daerah Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 b. Pendapatan Asli Daerah 62
Persen 56,52
c. Dana Perimbangan 9
Persen 43,16
d. Lain-Lain Pendapatan yang Sah 29
Persen 0,31

Sumber : Badan Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat, 2018.

Persentase pendapatan asli daerah terhadap pendapatan daerah


menunjukkan tahun 2017 sebesar 56,52%, dana perimbangan sebesar
43,16% dan lain-lain pendapatan yang sah sebesar 0,31% dengan
besarnya pendapatan daerah sebesar Rp. 32,391 Triliun Rupiah (unaudit).

IV- 69
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Adapun untuk dana perimbangan mengalami peningkatan yang cukup


signifikan tahun 2017 disebabkan pelaksanaan dari Undang-Undang
Nomor 23 tahun 2014, dimana salah satunya peralihan kewenangan dari
kabupaten/kota ke provinsi khususnya dalam pengelolaan SMA/SMK,
sehingga berdampak pada meningkatnya dana transfer dari pemerintah.
Adapun pencapaian semakin meningkatkan PAD setiap tahunnya
merupakan keberhasilan pemerintah dalam meningkatkan pelayanan
publik mengenai perpajakan dengan memanfaatkan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK) dan inovasi-pelayanan publik yang mampu
memberikan kemudahan masyarakat dalam menjangkau dan mengakses
layanan.

Selanjutnya, indikator untuk melihat tingkat akuntabilitas


penggunaan anggaran pemerintah daerah provinsi Jawa Barat yang dapat
dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.39
Realisasi Kinerja Akuntabilitas Penggunaan Anggaran Tahun 2017

2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Tingkat akuntabilitas penggunaan anggaran 100
Persen 100
Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Provinsi Jawa Barat, 2018.

Capaian indikator tingkat akuntabilitas penggunaan anggaran


tahun 2017 sebesar 100%. Hal ini tidak terlepas dari komitmen
pemerintah dalam mewujudkan tata kelola pemerintah yang baik (good
governance) terkait dengan pertanggungjawaban dalam pemanfaatan dan
pengelolaan anggaran.

IV- 70
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.40
Realisasi Kinerja Akuntabilitas Pendayagunaan Anggaran Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Tingkat pemanfaatan dan
85
pendayagunaan asset daerah Persen 85

Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Provinsi Jawa Barat, 2018.

Aset daerah merupakan hal yang penting untuk dapat dikelola dan
dimanfaatkan dengan optimal. Pencapaian indikator tingkat pemanfaatan
dan pendayagunaan asset daerah tahun 2017 sebesar 85%. Hal tersebut
membuktikan bahwa pemerintah Provinsi Jawa Barat selalu berusaha
memanfaatkan dan mendayagunakan aset yang dimiliki oleh pemerintah
Provinsi Jawa Barat melalui program pengelolaan keuangan dan kekayaan
daerah dengan upaya-upaya diantaranya yakni pengamanan administrasi
aset tanah dan bangunan milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat,
pengembangan sistem pengelolaan keuangan dan aset daerah, serta
pengamanan fisik aset tanah dan bangunan milik pemerintah Provinsi
Jawa Barat.

c. Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Kepegawaian serta


Pendidikan dan Pelatihan
Sumber Daya Aparatur merupakan faktor terpenting dalam
organisasi pemerintahan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan oleh
pemerintah. Sumber daya Aparatur perlu dibina, dikelola dan
dikembangkan kompetensinya agar memiliki kinerja yang optimal dalam
memberikan pelayanan publik. Adapun indikator untuk mengukur
optimalisasi Sumber daya Aparatur dilihat dari beberapa indikator yang
mampu menggambarkan urusan kepegawaian serta pendidikan dan
pelatihan.

Tabel 4.41
Realisasi Kinerja Pendidikan dan Pelatihan Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Persentase Lulusan Diklat dengan
98
predikat minimal memuaskan Persen 99,72

IV- 71
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

2 Jumlah PNS Pemprov Jabar yang


400
lulus uji keahlian (kompetensi) Orang 640

Sumber : Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Provinsi Jawa Barat, 2018.

Sumber Daya Aparatur perlu ditingkatkan kompetensinya agar


mampu meningkatkan kinerjanya. Berdasarkan tabel di atas, diketahui
bahwa Aparatur Sipil Negara (ASN) Provinsi Jawa Barat yang lulusan
diklat dengan predikat memuaskan tahun 2017 sebesar 99,72% dari
target sebesar 98%. Hal tersebut membuktikan bahwa ASN Provinsi Jawa
Barat telah mengikuti diklat dalam memenuhi kebutuhan kompetensinya
dalam pekerjaan. Pencapaian tersebut tidak terlepas dari program
pengembangan kompetensi aparatur melalui diklat kepemimpinan dan
diklat teknis yang dilaksanakan setiap tahunnya.

Demikian pula dengan indikator PNS Pemprov Jabar yang lulus uji
keahlian (kompetensi) tahun 2017 sebanyak 640 orang dari target
sebanyak 400 orang, dimana hal tersebut bentuk komitmen pemerintah
untuk meningkatkan kompetensi PNS dalam meningkatkan kinerjanya.
Kompetensi teknis, kompetensi manajerial dan kompetensi sosio kultural
menjadi perhatian pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam membentuk
PNS yang mampu menjalankan tupoksinya sesuai dengan kompetensi
yang dimiliki, sehingga mampu memberikan kinerja yang optimal dalam
mencapai visi dan misi yang ditetapkan pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Selanjutnya indikator urusan kepegawaian diukur melalui
persentase pegawai yang mencapai SKP diatas 76% dan persentase
pelanggaran disiplin yang dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.42
Realisasi Kinerja Urusan Kepegawaian Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Persentase pegawai yang mencapai SKP
78
di atas 76% Persen 93

2 Persentase pelanggaran disiplin 2,25


Persen 0,03

IV- 72
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat, 2018.

Indikator pegawai yang mencapai Sasaran Kinerja Pegawai (SKP)


diatas 76% tahun 2017 mencapai 93% dari target sebesar 78%. Hal
tersebut sebagai bukti bahwa PNS provinsi Jawa Barat telah melakukan
perencanaan kerja dan target yang akan dicapai oleh PNS sesuai dengan
tugas jabatan dan tupoksinya, sehingga SKP ini dijadikan sebagai
objektivitas pembinaan PNS yang dilakukan berdasarkan sistem prestasi
kerja dan sistem karier yang dititikberatkan pada sistem prestasi kerja.
Penilaian prestasi kerja Pegawai Negeri Sipil dimanfaatkan sebagai dasar
pertimbangan pemberian penghargaan dengan berbasis prestasi kerja
seperti kenaikan pangkat, kenaikan gaji atau tunjangan prestasi kerja,
promosi atau kompensasi lainnya.

Indikator pelanggaran disiplin PNS Provinsi Jawa Barat tahun 2017


menunjukkan persentase yang sangat kecil hanya 0,03%. dari target
sebesar 2,25%. Hal ini membuktikan bahwa PNS Provinsi Jawa Barat
memiliki disiplin kerja yang baik, yakni mampu mematuhi dan taat
terhadap peraturan-peraturan yang berlaku, baik yang tertulis maupun
tidak tertulis serta sanggup menjalankannya dan menerima sanksi-
sanksinya apabila melanggar tugas dan wewenang yang diberikan
kepadanya.

d. Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Penelitian dan


Pengembangan
Melalui program-program pembangunan yang tercakup dalam
Urusan Wajib-Pelayanan Dasar bidang ketentraman, ketertiban umum,
dan perlindungan masyarakat. Pemerintah Provinsi Jawa Barat bersama
dengan berbagai stakeholder telah mewujudkan peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya menjaga keharmonisan, kehidupan,
berbangsa dan bermasyarakat. Meningkatkan upaya penegakan Peraturan
Daerah (Perda). Selain itu terjadi peningkatan kapasitas daerah dalam
pengurangan resiko bencana.

IV- 73
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pada Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Penelitian dan


Pengembangan terdiri dari 1(satu) program, yaitu:

1. Program Penelitian, Pengembangan dan Penerapan IPTEK


Adapun alokasi anggaran program-program yang terkait pada
Urusan Wajib-Pelayanan Dasar bidang Pekerjaan Umum Dan Penataan
Ruang Tahun 2013-2017 tersebut adalah sebesar Rp. ……. dengan
realisasi sebesar Rp…..

e. Penunjang Urusan Pemerintahan Bidang Fungsi Lain


Tabel 4.43
Realisasi Kinerja Opini BPK-RI Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Opini BPK-RI terhadap LKPD Pemprov
WTP
Jawa Barat Opini WTP

Sumber : Inspektorat Provinsi Jawa Barat, 2018.

Indikator Opini BPK-RI terhadap LKPD Pemprov Jawa Barat tahun


2017 meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerahnya (LKPD)
tahun 2017. Hal ini membuktikan bahwa pemerintah Provinsi Jawa Barat
mampu memberikan informasi yang bebas dari salah saji material dalam
pelaporan keuangan dan mampu memberikan laporan keuangan disajikan
sesuai dengan standar akuntansi pemerintah, kecukupan bukti
penggunaan anggaran, pengendalian intern, dan ketaatan pada peraturan
perundang-undangan. Keberhasilan tersebut tidak terlepas dari upaya
pemerintah melalui program pembinaan dan pengawasan dengan
menyiapkan Tim Reviu yang kompeten dan telah dibekali pengetahuan
melalui bimtek SAP berbasis akrual secara intensif; koordinasi yang terus
menerus dengan BPK-RI dan Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset
Daerah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat; serta memberikan
bimbingan penyusunan pelaporan keuangan berbasis akrual dan
asistensi stock opname barang ke seluruh Perangkat Daerah Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat.

IV- 74
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.44
Realisasi Kinerja AKIP Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Tingkat nilai kualitas hasil evaluasi
A
AKIP Pemprov Jawa Barat Nilai A

Sumber : Inspektorat Provinsi Jawa Barat, 2018.

Indikator tingkat nilai kualitas hasil evaluasi AKIP Pemprov Jawa


Barat tahun 2017 mampu meraih predikat A. Pencapaian indikator
tersebut tidak terlepas dari komitmen Pemerintah provinsi Jawa Barat
dalam upaya meningkatkan kualitas SAKIP dengan upaya melalui
instensifikasi pembinaan SAKIP PD yang dilakukan oleh Inspektorat, Biro
Organisasi, dan Bappeda, selaku instansi yang ditunjuk oleh Gubernur
dalam upaya meningkatkan nilai SAKIP Pemprov Jabar; meningkatkan
kemampuan Tim Pembina dan Evaluator terkait SAKIP melalui bimtek dan
seminar dengan mengundang narasumber dari KemenPAN RB dan BPKP;
serta pembinaan melalui bimtek dan seminar terkait SAKIP kepada
Kabupaten/Kota se-Provinsi Jawa Barat.

Tabel 4.45
Realisasi Kinerja Penataan Peraturan Daerah Tahun 2017
2017
No Indikator Kinerja Satuan
Target Realisasi
1 Jumlah produk hukum
Kabupaten/Kota yang diharmonisasi, 200
difasilitasi dan dievaluasi
Unit 130

2 Jumlah PERDA inisiatif dan non


20
inisiatif Perda 15

Sumber : Sekretariat DPRD dan Biro Hukum dan HAM Setda Provinsi Jawa Barat,
2018.

Indikator jumlah produk hukum Kabupaten/Kota yang


diharmonisasi, difasilitasi dan dievaluasi tahun 2017 sebanyak 130 unit,
dan jumlah PERDA inisiatif dan non inisiatif tahun 2017 sebanyak 15
Perda. Hal tersebut sebagai bentuk komitmen Pemerintah Provinsi Jawa
Barat dalam melakukan reformasi birokrasi adalah melalui penguatan
IV- 75
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

peraturan perundang-undangan, dimana tedapatnya peraturan


pemerintah antara pusat, provinsi dan kabupaten/kota yang tumpang
tindih, disharmonis, dapat diinterpretasi berbeda untuk membuka
kemungkinan penyimpangan. Oleh karena itu, pemerintah Provinsi Jawa
Barat melakukan harmonisasi, fasilitas dan evaluasi terhadap produk
hukum kabupaten/kota, sehingga diharapkan mampu meningkatkan
harmonisasi antara peraturan pusat, provinsi dan kabupaten/kota.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui
pengkajian pra rancangan produk hukum kabupaten/kota, dan evaluasi
dan harmonisasi produk hukum daerah kabupaten/kota.

4.2 PENGHARGAAN

Terlepas dari kekurangan dalam penyelenggaraan Pemerintahan


Daerah, sinergi antara Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat bersama
dengan masyarakat, akademisi dan pelaku usaha telah mencapai posisi
yang membanggakan. Berbagai prestasi telah ditorehkan dalam berbagai
bidang pembangunan dan memperoleh pengakuan baik pada level
nasional maupun internasional. Adapun penghargaan yang telah dicapai
pada periode masa jabatan Tahun 2013-2018 dimaksud adalah sebagai
berikut :

Pemberi dan PD/Biro/


No Tahun Nama Penghargaan / Prestasi Pertimbangan Lembaga
Penghargaan Pengampu

219 2017 Penghargaan atas Dukungan Menteri Hukum dan


Penegakan Hukum Keimigrasian di Hak Asasi Manusia
Bidang Pembentukan Tim Republik Indonesia
Pengawasan Orang Asing (TIMPORA)
Terbanyak Tingkat Provinsi

220 2017 Penghargaan Wahana Tata Nugraha Kementerian Wakil Gubernur Jawa
Wiratama Perhubungan Barat Deddy Mizwar
Republik Indonesia didampingi Kepala
Dinas Perhubungan
Provinsi Jawa Barat
Dedi Taufik

221 2017 Galamedia Awards 2017 : Galamedia Gubernur Jawa Barat


Penghargaan Keterbukaan Informasi
IV- 76
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pemberi dan PD/Biro/


No Tahun Nama Penghargaan / Prestasi Pertimbangan Lembaga
Penghargaan Pengampu

Publik pada Galamedia Awards 2017

222 2017 Pena Emas Dari PWI Pusat Persatuan Wartawan Gubernur Jawa Barat
Indonesia (PWI) pusat Ahmad Heryawan

223 2017 PR Indonesia Awards 2017 Kategori PR Indonesia Kepala Biro Humas
Media Relations Regional Jawa Protokol Provinsi Jawa
Barat

224 2017 Government Award 2017 : Gubernur Jawa Barat


Penghargaan Daerah Inspiratif Sindo Ahmad Heryawan
Weekly Dan Provinsi Pembangunan
Pariwisata Terbaik

225 2017 Penghargaan Atas Prestasi Kinerja Menteri Dalam Negeri Gubernur Jawa Barat
Tertinggi dalam penyelenggaraan
pemerintahan daerah berdasarkan
LPPD Tahun 2015

226 2017 Penghargaan Golden Award Siwo Pwi Menpora RI Gubernur Jawa Barat
Pusat Tahun 2017

227 2017 Penghargaan Inews Maker Awards Gubernur Jawa Barat


2017 kategori provinsi dengan
kinerja terbaik

228 2017 LHP atas LKPD TA 2016 dengan BPK RI Gubernur Jawa Barat
opini WTP

229 2017 penghargaan sebagai Tokoh Utama Gubernur Jawa Barat


Penggerak Koperasi Tahun 2017

230 2017 Penghargaan Pembina K3 Dari Kementerian Tenaga Gubernur Jawa Barat
Menakertrans : Penghargaan Kerja dan Ahmad Heryawan
Pembina Keselamatan dan Transmigrasi
Kesehatan Kerja (K3) (Kemenakertrans)

231 2017 Anugerah Kota Layak Anak 2017 : Menteri Gubernur Jawa Barat
- Pengembangan Forum Anak Terbaik Pemberdayaan Ahmad Heryawan
untuk Wilayah Barat, Perempuan dan
- Provinsi Penggerak Kabupaten/ Kota Perlindungan Anak
Layak Anak
232 2017 Anugerah Penggerak Ekonomi Bappenas Gubernur Jawa Barat
Syariah Dari Ketua Ikatan Ahli Ahmad Heryawan
Ekonomi Syariah Indonesia

233 2017 Penganugerahan Kepala Daerah Menteri Dalam Negeri Gubernur Jawa Barat
Inovatif 2017 Koran Sindo Ahmad Heryawan

234 2017 Anugerah Budhipura 2017 Menristekdikti Gubernur Jabar


Ahmad Heryawan

IV- 77
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pemberi dan PD/Biro/


No Tahun Nama Penghargaan / Prestasi Pertimbangan Lembaga
Penghargaan Pengampu

235 2017 Penghargaan Atas Kemudahan Kementrian Pekerjaan Gubernur Jawa Barat
Perizinan Pembangunan Perumahan Umum dan
Bagi Masyarakat Berpenghasilan Perumahan Rakyat
Rendah

236 2017 Penghargaan PR Indonesia Best Gubernur Jawa Barat


Communicators 2017

237 2017 Penghargaan sebagai Pembina Olah Menteri Pemuda dan diwakili oleh Kepala
Raga Berprestasi pada puncak Olahraga RI Dinas Pemuda dan
Peringatan Haornas Ke XXXIV Tahun Olahraga Jawa Barat
2017

238 2017 Penghargaan dari Pemerintah Pusat Kementerian Gubernur Jabar


sebagai Pemda yang paling sering Keuangan Ahmad Heryawan
meraih WTP

239 2017 Anugerah Energi Lestari Kategori Menteri Energi dan Gubernur Jabar
Pemerintah Daerah Aktif Mendorong Sumber Daya Mineral Ahmad Heryawan
Produksi Pengembangan Energi RI
Terbarukan

240 2017 Penghargaan Indonesia's Asda Bidang Ekonomi Gubernur Jawa Barat
Attractiveness Award 2017 Sebagai & Pembangunan
Provinsi Terbaik

241 2017 Penghargaan Upakarya Wanua Ditjen Bina diwakili oleh Kepala
Nugraha Tahun 2016 dan 2017 Pemberdayaan Desa Dinas Pemberdayaan
Kemendagri Manusia dan Desa
Jawa Barat

242 2017 Anugerah Purwakalagrha Indonesia Gubernur Jawa Barat,


Museum Award 2017 Kategori Ahmad Heryawan
Pejabat Peduli Museum

243 2017 Anugerah Kehormatan Sulawesi Gubernur Jawa Barat,


Selatan Ahmad Heryawan

244 2017 Lifetime Achievement : sebagai Tokoh Gubernur Jawa Barat,


Pembangunan Jawa Barat pada Ahmad Heryawan
Malam Budaya Kujang Mas 2017
Rmol Jabar

245 2017 Penghargaan Pembinaan Atlet Muda Wagub Jabar, Deddy


Berprestasi Penghargaan di Tingkat Mizwar mewakili
Nasional dan Internasional Pemprov

246 2017 Penganugrahan MIPI Awards 2017 Gubernur Jawa Barat


Pada Kategori Praktisi Pemerintahan Ahmad Heryawan

247 2017 Penghargaan BMPS Award Ing Dr. DADANG RAHMAN

IV- 78
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pemberi dan PD/Biro/


No Tahun Nama Penghargaan / Prestasi Pertimbangan Lembaga
Penghargaan Pengampu

Ngarso Sung Tulodo tahun 2017 MUNANDAR, S.Pd.,


M.Pd mewakili
Gubernur Jawa Barat
AHMAD HERYAWAN

248 2017 Anugerah Kihajar 2017 peringkat Mendikbud Gubernur Jawa Barat,
Madya, atas dedikasinya dalam Ahmad Heryawan
bidang pengembangan TIK dlm
bidang Pendidikan

249 2017 Penghargaan Swasti Saba Tim Menteri Kesehatan Wagub Jabar mewakili
Pembina Kabupaten/Kota Sehat Provinsi Jawa Barat
Tahun 2017

250 2017 Anugerah Predikat Kepatuhan Tinggi Gubernur Jawa Barat


Terhadap Standar Pelayanan Publik Ahmad Heryawan
sesuai UU 25 tahun 2009 tentang
Pelayanan Publik dari OMBUDSMAN
RI

251 2017 Penghargaan Paramakarya 2017 Kementerian Wakil Gubernur Jawa


Ketenagakerjaan Barat Deddy Mizwar
Republik Indonesia

252 2017 Penghargaan sebagai Provinsi yang Inspektorat Jenderal Wakil Gubernur Jabar
telah menyelesaikan Tindak Lanjut Kementerian Dalam
Hasil Pengawasan Penyelenggaraan Negeri
Pemerintahan Daerah

253 2017 Penghargaan Innovative Government Menteri Dalam Negeri Gubernur Jawa Barat
Award 2017

254 2017 Penghargaan Leadership Award 2017 Menteri Dalam Negeri Gubernur Jawa Barat

255 2017 Penghargaan atas Kepatuhan dan Sekda Jabar yang


kualitas tata kota seleksi terbuka mewakili Pemerintah
Jabatan Pimpinan Tinggi Madya Provinsi Jawa Barat
Teladan Nasional dan Anugerah
KASN 2017

256 2017 Penghargaan Sebagai Provinsi Menteri Dinas Pemberdayaan


Penggerak Kabupaten/Kota Layak Pemberdayaaan Perempuan,
Anak Perempuan dan Perlindungan Anak
Perlindungan Anak RI
dan Keluarga
Berencana Provinsi
Jawa Barat

257 2017 Penghargaan sebagai Provinsi terbaik Menteri Dinas Pemberdayaan


Pembina Forum Anak Provinsi Pemberdayaaan Perempuan,
Tingkat Nasional Perempuan dan Perlindungan Anak
dan Keluarga
IV- 79
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Pemberi dan PD/Biro/


No Tahun Nama Penghargaan / Prestasi Pertimbangan Lembaga
Penghargaan Pengampu

Perlindungan Anak RI Berencana Provinsi


Jawa Barat

4.3.1 Pengukuran Keberhasilan Kinerja Pada Wilayah “Outcome”

Berdasarkan Gambar 4.4, untuk mengukur keberhasilan kinerja


pembangunan daerah Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada periode
Tahun 2013 – 2018 pada Wilayah ―Outcome‖, diukur berdasarkan
pencapaian manfaat pembangunan daerah terhadap pencapaian misi
pembangunan daerah yang diukur dengan Indikator Kinerja Daerah
(IKD), yang dilaksanakan selama periode Tahun 2013 - 2018, pada
masing-masing misi pembangunan daerah.
Berdasarkan Evaluasi terhadap RPJMD Tahun 2013-2018, yang
disusun oleh BPEP3D Bappeda Provinsi Jawa Barat dengan dukungan
data-data dari semua Perangkat Daerah Penanggungjawab Utama
Pencapaian IKD, maka maka realisasi pencapaian target-target IKD yang
ditetapkan dalam RPJMD Tahun 2013-2018 dapat ditunjukan pada Tabel-
tabel di bawah ini :

1. Pencapaian IKD Misi -1


Misi 1 : ―Membangun Masyarakat Yang Berkualitas Dan Berdaya Saing ―

IV- 80
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

IV- 81
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.46 Pencapaian IKD Misi-1 RPJMD 2013 - 2018

MISI KESATU: MEMBANGUN MASYARAKAT YANG BERKUALITAS DAN BERDAYA SAING

Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target (Revisi Capaian
RPJMD)
70.82-
Indeks Pembangunan 73,75 – 74,25- ML MB 74,75- 75,50- 76,00 – 71.03
1 Poin 73,58 ML*74,42 MB*69,49 70.05 70.05
Manusia 74,25 74,75 74,28 68,80 75,50 76,00 77,00

62.11 -
ML MB 62.50
2 Indeks Pendidikan Poin 82,31 82,59 84.65 85.50 ML*83,79 MB*60,45 86.00 60.67 88 62.19
83,36 59,26

97,00 – 97,50- 98,00- 98,50- 99,00 – HLS


3 Angka Melek Huruf Persen 96,87 98.29 98.29 98.78 12.3
97,50 98,00 98,50 99,00 99,50
5,63-8,89
Angka Rata-rata Lama 8,20 – 8,25- ML MB 8,30- (rata- 8,75 -
4 Tahun 8,09 ML*7,88 MB*7,15 8,50-8,75 7.04
Sekolah Kabupaten 8,25 8,30 7,69 7,04 8,50 rata: 9,10
7,22)
8,07-
10,93
Angka Rata-rata Lama 9,25 – 9,50- ML MB 9,75- 10,25- 10,75 –
5 Tahun 9,25 ML*10,19 MB*9,78 (rata- 9.82
Sekolah Kota 11,00 11,25 10,10 9,66 11,50 11,75 12,00
rata:
9,92)
6 APK Sekolah Menengah Persen 72,68 72,68 80.48 61.19 87.48 61.19 92.80 67.56 94.1 71,56 81.25
7 APK Pendidikan Tinggi Persen 16 – 17 17,09 17-18 19.06 18-19 17.47 19.20 17.76 20 - 22 71,56 19.19
81.18-
ML MB 81.48
8 Indek Kesehatan Poin 72,60 73,06 75.60 76.53 ML*73,66 MB*80,80 77.00 80.68 78 81.18
73,33 74,01
72.77-
AHH (Angka Harapan 68,70 – 70- 70,75 - 72.96
9 Tahun 68,84 69-69,2 68.85 72.52 70,5-71 72.44 72.77
Hidup) 68,90 70,25 71,5
Jumlah Karya IPTEK 30
10 Buah 5 5 10 5 20 30 25 42 30 52
yang didaftarkan untuk

IV- 86
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

MISI KESATU: MEMBANGUN MASYARAKAT YANG BERKUALITAS DAN BERDAYA SAING

Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target (Revisi Capaian
RPJMD)
mendapat HAKI

Jumlah Penduduk 16.690.


11,400, 11,400,0 12,540, 13,794, 15,173,40 17,267,8 16,690, 740
11 Melek TIK usia 12 Orang 11,400,000 13,883,935
000 00 000 000 0 70 740
tahun keatas
69,4
Indeks Pemberdayaan
12 Poin 69,70 69,57 70 68,87 72.02 69.02 73 69.02 73.5 71.15
Gender (IDG)

IV- 87
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Analisis Ketidaktercapaian IKD Misi-1 RPJMD 2013 – 2018, adalah


sebagai berikut :
Tujuan dari misi pertama adalah Membangun sumber daya manusia Jawa
Barat yang menguasai IPTEK, senantiasa berkarya, kompetitif, dengan
tetap mempertahankan identitas dan ciri khas masyarakat yang santun
dan berbudaya. Outcome dari misi pertama, yaitu Meningkatnya
aksesibilitas dan kualitas pendidikan yang unggul, terjangkau dan merata;
Meningkatnya kualitas layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat, serta
perluasan akses pelayanan yang terjangkau dan merata; Meningkatnya
daya saing sumber daya manusia dan kelembagaan serta berbudaya
IPTEK; dan Meningkatnya kualitas ketahanan keluarga.

2. Pencapaian IKD Misi -2


Misi 1 : ―Membangun Perekonomian Yang Kokoh Dan Berkeadilan”

IV- 88
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.47 Pencapaian IKD Misi-2 RPJMD 2013 - 2018

MISI KEDUA: MEMBANGUN PEREKONOMIAN YANG KOKOH DAN BERKEADILAN


Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target (Revisi Capaian
RPJMD)
80
Skor Pola Pangan Harapan Poin 72 74,90 74 74 76 78.3 78 81.00 80 84.30
1 Percetakan Sawah Baru Ha 400 400 5,000 5,000 25,000 n/a) 50,000 0 80,000

80.000
2 Percetakan Sawah Baru Ha 400 400 5,000 5,000 25,000 n/a) 50,000 0 80,000 400
105
109 –
3 Nilai Tukar Petani (NTP) Poin
110
109 - 110 110-111 105.16 111-112 98.96 112-113 104.31 113 - 114 109,27

540
Sertifikasi Jaminan Mutu
4 Pelaku Usaha Produk Buah 130 130 205 N/A*) 305 n/a) 415 120 540 2.756
Pertanian

60,96

Tingkat Partisipasi 63,80 – 64,00- 65,00- 66,00- 67,00 -


5 Angkatan Kerja
Persen
64,00
63,01
65,00
62.77
66,00
60.34
67,00
60.65
68,00
63.34

26,00-
28,00
Juta 21,25 - 21,50- 22,00- 24,00- 26,00 –
6 PDRB Per Kapita (ADHB)
Rupiah 21,50
23,60
22,00
30.14
24,00
32.65
26,00
34.88
28,00
37.18

13,00-
15,00
Juta 9,00- 9,50- 11,00- 13,00 –
7 PDRB Per Kapita (ADHK)
Rupiah
8,5 - 9,0 8,53
9,50
24.94
11,00
25.84
13,00
26.92
15,00
27.96

3.50-4.00

8 Laju Pertumbuhan Ekspor Persen 5,5 – 6,0 5,5-6,0 6,0-6,5 14.83 6,5-7,0 15.05 7,0-7,5 3.34 7,5 – 8,0 13,42

IV- 89
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

MISI KEDUA: MEMBANGUN PEREKONOMIAN YANG KOKOH DAN BERKEADILAN


Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target (Revisi Capaian
RPJMD)
121,80 –
138,85
Nilai Investasi PMA – Trilyun 76,52 – 85,55- 95,81- 107,79- 121,80 –
9 PMDN Rupiah 85,55
93,52
95,81
62.83
107,79
121.50
121,80
193.04
138,85
162,72

23 - 27

Trilyun
10 Nilai Investasi PMDN
Rupiah
16 - 17 26,02 17-19 13.84 19-21 49.80 21-23 68.05 23 - 27 94,05

84,65

Nilai Penanaman Modal Trilyun


11 Asing (PMA) Rupiah
60 - 70 67,5 65-75 48.98 75-85 71.70 85-95 79.99 95 - 105 68,66

267,2 -
287,2
Trilyun 154,18 - 174,2- 198,6- 226,.40- 267,2 -
12 Nilai Investasi/PMTB adhb
Rupiah 174,2
194,33
194,2
305.99
208,6
396.36
246,40
412.30
287,2
449,34

4,0 - 5,0

13 Inflasi Persen 8,5 – 9,5 8,18 6,0-7,0 7.14 6,0-7,0 2.73 6,3-7,3 2.75 4,0 - 5,0 3.63

7.750

Jumlah Penerima Manfaat Juta


14 Kredit Modal Usaha Orang
5,750 5,750 6,250 5,101 7,250 8,365 7,750 14,868 7,750 11.995 7.750 11,996

70,44

ML*65 MB*68
15 Indek Daya beli Poin 64,17 65,08 64.00
,50 ,40
64.45 ML*66,16 MB*69,45 65.00 70.24 65.5 70,22

IV- 90
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

MISI KEDUA: MEMBANGUN PEREKONOMIAN YANG KOKOH DAN BERKEADILAN


Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target (Revisi Capaian
RPJMD)
10.160.0
00
MB*9.46 ML*647,39 MB*9.777. 10.161.8
16 Daya Beli Masyarakat Rupiah 640,55 641,63 645,000 ML*644.440
7.026
650,000
0 610
655.000
00

5.5-5.76
Persen
Laju Pertumbuhan 5,90- 6,20-
17 Ekonomi
per 5,2-5,8 6,06
6,50
5.07
6,80
5.05 6,3-6,9 5.66 6,3 - 6,9 5,29
Tahun

0,39

0,38- 0,37- 0,35 –


18 Indeks Gini Poin 0,4-0,39 0,41
0,37
0.4
0,36
0.41 0,36-0,35 0.40
0,34
0,39

IV- 91
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Analisis Ketidaktercapaian IKD Misi-2 RPJMD 2013 – 2018, adalah


sebagai berikut :

Tujuan dari misi kedua adalah Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang


berkualitas dan mengurangi disparitas ekonomi antar wilayah. Outcome
dari misi kedua, yaitu Jawa Barat sebagai Daerah Pertanian Berbasis Agrikultur;
Meningkatnya daya saing usaha pertanian; Meningkatnya kualitas iklim usaha
dan investasi; Meningkatnya jumlah dan kualitas wirausahawan; dan
Meningkatnya pembangunan ekonomi perdesaan dan regional.

3. Pencapaian IKD Misi - 3

Misi 1 : ―Meningkatkan Kinerja Pemerintahan, Profesionalisme


Aparatur, Dan Perluasan Partisipasi Publik”

IV- 92
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.48 Pencapaian IKD Misi-3 RPJMD 2013 - 2018

MISI KETIGA : MENINGKATKAN KINERJA PEMERINTAHAN, PROFESIONALISME APARATUR, DAN PERLUASAN PARTISIPASI
PUBLIK

Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target (Revisi Capaian
RPJMD)
Skala Kepuasan Skal 3 3 3 3 4 3 3 4 3,35 3,5
Masyarakat a 1-4
terhadap
1 Layanan
Pemerintahan

Jumlah Izin 39,02 39,02 42,93 40,877 47,22 47,224 98,791 51,94 57,14 17,818
Penerbitan 9 9 1 4 6 0
2
Perijinan

Pendapatan Asli Trily 11,0 12,36 14,29 15,038 13,3 13.3 16.26 14.6 16,1 18,3
Daerah un 9
3 Rupi
ah

Indikator Daya Rang 6–5 6,0- 5-4 5 4-3 4-3 N/A*) 3-2 2-1
4 Saing Provinsi king 5,0

IV- 93
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

MISI KETIGA : MENINGKATKAN KINERJA PEMERINTAHAN, PROFESIONALISME APARATUR, DAN PERLUASAN PARTISIPASI
PUBLIK

Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target (Revisi Capaian
RPJMD)
Skala Komunikasi
Skala
Organisasi 3 N/A*) 3 N/A*) 3.5 4.79 4 4,975 5
5 1-7
Pemerintahan

Indeks
Keterbukaan Poin 50 75,60 60 75,25 70 72.99 75 76.50 80 82,89
6
Informasi Publik 80

Indeks Persepsi
Poin 5 ,5 5,5 6 3.7 6.5 N/A*) 7 n/a 7.5
7 Korupsi

Indeks 55 – 63-65
Poin 65,11 57-59 68.28 59-61 68.28 61-63 68.28 63-65 69,58
8 Kebahagiaan 57

Tingkat Partisipasi Perse 68


57 57,00 60 71.3 63 61.10 65 62.58 68 71,36
9 Pemilihan Umum n

66,20 66,20 66,50 68,00-


67,00- 68,00-
Indeks Demokrasi Poin - 65,18 - 65.18 - 71.52 73.04 68,50 66,83
10 67,50 68,50
66,50 66,50 67,00

IV- 94
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Analisis Ketidaktercapaian IKD Misi-3 RPJMD 2013 – 2018, adalah


sebagai berikut
Tujuan dari misi ketiga adalah Meningkatkan kualitas birokrasi yang
profesional dan akuntabel dalam rangka peningkatkan kualitas pelayanan
publik serta pembangunan partisipatif; Terwujudnya pemerintahan yang modern;
Terwujudnya profesionalisme pemerintahan yang didukung Oleh aparatur yang
kompeten; Meningkatkan stabilitas di daerah. Outcome dari misi ketiga, yaitu
Meningkatnya kualitas dan akuntabilitas layanan Pemerintahan serta
mewujudkan perluasan partisipasi publik; Meningkatnya kualitas tata kelola
Pemerintahan berbasis IPTEK; Meningkatnya profesionalisme dan kualitas
kesejahteraan aparatur; dan Meningkatnya stabilitas tibumtranmas, kesadaran
politik dan hukum.

4. Pencapaian IKD Misi - 4


Misi 1 : ― Mewujudkan Jawa Barat Yang Nyaman Dan Pembangunan
Infrastruktur Strategis Yang Berkelanjutan”

IV- 96
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.49 Pencapaian IKD Misi-4 RPJMD 2013 - 2018

MISI KEEMPAT : MEWUJUDKAN JAWA BARAT YANG NYAMAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTURSTRATEGIS YANG
BERKELANJUTAN

Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah
Targ
Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian
et

Jumlah Ribu 45, 45,34 46,03 46,029,66 46,800,1 46,709 47,57 48366 44362,1
Penduduk Jiwa 284 0,799 5,927 9 00 ,569 7,000 ,9 39
1 ,20
9

Capaian Fungsi Persen 36 – N/A*) 37-38 37,2 38-39 37.2 39-41 38-39 37,2
Kawasan 37
2
Lindung
terhadap Luas
Wilayah

Penurunan emisi Persen 2,0 3,0 5 2.7 5 10.23 6 7-6 12,56


3
Gas Rumah Kaca /
GRK) tahun

Tingkat Persen 11, 64-65 10.66 12.36 24.44 19.06 38.22 26,73 26,78
Ketersediaan 5–
4
Fasilitas 12,
Perlengkapan 03
Jalan Provinsi

IV- 97
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

MISI KEEMPAT : MEWUJUDKAN JAWA BARAT YANG NYAMAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTURSTRATEGIS YANG
BERKELANJUTAN

Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah
Targ
Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian
et

Tingkat Kondisi Persen 64 - 65,98 66-71 67,34 71-76 69,65 76-81 72-74 72-74 73,95
Baik Jaringan 66
Irigasi di Daerah
6 Irigasi
Kewenangan
Provinsi

Rasio Persen 78- 80,05 80-82 83.41 82-84 93,71 84-86 96-98 99,87
7
Elektrifikasi 80 %
Rumah

Cakupan Persen 63- 64,70 64-65 64.88 65-67 65.65 67-69 66,78 67,11
Pelayanan 64
8 Persampahan
Perkotaan

Cakupan Persen 54- 60,52 58-63 65.433 63-70 67.13 70-73 73-74 73,17
9
Pelayanan Air 58
Minum

Cakupan Persen 63, 63,40 63,5- 63,59 64-65 65.03 65-67 67-68 67,01
10
Pelayanan Air 00- 64
Limbah Domestik 63,

IV- 98
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

MISI KEEMPAT : MEWUJUDKAN JAWA BARAT YANG NYAMAN DAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTURSTRATEGIS YANG
BERKELANJUTAN

Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah
Targ
Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian
et

50

Pencapaian Persen 9,6 9,6- 10,4- 13.40 10,8- 23.45 11,2- 11,7- 96,55
Status Mutu - 10,4 10,8 11,2 11,7 12,3
Sungai Utama 10,
11
dan Waduk 4
Besar dengan
tingkat cemar
sedang

Tingkat Persen 97,0 97,10- 97,20- 97.30- 97,40- 97,4- 98,17


0- 97,40 97,50 97,60 97,70 97,7
Kemantapan 97,56 97.68 97,80 98,01
97,3
12
Jalan Provinsi 0
(kondisibaik&sed
ang)

IV- 99
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Analisis Ketidaktercapaian IKD Misi-4 RPJMD 2013 – 2018, adalah


sebagai berikut :
Tujuan dari misi keempat adalah Meningkatkan kelestarian lingkungan
hidup dan keberlanjutan pembangunan; dan Meningkatkan ketersediaan
infrastruktur untuk peningkatan produktivitas ekonomi, dan pelayanan
dasar. Outcome dari misi keempat, yaitu Meningkatnya daya dukung dan
daya tampung lingkungan serta kualitas penanganan bencana;
Meningkatnya kualitas pemenuhan infrastruktur dasar masyarakat; dan
Meningkatnya percepatan pembangunan infrastruktur strategis.

5. Pencapaian IKD Misi - 5

Misi 5 : ―Meningkatkan Kehidupan Sosial, Seni Dan Budaya, Peran


Pemuda Dan Olah Raga Serta Pengembangan Pariwisata
Dalam Bingkai Kearifan Lokal”

IV- 100
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.50 Pencapaian IKD Misi-5 RPJMD 2013 - 2018

MISI KELIMA : MENINGKATKAN KEHIDUPAN SOSIAL, SENI DAN BUDAYA, PERAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SERTA
PENGEMBANGAN PARIWISATA DALAM BINGKAI KEARIFAN LOKAL

Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target (Revisi Capaian
RPJMD)
Angka 7,97
Persen 7.83
Kemiskinan 8,80 – 6,80- 5,90- 5,00-
9,61 7,80-6,80 9.18 9.57 8.77
1. 7,80 5,90 5,00 4,10

Tingkat 8
9,00 – 8,00- 7,50- 7,00-
Pengangguran Persen 9,22 8,50-8,00 8.45 8.72 8.89 8,22
2. 8,50 7,50 7,00 6,50
Terbuka

Jumlah PMKS 479,25 479,25 579,8 643,61 701,6 701.6 710,5


Orang 527,181 2,582 644,268 637,888
3. yang Ditangani 5 5 99 8 77 77 39

Jumlah Pekerja 562,81 562,81 540,5 192,28 519,1


Orang 551,558 54,000 192,288 529,717
4. Anak 5 5 27 8 22

4
Jumlah Pemuda
Berprestasi
Orang 1 N/A*) 2 0 3 0 3 7 4 15
5 Skala
Internasional

IV- 101
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

MISI KELIMA : MENINGKATKAN KEHIDUPAN SOSIAL, SENI DAN BUDAYA, PERAN PEMUDA DAN OLAH RAGA SERTA
PENGEMBANGAN PARIWISATA DALAM BINGKAI KEARIFAN LOKAL

Tahun

Indikator Kinerja 2013 2014 2015 2016 2017


NO Satuan
Daerah Target
Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target Capaian Target (Revisi Capaian
RPJMD)
Jumlah 1500.
Kunjungan Ribu 000 2,038,
900 1953 1,000 1,963 1,000 2,027 1,250 4,428 1,750
6 Wisatawan Orang 319
Mancanegara

Jumlah Karya 9
Seni dan Budaya
yang didaftarkan
untuk
Buah 3 4 3 3 5 1 7 9 9 6
7 memperoleh
HAKI/sertifikasi
Badan
Internasional

Tingkat
Harmonisasi
Poin 3 3 3.6 4 3.67 4 n/a 5
8 Kerukunan Antar
Umat Beragama

IV- 102
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Analisis Ketidaktercapaian IKD Misi-5 RPJMD 2013 – 2018, adalah


sebagai berikut :
Tujuan dari misi kelima adalah Mewujudkan kesejahteraan para
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS); Mewujudkan pemuda
yang tangguh dan berdaya saing serta meningkatnya prestasi olahraga;
Melestarikan seni dan budaya berbasis kearifan lokal dan
mengembangkan pariwisata yang berdaya saing; Mewujudkan pemenuhan
kebutuhan dasar dan hak dasar manusia. Outcome dari misi kelima, yaitu
Pencegahan dan Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
(PMKS); Meningkatnya peran pemuda, organisasi kemasyarakatan dan
prestasi olahraga serta penanganan komunitas tertentu; Meningkatnya
peran masyarakat dalam pembangunan olah raga, seni, budaya dan
pariwisata; dan Meningkatnya kualitas kehidupan masyarakat dan
kerukunan antar umat beragama.

IV- 103
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.51 REALISASI PROGRAM JANJI GUBERNUR 2013-2018

Tahun 2017 Tahun 2018


PROGRAM JANJI
No Satuan Sumber Data Keterangan
GUBERNUR/INDIKATOR KINERJA

Target Capaian Target Capaian

Pendidikan Gratis SD, SLTP dan


1
SLTA di seluruh Jawa Barat
Angka Melanjutkan SD/MI ke
a Persen 100 79.86 100 Dinas Pendidikan
SMP/MTs
b Angka Melanjutkan SMP ke SMA Persen 90 104 95 Dinas Pendidikan

Jumlah Penyelenggaraan SMP


c Unit 700 0 683 Dinas Pendidikan
Terbuka, SD-SMP Satu Atap

d APK SD/MI Persen 121.37 106.18 121.88 Dinas Pendidikan

e APK SMP/MTs Persen 98.67 100.93 99.7 Dinas Pendidikan

f APK SMA/MA/SMK Sederajat Persen 88.71 81.25 94.92 Dinas Pendidikan


Pembangunan 20.000 Ruang Kelas
g Unit Dinas Pendidikan
Baru
g.1 Jumlah Ruang Kelas Baru SMP/Mts Unit 2,000 109 2,000 Dinas Pendidikan
Jumlah Ruang Kelas Baru
g.2 Unit 2,000 1,042 2,000 Dinas Pendidikan
SMA/MA/SMK
g.3 PTS Unit Dinas Pendidikan Dinas Pendidikan
Beasiswa Pendidikan Untuk
2 Pemuda, Tenaga Medis, Keluarga
Atlit Berprestasi dan Guru
Jumlah Penerima Beasiswa yang
melanjutkan ke PTN (Pemuda
a Orang 5,000 4,696 Dinas Pendidikan
Keluarga Atlit Berprestasi, Guru,
Mahasiswa)

IV- 104
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tahun 2017 Tahun 2018


PROGRAM JANJI
No Satuan Sumber Data Keterangan
GUBERNUR/INDIKATOR KINERJA

Target Capaian Target Capaian

Dinas Pemberdayaan
Revitalisasi Posyandu dan Dana Masyarakat dan
3
Operasional Kader Posyandu Desa/Dinas
Kesehatan
Dinas Pemberdayaan
Meningkatnya Strata Posyandu Masyarakat dan
a Unit 70 75
Multifungsi Desa/Dinas
Kesehatan
Dinas Pemberdayaan
Dinas Pemberdayaan
b Revitalisasi Posyandu Posyandu Masyarakat dan
Masyarakat dan Desa
Desa
Membuka 2 Juta Serapan Tenaga
4 Kerja Baru dan Mencetak 100.000
Wirausahawan Baru Jawa Barat
Jumlah Penyerapan 2 Juta Dinas Tenaga Kerja
a Kesempatan Kerja Melalui Sektor Orang 487.000 495,746 80.280 dan Transmigrasi
Primer, Sekunder dan Tersier Provinsi Jawa Barat
b Penciptaan Wirausaha Baru Orang 20,000 750 20,000 disbun (bidang SDP
Dinas Koperasi
Penciptaan Wirausaha Baru Orang 20,000 46,887
Usaha Kecil
c Kegiatan Penciptaan
Jumlah Wirausahaan Baru Orang 13,303 Disindag, 2017
WUB
Jumlah Wirausahaan Baru 760 DKPP JABAR

Alokasi 4 Triliyun Untuk


5
Insfratruktur Desa dan Pedesaan
Dinas Pemberdayaan
Tingkat Ketersediaan Insfratruktur
a Persen 70 75 Masyarakat dan
Pedesaan
Desa
Jumlah Insfrastruktur Desa dan Dinas Pemberdayaan Dinas Pemberdayaan
b Desa - -
Pedesaan Masyarakat dan Masyarakat dan Desa

IV- 105
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tahun 2017 Tahun 2018


PROGRAM JANJI
No Satuan Sumber Data Keterangan
GUBERNUR/INDIKATOR KINERJA

Target Capaian Target Capaian

Desa
Rehabilitas 100.000 Rumah Rakyat
6
Miskin
Dinas Pemberdayaan
Jumlah Rumah Tdak Layak Huni di Dinas Pemberdayaan
a Unit Masyarakat dan
Pedesaan 80.000 Unit Masyarakat dan Desa
Desa
Jumlah Rumah Layak Huni di 8 Dinas Pemukiman Dinas Pemukiman dan
b Unit 4,000 4,000
Kota 20.000 Unit dan Perumahan Perumahan
Pembangunan Pusat Seni dan
7 Budaya Jawa Barat di
Kabupaten/Kota

IV- 106
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tahun 2017 Tahun 2018


PROGRAM JANJI
No Satuan Sumber Data Keterangan
GUBERNUR/INDIKATOR KINERJA

Target Capaian Target Capaian

a Terbangunnya Pusat Seni dan Unit 2 3 14 Dinas Pariwisata dan Program Janji Gubernur
Budaya Kebudayaan Provinsi Tahun 2013-2018 di
Jawa Barat bidang Pariwisata dan
Kebudayaan adalah
terbangunnya Pusat
Seni dan Budaya
sebanyak 15 (lima
belas) unit. Sampai saat
ini baru terealisasi 5
(lima) unit yaitu pada
Tahun 2014 di Kota
Cirebon, Tahun 2015 di
Kabupaten Ciamis,
Tahun 2017 di
Kabupaten Indramayu,
Kabupaten Garut dan
Kota Sukabumi.
Kendala yang di hadapi
adalah persyaratan
untuk mendapatkan
bantuan keuangan
pembangunan Gedung
Pusat Seni dan Budaya
yaitu memiliki tanah
dan telah tersertifikat
atas nama Pemda,
memiliki DED dan
berada di Pusat Kota.
Sementara tidak semua
Kabupaten/Kota
memiliki persyaratan
tersebut. Apabila target

IV- 107
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tahun 2017 Tahun 2018


PROGRAM JANJI
No Satuan Sumber Data Keterangan
GUBERNUR/INDIKATOR KINERJA

Target Capaian Target Capaian

janji Gubernur harus


terpenuhi sampai
dengan Tahun 2018
berarti masih ada 10
Gedung Kesenian di
Kabupaten/Kota yang
harus segera di bangun.
Tahun 2017 ada 10
Kabupaten/Kota yang
mengusulkan
pembangunan Gedung
Kesenian dan telah
memenuhi persyaratan
yaitu : Kabupaten
Cianjur, Kabupaten
Sukabumi, Kota Depok,
Kab. Subang, Kab.
Karawang, Kab.
Majalengka, Kab.
Tasikmalaya, Kota
Bandung, Kota Cimahi
dan Kota Tasikmalaya
dengan Anggaran total
yang diusulkan sebesar
Rp. 137.000.000.000,-

IV- 108
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tahun 2017 Tahun 2018


PROGRAM JANJI
No Satuan Sumber Data Keterangan
GUBERNUR/INDIKATOR KINERJA

Target Capaian Target Capaian

Pembangunan Gelanggang Olahraga


8
Kabupaten/Kota
Dinas Olah Raga dan
a Jumlah Venue di Kab/Kota persen - 100 - Pemuda Provinsi RPJMD 2013-2018
Jawa Barat
Dinas Olah Raga dan
Jumlah Gelanggang Olah Raga di
b Unit 5 9 4 Pemuda Provinsi RPJMD 2013-2019
Kab/ Kota
Jawa Barat

IV- 109
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

KONDISI MAKRO EKONOMI

Arah Kebijakan Pembangunan Ekonomi Daerah meningkatkan perekonomian


yang berdaya saing dan berbasis potensi daerah dengan mengembangkan dan
memperkuat perekonomian regional yang berdaya saing global dan berorientasi
pada keunggulan komparatif, kompetitif dan kooperatif dengan berbasis pada
segenap potensi yang ada di daerah untuk mewujudkan pemenuhan kebutuhan
dasar masyarakat, pertumbuhan yang tinggi dan pemerataan yang berkeadilan.

1.3.2 Kondisi Pembangunan Ekonomi Jawa Barat 2017

Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Jawa Barat


Tahun 2007-2017

6,48 6,48
6,21 6,09 6,21 6,06
6,50 5,66
6,30 6,23 5,29
6,10 6,10 5,07 5,05
4,29 5,78

5,02 5,03 5,07


4,88
4,50

LPE Jawa Barat LPE Indonesia

2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: BPS 2017


Gambar 4.5.
Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat dibandingkan Nasional

Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Tahun 2017 Jawa Barat mengalami


perlambatan dibanding tahun 2016. Pada tahun 2016 sebesar 5,66 Persen
(yoy) menjadi 5,29 Persen (yoy) pada tahun 2017. Meskipun melambat,
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat pada tahun 2017 masih tetap lebih
tinggi dibandingkan perekonomian nasional yang tumbuh sebesar 5,07
Persen. Namun demikian fenomena tersebut berbanding terbalik dimana
IV- 110
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

nasional tumbuh meningkat dibanding tahun 2016 sedangkan Jawa Barat


melambat cukup dalam pada tahun 2017 dibanding tahun 2016 hal ini
dipengaruhi melambatnya Jasa Keuangan dan Asuransi, Transportasi dan
Pergudangan dan penurunan drastis dari Lapangan usaha Pengadaan
Listrik dan Gas. Dari sisi pengeluaran dipengaruhi oleh melambatnya
konsumsi rumah tanggan dan penurunan perubahan inventori. Pada
tahun 2017, Jawa Barat masih menjadi salah satu penopang utama
perekonomian nasional dengan pangsanya yang mencapai 12,91 Persen,
tertinggi ketiga setelah DKI Jakarta (17,43 Persen) dan Jawa Timur (14,60
Persen).

Besarnya kontribusi Jawa Barat terhadap perekonomian nasional


disebabkan karena kontribusi sektor industri pengolahan Jawa Barat yang
sebesar 27,59 persen terhadap industri pengolahan nasional.

Gambar 4.6 Gambar 4.7


Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Pangsa Perekonomian Provinsi di Jawa Terhadap
dibandingkan Nasional Nasional (Tahun 2016 & Tahun 2017)

Laju Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat 2017 0,86%


2016 - 2017 4,08%
58,49 0,87%
Per triwulan (y-o-y) 4,09%
8,59% 17,43%
5,88 5,76
LPE Jabar LPE Indonesia 17,19%
8,63%

5,45
5,32
2016
5,24 5,29
5,19 58,52
5,08
13,06%
5,18 5,19
12,92%
5,02 5,01 5,01 5,06 14,67%
4,92 4,94
14,61%
I II III IV I II III IV
Tahun 2016 (y-o-y) Tahun 2017 (y-o-y) DKI JAKARTA JAWA TIMUR JAWA BARAT
JAWA TENGAH BANTEN DI YOGYAKARTA

Sumber: BPS 2018,

Pertumbuhan ekonomi Jawa Barat triwulanan sepanjang tahun


2017 sedikit melambat dibandingkan dengan tahun 2016. Hal ini
IV- 111
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

menandakan bahwa perbaikan ekonomi Jawa Barat yang telah


berlangsung sejak 2016 masih berlanjut namun tidak sekuat perkiraan
semula. Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat dapat dilihat dari berbagai sisi
hal tersbut dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang lengkap
mengenai kondisi laju pertumbuhan ekonomi Jawa Barat.

a. PDRB Sisi Produksi

Dari sisi produksi, nampak pertumbuhan yang cenderung naik


konsisten sepanjang triwulan I—IV adalah Lapangan Usaha industri
pengolahan, konstruksi dan real estate. Semenatar Lapangan Usaha
Pengadaan Air, LU Perdagangan, Lapangan Usaha Penyediaan Akomodasi,
Lapangan Usaha Transportasi, administrasi pemerintahan dan Lapangan
Usaha berbasis jasa berfluktuatif. Tidak demikian halnya dengan
Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan; Lapangan Usaha
Pertambangan dan Penggalian; dan Lapangan Usaha Pengadaan Listrik
dan Gas terus melambat, sebagaimana disajikan pada Tabel 4.52.
Tabel 4.52
Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Jawa Barat Triwulan I – IV
Tahun 2017
Triw I-2017 Triw II- Triw III- Triw IV-
terhadap 2017 2017 2017
Triw I-2016 terhadap terhadap terhadap
Lapangan Usaha (y-o-y) Triw II- Triw III- Triw IV-
2016 2016 2016
(y-o-y) (y-o-y) (y-o-y)

[1] [2] [3] [4] [5]

A Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 5,75 4,91 2,64 -8,60

B Pertambangan dan Penggalian 0,95 0,58 -7,16 -1,51

C Industri Pengolahan 4,89 5,27 6,29


4,75
D Pengadaan Listrik dan Gas -18,53 -10,66 -21,81
6,33
Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,
E 8,48 6,15 6,17
Limbah dan Daur Ulang 7,84

F Konstruksi 10,49
4,08 5,35 8,58
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
G 3,93
Mobil dan Sepeda Motor 5,33 4,08 4,20

H Transportasi dan Pergudangan 7,21


6,06 6,32 1,54
I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 6,99
9,42 8,84 9,00

IV- 112
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

J Informasi dan Komunikasi 14,88


10,37 11,84 10,16
K Jasa Keuangan dan Asuransi 4,23
1,41 4,52 2,65
L Real Estate 14,43
4,50 8,46 9,85
M,N Jasa Perusahaan 11,00
7,80 7,70 7,10
Administrasi Pemerintah, Pertahanan dan
O -8,54
Jaminan Sosial Wajib 0,84 0,73 8,53

P Jasa Pendidikan 6,91


8,03 9,97 9,83
Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 8,72
7,73 9,06 8,02
R,S,T,U Jasa Lainnya 9,78
8,96 9,92 10,43

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO


5,24 5,35 5,19 5,32

Hingga saat ini struktur ekonomi Jawa Barat masih tetap bercirikan
sebagai wilayah industri. Hal ini tercermin dari dominasi lapangan usaha
Industri Pengolahan sebesar 42,29 Persen diikuti oleh Lapangan usaha
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
sebesar 15,10 Persen dan Lapangan usaha Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan sebesar 8,60 Persen. Ketika disandingkan dengan besaran
pertumbuhan ekonominya seperti nampak pada Gambar 3.4, ternyata
lapangan usaha yang berkontribusi relative rendah terhadap total PDRB
memiliki pertumbuhan tinggi seperti Lapangan usaha Informasi dan
Komunikasi 11,85 Persen diikuti oleh lapangan usaha Jasa Lainnya
sebesar 9,78 Persen dan Lapangan usaha Real Estate 9,31 Persen
sedangkan Lapangan Usaha yang menunjukan pertumbuhan minus
adalah Pertambangan dan Penggalian serta Lisrik dan Gas.

IV- 113
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Sumber: BPS Jawa Barat, 2018


Gambar 4.8
Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi PDRB Jawa Barat Menurut
Lapangan Usaha Tahun 2017 (dalam Persen)

a. PDRB Sisi Pengeluaran

Pertumbuhan ekonomi dari sisi pengeluaran tahun 2017 sebesar


5,29 persen terjadi pada seluruh komponen. Ekspor Barang dan Jasa
merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar
11,54 persen, diikuti oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB)
sebesar 6,28 persen, Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga sebesar 4,63
persen, Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah
Tangga (LNPRT) sebesar 4,77 persen dan Pengeluaran Konsumsi
Pemerintah sebesar 0,23 persen. Sementara kontraksi terjadi pada
komponen Perubahan Inventori sebesar minus 5,14 persen. Komponen
Impor Barang dan Jasa mengalami pertumbuhan positif sebesar 9,57
persen, yang merupakan faktor pengurang dalam pertumbuhan ekonomi.
IV- 114
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Struktur perekonomian di Jawa Barat menurut pengeluaran atas


dasar harga berlaku Tahun 2017 tidak menunjukan perubahan yang
berarti. Sebagaimana ditunjukan pada Gambar 3.5 dibawah, Aktivitas
permintaan akhir masih didominasi oleh Komponen Pengeluaran
Konsumsi Rumah Tangga mencakup lebih dari separuh PDRB Jawa Barat
yakni sebesar 65,76 persen. Komponen lainnya yang memiliki peran besar
terhadap PDRB adalah Ekspor Barang dan Jasa sebesar dan
Pembentukan Modal Tetap Bruto yang masing-masing sebesar 39,90
persen dan 25,15 persen. Sementara Pengeluaran Konsumsi Pemerintah,
dan Pengeluaran Konsumsi LNPRT memiliki kontribusi relatif kecil
terhadap nilai PDRB Jawa Barat. Tinjauan terhadap penciptaan sumber
pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tahun 2017 terlihat bahwa Komponen
Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga (PKRT) masih merupakan sumber
pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 2,91 persen diikuti PMTB sebesar
1,54 persen.

Sumber: BPS Jawa Barat, 2018


Gambar 4.9
Pertumbuhan Ekonomi dan Distribusi PDRB Jawa Barat Menurut
Pengeluaran Tahun 2017 (dalam Persen)

IV- 115
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

PMTB dan ekspor impor melonjak, peningkatan PMTB didorong oleh


pembangunan proyek infrastruktur Pemerintah, di mana selain proyek
yang bersifat multiyear (seperti Tol Cisumdawu, LRT Terintegrasi
Jabodebek, Bandara Internasional Kertajati, dll) terdapat proyek baru
yang berjalan di triwulan II 2017 yakni proyek jalan Tol Jakarta-Cikampek
II (Elevated) sepanjang 36,8 km yang membentang mulai dari KM 9+500
sampai dengan KM 47 (Karawang Barat). Peningkatan laju pertumbuhan
net ekspor bersumber dari net ekspor antar daerah dan net ekspor luar
negeri sebagaimana ditunjukan pada Tabel 4.53

Tabel 4.53.
Kondisi Pertumbuhan Ekonomi Menurut Pengeluaran Jawa Barat
Triwulan I - IV Tahun 2017
Triw I- Triw II- Triw III- Triw IV-2017
2017 2017 2017 terhadap Triw
terhadap terhadap terhadap IV-2016
KOMPONEN PENGELUARAN Triw I- Triw II- Triw III- (y-o-y)
2016 2016 2016
(y-o-y) (y-o-y) (y-o-y)

1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 5.03 4.80 3.79 4,70

2. Pengeluaran Konsumsi Lnprt 2.07 3.26 3.35 10,31

3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 4.95 (6.42) 1.60 1,38

4. Pembentukan Modal Tetap Bruto 3.97 3.30 7.97 9,49

5. Perubahan Inventori 1.79 (6.73) (11.74) -3,01

6. Ekspor Barang Dan Jasa 15.19 9.78 15.66 4,73

7. Dikurangi Impor Barang Dan Jasa 14.66 3.76 13.85 5,16

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 5.24 5.35 5.19 5,32

Sumber: BPS Jawa Barat, 2017

Investasi fisik atau PMTB sangat diandalkan sebagai salah satu


sumber pertumbuhan ekonomi begitu pula PMA dan PMDN. PMA Jawa
Barat mengalami pertumbuhan positif setelah sebelumnya terus
mengalami kontrasi pertumbuhan sejak Tahun 2014. Secara umum, Jawa
Barat masih menjadi provinsi tujuan PMA utama secara nasional, sejalan
IV- 116
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

dengan banyaknya industri dan kawasan industri yang berkembang di


Jawa Barat. Pada Tahun 2017, Jawa Barat menempati posisi pertama
sebagai tujuan PMA dengan pangsa terhadap nasional mencapai 16,0
persen, diikuti DKI Jakarta, Banten dan Jawa Tengah dengan pangsa
masing-masing sebesar 14,3 persen dan 9,5 persen. Dukungan
implementasi Paket Kebijakan Ekonomi khususnya dalam mempermudah
kegiatan investasi dan pengurusan perizinan juga menjadi salah satu
faktor penarik PMA ke Jawa Barat. Sementara itu, realisasi PMDN di Jawa
Barat pada Tahun 2017 mencapai Rp 38,4 Triliun atau tumbuh sebesar
374,07 Persen (yoy), Pertumbuhan ini meningkat signifikan dibanding
tahun lalu yang tumbuh sebesar 261,87 Persen (yoy). Secara nasional
PMDN ke Jawa Barat menempati posisi tertinggi ketiga (setelah DKI
Jakarta, dan Jawa Timur) dengan pangsa sebesar 14,6 Persen terhadap
total PMDN nasional, diikuti oleh Jawa Tengah dan Banten. Sehingga
secara keseluruhan (PMA+PMDN) Jawa Barat sebesar Rp 107,1 Triliun
dengan pangsa pasar 15,5 persen menempati posisi kedua tertinggi
setelah DKI Jakarta yang sebesar Rp 108,6 Triliun dengan pangsa pasar
sebesar 15,7% diikuti dengan Jawa Timur, Banten, dan Jawa Tengah
dengan pangsa pasar masing-masing sebesar 9,5 persen, 8,1 persen, dan
7,4 persen sebagaimana ditunjukan pada Gambar 3.6.

IV- 117
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Sumber: BKPM, 2018


Gambar 4.10
Perkembangan Realisasi PMA dan PMDN Berdasarkan
Laporan Wajib LKPM

Lapangan usaha yang diminati oleh investor ditampilkan pada Gambar 3.7
Informasi pada gambar tersebut menunjukkan bahwa investor asing lebih
banyak tertarik pada sektor Listrik, Gas dan Air, sedangkan investor
domestik pada sektor Real Estate. PMA pada sektor tersebut sebesar 32,39
persen, dan PMDN sebesar 54,37 persen.

IV- 118
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Sumber: DPMPTSP Provinsi Jawa Barat, Triwulan III 2017


Gambar 4.11
Pangsa PMA dan PMDN Sektoral di Jawa Barat

Nilai Ekspor kumulatif dibanding tahun sebelumnya (y-o-y) pada Januari -


Desember 2017, menunjukan peningkatan sebesar 13,42 persen
dibanding tahun sebelumnya. Struktur Ekspor Jawa Barat Januari –
Desember tahun 2017 masih didominasi oleh komoditas hasil Sektor
Industri Pengolahan yang mencapai 98,28 persen, diikuti oleh Sektor
Pertanian sebesar 0,91 persen, sektor Migas sebesar 0,81 persen, serta
sektor Pertambangan dan Lainnya sebesar 0,01 persen. Nilai ekspor non
migas mencapai titik terendah pada Juni 2017 senilai USD 1,94 Milyar
sedangkan ekspor tertinggi tercatat pada Agustus 2017 dengan nilai USD
2,77 milyar.

Migas
0,81% Pertambangan
dan Lainnya
Pertanian
0,01%
0,91%

Industri
98,27%

Sumber: BPS Jabar, 2018 Diolah

Gambar 4.12
Struktur Ekspor Jawa Barat Januari-Desember 2017
Disi lain, Volume Ekspor kumulatif Januari – Desember tahun 2017
menurun 8,13% dari tahun sebelumnya sebesar 8.729,89 ribu ton
menjadi 8.019,71 ribu ton pada Januari – Desember tahun 2017. Hal ini
disebabkan oleh turunnya volume ekspor migas sebesar 59,36 persen
sendangkan volume non migas naik sebesar 3,69 persen. Pangsa ekspor
Jawa Barat terhadap Nasional Tahun 2017 mencapai 17,29 persen.
Dengan demikian, Jawa Barat menjadi provinsi dengan kontribusi

IV- 119
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

terbesar terhadap ekspor non migas nasional. Pertumbuhan ekspor Jawa


Barat yang sempat menurun sejak tahun 2015 seiring perlambatan
ekonomi global mulai meningkat di tahun 2017 yang sebesar 11,54.
Adapun tujuan utama ekspor adalah ASEAN (25,28 persen), USA (17,56
persen), Eropa (12,33 persen) dan Jepang (9,94 persen), hal ini ditunjukan
pada Gambar 3.9

Sementara itu, kondisinya terbalik bila dilihat dari permintaan


impor secara kumulatif, impor periode Januari-Desember Tahun 2017
turun 0,98 persen dari periode yang sama di tahun sebelumnya.
Penurunan ini disebabkan oleh impor non migas yang turun sebesar 5,01
persen, sedangkan impor migas naik sebesar 52,33 persen. pada Gambar
3.10. Sebesar 29.28 persen permintaan impor Jawa Barat berasal dari
negara Tiongkok, 16.81 persen dari Negara ASEAN, 16.11 persen dari
Jepang, 15.01 persen dari Korea Selatan, dan 4.17 persen dari Eropa.
Perolehan dolar dari ekspor impor tersebut akan lebih besar, sehingga
akan berkontribusi pada penguatan rupiah terhadap dollar.

25,99% ASEAN
27,29%
USA

EROPA

5,76%
Jepang

18,06% Tiongkok
10,22%
Negara Utama Lainnya
12,68%

Sumber: BPS Jabar, 2018 Diolah

Gambar 4.13
Tujuan Utama Ekspor Jabar

IV- 120
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

15,20% Tiongkok
30,40% ASEAN
4,64%
Jepang

15,58% Korea Selatan

EROPA

17,45% Negara Utama Lainnya


16,73%

Sumber: BPS Jabar, 2018 Diolah


Gambar 4.14
Negara Asal Impor Jawa Barat

a. Inflasi
Inflasi sangat mempengaruhi kinerja pertumbuhan ekonomi di Jawa
Barat dimana dampaknya menggembirakan karena terjadinya stabilitas
harga yang baik, akibat dari inflasi rendah Pertumbuhan ekonomi Jawa
Barat yang melambat pada tahun 2017 tersebut diikuti oleh fluktuasi
inflasi hingga Desember 2017. Perkembangan inflasi yang mencapai 3,63
Persen berada sedikit di atas nasional (3,61 Persen) dan juga di bawah
rata-rata historis (2012 – 2016 kecuali 2013 yang sebesar 4,97 Persen)
sebagaimana ditunjukan oleh Gambar 4.15 di bawah ini.

Sumber: Kantor Perwakilan Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Barat, 2017-2018 diolah

IV- 121
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Gambar 4.16
Perkembangan Inflasi Jawa Barat Dan Nasional (YoY)

27
YOY (%) Disagregasi Jabar
Volatile Food Administered Prices Core Inflation
22

17 16.60
14.01
12
11.16 8.94
5.67 4.42 7.58
12.18
7
3.93 2.76 3.03
3.99 2.28
2 -0.04
2.74 3.50 1.18 -0.27

-3 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, 2018


Gambar 4.17
Disagregasi Inflasi Jawa Barat (YoY)

Pada Gambar 3.12 dilihat dari disagresinya, inflasi Jabar di tahun 2017
terutama disumbang oleh kelompok administered prices sebesar 8,94
persen, core inflation yang sebesar 3,03 persen, dan tertahan oleh
kelompok volatile food yang memberikan sumbangan inflasi tahunan
sebesar -0,27 persen. Hal ini dikarenakan andil yang relatif besar dari
administered prices utamanya dikarenakan kebijakan pemerintah di
sepanjang tahun 2017 untuk mengkoreksi harga tarif dasar listrik, gas
elpiji, kenaikan tarif kereta api serta perpanjangan STNK. Di sisi lain,
kelompok Volatile Food disesabkan oleh tingginya pasokan komoditas
beras, telur ayam ras, pepaya garam. Sedangkan kenaikan yang terjadi di
kelompok inflasi core didorong oleh tarif pulsa ponsel, kopi manis, dan
rekreasi.

IV- 122
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Berdasarkan andil inflasi kumulatif 2014 – 2017, penyumbang inflasi


tertinggi di Jawa Barat bersumber dari tarif listrik dan beras dengan andil
1,87 persen dan 1,55 persen. Dari sisi frekuensi, komoditas rokok kretek
filter menjadi yang sering muncul dalam 4 tahun terakhir disusul beras
dan bahan bakar rumah tangga sebanyak 32 kali dan 31 kali. Sementara
penyumbang deflasi tertinggi di Jawa Barat berasal dari komoditas bensin
dan cabai merah dengan andil masing-masing sebesar 2,31 persen dan
1,90 persen dengan frekuensi yang paling sering mengalami deflasi adalah
komoditas semen sebanyak 30 kali disusul komoditas tomat sayur
sebanyak 27 kali, sebagaimana ditunjukan pada Gambar 3.13 dibawah
ini.

Sumber: Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, 2018


Gambar 4.18
Andil inflasi Jawa Barat 2014 – 2017

Pada kelompok Administered Prices, Tekanan inflasi disebabkan oleh


kedua subkelompok, energi dan non energi. Komoditas dengan andil
tertinggi dalam inflasi kelompok Administered Prices energi diantaranya
adalah Tarif Listrik 0,85 Persen, Angkutan Antar Kota 0,18 Persen dan
Bensin 0,20 Persen. Sedangkan dari kelompok Administered Prices non
energi adalah Biaya Perpanjangan STNK dengan 0,17 Persen. Hal ini
didorong dengan adanya serangkaian kebijakan yang dikeluarkan
Pemerintah termasuk kenaikan TDL secara bertahap per dua bulan sekali

IV- 123
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

dari semester pertama tahun 2017.Dari kelompok volatile food, beras


memberikan sumbangan 0,19 persen, telur ayam ras 0,15 persen, pepaya
0,10 persen dan garam 0,06 persen di sepanjang tahun 2017. Sementara
dari kelompok core, komoditas yang memberikan andil terbesar antara
lain terip pulsa ponsel 0,16 persen, kopi manis 0,09 persen, rekreasi 0,09
persen dan bimbingan belajar 0,07 persen, sebagaimana ditunjukan pada
Tabel 3.3 di bawah ini.
Tabel 4.54
Komoditas Penyumbang Kelompok Inflasi Jawa Barat
Tahun 2017 (%, yoy)
Komoditas Andil Komoditas Andil Komoditas Andil
Administered (%, yoy) Volatile food (%, yoy) Core (%,yoy)
Prices
Tarip Listrik 0.85% Beras 0.19% Tarip Pulsa Ponsel 0.16%

Angkutan Antar 0.18% Telur Ayam Ras 0.15% Kopi Manis 0.09%
Kota
Bensin 0.17% Pepaya 0.10% Rekreasi 0.09%

Biaya 0.17% Garam 0.06% Bimbingan Belajar 0.07%


Perpanjangan
STNK
Rokok Kretek 0.13% Mie Kering 0.04% Kue Kering 0.07%
Filter Instant Berminyak
Rokok Kretek 0.09% Pisang 0.04% Upah Pembantu RT 0.07%

Bahan Bakar 0.08% Kentang 0.03% Gado-gado 0.06%


Rumah Tangga
Tarip Kereta Api 0.03% Cumi-cumi 0.03% Bubur 0.06%

Rokok Putih 0.03% Tongkol/Ambu- 0.01% Emas Perhiasan 0.06%


ambu
Mobil 0.03% Tahu Mentah 0.01% Kontrak Rumah 0.05%

Sumber: Bank Indonesia 2018

a. Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaan merupakan bidang yang penting dalam


peningkatan kesejahteraan masyarakat karena dalam bidang ini akan
terlihat kualitas sumber daya manusia sekaligus income rumahtangga
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dalam bahasan
ketenagakerjaan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan
indikator yang relevan dalam melihat pencapaian tujuan pembangunan di
bidang ketenagakerjaan dimana semakin menurun tingkat pengangguran
IV- 124
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

akan mengindikasikan peningkatan kesejahteraan manusia karena


diasumsikan pendapatan rumah tangga yang meningkat.

Berdasarkan data BPS tahun 2017, Dari 34.747.318 35.353.191


jiwa penduduk usia kerja ini 21.075.899 22.391.003 jiwa adalah angkatan
kerja (terdiri dari yang bekerja dan mencari kerja) dan 13.671.419
12.962.188 jiwa bukan angkatan kerja (terdiri dari mereka yang
bersekolah, mengurus rumahtangga dan lainnya). Penduduk yang bekerja
sejumlah 19.202.038 20.551.575 jiwa terdiri dari 12.816.484 13.531.806
jiwa laki-laki dan 6.385.554 7.019.769 jiwa perempuan.

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Jawa Barat relatif masih


tinggi, yakni 8,22 Persen atau sebanyak 1,84 juta orang pada tahun
2017. Penurunan TPT relatif rendah, tidak proporsional dengan tingginya
LPE karena elasitisitas kesempatan kerja bersifat inelastis. Pada tahun
2013, TPT berada pada posisi 8,88 Persen dan pada tahun 2017 tetap di
angka 8 Persen, tepatnya 8,22 Persen sebagaimana terlihat dalam Tabel
4.55

Tabel 4.55
Kondisi Ketenagakerjaan 2015 - 2017
No Jenis Kegiatan Satuan 2015 2016 2017
Utama Agustus Februari Agustus Februari Agustus
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
Penduduk
Juta
Berumur 15 34,12 34,42 34,74 35,05 35,35
Orang
Tahun Ke atas
Juta
1 Angkatan Kerja 20,59 22,18 21,07 22,64 22,39
Orang
Juta
Bekerja 18,79 20,28 19,2 20,72 20,55
Orang
Juta
Penganggur 1,8 1,9 1,87 1,92 1,84
Orang
Bukan Angkatan Juta
2 13,53 12,24 13,67 12,41 12,96
Kerja Orang
Juta
Sekolah 3,09 2,92 3,14 2,82 3,02
Orang
Mengurus Juta
8,56 7,88 8,72 7,99 8,53
Rumah Tangga Orang
Juta
Lainnya 1,88 1,44 1,81 1,6 1,41
Orang

IV- 125
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

No Jenis Kegiatan Satuan 2015 2016 2017


Utama Agustus Februari Agustus Februari Agustus
[1] [2] [3] [4] [5] [6] [7]
Tingkat
3 Partisipasi % 60,34 64,43 60,65 64,6 63,34
Angkatan Kerja
Laki-laki % 81,51 83,64 80,62 82,47 82,4
Perempuan % 38,74 44,83 49,3 46,39 43,89
Tingkat
4 Pengangguran % 8,72 8,57 8,89 8,49 8,22
Terbuka
Laki-laki % 8,39 8,83 9,37 8,58 8
Perempuan % 9,42 8,07 7,92 8,31 8,62
Sumber : BPS Jawa Barat 2017

Berdasarkan tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan, angka


pengangguran terbuka di Jawa Barat didominasi oleh lulusan SMK
sebesar 16,80 Persen diikuti oleh lulusan SMA dan SMP secara berurutan
sebesar 10,03 Persen dan 9,68 Persen. Sedangkan pengangguran yang
memiliki tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dari SD justru
relatif rendah yaitu sebesar 4,30 Persen. Namun pada tahun 2016 2017
tercatat bahwa penduduk yang bekerja yang memiliki tingkat pendidikan
tertinggi yang ditamatkan SD ke bawah justru sebanyak 8,44 juta orang
atau sekitar 41,07 Persen. Hal tersebut menunjukkan bahwa kualitas
tenaga kerja di Jawa Barat masih relatif rendah. Sedangkan untuk
penduduk yang bekerja yang memiliki tingkat pendidikan Diploma ke
atas hanya sekitar 2,49 juta orang atau sekitar 13,2 12,12 Persen.

9,51

IV- 126

9,6
8
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Gambar 4.19
TPT Menurut Pendidikan Provinsi Jawa Barat Tahun 2017

Dari struktur lapangan pekerjaan penduduk yang bekerja di Jawa


Barat mayoritas di sektor perdagangan, industri, jasa
kemasyarakatan/perorangan dan sektor pertanian. Sedangkan dilihat dari
status pekerjaannya 50,22 Persen bekerja sudah pada kegiatan sektor
formal, dan sisanya 49,78 Persen di sektor informal. Pekerja di sektor
informal relatif turun dibandingkan tahun 2016, turun sekitar 1,14
Persen.

Masalah ketenagakerjaan tidak hanya melihat dari TPT dan jumlah


penduduk bekerja, namun perlu diperhatikan pula aspek kualitas
ketenagakerjaan. Salah satunya adalah dengan memperhatikan rasio
ketergantungan. Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio)
merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tinggi
persentase angka beban ketergantungan menunjukkan semakin tingginya
beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai
hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Sedangkan persentase angka beban ketergantungan yang semakin rendah
menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk
yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan
tidak produktif lagi.

Dampak keberhasilan pembangunan kependudukan juga dapat


dilihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur seperti
tercermin angka beban ketergantungan akan memberikan kesempatan
yang semakin besar bagi penduduk usia produktif untuk meningkatkan
IV- 127
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

kualitasnya. Selama periode 2012-2017 angka beban ketergantungan


cenderung mengalami flukgtuasi, angka beban ketergantungan di Jawa
Barat sebesar 47,27 persen pada tahun 2017. Artinya setiap 100
penduduk produktif masih menanggung beban sekitar 48 penduduk tidak
produktif (dibawah umur 15 tahun dan 65 tahun keatas). Sebagaimana
ditunjukan pada Tabel 3.5

Tabel 4.56
Angka Beban Ketergantungan Tahun 2012-2017
N Kelompok
2012 2013 2014 2015 2016 2017
o Umur (Tahun)

1 0 – 14 28.1 27.8 27.5 27.2 27.8 26.8

2 15 – 64 67.2 67.4 67.6 67.7 67.4 67.5

3 65+ 4.7 4.8 4.9 5.1 4.8 5.7

Angka Beban
4 Ketergantunga 48.87 48.39 47.97 47.62 48.37 47.27
n
Sumber: Indikator Kesejahteraan Rakyat Jawa Barat 2012-2016
Rasio ketergantungan yang cenderung menurun belakangan ini
diperkirakan akan mencapai titik terendah pada periode 2020-2030. Pada
periode itu terdapat peluang lebih besar untuk melakukan investasi
manusia guna mendorong produksi. Namun perlu diketahui bahwa di
satu sisi mereka dapat mendorong ekonomi untuk tumbuh jika sebagian
besar dari mereka bekerja tetapi di sisi lain mereka dapat menciptakan
instabilitas sosial dan politik jika diantara mereka banyak yang mereka
tidak bekerja. Mereka dikatakan usia produktif tapi tidak dapat
termanfaatkan tenaganya karena tidak terserap di pasar.

b. Ketimpangan Pendapatan dan Kemiskinan

Indeks Gini merupakan satu ukuran untuk melihat ketimpangan


pendapatan antar masyarakat. Angka ini memperkuat fenomena yang
telah di jelaskan pada sub bab sebelumnya terkait pendapatan per kapita.
Selama 5 tahun terakhir terjadi peningkatan indeks gini yang artinya
IV- 128
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

bahwa di Jawa Barat ketimpangan pendapatan antar masyarakat semakin


meningkat. Gini Ratio Provinsi Jawa Barat masuk kategori ketimpangan
sedang karena berada pada kisaran 0.3 sampai 0.5, yaitu di tahun 2013
sebesar 0,406, tahun 2014 sebesar 0.398, tahun 2015 sebesar 0,426,
tahun 2016 sebesar 0.402 dan tahun 2017 sebesar 0,393. Tahun 2017
Jawa Barat termasuk dalam 10 terbesar provinsi yang memiliki
ketimpangan tertinggi setelah Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Jawa Timur,
DKI Jakarta, Gorontalo, Sulawesi Tenggara, Papua, dan Sulawesi Utara.
Selain daripada itu, Indeks Gini Jawa Barat tahun 2017 berada diatas
nasional yang sebesar 0,391.

Tabel 4.57
Indeks Gini Provinsi Jawa Barat Tahun 2012-2017
Uraian Indeks Gini
2012 2013 2014 2015 2016 2017

Provinsi Jawa
Barat 0.422 0.406 0.398 0.426 0.402 0.393
(Kota+Desa)
Kota 0.431 0.424 0.412 0,446 0,412 0,399

Desa 0.293 0.299 0.294 0,310 0,310 0,326


Sumber: BPS Jabar 2018

Sebaran nilai indeks gini di Provinsi Jawa Barat menunjukkan


bahwa ketimpangan pendapatan cenderung lebih besar di daerah kota
dibandingkan dengan daerah kabupaten. Pada tahun 2011 besaran indeks
gini rata-rata di daerah kabupaten hanya sebesar 0,319 sedangkan di
tahun 2016 besaran rata-rata indeks gininya meningkat menjadi 0,345.
Hal yang sama juga terjadi di daerah kota, jika pada tahun 2011 rata-rata
indeks gini daerah kota mencapai angka 0,345 maka di tahun 2016
nilainya meningkat menjadi sebesar 0,410. Secara keseleruruhan bisa
dikatakan pembangunan ekonomi di kabupaten/kota di Jawa Barat belum
menghasilkan distribusi pendapatan yang lebih merata, dengan kata lain
pembangunan inklusif masih belum cukup terwujud di Provinsi Jawa
IV- 129
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Barat, bahkan tingkat ketidakmerataan pendapatan di daerah kota relatif


lebih besar dibandingkan dengan daerah kabupaten. Pertumbuhan
ekonomi yang juga relatif lebih tinggi di daerah kota justru menghasilkan
ketidakmerataan pendapatan yang lebih timpang dibandingkan dengan di
daerah kabupaten. Sulitnya mencapai pembangunan dan pertumbuhan
yang inklusif di Jawa Barat di tunjukkan oleh pola hubungan antara
ketimpangan pendapatan dan pertumbuhan ekonomi yang berbentuk
huruf u (U-shape), bertolak belakang dengan apa yang dihipotesiskan oleh
Kuznet.

Hasil estimasi hubungan pendapatan per kapita dengan


ketimpangan pendapatan di Provinsi Jawa Barat selama periode tahun
1975 sampai dengan tahun 2015 ternyata membentuk pola kurva U,
membantah hipotesis Kuznet (Rengga, 2017), sebagaimana ditampilkan
pada Gambar 3.15 berikut.

Sumber: Rengga, 2017


Gambar 3.15

Hubungan Pendapatan PerKapita dengan Ketimpangan Pendapatan di


Provinsi Jawa Barat

Sementara itu, Tingkat kemiskinan di Jawa Barat September 2017


mengalami penurunan yang jauh lebih baik dibandingkan September
2016, baik dari sisi jumlah maupun persentasenya, Penciptaan
kesempatan kerja yang lebih baik dan stabilitas harga dilansir merupakan

IV- 130
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

determinan menurunnya kemiskinan sebagaimana ditampilkan dalam


Tabel 4.20

Pemerintah Provinsi Jawa Barat dari tahun ke tahun telah


melaksanakan upaya penanggulangan kemiskinan. Jumlah penduduk
miskin pada tahun 2012 mencapai 4,422 Juta jiwa dan menurun menjadi
3,774 Juta jiwa pada tahun 2017. Pemerintah Jawa Barat dapat
menurunkan jumlah penduduk miskin dari 9,89 Persen pada Tahun 2012
menjadi 7,83Persen pada Tahun 2017. Artinya pada periode Tahun 2012
sampai 2017 Pemerintah Jawa Barat berhasil menurunkan angka
kemiskinan sebesar 2,06 Persen.

Demikian halnya jika dibandingkan dengan September tahun


sebelumnya karena perbedaan jumlah penduduk miskin pada periode
September 2016 dan September 2017 tidak terlalu berbeda. Berdasarkan
daerah tempat tinggal, pada periode Maret 2017–September 2017, jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan maupun di perdesaan turun
masing-masing sebesar 197,39 ribu dan 196,63 ribu jiwa. Persentase
kemiskinan di perkotaan turun dari 7,52 persen menjadi 6,76 persen.
Sedangkan di perdesaan turun dari 11,75 persen menjadi 10,77 persen.

IV- 131
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Sumber: BPS Jabar 2018

Gambar 4.21
Indikator Kemiskinan Jawa Barat

Terkait indikator kemiskinan, persoalan kemiskinan bukan hanya


sekedar berapa jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain
yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan. Kebijakan kemiskinan, selain harus mampu memperkecil
jumlah penduduk miskin juga harus bisa mengurangi tingkat kedalaman
dan keparahan dari kemiskinan.

Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-rata


kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis
kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks, semakin jauh rata-rata
pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Perkembangan Indeks

IV- 132
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Kedalaman Kemiskinan Jawa Barat per September 2013 hingga


September 2017 berfluktuatif. Namun per September 2017, Indeks
Kedalaman Kemiskinan Jawa Barat menunjukan peningkatan. Hal ini
terlihat pada September 2017 Indeks Kedalaman Kemiskinan Jawa Barat
telah mengalami peningkatan dibandingkan September 2016 yakni dari
1280 September 2016 menjadi 1390 September 2017. Peningkatan nilai
indeks Kedalaman Kemiskinan Jawa Barat tersebut mengindikasikan
bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin Jawa Barat cenderung
makin menjauh garis kemiskinan.

Sementara itu, angka Indeks Keparahan Kemiskinan Jawa Barat


pun kurang baik. Hal ini terlihat dari peningkatan indeks keparahan
kemiskinan. Per September 2017 Indeks Keparahan Kemiskinan
mengalami peningkatan dibandingkan per September 2016 yakni dari
0.276 Per September 2016 menjadi 0.350 Per September 2017 Hal ini
menunjukan bahwa Jawa Barat memiliki ketimpangan pengeluaran yang
cukup tinggi diantara penduduk miskin. Hal ini memberikan gambaran
bahwa penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin Jawa Barat
meningkat.

Berdasarkan uraian terkait indikator kemiskinan Jawa Barat dapat


disimpulkan bahwa Jawa Barat berhasil mengurangi kemiskinan secara
jumlah namun tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinannya
meningkat. Jawa Barat masih memiliki tingkat ketimpangan pendapatan
yang masih tinggi sehingga kesejahteraan masyarakat pun belum merata.
Kondisi ini cukup mengkhawatirkan ketika ekonomi Jawa Barat selama
periode 2014 hingga 2017 tumbuh positif di atas Nasional. Namun,
tumbuh tingginya ekonomi Jawa Barat ini ternyata menyisakan pekerjaan
besar terkait kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.

IV- 133
LKPJ Akhir Tahun Anggaran (ATA) Gubernur Jawa Barat Tahun 2013-2018

Tabel 4.58
Indikator Kemiskinan Jawa Barat

Jumlah Indeks

Penduduk Kedala Indeks Garis


Persentase
Miskin man Keparahan Kemiskinan
Tahun Penduduk
Kemisk Kemiskinan (Rp/Kapita/
(Juta Miskin (%)
inan (P2) Bln)
Orang) (P1)

Mar 2013 4.30 9.52 1.321 0.303 252.496

Sept 2013 4.38 9.61 1.653 0.442 276.825

Mar 2014 4.33 9.44 1.524 0.381 285.013

Sept 2014 4.24 9.18 1.393 0.332 291.474

Mar 2015 4.44 9.53 1.628 0.435 306.876

Sept 2015 4.49 9.57 1.674 0.491 318.602

Mar 2016 4.22 8.95 1.489 0.372 324.992

Sept 2016 4.17 8.77 1.280 0.276 332.119

Mar 2017 4.17 8.71 1.448 0.374 344.427

Sep 2017 3.77 7.83 1.390 0.350 354.679

Sumber: BPS Jabar 2018

IV- 134
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

BAB V
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang


Pemerintahan Daerah, bahwa urusan pemerintahan terdiri atas urusan
pemerintahan absolut, urusan pemerintahan konkuren, dan urusan
pemerintahan umum. Urusan pemerintahan absolut merupakan urusan
pemerintahan yang sepenuhnya menjadi kewenangan Pemerintah Pusat.
Urusan pemerintahan konkuren adalah urusan pemerintahan yang dibagi
antara Pemerintah Pusat dan Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota.
Urusan pemerintahan umum merupakan urusan pemerintahan yang
menjadi kewenangan Presiden sebagai kepala pemerintahan.
Penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan berdasarkan Asas
Desentralisasi, Dekonsentrasi, dan Tugas Pembantuan. Desentralisasi
adalah penyerahan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Pusat kepada
daerah otonom berdasarkan Asas Otonomi, dan Dekonsentrasi adalah
pelimpahan sebagian urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
Pemerintah Pusat kepada gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat,
kepada instansi vertikal di wilayah tertentu, dan/atau kepada Gubernur
dan Bupati/Walikota sebagai penanggungjawab urusan pemerintahan
umum. Sedangkan Tugas Pembantuan adalah penugasan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangannya kepada pemerintah lain agar
memperlancar pelaksanaan urusan pemerintahan tersebut. Asas
Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dilaksanakan karena tidak semua
urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan pemerintah dapat
menggunakan Asas Desentralisasi.
Pemerintah dapat memberikan sebagian urusan pemerintahannya
kepada Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota atau Desa melalui Tugas
Pembantuan. Hal ini bertujuan untuk membantu pelaksanaan
penyelenggaraan pemerintahan yang menjadi kewenangannya. Tugas
pembantuan yang diberikan merupakan tugas-tugas pemerintahan yang

V- 1
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

apabila dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi, Kabupaten/Kota atau Desa


akan lebih efisien dan efektif.

5.1 Dasar Hukum


1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4286);
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4355);
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan
Pengelolaan dan Tanggung jawab Keuangan Negara (Lembaran
Negara Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor
4400);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4438);
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti
Undang-undang Nomor 2 Tahun 2014 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
264, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5589);
6. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004
tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian
Negara/Lembaga (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 75,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4406);
7. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005
tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Tahun
2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578) ;

V- 2
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

8. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara


Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96).
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kegiatan dan Anggaran di lingkungan
Departemen Dalam Negeri;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang LKPJ, AMJ dan
ILPPD;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 20);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan,
Petunjuk Teknis Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4817);
13. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008
tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran
Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 Nomor 11 Seri D,
Tambahan Lembaran DaerahNomor 47).

5.2 Instansi Pemberi Tugas Pembantuan dan Jumlah Anggaran

(belum ada datanya)


- Tabel Sumber Alokasi Anggaran Tugas Pembantuan Tahun 2017

5.3 Satuan Kerja yang Melaksanakan Tugas Pembantuan


Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2017
mendapatkan pelimpahan wewenang dari Pemerintah Pusat dalam
bentuk Tugas Pembantuan yang memiliki pagu anggaran sebesar Rp
529.993.453.000,- dengan realisasi Rp 497.070.295.072,- yang
tersebar pada 6 (enam) Perangkat Daerah (PD) di lingkungan Provinsi
Jawa Barat, diantaranya sebagai berikut yaitu :
V- 3
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

a. Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura


b. Dinas Perkebunan
c. Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan
d. Dinas Kelautan dan Perikanan
e. Dinas Pengelolaan Sumber Daya air
f. Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang

Alokasi anggaran serta realisasi Tugas Pembantuan pada masing-


masing Perangkat Daerah di lingkungan Provinsi Jawa Barat, dapat dilihat
pada Tabel berikut ini.
Tabel 5.1
Alokasi Anggaran dan Realisasi Tugas Pembantuan Tahun 2017

N REALISASI
PERANGKAT DAERAH PAGU (Rp)
O (Rp)
1 DINAS TANAMAN PANGAN DAN 318.633.530.00 299.520.261.83
HORTIKULTURA 0 4
2 DINAS PERKEBUNAN 32.529.984.000 27.023.208.773
3 DINAS KETAHANAN PANGAN 32.419.674.000 28.962.589.070
DAN PETERNAKAN
4 DINAS KELAUTAN DAN 1.600.000.000 1.533.637.500
PERIKANAN
5 DINAS SUMBER DAYA AIR 103.773.725.00 102.375.723.54
0 0
6 DINAS BINA MARGA DAN 41.036.540.000 37.654.874.355
PENATAAN RUANG
529.993.453.00 497.070.295.07
TOTAL 0 2

5.4 Program dan Kegiatan serta Pelaksanaannya


(belum ada datanya)

V- 4
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

BAB VI
PENYELENGGARAAN TUGAS PEMERINTAHAN UMUM

Penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan dengan berpedoman


pada Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Pemerintah, Laporan
Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah kepada Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah dan Informasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Kepada Masyarakat. Dalam Pasal 6 Ayat 1 dijelaskan bahwa Pemerintah
Daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan daerah,
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan tugas umum pemerintahan.
Tugas umum yang dimaksud diantaranya yaitu :
1. Kerjasama antar daerah;
2. Kerjasama daerah dengan pihak ketiga;
3. Koordinasi dengan instansi vertikal di daerah;
4. Pembinaan batas wilayah;
5. Pencegahan dan penanggulangan bencana;
6. Pengelolaan kawasan khusus yang menjadi kewenangan daerah;
7. Penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; dan
8. Tugas-tugas umum pemerintahan lainnya yang dilaksanakan oleh
daerah.

6.1 Kerjasama Antar Daerah


Dalam rangka membangun hubungan yang efektif untuk mencapai
sasaran pembangunan dan memberikan keuntungan bagi daerah terkait,
maka perlu adanya kerjasama antar daerah. Pemerintah Provinsi Jawa
Barat pada Tahun 2017 telah menjalin kerjasama antar daerah baik dalam
negeri maupun luar negeri. Kerjasama antar daerah dilaksanakan karena
beberapa alasan berikut ini :
1. Suatu daerah tidak dapat mengatasi permasalahannya sendiri;
2. Adanya pengakuan atas kelebihan dan kekurangan suatu daerah;
3. Perlunya memajukan dan mengambangkan potensi yang dimiliki
daerah;
VI- 1
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

4. Efisiensi;
5. Globalisasi;
6. Otonomi daerah.
Hal ini sesuai dengan Pasal 363 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, yang menyatakan bahwa kerjasama
antar daerah didasarkan atas pertimbangan efisiensi dan efektivitas
pelayanan publik serta adanya prinsip saling menguntungkan, yang dapat
dilakukan oleh daerah dengan : (1) Daerah lain; (2) Pihak Ketiga; dan/atau
(3) Lembaga atau Pemerintah Daerah di luar negeri.
Penyelnggaraan kerjasama dengan daerah lain terdiri dari 2 (dua)
yaitu yang bersifat wajib dan sukarela. Kerjasama wajib merupakan
kerjasama antar daerah yang berbatasan untuk penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang memiliki ekternalitas lintas daerah dan penyediaan
layanan publik yang lebih efisien apabila dikelola secara bersama.
Kerjasama wajib mencakup : (1) Kerjasama antara daerah Provinsi dan
Kabupaten/Kota dari Provinsi yang berbeda; (4) Kerjasama antar daerah
Kabupaten/Kota dari daerah Provinsi yang berbeda; dan (5) Kerjasama
antar daerah Kabupaten/Kota dalam satu daerah Provinsi.
Pemerintah Pusat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dapat
mengambil alih urusan pemerintahan yang telah terjalin kerjasama apabila
kerjasama wajib tidak dilaksanakan oleh Daerah. Biaya pelaksanaan
kerjasama wajib dihitung berdasarkan alokasi APBD pada masing-masing
Daerah. Daerah yang letaknya berbatasan dapat membentuk kerjasama
dalam melaksanakan kerjasama wajib. Sekretariat kerjasma bertugas
memfasilitasi Perangkat Daerah dalam melaksanakan kegiatan kerjasama
antar daerah.
Sedangkan Kerjasama Sukarela dilaksanakan oleh Daerah yang
berbatasan atau tidak berbatasan dalam rangka penyelenggaraan urusan
pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah namun dipandang lebih
efektif dan efisien apabila dilaksanakan dengan cara bekrja sama.

VI- 2
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

6.1.1 Kebijakan dan Kegiatan


Kebijakan dalam melaksanakan kerjasama antar daerah
diarahkan pada peningkatan kerjasama untuk menciptakan
sinergitas antar daerah Provinsi, dan Kabupaten/Kota, baik yang
dilaksanakan secara bilateral maupun regional, sesuai dengan arah
kebijakan pembangunan kewilayahan. penyelenggaraan kerjasama
antar daerah mengacu pada arah kebijakan yang ditetapkan dalam
RPJMD Provinsi Jawa Barat tahun 2013-2018, diantaranya sebagai
berikut :
1. Mewujudkan kerjasama pembangunan antar daerah yang saling
menguntungkan;
2. Kerjasama antar daerah dikembangkan guna menciptakan
sinergitas dan integrasi wilayah serta efektivitas dalam
pengelolaannya, khususnya di Kawasan Metropolitan dan
pengembangan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan
Strategis Provinsi; dan
3. Kerjasama antar daerah diarahkan dalam rangka efisiensi
pelayanan publik maupun pembangunan lainnya melalui
kerjasama pembiayaan, ataupun pemeliharaan dan pengelolaan
sarana dan prasarana, sehingga dapat berbagi manfaat daerah
yang bekerjasama.

6.1.2 Alokasi dan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan-kegiatan terkait kerjasama antar daerah yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2017
adalah sebagai berikut :
Kegiatan Pengembangan Kerja Sama antar
Daerah/Provinsi/Kabupaten/Kota, yang dilaksanakan oleh Biro
Pemerintahan dan Kerjasama dengan alokasi anggaran sebesar Rp.
641.426.000,- dan realisasi anggaran sebesar Rp. 632.665.900,-.
Outcome kegiatan ini adalah peningkatan kerja sama antar daerah
provinsi/kabupaten/kota, meliputi : (1) Kerjasama pembangunan
antar Daerah provinsi/kabupaten/kota yang saling menguntungkan;

VI- 3
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

(2) Pengembangan kerja sama antar daerah provinsi/kabupaten/kota


guna menciptakan sinergitas dan integrasi wilayah serta efektivitas
dalam pengelolaannya, khususnya di Kawasan Metropolitan dan
pengembangan Kawasan Strategis Nasional dan Kawasan Strategis
Provinsi; dan (3) Kerjasama antar daerah provinsi/kabupaten/kota
dalam rangka efisiensi pelayanan publik dan pengelolaan sarana
serta prasarana, berbagi manfaat diantara Daerah yang berkerja
sama.

6.1.3 Permasalahan dan Solusi


Permasalahan dan solusi terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2017
yang terkait dengan kerja sama antar daerah, sebagai berikut :

a. Permasalahan
1) Kurangnya koordinasi baik lingkup Organisasi Perangkat
Daerah (OPD) Provinsi Jawa Barat maupun antar pemerintah
Daerah, baik dalam tahap perencanaan dan pelaksanaan
kerja sama antar Daerah; dan
2) Belum optimalnya peran kelembagaan kerja sama antar
Daerah (seperti: FKPD-MPU, APPSI, BKSP Jabodetabekjur,
dan BKAD Kunci Bersama) dalam pemecahan permasalahan
bersama
b. Solusi
1) Meningkatkan koordinasi dalam rangka perencanaan dan
pelaksanaan kerjasama antar Daerah melalui optimalisasi
kelembagaan Tim Koordinasi Kerjasama Daerah (TKKSD)
Provinsi Jawa Barat; dan
2) Merevitalisasi badan Kerja Sama Daerah dan/atau
meningkatkan peran kelembagaan kerjasama antar Daerah
yang dilakukan secara bersama-sama dengan Pemerintah,
Pemerintah Daerah lainnya selaku anggota kelembagaan
kerja sama antar Daerah.

VI- 4
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

6.2 Kerjasama dengan Pihak Ketiga

Kegiatan kerjasama yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi


Jawa Barat pada Tahun 2017 selain kerjasama antar daerah, yaitu
kerjasama dengan Pihak Ketiga. Kerjasama dengan Pihak Ketiga meliputi :
(1) Kerjasama dalam penyediaan pelayanan publik; (2) Kerjasama dalam
pengelolaan aset untuk meningkatkan nilai tambah yang memberikan
pendapatan bagi daerah; (3) Kerjasama investasi; (4) Kerjasama lainnya
yang tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan. Kerjasama Daerah dengan Pihak Ketiga dituangkan dalam
kontrak kerjasama yang paling sedikit mengatur : (1) Hak dan Kewajiban
para pihak; (2) Jangka waktu kerjasama; (3) Penyelesaian perselisihan; dan
(4) Saksi bagi pihak yang tidak memenuhi perjanjian.

6.2.1 Kebijakan dan Kegiatan

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2010 tentang


Penyelenggaraan Kerjasama daerah dan Peraturan Gubernur Jawa
Barat Nomor 43 Tahun 2012 tentang Petunjuk Pelaksanaan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 9 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Kerjasama Daerah, bahwa pemerintah daerah
mempunyai kewenangan yang lebih luas, nyata dan
bertanggungjawab dalam mengembangkan potensi daerah.
Selain itu, telah ditetapkan beberapa produk yang berkaitan
dengan penyelenggaraan Kerjasama Daerah diantaranya yaitu :
a. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 93 Tahun 2014 tentang
Pedoman Penanganan Perselisihan Kerjasama Daerah dengan
Pihak Ketiga;
b. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 5 Tahun 2015 tentang
Pedoman Umum Penyusunan Dokumen Kerjasama Daerah
dengan Pihak Ketiga;
c. Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Grand Design Kerjasama Daerah Provinsi Jawa Barat Tahun 2015
– 2018;

VI- 5
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

d. Peraturan Gubernur Jawa Barat tentang Koordinasi Kerjasama


Daerah; dan
e. Keputusan Gubernur Jawa Barat tentang Tim Koordinasi
Kerjasama Daerah Provinsi Jawa Barat.
Sedangkan manfaat dari penyelenggaraan kerjasama daerah,
diantaranya yaitu :
a. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi pemanfaatan sumberdaya
dan potensi yang ada di Daerah dalam upaya mencapai
peningkatan pelayanan publik, pelaksanaan pembangunan
infrastruktur, dan peningkatan perekonomian masyarakat;
b. Meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat di
daerah; dan
c. Meningkatkan kemampuan daerah dalam menstimulasi mobilitas
sumberdaya, dan memperoleh manfaat dari sumberdaya yang
tersedia.
Pasca berlakunya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, dilakukan upaya untuk meingkatkan
kepastian hukum melalui tersusunnya rancangan Peraturan Daerah
tentang Penyelenggaraan Kerjasama Daerah, yang substansinya
diharmonisasikan dengan rancangan Peraturan Pemerintah tentang
Kerjasama Daerah.

6.2.2 Alokasi dan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan

Kegiatan Penataan Kerja Sama Daerah dengan Pihak Ketiga,


yang dilaksanakan oleh Biro Pemerintahan dan Kerjasama dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 350.000.000,- dan realisasi anggaran
sebesar Rp. 334.015.000,-. Outcome kegiatan ini adalah
terlaksananya penataan kerja sama daerah dengan Pihak Ketiga,
meliputi :

1. Terfasilitasinya kerja sama di lingkungan Pemerintah Daerah


Provinsi Jawa Barat dengan Pihak Ketiga melalui
program/kegiatan yang dimiliki oleh setiap Perangkat Daerah;
VI- 6
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

2. Meningkatnya pembangunan ekonomi terutama potensi daerah di


wilayah Jawa Barat yang dikerja samakan dengan Pihak Ketiga,
khususnya aset/Barang Milik Daerah; dan
3. Meningkatkan layanan umum melalui kerjasama dengan Pihak
Ketiga.

6.2.3 Permasalahan dan Solusi

Permasalahan dan solusi terhadap kegiatan-kegiatan yang


dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2017
yang terkait dengan kerjasama dengan pihak ketiga, sebagai berikut:
a. Permasalahan
1) Masih adanya disharmonisasi peraturan perundang-
undangan sektoral yang bertentangan dengan peraturan
perundang-undangan di bidang Pemerintahan Daerah yang
berhubungan dengan pelaksanaan kerja sama Daerah.
2) Kurangnya koordinasi diantara para Pihak yang melakukan
kerja sama sehingga berpotensi menimbulkan perselisihan.
3) Belum optimalnya ketersediaan database penyelenggaraan
kerja sama Daerah, serta belum optimalnya pengendalian
dokumen kerja sama daerah baik Kesepakatan Bersama
maupun Perjanjian Kerja Sama.
b. Solusi
1) Hamonisasi peraturan perundang-undangan sektoral
melalui konsultasi dan penyusunan kajian yuridis normatif
yang dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penyusunan
dokumen kerja sama, pelaksanaan dan penyelesaian
perselisihan.
2) Meningkatkan koordinasi denga mitra kerja sama sejak dari
tahap perencanaan sampai dengan pelaksanaan kerja sama,
untuk meminimalisasi timbulnya potensi konflik.

VI- 7
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

3) Mengoptimalkan inventarisasi dan kompilasi data Naskah


Perjanjian Kerja Sama dan Kesepakatan Bersama, terutama
yang bernilai strategis.
4) Menyusun kodifikasi kerja sama Daerah.

6.3 Kerjasama Luar Negeri


Penyelenggaraan Kerjasama Daerah dengan Lembaga dan/atau
Pemerintah Daerah di Luar Negeri dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut: 1) Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi; 2) Pertukaran
budaya; 3) Peningkatan kemampuan teknis dan manajemen pemerintahan;
4) Promosi potensi Daerah; dan 5) Kerjasama lainnya yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Kerjasama Daerah dengan Lembaga dan/atau Pemerintah Daerah di Luar
Negeri dilaksanakan setelah mendapat persetujuan Pemerintah Pusat serta
berpedoman pada ketentuan peraturan perundang-undangan.

6.3.1 Kebijakan dan Kegiatan


Kerjasama Daerah dengan Lembaga dan/atau Pemerintah
Daerah Luar Negeri dilaksanakan dengan berpedoman pada Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perjanjian Internasional dan
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar
Negeri. Selain itu, terdapat beberapa peraturan lainnya yang menjadi
dasar pelaksanaan Kerjasama Daerah dengan Luar Negeri sebagai
landasan operasional, diantaranya yaitu :
a. Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 09/A/KP/XII/2006/01
tentang Panduan Umum Tata Cara Hubungan dan Kerjasama
Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah;
b. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kerjasama Pemerintah Daerah dengan
Pihak Luar Negeri;
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 15 Tahun 2009 tentang
Pedoman Kerjasama Departemen Dalam Negeri dengan Lembaga
Asing Non-Pemerintah;

VI- 8
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

d. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 74 Tahun 2012 tentang


Pedoman Kerjasama Pemerintah Daerah dengan Badan Swasta
Asing; dan
e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun 2008 mengatur
mengenai pembinaan dan pengawasan pelaksanaan kerjasama
pemerintah daerah dengan pihak luar negeri oleh Menteri Dalam
Negeri, sedangkan untuk pembinaan dan pengawasan kerjasama
Pemerintah Kabupaten/Kota dengan pihak luar negeri, Menteri
Dalam Negeri dapat melimpahkannya kepada Gubernur.

6.3.2 Alokasi dan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Barat yang terkait dengan kerja sama dengan luar negeri pada
Tahun Anggaran 2017 adalah sebagai berikut.
Kegiatan Kerja Sama dengan Badan/Lembaga Luar Negeri,
yang dilaksanakan oleh Biro Pemerintahan dan Kerjasama dengan
alokasi anggaran sebesar Rp 316.260.000,- dan realisai anggaran
sebesar Rp 307.049.828,-. Outcome kegiatan ini adalah peningkatan
kerja sama lembaga luar negeri dengan OPD Provinsi dan
Kabupaten/Kota.

6.3.3 Permasalahan dan Solusi


Permasalahan dan solusi terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2017
yang terkait dengan Kerjasama Luar Negeri, sebagai berikut :

a. Permasalahan
1. Belum optimalnya kontrol keberadaan lembaga asing di daerah.
2. Belum optimalnya kontrol program/kegiatan lembaga asing di
daerah.
b. Solusi
1. Pemetaan Penyebaran lokus implementasi kerja sama luar
negeri dengan Lembaga asing.

VI- 9
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

2. Optimalisasi evaluasi dan monitoring program/kegiatan


lembaga asing di daerah.
3. Peningkatan koordinasi dengan Pemerintah Pusat dan
Kabupaten/Kota.

6.4 Koordinasi dengan Instansi Vertikal di Daerah


6.4.1 Kebijakan dan Kegiatan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah pada Pasal 9 Ayat (1) menjelaskan bahwa Urusan
Pemerintahan terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan
pemerintahan konkuren, dan urusan pemerintahan umum. Ayat (5)
menjelaskan bahwa Urusan pemerintahan umum adalah Urusan
Pemerintahan yang menjadi kewenangan Presiden sebagai Kepala
Pemerintahan. Sehingga pemegang kekuasaan tertinggi dalam
penyelenggaraan pemerintahan adalah Presiden. Namun dalam
beberapa urusan pemerintahan, Presiden dibantu oleh Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah Pusat. Wakil Pemerintah Pusat
mengemban tugas untuk melaksanakan pembinaan dan pengawasan
terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dan Tugas
Pembantuan yang diberikan.
Pada Pasal 91 ayat (4) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014
tentang Pemerintahan Daerah, menerangkan bahwa Gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas dan wewenang
sebagai berikut :
1. Menyelaraskan perencanaan pembangunan antar Daerah
Kabupaten/Kota dan antara Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota di wilayahnya;
2. Mengoordinasikan kegiatan pemerintahan dan pembangunan
antara Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dan antar
Daerah Kabupaten/Kota yang ada di wilayahnya;
3. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat atas usulan
DAK pada Daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya;
VI- 10
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

4. Melantik Bupati/Walikota;
5. Memberikan persetujuan pembentukan Instansi Vertikal di
wilayah Provinsi kecuali pembentukan Instansi Vertikal untuk
melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan pembentukan
Instansi Vertikal oleh kementerian yang nomenklaturnya secara
tegas disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945;
6. Melantik kepala Instansi Vertikal dari kementerian dan lembaga
pemerintah nonkementerian yang ditugaskan di wilayah Daerah
provinsi yang bersangkutan kecuali untuk kepala Instansi
Vertikal yang melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan
kepala Instansi Vertikal yang dibentuk oleh kementerian yang
nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; dan
7. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Jadi peran Gubernur sebagai wakil Pemerintah adalah untuk
melaksanakan pembinaan, pengawasan, koordinasi dan
penyelarasan kegiatan pembangunan di Daerah dalam rangka
meningkatkan sinergitas antara Bupati/Walikota dengan Gubernur.
Pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai
Wakil Pemerintah Pusat dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) melalui mekanisme dana Dekonsentrasi yang
dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Dalam
Negeri, yang merupakan bagian dari Program Penguatan
Penyelenggaraan Pemerintahan Umum dan Kegiatan
Penyelenggaraan Hubungan Pusat dan Daerah serta Kerjasama
Daerah.
Penguatan peran Gubernur sebagai wakil Pemerintah di
wilayah provinsi juga dimaksudkan untuk memperkuat hubungan
antar tingkatan pemerintahan. Dalam pelaksanaan peran Gubernur
sebagai wakil Pemerintah, maka hubungan antara dengan
Bupati/Walikota bersifat hirarkis, Gubernur melakukan pembinaan

VI- 11
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah


Kabupaten/Kota. Sebaliknya Bupati/Walikota melaporkan
penyelenggaraan pemerintahan di daerah Kabupaten/Kota.
Pelaksanaan peran Gubernur sebagai wakil Pemerintah
dijabarkan dalam bentuk program dan kegiatan berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Tugas dan Wewenang Gubernur sebagai Wakil
Pemerintah di Wilayah Provinsi sebagaimana telah diubah beberapa
kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 3 Tahun
2014 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 24 Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan tugas dan
wewenang Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di wilayah provinsi.
Adapun program dan kegiatan dimaksud, meliputi:
a. Meningkatkan sinergi pusat dan daerah dalam perencanaan,
penganggaran, dan pembangunan di daerah;

b. Mengefektifkan pelaksanaan koordinasi, pembinaan, dan


pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah
Kabupaten/Kota serta koordinasi penyelenggaraan pemerintahan
antara pemerintahan Provinsi dengan instansi vertikal dan antar
instansi vertikal di wilayahPprovinsi yang bersangkutan;

c. Memperkuat akuntabilitas pelaksanaan dana APBN di daerah;

d. Mengkoordinasikan penyelengaraan pemerintahan umum; dan


memperkuat kerukunan umat beragama dan kesatuan bangsa.

Program dan kegiatan tersebut dijabarkan dalam sub kegiatan,


yang meliputi :
a. Fasilitasi koordinasi pimpinan daerah dalam mewujudkan
ketentraman dan ketertiban masyarakat;

b. Koordinasi penyelenggaraan pemerintahan umum di wilayah


Provinsi;

VI- 12
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

c. Kesekretariatan Gubernur sebagai wakil pemerintah di wilayah


Provinsi.

6.4.2 Alokasi dan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi
Jawa Barat yang terkait dengan koordinasi dengan instansi vertikal
di Daerah pada Tahun Anggaran 2017, diuraikan sebagai berikut :
1. Kegiatan Pembakuan Nama Rupabumi Unsur Buatan di Jawa
Barat, yang dilaksanakan oleh Biro Pemerintahan dan
Kerjasama dengan alokasi anggaran sebesar Rp. 210.000.000,-
dan realisasi anggaran sebesar Rp. 206.459.000,-. Outcome dari
kegiatan ini adalah tertib administrasi penamaan Rupabumi
unsur buatan 27 Kabupaten/Kota di Jawa Barat.
2. Kegiatan Penyusunan/Sosialisasi/Pendampingan/Desk/Review
LPPD Provinsi dan Kabupaten/Kota, yang dilaksanakan oleh
Biro Pemerintahan dan Kerjasama dengan alokasi anggaran
sebesar Rp. 900.000.000,- dan realisasi anggaran sebesar Rp.
796.097.228,-. Outcome dari kegiatan ini adalah tersedianya
dokumen/data capaian kinerja penyelenggaraan pemerintahan
daerah.
3. Kegiatan Regulasi Urusan Pemerintahan Provinsi, yang
dilaksanakan oleh Biro Pemerintahan dan Kerjasama dengan
alokasi anggaran sebesar Rp. 184.895.000,- dan realisasi
anggaran sebesar Rp. 174.841.412,-. Outcome dari kegiatan ini
adalah tertatanya penyelenggaraan urusan pemerintahan di
Provinsi.

6.4.3 Permasalahan dan Solusi


Permasalahan dan solusi terhadap kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2017
yang terkait dengan Koordinasi dengan Instansi Vertikal di Daerah,
sebagai berikut :

VI- 13
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

a. Permasalahan
1) Beberapa Kabupaten/Kota masih melaksanakan inventarisasi
dan ada beberapa kabupaten/kota yang tidak menganggarkan
kegiatan pembakuan nama Rupabumi, sehingga Panitia
Pembakuan Nama Rupabumi (PPNR) Kabupaten/Kota belum
dibentuk pada Tahun 2017.
2) Masih adanya keterlambatan dalam penyampaian data
dukung capaian kinerja dari Perangkat Daerah.
3) Masih adanya keterlambatan dalam penyampaian capaian
kinerja agregasi (Kabupaten/Kota).
b. Solusi
1) Mendorong Kabupaten/Kota untuk segera melaksanakan
inventarisasi dan menganggarkan kegiatan pembakuan nama
Rupabumi di Tahun 2018 sesuai Surat Edaran Menteri Dalam
Negeri Nomor 125.4/3618/SJ Tanggal 11 Agustus 2018
tentang Sinergi Pembakuan Nama Rupabumi dan Penegasan
Batas TA. 2018.
2) Peningkatan koordinasi dengan Perangkat Daerah Provinsi
dan Kabupaten/Kota.

6.5 Pembinaan Batas Wilayah


6.5.1 Kebijakan dan Kegiatan
Secara umum, wilayah perbatasan merupakan daerah yang
relatif tertinggal dalam kegiatan pembangunan. Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 76 Tahun 2012 tentang Pedoman Penegasan
Batas Daerah, menjelaskan bahwa Penegasan Batas Daerah adalah
kegiatan penentuan titik-titik koordinat batas daerah yang dapat
dilakukan dengan metode kartometrik dan/atau survei di lapangan,
yang dituangkan dalam bentuk peta batas dengan daftar titik-titik
koordinat batas daerah.
Prinsip-prinsip pokok batas daerah yaitu: 1) Mewujudkan batas
antar daerah yang jelas dan pasti, baik dari aspek yuridis maupun
fisik di lapangan; 2) Berpedoman pada batas-batas daerah sesuai

VI- 14
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

dengan undang-undang pembentukannya daerah; 3) Melalui tahapan


yang disepakati; 4) Penyelesaian perselisihan batas daerah antar
provinsi, dan kabupaten/kota dilakukan oleh Tim Penegasan Batas
Daerah (PBD) Pusat, Provinsi dan Kabupaten/kota.
Batas Daerah bermanfaat sangat penting untuk tertib
administrasi kewilayahan, tertib penyelenggaraan pembangunan,
tertib pelayanan umum dan tertib kegiatan kemasyarakatan.
Penataan batas daerah bukan untuk mengkotakkan Wilayah
Nusantara, tetapi untuk penataan batas wilayah kerja administrasi
pemerintahan, sehingga mempermudah koordinasi pelaksanaan
pembangunan maupun pembinaan kehidupan masyarakat di
wilayahnya. Penataan batas daerah memerlukan kesepakatan
berbagai pihak. Pemerintah Provinsi berperan untuk memfasilitasi
penegasan batas daerah, melaksanakan penegasan batas daerah,
memfasilitasi penyelesaian perselisihan batas daerah dan koordinator
tim penegasan batas daerah yang bersangkutan.
Provinsi Jawa Barat terdiri dari 27 kabupaten/kota memiliki 67
segmen perbatasan, baik yang berbatasan antar kabupaten/kota di
Jawa Barat maupun antar kabupaten/kota di Jawa Barat dengan
kabupaten/kota di Provinsi Banten, DKI Jakarta dan Jawa Tengah.
Dari 69 segmen batas yang sudah mendapatkan penegasan dari
Menteri Dalam Negeri, sudah 65 segmen yang sudah ditetapkan yaitu
50 segmen perbatasan antar kabupaten/kota di Jawa Barat, 5
segmen perbatasan antar kabupaten/kota di Jawa Barat dengan
kabupaten/kota di Banten, 5 segmen perbatasan antar
kabupaten/kota di Jawa Barat dengan Kota di DKI Jakarta dan 5
segmen perbatasan antar kabupaten/kota di Jawa Barat dengan
kabupaten/kota di Jawa Tengah. Adapun masih terdapat 4 segmen
perbatasan yang masih dalam proses penetapan di Kemendagri, yaitu
: segmen batas antara Kabupaten Pangandaran dengan Kabupaten
Cilacap, Segmen batas antara Kabupaten Sumedang dan Kabupaten
Tasikmalaya, segmen batas Kabupaten Tasikmalaya dengan

VI- 15
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Kabupaten Pangandaran serta segmen batas antara Kabupaten


Cirebon dan Kota Cirebon.

6.5.2 Alokasi dan Realisasi Pelaksanaan Kegiatan


Kegiatan Penegasan Batas Daerah yang dilaksanakan oleh
Biro Pemerintahan Umum Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat
dengan pada Tahun Anggaran 2017 yaitu 1) Kegiatan Penegasan
Batas daerah antar provinsi dan kabupaten/kota lintas BKPPW 2)
Kegiatan monitoring dan evaluasi penegasan batas daerah antar
provinsi dan kabupaten/kota. Adapun alokasi dan realisasi
pelaksanaan kegiatan, seperti diuraikan di bawah ini.
a. Kegiatan Penegasan Batas daerah antar provinsi dan
kabupaten/kota lintas BKPPW dengan alokasi anggaran sebesar
Rp. 250.000.000, realisasi anggaran sebesar Rp. 203.246.000
(81,29%). Output kegiatan adalah: dokumen batas daerah antar
provinsi dan kabupaten/kota lintas BKPPW. Outcomenya
Permendagri dan Peta Lampirannya tentang batas daerah antar
provinsi dan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.
b. Kegiatan monitoring dan evaluasi Penegasan Batas daerah antar
provinsi dan kabupaten/kota lintas BKPPW dengan alokasi
anggaran sebesar Rp. 150.000.000, realisasi anggaran sebesar
Rp. 133.300.725 (88,86%). Output kegiatan adalah: proyeksi
pelaksanaan penegasan batas daerah antar provinsi dan
kabupaten/kota lintas BKPPW. Outcomenya dokumen/data hasil
monitoring dan evaluasi penegasan batas daerah antar provinsi
dan antar kabupaten/kota di Provinsi Jawa Barat.

6.5.3 Permasalahan dan Solusi


Permasalahan yang terkait dengan pembinaan batas wilayah
adalah beberapa kabupaten/kota yang belum melakukan penegasan
batas daerah sehingga rawan timbul konflik yang dapat mengganggu
pelayanan kepada masyarakat.

VI- 16
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Solusi yang dilakukan sebagai upaya meminimalisir terjadinya konflik


adalah melakukan komunikasi dan koordinasi secara intensif dengan
Kabupaten/Kota di wilayah perbatasan serta dengan Kementerian
Dalam Negeri. Dalam pelaksanaan penegasan batas daerah sangat
diperlukan dukungan penuh dari Pemerintah dan Pemerintah
Kabupaten/Kota di Jawa Barat maupun Pemerintah Provinsi yang
berbatasan.

6.3 Peran Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Provinsi


6.3.1 Kebijakan dan Kegiatan
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
menyatakan bahwa “Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas
daerah provinsi, kabupaten dan kota. Pemerintahan Daerah provinsi,
kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan, kecuali
urusan pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai
urusan Pemerintah Pusat dilaksanakan melalui asas dekonsentrasi
dan tugas-tugas pembantuan. Dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia, pemerintah memiliki peran yang sangat kuat dalam
menjaga kepentingan nasional dan pemerintah memiliki kewenangan
untuk menjamin bahwa kebijakan nasional dapat dilaksanakan
secara efektif di seluruh wilayah Indonesia.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat membantu Presiden
dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan
Daerah kabupaten/kota dan Tugas Pembantuan oleh Daerah
Kabupaten/Kota, sesuai pasal 91 ayat (2) Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mempunyai tugas:
a. Mengkoordinasikan pembinaan dan pengawasan
penyelenggaraan Tugas Pembantuan di Daerah
Kabupaten/Kota;

VI- 17
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

b. Melakukan monitoring, evaluasi, dan supervisi terhadap


penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang
ada di wilayahnya;
c. Memberdayakan dan memfasilitasi Daerah Kabupaten/Kota di
wilayahnya;
d. Melakukan evaluasi terhadap Rancangan Perda
Kabupaten/Kota tentang RPJPD, RPJMD, APBD, Perubahan
APBD, Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD, Tata Ruang
Daerah, Pajak Daerah, dan Retribusi Daerah.
e. Melakukan pengawasan terhadap Perda Kabupaten/Kota; dan

f. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Gubernur sebagai Wakil


Pemerintah Pusat mempunyai wewenang sebagai berikut :
a. Membatalkan Perda Kabupaten/Kota dan Peraturan
Bupati/Walikota;
b. Memberikan penghargaan atau sanksi kepada Bupati/Wali
Kota terkait dengan penyelenggaraan pemerintahan daerah;

c. Menyelesaikan perselisihan dalam penyelenggaraan fungsi


pemerintahan antar-Daerah Kabupaten/Kota dalam 1 (satu)
Daerah Provinsi;

d. Memberikan persetujuan terhadap Rancangan Perda


Kabupaten/Kota tentang Pembentukan dan Susunan
Perangkat Daerah Kabupaten/Kota; dan

e. Melaksanakan wewenang lain sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan.
Selain melaksanakan pembinaan dan pengawasan Gubernur
sebagai Wakil Pemerintah Pusat mempunyai tugas dan wewenang
sebagai berikut :

VI- 18
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

a. Menyelaraskan perencanaan pembangunan antar-Daerah


Kabupaten/Kota dan antara Daerah Provinsi dan Daerah
Kabupaten/Kota di wilayahnya;

b. Mengkoordinasikan kegiatan pemerintahan dan pembangunan


antara Daerah Provinsi dan Daerah Kabupaten/Kota dan antar
Daerah Kabupaten/Kota yang ada di wilayahnya;

c. Memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Pusat atas


usulan DAK pada Daerah Kabupaten/Kota di wilayahnya;

d. Melantik Bupati/Walikota;

e. Memberikan persetujuan pembentukan Instansi Vertikal di


wilayah Provinsi kecuali pembentukan Instansi Vertikal untuk
melaksanakan urusan pemerintahan absolut dan
pembentukan Instansi Vertikal oleh kementerian yang
nomenklaturnya secara tegas disebutkan dalam Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

f. Melantik Kepala Instansi Vertikal dari Kementerian dan


Lembaga Pemerintah Nonkementerian yang ditugaskan di
wilayah Daerah Provinsi yang bersangkutan kecuali untuk
Kepala Instansi Vertikal yang melaksanakan urusan
pemerintahan absolut dan kepala Instansi Vertikal yang
dibentuk oleh kementerian yang nomenklaturnya secara tegas
disebutkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945; dan

g. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan.

Pendanaan pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur


sebagai wakil Pemerintah pusat tersebut dibebankan pada APBN.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat dapat menjatuhkan
sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan kepada
penyelenggara Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota. Tugas dan

VI- 19
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

wewenang Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat tersebut dapat


didelegasikan kepada Wakil Gubernur. Ketentuan mengenai
pelaksanaan tugas dan wewenang serta hak keuangan Gubernur
sebagai wakil Pemerintah Pusat diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat tidak melaksanakan tugas
dan wewenang tersebut, Menteri Dalam Negeri mengambil alih
pelaksanaan tugas dan wewenang Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat.
Gubernur dalam menyelenggarakan tugas sebagai wakil
Pemerintah Pusat dibantu oleh Perangkat Gubernur. Perangkat
Gubernur tersebut terdiri atas sekretariat dan paling banyak 5 (lima)
unit kerja. Sekretariat tersebut dipimpin oleh Sekretaris Gubernur.
Sekretaris Daerah Provinsi karena jabatannya ditetapkan sebagai
Sekretaris Gubernur. Ketentuan lebih lanjut mengenai susunan
organisasi, tugas, dan fungsi Perangkat Gubernur diatur dalam
Peraturan Pemerintah.

6.3.2 Realisasi Pelaksanaan Kegiatan


Realisasi pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi Peningkatan
Peran Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Di Wilayah Provinsi pada
satuan kerja Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat adalah
terselenggaranya rapat pimpinan daerah dalam mewujudkan
Ketentraman dan ketertiban masyarakat sebanyak 1 (satu) kali,
terselenggaranya rapat koordinasi penyelenggaraan pemerintahan
umum di wilayah Provinsi sebanyak 1 (satu) kali, terselenggaranya
rapat kesekretariatan gubernur sebagai wakil Pemerintah di wilayah
provinsi sebanyak 1 (satu) kali, terselenggaranya rapat Koordinasi
dan Fasilitas Percepatan Penyelesaian Perselisihan Batas Antar
Provinsi, Kabupaten/Kota. sebanyak 2 (dua) kali. Penyelenggaraan
DKTP sebanyak 1 (satu) kali dan Kerja sama daerah sebanyak 1 (satu)
kali.

6.3.3 Permasalahan dan Solusi

VI- 20
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Pelaksanaan tugas Gubernur sebagai wakil Pemerintah di


wilayah provinsi masih lemah. Salah satu faktor utama yang
menyebabkan lemahnya pelaksanaan peran Gubernur sebagai wakil
Pemerintah di wilayah provinsi adalah keterbatasan dana Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang disediakan untuk
mendanai pelaksanaan tugas dan wewenang gubernur sebagai wakil
Pemerintah, dikaitkan dengan Peran Gubernur sebagai wakil
Pemerintah Pusat yang memiliki tugas dan kewenangan melakukan
koordinasi pembinaan dan pengawasan ke Kabupaten/Kota
pelaksanaannya menjadi kurang maksimal.
Solusi dari permasalahan tersebut, dengan meningkatkan
hubungan koordinasi yang bersinergi melalui komunikasi secara
intensif baik formal maupun Non Formal serta dibuat regulasi yang
jelas untuk Pelaporan agar dapat berjalan disesuaikan dengan
anggaran yang ada sehingga kegiatan dapat terlaksana sesuai
program.

6.4 Pencegahan dan Penanggulangan Bencana


6.4.1 Bencana yang Terjadi dan Penanggulangannya
Berdasarkan data yang diperoleh dari dari PUSDALOPS pada
BPBD Provinsi Jawa Barat selama kurun waktu Januari sampai
dengan Desember Tahun 2017, menyatakan bahwa Provinsi Jawa
Barat merupakan Provinsi yang memiliki jenis bencana beragam
(multi hazard). .........Hal ini terlihat dari kejadian bencana yang
terjadi dimana bencana tanah longsor menempati jumlah kejadian
tertinggi di Jawa Barat, yaitu 480 kali, disusul dengan bencana
kebakaran sebanyak 257 kali dan menempati posisi ketiga yaitu
bencana bencana banjir sebanyak 215 kali sementara bencana Puting
Beliung terjadi sebanyak 185 kali dan gempa bumi sebanyak 48
kali.....(perlu di update) Kejadian tersebut merupakan kejadian
bencana yang intensitasnya besar dan laporannya diterima oleh
BPBD Provinsi Jawa Barat untuk lebih rinci kejadian bencana yang
terjadi di Kabupaten/Kota berikut ini dalam Tabel 6.1 dibawah ini.

VI- 21
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Tabel 6.1 Kejadian Bencana Berdasarkan Jenis Bencana Di Jawa


Barat Periode Januari s.d Desember 2017

Dampak yang terjadi ketika bencana terjadi dapat


menimbulkan kerugian baik moril maupun materil. Selain itu setiap
bencana yang terjadi pasti menyisakan penderitaan baik harta benda
maupun jiwa, baik yang meninggal, luka-luka, maupun karena
kondisi terpaksa harus mengungsi untuk menghindari korban yang
lebih banyak lagi. Berdasarkan data yang diperoleh sampai dengan
Bulan Desember Tahun 2017 korban jiwa yang diakibatkan dari
bencana di Jawa Barat tercatat sebanyak 41.008 KK atau 123.592
jiwa menderita, yang meliputi sebanyak 90 orang meninggal dunia,
145 orang luka-luka dan sebanyak 6.701 KK atau 28.730 jiwa yang
harus berada di tempat-tempat pengungsian, dengan taksiran
kerugian yang dikalkulasikan dalam bentuk uang mencapai Rp
66.256.999.000 (enam puluh enam milyar dua ratus lima puluh enam
juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu rupiah)....(perlu di
update) Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat di Tabel 6.2 dan Tabel
6.3 berikut ini :

Tabel 6.2 Daftar Korban Jiwa Akibat Bencana Di Jawa Barat Periode
Januari s.d Desember 2017

Tabel 6.3 Daftar Kerusakan Akibat Bencana Di Jawa Barat Periode


Januari s.d Desember 2017

6.4.2 Status Bencana


Pemerintah Provinsi Jawa Barat menyadari bahwa beberapa
daerah di Jawa Barat termasuk dalam daerah yang rawan terjadi
bencana alam dalam berbagai skala baik itu tingkat lokal, daerah
maupun nasional. Keadaan ini dapat berdampak pada terganggunya

VI- 22
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

aktivitas dan kehidupan masyarakat, selain itu dapat berpengaruh


dalam menghambat pembangunan di Provinsi Jawa Barat.
Berpedoman pada Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang
Penanggulangan Bencana tentang Status dan Tingkatan Bencana,
yang berwenang menetapkan "status bencana" adalah Pemerintah
(Presiden) dan Pemerintah Daerah (Gubernur/Bupati/ Walikota).
Penetapan "status bencana" dilakukan atas rekomendasi Badan yang
diberi tugas untuk menanggulangi bencana, dalam hal ini
BNPB/BPBD. "Status bencana" meliputi potensi terjadinya bencana
dan tanggap darurat. Penetapan Status Darurat Bencana dapat
dilakukan melalui tiga metode, diantaranya yaitu:
a. Penetapan status keadaan darurat bencana dilakukan
Pemerintah atas rekomendasi BNPB.
b. Penetapan status keadaan darurat bencana dilakukan
Pemerintah Daerah atas rekomendasi BPBD.
c. Penetapan status keadaan darurat bencana dilakukan oleh
Kepala BNPB atas usul instansi lembaga yang berwenang, yaitu
sebagai berikut :
1) Status keadaan darurat untuk gunung api dilakukan oleh
kementerian/lembaga yang membidangi kegunungapian;
2) Status keadaan darurat untuk banjir dilakukan oleh
kementerian/lembaga yang membidangi persungaian;
3) Status keadaan darurat untuk tsunami dilakukan oleh
kementerian/lembaga yang membidangi meteorologi dan
geofisika;
4) Status keadaan darurat untuk tanah longsor dilakukan oleh
kementerian/lembaga yang membidangi kebumian;
5) Status keadaan darurat bencana untuk gerakan
tanah/tanah longsor dilakukan oleh kementerian/lembaga
yang membidangi kebumian;
6) Status keadaan darurat bencana untuk bencana gempa bumi
dilakukan oleh Kementrian/lembaga yang membidangi
kebumian;

VI- 23
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

7) Status keadaan darurat bencana angin ribut, angin puting


beliung, angin topan dilakukan oleh kementrian/lembaga
yang membidangi meteorologi dan geofisika;
8) Status keadaan darurat untuk kebakaran hutan dan lahan
dilakukan oleh kementerian/lembaga yang membidangi
kehutanan;
9) Status keadaan darurat untuk pencemaran dilakukan oleh
kementerian/lembaga yang membidangi lingkungan hidup;
10) Status keadaan darurat untuk kekeringan dilakukan oleh
kementerian/ lembaga yang membidangi pertanian ;
11) Status keadaan darurat untuk penyakit/epidemi dilakukan
oleh kementerian/lembaga yang membidangi kesehatan.

Status keadaan darurat bencana dibedakan atas: normal,


waspada, siaga dan awas, yang penentuannya didasarkan atas
pemantauan dan informasi yang dilakukan secara akurat oleh
lembaga/instansi yang berwenang, dengan pengertian sebagai
berikut :
a. Status keadaan darurat waspada adalah suatu keadaan darurat
yang menunjukkan peningkatan suatu gejala dari suatu proses
atau peristiwa yang memungkinkan timbulnya bencana dan
ditentukan berdasarkan hasil pemantauan secara akurat.

b. Status keadaan darurat siaga adalah peningkatan dari keadaan


darurat waspada, yang penentuannya didasarkan atas
pemantauan yang akurat.

c. Status keadaan darurat awas adalah peningkatan dari keadaan


darurat siaga, yang penentuannya didasarkan atas pemantauan
yang akurat. Status keadaan darurat bencana sebagaimana yang
dimaksud diatas berlaku pada semua jenis bencana, yang
selanjutnya diatur oleh kementerian/lembaga yang berwenang.

VI- 24
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

...................(antisipasi penanggulangan bencana yang telah


dilakukan terkait status bencana & deskripsinya)

6.4.3 Sumber dan Jumlah Anggaran


Dalam upaya mengantisipasi kemungkinan bencana,
Pemerintah Provinsi Jawa Barat sudah mengalokasikan anggaran
dan Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dalam menghadapi
kebencanaan serta logistik sebagai berikut :
a. Program Penangulangan Bencana Alam dan Perlindungan
Masyarakat dalam APBD Tahun Anggaran 2017 dirinci dalam
kegiatan sebagai berikut:

................ (Narasi Kegiatan)

b. Personil Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)


sebanyak ................ orang, terdiri dari TRC ............... orang
berasal dari unsur PNS, Satuan Tugas (Satgas) sebanyak ...........
orang, serta Pusdalops sebanyak ......... orang.

c. Kebutuhan dasar logistik dan peralatan diantaranya yaitu :

1) Tenda (Tenda Regu sebanyak 10 Unit Tenda Keluarga


sebanyak 370 Unit, Tenda Pleton 20 Unit, Tenda
Gulung/Terpal sebanyak 119 buah);

2) Perahu Karet (Perahu Kapasitas 10 orang sebanyak 1 Unit,


Perahu Kapasitas 6 orang sebanyak 2 Unit, Perahu lipat
sebanyak 1 Unit);

3) Alat-alat Komunikasi (Handy Talkie sebanyak 5 buah, Rig


sebanyak 2 buah;

4) Mobil Dapur Umum Lapangan 2 unit;

5) Kendaraan Rescue 7 Unit;

6) Kendaraan Pic up 3 Unit;

7) Kendaraan Ambulance 1 Unit;

VI- 25
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

8) Kendaraan Truck Crane 1 Unit;

9) Kendaraan Truk Bak 1 Unit;

10) Backhoe Mini 2 Unit;

11) Mobil Box 1 Unit, Mobil Tangki Air 4 Unit, Mobil Penjernih Air
1 Unit, Motor Trail 16 Unit;

12) Genset 2 Unit, Veltbet 71 buah, Chainshaw 2 Unit, Kantong


Mayat 251 buah;

13) Peralatan Tim Rescue 5 Unit, Personal Equipmen 15 Unit,


Sepatu boat 103 buah, Lampu Sorot 2 Unit.

6.4.4 Antisipasi Daerah dalam Menghadapi Kemungkinan


Bencana
Bencana dapat terjadi secara tiba-tiba, terutama di wilayah
yang rawan dalam kemungkinan terjadi bencana, salah satunya
adalah daerah-daerah di Provinsi Jawa Barat. Oleh karena itu, perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai antisipasi untuk kemungkinan
tersebut. Langkah-langkah konkret yang telah dilakukan oleh
Pemerintah Provinsi Jawa Barat adalah sebagai berikut :
1. Relokasi Pemukiman di daerah rawan Bencana Banjir dan longsr
di daerah Kabupaten maupun Kota;

2. Menyelenggarakan Sosialisasi secara berkesinambungan


terhadap masyarakat dikawasan Rawan bencana Banjir maupun
Tanah longsor;

3. Menyelenggarakan Pelatihan Dasar Evakuasi Penanggulangan


bencana terhadap Masyarakat di daerah rawan bencana banjir
dan tanah longsor;
4. Penyediaan Logistik dalam kesiapsiagaan menghadapi Bencana
Banjir dan Tanah Longsor;

VI- 26
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

5. Mensiagakan Petugas Penanggulangan bencana baik Aparatur,


Satgas PB, Pusdalops serta Organisasi Perangkat Daerah dan
TNI/Polri;

6. Peningkatan Kapasitas Masyarakat dalam Penanggulangan


Bencana Bajir dan Tanah Longsor di Jawa Barat;

7. Menyelenggarakan Pelatihan Mitigasi Bencana di tingkat


masyarakat, untuk meningkatkan kemampuan masyarakat
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pengurangan
resiko bencana di lingkungan perumahan dan permukiman;

8. Menyelenggarakan Peningkatan Kapasitas Aparatur


Pemerintahan dalam Kegiatan Mitigasi Bencana;

9. Menyelenggarakan Sosialisasi Kegiatan Pengurangan Resiko


Bencana kepada seluruh Stakeholders kebencanaan Jawa Barat.
Serta memetakan Daerah Rawan Bencana secara komprehensif,
guna optimalisasi dan sinkronisasi program mitigasi bencana di
Jawa Barat;

10. Melakukan Simulasi dan Sosialisasi Kebencanaan secara


berlanjut kepada masyarakat, sehingga tercapai masyarakat
sadar bencana di Jawa Barat, khususnya di daerah rawan
bencana;

11. Melakukan Penguatan Kelembagaan Pusdalops BPBD Provinsi


Jawa Barat, sebagai basis data pengambilan kebijakan dan
pengendalian operasional kebencanaan di Jawa Barat;

12. Melakukan Penanggulangan Bencana Banjir dan Tanah Longsor


secara khusus;

13. Melakukan sinergi program dan kegiatan lintas PD, baik dalam
lingkup Kabupaten/Kota, provinsi maupun dengan Kementerian
dan Lembaga di tingkat pusat yang dirumuskan dalam Forum
PD Bidang Kebencanaan serta Rapar Koordinasi Kebencanaan di
Tingkat wilayah Perwakilan.

VI- 27
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

6.4.5 Prioritas Nasional Risiko Bencana Wilayah Jawa Barat


Provinsi Jawa Barat merupakan Provinsi dengan jumlah
penduduk terbesar di Indonesia, yang tersebar pada 27
Kabupaten/Kota. Selain itu, Jawa Barat memiliki karakteristik
perpaduan antara daerah pegunungan yang berada di wilayah selatan
dan dataran rendah di wilayah pantai utara, memiliki curah hujan
yang tinggi yaitu rata-rata 219 mm/Th dengan curah hujan yang
tinggi dan berada pada jalur gempa tektonik yang topografinya
bergunung-gunung dan aliran sungai yang pada umumnya bermuara
diwilayah pantai utara, maka dibeberapa daerah merupakan daerah
rawan banjir, tanah longsor, gempa bumi dan lain-lain, dengan
ilustrasi sebagai berikut :

Tabel 6.4 Indeks Risiko Bencana Dominan Banjir, Gempabumi,


Karlahut, Erupsi Gunungapi, Tanah Longsor, Tsunami dan Kekeringan
di Provinsi Jawa Barat

a. Gempa Bumi dan Tsunami


Tatanan geologi dan tektonik di Jawa Barat membentuk jalur
gempa dengan ribuan titik pusat gempa yang berpotansi untuk
menjadi ancaman. Gerakan seismik yang kemudian menimbulkan
gempa bumi tektonik disebabkan oleh pergeseran di dalam perut
bumi. Puast Gempa Bumi dengan kedalaman 185-300 Km terbentang
di pulau Jawa. Bencana gempa bumi yang terjadi di laut dapat
mengakibatkan gelombang pasang (tsunami) yang menghantam
pemukiman pesisir pantai. ......Saat ini tercatat ada 5 Kab/Kota yang
rawan Gempa Bumi dan tsunami (Kota. Banjar, Kab. Tasikmalaya,
Kab. Cianjur, Kab. Pangandaran, Kab. Sukabumi). .... (data perlu di
update)

b. Gunung Berapi

VI- 28
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Rangkaian gunung api membentang di Jawa Barat, sewaktu-


waktu dapat berubah menjadi ancaman bagi masyarakat Jawa Barat.
.............Saat ini tercatat ada 6 gunung berapi yang aktif dan
merupakan ancaman bencana, yaitu Gunung Tangkuban Perahu,
Gunung Papandayan, Gunung Cermai, Gunung Gede Pangrango,
Gunung Guntur dan Gunung Salak........... (data perlu di update)

c. Angin Topan dan Badai


Karakter klimatologi dan meteorologi Jawa Barat menimbulkn
pertukaran musim yang diwarnai depresi tropis sampai dengan badai
dan angin topan. Daerah Jawa Bagian Utara merupakan kawasan
rawan angin topan dan badai di 6 kabupaten/kota yaitu Kabupaten
Indramayu, Kota Cirebon, Kabupaten Bandung, Kabupaten
Tasikmalaya, Kabupaten Sukabumi dan Kota Bogor. ........... (data
perlu di update)

d. Banjir
Tatanan geologi ini pula yang menjadikan permukaan alam
Jawa Barat bergunung-gunung dan lembah dengan berbagai ngarai
dan sungai sehingga berpotensi untuk mengalami banjir, longsor dan
erosi. Banjir pada umumnya terjadi di wilayah Jawa Barat bagian
utara dan selatan. Daerah rawan banjir ini makin diperburuk dengan
adanya penggundulan hutan atau perubahan tataguna lahan yang
kurang mempertimbangkan daerah resapan air. Perubahan tata guna
lahan dan tataruang yang kemudian berakibat menimbulkan banjir.
Daerah rawan banjir di Jawa Barat tercatat ada 9 Kabupaten/Kota
yaitu Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kabupaten
Subang, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis, Kabupaten Sukabumi,
Kabupaten Karawang, Kota Bekasi, Kota Depok dan Kota Bandung.
........... (data perlu di update)

e. Longsor

VI- 29
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Longsor sering terjadi di daerah yang memiliki derajat


kemiringan tinggi, yang diperburuk oleh penataan penggunaan lahan
yang tidak sesuai. Longsor pada umumnya terjadi pada musim basah
dimana terjadi peningkatan curah hujan. Daerah Rawan Longsor
tercatat ada 12 Kabupaten/Kota di Jawa Barat yaitu Kabupaten
Bandung, Kabupaten Tasikmalaya, Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Majalengka, Kabupaten Garut, Kabupaten Ciamis,
Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Purwakarta, Kabupaten Kuningan,
Kabupaten Bogor, Kota Depok dan Kabupaten Cianjur. ........... (data
perlu di update)

f. Kekeringan
Bencana Alam yang lain adalah kekeringan yang menyebabkan
gagal panen dan menimbulkan kerawanan pangan. Bencana
kekeringan biasanya terjadi pada musim kemarau panjang yang
mengakibatkan kegagalan panen hasil pertanian. Saat ini tercatat ada
3 Kabupaten/Kota yang rawan kekeringan yaitu Kabupaten
Indramayu, Kabupaten Subang, Kabupaten Karawang. ........... (data
perlu di update)

g. Kebakaran Hutan dan Lahan


Kebakaran hutan dan lahan sudah terjadi sejak dulu, baik
disebabkan oleh faktor alam maupun disebabkan oleh kegiatan
manusia seperti pembukaan lahan. Kesejahteraan dan pendidikan
penduduk di sekitar dan di dalam hutan yang masih rendah dapat
merupakan penyebab kebakaran hutan dan lahan, atau para
pengusaha/pemegang hak penguasaan hutan yang tidak
bertanggungjawab.

h. Epidemi, Wabah dan Kejadian Luar Biasa


Apidemi, wabah dan kejadian luar biasa (KLB) merupakan
ancaman yang diakibatkan oleh penyebaran penyakit menular yang
berjangkit di statu daerah tertntu. Pada skala besar,

VI- 30
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

epidemi/wabah/KLB dapat mengakibatkan korban jira dan


meningkatnya jumlah penderita penyakit.

i. Kecelakaan Transportasi
Beberapa kejadian dapat terjadi pada berbagai moda
transpotasi darat, laut maupun udara. Kecelakaan yang terjadi
terutama pada sarana transportasi umum (kapal laut, pesawat
terbang dan angkutan darat termasuk kereta api) dapat
mengakibatkan korban jiwa yang cukup besar. Sektor utama dalam
penanganan bencana akibat kecelakaan transportasi adalah sektor
perhubungan.

j. Pencemaran Lingkungan
Di Jawa Barat pertumbuhan industri melaju dengan pesat.
Akibat dari munculnya industri-industri baru, timbal masalah
pencemaran yang dihasilkan dari limbah industri yang dapat
mencemari lingkungan, baik melalui udara, tanah maupun air.

k. Kerusuhan Sosial
Pada tahun 90-an, telah terjadi konflik vertical dan horizontal
yang ditandai dengan timbulnya kerusuhan sosial. Konflik antar
komunitas maupun unit sosial di atasnya terjadi apabila secara
langsung maupun tidak langsung ada upaya saling mengambil aset-
aset atau mengganggu proses mengakses aset-aset penghidupan
tersebut di atas. Pengambilan aset maupun gangguan atas akses
penghidupan dapat dipicu oleh permasalahan lingkungan. Aktifitas
komunitas maupun unit sosial di atasnya yang memunculkan
permasalahan lingkungan akan menjadi ancaman bagi pihak lain
apabila aset-aset penghidupannya dan akses penghidupannya
terganggu. Saat ini tercatat ada 3 Kab/Kota yang rawan Kerusuhan
Sosial yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Kuningan dan
Kabupaten Bogor. ........... (data perlu di update)

VI- 31
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

6.5 Pengelolaan Kawasan Khusus


Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah, pada Ketentuan umum Pasal 1 Nomor 42 menetapkan bahwa
Kawasan Khusus adalah bagian wilayah dalam Daerah Provinsi dan/atau
Daerah kabupaten/kota yang ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan fungsi pemerintahan yang bersifat khusus bagi
kepentingan nasional yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-
undangan. Untuk menyelenggarakan fungsi pemerintahan tertentuyang
bersifat strategis bagi kepentingan nasional, Pemerintah Pusat dapat
menetapkan kawasan khusus dalam wilayah provinsi dan/atau
kabupaten/kota. Kawasan khusus ini meliputi:
a. Kawasan perdagangan bebas dan/atau pelabuhan bebas;

b. Kawasan hutan lindung;

c. Kawasan hutan konservasi;

d. Kawasan taman laut;

e. Kawasan buru;

f. Kawasan ekonomi khusus;


g. Kawasan berikat;

h. Kawasan angkatan perang;

i. Kawasan industri;

j. Kawasan purbakala;

k. Kawasan cagar alam;

l. Kawasan cagar budaya;

m. Kawasan otorita; dan

n. Kawasan untuk kepentingan nasional lainnya yang diatur dengan


ketentuan peraturan perundangundangan.
Penetapan kawasan khusus ini dapat diusulkan oleh Menteri
dan/atau Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK),
Gubernur, dan Bupati/Walikota. Selanjutnya kawasan khusus ditetapkan

VI- 32
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

dengan Peraturan Pemerintah. Namun, Pemerintah Provinsi Jawa Barat


belum menetapkan kawasan khusus tertentu di Jawa Barat.

6.6 Penyelenggaraan Ketenteraman dan Ketertiban Umum


6.6.1 Gangguan yang Terjadi
............. (Penjelasan singkat tentang gangguang yang terjadi)
a. Konflik baru yang terjadi di Provinsi Jawa Barat pada Tahun 2017,
diantaranya adalah :
1. ........
2. .......dst
b. Peta Konflik di Jawa Barat
1. Sosial Ekonomi
2. Urbanisasi Industri
c. Isu Mendasar yang Menjadi Konflik
d. Jenis Konflik yang Pernah Terjadi
e. Dampak yang Timbul Akibat Konflik Sosial
f. Upaya untuk Mengatasi dan Mencegah Konflik Sosial

6.6.2 Satuan Kerja Perangkat Daerah yang Menangani


Ketenteraman dan Ketertiban Umum
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan
Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat sebagaimana telah
diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 22
Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan
Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan
Satuan Polisi Pamong Praja Provinsi Jawa Barat, serta Peraturan
Gubernur Nomor 70 Tahun 2012 tentang Rincian Tugas pokok,
Fungsi, Rincian Tugas Unit dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong
Praja Provinsi Jawa Barat, Perangkat Daerah yang menyelenggarakan
ketenteraman dan ketertiban umum adalah Satuan Polisi Pamong
Praja.
VI- 33
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

Peran Satuan Polisi Pamong Praja diperkuat dengan terbitnya


Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 19 Tahun 2011 tentang
Penyelenggaraan Polisi Pamong Praja, dimana Satuan Polisi Pamong
Praja memiliki fungsi sebagai berikut :
a. Penyusunan program dan pelaksanaan penegakan Peraturan
Daerah dan peraturan pelaksanaannya, penyelenggaraan
ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta
perlindungan masyarakat;

b. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan


peraturan pelaksanaannya;

c. Pelaksanaan kebijakan penyelenggaraan ketertiban umum dan


ketenteraman masyarakat di daerah;

d. Pelaksanaan kebijakan perlindungan masyarakat;

e. Pelaksanaan koordinasi penegakan Peraturan Daerah dan


peraturan pelaksanaannya, penyelenggaraan ketertiban umum
dan ketenteraman masyarakat dengan Kepolisian Negara
Republik Indonesia, Penyidik Pegawai Negeri Sipil, dan/atau
aparatur lainnya;

f. Pengawasan terhadap masyarakat, aparatur, atau badan hukum


agar mematuhi dan menaati Peraturan Daerah dan peraturan
pelaksanaannya;
g. Pengamanan dan pengawalan pejabat negara serta membantu
pengamanan dan pengawalan tamu negara dan Very Very
Important Person (VVIP);

h. Pengamanan dan penertiban aset daerah;

i. Membantu pengamanan dan penertiban penyelenggaraan


Pemilihan Umum dan Pemilihan Umum Gubernur dan Wakil
Gubernur;

VI- 34
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

j. Membantu pengamanan dan penertiban penyelenggaraan


keramaian di Daerah dan/atau kegiatan yang berskala massal;
dan

k. Pelaksanaan tugas pemerintahan umum lainnya, sesuai


ketentuan peraturan perundang-undangan.

6.6.3 Sumber dan Jumlah Anggaran


Alokasi anggaran pada Pemerintah Provinsi Jawa Barat Tahun
2017 untuk mendukung terselenggaranya Pemeliharaan
Ketenteraman Masyarakat dan Ketertiban Umum bersumber dari
APBD, yang terdiri dari kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
...............(Narasi Kegiatan tentang pemeliharaan ketentraman
dan ketertiban umum)

6.6.4 Penanggulangan dan Kendala


Kendala/permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan
pemeliharaan ketenteraman dan ketertiban umum diantaranya yaitu:

............. (Kendala/permasalahan yang dihadapi)

Sehubungan dengan kendala yang telah dihadapi dalam


penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum, perlu
dilakukan penanggulangan untuk mengatasi permasalahan yang
terjadi. Langkah-langkah yang dilakukan diantaranya sebagai
berikut:
............. (Langkah untuk menanggulangi kendala yang terjadi)

6.6.5 Keikutsertaan Aparat Keamanan dalam Penanggulangan


Keikutsertaan Aparat Keamanan dalam penanggulangan
permasalahan terkait penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban

VI- 35
LKPJ Gubernur Jawa Barat ATA 2017

umum, telah ditetapkan dalam Peraturan Bersama Gubernur Jawa


Barat dan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Nomor 32 Tahun
2011 tentang Perubahan atas Keputusan Bersama Gubernur Jawa
Barat dan Kepala Kepolisian Daerah Jawa Barat Nomor 25 Tahun
2002 tentang Pembinaan Penyelenggaraan Ketenteraman dan
Ketertiban Umum serta Pemeliharaan Keamanan dan Ketertiban
Masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan koordinasi terpadu
dan memperlancar serta mempercepat penanganan pelanggaran
ketenteraman dan ketertiban umum, serta kerjasama dalam
penegakan Peraturan Daerah.

Sebagai implementasi, Perangkat Daerah di lingkungan


Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang terkait dengan hal tersebut,
telah melakukan upaya penanggulangan gangguan ketertiban umum
dan ketenteraman masyarakat di Jawa Barat perlu didukung
Kepolisian Daerah Jawa Barat dan Komando Daerah Militer (Kodam)
III/Siliwangi. Peran aktif diantara kedua pihak yaitu pihak
pemerintah dan kepolisian memberikan dampak yang besar dalam
penanganan gangguan yang dihadapi agar dapat ditangani secara
menyuluruh dengan efektif dan efisien, karena memanfaatkan
komponen yang ada dalam struktur tugas Kepolisian Daerah Jawa
Barat dan Kodam III/Siliwangi.

VI- 36

Anda mungkin juga menyukai