Anda di halaman 1dari 24

KOSMOGRAFI

“Kosmografi dan Pengenalan Jagat Raya”


Dosen Pengajar:
Dr. Deasy Arisanty, M.Sc
Muhammad Efendi, M.Pd

Disusun oleh: Kelas B


Laila Dian Puspita A1A513043
Nur Saidah A1A513006
Sari Anggriani A1A513093
Yoga Purwaningtiyas A1A513210

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN

2016
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Illahi Rabbi, yang
mana karena limpahan kasih sayang dan kemurahan-Nya, tim penyusun dapat
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Juga lantunan sholawat serta
salam senantiasa tercurah pada junjungan kita semua, Nabi Muhammad SAW.

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah


Kosmografi, dimana di dalamnya membahas tentang Kosmografi dan Pengenalan
Jagat Raya. Kosmografi merupakan salah satu cabang atau ilmu bantu geografi
yang mempelajari tentang jagat raya atau alam semesta. Kosmografi perlu di
pelajari dalam geografi dikarenakan terdapat beberapa objek materi geografi yang
perlu penjelasan dari kosmografi.

Tim penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih


terdapat banyak kekurangan dan keterbatasan, karena itulah tim penyusun
senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar
penulisan makalah selanjutnya dapat lebih baik lagi. Tak lupa, tim penyusun juga
mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang memberikan
dukungan, baik bersifat riil maupun materil sehingga penulisan makalah ini dapat
terselesaikan. Akhirnya, tim penyusun berharap semoga penulisan makalah ini
dapat bermanfaat bagi para pembaca serta sumbangsih ilmu yang bermanfaat bagi
semua pihak.

Banjarmasin, September 2016

Tim penyusun

i
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

BAB II : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG ................................................................ 1


B. RUMUSAN MASALAH ............................................................ 2
C. TUJUAN PENULISAN .............................................................. 2
BAB II : HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KOSMOGRAFI DAN PENGENALAN JAGAT RAYA ........... 3


B. KOSMOGRAFI .......................................................................... 3
C. JAGAT RAYA ............................................................................ 5
1. Jagat Raya Mengembang ..................................................... 5
2. Teori Terjadinya Jagat Raya ................................................. 6
3. Pandangan Manusia Terhadap Jagat Raya ............................ 6
4. Satuan Jagat Raya ................................................................. 9
5. Anggota Jagat Raya ............................................................. 11

BAB III : KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN ......................................................................... 20

B. SARAN ..................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Geografi tidak hanya mempelajari bentuk-bentuk muka Bumi, namun juga
mempelajari tentang fenomena ruang tidak terbatas yang di dalamnya terdiri atas
semua materi, termasuk tenaga dan radiasi. Inilah pembahasan mengenai
Kosmografi dan Jagat raya yang sulit untuk diukur, dalam arti batas-batasnya
tidak dapat diketahui dengan jelas.
Kosmografi berarti "pengukuran langit" adalah ilmu yang mengkaji
penggambaran alam semesta, baik langit maupun bumi (benda-benda langit
lainnya). Kajian dari ilmu ini menghasilkan berbagai peta langit maupun bumi.
Pengetahuan akan posisi berbagai benda langit yang dipelajari dalam kosmografi
dalam bentuknya yang paling awal telah lama dimanfaatkan oleh berbagai bangsa
dunia pada masa prasejarah sebagai pedoman navigasi untuk menunjukkan arah
atau posisi pengamat; atau sebagai panduan untuk penentuan suatu kegiatan
budaya. Misalnya pelaut masa lalu mengandalkan pengetahuan mengenai posisi
beberapa rasi bintang sebagai petunjuk untuk memulai suatu perjalanan lewat laut
serta untuk menentukan arah.

Jagat Raya merupakan bagian dari ilmu Kosmografi, yang di dalamnya


juga membahas tentang Bumi, Matahari, Bulan, Bintang, seluruh Planet dan
benda-benda lain yang merupakan bagian dari Alam Semesta. Galaksi, bintang,
matahari, nebula, planet, meteor, asteroid, komet, dan bulan, hanyalah sebagian
kecil dari materi di jagat raya yang dikenal manusia yang hidup di Bumi. Akan
tetapi, secara lebih mendalam semua yang ada di jagat raya masih merupakan
rahasia yang sama sekali belum terungkap. Hal ini antara lain disebabkan karena
tingkat ilmu pengetahuan dan teknologi yang dimiliki manusia dalam
mengungkap rahasia alam semesta masih terbatas.

, Namun demikian, melalui penelitian yang terus-menerus, sebagian rahasia


Kosmografi dan Jagat Raya mulai dapat diketahui seiring perkembangan zaman

1
dan semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi. Misalnya, tentang letak,
gerakan, dan bentuk benda langit yang dekat dengan bumi. Lebih jauh lagi telah
diketahui bahwa sistem Tata Surya kita hanya sebagian kecil dari pengisi Galaksi
Bimasakti. Manusia juga akhirnya memahami bahwa Galaksi Bimasakti bukan
satu-satunya galaksi pengisi Jagat Raya.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirincikan rumusan masalah
sebaga berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Kosmografi?
2. Apa yang dimaksud dengan Jagat Raya?
3. Bagaimana sejarah perjalanan ilmu Kosmografi?
4. Apa saja hal-hal terkait mengenai Jagat Raya?

C. TUJUAN PENULISAN

Penulisan makalah ini bertujuan untuk mempelajari tentang ilmu


kosmografi dan memperkenalkan jagat raya, serta sejarah terbentuknya. Hingga
kita dapat mengetahui segala seluk-beluk yang berkaitan dengan benda-benda
angkasa, seperti: galaksi, bintang, matahari, planet-planet, meteor, satelit, komet,
dan benda-benda angkasa yang lainnya termasuk bumi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. KOSMOGRAFI DAN PENGENALAN JAGAT RAYA

Sejarah pengamatan terhadap alam pertama kali dilakukan oleh bangsa


Cina dan Asia Tenggara. Bangsa Cina mengamati alam lingkungan terkait dengan
kepantingannya dalam melakukan perjalanan dan usaha pertanian. Selain Bangsa
Cina, pengamatan terhadap gejala alam yang ada di langit dilakukan pula oleh
orang-orang Yunani. Bangsa Yunani menemukan bahwa selain objek-objek yang
telibat dalam keadaan tetap, juga terlihat adanya objek-objek yang mengembara
yang kemudian disebut planet. Prestasi Bangsa Yunani Kuno pada waktu itu telah
sampai pada pengetahuan bahwa Matahari, Bumi dan Planet merupakan bagian
dari suatu sistem yang berbeda. Awalnya mereka memperkirakan Bumi dan
Matahari berbantuk pipih tapi Phytagoras (572-492 SM) menyatakan bahwa
semua benda langit itu berbentuk bola atau bundar.
Sejarah mencatat bahwa pengamatan alam semesta yang dibantu dengan
perhitungan yang bersifat ilmiah kali pertama dilakukan oleh Aristachrus dari
Samos (310-230 SM). Ia mencoba menghitung sudut antara letak Bulan, Bumi,
dan Matahari dan mencari perbadingan jarak anatara Bumi ke Matahari, dan dari
Bumi ke Bulan. Aristachrus juga merupakan orang pertama yang beranggapan
bahwa Bumi bergerak mengelilingi Matahari dan lintasan berbentuk lingkaran
yang menjadi titik awal teori Heliosentrik. Denggan demikian, teori Heliodentrik
telah diyakini oleh para filsuf jaug sebelum munculnya pendapat Copernicus.

B. KOSMOGRAFI
Kosmografi adalah ilmu pengetahuan yang menguraikan dan memberikan
gambaran alam semesta serta menjelaskan fenomena dan hukum-hukum yang
terjadi di alam semesta. Kosmografi memiliki persamaan dengan cabang-cabang
lain dari geografi seperti kosmologi dan astronomi, yaitu dalam objek kajiannya
yang sama-sama mempelajari tentang alam semesta. Perbedaannya terletak pada

3
spesifikasi materi pembelajaran dalam kosmologi yang mempelajari struktur dan
sejarah alam semesta yang berukuran besar. Sedangkan astronomi mempelajari
berbagai sisi dari benda-benda langit seperti asal-usul, sifat fisik atau kimia,
meteorologi dan gerak serta pengetahuan mengenai benda-benda alam semesta
yang menjelaskan pembentukan dan perkembangan alam semesta.
Kosmografi pada khususnya, ilmu bintang-bintang pada umumnya,
dipergunakan diberbagai cabang ilmu pengetahuan: ilmu pelayaran, ilmu
penerbangan, ilmu ukur tanah, penetapan waktu, penetapan musim, perhitungan
tinggi air pasang, perhitungan gerhana.
Keadaan-keadaan: suhu berjuta derajat tingginya, tekanan berjuta atmosfer
besarnya, vakum berlipat rendahnya, atau ruang tak berdinding dan pengaruhnya
terhadap sifat-sifat materi tak mungkin atau sukar dicapai di laboratorium. Untuk
mengetahui hal demikian, Ilmu Astrofisikalah yang dapat menjawabnya.
Perkembangan sangat cepat sebagian ilmu astronomi dan saling pengaruhnya
terhadap ilmu alam yang lain pada dasawarsa ini memperluas perkembangan ilmu
teknik.
Dalam mempelajari alam semesta, tentunya kita mesti tahu apa saja yang
terdapat dalam alam semesta, dan juga bagaimana ’sifat-sifat fisis’ nya. Dengan
teknologi yang dimiliki manusia sekarang, kita beruntung bahwa kita cukup
memiliki data-data yang dibutuhkan.
Dalam kosmografi terdapat dua objek yaitu objek formal dan material.
Objek formal kosmografi menggunakan pendekatan stereografis terhadap alam
semesta beserta bola langitnya dengan planet bumi sebagai titik pengamatan.
Kosmografi juga mempunyai objek material atau bidang kajian seluruh benda-
benda antariksa, baik mengenai letak, bentuk, materi penyusun, proses-proses
yang dialami, gejala-gejala, pergerakannya dan sifat-sifatnya maupun hokum alam
yang berlaku.
Kosmografi memiliki beberapa materi antara lain tata koordinat, waktu
dalam kosmografi, system teleskop, peta langit, tata surya, falakiyah, gerhana,
astrofisika, dan berselancar di dunia maya.

4
C. JAGAT RAYA
Jagat Raya merupakan ruang yang sangat luas tak terbatas. Jagat raya
terdiri atas bermilyar-milyar galaksi, dan setiap galaksi terdiri atas bermilyar-
milyar bintang. Benda-benda langit yang bertebaran di jagat raya sebenarnya
masing-masing terikat pada suatu susunan atau kumpulan-kumpulan tertentu, dan
benda-benda langit ini ada yang bisa terlihat secara langsung dengan mata
telanjang maupun dengan teropong yang besar. Besar kecilnya ukuran benda-
benda langit yang terlihat bisa disebabkan jarak antara benda-benda langit yang
sangat jauh.
Apabila langit dalam keadaan cerah, kita akan melihat bintang-bintang di
langit yang jumlahnya sangat banyak. Disamping itu, kita akan melihat
kenampakan seperti embun tipis yang membentang dari utara ke selatan. Embun
atau kabut tipis ini ternyata merupakan kumpulan bintang-bintang yang
jumlahnya banyak sekali, sebagai bagian daerah galaksi kita yakni Bima Sakti
atau Kabut Susu (Milky Way). Galaksi kita ini berbentuk cakram (spiral). Bagian
tengah galaksi Bima Sakti lebih tebal, terdiri sekitar 80 milyar bintang, dan bagian
tepinya semakin menipis terdiri sekitar 20 milyar bintang. Dengan melihat galaksi
Bima Sakti, sesungguhnya kita berada di tengah-tengah rapatnya bintang-bintang.

1. Jagat Raya Mengembang


Edwin Hubble seorang astronom Amerika Serikat melakukan pengamatan
terhadap galaksi, yaitu dengan pengukuran jarak berdasarkan spektrum. Panjang
gelombang galaksi-galaksi banyak yang bergeser dari panjang gelombang yang
seharusnya. Pergeseran panjang gelombang ini dikenal dengan nama efek
Doppler. Hasil pengamatan Hubble menunjukkan bahwa spektrum galaksi
bergeser ke arah panjang gelombang merah, yang berarti galaksi bergerak
menjauhi pengamat. Makin besar pergeseran merahnya makin cepat gerakannya.
Jika galaksi-galaksi saling menjauh maka konsekuensi logisnya dulu saling
berdekatan. Dengan menghitung mundur pergerakan galaksi-galaksi di alam
semesta, maka dahulu galaksi-galaksi tentulah saling berdekatan, bahkan
menyatu, dengan kerapatan massanya yang sangat besar. Pada kondisi ini

5
tentunya temperatur dan energi jagad raya ini amat sangat tinggi. Hal ini berarti
bahwa galaksi-galaksi bergerak saling menjauh dan jagat raya mengembang
menjadi lebih luas.
2. Teori Terjadinya Jagat Raya

a. Teori Ledakan Besar (Big Bang)


Berdasarkan teori jagat raya mengembang, dahulu kala galaksi-
galaksi pernah saling berdekatan. Dengan demikian, mungkin semua
galaksi dalam jagat raya berasal dari masa tunggal. Dalam keadaan masa
tunggal, jagat raya memiliki suhu dan energii sangat besar. Untuk itu,
hanya ledakan besarlah yang dapat menghancurkan masa tunggal menjadi
serpihan-serpihan sebagai awal jagat raya. Teori ini didukung oleh Stephen
Hawking, seorang ahli fisika teoretis.
b. Teori Keadaan Tetap
Teori ini dipelopori oleh Fred Hoyle. Ia berpendapat bahwa materi
baru (hydrogen) diciptakan setiap saat untuk mengisi ruang kosong yang
timbul dari pengembangan jagat raya. Dalam kasus ini jagat raya tetap dan
akan selalu tampak sama. Teori ini bertentangan dengan hukum kekekalan
energi, yakni energi tidak dapat diciptakan dan dimusnahkan tetapi hanya
dapat berubah bentuk.
3. Pandangan Manusia Terhadap Jagat Raya
Beberapa pandangan mengenai jagat raya dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a) Egosentris/Antroposentris, yaitu anggapan bahwa yang menjadi
pusat alam semesta adalah manusia.
b) Geosentris, yaitu anggapan bahwayang menjadi pusat jagat raya
adalah bumi.
c) Heliosentris, yaitu anggapan bahwa yang menjadi pusat jagat raya
adalah matahari.
d) Galaktosentris, yaitu anggapan bahwa yang menjadi pusat jagat
raya adalah galaksi.

6
Untuk lebih mengenal beberapa anggapan atau pandangan manusia
mengenai jagat raya, kita kenal pandangan beberapa ahli berikut:

a. Eodoxus
Eodoxus mengamati adanya gerakan rektograde benda-benda
langit. Dia berpendapat bahwa bumi diam dan berada di tengah-tengah
jagat raya. Di jagat raya terdapat beberapa lapisan bola kaca atau bola
langit dimana bintang-bintang berada pada bola kaca paling luar atau
paling jauh, kemudian disusul bola kaca tempat beredarnya Saturnus,
Yupiter, Mars, Matahari, Venus, dan sebagainya.
b. Claudius Ptolomeus/Ptolemy (140 M)
Pendapatnya: bumi berada dalam keadaan diam di jagat raya,
kemudian berturut-turut dikelilingi oleh Bulan, Venus, Mercurius,
Matahari, Mars, Jupiter, dan Saturnus. Ketujuh benda langit tersebut selalu
beredar mengelilingi bumi menjalani lintasan masing-masing yang
berbentuk lingkaran dan berturut-turut semakin jauh letaknya dari bumi,
semakin besar pula bentuk lingkarannya. Semua benda langit itu terkurung
oleh bola langit, dimana pada dindingnya melekat bintang-bintang yang
juga beredar mengelilingi bumi sepanjang lingkaran yang terletak paling
jauh/paling luar. Pandangan ini kemudian dikenal sebagai pandangan
geosentris dan dikenal pula sebagai system Ptolomeus atau system
geosentrik. Kesulitan terbesar pandangan ini adalah pembuktian bahwa
beberapa planet secara periodik mempunyai gerakan yang berbalik
didalam lintasannya.
c. Nicolas Copernicus (1473-1543 M)
Tokoh pertama yang memiliki pandangan heliosentris, yakni
matahari sebagai pusat tata surya. Didalam system heliosentris ini,
bintang-bintang masih dianggap melekat pada sebuah bola langit, dan
beredar mengelilingi matahari. Antara matahari dan bintang-bintang
terdapat planet-planet termasuk bumi yang selalu beredar mengelilinginya
sepanjang lintasan-lintasan yang masng-masing berbentuk lingkaran.

7
Gerakan membalik planet-planet oleh Teori Copernicus dapat
diterangkan karena kecepatan bergerak planet-planet dan bumi dalam
mengelilingi matahari masing-masing tidak sama. Hukum Copernicus
berbunyi:
a) Bumi beredar mengelilingi sumbunya sekali sehari
b) Bumi mengelilingi matahari sekali dalam satu tahun.
Adapun kelemahan teori Copernicus adalah anggapannya bahwa:
a) Bintang-bintang beredar mengelilingi matahari.
b) Lintasan planet-planet berbentuk lingkaran.

d. Tycho Brahe (1546-1601 M)


Memadukan geosentris dan heliosentris, sehingga ia berpendapat
terdapat dua pusat jagat raya yaitu bumi dan matahari. Bulan dan matahari
beredar mengelilingi bumi, sedangkan matahari dikelilingi planet-planet
lain. Pada bagian luar bola langit, terdapat bintang yang beredar pada
orbitnya.
Persamaan Teori Ptolomeus, Copernicus, dan Tycho Brahe:
a) Terdapat pusat (pengendali tata surya atau jagat raya)
b) Bintang ditempatkan pada bagian paling luar sphere
c) Sepakat terdapat satu bola langit
d) Bulan adalah satelit bumi sehingga pasti beredar mengelilingi bumi
e) Bentuk orbit berupa lingkaran.

e. Galileo Galilei (1564-1642 M)


Tokoh penemu teropong (teleskop) pada tahun 1609, serta orang
pertama yang menemukan hukum “jatuh bebas”. Ia berpendapat bahwa
bumi berbentuk bulat, dan bukan merupakan pusat alam semesta.
Keterangan Galilei ditentang oleh gereja, dan baru pada tahun 1965
namanya direhabilitasi.

8
4. Satuan Jarak di Jagat Raya

a. Astronomical Unit (AU)


Menurut definisinya, 1 Satuan Astronomi adalah jarak dari Bumi
ke Matahari. Kemudian diambil definisi yang lebih akurat yaitu 1 Satuan
Astronomi (1 Astronomical Unit, biasa disingkat AU) adalah panjang
setengah sumbu panjang dari lintasan Bumi mengitari Matahari. Jarak
yang diberikan oleh google adalah hasil perhitungan modern yang
menggunakan astronomi radio dan hitung orbit. Nilai eksaknya adalah 1
AU = 149.597.870,691 km. Untuk perhitungan yang tidak membutuhkan
ketelitian tinggi, dapat melakukan pembulatan 1 AU menjadi 150 juta km.
Satuan Astronomi (Astronomical Unit) biasanya digunakan untuk
menyatakan jarak dalam skala tata surya kita. Misalnya: Jarak dari Planet
Mars ke Matahari kurang lebih 1.5 AU (lebih mudah daripada harus selalu
mengatakan, jarak Mars-Matahari = 228 000 000 km), jarak dari Matahari
ke Planet Jupiter adalah 5.2 AU, ke Saturnus 9.58 AU.
b. Light Year (ly) atau Satuan Tahun Cahaya
Satu tahun cahaya adalah jarak yang ditempuh seberkas cahaya
selama 1 tahun. Menurut pengukuran modern, dalam satu detik cahaya
dapat menempuh jarak 300 000 km. Jadi apabila jarak atar galaksi adalah 1
Tahun Cahaya, jarak tersebut jika dinyatakan dalam kilometer adalah: 1
hari = 86.400 detik 1 tahun = 31.536.000 detik 1 tahun cahaya =
31.536.000 detik X 300.000 km/detik = 9,4608 × 1012 km Itulah arti
sebenarnya satuan Tahun Cahaya. Apabila kita mendengar berita bahwa
saat ini terjadi tabrakan antar galaksi diruang angkasa yang jaraknya 32
juta tahun cahaya, itu artinya kejadian tersebut tidaklah terjadi saat para
astronom melihat kejadian tersebut, melainkan telah terjadi 32 juta tahun
yang lalu. Hal itu dikarenakan cahaya yang terlihat akibat kejadian
tersebut membutuhkan waktu 32 juta tahun untuk sampai ke bumi karena
jaraknya sangat jauh.

9
c. Parallax of One Arcsecond (Parsec atau PC)
Paralaks adalah perbedaan latar belakang yang tampak ketika
sebuah benda yang diam dilihat dari dua tempat yang berbeda. Paralaks
pada bintang baru bisa diamati untuk pertama kalinya pada tahun 1837
oleh Friedrich Bessel, seiring dengan teknologi teleskop untuk astronomi
yang berkembang pesat (sejak Galileo menggunakan teleskopnya untuk
mengamati benda langit pada tahun 1609). Bintang yang ia amati adalah
61 Cygni (sebuah bintang di rasi Cygnus/angsa) yang memiliki paralaks
0,29″. Ternyata paralaks pada bintang memang ada, namun dengan nilai
yang sangat kecil. Hanya keterbatasan instrumenlah yang membuat orang-
orang sebelum Bessel tidak mampu mengamatinya. Karena paralaks
adalah salah satu bukti untuk model alam semesta heliosentris (yang
dipopulerkan kembali oleh Copernicus), maka penemuan paralaks ini
menjadikan model tersebut semakin kuat kedudukannya dibandingkan
dengan model geosentris Ptolemy.
Dari geometri segitiga kita ketahui adanya hubungan antara sebuah
sudut dan dua buah sisi. Inilah landasan kita dalam menghitung jarak
bintang dari sudut paralaks (lihat gambar di bawah). Apabila jarak bintang
adalah d, sudut paralaks adalah p, dan jarak Bumi-Matahari adalah 1 AU
(Satuan Astronomi = 150 juta kilometer), maka kita dapatkan persamaan
sederhana tan p = R/d atau d = 1/p, dimana d dalam satuan parsec dan p
dalam satuan detik busur karena p adalah sudut yang sangat kecil sehingga
tan p ~ p. Jarak d dihitung dalam AU dan sudut p dihitung dalam radian.
Apabila kita gunakan detik busur sebagai satuan dari sudut paralaks (p),
maka kita akan peroleh d adalah 206.265 SA atau 3,09 x 1013 km. Jarak
sebesar ini kemudian didefinisikan sebagai 1 pc (parsec, parsek), yaitu
jarak bintang yang mempunyai paralaks 1 detik busur. Kita akan
mendapatkan persamaan 1 pc = 206265 AU = 3,086 x 1018 cm = 3,26
tahun cahaya.

10
5. Anggota Jagat Raya

a. Galaksi
Benda-benda langit berada dan bergerak di antariksa dengan sangat
rapi dan teratur, menunjukkan suatu keteraturan dengan perhitungan yang
sangat cermat. Beberapa benda-benda langit berkelompok membentuk
suatu system bintang atau tata bintang yang kemudian disebut sebagai
galaksi. Sebuah galaksi terdiri dari berjuta-juta bahkan bermilyar bintang
atau benda langit. Jarak antara bintang-bintang pada umumnya amat jauh
sehingga alam semesta tampak “kosong”. Akan tetapi ada pula beberapa
puluh ribu bintang yang tampak mengelompok mengelilingi sebuah pusat
sehingga tampak seperti kabut. Selain itu ada pula benda langit yang
memang merupakan kabut (nebula) yang terdiri atas gumpalan gas kosmis
yang maha besar.
b. Bintang
Bintang adalah benda langit yang dapat memancarkan cahaya dan
panas sendiri. Diduga bintang berwujud bola gas yang amat besar, yang
sangat panas, dan menyala-nyala. Bintang-bintang dapat digolongkan
sesuai spectrumnya, yaitu garis cahaya terkuat yang dipancarkannya.
Dikenal terdapat tujuh golongan bintang, yakni golongan O, B, A, F, G, K,
dan M.
a) Bintang golongan O adalah bintang termuda sekaligus terpanas
diantara bintang-bintang lainnya dengan suhu permukaan antara
30.2730C hingga 60.2730C. Populasinya adalah yang terkecil,
hanya 0,003% diantara bintang-bintang yang ada. Bintang ini
berwarna biru.

b) Bintang golongan B, memiliki suhu permukaan antara 10.2730C


hingga 30.2730C. Bintang ini berwarna biru keputihan, dengan
populasi sekitar 0,13%.

11
c) Bintang golongan A, memiliki suhu permukaan antara 7.7730C
hingga 10.2730C. Bintang ini berwarna putih, dan populasinya
hanya 0,63% diantara bintang-bintang.

d) Bintang golongan F, memiliki suhu permukaan antara 6.2730C


hingga 7.7730C. Bintang ini berwarna putih kekuningan, dengan
populasi 3,1% diantara bintang-bintang.

e) Bintang golongan G, memiliki suhu permukaan antara 5.2730C


hingga 6.2730C. Bintang ini ditandai dengan ion kalsium tunggal
yang kuat dengan warna kuning. Populasinya adalah 8%.

f) Bintang golongan K, memiliki suhu permukaan antara 3.7730C


hingga 5.2730C, ditandai dengan warna jingga, memiliki populasi
tergolong besar yakni 13% diantara bintang-bintang.

g) Bintang golongan M, merupakan bintang tertua dan sekaligus


terdingin. Bintang ini memiliki suhu permukaan lebih kecil
daripada 3.7730C. Bintang ini ditandai dengan warna merah,
dengan populasi yang terbesar yakni 78% diantara bintang-bintang.

Beberapa bintang dilihat dari bumi tampak menggerombol menjadi


satu kelompok yang tetap sehingga seolah-olah membentuk pola atau
gambar tertentu. Kelompok-kelompok bintang yang tetap bentuk atau
gambarnya disebut sebagai Rasi atau Gugus Bintang (Konstelasi Bintang).

c. Tata Surya
Tata Surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas
sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh
gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet
yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet
kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi, dan jutaan benda

12
langit (meteor, asteroid, komet) lainnya. Matahari, planet-planet, satelit,
Meteor, asteroid, dan komet merupakan anggota dari tata surya.
Tata Surya terbagi menjadi Matahari, empat planet bagian dalam
(Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars), sabuk asteroid, empat planet bagian
luar (Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus), dan di bagian terluar
adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan
terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di luar bagian
yang terluar.

d. Proses Terjadinya Tata Surya


Teori-teori tentang proses terbentuknya tata surya dapat
dikelompokan menjadi beberapa teori, yaitu sebagai berikut.

a) Hipotesis Kabut (Nebula)


Teori Nebula pertama kali dikemukakan seorang filsuf Jerman
bernama Imanuel Kant. Menurutnya, tata surya berasal dari nebula
yaitu gas atau kabut tipis yang sangat luas dan bersuhu tinggi yang
berputar sangat lambat. Perputaran yang lambat itu menyebabkan
terbentuknya konsentrasi materi yang mempunyai berat jenis tinggi
yang disebut inti massa di beberapa tempat yang berbeda. Inti massa
yang terbesar terbentuk di tengah, sedangkan yang kecil terbentuk di
sekitarnya. Karena terjadi proses pendinginan, inti-inti massa yang
lebih kecil berubah menjadi planet-planet, sedangkan yang paling
besar masih tetap dalam keadaan pijar dan bersuhu tinggi yang disebut
matahari.
Teori nebula lainnya dikemukakan oleh Pierre Simon Laplace.
Menurut Laplace, tata surya berasal dari bola gas yang bersuhu tinggi
dan berputar sangat cepat. Karena perputaran yang sangat cepat,
sehingga terlepaslah bagian-bagian dari bola gas tersebut dalam
ukuran dan jangka waktu yang berbeda-beda. Bagian-bagian yang
terlepas itu berputar dan akhirnya mendingin membentuk planet-
planet, sedangkan bola gas asal dinamakan matahari.

13
b) Teori Planetesimal (Moulton dan Chamberlin)
Hipotesis planetisimal dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin
dan Forest R. Moulton, astronom Amerika. Hipotesis planetisimal
mengatakan bahwa matahari telah ada sebelumnya sebagai salah satu
dari bintang-bintang yang ada. Pada suatu masa, ada sebuah bintang
berpapasan pada jarak yang tidak terlalu jauh. Akibatnya terjadilah
pasang naik pada permukaan matahari maupun bintang itu. Sebagian
massa matahari tertarik ke arah bintang. Pada waktu bintang itu
menjauh, sebagian massa matahari jatuh kembali ke permukaan
matahari dan sebagian lainnya terhambur ke ruang angkasa sekitar
matahari. Hal inilah yang dinamakan planetisimal yang kemudian
menjadi planet-planet dan benda angkasa lainnya dan beredar pada
orbit masng-masing.

c) Hipotesis Pasang Surut Gas (Jeans dan Jeffreys)


Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh
James Jeans pada tahun 1917. Astronom Inggris Sir James Jeans dan
Harold Jeffreys, mengemukakan pendapat bahwa tata surya, pada
awalnya hanya matahari saja tanpa mempunyai anggota. Planet-planet
dan anggota lainnya terbentuk karena adanya bagian dari matahari
yang tertarik dan terlepas oleh pengaruh gravitasi bintang yang
melintas ke dekat matahari. Bagian yang terlepas itu berbentuk seperti
cerutu panjang (bagian tengah besar dan kedua ujungnya mengecil)
yang terus berputar mengelilingi matahari, sehingga lama kelamaan
mendingin membentuk bulatan-bulatan yang disebut planet.

d) Hipotesis Ledakan Bintang/Bintang Kembar (Lyttleton)


Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle
(1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa
dahulunya Tata Surya berupa dua bintang yang hampir sama
ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi

14
bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya. Teori bintang
kembar juga dikemukakan astronom Inggris bernama Lyttleton. Teori
ini menyatakan bahwa pada awalnya matahari merupakan bintang
kembar yang satu dengan lainnya saling mengelilingi, pada suatu
masa melintas bintang lainnya dan menabrak salah satu bintang
kembar itu dan menghancurkannya menjadi bagian-bagian kecil yang
terus berputar dan mendingin menjadi planet-planet yang mengelilingi
bintang yang tidak hancur, yaitu matahari.

e) Hipotesis Awan Debu (Weizsaecker dan Kuiper)


Weizsaecker dan Kuiper, berpendapat bahwa tata surya berasal dari
awan yang sangat luas yang terdiri atas debu dan gas (hidrogen dan
helium). Ketidakteraturan dalam awan tersebut menyebabkan
terjadinya penyusutan karena gaya tarik menarik dan gerakan berputar
yang sangat cepat dan teratur, sehingga terbentuklah piringan seperti
cakram. Inti cakram yang menggelembung menjadi matahari,
sedangkan bagian pinggirnya berubah menjadi planet-planet. Ahli
astronomi lainnya yang mengemukakan teori awan debu antara lain,
F.L Whippel dari Amerika Serikat dan Hannes Alven dari Swedia.
Menurutnya, tata surya berawal dari matahari yang berputar dengan
cepat dengan piringan gas di sekelingnya yang kemudian membentuk
planet-planet yang beredar mengelilingi matahari.

e. Matahari Sebagai Pusat Tata Surya


Matahari merupakan sumber energi untuk kehidupan yang
berkelanjutan. Panas matahari menghangatkan bumi dan membentuk
iklim, sedangkan cahayanya menerangi Bumi serta dipakai oleh tumbuhan
untuk proses fotosintesis. Tanpa matahari, tidak akan ada kehidupan di
bumi karena banyak reaksi kimia yang tidak dapat berlangsung.
Matahari merupakan bintang terdekat dengan Bumi dengan jarak
rata-rata sekitar 150 juta kilometer (93.026.724 mil) yang berbentuk
seperti bola raksasa dengan diameter 1.392.000 kilometer atau 865.000

15
mil, sama dengan 109 kali diameter bumi. Matahari terbentuk dari gas
hidrogen (74%) dan helium (25%). Senyawa penyusun lainnya terdiri dari
besi, nikel, silikon, sulfur, magnesium, karbon, neon, kalsium, dan
kromium. Cahaya matahari berasal dari hasil reaksi fusi hidrogen menjadi
helium. Matahari termasuk bintang berwarna kuning (Bintang golongan G)
yang berperan sebagai pusat tata surya. Seluruh komponen tata surya
termasuk 8 planet dan satelit masing-masing, planet-planet kerdil, asteroid,
komet, dan debu angkasa berputar mengelilingi matahari.
Nicolas Copernicus adalah orang pertama yang mengemukakan
teori bahwa matahari adalah pusat peredaran tata surya di abad 16. Teori
ini kemudian dibuktikan oleh Galileo Galilei dan pengamat angkasa
lainnya. Teori yang kemudian dikenal dengan nama ini mematahkan teori
geosentris (bumi sebagai pusat tata surya) yang dikemukakan oleh
Ptolemy dan telah bertahan sejak abad ke dua sebelum masehi.
Matahari tergolong bintang tipe G, dengan ciri memiliki suhu
permukaan sekitar 6.0000C dan umumnya bertahan selama 10 juta tahun.
Matahari diperkirakan berusia sekitar 7 juta tahun lagi, sebelum hidrogen
di intinya habis. Bila hal tersebut terjadi, matahari akan berekspansi
menjadi bintang raksasa berwarna merah yang dingin dan 'memakan'
planet-planet kecil di sekitarnya (mungkin termasuk Bumi) sebelum
akhirnya kembali menjadi bintang kerdil berwarna putih kembali.
Matahari memiliki gaya gravitasi sebanding dengan 28 kali
gravitasi di Bumi. Secara teori hal tersebut berarti bila seseorang memiliki
berat 100 kg di Bumi maka bila berjalan di permukaan matahari beratnya
akan terasa seperti 2.800 kg. Gravitasi matahari memungkinkannya
menarik semua komponen-komponen penyusunnya membentuk suatu
bentuk bola sempurna. Gravitasi matahari jugalah yang menahan planet-
planet yang mengelilinginya tetap berada pada orbit masing-masing.
Pengaruh dari gravitasi matahari masih dapat terasa hingga jarak 2 tahun
cahaya.

16
Radiasi matahari, lebih dikenal sebagai cahaya matahari, adalah
campuran gelombang elektromagnetik yang terdiri dari gelombang
inframerah, cahaya tampak, sinar ultraviolet. Semua gelombang
elektromagnetik ini bergerak dengan kecepatan sekitar 3,0 x 108 m/s. Oleh
karena itu radiasi atau cahaya memerlukan waktu 8 menit untuk sampai ke
bumi. Matahari juga menghasilkan sinar gamma, namun frekuensinya
semakin kecil seiring dengan jaraknya meninggalkan inti.

Sama halnya dengan Bumi, Matahari juga berotasi pada sumbunya


selama sekitar 27 hari untuk mencapai satu kali putaran. Gerakan rotasi ini
pertama kali diketahui melalui pengamatan terhadap perubahan posisi
bintik matahari. Sumbu rotasi matahari miring sejauh 7,25° dari sumbu
orbit bumi sehingga kutub utara matahari akan lebih terlihat di bulan
September sementara kutub selatan matahari lebih terlihat di bulan Maret.
Struktur Matahari Matahari memiliki 6 lapisan yang memiliki karakteristik
yang berbeda. Lapisan-lapisan tersebut diantaranya adalah : inti matahari,
zona radioaktif, dan zona konvektif yang membentuk lapisan dalam
(interior); fotosfer; kromosfer; dan korona sebagai daerah terluar dari
matahari.

f. Anggota Tata Surya

a) Planet
Planet adalah benda langit yang mengelilingi bintang sebagai pusat
tata surya (matahari). Planet tidak dapat menghasilkan cahaya sendiri
namun dapat memantulkan cahaya. Planet bergerak dengan arah yang
sama mengelilingi matahari, tetapi dengan lintasan dan jarak terhadap
matahari yang berbeda-beda, lintasan planet merupakan bidang yang
berbentuk elips. Kebanyakan planet mempunyai satelit (pengiring)
seperti bulan sebagai satelit bumi. Planet yang tidak mempunyai
satelit (pengiring) yaitu merkurius dan venus.

17
b) Satelit
Satelit adalah anggota tata surya yang ukurannya lebih kecil
daripada planet, berputar pada porosnya, beredar mengelilingi planet,
kemudian bersama-sama dengan planet, berputar mengelilingi
matahari. Satelit melakukan tiga gerakan, yaitu berputar pada
porosnya, berevolusi mengelilingi planet, dan berevolusi bersama
planet mengelilingi matahari. Satelit ada dua macam yaitu: Satelit
alamiah sudah ada dalam tata surya dan bukan buatan manusia,
misalnya baik yang berawak maupun yang tidak berawak.

c) Asteroid
Asteroid atau Planetoid adalah batu-batuan yang bergerak bulan
sebagai satelit alamiah bumi. Satelit buatan Satelit buatan adalah
pesawat kendaraan ruang angkasa masuk ke orbit bumi, mengelilingi
Matahari, tetapi ukurannya sangat kecil untuk digolongkan sebagai
planet, sehingga Asteroid disebut Planetoid atau planet kerdil.
Sebagian besar Asteroid menempati sabuk utama yang berada di
antara orbit Mars dengan Jupiter. Ada dua teori asal mula asteroid:
Asteroid berasal dari planet yang terletak di antara Mars dan Jupiter
meledak karena efek gaya ganggu Jupiter dan membentuk asteroid-
asteroid. Asteroid terbentuk pada awal terbentuknya tata surya,
terdapat cukup banyak partikel di antara Mars dan Jupiter yang
membentuk batu-batu berkelompok.
d) Meteoroid, Meteor, Meteorit
Meteoroid adalah benda-benda padat yang bertebaran di angkasa
yang berasal dari pecahahan asteroid, materi ekor komet yang
tercecer, atau pecahan benda langit lain. Meteor atau bintang beralih
adalah benda langit yang sangat kecil yang terdiri atas debu, pasir,
atau kersik langit yang bergerak mengelilingi Matahari seperti planet.
Timbulnya jalur cahaya di langit, karena meteor bergerak dengan
cepat ketika memasuki atmosfer bumi sehingga menjadi panas dan

18
terbakar yang pada akhirnya menyala. Meteorit atau batu bintang
beralih adalah meteor yang beberukuran sangat besar sehingga tidak
terbakar habis saat memasuki atmosfer.

e) Komet
Komet adalah benda langit yang diselimuti awan dan gas sehingga
tampak seperti bintang berekor ketika mendekati matahari. Bagian-
bagian komet Kepala komet terdiri dari Inti komet (nucleus) dan
rambut (Cuma). Kepala komet merupakan pusat sinar atau cahaya
sekaligus pusat energi bagi komet. Ekor komet dapat dibedakan
menjadi tiga bagian yaitu ekor gas (yang lurus terhadap kepala), ekor
debu (yang arahnya menyamping terhadap kepala komet), dan ekor
ion (bagian ekor komet yang tidak beraturan arahnya). Arah ekor
komet selalu menjauh dari matahari, karena ekor komet terdorong
oleh radiasi matahari dan angin matahari.
Komet mempunyai orbit berbentuk lingkaran atau mendekati
lingkaran, parabola, atau hiperbola. Semakin besar kepala komet,
semakin besar energinya. Pada umumnya, kepala komet yang besar
identik dengan cadangan energi yang besar sehingga orbitnya pun
besar atau panjang sehingga lama kembali. Contoh: komet Halley.
Hingga saat ini belum ada kesepakatan apakah komet bercahaya
sendiri ataukah hanya pembiasan atau resonansi cahaya matahari.

19
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasar uraian uraian diatas, maka isi makalah yang kami susun dapat di
simpulkan sebagai berikut:

Kosmografi adalah ilmu yang mengkaji penggambaran alam semesta, baik


langit maupun bumi (atau benda-benda langit lainnya). Kajian dari ilmu ini
menghasilkan berbagai peta langit maupun bumi. Dalam kosmografi terdapat dua
objek yaitu objek formal dan material. Objek formal kosmografi menggunakan
pendekatan stereografis terhadap alam semesta beserta bola langitnya dengan
planet bumi sebagai titik pengamatan. Kosmografi juga mempunyai objek
material atau bidang kajian seluruh benda-benda antariksa, baik mengenai letak,
bentuk, materi penyusun, proses-proses yang dialami, gejala-gejala,
pergerakannya dan sifat-sifatnya maupun hukum alam yang berlaku.

Jagat Raya adalah istilah lain dari alam semesta. Dalam ilmu astronomi
(ilmu yang mempelajari ihwal bintang) Jagat Raya, semesta yang disebut Cosmos
sesungguhnya adalah sebuah ruang tempat segenap benda langit berada, termasuk
bumi tempat manusia hidup. Di Jagat Raya terdapat bermilyar bintang, planet-
planet, komet, serta meteor. Selain itu, di Jagat Raya juga terdapat benda-benda
langit lain seperti debu, kabut, dan gas.

B. SARAN

Demikianlah sekilas kajian tentang kosmografi dan pengenalan jagat raya.


Untuk lebih jelasnya, marilah kita bersama-sama membuka wawasan mengenai
kosmografi dan jagat raya tersebut. Sudah seharusnya kita terus meningkatkan
pemahaman tentang ilmu geografi, agar bisa mengetahui hal-hal yang belum
diketahui, khususnya mengenai benda-benda angkasa yang tidak bisa dilihat
ataupun diraba secara langsung.

20
DAFTAR PUSTAKA

Endarto, Danang. 2009. Pengantar Kosmografi. Surakarta: LPP UNS dan UNS

Gautama, S. Eka. 2010. Astronomi dan Astrofisika Revisi ketiga.


http://paradoks77.blogspot.com. Tanggal akses 9 September 2016

Sudibyo, Ma’rufin. 2012. Ensiklopedia Fenomena Alam dalam Al-Qur’an.


Surakarta: Tinta Medina.

Wardiyatmoko, K. 2012. Geografi untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Erlangga.

iii

Anda mungkin juga menyukai