EVOLUSI
Dosen Pengampu :
Disusun oleh :
KELOMPOK 6
OKTOBER 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kepada Allah Yang Maha Esa atas berkat,
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan
baik walaupun masih banyak kekurangan di dalamnya. Makalah ini membahas mengenai
“Evolusi Invertebrata Hingga Protovertebrata”. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Evolusi”. Kami juga berharap semoga pembuatan
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca untuk menambah wawasan dan
pengetahuan.
Kiranya dalam penulisan ini, kami menghadapi cukup banyak rintangan dan
selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu tak lupa kami ucapkan
terima kasih pada pihak-pihak yang telah membantu yaitu :
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun agar makalah ini menjadi
lebih baik lagi. Kami berharap makalah ini dapat memberi bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................................. 1
C. Tujuan Penulisan................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan........................................................................................................... 29
B. Saran..................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................... 30
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan di bumi ini tidaklah muncul secara begitu saja, tetapi dibentuk
melalui proses-proses yang panjang yang disebut dengan evolusi. Kehidupan hewan
dimulai di laut pada masa Prakambrium seiring dengan terjadinya evolusi bentuk
multiseluler yang hidup memakan organisme lain. Gaya hidup baru tersebut
memungkinkan terjadinya eksploitasi sumberdaya yang sebelumnya belum
termanfaatkan dan mengakibatkan radiasi evolusioner dari bentuk-bentuk yang
beranekaragam. Hewan awal menempati laut, air tawar, dan akhirnya daratan.
Hewan invertebrata ada yang tersusun oleh satu sel (uniselluler) dimana
seluruh aktivitas kehidupannya dilakukan oleh sel itu sendiri. Invertebrata atau sering
disebut juga avertebrata diartikan sebagai binatang-binatang yang tidak bertulang
belakang.
Invertebrata adalah kelompok organisme yang paling beraneka ragam, mulai
dari ubur-ubur hingga ke Mollusca, bulu babi dan Arthropoda. Selain invertebrata
parasit yang sering kehilangan sejumlah besar organ, maka evolusi invertebrata
sangat kompleks dan beraneka ragam, ditinjau dari ukuran, bentuk spesialisasi
maupun habitat yang dihuninya. Orientasinya tubuh bervariasi mulai dari yang simetri
radial, simetri bilateral maupun yang tidak punya bidang simetri. Evolusi invertebrata
diperkirakan berlangsung tidak lama setelah protozoa terbentuk.
Perkembangan embrio hewan metazoa melalui tahap tahap tertentu. Secara
embriologi, hewan ada yang memiliki dua lapisan kulit, hewan demikian dinamakan
diploblastik. Untuk hewan yang memiliki tiga lapisan kulit dalam tubuhnya
dinamakan triploblastik. Struktur tubuh, dan sistem sistem yang ada pada hewan
invertebrata berbeda beda, makin tinggi tingkatannya semakin komplek struktur dan
sistem tubuhnya. Untuk mengetahui lebih lanjut bagaimana perkembangan atau
perubahan hewan invertebrate mulai dari awal, maka dalam penulisan makalah ini
kami membahas tentang evolusi invertebrate hingga protovertebrata.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana proses evolusi invertebrata awal?
2. Bagaimana proses evolusi invertebrata modern?
3. Bagaimana proses evolusi protoinvertebrata?
1
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses evolusi invertebrata awal.
2. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses evolusi invertebrata modern.
3. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana proses evolusi protovertebrata.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
haruslah berasal dari satu nenek moyang.1 Nenek moyangnya
kemungkinan adalah suatu protista berflagella pembentuk koloni yang
hidup pada masa prakambrium yang berkerabat dengan choanoflagellata.
Choanoflagellata merupakan flagellata berkerah atau berleher yang
memiliki morfologi mirip dengan koanosit pada beberapa spons tertentu.
Hal tersebut didasarkan pada kombinasi dari bukti morfologi dan
molekular kelompok-kelompok protista yang berkerabat dekat dengan
hewan. Sehingga para saintis membuat hipotesis bahwa nenek moyang
bersama hewan yang masih hidup barangkali merupakan pemakan
suspensi yang statis, mirip dengan choanoflagellata masa kini.
4
dengan teori George Cuvier yang membuktikan adanya persamaan antara
organisme yang dulu dengan yang sekarang.2 Organisme inilah yang
kemudian mewakili kelompok protozoa, yang kemudian dari radiasi yang
bersifat adaptatif timbullah protozoa-protozoa yang lain, yaitu kelompok
ameboid, kelompok yang bersilia, dan protozoa yang bersifat parasit.
Hewan ciliata cenderung untuk mempertahankan bentuknya dari masa ke
masa, sedangkan hewan protozoa mempunyai bentuk adaptasi antara lain
yang hidup di air tawar dan yang hidup di daratan.
2
Nyoman Wijaya, Evolusi, (Yogyakarta: Innosain, 2017)., hal. 29.
5
menjadi hewan dewasa, tetapi antara lapisan endoderma
dan lapisan ektoderma, terbentuklah lapisan mesoderma.
Setelah terbentuk lapisan mesoderma baru-lah berkembang
menjadi hewan dewasa. Hewan ini tidak lagi dijumpai,
namun keturunannya yang terbentuk sebagai hasil evolutif
(radiasi ketiga), dijumpai dalam berbagai bentuk.
2. Radiasi yang ketiga
Tipe-tipe triploblas dapat digolongkan dalam 4 kelompok
besar hewan hewan berikut ini karena meskipun mempunyai
mesoderma tetapi berbeda asalnya (dari bagian mana) dan
perkembangannya menjadi embrio.
a. Kelompok I
Pada kelompok I ini bagian di kanan dan kiri dari
mesoderma membentuk benjolan yang kemudian meluas
sehingga mengisi ruangan di antara ektoderma dan
endoderma. Ruang yang terbentuk disebut coelom. Karena
coelom bentuk asalnya dari endoderma maka disebut
enterocoelmata. Contohnya: Echinodermata dan Chordata.
b. Kelompok ll
Pada kelompok II mesoderma berasal dari
ektoderma. Ektoderma melepaskan keiompok-kelompok sel
dalam ruangan di antara endoderma dan ektoderma,
sehingga mesodermanya kompak dan tidak dijumpai
coelom. Hewan yang tidak memiliki coelom termasuk
dalam acoelomata. Contohnva: cacing pipih dan cacing
pita.
c. Kelompok III
Pada kelompok III ini mesoderma terbentuk dari
endoderma maupun ektoderma, hanya saja setelah
mesoderma terbentuk maka terjadi celah yang kemudian
berkembang menjadi coelom (rongga tubuh). Coelom
tersebut dinamakan schizocoel, hewan yang memiliki
6
schizocoel disebut schizocoelomata. Contohnya, Annelida,
Mollusca, dan Arthropoda.
d. Kelompok IV
Pada kelompok IV, mesoderma dibentuk oleh
ektoderma, hanya saja mesoderma tak memenuhi ruangan
seluruhnya, sehingga dengan demikian ruangan tidak
dibatasi oleh mesoderma tetapi oleh ektoderma. Oleh
karena itu, coelom tersebut dinamakan pseudocoel. Hewan
yang memiliki pseudocoel termasuk dalam
pseudocoelomata. Contohnya: Rotifera dan cacing gilik
atau nematoda.
7
Gambar 2.11 Hubungan berkoloni antara kehidupan uniseluler dan
multiseluler
8
Prakambrium dan awal masa Kambrium (yang dimulai sekitar 545 juta
tahun lalu).
9
Beberapa bentuk-bentuk pada masa Kambrium ini kemungkinan
mewakili hewan yang punah. Akan tetapi, beberapa peneliti yakin bahwa
sebagian besar fosil Kambrium, hanya sekedar variasi purba di dalam
batasan-batasan taksonomik dari filum yang masih ditemukan pada fauna
modern. Sesungguhnya, jumlah filum Kambrium secara eksklusif
kelihatannya turun drastis setelah fosil tersebut dipelajari lebih dekat dan
dikelompokkan dalam filum yang masih ada.3
3
Neil A. Campbell & Jane B. Reece, Biologi Edisi Ke-8 Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2012)., hlm.
227.
10
Gambar 2.15 Pohon filogenetik hewan
11
Hewan-hewan dapat dicirikan berdasarkan bagun tubuh (body plan)
a. Simetris
a b
Gambar 2.16 Simetri tubuh (a) Bagian suatu hewan radial, seperti Hydra,tersusun
seperti jari-jari roda yang memancar dari pusat. Setia irisan imajiner
melalui sumbu tengahnya akan membagi hewan itu menjadi bayangan
cerminnya. (b) Suatu hewan bilateral memiliki sisi kiri dan sisi kanan, dan
hanya satu potongan imajiner yang akan membagi hewan itu menjadi dua
paruhan bayangan cermin.
12
hewan radial memiliki bagian atas dan bagian bawah, atau bagian oral
(mulut) dan bagian aboral, akan tetapi tidak ada ujung kepala dan ujung
belakang dan tidak ada kiri dan kanan. Cabang utama lain evolusi
eumatazoa mengarah ke hewan dengan simetri bilateral tidak hanya
memiliki sisi dorsal (atas) dan sisi ventral (bawah), tetapi juga ujung
anterior (kepala) dan ujung posterior (ekor) dan sisi kiri dan kanan.
Hewan dari cabang evolusi itu secara keseluruhan disebut bilateria.
b. Jaringan
13
lapisan saluraan pencernaan dan organ-organ yang berasal darinya, seperti
hati dan paru-paru vertebrata. Semua eumatazoa kecuali cnidarian dan
ctenofora (radiata) memiliki lapisan nutfah ketiga, yaitu mesoderm,
terletak diantara ectoderm dan endoderm, mesoderm membentuk otot dan
sebagian besar organ lain yang berada diantara pipa pencernaan dan
penutup bagian luar pada hewan. Cnidarian dan ctenofora hanya memiliki
dua lapisan nutfah (ektoderm dan endoderm) atau memiliki suatu lapisan
ketiga yang tidak homolog dengan mesoderm hewan bilateral. Sebagai
suatu kelompok, radiata dikatakan sebagai diploblastic (memiliki dua
lapisan nutfah).
c. Rongga Tubuh
14
Gambar 2.17 Rongga tubuh hewan tribloblastik
15
kali, seperti yang digambarkan pada pohon filogenik, dalam protostoma
dan dalam deuterostoma.
16
Perkembangan Protostom dan Deuterostom
17
akan membentuk suatu embrio yang tidak dapat hidup dan tidak memiliki
bagian-bagian yang seharusnya ada.
18
“mulut”).sebaliknya mulut deuterostoma (Bahasa Yunani deuteros,
“kedua”) diturunkan dari bukaan kedua, dan blastopori umumnya
membentuk anus, bukan mulut.
C. Evolusi Protovertebrata
Protovertebrata merupakan nenek moyang dari kelas vertebrata
ataupun dinamakan dengan leluhur dari hewan jenis vertebrata. Leluhur
vertebrata (protovertebrata) telah dicari selama lebih dari 100 tahun, dan
kemungkinan menemukannya hari ini tidak jauh lebih besar daripada di
masa lalu. Hal ini dapat diasumsikan bahwa protovertebrata itu kecil dan
bertubuh lunak yang nantinya akan kita bahas lebih perdalam.
Para ahli palaentologi telah menemukan fosil invertebrata yang
menyerupai cephalochordate di Kanada. Fosil tersebut diperkirakan
berusia 545 juta tahun, atau sekitar 50 juta tahuan lebih tua dibandingkan
dengan vertebrata tertua yang telah diketahui. Banyak ahli biologi
berpendapat bahwa nenek moyang vertebrata adalah hewan yang makan
dengan mengambil suspensi, mirip dengan cephalochordate, dan memiliki
keempat ciri dasar chordata yaitu notokord, tali saraf dorsal berlubang,
celah faring, dan ekor pasca anus yang berotot. Chordata dan
vertebrata mungkin telah berevolusi dari leluhur makhluk hidup yang
sama. Perubahan gen yang mengontrol perkembangan dapat mengubah
waktu terjadinya perkembangan, seperti pematangan gonad. Perubahan ini
menyebabkan gonad matang pada fase larva sebelum metamorfosis. Jika
kondisi ini benar, maka perubahan tersebut menyebabkan hilangnya
tahapan metamorfosis.
Chordata dan vertebrata mungkin telah berevolusi dari leluhur
sesil yang sama. Perubahan gen yang mengontrol perkembangan dapat
mengubah waktu terjadinya perkembangan, seperti pematangan gonad.
Perubahan ini menyebabkan gonad matang pada fase larva sebelum
metamorfosis. Jika kondisi ini benar, maka perubahan tersebut
menyebabkan hilangnya tahapan metamorfosis.
19
Vertebrata masih mempertahankan karakteristik chordata primitif
tetapi memiliki spesialisasi tambahan, yaitu ciri-ciri yang diturunkan dan
dimiliki bersama yang membedakannya dari chordata invertebrata.
Umumnya ciri-ciri tersebut terkait erat dengan ukuran besar dan gaya
hidup yang aktif. Subfillum vertebrata memiliki empat karakteristik khas
yaitu pial neural (neural crest), sefalisasi (chephalization) yang nyata,
tulang punggung, dan system sirkulasi tertutup.
1. Evolusi Kordata4
Dalam mempelajari evolusi vertebrata, kajian meliputi evolusi
kordata merupakan salah satu hal penting yang tidak boleh
ditinggalkan. Awal evolusi kordata dapat dijumpai pada dua makhluk
primitif yaitu Lanselet dan Tunikata, yang berarti mengkaji lanselet
serta tunikata membuat pola pikir baru sebagai landasan atau
pengantar dalam mempelajari evolusi kordata menuju vertebrata
sesungguhnya.
Lanselet menunjukan sejumlah karakter kordata ketika dewasa,
dan garis keturunanya bercabang dari dasar pohon filogenik kordata.
Ini menandakan bahwa nenek moyang kordata terlihat seperti lanselet.
Kajian tentang lanselet membuka wawasan mengenai evolusi pertama
otak dari kordata. Lanselet memiliki pembekalan kecil di ujung
anterior batang saraf dorsalnya. Namun gen-gen Hox yang sama akan
mengorganisir wilayah-wilayah utama otak depan, otak tengah, dan
otak belakang, gen hox tersebut mengekspresikan diri dalam pola yang
berkaitan pada gugus sel-sel kecil di dalam batang saraf
lanselet.(Gambar 34.6) Ini menunjukan bahwa otak vertebrata
merupakan elaborasi dari struktur nenek moyang kordata yang serupa
dengan ujung batang saraf sederhana milik lanselet.
a. Kordata Memiliki Notokord dan Batang Saraf Dorsal yang
Berongga
4
Neil A. Campbell & Jane B. Reece, Biologi Edisi Ke-8 Jilid 2, (Jakarta: Erlangga, 2012)., hlm.
271
20
Vertebrata adalah anggota Filum kordata. Kordata adalah
hewan bilateral (bersimetris bilateral), dan berada di dalam
Bilateria. Mereka tergolong ke dalam klad hewan yang dikenal
sebagai Deuterostomia. Deuterostom yang paling diketahui, selain
hewan vertebrata, adalah echinodermata, kelompok yang
mencakup bintang laut dan bulu babi. Akan tetapi, seperti yang
ditunjukan pada gambar 34.3 dua kelompok deuterostomata
invertebrata, sefalokordata, dan urokordata, berkerabat lebih dekat
dengan vertebrata dibandingkan dengan yang invertebrata lain.
Bersama dengan lampere, kedua kelompok tersebut membentuk
kordata.
2. Karakter Turunan Kordata
Semua kordata memiliki serangkaian karakter turunan yang sama,
walaupun banyak spesies memiliki beberapa dari sifat-sifat ini hanya
selama perkembangan embrionik. Gambar 34.3 mengilustrasikan
empat karakter kunci kordata yaitu sebuah notocord, sebuah batang
syaraf dorsal yang berongga, celah atau sibakan faring, dan ekor
post-anal (dibelakang anus) yang berotot.
a. Notorkord
Kordata dinamai dari sebuah struktur rangka, notokord,
yang terdapat pada semua embrio kordata maupun beberapa
kordata dewasa. Notokord (notochord) adalah batang
longitudinal dan fleksibel yang terletak diantara saluran
pencernaan dan batang syaraf. Notokord tersusun dari sel-sel
besar yang tersusun atas cairan yang terbungkus dalam
jaringan berserat yang cukup kaku. Notokord memberikan
dukungan rangka disepanjang tubuh kordata. Pada larva atau
dewasa yang mempertahankan notokord, bagin ini
memberikan struktur yang kokoh namun juga lentur sebagai
tempat bekerjanya otot-otot saat hewan berenang. Pada
kebanyakan vertebrata, ragka berbkbuku yang lebih kompleks
berkembang disekelilin notokord nenek moyang, dan hewan-
21
hewan dewasa hanya mempertahabkan sisa notokord
embronik. Pada manusia notokord tereduksi menjadi cakram
bergelatin yangdiapit diantara vertebra.
b. Batang syaraf dorsal yang berongga
Batang syaraf embrio kordata berkembang dari lempenge
ektoderm uyang menggulung menjadi sebuah tabung terletak
dorsal terhadap notokord. Batang saraf dorsal yang berongga
tersebut hanya dimiliki oleh kordata. Batang saraf embrio
kordata berkembang menjadi sistem saraf pusat
c. Celah atau Sibakan Faring
Saluran pencernaan kordata membentang dari mulut hingga
ke anus. Bagian yang tepat terletak di posterior mulut adalah
faring. Pada semua embrio kordata, serangkaian kantong yang
terpisah oleh lekukan terbentuk di sepanjang sisi faring. Pada
kebanyakan kordata, lekukan-lekukan ini disebut sibakan
faring.
d. Ekor Post Anal yang Berotot
Kordata memiliki ekor yang membentang posterior
terhadap anus, walaupun komponen ekor tersebut sangat
tereduksi selama perkembangan embrionik. Ekor kordata
mengandung unsur-unsur rangka dan otot, dan ekor tersebut
membantu mendorong gerakan kebanyakan spesies akuatik di
dalam air.
a. Lanselet
Gambar 4. Lanselet
Branchiostoma
22
Nama hewan yang disebut lanselet (chepalokordata)
berasal dari bentuknya yang mirip bilah pisau. Ketika masih
berupa larva, lanselet mengembangkan sebuah notokorf,
sebuah batang saraf dorsal yang berongga, banyak celah
faring, dan ekor post-anal. Larva memakan planton di dalam
kolom air.Lanselet dewasa bisa mencapai 5 cm. Mereka
mempertahankan sifat-sifat kunci kordata, seperti memiliki
notokord, memiliki batang syaraf dorsal berongga.
b. Tunikata
Tunikata (Urochordata) berkerabat lebih dekat dengan
kordata yang lain dibandingkan dengan lanselet. Karakter-
karakter kordata yang dimiliki oleh tunikata terlihat paling
jelas selama tahap perkembangan larva, yang mungkin
berlangsung hanya beberapa menit.
(a) Larva tunikata merupakan (b) Pada dewasa, celah (c) Seekor tunikata
kecebong yang menunjukan faring yang menonjol dewasa, atau sea squirt,
keempat karakter utama berfungsi memakan adalah hewan sesil
kordata dengan jelas suspensi
Sumber : Campbell
Jilid 2 (2012)
3. Kraniata
Setelah mempelajari evolusi bagian tubuh dasar kordata, yang
terlihat pada lanselet dan tunikata, transisi utama berikutnya adalam
23
evolusi kordata adalah kemunculan kepala. Kordata berkepala dikenal
sebagai kraniata. Asal-usul kepala (terdiri dari otak diujung anterior
batang syaraf dorsal, mata, dan organ-organ lain) memungkinkan
kraniata mengkoordinasikan gerakan dan prilaku makan lebih
kompleks.
(a) Hagfish
(b) Pteromyzontida
24
contohnya adalah bumbung syaraf evolusi pada bagian sibakan
faring menjadi celah insang, sistem otot yang jauh lebih ekstensif
serta daya metabolisme yang lebih tinggi mengakibatkan kraniata jauh
lebih aktif dari pada pendahulunya yaitu lanselet dan tunikata.
Contoh organisme dari kraniata salah satunya adalah ikan
pasuk (Myxini) atau Hagfish serta lampre (Pteromyzontida)
4. Vertebrata
Selama periode Kambrium, garis keturunan kraniata memunculkan
vertebrata, yaitu kraniata yang memiliki tulang belakang. Dengan
sistem syaraf yang lebih kompleks, dan rangka yang lebih rumit.
Setelah vertebrata bercabang dari sebuah garis keturunan kraniata
yang lain, kemudian mengalami duplikasi gen lagi, kali ini melibatkan
sekelompok gen-gen faktr transkripsi yang disebut famili gen Dlx.
Kompleksitas genetik tambahan yang dihasilkan mungkin berasosiasi
dengan berbagai inovasi pada sistem saraf dan sistem rangka
vertebrata, termasuk tulang tengkorak yang lebih besar dan tulang
belakang yang tersusun atas vertebra. Pada beberapa vertebrata,
vertebra tak lebih dari tonjolan kecil kartilago yang tersusun secara
dorsal disepanjang notokord. Akan tetapi pada kebanyakan vertebrata,
vertebra membungkus saraf tulang belakang dan mengambil alih peran
fungsi notokord.
a. Fosil Vertebrata Awal
Konodon (conodont) merupakan vertebrata bertubuh
langsing dan lunak dengan mata menonjol yang dikontrol oleh
banyak otot. Pada ujung anterior mulutnya terdapat
serangkaian kait tajam yang terbuat dari jaringan gigi yang
termineralisasi (tersusun atas mineral-mineral yang
membentuk struktur kaku). Sebagian besar konodon memiliki
panjang tubuh 3-10 cm, walaupun beberapa spesies memiliki
panjang 30 cm.
25
Konodon berlimpah ruah selama lebih dari 300 juta tahun.
Unsur-unsur giginya yang terfosforilasi terdapat dalam jumlah
yang sangat banyak sehingga konodon digunakan untuk para
ahli geologi perminyakan selama beberapa dekade sebagai
panduan untuk menentukan umur lapisan batuan tempat
mereka mencari minyak.
(a) conodont
(a) Pharyngolepis
26
memungkinkan digunakan untuk menghisap organisme
penghuni dasar perairan. Mereka juga dilindungi oleh zirah
yang terbuat dari tulang yang termineralisasi yang menutupi
berbagai bagian tubuuh. Contoh : Pharyngolepis
5. Gnatostoma
Ikan pasuk dan lampre adalah makhluk yang bisa dikatakan
sebagai makhluk evolusi terakhir dalam kurun waktu Era Paleozoikum
awal, ketika kraniata tak berahang banyak ditemukan. Sejak saat itu,
jumlah vertebrata tak berahang kalah jauh dari vertebrata berahang,
dikenal sebagai gnastostoma. Salah satu turunan ganstostoma yang
masih ada merupakan kelompok yang sangat beraneka ragam yang
mencakup hiu dan kerabatnya, ikan bersirip duri, sirip daging, amfibi,
reptil, dan mamalia.
6. Tetrapoda
Salah satu peristiwa terpenting dalam sejarah vertebrata terjadi
sekitar 360 juta tahun lalu, ketika sirip dari beberapa hewan sirip-
daging berevolusi menjadi tungkai dan kaki tetrapoda. Sebelumnya,
semua hewan vertebrata memiliki anatomi dasar serupa ikan yang
sama. Setelah tetrapoda berpindah kedaratan, mereka memperoleh
banyak bentuk baru, mulai dari katak yang melompat, hingga elang
yang terbang, dan manusia yang bipedal. Karena itu tetrapoda sering
disebut sebagai gnastostoma yang bertungkai.
27
7. Amniota
28
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah kehidupan dibumi baru dimulai sekitar 3,5 milyar tahun lalu
dengan munculnya mikroorganisme sederhana primitif yaitu bakteri dan
ganggang. Kemudian dilanjutkan pada masa proterozoikum sekitar 2,5
milyar – 290 juta tahun lalu mulai berkembangnya organisme bersel tunggal
menjadi bersel banyak yaitu enkaryotes dan prokaryotes. Menjelang akhir
masa proterozoikum terjadi ledakan kambrium sehingga muncul jenis
invertebrata bertubuh lunak dilautan. Invertebrata tersebut diantaranya yaitu
ubur-ubur, cacing, dan koral.
Evolusi invertebrata yang terdiri dari 30 filum dimulai dari nenek moyang
berupa protista yang hidup di laut. Protista bercabang tiga, dimulai dari filum
Porifera, filum Cnidaria, dan filum Plathyhelminthes. Filum
Plathyhelminthes bercabang menjadi tiga. Cabang pertama bercabang lagi
menjadi tiga dimulai dari filum Mollusca, filum Annelida, dan filum
Arthropoda. Cabang kedua menjadi filum Nematoda. Sedang cabang ketiga
menjadi dua, yaitu filum Echinodermata dan filum Chordata. Banyak ahli
zoologi menyatakan bahwa koanoflagelata, suatu protista berkoloni yang
diyakini behubungan dengan nenek moyang hewan.
Protovertebrata merupakan evolusi tahap akhir dari chordata primitive
yaitu Lenselet serta Tunikata yang nantinya akan terus menerus berkembang
dengan dipengaruhi oleh faktor-faktor gen seperti Dlx, gen Hox serta
berbagai macam pengaruh lain yang memicu perubahan susunan serta
struktur tubuh menjadi bentukan akhir yaitu Amniota, yang nantinya amniota
ini sendiri merupakan cetak biru dari terbenruknya berbagai macam hewan
lain seperti golongan reptil, aves, pisces, mamalia.
29
DAFTAR PUSTAKA
Wardhana, Wisnu & Takarina, Noverita Dian. Modul Dasar Klasifikasi Hewan
Avertebrata. tp.
30