Anda di halaman 1dari 16

Stigma Masyarakat Terhadap ODHA …..

(Konstantinus Hati, Zahroh S, Antono S)

Stigma Masyarakat Terhadap ODHA Di Kota Kupang Provinsi NTT

Konstantinus Hati*), Zahroh Shaluhiyah**) Antono Suryoputro**)


*) Dinas kesehatan Kabupaten Manggarai Provinsi Nusa Tenggara Timur
Korespondensi : konstantinushati@yahoo.coo.id
**) Magister Promosi Kesehatan FKM Universitas Diponegoro Semarang

ABSTRAK
Menurut UNAIDS 2006 jumlah ODHA di dunia mencapai 39,4 juta, dewasa 37,2 juta, dan
anak-anak <15 tahun 2,3 juta. Survey jaringan kerja ASIA-PASIFIK 2006 bahwa ODHA
mengalami stigma dan diskriminasi dalam masyarakat sebesar 5-95%. Survey BPS 2009
bahwa ODHA mengalami stigma dan diskriminasi dalam masyarakat sebesar 50-80%. Di
NTT sejak tahun 1997-2013, menurut KPA NTT ODHA yang meninggal 443 orang dan yang
ditolak keluarga ada 8 orang. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap stigma yang diberikan masyarakat terhadap ODHA di Kota kupang.
Metode: deskriptif survey analitik research pendekatan kuantitatif dengan rancangan cross
secsional. Melakukan wawancara terhadap 382 Kepala Keluarga. Analisis data
menggunakan uji univariat, bivariat dan multivariate. Hasil menunjukan terdapat 56,0%
stigma rendah dan 44.0 % stigma tinggi terhadap ODHA. Variabel yang berpengaruh
terhadap stigma masyarakat terhadap ODHA yaitu Pengetahuan, persepsi tentang HIV-
AIDS dan sikap KK, sikap keluarga besar, sikap tetangga, sikap tenaga kesehatan dan sikap
tokoh masyarakat terhadap ODHA dengan tingkat probabilitas memberikan stigma
terhadap ODHA sebesar 81.72%.
Kata kunci: Stigma, Masyarakat, ODHA, Kota kupang.

ABSTRACT
Social Stigma among PLWHA in Kupang City East Nusa Tenggara: According to
UNAIDS 2006 that PLWHA in the world reached 39.4 million, 37.2 million adults and
children <15 years 2.3 million. ASIA-PACIFIC network survey in 2006 that PLWHA
experience stigma and discrimination in the family, community and in health care by 5-95%.
BPS Research in 2009 that PLWHA experience stigma and discrimination within the family,
community, neighbors, workplaces and health care by 50-80%. NTT since 1997-2013,
according to NTT KPA PLWHA who have died and 443 people were rejected by the family
of 8 people. The aim of this study was to know about factors that influence a given society
stigma against PLWHA in Kupang City. The method of this research is Analitic survey
descriptive quantitative approach with cross secsional design. Conducted interviews with
382 head of familys. Analysis of test data using univariate, bivariate and multivariate. The
results shows that here are 56,0% low stigma and 44.0% high stigma to PLWHA. The
variables to determinant on the community stigma to PLWHA are Knowledge, perceptions
about HIV/AIDS, the head of family attitudes, the big family attitude, the neighbor attitude,
the attitude of health professionals, attitude of community leaders among PLHIV with a
probability level of stigma towards PLWHA by providing 81.72%.
Keywords: Stigma, Community, PLWHA, Kota Kupang

62
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.1 Januari 2017

PENDAHULUAN 29 tahun (BKKBN. RI.,2012). Survei Asia


Human Immunodefisiency Virus (HIV) Pasific Network (APN) PLWHI, Juli tahun
adalah virus penyebab Acquired Immune 2001 dan November 2002 menggambarkan
Defisiency Sindrome (AIDS). Sedangkan AIDS 80% responden melaporkan adanya stigma dan
adalah kumpulan gejala berbagai penyakit yang diskriminatif di masyarakat dan 50% dilayanan
dapat menurunkan daya tahan tubuh manusia kesehatan (KPAN.,2011). Survei di Tujuh
yang menyebabkan mudah terserang berbagai Provinsi di Indonesia tahun 2009 oleh BPS dan
penyakit. HIV menular lewat hubungan sexual JOTHI terhadap 996 rumah tangga (Ruta)
dengan orang yang sudah menderita HIV/AIDS, menunjukan bahwa terdapat 36% Rumah
jarum suntik yang bergantian dengan orang Tangga orang terinfeksi HIV pernah
yang menderita HIV/AIDS pada penasun, mengalami stigma dan diskriminasi dari
mendapat transfuse darah dari penderita tetangganya (KPAN.,2011&Debora,I.,dkk,
HIV/AIDS (Nasronudin, 2007). Epidemi 2006).
penularan dan kematian karena HIV/AIDS Di NTT kasus komulatif HIV/AIDS
semakin meningkat hampir disetiap Negara sampai dengan Desember 2012 sebesar 1918
didunia. Hal ini terjadi karena permasalahan Kasus, HIV positif terjaring sebesar 837 kasus
HIV/AIDS sangat komplek. Untuk dan AIDS sebesar 1081 kasus, yang meninggal
memecahkan permasalahan HIV membutuhkan sebesar 443 kasus dan 8 kasus diantaranya
integritas lintas sektor maupun lintas program. ditolak oleh keluarga (KPAD NTT,
Salah satu masalah yang paling besar 2013&KPAD Manggarai, 2013). Dibeberapa
didalamnya adalah persoalan stigma kabupaten penderita HIV/AIDS mendapatkan
masyarakat terhadap ODHA. obat di kabupaten lain karena alasan malu
Menurut UNAIDS 2006 kasus HIV/AIDS dengan keluarga dan masyarakat sekitar. Sikap
di dunia sudah mencapai 39,4 juta orang, stigma masyarakat terhadap HIV/AIDS sudah
dewasa sebanyak 37,2 juta orang dan anak- muncul sejak adanya penderita HIV/AIDS asal
anak dibawah usia 15 tahun sebanyak 2,3 juta Adonara tahun 1997. Ketika penderita tersebut
orang (Kemenkes, RI.,2007). Menurut KPAN datang dari Malaysia, keluarganya menjadi
2011, kasus terbaru AIDS Indonesia Januari malu karena ada rekomendasi bahwa sakit yang
sampai September 2011 sebesar 1805 kasus. diderita adalah HIV/AIDS. Keluarga dan
Secara komulatif sampai dengan Juli 2011 masyarakat di sekitar mengisolasinya sampai
sebesar 26.483 kasus. Terdapat 45,9% usia 20- penderita itu meninggal.

63
Stigma Masyarakat Terhadap ODHA ….. (Konstantinus Hati, Zahroh S, Antono S)

Dalam pasal 2 Undang-undang RI no. 36 dapat diasumsikan bahwa orang berstigma


tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan terhadap ODHA disebakan karena kurangnya
Pembangunan kesehatan diselenggarakan pengetahuan tentang HIV/AIDS, adanya
dengan berasaskan perikemanusiaan, persepsi negative tentang HIV/AIDS, dan
keseimbangan, manfaat, perlindungan, adanya peran yang kurang mendukung dari
penghormatan terhadap hak dan kewajiban, keluarga, teman, guru, tenaga kesehatan,
keadilan, gender dan non diskriminatif dan pemerintah dan tokoh masyarakat.
norma-norma agama. Bentuk pelaksanaan dari Metode Penelitian
undang-undang ini belum nampak, di Rumah- Penelitian ini adalah survei deskriptif
rumah sakit se-NTT sejak tahun 2008 sudah analitik pendekatan kuantitatif rancangan
ada keputusan agar pelayanan terhadap ODHA Cross seccional. Melakukan wawancara
tidak boleh lagi ada perbedaan. Namun masih dengan menggunakan kuisioner terhadap 382
ada stigma dan diskriminasi terhadap ODHA. kepala keluarga sebagai responden yang
Hal ini membuat ODHA semakin tertekan, bertujuan mengetahui faktor-faktor yang
malu dan menutup diri tentang status HIV-nya berpengaruh terhadap stigma yang diberikan
(Kemenkes RI.,2012; UNAIDS,2012&Kaldor, masyarakat terhadap ODHA di Kota Kupang
J,at.all.2000). Menurut Lawrence W.Green dengan populasi sebesar 54960 KK.
(2000) faktor yang mempengaruhi perilaku (Arikunto, 2000). Pengambilan sample
spesifik yaitu predisposing factors, enabling menggunakan tehnik multistage proporsional
factors dan reinforcing factors. Predisposing random sampling. Unit sampel yang pertama
factors meliputi pengetahuan, kepercayaan, disebut Primary Sampling Unit (PSU). Bila
nilai, sikap dan keyakinan. Enabling factors PSU (Primary sampling unit) adalah
meliputi kemampuan untuk menjangkau kecamatan maka sampelnya adalah lurah, bila
sumber-sumber kesehatan, mengakses ke PSU (Primery sampling unit) adalah Lurah
sarana kesehatan, peraturan pemerintah, maka sampelnya adalah RT dan bila PSU
prioritas pembangunan, komitment terhadap (Primery sampling unit) adalah RT maka
kesehatan, kesehatan berhubungan sampelnya adalah kepala keluarga. Penentuan
keterampilan. Reinforcing factors meliputi proporsi besar sampel setiap kecamatan
dukungan keluarga, teman, guru, atasan, tergantung jumlah KK dalam kecamatan dibagi
pemberi layanan kesehatan, tokoh masyarakat besar populasi lalu dikalikan dengan besar
dan pengambil keputusan. Uraian Green ini sampel. Setiap kecamatan mengambil salah

64
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.1 Januari 2017

satu lurah secara acak sederhana dan setiap Stigma Yang Diberikan Masyarakat
lurah mengambil salah satu RT secara acak Terhadap ODHA Di Kota Kupang.
sederhana demikian juga dalam satu RT Hasil penelitian menunjukan bahwa
mengambil KK sebagai responden secara acak terdapat 56,0% responden memberikan stigma
sederhana (Lemeshow, 1997 & Sugiyono, rendah dan 44.0% responden memberikan
2010). stigma tinggi terhadap ODHA. Gambaran
HASIL DAN PEMBAHASAN stigma masyarakat terhadap ODHA yaitu
Karakteristik responden terdapat 26.7% responden menyatakan ODHA
Responden dalam penelitian ini adalah diisolasi dalam keluarga, terdapat 19.1%
kepala Keluarga. Umur termuda 17 tahun dan menyatakan ODHA tidak boleh ikut rapat di
umur tertua 82 tahun dengan modus 40 tahun, RT,RW, Lurah, Camat, dan rumah ibadat,
laki-laki berjumlah 81.7% dan perempuan terdapat 18.6% menyatakan ODHA tidak boleh
18.3%, rata-rata pendidikan responden tamat terima ditempat kerja, terdapat 23.3%
SMP dan SMU. Kategori pendidikan tinggi menyatakan tidak boleh berciuman,
36.1% dan pendidikan rendah 63.9%, bersalaman, duduk bersama, dan makan
Responden yang tidak bekerja sebanyak 71 bersama dengan ODHA, terdapat 55.8%
orang (18.6%) dan yang bekerja sebanyak 311 menyatakan ODHA harus diisolasi di Rumah
orang (81.4%), sudah menikah lebih banyak sakit dan terdapat 29.3% responden
(85.1%) dan yang belum menikah (14.9%). menyatakan sebagai guru harus waspada dalam
Responden yang tidak mempunyai kedudukan menerima murid baru yang terinfeksi HIV
dalam masyarakat lebih banyak yaitu 218 karena takut menular kepada murid yang lain.
orang (57.1%) dari pada yang mempunyai
kedudukan yaitu 164 orang (42.9%).
Tabel 1. distribusi stigma yang diberikan masyarakat terhadap ODHA.
No. Stigna Masyarakat terhadap ODHA Frekuensi (f) Prosentase ( %)

1. Stigma tinggi (skor stigma<17.0) 168 44.0


2. Stigma rendah (skor stigma≥ 17.0) 214 56.0
Total 382 100
Median: 17.0

Stigma HIV/AIDS yang diberikan Timur juga dipengaruhi oleh faktor-faktor


masyarakat terhadap ODHA di Nusa Tenggara sosial budaya masyarakat (KPAD.NTT,2013;

65
Stigma Masyarakat Terhadap ODHA ….. (Konstantinus Hati, Zahroh S, Antono S)

KPAD.Kab.Manggarai,2013&Goffmen,1963). di sekolah dan dilayanan kesehatan. Dalam


Stigma terhadap ODHA yang berasal dari keluarga ODHA selalu menyendiri dan
kalangan orang berpendidikan di Kota kupang mengurung diri, dicemooh oleh anggota
muncul disebabkan oleh karena pengaruh keluarganya dan bahkan sampai mereka
budaya, norma masyarakat, pandangan agama mendapat tindakan kekerasan oleh pasangan
yang melekat pada orang yang berpengetahuan. hidup mereka. Dalam masyarakat ODHA
Sedangkan masyarakat luas belum berada pada dikucilkan, dicemooh, ditolak oleh orang-orang
kondisi pemahaman kemajuan yang bersifat dilingkungan tempat mereka tinggal. ODHA
global. Penelitian Pam O’Connor, dkk, (2011) tidak diterima ditempat kerja, di rumah sakit
di Mumbai bahwa stigma dan diskriminasi mereka diperlakukan secara spesifik, diberi
terhadap orang dengan HIV/AIDS terjadi dalam kode-kode khusus (O’Connor, at.all.,2011).
keluarga, tetangga, masyarakat, tempat kerja,
Grafik 1. Stigma masyarakat terhadap ODHA di Kota Kupang.
55,8

29,3
26,1
23,3
19,1

0
Stigma di Stigma Stigma di Stigma di Stigma di
keluarga tempat kerja Yankes masyarakat sekolah

Menurut Goffmen (1963) yang dikutip dijelaskan bahwa stigma terhadap orang
oleh Pamor dan Anggleton (2003) mengatakan dengan HIV/AIDS itu berasal dari masyarakat
bahwa stigma itu berasal dari masyarakat. yang memandang atau menilai ODHA itu
masyarakat memberikan stigma kepada orang adalah orang yang melanggar norma sosial.
yang melanggar norma sosial. Masyarakat Menurut Mayor B dan O’Brien, (2005)
memberikan identitas khusus bagi orang yang masyarakat yang memiliki keyakinan terhadap
melanggar norma sosial. Kemudian mereka budaya, norma masyarakat yang kuat serta
membedakan dalam kelompok terstigma dan beragama dengan fanatik akan memberikan
kelompok normal dalam masyarakat stigma terhadap orang yang melanggar norma
(Wood,at.all.,2005&Goffmen,1963). lebih kuat juga (Mayor, B.& O’Brien,2004).
Berdasarkan pendapat Goffmen, dapat

66
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.1 Januari 2017

Di Kota Kupang keyakinan terhadap budaya, bahwa ketakutan ODHA itu terjadi karena
norma dan agamanya masih sangat kuat. masih adanya stigma HIV/AIDS pada kalangan
Walaupun tingkat pendidikan masyarakatnya masyarakat. Apabila masyarakat tahu bahwa
rata-rata tamat SMU dan SLTP tetapi mereka mereka HIV positip maka pasti saja
masih berada pada era ambivalensi artinya era masyarakat menolak mereka. Hasil penelitian
yang masih memegang keyakinan terhadap Yuyun, dkk (2011) menjelaskan bahwa
budaya, norma dan agma dengan era yang Stigma mengganggu kehidupan ODHA.
menuntut mereka harus mengikuti Selanjutnya Yuyun dkk.,menjelaskan bahwa
perkembangan kemajuan tekhnologi yang beberapa faktor pendukung bagi ODHA agar
canggih. Belum sepenuhnya masyarakat tetap patuh minum obat dalam kondisi
berpendidikan di Kota Kupang untuk distigma adalah kerja sama dengan tenaga
melepaskan pengaruh budaya dalam kesehatan agar tetap merahasiakan statusnya,
masyarakat. Hal ini mengakibatkan adanya dukungan keluarga, dukungan anak-anak,
stigma ODHA dari kalangan orang yang dukungan teman sebaya, dukungan kelompok
berpendidikan. Maka dapatlah dikatakan sebaya, dukungan tetangga dan dukungan
bahwa stigma terhadap ODHA di Kota LSM. Stigma adalah tindakan memberikan
Kupang dipengaruhi kuat oleh budaya, norma label sosial yang bertujuan untuk memisahkan
dan agama. atau mendiskreditkan seseorang atau
Dalam penelitian yang dilakukan Yuyun, sekelompok orang dengan cap atau pandangan
dkk, (2011) tentang faktor-faktor yang buruk. Dalam prakteknya, stigma
mempengaruhi kepatuhan ODHA minum ARV mengakibatkan tindakan diskriminasi yaitu
di kota Bandung, Cimahi (studi kualitatif) tindakan tidak mengakui atau tidak
mendapatkan hasil bahwa sebagian besar mengupayakan pemenuhan hak-hak dasar
responden mengatakan bahwa mereka takut indvidu atau kelompok sebagaimana
diketahui status HIV mereka oleh orang lain selayaknya sebagai manusia yang bermartabat.
(Yuyun, dkk, 2011). Yuyun menjelaskan

67
Stigma Masyarakat Terhadap ODHA ….. (Konstantinus Hati, Zahroh S, Antono S)

Tabel 2. Hasil tabulasi silang antara karakteristik responden dan stigma terhadap ODHA.
Kategori stigma
p-value Total
Variabel Kategori Stigma tinggi Stigma rendah Keterangan
hasil
F % F % f %
<36 tahun 80 43.5 104 56.5 184 100 Tidak ada
Umur 0,931
>/36 tahun 88 44.4 110 55.6 198 100 hubungan
Laki-laki 146 46.8 166 53.2 312 100
Jenis kelamin 0,027 Ada hubungan
Perempuan 22 31.4 48 68.6 70 100
Rendah 114 46.7 130 53.3 244 100 Tidak ada
Pendidikan 0,184
Tinggi 54 39.1 84 60.9 138 100 hubungan
Tidak bekerja 27 38.0 44 62.0 71 100 Tidak ada
Pekerjaan 0,324
Bekerja 141 45.3 170 54.7 311 100 Hubungan
Status Belum menikah 29 50.9 28 49.1 57 100 Tidak ada
0,321
perkawinan menikah 139 42.8 186 57.2 325 100 Hubungan
Tidak ada 96 44.0 222 56.0 218 100
Status kedudukan Tidak ada
1,000
kedudukan Mempunyai 72 43.9 92 56.1 164 100 Hubungan
kedudukan

Stigma dan diskriminasi terjadi karena dapat dikatakan bahwa ODHA yang distigma
adanya persepsi bahwa mereka dianggap masyarakat pasti merasa malu, merasa
sebagai musuh, penyakit, elemen masyarakat dikucilkan, merasa direndahkan dimata
yang memalukan, atau mereka yang tidak taat masyarakat lain. Oleh karena itulah mereka
terhadap norma masyarakat dan agama yang menyendiri, menyembunyikan diri mereka
berlaku. Implikasi dari stigma dan dari orang lain.
diskriminasi bukan hanya pada diri orang atau Pengetahuan responden tentang
kelompok tertentu tetapi juga pada keluarga HIV/AIDS.
dan pihak-pihak yang terkait dengan Hasil penelitian menunjukan bahwa
kehidupan mereka (Kemenkes.RI, 2012). responden yang memiliki pengetahuan kurang
Stigma yang diberikan masyarakat terhadap memberikan stigma tinggi sebesar 75% dan
ODHA adalah berbentuk cap yaitu ODHA itu stigma rendah sebesar 24.7%, sedangkan pada
Narkoba, ODHA itu pasti PSK, ODHA itu responden yang memiliki pengetahuan baik
pasti moralnya tidak baik, HIV-AIDS itu memberikan stigma tinggi sebesar 33.9% dan
penyakit berbahaya, HIV-AIDS itu penyakit stigma rendah sebesar 66.1%. Hasil uji Chi
amoral, HIV-AIDS itu penyakit orang narkoba Squre nilai p=0.000 (p<0.05) sehingga H0
dan PSK. Stigma adalah hal-hal yang ditolak dan Ha diterima artinya terbukti ada
membawa aib, hal yang memalukan, sesuatu hubungan antara pengetahuan dengan stigma
dimana seseorang menjadi rendah hati, malu yang diberikan masyarakat terhadap ODHA.
dan takut karena sesuatu. Dari pengertian ini Hasil uji regresi ganda dengan nilai p=0.020

68
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.1 Januari 2017

dengan EXP.B=2.420 artinya sikap tentang stigma yang diberikan terhadap ODHA dan
HIV-AIDS berpengaruh terhadap stigma yang bahkan tidak memberikan stigma kepada
diberikan masyarakat terhadap ODHA dengan ODHA. Menurut Notoadmojo, (2003)
kekuatan probabilitas 2.420. Hal ini berarti mengatakan bahwa fungsi dari pengetahuan
jika seseorang mempunyai pengetahuan baik adalah mendorong individu untuk mengerti
tentang HIV-AIDS mempunyai kemungkinan dengan pengalaman-pengalamannya untuk
berpengaruh mengurangi stigma sebesar 2 kali memperoleh pengetahuan. Elemen-elemen
dibandingkan jika seseorang mempunyai dari pengalamannya yang tidak konsisten
pengetahuan kurang tentang HIV-AIDS. dengan apa yang diketahui oleh individu akan
Sebaliknya jika seseorang mempunyai disusun kembali atau diubah sedemikian rupa
pengetahuan kurang tentang HIV-AIDS maka hingga menjadi konsisten (Notoadmojo, S,
akan berpengaruh memberikan stigma 2009).
terhadap ODHA sebesar 2 kali lebih besar Menurut Bradley (2009) Dalam penelitian
dibandingkan dengan mereka yang memiliki yang dilakukan oleh Tri Paryati didapatkan
pengetahuan baik terhadap ODHA. bahwa Pengetahuan tentang HIV/AIDS sangat
Menurut penelitian Soedarjatmika (2008) mempengaruhi bagaimana individu tersebut
didapatkan bahwa pengetahuan berpengaruh akan bersikap terhadap penderita HIV/AIDS.
terhadap stigma diakibatkan oleh kurangnya Menurut Chase dan Aggleton (2001)
pemahaman terhadap penyakit tersebut. mengatakan bahwa salah satu penyebab
Sedangkan menurut penelitian Mahendra at al, terjadinya stigma adalah mis-informasi
(2007) dan penelitian Pratikno, (2008) dalam mengenai bagaimana HIV ditransmimisikan
Tri P.,dkk mengatakan bahwa terbukti adanya (UNAIDS, 2000). Hal ini berarti masyarakat
stigma dan diskriminasi terhadap ODHA memberikan stigma atau tidaknya kepada
dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan ODHA juga sangat dipengaruhi oleh
persepsi tenaga kesehatan yang kurang tentang bagaimana pemahaman mereka terhadap
HIV-AIDS (Paryati,dkk.,2013). ODHA.
Pengetahuan merupakan salah satu faktor Persepsi responden tentang HIV-AIDS.
yang mempengaruhi seseorang dapat
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
memberikan stigma kepada ODHA. Diduga
70% responden yang memiliki persepsi kurang
bahwa semakin baik pengetahuan seseorang
memberikan stigma tinggi terhadap ODHA.
tentang HIV-AIDS maka semakin rendah pula
Sedangkan responden yang memiliki persepsi

69
Stigma Masyarakat Terhadap ODHA ….. (Konstantinus Hati, Zahroh S, Antono S)

baik memberikan stigma tinggi terhadap terbukti ada hubungan antara persepsi tentang
ODHA sebesar 26.4 Berdasarkan hasil uji Chi HIV-AIDS dengan stigma yang diberikan
Square diperoleh hasil p-value 0.000 artinya masyarakat terhadap ODHA. Persepsi
terbukti ada hubungan antara persepsi tentang merupakan salah satu faktor yang
HIV-AIDS dengan stigma yang diberikan mempengaruhi seseorang memberikan stigma
masyarakat terhadap ODHA. Hasil uji regresi terhadap ODHA. Menurut penelitian
ganda dengan nilai p=0.001 dengan Soedarjatmika, (2008) didapatkan bahwa
EXP.B=2.861 artinya persepsi tentang HIV- persepsi berpengaruh terhadap stigma
AIDS berpengaruh terhadap stigma yang diakibatkan oleh kurangnya pemahaman
diberikan masyarakat terhadap ODHA dengan terhadap penyakit tersebut. Sedangkan
kekuatan probabilitas 2.861. Hal ini berarti menurut penelitian Mahendra at.all., (2007)
jika seseorang mempunyai persepsi kurang dan penelitian Pratikno, (2008) dalam Tri
tentang HIV-AIDS mempunyai peluang P.,dkk mengatakan bahwa terbukti adanya
memberikan stigma sebesar 2.861 kali stigma dan diskriminasi terhadap ODHA
dibandingkan jika seseorang mempunyai dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan dan
persepsi baik tentang HIV-AIDS. Penelitian persepsi tenaga kesehatan yang kurang tentang
sebelumnya yang dilakukan oleh Cock, dkk HIV-AIDS.
dan Herek (2002) yang mengatakan bahwa
Tabel 3. Hasil Analisis Multivariat.

N Variabel B Nilai p Exp.B 95% CI.for Exp.B


0. (OR) Lower Upper
1. Status kawin 0.725 0.072 2.066 0.938 4.547
2. Status kedudukan dlm masyarakat. 0.529 0.091 1.697 0.919 3.136
3. Pengetahuan tentang HIV-AIDS. *) 0.884 0.020 2.420 1.146 5.111
4. Persepsi tentang HIV-AIDS. *) 1.035 0.001 2.816 1.532 5.174
5. Sikap terhadap ODHA.*) 0.665 0.039 1.945 1.033 3.661
6. Sikap keluarga besar terhadap 1.126 0.001 3.083 1.609 5.907
ODHA.*)
7. Sikap tetangga terhdp ODHA.*) 0.700 0.038 2.014 1.038 3.909
8. Sikap tenaga kesehatan terhadap 1.163 0.001 3.199 1.615 6.336
ODHA.*)
9. Sikap tokoh masyarakat terhdp 1.576 0.000 4.834 2.194 10.646
ODHA.*)
Constant: B: -5.647 Probabilitas pengaruh = 81,72%. *) = variabel yang berpengaruh

70
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.1 Januari 2017

Sikap responden terhadap ODHA. ini berarti sikap terhadap HIV-AIDS


Sikap merupakan salah satu faktor penting mempunyai pengaruh yang signifikan
mempengaruhi stigma yang diberikan terhadap stigma yang diberikan masyarakat
masyarakat terhadap ODHA. Menurut terhadap ODHA. Sikap merupakan respons
Thurston dan Chave (dalam Mitchell,1990) seseorang terhadap objek yang dilihatnya.
ditulis Wawan dan Dewi, 2011 mengatakan Bentuk respons setiap orang terhadap objek
sikap adalah keseluruhan dari kecendrungan yang ada tergantung pengalaman dan
dan perasaan, curiga atau bias, asumsi-asumsi, pengetahuan yang dimilikinya. Dari
ide-ide, ketakutan-ketakutan, tantangan- pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
tantangan, dan keyakinan-keyakinan manusia sikap terhadap HIV-AIDS adalah kondisi
mengenai topik tertentu mental dan neural yang diperoleh dari
(Wawan&Dewi,2011). Berdasarkan definisi pengalaman tentang HIV-AIDS, yang
ini dapat dipahami bahwa sikap terhadap HIV- mengarah dan secara dinamis mempengaruhi
AIDS merupakan keseluruhan dari respon-respon individu terhadap penyakit
kecendrungan dan perasaan, curiga atau bias, HIV-AIDS atau terhadap ODHA. Hal ini
asumsi, ide, ketakutan, tantangan dan berarti semakin baik pengalaman orang
keyakinan seseorang tentang HIV-AIDS. tentang HIV-AIDS semakin baik pula
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa responnya terhadap ODHA. Green (2000)
responden yang mempunyai sikap kurang mengatakan bahwa sikap seseorang juga
memberikan stigma tinggi terhadap ODHA sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan
sebesar 70.6% dan stigma rendah sebesar dan sosial budaya. Pendapat green ini dapat
29.4%, sedangkan pada responden yang diartikan bahwa orang memandang sesuatu itu
mempunyai sikap baik memberikan stigma baik atau buruk juga dipengaruhi oleh
tinggi sebesar 30.9% dan stigma rendah lingkungan sekitar. Selain itu kondisi dan
sebesar 69.1%. Berdasarkan uji Chi Squre situasi yang dipengaruhi kekuatan norma
sikap dengan nilai p=0.000 (p<0.05) artinya sosial yang di mana seseorang tinggal.
terbukti ada hubungan antara sikap tentang Sikap keluarga besar terhadap ODHA.
HIV-AIDS dengan stigma yang diberikan Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
masyarakat terhadap ODHA. Hasil uji regresi pada responden yang mengatakan sikap
logistik ganda didapatkan nilai p=0.039 keluarga kurang terhadap ODHA
(p<0.05) dengan nilai EXP.B (OR)=1.945, hal memberikan stigma tinggi sebesar 77.5%

71
Stigma Masyarakat Terhadap ODHA ….. (Konstantinus Hati, Zahroh S, Antono S)

dan stigma rendah sebesar 22.5%, sedangkan masyarakat mempunyai kesempatan yang
pada responden yang menagatakan keluarga sama untuk mengstigmatisasi terhadap
baik memberikan stigma tinggi sebesar beberapa kondisi dan beberapa perilaku
26.9% dan stigma rendah sebesar 73.1%. tertentu karena itu salah satu bentuk
Berdasarkan hasil uji Chi Squere nilai solidaritas kelompok dengan
p=0.000 (p<0.05) artinya terbukti ada menggambarkan orang luar dari orang dalam
hubungan antara sikap keluarga besar (Yuyun,dkk.,2011). Hal ini berarti semua
terhadap ODHA dengan stigma yang masyarakat termasuk keluarga mempunyai
diberikan masyarakat terhadap ODHA. Hasil kesempatan untuk berstigma terhadap
uji regresi logistik ganda p=0.001 (p<0.05) ODHA. Untuk mengatasi agar ODHA tidak
dengan EXP.B (OR)=3.083, artinya terbukti patah semangat maka keluarga seharusnya
ada pengaruh secara significancy sikap memberikan dukungan terhadap ODHA agar
keluarga besar terhadap stigma yang dia tidak merasa terstigma atau agar
diberikan masyarakat terhadap ODHA. masyarakat lain tidak ikut memberikan
Keluarga merupakan unit terkecil stigma terhadap ODHA.
masyarakat yang mempunyai interaksi yang Sikap tetangga terhadap ODHA.
sangat kuat secara bio-psiko-sosial-kultural Dalam penelitian ini didapatkan bahwa
antara individu dengan individu di pada responden yang mengatakan sikap
dalamnya. Skiner, (1999) mengatakan tetangga kurang memberikan stigma tinggi
bahwa keluarga mempunyai fungsi terhadap ODHA sebesar 76.6% dan stigma
melindungi, memelihara, mengasuh serta rendah sebesar 23.4%, sedangkan pada sikap
merawat anggota keluarganya. Hal ini tetangga baik memberikan stigma tinggi
berarti dukungan keluarga sangat penting sebesar 24.1% dan stigma rendah sebesar
untuk memberikan semangat hidup bagi 75.9%. Berdasarkan hasil uji Chi Squre nilai
ODHA dan mengurangi stigma yang p=0.000 (<0.05) artinya terbukti ada
diberikan masyarakat terhadap ODHA. hubungan antara sikap tetangga dengan stigma
Sikap keluarga sangatlah penting terhadap yang diberikan masyarakat terhadap ODHA.
ODHA agar tetap bisa mempertahankan Hasil uji regresi logistik ganda nilai p=0.038
kesehatannya dan hidupnya dalam (p<0.05) dengan EXP.B (OR)=2.014 artinya
kehidupan bermasyarakat. Menurut Falk terbukti ada pengaruh yang significant sikap
(2001) mengatakan bahwa kita dan semua tetangga terhadap ODHA dengan stigma yang

72
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.1 Januari 2017

diberikan masyarakat terhadap ODHA. Hal ini tenaga kesehatan baik memberikan stigma
berarti tetangga yang mempunyai sikap kurang tinggi sebesar 29.0% dan stigma rendah
terhadap ODHA mempunyai peluang sebesar 71.0%. Berdasarkan hasil uji Chi
memberikan stigma terhadap ODHA sebesar Squere nilai p=0.000 (p<0.05) berarti terbukti
2.014 kali lebih besar dari pada tetangga yang ada hubungan antara sikap tenaga kesehatan
mempunyai sikap baik. dengan stigma yang diberikan masyarakat
Hasil penelitian O’Connor, dkk, (2011) di terhadap ODHA. Hasil uji regresi logistik
Afrika bahwa ODHA mendapat stigma dan ganda p=0.001 (p<0.05) dengan nilai
diskriminasi dari tetangga. Tetangga EXP.B(OR)=3.199 yang berarti terbukti
merupakan bagian dari masyarakat yang juga adanya pengaruh yang significant antara sikap
mempunyai peluang yang sama untuk tenaga kesehatan terhadap stigma yang
mengstigma ODHA. Menurut Levin dan Van diberikan masyarakat terhadap ODHA.
Laar (2004) mengatakan bahwa induvidu aktif Penelitian Widyawati, (2009) bahwa terbukti
mengatasi stigma dengan cara yang berbeda- adanya pengaruh dukungan tenaga kesehatan
beda diseluruh kelompok terstigma ketika terhadap sikap ibu hamil terhadap HIV-AIDS
individu atau kelompok terstigma, setiap dan VCT. Menurut penelitian Pratikno (2008),
waktu dalam segala situasi. Bentuk stigma menunjukkan hasil bahwa adanya stigma dan
yang dimaksukan adalah dikucilkan oleh diskriminasi pada ODHA oleh petugas
teangga, dikucilkan oleh keluarga, devaluasi, kesehatan dipengaruhi oleh pengetahuan dan
ditolak, dihina dan dihindari oleh tetangga dan persepsi petugas kesehatan tentang HIV/AIDS.
masyarakat (Yuyun,dkk.,2011). Hal ini berarti Tenaga kesehatan merupakan pemberi
bahwa kondisi interaksi dalam kehidupan layanan kesehatan terhadap ODHA yang pada
antara teman, keluarga, tetangga dan kenyataannya selalu berhubungan dengan
masyarakat mempengaruhi orang agar bisa penderita HIV-AIDS dalam pelayanan sehari-
melakukan perilaku spesifik. hari. Tenaga kesehatan adalah sumber
Sikap tenaga kesehatan terhadap ODHA. informasi kesehatan yang benar dan
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa mempunyai kekuatan tersendiri bagi ODHA
pada responden yang mengatakan sikap tenaga agar selalu semangat berobat dan mengontrol
kesehatan kurang memberikan stigma tinggi kesehatannya. Maka jika orang kesehatan
terhadap ODHA sebesar 79.6% dan stigma memberikan stigma kepada ODHA maka akan
rendah sebesar 20.4%, sedangkan pada sikap mematah semangat hidup ODHA. Green

73
Stigma Masyarakat Terhadap ODHA ….. (Konstantinus Hati, Zahroh S, Antono S)

(2000), mengatakan bahwa dukungan tenaga Menurut penelitian yang dilakukan Li Li,
kesehatan merupakan faktor penguat at al, (2009) di China didapatkan bahwa
(reinforce) terhadap perilaku spesifik dukungan institusi mempunyai pengaruh yang
kesehatan seseorang. Dalam hal ini tenaga signifikan terhadap diskriminasi pada ODHA
kesehatan merupakan faktor penguat bagi oleh institusi pemerintah, tokoh masyarakat
ODHA agar tetap semangat dalam hidup. dan petugas kesehatan (Paryati,dkk.,2013).
Sikap tokoh masyarakat terhadap ODHA. Penelitian ini mempunyai hasil yang sama
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa dengan penelitian Widyawati, (2009)
pada sikap tokoh masyarakat kurang terhadap mengatakan terbukti adanya pengaruh
ODHA memberikan stigma tinggi terhadap dukungan tokoh masyarakat, keluarga, teman
ODHA sebesar 87.8% dan stigma rendah dan informasi lain terhadap perilaku ibu hamil
sebesar 12.2%, sedangkan pada responden tentang HIV-AIDS dan VCT.
yang mengatakan sikap tokoh masyarakat baik Green (2000), mengatakan bahwa tokoh
memberikan stigma tinggi sebesar 28.9% dan masyarakat merupakan salah satu faktor
stigma rendah sebesar 71.1%. Berdasarkan pendukung dalam merubah perilaku
hasil uji Chi Square nilai p=0.000 (p<0.05) masyarakat. Hal ini berarti bahwa tokoh
artinya terdapat bukti bahwa ada hubungan masyarakat merupakan corong yang
antara sikap tokoh masyarakat dengan stigma mempunyai power bagi semua masyarakat.
yang diberikan masyarakat terhadap ODHA. apa pun hal yang diucapkan tokoh masyarakat
Hasil uji regresi logistik ganda nilai p=0.000 tentang ODHA akan berpengaruh terhadap
(p<0.05) dan EXP.B (OR)=4.834 artinya sikap masyarakat tersebut terhadap ODHA.
terbukti ada pengaruh yang sangat significant Bagaimana pun halnya, tokoh masyarakat
antara sikap tokoh masyarakat terhadap stigma akan memiliki dukungan baik terhadap ODHA
yang diberikan masyarakat terhadap ODHA disebabkan karena pemahaman tokoh
dengan probability 4.834. Hal ini artinya jika masyarakat tentang ODHA sudah benar. Oleh
tokoh masyarakat mempunyai sikap kurang karena itu sangatlah penting peningkatan
terhadap ODHA maka akan mempunyai pengetahun tentang HIV/AIDS bagi tokoh
peluang memberikan stigma terhadap ODHA masyarakat.
sebesar 4.834 kali lebih besar dari pada jika SIMPULAN
tokoh masyarakat mempunyai sikap baik Sikap masyarakat Kota Kupang terhadap
terhadap ODHA. ODHA masih dikategorikan baik walaupun

74
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.1 Januari 2017

terdapat 44.0% responden yang memberikan yang mempunyai sikap baik. Dari tujuh faktor
stigma tinggi. Masih terdapat stigma sebesar yang berpengaruh di atas mempunyai
26.1% di keluarga, 19.1% di tempat kerja, probabilitas memberikan stigma terhadap
55.8% di yankes, 23.3% di masyarakat dan ODHA sebesar 81.72%.
29.3% di sekolah. Sebesar 37.7% responden KEPUSTAKAAN
mengatakan bahwa ODHA seharusnya Arikunto. 2000. Manajemen Penelitian.
diisolasi bila dirawat di rumah sakit, sebesar Jakarta : Rineka Cipta
38.2% perawatan terhadap ODHA harus BKKBN RI. 2012. Pedoman Pengelolaan
menggunakan perlindungan yang ekstra awas Pusat Informasi Dan Konseling
Remaja Dan Mahasiswa. BKKBN.
tertular HIV, sebesar 55.8% mengatakan Jakarta.
bahwa tindakan isolasi ODHA itu merupakan Debora, Imelda.,dkk. 2006. Kajian cepat
Program Pencegahan Penularan
keputusan yang paling tepat agar bisa HIV dari Ibu Ke Bayi. Edisi I.
membedakan penderita HIV dengan penderita Cetakan ke-1. Puskadepkessos.
FISIP- UI, YPI, ASSR- UvA.
lain. Puskadepkessos-UI. Jakarta
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Green. G. 1995. Attitudes towards people
with HIV: Are they as stigmatizing
stigma yang diberikan masyarakat terhadap as people with HIV perceive them
ODHA yaitu Pengetahuan kepala keluarga to be. Social Science & Medicine,
41(4), 557–568.
tentang HIV/AIDS, Persepsi kepala keluarga Goffman E. 1963. Stigma: Notes on the
tentang HIV/AIDS, Sikap kepala keluarga Management of a Spoiled Identity.
Englewood Cliffs, NJ: Prentice
terhadap ODHA, Sikap keluarga besar Hall. Diakses dari
terhadap ODHA, Sikap tetangga terhadap Http://Www.Slideshare.Net/Hutaur
ukmusa/Stigma-Dan-Diskriminasi.
ODHA, Sikap tenaga kesehatan terhadap Pada pada tanggal 6 Desember
ODHA dan Sikap tokoh masyarakat terhadap 2013.
Green. L. 2000. Health Promotion Planning
ODHA. Faktor yang paling berpengaruh An Aducational And Environmental
terhadap stigma masyarakat terhadap ODHA Approach. London. Mayfield
Publishing Company. Eds.2.
yaitu sikap tokoh masyarakat terhadap ODHA Herek, G.M., Capitanio, J.P., Widaman, K.F.
dengan nilai EXP.B(OR)=4.834 artinya tokoh 2002. HIV-related stigma and
knowledge in the United States:
masyarakat yang mempunyai sikap kurang prevalence and trends, 1991–1999.
terhadap ODHA mempunyai peluang Am. J. Public Health 92 (3), 371–
377.
memberikan stigma sebesar 4.834 kali lebih Kemenkes. RI. 2007. Pedoman
besar dibandingkan dengan tokoh masyarakat Pengembangan Jejaring Layanan
Dukungan, Perawatan Dan

75
Stigma Masyarakat Terhadap ODHA ….. (Konstantinus Hati, Zahroh S, Antono S)

Pengobatan HIV dan AIDS. h.56.091103.070137 Copyright_C


Direktorat Jendral Pengendalian 2005 By Annual Reviews. All
Penyakit Dan Penyehatan Rights Reserved First Published
Lingkungan. Jakarta. Online As A Review In Advance
Kemenkes. RI. 2012. Buku Pedoman On September 14.
Penghapusan Stigma & Nasronudin. 2007. HIV Dan AIDS :
Diskriminasi Bagi Pengelola Pendekatan Biologi Molekuler,
Program, Petugas Layanan Klinis Dan Sosial. Air Langga
Kesehatan Dan Kader. University Press. Surabaya.
Kementerian Kesehatan RI Notoadmojo, S. 2009. Pendidikan dan
Direktorat Jenderal Pengendalian Promosi Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta
Penyakit Dan Penyehatan
Lingkungan Direktorat Nurgiyantoro B. 2009. Marzuki & Gunawan.
Pengendalian Penyakit Menular Statistik Terapan, Untuk Penelitian
Langsung . Jakarta. Ilmu-Ilmu Social. Gadjah Mada
KPAD NTT. 2013. Laporan Kasus University Press, Yogyakarta
HIV/AIDS NTT Tahun 2012. KPAD NTT. O’Connor, Pam, Ernest & Jaya. 2011.
Kupang Voices Of Resilience Stigma,
KPAD Kabupaten Manggarai Provinsi NTT. Discrimination And Marginalisation
2013. Laporan Kasus HIV/AIDS Of Indian Women Living With
Tahun 2012. KPAD Kabupaten HIV/AIDS. Curtin University,
Manggarai. Ruteng. Western Australia. Sense
Kaldor, J., at.all. 2000. Penilaian eksternal Publishers,P.O. Box 21858,3001
tentang HIV/AIDS ( external AW Rotterdam, The Netherlands.
Assessment on HIV/AIDS). Dirjen. Paryati, T., Ardini S. R., & Irvan A. 2013.
P2MPLP. Kemenkes.RI. Jakarta. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
KPAN. 2011. Laporan Akhir Penelitian : Stigma dan Diskriminasi kepada
Peran dukungan sebaya terhadap ODHA(Orang dengan HIV/AIDS)
peningkatan mutu hidup ODHA di oleh petugas kesehatan : kajian
Indonesia tahun 2011. KPAN. literature. Universitas Padjadjaran
Jakarta. Bandung. Bandung.
Lemeshow, S., Hosmer, D.W.,Jannele,K & Sally C.,Dkk. 2011. People Living With
Lwanga S.K. 1997. Besar Sampel HIV Stigma Index
Dalam Penelitian Kesehatan. edisi Asia Pacific Regional Analysis.
bahasa Indonesia. Penerjemah : UNAIDS Report.
Dibyo Pramono. Diterbitkan dan Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian.
dicetak oleh Gadjah Mada Alfabeta. Cetakan ke-11. Bandung.
University press anggota IKAPI UNAIDS. 2012. Key Programmes to Reduce
9708093-C1E. Yogyakarta. Stigma and Discrimination and
Major B. and O’Brien L.T. 2004. The Increase Access to Justice in
Social Psychology Of Stigma. National HIV Responses. United
Department Of Psychology. nations : UNAIDS. Geneva.
University Of California, Santa UNAIDS. 2000. HIV and AIDS-related
Barbara, Santa Barbara, California stigmatization, discrimination and
93105`Annu.Rev.Psychol.2005.56: denial: Forms, contexts and
393421.Doi:10.1146/Annurev.Psyc determinants. Research studies from

76
Jurnal Promosi Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No.1 Januari 2017

Uganda and India (prepared for successful programmes. Thomas


UNAIDS by Peter Aggleton). Coram Research Unit. Institude of
UNAIDS. Geneva Education. University of London.
Wawan, A. dan Dewi, M. 2010. Teori dan United Kingdom. Geneva :
Pengukuran Pengetahuan, Sikap Switzerland. UNAIDS.
dan Perilaku Manusia. Cetakan ke- Yuyun, Y, Rini,S.H dan Aryastami.N.K.
2. Nuha Medika. Yogyakarta. 2011. Faktor - Faktor Pendukung
Widyawati, M.N. 2009. Analisis Faktor- Kepatuhan Orang Dengan
Faktor yang mempengaruhi sikap HIV/AIDS (Odha) Dalam Minum
ibu hamil terhadap HIV-AIDS dan Obat Antiretroviral Di Kota
VCT di Kelurahan Mangunharjo Bandung Dan Cimahi. Pusat
Kecamatan Tugu semarang tahun Teknologi Intervensi Kesehatan
2009. Tesis Magister Promosi Masyarakat, Badan Litbangkes,
Kesehatan FKM. Universitas Pusat Humaniora, Pemberdayaan
Diponegoro. Semarang. Masyarakat dan Kebijakan
Wood, K., Aggleton, P., Malcolm, A., Kesehatan, Badan Litbangkes
Parker, R. 2005. HIV- Related Buletin Peneliti Kesehatan. Vol. 41,
Stigma, Discrimination, and Human No. 2, 2013: 72 - 83 73. Bandung.
rights violation : case studies of

77

Anda mungkin juga menyukai