Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gout Arhtritis atau Asam Urat adalah penyakit yang sering ditemukan dan

tersebar di seluruh dunia. Gangguan metabolisme yang mendasarkan gout

adalah hiperurisemia yang diartikan sebangai peningkatan kadar asam urat

lebih dari 7,0 mg/dl untuk laki-laki dan 6,0 mg/dl untuk perempuan.

(Sudoyo,2009). Asam urat disebut juga gout arthritis gout termasuk suatu

penyakit degenerative yang menyerang persendian, dan paling sering dijumpai

di masyarakat terutama dialami oleh lanjut usia (lansia). Namun tak jarang

penyakit ini juga ditemukan pada golongan pralansia (Damayanti,2013).

Kadar asam urat dalam darah yang berlebihan akan menimbulkan

penumpukan Kristal pada sendi dan pembuluh darah kapiler, lalu kristal yang

akan menyebabkan penyakit gout artritis dan akan menganggu kenyaman

lansia (Misnadiarly, 2007). Hasil penelitian sebagian besar penderita gout

artritis mengalami hiperurisemia, yaitu sebesar 65% dan batu ginjal terjadi

sekitar 10-25% pasien dengan gout primer (Alifiasari, 2011).

Menurut WHO (World Health Organization), hiperurisemia terjadi

pada 5-30% populasi umum dan prevalensi dapat lebih tinggi pada beberapa

kelompok etnik tertentu. Prevalensi gout belakangan ini menunjukkan

peningkatan di seluruh dunia, diduga karena peningkatan prevalensi dan

penggunaan obat-obatan. Kejadian gout bervariasi antara 0,16-1,36%,


sedangkan menurut data yang ditemukan oleh Johnstone (2005), prevalensi

gout bervariasi dari 0,2% di Eropa dan Amerika Serikat sampai 10% pada

laki-laki dewasa pada populasi Maori di Selandia Baru (Wisesa dan Suastika,

2009).

Menurut Riskerdas tahun 2013, prevalensi penyakit gout berdasarkan

diagnosa tenaga kesehatan di Indonesia 11,9% dan berdasar diagnosa atau

gejala 24,7%. Jika dilihat dari karakteristik umur, prevalensi tertinggi pada

umur > 75 tahun (54,8%). Penderita wanita juga lebih banyak (27,5%)

dibandingkan dengan pria (21,8%).

Di Jawa Tengah prevalensi atas kerjasama WHO terhadap 4683

sampel didapatkan penyakit gout adalah sebesar 24,3% pada laki-laki dan

11,7 % pada perempuan (Nengsi,2014).

Penyakit asam urat masih menjadi masalah utama dalam dunia kesehatan,

dibuktikan dari berbagai kasus komplikasi dari penyakit asam urat ii seperti

gagal ginjal,batu ginjal dan lain-lain masih cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi

oleh kurangnya kesadran masyarakat yang kurang memperhatikan

kesehatannya seperti masih banyaknya masyarakat yang mengkonsumsi

makanan tanpa memperhatikan kandungan dari makanan tersebut. Faktor

aktivitas yang brlebihan juga dapat memperburuk dan mendukung adanya

komplikasi penyakit asam urat (Damayanti,2012). Berdasarkan berbagai

dampak yang ditimbulkan, penyakit asam urat perlu penanganan yang tepat

dan aman. penanganan asam urat dapat dilakukan dengan terapi farmakologis

dan non farmakologis. Penanganan farmakologis dilakukan dengan


menggunakan obat sintesis yaitu efek sampingnya tidak sedikit bagi tubuh.

Sedangkan penanganan non farmkologis salah satunya adalah dengan terapi

komplementer-alternatif lebih sesuai untuk penyakit metabolik dan

degeneratif, penggunaannya lama tetapi efek sampingnya relatif kecil jika

digunakan secara tepat sehingga dapat menjadi pilihan masyarakat untuk

mengatasi gout (Snyder, 2002).

Hasil penelitian sebelumnya yang sudah dilakukan bagi para penderita

asam urat untuk memperbaiki kualitas hidupnya agar penderita asam urat

tahu,mau,dan mampu mencegah,menangani, dan melakukan pemeliharaan

kesehatan terkait penyakit asam urat, sehingga dapat memperbaiki kualitas

hidupnya lebih baik (Jaji,2012).

Kubis atau kol (Brassica Oleracea Var Capitata) merupakan sayuran

ekonomis yang sangat mudah ditemukan di sekitar kita. Kubis kaya akan

fitonutrien dan berbagai vitamin seperti vitamin A,C,E,dan kandungan

glukosinolate mempunyai aktivitas antikanker. Kubis memiliki kandungan

serat yang tinggi yang juga sangat dibutuhkan untuk menyerap kadar asam

urat yang berlebih didalam tubuh, pengobatan menggunakan kubis dapat

dilakukan dengan menempelkan beberapa helai daun kubis dapat membuat

serat dalam kubis menyerap kadar asam urat berlebih pada bagian tubuh atau

sendi tempat ditempelkannya. Serat pada kubis memang berpengaruh baik

untuk penyembuhan asam urat tetapi bukan untuk dimakan karena jika

dimakan justru akan meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh, kubis

berkhasiat oksidan kubis berkhasiat sebagai anti oksidan dan merangsang


sistem imun tubuh Berdasarkan penjelasan diatas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompres Daun Kubis Dingin

terhadap Kadar Asam Urat pada Lanjut Usia (Dalimartha, 2011).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan pada latar belakang di atas maka peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang Pengaruh Kompres Daun Kubis Dingi terhadap

Kadar Asam Urat pada Lanjut Usia di Wilayah Puskesmas Sragen Kota.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Pengaruh

Kompres Daun Kubis Dingin terhadap Kadar Asam Urat pada Lanjut Usia

di Wilayah Puskesmas Sragen Kota.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui karakteristik demografi responden.

b. Mengetahui gambaran kadar asam urat sebelum diberikan Pengaruh

Kompres Daun Kubis Dingin pada Lanjut Usia di wilayah Puskesmas

Sragen Kota.

c. Mengetahui gambaran kadar asam urat setelah dibberikan Pengaruh

Kompres Daun Kubis Dingin pada Lanjut Usia di wilayah Puskesmas

Sragen Kota.
d. Menganalisis perubahan gambaran kadar asam urat setelah diberikan

Pengaruh Kompres Daun Kubis Dingin pada Lanjut Usia di wilayah

Puskesmas Sragen Kota.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat menambah informasi tentang memberi kompres daun kubis dingin

pada lanjut usia yang menderita kadar asam urat serta sebagai kemajuan

ilmu kesehatan terhadap pentingnya kesehatan.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Dapat memberikan gambaran untuk lebih menggalakkan tentang asam urat

dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan.

3. Bagi Masyarakat

Untuk mendukung peningkatan mutu kesehatan khususnya pengetahuan

dan sikap masyarakat mengenai penyakit asam urat.

4. Bagi Peneliti

Penderita asam urat mengetahui tentang asam urat dan menunjukkan sikap

positif dalam melakukan pencegahan maupun penanganan asam urat yang

berkaitan dengan menggunakan dengan kompres daun kubis dingin.

5. Bagi Peneliti lain

Hasil penelitian ini diharapkan dapat sebagai data dasar dan sebagai

sumber rujukan untuk peneliti selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai