Snkjke
Snkjke
Oleh:
Syifa Salsabila
111 2018 2077
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. N
Tanggal Lahir : 28 Juli 2012 (7 Tahun)
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : BTN Bumi Somba Opu
Suku/Ras : Makassar
Agama : Islam
Nomor RM : 265944
Tgl. Masuk RS : 24 Agustus 2019
B. ANAMNESIS
Keluhan Utama: Bercak Kemerahan
Anamnesis Terpimpin:
Pasien masuk ke RS Haji dengan keluhan bercak kemerahan
diseluruh tubuh dialami sejak kurang lebih 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Awalnya bercak kemerahan muncul pada bagian
dada kemudian menyebar ke seluruh tubuh hingga wajah. Bercak
dirasakan gatal. Demam ada dirasakan sejak 3 hari sebelum
masuk rumah sakit. Demam dirasakan naik turun. Riwayat kejang
tidak ada. Batuk ada, berlendir. Pasien saat ini sementara
mengkonsumsi OAT kurang lebih 1 bulan. Sesak tidak ada. Mual
tidak ada, muntah ada frekuensi 3x. Pasien juga mengeluh
adanya nyeri disekitar sendi dan nyeri pada perut. BAB biasa,
BAK lancar. Anak malas makan dan minum. Pasien riwayat
diopname di RS Haji selama 3 hari dengan diagnosa Infeksi
Saluran Kemih 1 minggu yang lalu.
Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak ketiga. Ibu pasien rutin mengontrol
kehamilan di Puskesmas. Ibu tidak pernah sakit saat masa
kehamilan dan tidak pernah mengonsumsi obat-obatan, ibu
merasa sehat dan tidak ada muntah berlebihan
Riwayat Persalinan
Pasien lahir melalui persalinan spontan, lahir dengan usia
kehamilan 37 minggu di rumah sakit bersalin dengan pertolongan
dokter. Ibu mengatakan bayi lahir menangis dan tidak biru.
Berat badan lahir 2900 gram dan panjang badan lahir 49 cm.
Diagnosa lahir Bayi Cukup Bulan – Sesuai Masa Kehamilan
(BCB-SMK)
Riwayat Menyusui
Pasien tidak pernah diberi ASI dan mengkonsumsi susu formula
sejak lahir.
Riwayat Imunisasi
Imunisasi wajib lengkap.
25 Agustus 2019
Urinalisis
28 Agustus 2019
Jenis Item Name Result Unit Referensi
E. DIAGNOSIS KERJA
Schonlein Henoch Syndrome
TB Paru
F. PENATALAKSANAAN
IVDF Dextrose 5% 12 tpm
Methylprednisolon 2x17 mg/oral
Urdafalk 2x80 mg/oral
Ketorolac 2x9 mg/iv
Supralysin 1x1cth
OAT
G. PROGNOSIS
Bonam
H. FOLLOW UP
HASIL PEMERIKSAAN, ANALISA DAN TINDAK LANJUT
Tanggal CATATAN PERKEMBANGAN
S (subjective) O P (planning)
(objective)
A (Assesment)
25/08/201 S: demam(+), kejang(+), R/
9 ruam merah seluruh tubuh IVDF Dextrose 5% 12 tpm
(+) muntah(+), nyeri Methylprednisoslon
perut, BAB biasa, BAK 2x17mg/oral
lancar, cukup Supralysin 1x1 cth
O: KU: Compos mentis Urdafalk 2x80mg/oral
S: 37,80C Ondancentron 3 mg/12 j/iv
BP: Rh-/- Wh-/- PCT 180 mg/8j/iv (bila
T>38.50c)
27/08/201 S: demam(-), kejang(-), R/
9 ruam kemerahan (+), IVDF Dextrose 5% 12 tpm
nyeri dada (+) Methylprednisoslon
O: KU: Compos mentis 2x17mg/oral
S: 36,50C Supralysin 1x1 cth
Urdafalk 2x80mg/oral
Ketorolac 3x9 mg/iv
Ranitidine 13mg/12 j/iv
28/08/201 S: demam(-), ruam merah R/
9 seluruh tubuh (+), nyeri IVDF Dextrose 5% 12 tpm
dada (+) Methylprednisoslon
2x17mg/oral
O: Ruam makulopapular ext Supralysin 1x1 cth
inf dan ext sup Urdafalk 2x80mg/oral
BP : Bronkovesikular Rh-/- Ketorolac 3x9 mg/iv
Wh-/- Ranitidine 13mg/12 j/iv
Ambroxol syr 3x1 ml
C. Manifestasi Klinis
Ruam di kulit menjadi penanda awal pasien dengan HSP. Keterlibatan organ
lain dapat muncul bersamaan dengan ruam, atau bermanifestasi setelah beberapa
hari atau beberapa minggu. Banyak kasus HSP didahului infeksi saluran pernafasan
akut, oleh karena itu HSP dapat didahului beberapa gejala sistemik seperti demam
dan malaise. Sebuah studi menyebutkan nyeri perut atau arthritis muncul setelah 1-
14 hari ruam muncul
Dalam sebuah systematic review dari 12 studi, 91% pasien yang mengalami gejala
pada ginjal mengalami kekambuhan dalam 6 minggu setelah gejala pada ginjal
pertama kali muncul, sedangkan 97% pasien dalam 6 bulan. Nefritis cenderung
ringan dan self-limited, namun beberapa anak menjadi penyakit ginjal yang
persisten dan dapat berkembang menjadi end-stage renal disease. Prognosis HSP
baik pada pasien tanpa penyakit ginjal, namun perdarahan saluran cerna atau
intussusepsi dapat menyebabkan komplikasi akut. Pada HSP dengan keterlibatan
ginjal prognosisnya tidak dapat diprediksi, morbiditas jangka panjang pada ginjal
dapat bermanifestasi bahkan hingga bertahun-tahun setelah pemulihan.
Kulit
Ruam khas HSP adalah palpable purpura yang distribusinya simetris pada
ekstensor, tungkai bawah dan bokong. Beberapa kasus melibatkan lengan, wajah
dan telinga tetapi biasanya hanya sekitar batang tubuh. Purpura HSP dapat berupa
petechiae, ekimosis besar, dan dapat didahului dengan urtikaria atau eritematosa,
makulopapular lesi. Lesi bulosa yang parah jarang terjadi pada anak-anak, hanya
sekitar 2% dari pasien.
Gastrointestinal
Persendian
Arthritis atau athralgia terjadi pada 15-25% kasus namun hingga 82% pasien
mengalami gejala pada persendian selama penyakit berlangsung. Arthritis biasanya
mengenai persendian besar pada anggota gerak bagian bawah termasuk lutut,
pergelangan kaki, tumit, dan panggul. Namun tidak menutup kemungkinan anggota
gerak atas juga terlibat.
Renal
Keterlibatan ginjal pada HSP dilaporkan terjadi pada 12-92% kasus. Penyakit ginjal
bermanifestasi sebagai hematuria, proteinuria, sindrom nefrotik/nefritis, renal
impairment, dan hipertensi. Kondisi ini berkembang dalam 4 minggu pada 75-80%
kasus dan dalam 3 bulan pada 97-100% kasus. Pada kasus yang tidak khas, insiden
peyakit ginjal yang berat meliputi nefritis akut, sindrom nefrotik, atau renal
impairment 5-7%. Hipertensi dapat terjadi pada kasus yang melibatkan ginjal.
Apabila penyakit ginjal tidak membaik saat HSP membaik, diperlukan investigasi
lebih lanjut.6
D. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan kadar IgA dalam serum bukan merupakan pemeriksaan spesifik untuk
HSP, namun adanya peningkatan kadar IgA dapat mengarahkan diagnosis penyakit
HSP dibanding tipe vaskulitis lain. Kadar IgA serum yang meningkat dapat ditemui
pada 25 – 50% kasus HSP, namun besarnya peningkatan tidak sebanding dengan
beratnya gejala HSP.
Laju endap darah merupakan pertanda non spesifik dari adanya proses inflamasi.
Pada 60% kasus HSP dapat ditemui laju endap darah yang meningkat.
- Pemeriksaan kadar serum kreatinin (SC) dan kadar urea dalam darah (Blood Urea
Nitrogen / BUN)
Kadar BUN-SC akan meningkat pada beberapa kasus HSP dengan penurunan
fungsi filtrasi glomerulus akibat adanya kerusakan pembuluh darah ginjal.
Pada HSP, tidak ada peningkatan ANCA. Hal ini dapat membedakan HSP dengan
vasculitides tipe ANCA positif.
Hasil positif dari Occult faecal blood test mungkin menunjukkan adanya
perdarahan saluran cerna terkait HSP.
E. Diagnosis
Diagnosis HSP dapat ditegakkan melalui gejala klinis berdasarkan kriteria dari
konsensus European League against Rheumatism (EULAR) dan the Pediatric
Rheumatology European Society (PRES) tahun 2008 dengan sensitivitas sebesar
100% dan spesifisitas sebesar 87% untuk diagnosis HSP. Kriteria diagnosis HSP
yaitu adanya purpura atau petekie yang predominan pada tungkai bawah diikuti
dengan salah satu dari tanda berikut: adanya nyeri perut yang menyebar, arthritis /
arthralgia akut, deposisi predominan IgA pada hasil biopsi, dan keterlibatan ginjal
seperti hematuria dan/atau proteinuria.1
F. Diagnosis Banding
- Erupsi Obat, Urtikaria dan Eritema Multiformis. Manifestasi kulit pada penyakit
tersebut dapat menyerupai lesi pada HSP. Namun pada HSP, predileksi lesi khas
predominan pada tungkai bawah dan harus disertai salah satu dari kriteria diagnosis
lainnya. Bila diagnosis masih diragukan, diagnosis HSP harus dikonfirmasi dengan
biopsi kulit atau ginjal.
- Nefropati IgA. Adanya purpura yang teraba pada HSP dapat menyingkirkan
diagnosis nefropati IgA.
- Chron’s Disease. Pada Chron’s disease terjadi inflamasi pada usus dengan gejala
nyeri perut yang dapat menyerupai nyeri perut pada HSP. Namun pada Chron’s
disease ini tidak terdapat palpable purpura.
G. Penatalaksanaan
HSP dapat membaik dengan sendirinya (self-limiting) pada 94% pasien. Terapi
yang diberikan merupakan terapi simtomatis. Tirah baring dan terapi analgesik
diberikan pada pasien dengan nyeri sendi akut dan nyeri perut. Acetaminophen
dapat menjadi pilihan pengobatan. Pemberian aspirin sebaiknya dihindari. Non
steroidal anti inflammatory (NSAID) sebaiknya dihindari terutama pada pasien
dengan keterlibatan ginjal dan saluran cerna. Cairan intravena dapat diberikan pada
pasien dengan nyeri abdomen hebat dan muntah. 1,2
Kortikosteroid oral diindikasikan pada pasien dengan rash yang berat, edema, nyeri
abdomen hebat tanpa mual muntah, dan keterlibatan ginjal, skrotum serta testis.
Prednison atau methylprednisolone dapat diberikan dengan dosis awal 1-2
mg/kgBB per hari selama satu hingga dua minggu. Selanjutnya, dosis diturunkan
secara bertahap menjadi 0,5 mg/kgBB/hari untuk satu minggu selanjutnya. Steroid
intravena dapat diberikan apabila pasien tidak toleran terhadap steroid oral.
H. Prognosis
Sebagian besar kasus HSP dapat membaik dengan sendirinya, prognosis umumnya
baik dengan five-year survival rates sebesar 95%. Satu dari tiga pasien mengalami
relaps dengan durasi yang lebih singkat dan gejala yang lebih ringan, umumnya
dalam waktu 4 bulan dan megenai organ yang sama. Prognosis pasien berdasarkan
pada usia saat onset penyakit, keterlibatan organ ginjal, keterlibatan organ kulit,
ketidakseimbangan imunoglobulin, dan keterlibatan neurologis. 1
DAFTAR PUSTAKA
1. Jauloha O, Henoch-Schönlein purpura in children.. Acta Univ. Oul. D 2012; 1151