Makalah Kelompok 2 Biomol
Makalah Kelompok 2 Biomol
PENDAHULUAN
Molekul chaperon, salah satunya yaitu heat shock protein (Hsps) yang secara luas
telah dikenal sebagai mediator penting dalam konformasi protein seluler dan
pergantian protein (sebagai penyeimbang antara sintesis protein dan degradasi
protein). Struktur protein memiliki sifat yang fleksibel dan labil sehingga strukturnya
mudah berubah-ubah. Pada molekul chaperon dengan struktur rumit yang kompleks
dan dinamis dapat digunakan sebagai kontrol kualitas protein (PQC) dengan
melindungi proteom seluler di bawah kondisi normal dan tekanan. Protein yang
mengalami pelipatan dan/atau terdenaturasi rentan terhadap perilaku menyimpang,
seperti pembentukan agregat yang ireversibel sehingga merusak sel. Dalam hal ini,
molekul chaperon akan membantu dalam pelipatan dan perbaikan ulang protein secara
benar, serta berfungsi untuk mencegah protein dari pelipatan yang menyimpang dan
mengalami agregasi. Dalam beberapa kasus, molekul chaperone juga dikaitkan
dengan penghapusan protein misfold ireversibel secara tepat waktu. Dengan
demikian, molekul chaperon berperan penting dalam memastikan proteostasis seluler
(yaitu homeostasis proteom) yang juga membutuhkan proses pengaturan pergantian
protein. Oleh karena itu, berbagai aktivitas molekuler termasuk aktivitas foldase,
refoldase, unfoldase, holding, disaggregase, translokase, dan targetase berkaitan erat
dengan fungsi chaperon. Diantara berbagai aktivitas tersebut, aktivitas unfoldase
molekul chaperone menyimpang dengan fungsi keseluruhannya dalam pembentukan
konformasi, umumnya mengkatalisasi unfoldase pada protein misfold yang stabil
untuk mengubahnya menjadi keadaan yang dapat dilipat kembali secara alami atau
dapat dibelah. Oleh karena itu aktivitas unfoldase ini secara langsung terkait dengan
aktivitas chaperon yang saling berhubungan dengan yang lainnya, seperti reaksi
berurutan untuk disagregasi-unfolding-refolding dari agregat atau dalam kasus
protease AAA+ yang membuka protein substrat yang salah lipatan untuk degradasi
selanjutnya. Dalam kedua kasus tersebut, molekul chaperon dengan reaksi unfoldase
sementara pada dasarnya menggunakan ATP untuk optimalisasi fungsi chaperon.
Penelitian ini melaporkan jenis baru dari aktivitas unfoldase yang diidentifikasi dalam
ATP-independen molekul chaperon, Hsp33 yang menginduksi agregasi yang
ireversibel dari protein substrat.
Molekul chaperon prokariotik Hsp33 pada awalnya ditemukan sebagai induksi
panas tetapi setelah translasi mengaktivasi chaperon. Protein membutuhkan kedua
stresor panas dan oksidasi atau tegangan sinyal oksidatif yang sangat kuat untuk
menampilkan aktivitas pembentukan ATP independen, yang menghasilkan pengikatan
pada intermediate unfolding protein klien untuk mencegah denaturasi ireversibel.
Bentuk tereduksi dari Hsp33 (RHsp33), merupakan bentuk tidak aktif secara
fungsional dan memiliki lipatan unik dari redox-switch domain (RSD; residu 232–
294) yang mengikat ion seng melalui empat sistein yang mirip (C232, C234, C265,
dan C268). Sedangkan pada kondisi oksidatif secara panas dan kinetika akan
membentuk oksida Hsp33 (OHsp33) yang aktif secara fungsional melalui pelepasan
seng dengan adanya pembentukan ikatan disulfida (terhubung pada C232-C234 dan
1
C265-C268) antara sistein. Dalam konformasi holding-aktif ini, middle linker domain
(MLD; residu 179-231) dan RSD menjadi tidak teratur dalam menyediakan daerah
pengikatan klien. Terjadinya oksidasi yang tidak terlalu besar dari RHsp33 pada suhu
yang tidak terlalu tinggi secara dominan menghasilkan bentuk protein setengah
teroksidasi (hOHsp33) dengan hanya satu ikatan disulfida (C265-C268) di mana RSD
terbuka tetapi MLD tetap terlipat, dimana protein menunjukkan adanya sedikit atau
tanpa aktivitas. Studi selanjutnya mengungkapkan bahwa pembukaan RSD bukanlah
penentu struktural untuk aktivasi fungsional Hsp33, meskipun berfungsi sebagai
ruang deteksi redoks. Hasil ini juga ditunjukkan bahwa Hsp33 diekspresikan pada
tingkat dasar bahkan di bawah kondisi tanpa tekanan dan sengatan panas tidak
memberikan stimulus yang memadai untuk Hsp33 yang diekspresikan secara termal
untuk mencapai aktivitas chaperon, membuat peneliti berspekulasi bahwa RHsp33
memiliki fungsi spesifik sendiri melalui lipatan unik RSD. Dalam hal ini,
dipertimbangkan hasil penelitian mengenai efek Hsp33 pada EF-Tu, dimana translasi
GTPase memainkan peran penting dalam perpanjangan translasi dengan mengirimkan
aminoasil-tRNA ke daerah ribosomal A. Sebagai contoh, Wholey dan Jakob (2012)
mengamati bahwa Hsp33 melindungi EF-Tu terhadap degradasi oksidatif pada Vibrio
cholerae, sedangkan Bruel (2012) menunjukkan bahwa ekspresi Hsp33 berlebih
menargetkan EF-Tu untuk degradasi pada strain E. coli yang kekurangan trigger
faktor (TF) dan DnaK. Akan tetapi pada kedua kasus tersebut, interaksi molekul
Hsp33 dengan EF-Tu tidak diselidiki pada tingkat struktural molekul.
Berdasarkan hal tersebut, tujuan dari penelitian ini untuk mengungkap
fungsionalitas Hsp33 baru dan mendukung dasar struktural dari fungsinya. Selain
memverifikasi interaksi molekul langsung, kami bertujuan untuk mengidentifikasi
yang mana dari beberapa konformasi Hsp33 (RHsp33, hOHsp33, dan OHsp33) yang
berkaitan dengan interaksi EF-Tu, untuk menentukan apakah konformasi ini
melindungi atau merusak EF- Tu, dan untuk mengidentifikasi konsekuensi struktural
dan fungsional dari interaksi. Secara keseluruhan, hasil menunjukkan bahwa RHsp33
secara spesifik menampilkan aktivitas unfoldase/aggregase yang unik terhadap EF-
Tu, yang dapat memiliki beberapa implikasi biologis, termasuk kemungkinan
keterlibatan Hsp33 dalam mesin PQC dan sistem pengaturan pergantian protein.
2
BAB 2
METODE PENELITIAN
3
Table S1. Primer sequences employed for subcloning and mutagenesis.
Hsp33
EF-Tu
Restriction-enzyme cleavage sites (NdeI and XhoI for forward and reverse primers, respectively) for
subcloning are shown in bold and underlined, whereas mutation positions are in bold and italic.
4
oligomerisasi EF-Tu, sisa DTT dan ion magnesium dikeluarkan dari larutan MonoEF-
Tu yang dimurnikan menggunakan kolom PD-10 (GE Healthcare), dilanjutkan
dengan perlakuan larutan dengan 1 mM EDTA. OligoEF-Tu kemudian diambil dari
supernatan larutan EDTA untuk analisis spektroskopi (CD dan fluoresensi).
5
pengambilan sampel (10 μL) pada waktu sampling yang ditentukan, dilanjutkan
dengan pemanasan dengan buffer sampel SDS-PAGE (10 μL) dan selanjutnya
penyimpanan dalam freezer sampai akan digunakan pada SDS-PAGE. Ketika spesies
teroksidasi dari Hsp33 (hOHsp33 atau OHsp33) diuji sebagai substrat, ZnSO4
dikeluarkan dalam semua larutan buffer yang digunakan.
2.7 Spektroskopi CD
Sel dengan panjang jalur 0,1 cm digunakan untuk pengukuran CD sampel
protein individu (5-20 μM) dengan melarutkan dalam 15 mM buffer natrium fosfat
(pH 7,4) yang mengandung 15 mM NaCl, 20 μM ZnSO4, dan 20 μM MgSO4. Pada
kondisi buffer ini, larutan monoEF-Tu stock yang mengandung 5 mM MgSO4
dilakukan penggantian buffer dengan 1 mM MgSO4, dilanjutkan dengan pengenceran
hingga konsentrasi yang ditentukan (20 μM MgSO4) sebelum pengukuran. Spektrum
6
standar far-UV CD dicatat dengan spektrofolarimeter Jasco J-710 pada suhu kamar
(sekitar 22°C) dengan bandwidth 1 nm dan waktu reaksi 1 detik. Tiga pemindaian
individu yang diambil dari 260 nm hingga 190 nm dengan bandwidth 0,1 atau 1 nm
dijumlahkan dan dirata-rata, dilanjutkan dengan pengurangan sinyal CD buffer
kosong. Perubahan waktu CD dilihat pada 220 nm dengan suhu 30°C menggunakan
Applied Photophysics Chirascan CD spektrometer yang dilengkapi dengan pengontrol
suhu. Sinyal direkam setiap 0,1 detik dengan bandwidth 1 nm.
7
BAB 3
HASIL PENELITIAN
8
Gambar. S1. Produksi dan karakterisasi spesies EF-Tu oligomer. (a) Efek Mg2+ dan
panas pada oligomerisasi EF-Tu. Uji filtrasi gel analitik dilakukan pada suhu kamar
menggunakan kolom Superdex 75. Larutan EF-Tu (50 μM) disiapkan tanpa
menggunakan Mg2+ (garis merah dan biru) dan menggunakan (garis hitam, abu-abu,
dan hijau) Mg2+ dianalisis masing-masing larutan secara langsung setelah pemurnian
(garis merah dan hitam), setelah empat hari penyimpanan pada 4 °C (garis biru dan
abu-abu) dan setelah inkubasi 1 jam pada 30 °C (garis hijau). Gambar SDS-PAGE
(12% Tricine gel) untuk fraksi individual (dikumpulkan setiap 5 menit) dari
profil/gambar hijau yang ditampilkan di panel bawah. (B) Pemantauan DLS oligomer
EF-Tu. Fraksi oligomer dari EF-Tu yang dimurnikan, kemudian disiapkan tanpa
adanya Mg2+ (garis merah dalam (A)) diukur sebelum percobaan ITC (Gambar. 1c).
Parameter yang dianalisis disajikan dalam bentuk tabel inset.
Sebaliknya, hasil filtrasi gel untuk persiapan yang berbeda dengan penggunaan
+2
Mg secara terus menerus pada semua langkah ekspresi dan pemurnian protein
menunjukkan satu spesies tunggal elusi sesuai dengan ukuran monomernya (garis
hitam pada Gambar Tambahan. S1a), yang dipertahankan selama penyimpanan pada
suhu 4 °C selama lebih dari 4 hari (garis abu-abu pada Gambar Tambahan. S1a).
Namun, dilakukan penambah agen chelating (EDTA) ke dalam larutan EF-Tu yang
mengandung Mg+2 dengan pengendapan protein yang buruk dengan indikasi bahwa
ion Mg+2 yang terikat dengan EF-Tu sangat berperan penting untuk stabilitas protein.
Selain itu, oligomerisasi Mg+2-bound EF-Tu juga dilanjutkan sampai pada perlakuan
suhu tinggi (garis hijau di Gambar Tambahan. S1a) dan terdapat akselerasi pada suhu
yang lebih tinggi, hal ini menunjukkan bahwa sifatnya yang secara intrinsik tidak
stabil.
Reduksi Ikatan Pembentukan Spesifik Hsp33 ke EF-Tu
9
Gambar. 1. Interaksi molekul antara RHsp33 dan EF-Tu. (a) Pull-Down assay
menggunakan tagfused-nya MonoEF-Tu sebagai molekul umpan yang berikatan dengan
resin, sementara menggunakan RHsp33 sebagai molekul sasaran/target. Larutan
protein dicampur dengan resin, berdasarkan dengan pencucian dan elusi selanjutnya.
Setiap larutan diselesaikan dengan SDS-PAGE (M, ukuran marker). (b) NMR
([1H/15N] TROSY) spektrum [15N] RHsp33 (0,3 mM) jika tidak ada (kiri) dan
keberadaan 0,5 (tengah) dan 1 (kanan) equimolar EF-Tu. (c) Pengukuran ITC untuk
R
Hsp33 mengikat MonoEF-Tu (kiri) dan OligoEF-Tu (kanan). Setiap titik dalam isoterm
mengikat (panel bawah) mewakili panas terintegrasi terkait puncak dalam termogram
(panel atas).
Pengujian pull-down dilakukan untuk memeriksa ikatan antara Hsp33 dengan
EF-Tu dengan menggunakan bentuk EF-Tu monomer-tag hexahistidine (MonoEF-Tu)
sebagai umpan untuk mengikat Ni2+-affinity resin, bersama dengan tiga persiapan
Hsp33 pada keadaan redoks yang berbeda (RHsp33, hOHsp33, dan OHsp33) sebagai
target. RHsp33 terikat pada EF-Tu yang terikat resin (Gambar. 1a), sedangkan
hO
Hsp33 dan OHsp33 tidak menunjukkan pengikatan yang signifikan (Tambahan
Gambar. S2a). Pengikatan EF-Tu ke RHsp33 kemudian diperiksa dengan spektroskopi
NMR (Gbr. 1b). Spektrum TROSY [1H / 15N] dari RHsp33 menunjukkan perluasan
garis signifikan pada penambahan MonoEF-Tu, menunjukkan pembentukan sebuah
kompleks dengan protein. Selanjutnya, dilakukan pengujuian untuk mengukur afinitas
pengikatan menggunakan ITC.
Konsisten dengan hasil uji pull-down, hasil menunjukan tidak ada pengikatan
signifikan dari hOHsp33 dan OHsp33 MonoEF-Tu yang teramati (Gambar Tambahan
S2b). Tanpa diduga, termogram ITC untuk pengikatan RHsp33 ke MonoEF-Tu
menunjukkan jejak yang tidak biasa yang ditandai oleh reaksi kontiniu endotermik
mengikuti reaksi eksotermik (Gambar. 1c). Termogram abnormal ini pada akhirnya
dijelaskan oleh perubahan konformasi EF-Tu setelah RHsp33 berikatan (lihat
10
Diskusi). Namun, jejak eksotermis dengan gangguan endotermis tak terhindarkan
dalam menghambat kemampuannya dalam melakukan analisis yang dapat digunakan
untuk memperkirakan parameter termodinamika. Sebagai alternatif, dilakukan
pengukuran RHsp33 dalam mengikat fraksi volume oligomer EF-Tu (OligoEF-Tu;
seperti yang ditunjukkan pada Gambar tambahan. S1a), yang memungkinkan estimasi
yang sesuai (Gambar 1c): Kd 0,58 ± 0,13 μM (ΔH = −78,6 ± 3,47 kJ · mol-1; ΔG =
−35,7 kJ · mol-1) dengan stoikiometri sekitar dua (N = 2,37 ± 0,06) molekul RHsp33
ke satu oligomer EF-Tu, menggunakan 20-mer yang disebutkan diatas mengenai
pengukuran oligomer (Gambar Tambahan. S1b) untuk EF-Tu. Jadi, charapone yang
tidak aktif, mereduksi bentuk Hsp33, tetapi bukan bentuk teroksidasi diman,
dinyatakan secara relevan untuk MonoEF-Tu dan Ikatan OligoEF-Tu.
Gambar. S2. Tidak ada interaksi yang jelas antara MonoEF-Tu dan spesies Hsp33
teroksidasi. (a) Uji Pull-Down menggunakan MonoEF-Tu His-Tag-Fused sebagai
molekul umpan yang berikatan dengan resin, sambil menggunakan hOHsp33 (panel
atas) atau OHsp33 (panel bawah) sebagai molekul target/sasaran. Larutan protein
dicampur dengan resin, diikuti dengan pencucian dan elusi berikutnya. Setiap solusi
11
diselesaikan dengan SDS-PAGE (M, ukuran marker). (b) Pengukuran ITC untuk
titrasi hOHsp33 (kiri) dan OHsp33 (kanan) ke MonoEF-Tu. Setiap titik dalam isoterm
yang mengikat (panel bawah) mewakili panas terintegrasi dari puncak terkait dalam
termogram (panel atas).
12
Uji filtrasi gel analitik dilakukan pada suhu kamar menggunakan kolom Superdex 75 (a)
atau Superdex 200 (b dan c), pada laju aliran 1 mL / menit dalam 50 mM buffer HEPES
(pH 7,4) yang mengandung 150 mM NaCl, 5 mM MgSO4, 100 μM ZnSO4, dan 5 mM
DTT. (a) Efek RHsp33. Campuran MonoEF-Tu (50 μM) dan RHsp33 (25 μM) diinkubasi
pada 30°C selama 30 menit (merah) atau selama 1 jam (biru) sebelum injeksi. Profil
standar untuk RHsp33 dan MonoEF-Tu yang terisolasi masing-masing disajikan oleh garis
hijau dan hitam. Semua eluen individu difraksinasi setiap 5 menit dan diselesaikan dengan
12% Tricine-SDS-PAGE (panel lebih rendah; M, penanda ukuran molekul).
(b) Peningkatan inkubasi tergantung waktu ukuran oligomer. Campuran MonoEF-Tu
(15μM) dan RHsp33 (15μM) disuntikkan setelah pencampuran (hitam) dan setelah inkubasi
pada 30°C selama 30 menit (abu-abu), 1 jam (garis merah), atau 3 jam (biru) (c) Efek
nukleotida guanidin. Campuran equimolar (15 μM) dari MonoEF-Tu dan RHsp33 tanpa
nukleotida (hitam) atau mengandung 60 μM GTP (biru) atau PDB (merah) bermigrasi
setelah 1 jam sebelum inkubasi pada suhu kamar (sekitar 22 ° C).
3.3 Degradasi Oligomer spesifik EF-Tu oleh Lon protease
Karena EF-Tu dikenal sebagai substrat Lon protease dalam sel, kerentanan EF-Tu
Mono
untuk Lon dibandingkan antara EF-Tu dan bentuk yang dikonversi secara
intrinsik, OligoEF-Tu (Gambar 4a).
Gambar 4a
13
Mono
Khususnya, EF-Tu tampaknya resisten terhadap proteolisis oleh Lon,
Oligo Mono
sedangkan EF-Tu diserap secara efisien. Sebagian kecil degradasi EF-Tu
terdeteksi setelah inkubasi 2 jam dengan Lon disebabkan oleh sebagian kecil dari
oligomer yang dibuat secara spontan selama inkubasi. Degradasi EF-Tu oleh Lon
juga menonjol dalam kehadiran RHsp33 (Gbr. 4b), menyiratkan bahwa Oligo
EF-Tu
R
yang diinduksi Hsp33 kompeten untuk pencernaan cepat oleh Lon. Selain itu,
degradasi EF-Tu sangat dipercepat ketika campuran tersebut dengan RHsp33 telah
diinkubasi sebelumnya untuk oligomerisasi yang efisien sebelum bereaksi dengan
Lon (Gbr. 4b).
Gambar 4b
Selain itu, nukleotida guanosin yang sedikit menekan oligomerisasi (Gbr. 2c)
juga mengakibatkan retardasi marginal degradasi (Gbr. 4c). Bersama-sama, hasil ini
Oligo
menunjukkan bahwa EF-Tu secara khusus mengalami Lon proteolisis, dan
R
mengikat Hsp33 bisa memfasilitasi degradasi EF-Tu yang dimediasi oleh Lon
dengan mendorong oligomasinya. Kami selanjutnya mengkonfirmasi bahwa Hsp33
hO
juga bisa rentan terhadap Lon tergantung pada keadaan unfolding; yaitu., Hsp33
O
yang terisolasi dengan unfolding parsial dan Hsp33 dengan unfolding yang
diperpanjang meminta penyerapan secara cepat, masing-masing. Namun, RHsp33,
serta piruvat kinase yang terkandung dalam campuran reaksi untuk pembuatan ATP,
tetap utuh selama degradasi EF-Tu (Gambar 4b dan 4c). Oleh karena itu, konformasi
tertentu untuk EF-Tu dapat diantisipasi di kompleks RHsp33: EF-Tu.
14
Gambar 2c Gambar 4c
Gambar 5a Gambar 5b
15
pergeseran biru yang signifikan dan intensifikasi setelah 30 menit inkubasi (merah
pada Gambar. 5b). Meskipun Hsp33 mengalami unfolding parsial pada oksidasi yang
mengekspos permukaan hidrofobik, seperti Hsp33 yang dibuka oleh oksidasi yang
tidak terduga tidak mungkin dalam kondisi percobaan kami karena RHsp33 terisolasi
tidak menunjukkan perubahan spektral yang signifikan selama inkubasi (abu-abu pada
R
inset Gambar 5c). Resistensi proteolitik Hsp33 dalam kompleks dengan EF-Tu
hO
(Gambar 4b), berbeda dengan penyerapan / OHsp33 yang efisien oleh Lon, juga
bisa mengecualikan kemungkinan Hsp33 unfolding selama inkubasi kompleks
R
Hsp33:MonoEF-Tu.
Gambar 5c Gambar 5d
16
Gambar 1b
Gambar 6a
17
3.4 Keterlibatan RSD RHSP33 dalam interaksi EF-Tu
Adanya garis yang meluas pada spektrum NMR dari perbandingan equimolar
R
Hsp33:kompleks EF-Tu (Gbr. 1b), residu RHsp33 yang berinteraksi dengan EF-Tu
secara kualitatif dilacak dengan menggunakan sejumlah kecil (0,2 equimolar) EF -Tu
(Gbr. 6a). Spektrum ini membedakan beberapa residu representative RHsp33 dengan
resonansi yang hilang ketika penambahan EF-Tu. Mengingat bahwa residu ini
kemungkinan terlibat dalam interaksi molekul spesifik, situs pengikatan EF-Tu
dimungkinkan didistribusikan melalui ketiga domain RHsp33. Namun, sangat penting
bahwa banyak residu di RSD, termasuk sistein yang mengikat ligan seng C265,
diduga terlibat dalam situs kontak EF-Tu, karena lipatan RSD yang terikat seng
membedakan secara kritis RHsp33 dari bentuk cacatnya saat mengikat EF-Tu, yakni
hO/O
Hsp33. Oleh karena itu, di antara residu penghubung EF-Tu yang diduga dalam
RSD, dilakukan mutagenesis terarah untuk S235, R236, dan D266, karena residu ini
umumnya terpapar permukaan, berdekatan dengan kista koordinat seng C234 dan
C265 (Gambar 6b), dan menunjukkan tingkat konservasi yang tinggi pada ortolog
Hsp33 (Gambar Tambahan S5; serin pada posisi 235, asam amino bermuatan positif
pada 236, dan asam amino polar pada 266): S235A (gugus hidroksil dihilangkan ),
R236E (charge reversed), dan D266A (charge dihapus) mutan RHsp33.
Kompatibilitas RSD dengan lipatan yang terikat seng ditentukan secara pasto oleh
spektrum CD yang tidak berubah dari tiga varian yang dihasilkan (Gambar
Tambahan. S6). Kedua mutasi S235A dan R236E merusak kemampuan RHsp33 untuk
mengkatalisasi oligomerisasi EF-Tu, sementara D266A juga cukup mengganggu
aktivitas protein unfoldase / aggregase dari protein (Gbr. 6c). Cacat yang cukup besar
dalam mengagregasi EF-Tu karena mutagenesis terarah di ketiga lokasi ini
memverifikasi bahwa wilayah pengikatan seng dari RHsp33 berkontribusi secara kritis
terhadap pengikatan spesifiknya terhadap EF-Tu.
18
Gbr. 6. Kontribusi kritis dari daerah pengikatan seng di RHsp33 untuk pengikatan EF-
Tu. (a) NMR ([1H / 15N] TROSY) spektrum [15N] RHsp33 (0,3 mM) pada pH 6,5
dengan tidak adanya (hitam) dan ada (merah) dari 0,2 equimolar EF-Tu. Di daerah
yang diselesaikan dengan baik, puncak indikator (mis., Benar-benar menghilang saat
mengikat) untuk NCD, MLD, peregangan antar domain, dan RSD diberi label dengan
nomor residu yang sesuai masing-masing berwarna biru, merah muda, cokelat, dan
hijau; yang dipilih untuk mutagenesis adalah kotak. (B) deskripsi struktural dari
R
Hsp33. Angka tersebut dihasilkan dengan koordinat atom untuk struktur model semi-
empiris E. coli RHsp33 ditentukan sebelumnya [22]. Koordinasi warna untuk setiap
domain mengikuti bahwa pada panel a. Ion seng terikat (bola) dan rantai samping
sistein (model tongkat) yang dilestarikan digambarkan dengan warna kuning. Rantai
samping dari S235, R236, dan D266 residu untuk mutagenesis direpresentasikan
sebagai bola. (c) profil filtrasi-gel (kolom Superdex 200) dari MonoEF-Tu (30 μM;
hitam) dan campurannya dengan tipe liar equimolar (merah) atau mutan berarah situs
dari RHsp33: D266A- (abu-abu), R236E- (biru), atau S235A-RHsp33 (hijau). Semua
sampel mengandung 40 μM PDB dan pra-inkubasi pada 30 ° C selama 1 jam sebelum
injeksi.
19
diidentifikasi secara wajar sebagai domain spesifik yang bertanggung jawab untuk
mengikat RSD RHsp33. Spektrum yang dipatenkan ΔD3EF-Tu (GD + D2), yang
menunjukkan lebih banyak gangguan resonansi daripada spektrum yang dititrasi GD,
menunjukkan bahwa D2 juga berkontribusi pada pengikatan RHsp33 dari EF-Tu.
Selain itu, afinitas yang tampaknya melemah dengan menghapus D3 (bandingkan
Gambar. 7b untuk ΔD3EF-Tu dengan Gambar. 1b dan 6a untuk EF- utuh Tu)
menyiratkan bahwa D3 dalam EF-Tu yang utuh juga mungkin terlibat dalam
pengikatan RHsp33. Secara kolektif, hasil ini menunjukkan ikatan yang mengikat dari
ketiga domain dalam EF-Tu yang utuh untuk menyelesaikan ikatan kuat yang diamati
dengan RHsp33 dan / atau perubahan konformasi berikutnya. Namun, mengingat
kerusakan pada pengikatan RHsp33 dari ΔGDEF-Tu (Gambar 7c), juga masuk akal
bahwa pengikatan EF-Tu GD ke RHsp33 RSD dapat mendorong interaksi molekul
keseluruhan dari dua protein. Asumsi ini pada gilirannya sangat didukung oleh hasil
mutagenesis sebelumnya (Gambar 6c) yang mengkonfirmasi pengaruh kritis dari
mutasi di RSD RHsp33 pada kemampuan mengikat EF-Tu.
20
BAB 4
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan untuk memeriksa fungsi baru dari molekul chaperon
Hsp33, yang memiliki potensi berkaitan dengan regulasi EF-Tu yang terlibat dalam
sintesis protein di ribosom. Identifikasi awal pada redox-regulated holding chaperon,
dimana reduksi ikatan zink bentuk Hsp33 (RHsp33) telah lama dianggap sebagai sisi
tidak aktif secara fungsional yang digunakan untuk aktivasi induksi oksidasi. Selain
itu, tekanan termal sel dapat dengan mudah dapat menimbulkan tekanan oksidatif
sehingga dianggap bahwa ekspresi berlebih dari RHsp33 yang diinduksi oleh panas
merupakan respon cepat terhadap tekanan oksidatif setelah adanya tekanan panas.
Akan tetapi, penelitian ini memberikan interpretasi alternatif lain bahwa protein
dalam keadaan tereduksi dapat menampilkan fungsinya sendiri yang bisa dibedakan
dari bentuk teroksidasi. Fungsi spesifik molekuler RHsp33 ini juga tampak berbeda
dari aktivitas spesifik bentuk tereduksi (misal penargetan membran klien) dari
chaperon eukariotik, Get3, yang sistem redox-regulated molekulernya sangat mirip
dengan Hsp33.
Fungsi spesifik RHsp33 secara tidak langsung dapat dilihat pada ikatan zink
dengan RSD yang terstruktur baik dimana merupakan lipatan unik dari domain ikatan
zink. Hasil ini menunjukkan bahwa RSD secara spesifik merupakan perantara ikatan
yang kuat (submikromolar Kd) dari RHsp33 ke EF-Tu melalui interaksi dengan
domain G dari EF-Tu. Oleh karena itu, keterlibatan penting dari pelipatan RSD, yang
sepenuhnya terbuka pada oksidasi, dapat menjelaskan kerusakan ikatan Hsp33
teroksidasi dengan EF-Tu. Pengikatan spesifik yang dimediasi RSD dari RHsp33 ke
EF-Tu juga menunjukkan bahwa EF-Tu akan menjadi klien yang menguntungkan dari
R
Hsp33. Selanjutnya, pengikatan yang kuat dari RHsp33 kemudian menimbulkan
lipatan yang menyimpang dari EF-Tu, yang berlangsung secara intens setelah
pengikatan RHsp33. Oleh karena itu, termogram yang tidak biasa dari pengikatan
R
Hsp33 ke MonoEF-Tu (Gambar1c) merupakan hasil dari proses pembukaan EF-Tu,
yang umumnya dipostulatkan sebagai reaksi endotermik, yang terjadi kemungkinan
pengikatan eksotermik dari RHsp33. EF-Tu yang terbuka juga memunculkan
permukaan hidrofob yang tidak menghasilkan oligomerisasi agresif dan mengarah
pada agregasi irreversibel. Oleh karena itu, efek molekuler dari pengikatan RHsp33
dapat dianggap sebagai regulasi bawah yang efisien dari stabilitas konformasi
(unfolding) dan koloid (agregasi) EF-Tu. Kecenderungana unfolding/agregasi
intrinsik EF-Tu dengan tidak adanya Mg2+ (Gambar tambahan 1a), unfolding/agregasi
yang dimediasi RHsp33 dari MonoEF-Tu yang terhubung dengan Mg2+ memerlukan
pelepasan Mg2+ terikat dari domain G. Akan tetapi, terbukti bahwa RHsp33 juga dapat
mengikat Mg2+ bebas OligoEF-Tu (Gambar1c). Selain itu, dalam sel, Mg2+ bebas EF-
Tu, yang dibentuk oleh pengikatan EF-Ts untuk pertukaran GDP-GTP, distabilkan
oleh ikatan EF-Ts. Berbeda dengan interaksi EF-Ts, yang terjadi melalui domain G
dan domain III dari EF-Tu, domain G/ domain II atau ketiga domain EF-Tu terlihat
dapat berinteraksi secara kooperatif dengan RHsp33 (Gambar 7). Oleh karena itu,
hubungan antar domain adalah elemen penting dari stabilitas EF-Tu yang utuh,
21
sehingga dapat disimpulkan disimpulkan bahwa destabilisasi EF-Tu oleh RHsp33,
terlepas dari adanya pelepasan Mg2+, dapat dicapai dengan modulasi yang berlawanan
dari interaksi antar domain di EF- Tu.
Secara konklusif, hasil ini menunjukkan bahwa pengikatan spesifik RHsp33
menaikkan reaksi unfolding/agregasi protein substrat, EF-Tu, dimana ikatan RHsp33
tidak bergantung pada perubahannya. Meskipun begitu, penelitian ini hanya
memberikan contoh aktivitas agregasi yang ditampilkan oleh chaperon maka masih
diperlukan juga penjelasan lebih lanjut mengenai apakah RHsp33 aktif membuka EF-
Tu atau apakah ikatan RHsp33 yang siap unfolding EF-Tu dapat menggeser
keseimbangan menuju keadaan rawan agregasi yang tidak dilipat. Selain itu, aktivitas
unfoldase dari RHsp33, yang menargetkan fungsional native fold dari substrat spesifik
EF-Tu untuk menyebabkan lipatan menyimpang, yang juga membedakan dari
aktivitas unfoldase dari chaperon lain yang diketahui, seperti cincin protease GroEL
dan AAA+, yang berperan pada polipeptida misfolding. Selain itu, cincin protease
AAA+, termasuk Lon, membutuhkan ATP untuk aktivitas unfoldase, yang
digabungkan dengan aktivitas proteolitik berikutnya, sedangkan tindakan unfoldase
dari Hsp33 tidak membutuhkan ATP. Pada chaperon, GroEL, aktivitas unfoldase ATP
independen dapat diberikan terkait dengan reaksi konsumsi ATP berikutnya untuk
pemuatan ulang klien, sedangkan aktivitas unfoldase dari RHsp33 menghasilkan
agregasi ATP independen dari substrat. Dalam konteks ini, Hsp33 dapat dianggap
sebagai contoh unik dari molekul chaperon dimana ATP independen dapat
memainkan fungsi ganda yang berbeda sebagai unfoldase/aggregase (yaitu, RHsp33)
dan sebagai holding chaperon (yaitu, OHsp33) tergantung pada status redoks.
Dalam sel, EF-Tu yang terikat RHsp33 akan kehilangan fungsinya untuk
perpanjangan translasi sebagai akibat dari perubahan konformasi yang menyimpang.
Selain itu, mengingat bahwa Lon protease adalah komponen penting dari jaringan
proteostasis seluler yang mengenali dan menurunkan protein misfolding, aktivitas
unfoldase/aggregase dari RHsp33 pada EF-Tu dalam sel akan membuat EF-Tu
dikenali oleh Lon. Meskipun EF-Tu diidentifikasi sebagai substrat menguntungkan
dari Lon protease dalam sel, hasil penelitian mengungkapkan bahwa MonoEF-Tu yang
terlipat secara alami tidak rentan terhadap degradasi proteolitik oleh Lon (Gambar
4a). Sebaliknya, perusakan spontan OligoEF-Tu oleh Lon (Gambar 4a) disebabkan oleh
meningkatnya permukaan hidrofobik (Gbr. 5b), karena protease Lon secara istimewa
mengenali bagian hidrofobik dalam misfold protein.
Demikian juga, pelipatan menyimpang dan agregasi dari EF-Tu yang terikat
R
Hsp33 dapat dengan mudah dikenali oleh Lon untuk efisiensi degradasi, sedangkan
R
Hsp33 yang terikat resisten terhadap proteolisis. Oleh karena itu, degradasi spesifik
EF-Tu oleh Lon dalam sel akan memungkinkan RHsp33 diubah lagi untuk selanjutnya
mengatur perpanjangan terjemahan melalui disregulasi EF-Tu. Proses yang mungkin
dapat dilakukan yaitu untuk degradasi EF-Tu dalam sel oleh aktivitas kolaboratif
R
Hsp33 dan Lon yang dapat berbahaya bagi pertumbuhan sel, kecuali dicegah
dan/atau diimbangi oleh sistem regulasi lain. Bruel et al. mengamati bahwa produksi
berlebih Hsp33 dalam galur E. coli yang kekurangan DnaK menunjukkan toksisitas
kuat terhadap pertumbuhan bakteri dalam kondisi normal dengan mengatur degradasi
Lon-mediated EF-Tu. Sebaliknya, pertumbuhan sel yang kekurangan DnaK pada suhu
22
non-permisif dibantu oleh Hsp33 yang diekspresikan secara berlebihan, yang
menyiratkan bahwa degradasi EF-Tu oleh RHsp33 dan Lon dapat bermanfaat bagi
kelangsungan hidup bakteri dalam kondisi tertekan. Khususnya pada heat shock, jeda
pemanjangan global merupakan mekanisme regulasi penerjemahan seluler yang
meluas untuk kelangsungan hidup sel, karena tekanan panas memicu terjadinya
misfolding dan agregasi protein yang disintesis dalam ribosom. Dalam hal ini,
disregulasi EF-Tu akan berkontribusi pada kelangsungan hidup sel-sel yang tertekan
oleh panas dengan mengurangi perpanjangan translasi dari protein yang salah lipatan
yang dapat merusak sel. Oleh karena itu, adanya RHsp33 berlebih oleh sengatan panas
menunjukkan degradasi yang dikatalisasi RHsp33 dari EF-Tu oleh Lon dapat
melibatkan RHsp33 dalam mesin pemanjangan untuk kelangsungan hidup sel dalam
menanggapi stresor termal, yang juga dapat berperan pada proteostasis seluler dengan
mengatur tingkat turnover proteome-wide dalam sel.
23
BAB 5
PENUTUP
24
Kesimpulan penelitian ini pada intinya untuk melihat aktivitas unfoldase dari
molekul chaperon, Hsp33, yang mengkatalisasi konversi struktural EF-Tu menjadi
cenderung berada dalam keadaan agregasi dan proteolisis. Aktivitas
unfoldase/aggregase dari RHsp33 yang bertentangan dengan fungsionalitas holding
O
Hsp33 dapat mencegah agregasi klien dengan menghentikan proses unfolding,
dicapai melalui interaksi spesifiknya dengan EF-Tu yang terlipat secara alami,
O
sebaliknya urutan non-spesifik interaksi acak Hsp33 dengan perantara universal
unfolding. Kinetika (Gambar 5c) dan termodinamika (Gambar 1c) dari
unfolding/agregasi EF-Tu pada ikatan RHsp33 menunjukkan bahwa contoh ini dapat
berfungsi sebagai sistem pemodelan yang sangat baik untuk analisis lebih lanjut dari
jalur protein unfolding dan/atau misfolding. Selain itu, penelitian ini sangat
bermanfaat untuk mencari substrat khusus RHsp33 selain EF-Tu untuk memvalidasi
fungsionalitas khusus klien dari RHsp33. Sebagai analisis proteomik baru-baru ini dari
Hsp33 mengidentifikasi puluhan pasangan yang menjanjikan pada pengikatan Hsp33,
R
interaksi molekul dengan Hsp33 dan struktur yang dihasilkan masih harus
dieksplorasi secara lebih lanjut. Hsp33 yang dapat diekspresikan pada level basal
bahkan di bawah kondisi tanpa tekanan, membuat fungsionalitas seluler spesifik dari
R
Hsp33 diharapkan akan semakin terungkap melalui studi lebih lanjut tentang
interaksi molekuler individual dari RHsp33 dengan klien yang diharapkan.
25