Anda di halaman 1dari 8

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Serat Optik

Serat optik adalah saluran transmisi atau sejenis kabel yang terbuat dari
kaca atau plastik yang sangat halus dan dapat digunakan untuk mentransmisikan
sinyal cahaya dari suatu tempat ke tempat lain. Serat optik terdiri dari tiga bagian,
yaitu core, cladding, dan coating.

Gambar 2.1 Struktur serat optik

(Wijaya, Agustina. Kabel optik (kabel fiber optik.2016))

Serat optik mempunyai diameter lebih kurang 120 mikro meter. Sumber
cahaya yang digunakan biasanya adalah laser ataupun LED. Sedangkan pada sisi
penerima, detektor yang digunakan adalah PIN atau APD.

Cahaya yang ada di dalam serat optik ini tidak terbias keluar karena indeks
bias dari kaca lebih besar dari pada indeks udara. Berlaku Hukum Snellius, “
Sinar datang dari medium yang indeks biasnya lebih rapat ke yang lebih
renggang, maka sinar akan dibiaskan menjauhi garis normal”. Cahaya yang
merambat dalam serat optik diharapkan mengalami pemantulan total agar cahaya
yang merambat di dalam core tidak dibiaskan ke cladding.

5
Serat optik dapat dibedakan berdasarkan mode perambatan dan
berdasarkan indeks bias. Berdasarkan mode yang dirambatkan, serat optik
dibedakan menjadi single mode dan multimode. Sedangkan berdasarkan indeks
bias core dibedakan menjadi step index dan graded index.

Beberapa kelebihan serat optik [5] :


1. Ukuran kecil dan ringan. Serat optik mempunyai diameter yang sangat
kecil. Walaupun telah dilindungi oleh coating, serat optik masih tetap lebih
kecil dan ringan dibandingkan kabel tembaga.
2. Bebas dari gangguan listrik. Serat optik umumnya terbuat dari kaca atau
silika yang berupa isolator sehingga tahan terhadap gangguan
elektromagnetik.
3. Bandwidth lebar
4. Bebas dari interferensi dan crosstalk.
5. Redaman transmisi lebih rendah dibandingkan kabel tembaga.

2.2 Dense Wavelength Division Multiplexing

Wavelength Division Multiplexing (WDM) merupakan teknologi


multiplexing dengan menggabungkan beberapa sinyal carrier pada jaringan optik
dengan menggunakan beberapa panjang gelombang untuk membawa sinyal yang
berbeda. Seperti dapat dilihat pada gambar 2.2, sejumlah laser yang memancarkan
panjang gelombang yang berbeda dilewatkan ke multiplexer menuju serat optik
dengan bandwidth yang lebar. Setelah dikirimkan melalui serat optik, sinyal
tersebut akan dikembalikan seperti semula dengan menggunakan demultiplexer di
ujung penerima dengan cara mendistribusikan daya optis ke setiap port keluaran.
Setiap port keluaran secara selektif hanya akan membangkitkan satu panjang
gelombang. Karena itu, hanya satu sinyal yang diperbolehkan untuk lewat dan
membentuk sambungan antara sumber dan tujuan.

6
Gambar 2.2 Skema WDM

(Senior, John. Optical Fiber Communications Principles and Practice (Prentice Hall.2009))

Pengembangan serat single mode tranmisi WDM dapat dibedakan menjadi


dua kategori besar, yaitu Coarse Wavelength Division Multiplexing (CWDM) dan
Dense Wavelength Division Multiplexing (DWDM). Walaupun kedua kategori ini
menggunakan konsep yang sama mengenai kanal dengan banyak panjang
gelombang dalam satu serat optik, keduanya dibedakan dalam hal spasi antar
kanal.

CWDM menggunakan spasi kanal yang lebih lebar sehingga kanal yang
tersedia lebih sedikit dibandingkan dengan DWDM. CWDM dispesifikasi dalam
rekomendasi ITU-T G.694.2 yang mendefinisikan spasi kanal sebesar 20 nm dan
18 buah panjang gelombang dalam rentang 1271 nm dan 1611 nm. DWDM
menggunakan serat optik dengan pita sempit dalam bagian demultiplexing karena
kebutuhan spasi kanal sempit.

Pada dasarnya panjang gelombang yang dipakai mempunyai daerah kerja


pada suatu window. Terdapat tiga window yang umum dikenal, yaitu 850 nm yang
disebut dengan window pertama, 1310 nm yang disebut dengan window kedua,
dan 1550 nm yang disebut dengan window ketiga. Teknologi DWDM

7
menggunakan window ketiga yang mempunyai loss terkecil dibandingkan dengan
dua window sebelumnya [7].

Fungsi Sistem DWDM :


1. Generating the signal
2. Combining the signals
3. Transmitting the signals
4. Separating the received signals
5. Receiving the signals

Sebagai tambahan terhadap fungsi-fungsi tersebut, suatu sistem DWDM


harus dilengkapi dengan interface client-side untuk menerima sinyal input. Fungsi
ini dilakukan oleh transponder.

2.2.1 Komponen Teknologi DWDM

2.2.1.1 Sumber Cahaya


Laser dioda digunakan sebagai sumber cahaya dalam sistem DWDM.
Dengan daya input besar, lebar spektral yang sempit, dan laju modulasi yang
tinggi, laser dioda cocok untuk sistem transmisi jarak jauh berkecepatan tinggi.
Laser dioda memiliki karakteristik menyediakan panjang gelombang yang standar
dan stabil, dan memberikan toleransi dispersi yang cukup tinggi.

2.2.1.2 Teknologi Transponding


Optical Transponder Unit (OTU) berfungsi untuk mengonversi sinyal-
sinyal klien yang tidak standar menjadi sinyal-sinyal yang sesuai dengan standar
ITU-T G.692. Dalam sistem DWDM tidak diperlukan sinyal-sinyal tertentu untuk
sinyal masukannya, hanya saja semua sinyal-sinyal klien yang mengakses sistem
DWDM harus terlebih dahulu disesuaikan dengan standar ITU-T G.692.

2.2.1.3 Teknologi Multiplexing/Demultiplexing


Multiplexer adalah komponen penting dalam sistem DWDM untuk
mengimplementasikan fungsi multiplexing yang terdiri dari optical multiplexer

8
dan optical demultiplexer. Sistem DWDM mengirim sinyal dari beberapa kanal
melalui serat optik tunggal. Oleh karena itu, sinyal kirim tersebut perlu
digabungkan. Pada sisi terima, sinyal tersebut dipisahkan kembali sesuai panjang
gelombang awal sehingga dapat dideteksi oleh penerima.

2.2.1.4 Teknologi Amplifikasi


Penguat optik berfungsi untuk meningkatkan kemampuan jarak tempuh
pulsa cahaya dan mempertahankan kualitasnya dengan melakukan amplifikasi
terhadap pulsa tersebut tanpa melalui proses konversi ke elektrik terlebih dahulu.
Untuk sistem DWDM, tipe penguat yang banyak digunakan adalah Erbium Doped
Fiber Amplifier (EDFA), dan Raman Fiber Amplifier. Berikut jenis penguat yang
dapat beroperasi optimal pada rentang panjang gelombang tertentu.

 Erbium Doped Fiber Amplifier : 1520 nm – 1565 nm


 Gain Shifted Erbium Doped Fiber Amplifier : 1570 nm – 1610 nm
 Tellurium-based Gain Shifted Erbium Doped Fiber Amplifier : 1530 nm –
1610 nm
 Thulium-doped Flouride-based Fiber Amplifier : 1450 nm – 1490 nm
 Gain Shifted Thulium-doped Flouride-based Fiber Amplifier : 1490 nm –
1530 nm
 Raman Fiber Amplifier : 1420 nm – 1620 nm atau lebih

2.2.1.5 Teknologi Add/Drop Multiplexing


Optical Add/Drop Multiplexing mengimplementasikan fungsi dari
add/drop multiplexing dengan acara menambahkan atau menurunkan panjang
gelombang dalam sistem DWDM. Panjang gelombang yang
ditambahkan/diturunkan disesuaikan menurut kebutuhan pelanggan. Biasanya hal
ini berguna pada transmisi jarak jauh yang mempunyai branching unit dan
jaringan topologi ring.

9
2.2.1.6 Teknologi Pengawasan Jaringan
Pengawasan, pengendalian, dan manajemen adalah persyaratan dasar
untuk operasi sebuah jaringan. Untuk menjamin keamanan operasi dalam sistem
DWDM, sebuah sistem pengawasan dirancang secara independen dari kanal-kanal
yang bekerja dalam sistem DWDM.
2.2.2 Serat Optik yang Digunakan dalam Sistem DWDM

2.2.2.1 Standard Single Mode Fiber


Serat optik G.652 dikenal sebagai Standard Single Mode Fiber (SSMF).
Jenis serat ini diimplementasikan pada penggunaan panjang gelombang dengan
rentang 1285 nm – 1330 nm. SSMF memiliki koefisien dispersi kromatik ≤ 3,5
ps/(nm.Km) dan jika digunakan di panjang gelombang 1550 nm, koefisien
dispersinya ≤ 18 ps (nm.Km).

2.2.2.2 Non Zero Dispersion Shifted Fiber


Serat ini dibuat berdasarkan rekomendasi ITU-T G.655. NZDSF memiliki
dispersi kromatik sebesar 2,6 – 6 ps/(nm.Km). Tujuan dari penggunaan serat optik
ini adalah untuk menekan efek four-wave mixing yang dapat mengurangi
kapasitas kanal pada sistem DWDM. Pengaruh four-wave mixing akan semakin
besar jika nilai dispersinya sangat kecil atau mendekati nol.
2.2.3 Sistem Proteksi DWDM

2.2.3.1 Channel Protection


Sinyal ditransmisikan pada working channel dan protection channel
(memiliki jalur yang berlawanan arah dengan working channel). Misalkan terjadi
gangguan pada working channel A ke B, maka sinyal pada protection channel
yang diterima oleh B berasal dari A melewati D baru ke B.

2.2.3.2 Section Protection


Sinyal ditransmisikan hanya pada working channel (fiber 1), sedangkan
protection channel dalam keadaan stand by. Ketika terjadi gangguan pada
working channel, sistem secara otomatis melakukan switch dari working channel
ke protection channel dan sinyal akan ditransmisikan dengan jalur berlawanan
dengan working channel.

10
Perangkat OMU dan ODU ditempatkan di dua arah transmisi yang
berlawanan. Jika arah utama mengalami gangguan, maka transmisi akan dialihkan
ke arah sebaliknya secara otomatis.

2.2.3.3 Cut-off Cable dan Idle Core


Cut-off cable menggunakan dua jenis kabel untuk satu link yaitu kabel
udara dan kabel tanah (duct). Jika main cable mengalami gangguan, koneksi akan
dipindahkan secara manual ke kabel cadangannya.
Idle core adalah menyimpan beberapa core kosong agar jika pada core
yang sedang terpakai mengalami gangguan dapat digunakan core yang kosong
untuk digantikan sementara waktu.

2.2.3.4 Kapasitas
Kapasitas DWDM ada 1G,10G, dan 100G. Pemakaiannya harus
berimbang dimana sisi kiri dan kanan suatu link harus mempunyai kapasitas yang
sama. Jika terjadi gangguan koneksi pada link 1 akan dipindahkan ke link 2
(sebelahnya). Jika link 2 kapasitasnya lebih kecil dari link 1 maka data tidak akan
tertampung.

2.3 Availability
Availability adalah waktu yang menunjukan kanal komunikasi pada sistem
siap untuk beroperasi. Dinyatakan dalam prosentase.

(2.1)

Dengan menghitung paramater ini kita dapat mengetahui apakah suatu


link dapat terus menyediakan layanannya setiap saat atau tidak. Standar yang
ditetapkan oleh PT Telkom untuk availaibility adalah 99,95%.

11
Maintainability

Maintainability adalah kesanggupan suatu elemen dalam sistem pada


waktu dan kondisi tertentu untuk diperbaiki dalam waktu tertentu. Maintainability
merupakan tingkat kemampuan suatu elemen untuk dapat diperbaiki dan berfungsi
kembali seperti semula. Cara mengukur maintainability adalah dengan
menghitung MTTR (Mean Time to Repair/Recovery), yaitu waktu rata-rata dalam
menit atau jam dalam statistik untuk perbaikan elemen agar sistem dapat kembali
beroperasi.

(2.2)

Standar yang ditetapkan PT Telkom untuk MTTRepair adalah 10 jam.


Sedangkan untuk MTTRecovery adalah 3,5 jam.

12

Anda mungkin juga menyukai