LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun Untuk Memenuhi Laporan Praktikum Biologi Perikanan
Disusun Oleh :
Kelompok 11/Perikanan C
UNIVERSITAS PADJAJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR
2018
LEMBAR PENGESAHAN
Menyetujui,
PJ Asisten Laboratorium
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL ............................................................... v
DAFTAR GAMBAR .......................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................... vii
I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang ........................................................ 1
1.2 Tujuan .................................................................... 2
1.3 Manfaat .................................................................. 2
II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Lele.................................................... 3
2.1.1 Taksonomi Ikan Lele.............................................. 3
2.1.2 Morfologi Ikan Lele ............................................... 4
2.1.3 Habitat Ikan Lele .................................................... 4
2.1.4 Pertumbuhan Ikan Lele .......................................... 5
2.1.5 Reproduksi Ikan Lele ............................................. 6
2.1.6 Kebiasaan Makanan Ikan Lele ............................... 7
2.2 Pertumbuhan ......................................................... 8
2.2.1 Faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan ............ 9
2.2.2 Pola Pertumbuhan ................................................. 10
2.2.3 Faktor Kondisi ....................................................... 10
2.3 Reproduksi ............................................................ 11
2.3.1 Rasio Kelamin ....................................................... 11
2.3.2 Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ...................... 11
2.3.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG) ........................ 12
2.3.4 Hepato Somatik Indeks (HIS) ............................... 13
2.3.5 Fekunditas ............................................................. 14
2.3.6 Diameter Telur ....................................................... 14
2.3.7 Tingkat Kematangan Telur (TKT) ......................... 15
2.4 Kebiasaan Makanan .............................................. 15
2.4.1 Indeks Bagian Terbesar .......................................... 15
2.4.2 Indeks Ivlev ............................................................ 16
2.4.3 Tingkat Trofik ........................................................ 17
iii
3.5 Analisis Data .......................................................... 21
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
Khairuman dan Amri (2012), ikan lele dengan ukuran 5 cm dapat ditebar dengan
kepadatan 500 ekor/m3 , artinya jika dikonversi dalam bentuk yang sederhana
maka ikan lele yang berjumlah 5 ekor dapat ditebar dalam 10 liter air sehingga
memungkinkan dapat dilakukan peningkatan padat penebaran. Walaupun
demikian menurut Handajani (2002) dalam Kadarini et al., (2010), peningkatan
padat penebaran dapat berpengaruh pada pertumbuhan. Pada padat penebaran
yang tinggi jumlah produksi ikan yang akan dihasilkan banyak tetapi berat setiap
individu kecil sebaliknya apabila padat penebaran rendah akan menghasilkan
produksi yang sedikit namun berat individu besar (Hatimah, 1991).
Oleh karena itu pentingnya pemahaman tentang biologi perikanan
merupakan salah satu upaya untuk memberikan kemampuan dalam menganalisis
dan menduga pertumbuhan, perkembangbiakan dan kebiasaan makan pada ikan.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukannya praktikum Analisis Aspek Biologi Ikan Lele
(Clarias sp.), yaitu:
1. Menganalisis aspek pertumbuhan meliputi distribusi ukuran, hubungan
panjang bobot dan faktor kondisi.
2. Menganalisis aspek reproduksi, meliputi rasio kelamin, TKG, IKG, HSI,
fekunditas, diameter telur, dan tingkat kematangan telur.
3. Menganalisis aspek kebiasaan makanan, meliputi indeks bagian terbesar,
indeks ivlev, dan tingkat trofik.
1.3 Manfaat
Kegiatan praktikum Analisis Aspek Biologi Ikan Lele (Clarias sp.) tentu
memiliki manfaat, diantaranya dapat mengetahui mengenai aspek pertumbuhan
meliputi distribusi ukuran, hubungan panjang bobot dan faktor kondisi., aspek
reproduksi meliputi rasio kelamin, TKG, IKG, HSI, fekunditas, diameter telur,
dan tingkat kematangan telur dan aspek kebiasaan makan meliputi indeks bagian
terbesar, indeks ivlev, dan tingkat trofik pada ikan lele.
3
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
rata-rata 2-3 cm dengan bobot 0,004 gram dan umur 40 hari memiliki panjang
standar rata-rata 3-5 cm dengan bobot 0,68 gram (Ratnasari 2011).
Pertumbuhan ikan lele dipengaruhi oleh beberapa faktor. Apabila suhu
tempat hidupnya terlalu dingin, misalnya di bawah 20°C, pertumbuhannya sedikit
lambat. Di daerah pegunungan dengan ketinggian di atas 700 meter di atas
permukaan laut, pertumbuhan ikan lele kurang begitu baik (Ratnasari 2011). Ikan
lele mampu bertahan hidup di lingkungan dengan kadar oksigen yang rendah,
namun untuk menunjang agar ikan lele dumbo dapat tumbuh secara optimal
diperlukan lingkungan perairan dengan kadar oksigen yang cukup. Kadar oksigen
yang baik untuk menunjang pertumbuhan ikan lele secara optimum adalah harus
lebih dari 3 ppm. Tinggi rendahnya suatu pH dalam perairan salah satunya
dipengaruhi oleh jumlah kotoran dalam lingkungan perairan tersebut khususnya
sisa pakan dan hasil metabolisme (Ratnasari 2011).
2.1.5 Reproduksi Ikan Lele
Ikan lele berkembang biak secara ovipar (eksternal), yaitu pembuahan
terjadi di luar tubuh. Artinya, spermatozoa membuahi telur di luar tubuh. Ikan lele
pertama kali matang kelamin pada umur satu tahun (Chinabut et al. 1991) dengan
ukuran panjang tubuh sekitar 20 cm dan ukuran berat tubuh 100-200 gram. Hasil
perhitungan indeks gonadosomatik ikan lele jantan nilainya berkisar 0,22%-1,47%
(Ahmed et al. 2013). HSI ikan lele relatif tinggi berkisar 10,30%-21,33%. Indeks
gonadosomatik betina lele selama musim pemijahan di Israel berkisar 10-20%
(Ritcher et al. 1987).
Persyaratan reproduksi induk betina ikan lele antara lain: umur minimal
dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm.
Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat 0,5 – 0,75 kg dan panjang
standar 30 – 35 cm (Bramasta 2009).
Fekunditas relatif ikan lele berkisar antara 72.700-165.900 butir/kg atau
rata-rata sebesar 102.400 ± 25.000 butir/kg bobot induk dengan jumlah telur per
gram sebanyak 640-970 butir (rata-rata 770 ± 80 butir). Ikan lele dumbo
fekunditas berkisar 50.000-100.000 butir/kg bobot induk (BSN 2000) dan ikan
lele sangkuriang berkisar 40.000-60.000 butir/kg induk.
7
Ukuran diameter telur ikan lele berkisar antara 0,24 mm hingga 1,81 mm.
Penelitian Adebiyi et al. (2013) menyebutkan bahwa diameter telur yang baru
dikeluarkan pada ikan catfish memiliki kisaran diameter antara 1 mm – 1,4 mm.
Kemudian, telur yang telah dibuahi rata-rata diameter telur terbesar 1,5 ± 0,3 mm.
Musim pemijahan ikan lele berkisar dari bulan Juni-Agustus.
Hasil pengamatan oleh Iswanto dkk. (2016) menunjukkan bahwa calon-
calon induk jantan ikan lele Mutiara berumur empat bulan belum mencapai tahap
matang gonad. Secara umum, ovari calon induk ikan lele Mutiara berumur empat
bulan masih dalam tahap pematangan (maturing stage), ditandai dengan oosit
intraovariannya yang masih didominasi oleh oosit yang belum berkuning telur.
Dengan demikian, calon induk betina ikan lele Mutiara berumur empat bulan
tersebut belum mencapai tahap matang gonad.
Selanjutnya, hasil pengamatan pada saat calon-calon induk berumur lima
bulan menunjukkan bahwa calon induk jantan dan betina ikan lele Mutiara mulai
mencapai tahap matang gonad. Oosit intraovarian calon induk betina ikan lele
Mutiara umur lima bulan telah didominasi oleh oosit matang yang telah memiliki
butir granula kuning telur (oosit tahap granula kuning telur). Oosit matang pada
betina ikan lele Afrika C. gariepinus dilaporkan tetap berada pada fase tersebut
(dorman) selama waktu yang cukup lama, sekitar 2-3 bulan hingga faktor-faktor
eksternal ataupun hormonal menstimulasi terjadinya proses ovulasi (De Graaf &
Janssen, 1996; Yalcin et al.,2001; FAO 2013).
Seiring dengan pertambahan umurnya, ukuran diameter oosit ikan lele
Mutiara juga semakin bertambah besar. Pada umur awal produktifnya (umur 10
bulan), diameter oosit intraovarian ikan lele Mutiara yang siap dipijahkan berkisar
1,20-1,54 mm. Oosit intraovarian ikan lele Mutiara tersebut dominan berwarna
hijau-kekuningan (91,11%) dan hanya sebagian kecil induk betina (8,89%) yang
memiliki oosit intraovarian yang berwarna kuning-kecokelatan (Iswanto dkk.
2016).
2.1.6 Kebiasaan Makan Ikan Lele
Menurut Odum (dalam Steel and torrie, 1982) konsep klasik dalam rantai
makanan aquatik, bahwa zooplankton dianggap sebagai rantai pertama yang
8
penting untuk penghasil kedua. Konsep ini berdasarkan penelitian rantai makanan
di laut daerah utara dimana tiap tahap tropiknya dapat dengan mudah diikuti.
Kedudukan zooplankton bila makin mendekat ke daerah pantai makin kurang
peranannya. Bahkan di daerah estuari, kepentingan phytoplankton menjadi nomor
dua. Di daerah pantai yang mempunyai peranan di dalam rantai makanan sebagai
rantai pertama diantaranya rumput laut daerah pantai (Spartina), rumput laut
(Thalassia, dsb), macro algae, mangrove dan microflora benthic.
2.2 Pertumbuhan
Menurut Effendie (1997) pertumbuhan adalah penambahan ukuran
panjang atau bobot ikan dalam kurun waktu tertentu yang dipengaruhi oleh pakan
yang tersedia, jumlah ikan, suhu, umur dan ukuran ikan. Laju pertumbuhan tubuh
ikan yang dibudidayakan bergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan dan
interaksinya.Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu tingkat kelangsungan
hidup ikan dipengaruhi oleh manejemen budidaya yang baik antara lain padat
tebar, kualitas pakan, kualitas air, parasit atau penyakit (Fajar, 1988).
Menurut Mudjiman (2000) kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan
akan dapat dipercepat jika pakan yang diberikan memiliki nutrisi yang cukup.
Pertumbuhan ikan dapat terjadi jika jumlah nutrisi pakan yang dicerna dan diserap
oleh ikan lebih besar dari jumlah yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya.
Ikan akan mengalami pertumbuhan yang lambat dan kecil ukurannya bila pakan
yang diberikan kurang memadai (Lovell, 1989).
Ikan yang berukuran kecil memerlukan energi yang lebih besar dari pada
ikan yang lebih besar dan mengkonsumsi pakan relatif lebih tinggi berdasarkan
persen bobot tubuh (Brett dan Groves, 1979). Pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh
faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi: keturunan, umur, ketahanan
terhadap penyakit, dan kemampuan memanfaatkan makanan, sedangkan faktor
eksternal meliputi suhu, kualitas dan kuantitas makanan, serta ruang gerak
(Gusrina, 2008)
9
spesiesnya di daerah bermusim empat ukuran tadi mungkin akan dicapai dalam
waktu dua atau tiga tahun. Setiap spesies ikan suhu optimum untuk
pertumbuhannya tidak sama, oleh karena itu dalam kultur ikan agar tercapai
tujuan suhu optimum dari perairan tadi ada kolam yang diberi tanaman untuk
memberi bayangan pada perairan dan ada pula yang tidak (Wahyuningsih dan
Barus 2006).
2.2.2 Pola Pertumbuhan
Ada dua tipe pertumbuhan yaitu pertumbuhan alometrik dan pertumbuhan
isometrik. Pertumbuhan alometrik terbagi atas alometrik positif dan alometrik
negatif. Pertumbuhan alometrik positif (b>3) artinya bahwa pertambahan bobot
lebih dominan daripada pertambahan panjang. Pertumbuhan alometrik negatif
(b<3) artinya pertambahan panjang lebih dominan daripada pertambahan bobot.
Sedangkan pertumbuhan isometrik terbagi atas isometrik seimbang dan
isometrik tidak seimbang. Pertumbuhan isometrik (b=3) artinya pertambahan
panjang dan bobot seimbang. Pertumbuhan (b≠3) artinya pertambahan panjang
dan bobotnya tidak seimbang. Untuk menguji apakah terdapat perbedaan atau
tidak hubungan panjang berat antara ikan jantan dan betina dari perairan yang
sama dilakukan analisis kovarian (Effendie 2002).
2.2.3 Faktor Kondisi
Faktor kondisi adalah derivat penting dari pertumbuhan. Faktor kondisi
atau Indeks Ponderal sering disebut faktor K. Faktor kondisi ini menunjukkan
keadaan baik dari ikan dilihat dari segi kapasitas fisik untuk survival dan
reproduksi (Effendie 2002). Faktor kondisi tinggi pada ikan menunjukkan ikan
dalam perkembangan gonad, sedangkan faktor kondisi rendah menunjukkan ikan
kurang mendapatkan asupan makanan. Faktor kondisi juga akan berbeda
tergantung jenis kelamin ikan, musim atau lokasi penangkapan serta tingkat
kematangan gonad dan kelimpahan makanan (King 1995).
Faktor kondisi dapat menunjukkan keadaan ikan baik dilihat dari segi
kapasitas fisik untuk bertahan hidup dan reproduksi. Variasi nilai faktor kondisi
tergantung pada makanan, umur, jenis kelamin, dan kematangan gonad. Apabila
dalam suatu perairan terjadi perubahan yang mendadak dari kondisi ikan itu
11
jumlah stok yang secara produktif matang dengan pemahaman tentang siklus
reproduksi bagi suatu populasi atau spesies (Wahyuningsih dan Barus 2006).
Berikut merupakan tabel perbandingan tingkat kematangan gonad (TKG)
ikan jantan dan betina menurut Effendie (1979).
Tabel 1. Tingkat kematangan gonad ikan betina dan jantan
TKG Betina Jantan
I Ovari seperti benang yang Testes jantan seperti benang,
panjangnya sampai ke depan rongga lebih pendek (terbatas) dan
tubuh, warna jernih, permukaan terlihat ujungnya di rongga
licin. tubuh, warna jenih.
II Ukuran ovari lebih besar, pewarnaan Ukuran testes lebih besar,
lebih gelap dan kekuningan, telur pewarnaan putih seperti susu,
belum terlihat jelas dengan mata. bentuk lebih jelas daripada
tingkat I.
III Ovari berwarna kuning, secar Permukaan testes tampak
morfologi telur mulai kelihatan bergerigi, warna makin putih,
butirnya dengan jelas. testes makin besar, dalam
keadaan di formalin mudah
terputus.
IV Ovari makin besar, telur berwarna Seperti pada tingkat III tampak
kuning, mudah dipisahkan, butir lebih jelas, testes semakin pejal
minyak tidak tampak, mengisi 1/2-
1/3 rongga perut, usus terdesak
V Ovari berkerut, dinding tebal, butir Testes bagian belakang kempis
telur sisa terdapat didekat pelepasan, dan di bagian dekat pelepasan
banyak telur seperti pada tingkat II masih berisi
semakin meningkat dan akan mencapai batas maksimum pada saat akan terjadi
pemijahan, ikan betina nilai IKGnya lebih besar dibandingkan ikan jantan.
Bagenal (1978) menyatakan bahwa dimana ikan yang mempunyai nilai IKG lebih
kecil dari 20% adalah kelompok ikan yang dapat memijah lebih dari sekali setiap
tahunnya.
Menurut Royce (1972), ikan betina akan memijah dengan nilai IKG
berkisar antara 10-25%, sedangkan ikan jantan akan memijah pada nilai IKG
berkisar 5-10%. Indeks kematangan gonad biasanya hanya ditunjukkan pada ikan
yang betina sedangkan kematangan ikan jantan jarang dikerjakan walaupun
polanya sama. Adakalanya nilai indeks kematangan gonad dihubungkan dengan
tingkat kematangan gonad yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi
kematangan gonad. Dengan memperbandingkan demikian akan tampak hubungan
antara perkembangan di dalam dan di luar gonad, atau nilai-nilai morfologi yang
dikuantitatifkan (Effendie 2002).
Indeks kematangan gonad biasanya hanya ditunjukkan pada ikan yang
betina sedangkan kematangan ikan jantan jarang dikerjakan walaupun polanya
sama. Adakalanya nilai indeks kematangan gonad dihubungkan dengan tingkat
kematangan gonad yang pengamatannya berdasarkan ciri-ciri morfologi
kematangan gonad. Dengan memperbandingkan demikian akan tampak hubungan
antara perkembangan di dalam dan di luar gonad, atau nilai-nilai morfologi yang
dikuantitatifkan (Effendie 2002).
spawner adalah pemijahan ikan yang dilakukan beberapa kali dalam setahun serta
memiliki variasi.
Diameter telur juga berpengaruh terhadap nilai fekunditas ikan, semakin
besar ukuran diamteer telur makan akan semakin kecil nilai fekunditasnya, begitu
juga sebaliknya. Ukuran diameter telur dari setiap individu akan sangan bervariasi
tergantung dari jenis ikan itu sendiri. Perkembangan gonad ikan betina lebih
banyak diperhatikan dari pada ikan jantan karena perkembangan diameter telur
yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di
dalam testis (Fujaya 2004).
utama) dari setiap spesies yang berbeda dilakukan berdasarkan sebuah frekuensi
kejadian satu macam makanan (Ii ≥ 50%). Spesies yang mempresentasikan
proporsi jenis pakan yang seimbang antara tumbuhan dan hewan (perbandingan <
20 % ), dinilai omnivora (Oliveira et al. 2014 dalam Saputra 2018). Komposisi
pakan dikategorikan kedalam 10 jenis (Mérona et al. 2005 dalam Saputra 2018)
yaitu:
1). Fitoplankton,
2). Zooplankton,
3). Tumbuhan (bagian daun, batang, biji-bijan),
4). Insekta,
5). Cacing (annelida dan non-annelida),
6). Moluska (bivalvia, gastropoda),
7). Udang,
8). Ikan (seluruh bagian termasuk sisik dan sirip),
9). Fraksi Hewan (tidak teridentifikasi), dan
10). Detritus.
Klasifikasi tingkat trofik mengacu pada Oliveira et al. (2014) dalam
Saputra (2018) yaitu:
1). Herbivora (dominasi plankton, serasah, biji-bijian),
2). Piscivora (dominasi ikan),
3). Karnivora (dominasi insekta dan hewan lainnya),
4). Omnivora (dominasi bagian tumbuhan dan hewan),
5). Detritivora (dominasi detritus).
berarti pakan tersebut tidak digemari oleh ikan. Jika nilai E = 0 berarti tidak ada
seleksi oleh ikan terhadap pakannya.
3.2.1 Alat
Berikut ini merupakan alat yang digunakan dalam praktikum analisis
aspek biologi ikan lele, diantaranya:
1) Baki bedah, berfungsi sebagai tempat membedah ikan,
2) Cover Glass, berfungsi untuk menutup objeck glass,
3) Gelas ukur, berfungsi untuk mengukur volume aquades,
4) Gunting, berfungsi untuk memotong organ tubuh ikan,
5) Sonde, berfungsi untuk menusuk bagian kepala,
6) Mikroskop, berfungsi untuk melihat jenis pakan dalam sampel is lambung,
7) Milimeter block, berfungsi sebagai alat ukur,
8) Mistar, berfungsi untuk mengukur ikan,
9) Object Glass, berfungsi untuk menyimpan isi lambung,
10) Petridish, berfungsi untuk menyimpan organ tubuh hasil pembedahan,
11) Pinset, berfungsi untuk memudahkan pembedahan,
12) Pipet, berfungsi untuk mengambil sampel isi lambung dan formalin,
13) Pisau, berfungsi untuk memotong bagian tubuh ikan, dan
14) Timbangan digital, berfungsi untuk mengukur bobot tubuh dan gonad,
18
19
3.2.2 Bahan
Berikut ini merupakan bahan yang digunakan dalam praktikum analisis
aspek biologi ikan lele, diantaranya:
1) Aquades, untuk merendam lambung ikan,
2) Formalin, untuk membersihkan lambung dari bakteri dan kuman,
3) Ikan lele (Clarias sp), sebagai objek praktikum,
4) Larutan Asetokarmin, untuk memberikan warna pada jaringan gonad ikan,
dan
5) Larutan Serra, untuk mempertahankan bentuk inti telur.
Keterangan :
IKG = indeks kematangan gonad (%)
Bg = bobot gonad dalam gram
Bt = bobot tubuh dalam gram
3.4.5 Hepato Somatik Indeks (HSI)
Menurut Effendie (2002) HSI dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Bht
HSI= ×100%
Bt
Keterangan :
HSI = Hepato somatic index (%)
Bht = Bobot hati ikan (gram)
Bt = Bobot tubuh (gram)
3.4.6 Fekunditas
Menurut Andy Omar (2005) fekunditas ikan ditentukan dengan
menggunakan metode gravimetrik dengan rumus :
Bg
F= ×Fs
Bs
Keterangan :
F = jumlah seluruh telur (butir)
Fs = jumlah telur pada sebagian gonad (butir)
Bg = bobot seluruh gonad (gram)
Bs = bobot sebagian gonad (gram)
3.4.7 Diameter Telur
Menurut Rodriquez, J. et al (1995) diameter telur dihitung menggunakan
rumus :
Ds=√D ×d
Keterangan :
Ds = diameter telur sebenarnya (mm);
D = diameter telur terbesar (mm);
D = diameter telur terkecil (mm)
3.4.8 Tingkat Kematangan Telur
Menurut Nurmadi (2005) Persentase tahap kematangan telur dihitung
berdasarkan kriteria sebagai berikut :
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒍𝒖𝒓 𝒅𝒆𝒏𝒈𝒂𝒏 𝒊𝒏𝒕𝒊 𝒅𝒊 𝒕𝒆𝒏𝒈𝒂𝒉
TKT fase vitelogenik = ×100%
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒕𝒆𝒍𝒖𝒓 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒊𝒂𝒎𝒂𝒕𝒊
23
Keterangan :
Ii = Indeks Bagian Terbesar (Index of Preponderance)
Vi = Persentase volume satu macam makanan
Oi = Persentase frekuensi kejadian satu macam makanan
∑(Vi x Oi) = Jumlah Vi x Oi dari semua jenis makanan
3.4.10 Index Ivlev (Index of Electivity)
Menurut Ivlev (1961) preferensi tiap organisme atau jenis plankton yang
tedapat dalam alat pencernaan ikan ditentukan berdasarkan indeks ivlev sebagai
berikut :
ri -pi
F=
ri + pi
Keterangan :
E = Indeks Ivlev (Index of Electivity)
ri = Jumlah relatif macam-macam organisme yang dimanfaatkan
pi = Jumlah relatif macam-macam organisme dalam perairan
3.4.11 Tingkat Trofik
Menurut Effendie (1979) tingkat trofik dihitung menggunakan rumus
sebagai berikut :
𝑻𝒕𝒑 × 𝑰𝒊
𝑻𝒑 = 𝟏 + ∑( )
𝟏𝟎𝟎
Keterangan :
Tp = Tingkat trofik
Ttp = Tingkat trofik pakan
Ii = Indeks bagian terbesar pakan
24
n
(Oi -Ei)2
X2 = ∑
Ei
i=1
Keterangan :
2 = nilai chi kuadrat
Oi = frekuensi observasi yaitu jumlah ikan jantan atau betina hasil
pengamatan
Ei = frekuensi harapan yaitu jumlah ikan jantan atau betina secara
teoritis (1:1)
0.25 21.15%
0.2 17.31%
15.38%
0.15
0.1 7.69%
3.85%
0.05 1.92%
0
220-231 232-243 244-255 256-267 268-279 280-291 292-303
Interval Panjang Total (mm)
Berdasarkan grafik distribusi panjang ikan lele dapat dilihat bahwa ukuran
panjang terendah berada pada interval 220 mm dan tertinggi 303 mm. Terdapat 7
kelas interval dengan 2 kelompok ukuran. Kelompok ukuran pertama memiliki
panjang 220-255 dengan persentase terbesar yaitu 21.15% pada interval 220-231.
Kelompok ukuran kedua, dengan panjang 256-303 dengan persentase terbesar
yaitu 32.69% yang berada pada interval 280-291 sedangkan yang terendah berada
pada interval 292-303 dengan persentase 1.92%.
26
27
Berdasarkan grafik distribusi bobot ikan lele dapat dilihat bobot ikan
terkecil yaitu 76.71 gram dan bobot terbesar yaitu 184.85 gram. Jika dilihat dari
persentase keseluruhan data, nilai persentase tertinggi sebesar 23.08% pada
interval 76.71-92.15 gram, sedangkan persentase terendah sebesar 3.85% pada 2
interval yaitu 107.61-123.05 dan 123.06-138.50.
Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot dan panjang tubuh ikan lele
dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor dalam dan faktor luar, terdapat faktor yang
dapat dikontrol dan ada juga yang tidak dapat dikontrol. Faktor dalam umumnya
adalah faktor yang sukar dikontrol yaitu keturunan, sex, umur, parasit, penyakit,
dan faktor genetik. Sedangkan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan yaitu
kondisi lingkungan berupa suhu, kedalaman dan pH. Selain itu makanan yang
masuk kedalam tubuh juga berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan. Namun,
belum diketahui secara pasti faktor mana yang memberikan dampak lebih besar
terhadap pertumbuhan (Effendie 1997).
Selain itu juga faktor yang dapat mempengaruhi distribusi panjang dan
bobot adalah kadar DO, ammonia, dan H2S di perairan. Hal ini sesuai dengan
hasil penelitian Pratama dkk (2016) dimana dengan tingginya oksigen terlarut
pada kolam probiotik berdampak positif pada pertambahan panjang dan
pertambahan berat ikan lele. Pada kolam tanpa probiotik pertambahan panjang
28
dan pertambahan berat ikan lebih lambat diduga karena kadar oksigen terlarut
yang ada pada air rendah. Rendahnya kadar oksigen terlarut dapat menyebabkan
stres pada ikan. Akibatnya nafsu makan ikan lele akan berkurang. Oksigen
diperlukan ikan lele sangkuriang untuk proses metabolisme seperti respirasi atau
perombakan makanan yang menghasilkan energi. Apabila oksigen dalam perairan
rendah dapat menyebabkan terganggunya pertambahan ikan lele (Muchlisin dan
Firdus 2010).
4.1.2 Regresi Hubungan Panjang dan Bobot
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan mahasiswa Perikanan
2017, diperoleh grafik regresi hubungan panjang dan bobot sebagai berikut:
2.00
1.50
Log W
y = 2.6295x - 4.2352
1.00
R² = 0.7757
0.50
0.00
2.32 2.34 2.36 2.38 2.40 2.42 2.44 2.46 2.48 2.50
Log L
0.8
0.6
0.4
0.2
0
220-231 232-243 244-255 256-267 268-279 280-291 292-303
Interval TL (mm)
38%
62%
7 6 6
JUMLAH (EKOR)
6 5
5 4
4
3 22 2
2 1 11 1 1
1
0
INTERVAL
Dari grafik TKG di atas, data dikelompokkan menjadi tujuh kelas dengan
nilai interval minimum 76,71-92,12 dan nilai interval maksimum adalah 169,23-
184,64. Berdasarkan grafik diatas nilai TKG I berjumlah tujuh ekor ikan lele
betina yang mana berada pada interval pertama sebanyak satu ekor, pada interval
kedua sebanyak dua ekor, interval ketiga sebanyak satu ekor, pada interval
keenam sebanyak satu ekor dan pada interval ketujuh sebanyak dua ekor.
Penggolongan TKG dapat dilihat dari ciri-ciri TKG I betina adalah ovary terlihat
seperti benang, panjang sampai kedepan rongga tubuh, warna jernih.
Data TKG II terdapat di interval satu sebanyak empat ekor, kelas dua
sebanyak dua ekor, kelas tiga sebanyak satu ekor, kelas empat satu ekor, kelas
lima lima ekor, kelas enam sebanyak enam ekor dan kelas tujuh sebanyak enam
ekor. Ciri-ciri TKG II pada betina adalah ukuran ovary lebih besar mengisi
32
seperempat rongga perut, permukaan lebih gelap dan kekuningan, telur belum
terlihat jelas dengan mata.
7 6
6
JUMLAH (EKOR)
5 4
4
3 2 2 2
2 1 1 1 1
1
0
INTERVAL
Dari grafik TKG di atas, data dikelompokkan menjadi tujuh kelas dengan
nilai interval minimum 76,71-92,12 dan nilai interval maksimum adalah 169,23-
184,64. Berdasarkan grafik diatas nilai TKG I berada pada interval pertama
sebanyak enam ekor, interval kedua sebanyak empat ekor, interval kelima
sebanyak dua ekor, interval enam sebanyak dua ekor dan interval tujuh sebanyak
satu ekor. Penggolongan TKG dapat dilihat dari ciri-ciri TKG I jantan adalah
testis seperti benang, lebih pendek, dan terlihat ujungnya dirongga tubuh, dan
warnanya jernih.
Data TKG II terdapat pada kelas satu sebanyak satu ekor, kelas lima
sebanyak satu ekor, kelas enak sebanyak satu ekor dan kelas tujuh sebanyak dua
ekor. Dikelompokan TKG II jantan karena ukuran testis lebih tebal, warna putih
seperti susu, dan bentuk lebih jelas dari tingkat I
Berdasarkan dari kedua grafik diatas, TKG ikan lele didominasi dengan
TKG II dan tingkat kematangan gonad ikan lele betina lebih cepat matang
dibandingkan dengan ikan lele jantan, hal ini tidak sesuai dengan pernyataan
Legendre et al. (2000) yang menyatakan pada umumnya umur juga berpengaruh
pada perkembangan gonad, pada umumnya ikan jantan matang lebih dulu
33
dibandingkan ikan betina. Ikan jantan mulai matang pada umur 8 bulan sedangkan
ikan betina matang gonad pada umur 1 tahun.
Mungkin hal itu bisa dipengaruhi oleh faktor lain yaitu pakan. Halver dan
Hardy (2002) menyatakan pakan merupakan komponen penting dalam proses
pematangan gonad, khususnya ovarium, karana proses vitelogenesis (akumulasi
vitelogenin dalam telur) membutuhkan nutrien. Selain itu pakan yang berkualitas
akan berpengaruh terhadap fekunditas dan kualitas telur. Pertumbuhan dan
pematangan gonad akan terjadi bila terdapat kelebihan energi yang diperoleh dari
makanan untuk pemeliharaan tubuh. Apabila kekurangan energi dapat
meningkatkan oosit atresia. Metabolisme protein berbeda pada ikan yang sedang
berkembang gonadnya dibandingkan ikan yang hanya sedang tumbuh. Pada tahap
perkembangan gonad diperlukan banyak energi dan asam amino. Banyak asam
amino diperlukan untuk pematangan gonad diambil dari cadangan yang ada di
otot putih dan tersedia sebagai hasil degradasi protein (Halver dan Hardy 2002).
4.2.3 Indeks Kematangan Gonad (IKG)
Berikut merupakan grafik indeks kematangan gonad ikan lele.
0.25%
0.22%
0.20%
PERSENTASI
0.15% 0.12%
0.10%
0.10%
0.07%
0.05%
0.00% 0.00% 0.00%0.00% 0.00%0.00%
0.00%
I II III IV V
TKG
(♂) (♀)
Ikan dikatakan matang gonad dan siap memijah bilamana IKG > 19 %.
Dan indeks tersebut semakin bertambah besar dan nilai tersebut akan mencapai
batas kisar maksimum pada saat akan terjadi pemijahan (Johnson 1971). Terdapat
faktor-faktor utama yang mampu mempengaruhi kematangan gonad ikan, antara
34
lain suhu dan makanan, tetapi secara relatif perubahannya tidak besar dan di
daerah tropik gonad dapat masak lebih cepat (Effendie 2002).
Dari data di atas dapat dilihat persentase IKG ikan lele betina sebesar 0,12%
pada TKG I dan 0,22% pada TKG II. Sedangkan persentase IKG ikan lele jantan
sebesar 0,07% pada TKG I dan 0,10% pada TKG II. Oleh karena itu dapat
dikatakan bahwa ikan yang digunakan sebagai sampel praktikum masih dalam
taham berkembang dan nilai TKG masih dibawah 19%.
4.2.4 Hepato Somatik Indeks (HSI)
1.20% 1.12%
1.08%
1.00%
0.80%
PERSENTASI
0.60%
0.40%
0.20%
0.00% 0.00% 0.00%
0.00%
I II III IV V
TKG
4.2.5 Fekunditas
Fekunditas adalah jumlah sel telur yang siap untuk dikeluarkan. Sampel
ikan lele yang didapatkan kelompok 11 adalah ikan jantan, ikan jantan memiliki
sel sperma dan tidak memiliki sel telur. Sehingga sampel yang kami analisis tidak
memiliki fekunditas.
35
Indeks Preponderan
70% 59%
60%
Persentase
50%
40%
30% 17%
20% 12% 10%
10% 0% 0% 0% 0% 2% 0%
0%
Jenis Pakan
trofik ikan menurut yakni ingkat trofik ikan dikategorikan menjadi tingkat trofik 2
yaitu untuk ikan yang bersifat herbivora, tingkat 2,5 untuk ikan yang bersifat
omnivora dan tingkat trofik 3 atau lebih untuk ikan yang bersifat karnivora
(Caddy dan Sharp 1986). Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan, nilai
trofik pada ikan lele sebesar 2,83 yang berarti bahwa ikan lele merupakan jenis
omnivora yang cenderung karnivora karena 2,83. Hal ini diperkuat dengan hasil
penelitian dari Susanto (1988) bahwa pakan alami ikan lele berupa jasad hewani
yaitu crustacea kecil, larva serangga (kutu air, jentik nyamuk), cacing dan
molusca. Semua itu menunjukan bahwa ikan lele bersifat omnivora cenderung
karnivora (Pillay 1990).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum analisis aspek biologi (pertumbuhan,
reproduksi dan kebiasaan makan) pada ikan lele adalah:
1. Ikan lele memiliki nilai b sebesar 2.6295 atau jika dibulatkan sebesar 2.7
sehingga dapat dikatakan bahwa pola pertumbuhan ikan lele bersifat
allometric negative atau pertumbuhan panjang tubuh lebih cepat
dibandingkan pertumbuhan bobot ikan. Hal ini diduga karena ikan lele
kurang cocok dengan lingkungannya jika dilihat berdasarkan nilai faktor
kondisi yang kecil sebesar 0,960.
2. Rasio kelamin sampel ikan lele adalah 38% ikan jantan dan 62% ikan
betina, dengan nisbah kelamin ikan lele ditolak. Tingkat kematangan
gonad pada sampel ikan lele betina dan jantan mayoritas pada TKG II.
Indeks kematangan gonad ikan lele masih dalam tahap berkembang dan
nilai IKG masih dibawah 19%. Perbedaan dalam pengamatan ikan jantan
dan betina terletak pada penghitungan HSI (Hepatosomatik Indeks),
diameter telur, dan penentuan letak inti telur (tingkat kematangan telur)
yang tidak dilakukan pada ikan jantan.
3. Kebiasaan makanan ikan lele dilihat dari indeks preponderan yang menjadi
pakan utamanya adalah detritus sebesar 59% sedangkan phytoplankton,
zooplankton dan fraksi hewan sebagai pakan pelengkap dan yang menjadi
pakan tambahan adalah whom. Ikan lele memiliki tingkat trofik sebesar
2,83 yang berarti bahwa ikan lele ini ikan omnivora yang cenderung
karnivora.
5.2 Saran
Pada praktikum selanjutnya praktikan sebaiknya lebih teliti serta teratur
selama pelaksanaan praktikum sehingga tidak menimbulkan kekeliruan yang
menyebabkan kesalahan yang berdampak bagi hasil praktikum nantinya.
38
DAFTAR PUSTAKA
39
Iswanto B., Imron, Suprapto R., dan Marnis H. (2014). Perakitan Strain Ikan Lelel
Tumbuh Cepat Melalui Seleksi Individu Pembentukkan Populasi Generasi
Pertama. Jurnal Ris Aquaculture, 343-352.
Jatnika D., Komar S., dan Nora H.P. (2014). Pengembangan Usaha Budidaya Ikan
Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal MPI, 96-105.
Jatnika D., Komar S., dan Nora H.P. (2014). Pengembangan Usaha Budidaya Ikan
Lele (Clarias sp.) di Lahan Kering di Kabupaten Gunungkidul, Provinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal MPI, 96-105.
Khairuman ,dan Amri. (2002). Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Khairuman ,dan Amri. (2002). Budidaya Lele Dumbo Secara Intensif. Jakarta:
Agromedia Pustaka.
Khairuman dan Amri. (2011). Buku Pintar Budidaya dan Bisnis 15 Ikan
Konsumsi. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Khairuman dan Amri. (2011). Buku Pintar Budidaya dan Bisnis 15 Ikan
Konsumsi. Jakarta: Agromedia Pustaka.
Mahyudin. 2008. Panduan Lengkap Agribisnis Lele. Penebar Swadaya. Jakarta.
Muchlisin dan Firdus. (2010). Degradation Rate of Sludge and Water Quality of
Septic Tank (Water Closed) by Using Starbio and Freshwater Catfish as
Biodegradator. Jurnal Natural, 10(1): 1-6.
Muchlisin dan Firdus. (2010). Degradation Rate of Sludge and Water Quality of
Septic Tank (Water Closed) by Using Starbio and Freshwater Catfish as
Biodegradator. Jurnal Natural, 10(1): 1-6.
Nasional, B. S. (2002). Standar Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.). Jakarta: SNI 01-
6484.2-200.
Nasional, B. S. (2002). Standar Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.). Jakarta: SNI 01-
6484.2-200.
Nikolsky, G. V. 1969. The Theory of Fish Population Dynamics As The
Biological Background for Rational Exploitation And Management of Fish
Fishery Resources. Oliver and Boyd Publisher United Kingdom. London.
322 hal.
Pillay, T.V.R., 1990. Aquaculture: principles and techniques. Fishing New Books.
Blackwell Scientific Publications Ltd.
Pratama F.A., Norma A., dan Ali D. (2016). Kondisi Kualitas Air Kolam
Budidaya dengan Penggunaan Probiotik dan Tanpa Probiotik terhadap
Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) di Cirebon, Jawa Barat.
Diponegoro Journal of Maquares, Vol 5. No.1 Hal. 38-45.
40
Pratama F.A., Norma A., dan Ali D. (2016). Kondisi Kualitas Air Kolam
Budidaya dengan Penggunaan Probiotik dan Tanpa Probiotik terhadap
Pertumbuhan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias sp.) di Cirebon, Jawa Barat.
Diponegoro Journal of Maquares, Vol 5. No.1 Hal. 38-45.
Puudjirahaju, A., Rustidja dan S. B.. Sumitro. 2008. Penelusuran Genotipe Ikan
Mas (Cyprinus Carpio L.) Strain Punten Gynogenetik. Jurnal Ilmu-Ilmu
Perikanan Indonesia. Vol 12 (1) : 13-19.
Ratnasari, D. (2011). Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) pada
Daun Singkong yang Berbeda dalam Perlakuan. Skripsi Sarjanan UNJ.
Ratnasari, D. (2011). Kelangsungan Hidup Ikan Lele Dumbo (Clarias sp.) pada
Daun Singkong yang Berbeda dalam Perlakuan. Skripsi Sarjanan UNJ.
Saanin. (1984). Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan . Jakarta: Binacipta.
Saanin. (1984). Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan . Jakarta: Binacipta.
Saputra, Rizki Nugraha. 2018. Kebiasaan Makan Luas Relung dan Tumpang
Tindih Pemanfaatan Pakan Komunitas Ikan di Waduk Jatigede Jawa Barat.
Skripsi. Universitas Padjadjaran.
Sarmada, Marlida R., dan Iskandar R. (2016). Respons Pertumbuhan Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) yang Diberi Pakan Buatan Berbasis
Limbah Sayuran. Banjarbaru: Universitas Achmad Yani.
Sarmada, Marlida R., dan Iskandar R. (2016). Respons Pertumbuhan Ikan Lele
Sangkuriang (Clarias gariepinus) yang Diberi Pakan Buatan Berbasis
Limbah Sayuran. Banjarbaru: Universitas Achmad Yani.
Suprapto dan Samtafsir. (2013). Biofloc-165 Rahasia Sukses Teknologi Budidaya
Lele. Depok: AGRO-165.
Suprapto dan Samtafsir. (2013). Biofloc-165 Rahasia Sukses Teknologi Budidaya
Lele. Depok: AGRO-165.
Suprapto, Dewi S.P.S, H. Marnis, dan N. Syawalia. (2013). Produksi Ikan Lele
Cepat Tumbuh Generasi F-0 Menggunakan Metode Transgenesis. Jurnal
Riset Akuakultur: 8(2): 173-180.
Suprapto, Dewi S.P.S, H. Marnis, dan N. Syawalia. (2013). Produksi Ikan Lele
Cepat Tumbuh Generasi F-0 Menggunakan Metode Transgenesis. Jurnal
Riset Akuakultur: 8(2): 173-180.
Suryaningsih, S. (2014). Biologi Ikan Lele Kementrian Pendidikan Nasional
Fakultas Biologi. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman.
Suryaningsih, S. (2014). Biologi Ikan Lele Kementrian Pendidikan Nasional
Fakultas Biologi. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman.
Susanto. 1998. Pemeliharaan Ikan Air Tawar. Kanisius. Jakarta.
41
Tjahjo, D. W. H. dan Kunto Purnomo. 1998. Studi Interaksi Pemanfaatan Pakan
Alami Antar Ikan Sepat, Betok, Mujair, Nila, dan Gabus di Rawa
Taliwang Bull, Penel. Perik Indonesia, 50-59.
Viveen, W. J. A. R., C. J. J. Richter, P. G. W. J. Van Oordt, J. A. L. Janssen and
E. A. Huisman. (1987). Practical Manual for The Culture of African
Catfish. Directorate General International Cosperation of The Manistry of
Foreign Affairs. Netherland.
Viveen, W. J. A. R., C. J. J. Richter, P. G. W. J. Van Oordt, J. A. L. Janssen and
E. A. Huisman. (1987). Practical Manual for The Culture of African
Catfish. Directorate General International Cosperation of The Manistry of
Foreign Affairs. Netherland.
Webster C.D, and Lim. (2002). Nutrients Requirements and Feeding of Finfish for
Aquculture. New York: CABI Publishing.
Webster C.D, and Lim. (2002). Nutrients Requirements and Feeding of Finfish for
Aquculture. New York: CABI Publishing.
Winarlin. 1984. Kebiasaan makanan ikan lele (Clarias batrachus Linn.) ukuran
sejari. Skripsi. Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
42
43
LAMPIRAN
44
Lampiran 1. Alat
Petridish Gunting
45
Penjepit
Kapak
Aquades Formalin
Larutan Serra
46
Lampiran 3. Prosedur Bagan Alir
Prosedur Analisis Pertumbuhan
Ikan ditusuk menggunakan kapak pada bagian kepala tepat ke otak sampai ikan
mati
47
Prosedur Analisis Reproduksi
Ikan lele dipukul menggunakan kapak pada bagian kepala tepat ke otak sampai
ikan mati
Ikan lele dibedah dari arah urogenital melingkar menuju bagian posterior
operkulum
Organ dalam ikan lele dipilah, dan ambil bagian gonad ikan
Gonad ikan dicacah, kemudian diletakan di object glass dan diberi larutan
Asetokarmin satu tetes.
Gonad ikan diamati untuk menentukan jenis kelamin dan tingkat kematangan
gonad (TKG)
Data di analisis meliputi nilai IKG, HIS, fekunditas, TKT, dan diameter telur
48
Prosedur Analisis Kebiasaan Makanan
Ikan dipukul menggunakan kapak pada bagian kepala tepat ke otak sampai ikan
mati
Data di analisis untuk mengetahui jenis pakan ikan lele, nilai indeks
propenderan, dan tingkat trofik
49
Lampiran 4. Dokumentasi Kegiatan
50
Gonad ikan diamati di bawah Lambung ikan diberi Formalin
mikroskop. sebanyak 5 tetes dan di tambahkan
akuades
Isi lambung di keluarkan dan Diambil 1 tetes cairan isi lambung dan
ditambahkan 1 ml akuades diamati dengan mikroskop.
51
52
Pertumbuhan
No. Kelompok Kelas Panjang (mm)
Bobot (g)
SL TL
37 7 C 260 290 170,93
38 8 C 252 282 174,47
39 9 C 250 280 153,92
40 10 C 245 265 136,95
41 11 C 195 225 78,25
42 12 C 255 280 153,7
43 13 C 250 300 149,34
44 14 C 250 290 161
45 15 C 250 280 142,86
46 16 C 210 240 98,38
47 15 A 210 245 103,62
48 1 A 250 285 159,21
49 4 A 222 229 85,37
50 9 A 230 245 92,07
51 10 A 270 290 175,29
52 16 A 250 280 177,5
59
c²tabel 3,84
62
64
Jenis Pakan
No.
Phytoplankton Zooplankton Animal Fraction Detritus Worm
22 30% 40% 0% 30% 0%
23 0% 0% 0% 100% 0%
24 41% 0% 0% 59% 0%
25 10% 60% 0% 30% 0%
26 0% 20% 0% 80% 0%
27 0% 0% 0% 100% 0%
28 0% 0% 0% 80% 20%
29 70% 30% 0% 0% 0%
30 20% 70% 30% 0% 0%
31 1% 0% 0% 99% 0%
32 4.30% 0% 0% 95.70% 0%
33 2% 0% 0% 98% 0%
34 25% 0% 0% 70% 5%
35 2% 0% 0% 98% 0%
36 0% 0% 0% 100% 0%
37 0% 0% 0% 100% 0%
38 0% 0% 20% 80% 0%
39 0% 0% 0% 100% 0%
40 0% 0% 50% 50% 0%
41 0% 0% 0% 100% 0%
42 0% 0% 0% 90% 10%
43 50% 0% 0% 50% 0%
44 0% 0% 0% 100% 0%
66
Jenis Pakan
No.
Phytoplankton Zooplankton Animal Fraction Detritus Worm
45 0% 0% 0% 100% 0%
46 70% 0% 0% 30% 0%
47 85% 0% 0% 15% 0%
48 10% 0% 0% 80% 10%
49 0% 0% 0% 0% 0%
50 9,10% 18,20% 72,20% 0% 0%
51 0% 0% 0% 0% 0%
52 8% 0% 22% 65% 5%