Anda di halaman 1dari 12

PROSPEK PENEGAKAN HUKUM UNDANG-UNDANG

PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA


(UU PKDRT)
Sabungan Sibarani
Dosen Tetap Fakultas Hukum Universitas Borobudur – Jakarta
Jl. Raya Kalimalang No. 1, Jakarta Timur 13620
Email :ssibarani01@gmail.com

Tulisan Diterima: 15-03-2016 Direvisi: 12-04-2016 Disetujui: 18-07-2016

Abstrak
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) dalam ketentuan perundang-undangan di Indonesia
tergolong sebuah kejahatan dengan ancaman hukum pidana karena mengakibatkan kesakitan dan
penderitaan fisik maupun mental terhadap korbannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
prospek penegakan hukum Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga.
Metode penelitian hukum yang digunakan pada penelitian ini penelitian hukum normatif yaitu suatu
proses untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum
guna menjawab isu hukum yang dihadapi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menghapus tindak
kekerasan dalam rumah tangga dapat dimulai dengan menghilangkan sebab-sebab dan unsur-
unsur pemicunya. Dalam kaitan ini, sekurang-kurang terdapat banyak cara dan usaha yang patut
dilakukan agar kekerasan dalam rumah tangga terelakkan atau setidak-tidaknya dapat dikurangi
intensitasnya. Prospek penegakan hukum UU PKDRT akan sulit ditegakkan karena banyak kendala
dalam pelaksanaannya.Hendaknya Pemerintah mensosialisasikan UUPKDRT kepada publik atau
masyarakat secara jelas dan transparan guna menghindari bias atau ketidakjelasan akan isi dan
kandungan dari UUPKDRT.
Kata Kunci: Penegakan Hukum, KDRT.

Abstract
Violence in the home (domestic violence) in the provisions of law in Indonesia is a crime with the threat
of criminal law, because it caused pain and suffering to the victim physically and mentally. The purpose
of this study was to determine the prospects for law enforcement Law on the Elimination of Domestic
Violence. Legal research methods were used in this study is a normative legal research process
to find the rule of law, principles of law, and the legal doctrines in order to address the legal issues
at hand. The results showed that removing the acts of domestic violence can begin by eliminating
the causes and elements of the trigger. In this regard, at less there are many ways and efforts that
should be done so that domestic violence inevitable or at least be reduced in intensity. Prospects the
act, Law enforcement will be difficult to enforce because a lot of problems in implementation. The
government should disseminate the act to the public or public is clear and transparent manner in
order to avoid bias or lack of clarity of the contents and the contents of the act.
Keywords: Law Enforcement, domestic violence.

Prospek Penegakan Hukum Undang-Undang... (Sabungan Sibarani) 1


PENDAHULUAN kekerasan atau perilaku barbar. Dengan
demikian keberhasilan penegakan hukum UU
PKDRT ini menjadi dambaan banyak pihak yang
Latar Belakang
merindukan suasana kehidupan damai di dalam
Keprihatianan masyarakat terutama kaum rumah tangga.1
perempuan dan relawan Lembaga Swadaya
Secara sosiologis, kekerasan merupakan
Masyarakat terhadap banyaknya kasus-kasus
sikap atau tindakan yang dipandang sangat
kekerasan dalam rumah tangga merupakan
tercela.Oleh karena penegakan norma-norma
salah satu faktor pendorong dibentuknya
etika atau moral secara umum bersumber pada
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang
kesadaran dalam diri setiap orang, maka dalam
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga
situasi seperti sekarang ini tampaknya sangat
(UU PKDRT). Kelahiran undang-undang ini
sulit diharapkan penghapusan kekerasan
memang tidak dapat dilepaskan dari semangat
(dalam rumah tangga) dilakukan diluar kerangka
jaman yang bersifat global tentang tuntutan
pendekatan yang sifatnya sistematis.Oleh
perlunya penghapusan kekerasan terhadap kaum
karenanya kemudian dilakukan pendekatan
perempuan dan anak, yang dipandang sebagai
yang sistematis dengan diaplikasikan/me­
kelompok yang paling rentan terhadap perlakuan
lalui sarana hukum pidana yakni dengan
keras.Disahkannya UU PKDRT tersebut,
mengkriminalisasikan perbuatan kekerasan
merupakan suatu pemikiran yang komprehensif
terhadap perempuan dan anak.
dari negara dengan political will untuk
memperhatikan dan memberikan perlindungan Rumusan Masalah
bagi korban kekerasan dalam rumah tangga.
Berdasarkan latar belakang pemikiran
Namun yang menjadi kendala adalah upaya
sebagaimana diuraikan di atas, masalah
untuk mengungkap bentuk kekerasan ini tidaklah
yang ingin dibahas adalah Bagaimana
mudah, selain karena pemahaman/kesadaran
prospek penegakan hukum Undang-undang
masyarakat tentang kekerasan dalam rumah
Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
tangga belum sepenuhnya dipahami sebagai
Tangga?
bentuk pelanggaran HAM, juga kekerasan dalam
bentuk ini masih dilihat dalam ranah privat. Tujuan Penelitian
Kekerasan yang dimaksudkan oleh Undang- Tujuan penelitian ini adalah untuk
undang ini diartikan sebagai setiap perbuatan mengetahui prospek penegakan hukum Undang-
terhadap seseorang terutama perempuan, Undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau Tangga.
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk Metodologi Penelitian
ancaman untuk melakukan perbuatan, Metode penelitian yang digunakan pada
pemaksaan atau perampasan kemerdekaan penelitian ini penelitian adalah studi pustaka
secara melawan hukum dalam lingkup rumah dengan menekankan pada proses untuk
tangga. menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip
Pembentukan UU PKDRT, yang memuat hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
kriminalisasi terhadap perbuatan kekerasan menjawab isu hukum yang dihadapi.
pada perempuan dan anak, merupakan upaya
yang telah dirintis sejak lama untuk mewujudkan PEMBAHASAN
lingkungan sosial yang nyaman dan tentram
bebas dari kekerasan. Idealisme ini tentulah Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
bukan sesuatu yang berlebihan, di tengah
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT)
kehidupan abad ke-21 yang telah serba sangat
bagaikan siklus yang sulit untuk dihentikan,
maju, terasakan sebagai suatu kejanggalan,
manakala lingkungan hidup yang seyogyanya
dapat memberikan suasana yang memberikan 1 Esmi Warassih, Pranata Hukum Sebuah Telaah
perasaan termanusiakan sepenuhnya ternyata Sosiologis, (Semarang: Suryandaru Utama, 2000),
sebaliknya menjadi lingkungan yang dipenuhi hlm. 70.

2 Jurnal Hak Asasi Manusia Volume 7 No. 1, Juli 2016


pelaku bisa menyesal karena perbuatannya, kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap
namun tak jarang kekerasan yang berbasis anggota keluarga yang jelas-jelas pelanggaran
gender ini selalu dari waktu ke waktu terus terhadap Hak asasi manusia dan martabat
meningkat, salah satu penyebab terjadinya kemanusian serta bentuk diskriminasi.
kekerasan di dalam rumah tangga ini bisa terjadi Dalam Pasal 5 UU No 23 Tahun 2004
karena faktor budaya patriaki serta juga di lihat menyatakan bahwa setiap orang dilarang
dari nilai masyarakatnya yang selalu ingin hidup melakukan kekerasan dalam Rumah Tangga
harmonis sehingga cendrung yang selalu di terhadap orang dalami ingkup suatu Rumah
salahkan adalah perempuan. Perlu di ketahui Tangga melakukan kekerasan seperti:3
bahwa batasan pengertian Penghapusan
1. Kekerasan Fisik, yang mengakibatkan rasa
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT)
sakit, jatuh sakit atau luka berat.
yang terdapat di dalam undang-undang No. 23
tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan 2. Kekerasan Psikis yang mengakibatkan
Dalam Rumah tangga adalah “Setiap perbuatan rasa ketakutan, hilangnya rasa percaya
terhadap seseorang terutama Perempuan diri, hilangnya kemammpuan untuk
yang berakibat timbulnya kesengsaraan, atau bertindak,rasa tidak berdaya dan lain-lain.
penderitaan secara fisik, seksual, psikilogis, atau 3. Kekerasan Seksual yang berupa pemaksaan
penelantaran rumah tangga, Yang menpunyai seksual dengan cara yang tidak wajar baik
ancaman untuk melakukan perbuatan, untuk suami maupun untuk orang lain untuk
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan
tujuan komersil atau tujuan tertentu.
secara melawan Hukum dalam lingkungan
rumah tangga” (Pasal 1 ayat (1). 4. Penelantaran rumah tangga yang terjadi
Mengingat Undang-Undang tentang dalam lingkup rumah tangganya, yang
KDRT merupakan hukum Publik, privat mana menurut Hukum di wajibkan atasnya
maupun administratif yang di dalamnya ada untuk memberikan kehidupan yang layak
ancaman Pidana Penjara atau Denda bagi atas rumah tangga nya sendiri.
yang melanggarnya, kebanyakan dari korban Dari definisi tersebut terlihat UU ini semata-
Kekerasan dalam Rumah Tangga ini biasanya mata tidak hanya melindungi kepentingan
memilih penyelesaiannya secara Privat perempuan dewasa saja tetapi juga untuk
(Perdata) dengan cara perceraian, yang siap mereka yang tersubordinasi, seperti juga laki-
menghadapi suatu dilema sebagai predikat laki yang dewasa maupun masih anak-anak juga
janda dan selalu mendapat sorotan Negatif dapat perlundungan dari UU kekerasan dalam
dari penilaian masyarakat. maka masyarakat rumah tangga ini. Selain itu penelantaran juga
luas khususnya kaum lelaki dalam kedudukan berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan
sebagai kepala keluarga sebaiknya mengetahui ketergantungan ekonomi dengan cara membatasi
apa itu kekerasan dalam rumah tangga (KGRT).2 atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam
Adapun tentang siapa saja yang termasuk dalam atau di luar rumah tangga, sehingga korban
lingkup rumah tangga dalam UU no 23 Tahun berada dibawah kendali orang tersebut. Bagi
2004 ini adalah : korban KDRT undang-undang telah mengatur
Suami, Isteri, dan Anak, termasuk anak akan hak-hak yang dapat di tuntut ke pada
angkat dan anak Tiri. Orang-orang yang pelakunya antara lain:
mempunyai hubungan keluarga dengan Suami, a. Perlindungan dari pihak keluarga, Kepolisi­
istri yang tinggal menetap dalam rumah tangga an, Kejaksaan, Pengadilan, Advokad,
seperti mertua, menantu, ipar dan besan. Orang- lembaga sosial atau pihak lainnya maupun
orang yang bekerja atau membantu dalam rumah
atas penetapan perintah perlindungan dari
tangga dan menetap tinggal dalam Rumah
Pengadilan.
tangga seperti Pembantu Rumah tangga Pasal
2 UU No 3 Tahun 2004 ini pun mungkin terjadi

3 Mohtar Mas’oed, et.al (eds.), Kekerasan Kolektif:


2 Fakih, Mansour, Diskriminasi dan Beban Kerja
Kondisi dan Pemicu, (Yogyakarta: P3PK UGM, 2000),
Perempuan: Perspektif Gender, (Yogyakarta:
hlm. 94.
CIDESINDO, 2008), hlm. 18.

Prospek Penegakan Hukum Undang-Undang... (Sabungan Sibarani) 3


b. Pelayanan kesehatan sesuai dengan khususnya untuk kekerasan KDRT di bidang
kebutuhan medis. Seksual berlaku pidana minimal 5 tahun Penjara
c. Penanganan secara khusus berkaitan dan Maksimal 15 tahun Penjara atau 20 tahun
dengan kerahasian Korban. Penjara atau Denda antara 12 juta s/d 300 juta
rupiah atau antara 25 juta s/d 500 juta rupiah
d. Pendampingan oleh pekerja sosial atau (Pasal 47 dan 48 UU PKDRT) dan perlu juga
lembaga bantuan hukum. untuk di ketahui bahwa pada umumnya Undang-
e. Pelayanan bimbingan Rohani. Undang No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan
Kekerasan Dalam Rumah Tangga bukan hanya
Bila ditinjau dari perspektif hukum,
di tujukan kepada seorang Suami tapi juga bisa
pemerintah telah berupaya melindungi kaum
ditujukan ke pada seorang Isteri yang melakukan
perempuan dengan diratifikasi nya konvensi
kekerasan terhadap Suaminya, Anak- Anaknya,
mengenai penghapusan segala bentuk
keluarganya, atau Pembantunya yang menetap
diskriminasi terhadap Perempuan (Convention
tinggal dalam satu rumah tangga tersebut.
on the Elimination All Form of Discrimination
Against Woment) melalui UU Nomor 7 tahun Sebuah rumah tangga dengan keluarga inti
1984 artinya secara yuridis Indonesia telah (nuclear family) hanya terdiri atas seorang suami,
mengikatkan diri untuk melaksanakan ketentuan- seorang istri, dan anak. Lazim pula dijumpai
ketentuan dalam konvensi wanita tersebut. dalam masyarakat sebuah rumah tangga terdiri
dari anggota-anggota keluarga yang lain seperti
Selain itu korban KDRT juga berhak untuk
mertua, ipar, dan sanak saudara atas dasar
mendapatkan pelayanan demi pemulihan
pertalian darah maupun perkawinan dengan
korban dari tenaga kesehatan, pekerja sosial,
suami-istri bersangkutan. Selain itu, rumah
relawan sosial dan lainnya.Dalam UU PKDRT,
tangga dalam kehidupan modern di perkotaan
Pemerintah mempunyai kewajiban untuk
umumnya diramaikan lagi dengan kehadiran
merumuskan kebijakan penghapusan KDRT
orang lain yang berperan sebagai pembantu.
menyelenggarakan komunikasi, informasi dan
Sang pembantu bisa berasal dari kerabat atau
edukasi tentang KDRT, menyelenggarakan
keluarga pasangan suami-istri bersangkutan
sosialisasi dan advokasi tentang KDRT,
dan bisa pula orang luar.
menyelenggarakan Pendidikan dan Pelatihan
sensitif dan isu KDRT serta menetapkan Perilaku atau tindak kekerasan dalam rumah
standar dan akreditasi pelayanan yang sensitif, tangga sebagai fakta sosial bukanlah perkara
memberikan hak rasa aman, tentram, dan baru dari perspektif sosiologis masyarakat
perlindungan dalam rumah tangga sebagai Indonesia.Persoalan ini sudah terjadi sejak lama
mana dambaan dalam setiap orang.4 dan masih berlanjut hingga kini. Kekerasan
dalam rumah tangga sebagaimana dimaksudkan
Namun apabila korban menemukan
dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004
kesulitan dalam penerapan Undang-undang NO
tersebut, Bab 1 Tentang Ketentuan Umum Pasal
23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan
2 adalah setiap perbuatan terhadap seseorang
Dalam Rumah Tangga tersebut dapat meberikan
terutama perempuan, yang berakibat timbulnya
kuasa kepada keluarga atau Advokat/Pengacara
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik,
untuk melaporkan KDRT ke Kepolisian (Pasal
seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah
26 ayat 2). jika yang menjadi korban adalah
tangga termasuk ancamanuntuk melakukan
seorang anak-anak laporan dapat di lakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
oleh orang Tua, Wali, Pengasuh, atau anak
kemerdekaan secara melawan hukum dalam
yang bersangkutan (Pasal 27) adapun sanksi
lingkup rumah tangga.5
Pidana dalam Pelanggaran Undang-Undang
No 23 tahun 2004 tentang PKDRT diatur dalam Selain itu, KDRT merupakan fakta sosial
BAB VIII mulai dari Pasal 44 s/d Pasal 53. yang bersifat universal karena dapat terjadi dalam
sebuah rumah tangga tanpa pembedaan budaya,

4 Mohammad Kemal Dermawan, Teori Kriminologi,


edisi kedua, (Jakarta: Departemen Pendidikan 5 Otje Salman dan Anton F. Susanto, Beberapa Aspek
Nasional. Penerbit Universitas Terbuka, 2007), hlm. Sosiologi Hukum, (Bandung, Alumni, 2000), hlm.
40. 101.

4 Jurnal Hak Asasi Manusia Volume 7 No. 1, Juli 2016


agama, suku bangsa, dan umur pelaku maupun ia makin marak dengan akibat berlapis hingga
korbannya. Karena itu, ia dapat terjadi dalam menelan korban jiwa.6
rumah tangga keluarga sederhana, miskin dan Kekerasan seksual seperti perkosaan
terkebelakang maupun rumah tangga keluarga merupakan salah satu bentuk tindak kekerasan
kaya, terdidik, terkenal, dan terpandang. Tindak dalam rumah tangga yang korbannya bisa laki-
kekerasan ini dapat dilakukan oleh suami atau laki di samping perempuan.Para kriminolog
istri terhadap pasangan masing-masing, atau sering mengatakan bahwa angka statistik
terhadap anak-anak, anggota keluarga yang kejahatan perkosaan, termasuk dalam rumah
lain, dan terhadap pembantu mereka secara tangga, bagaikan sebuah gunung es. Data
berlainan maupun bersamaan.Perilaku merusak statistik tindak kekerasan ini jauh lebih kecil
ini berpotensi kuat menggoyahkan sendi-sendi berbanding jumlah sesungguhnya peristiwa
kehidupan rumah tangga dengan sederetan perkosaan yang terjadi.Dalam masyarakat yang
akibat di belakangnya, termasuk yang terburuk terbuka saja tidak seluruh kasus perkosaan
seperti tercerai-berainya suatu rumah tangga. terungkap, apalagi dalam unit yang lebih kecil
Tindak KDRT di Indonesia dalam rentang seperti keluarga.
waktu yang panjang cenderung bersifat laten Kekerasan dalam rumah tangga secara
hingga jarang terungkap ke permukaan. konseptual berbanding sejajar dengan
Akibatnya, ia lebih merupakan kejadian sederhana kekerasan-kekerasan lain termasuk kekerasan
yang kurang menarik ketimbang sebagai fakta politik. Sebagai pembanding terhadap persoalan
sosial yang seharusnya mendapatkan perhatian ini, Gurr mendefinisikan kekerasan politik
khusus dan penanangan yang sungguh-sungguh sebagai berikut:7
dari masyarakat dan pemerintah. Kekerasan
“all collective attacks within a political
dalam rumah tangga Indonesia di mana pun juga
community against the political regime, its
masih terus berlangsung dengan jumlah kasus
dan intensitasnya yang kian hari cenderung kian actors – including competing political groups
meningkat. Media massa cetak dan elektronik as well as incumbents—or its policies.
Indonesia malah tak pernah lengang dari berita- The concept represents a set of events, a
berita dan informasi-informasi terbaru tentang common property of which is the actual or
tindak KDRT, termasuk dalam rumah tangga trheatened use of violence .... The concept
para selebriti. subsumes revolution, ... guerilla war, coups
Dalam pada itu, Lembaga Bantuan Hukum d’atat, and riots.”
Asosiasi Perempuan untuk Keadilan (LBH Definisi di atas menunjukkan bahwa tindak
APIK), merilis laporan pada 12 Mei 20014 kekerasan politik amat luas cakupannya, yang
bahwa terjadi 83 kasus kekerasan dalam rumah meliputi semua kejadian yang unsur utamanya
tangga selama empat bulan pertama 2015 adalah penggunaan atau ancaman penggunaan
di wilayah Jakarta dan sekitarnya. Sebagian kekerasan yang dilakukan oleh pelaku/aktor
besar kasus itu merupakan kekerasan suami atau kelompok aktor yang menentang penguasa
terhadap istri. Para perempuan korban tindak negara.Selain itu, Galtung mendefinisikan
kekerasan itu antara lain mengalami kekerasan kekerasan dalam pengertian yang lebih luas
fisik, psikis, dan ekonomi karena tidak dinafkahi sebagai “any avoidable impediment to self-
atau diperas, dan kekerasan seksual atau realization”, yang berarti segala sesuatu
kombinasi di antara semuanya itu. Perkara yang menyebabkan orang terhalang untuk
tersebut kemudian berakhir dengan perceraian
(30 kasus), pidana (9 kasus), mediasi (6 kasus),
dan konsultasi pernikahan (38 kasus). Tindak
kekerasan terselubung ini baru dianggap serius
dan masuk ke dalam tindak kejahatan dengan 6 Estu Rakhni Fanani, “Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2004 TentangKekerasan Dalam Rumah
sanksi hukum pidana sejak tahun 2004 sesuai
Tangga, Antara Terobosan Hukum Dan Fakta
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 setelah Pelaksanaannya”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 5
No. 3 September 2008, hlm. 12.
7 Ted Rober Gurr, Why Men Rebel.(Princeton, NJ:
Princeton University Press, 1970), pages. 203.

Prospek Penegakan Hukum Undang-Undang... (Sabungan Sibarani) 5


mengaktualisasikan potensi dirinya secara Implementasi UU KDRT dalam upaya
wajar.8 penegakan hukum secara berafiliasi terhadap
Koseptualisasi tentang kekerasan yang upaya-upaya konkrit dalam mencegah KDRT,
diajukan Galtung tersebut mencakup dua jenis diantaranya adalah:9
kekerasan, yaitu kekerasan langsung atau 1. Memperkuat Jaringan Sosial
personal dan kekerasan tidak langsung atau Rumah tangga yang dibentuk dari simpul-
struktural.Kekerasan langsung adalah kekerasan simpul, yaitu angggota-anggota di dalamnya
yang dilakukan oleh satu atau sekelompok
sesungguhnya merupakan struktur sosial
aktor kepada pihak lain (violence–as-action),
yang mencerminkan jaringan sosial yang
sementara kekerasan struktural terjadi begitu
diikat dengan tipe relasi spesifik seperti
saja (built-in) dalam suatu struktur (violence-as-
structure) atau masyarakat tanpa aktor tertentu nilai, visi, dan ide bersama serta keturunan.
atau dilakukan oleh seseorang atau sekelompok Idealnya, tipe-tipe relasi spesifik itu lah
orang dengan menggunakan alat kekerasan. yang berfungsi mengikat aktor-aktor dalam
Berdasarkan dua definisi pembanding rumah tangga yang terdiri dari anggota-
tersebut, KDRT dapat diartikan sebagai tindakan anggotanya seperti suami, istri, anak
penggunaan kekuasaan atau wewenang secara dan sebagainya dalam suatu hubungan
sewenang-wenang tanpa batasan (abuse of antarsesama yang kuat.Keberhasilan suatu
power) yang dimiliki pelaku, yaitu suami atau rumah tangga dalam mencapai tujuan-tujuan
istri maupun anggota lain dalam rumah tangga, idealnya, termasuk menghindari terjadinya
yang dapat mengancam keselamatan dan hak- KDRT, sangat bergantung kepada kekuatan
hak individual masing-masing dan atau anggota hubungan antarindividu bersangkutan.
lain dalam rumah tangga seperti anak-anak, Semua anggota dalam suatu rumah tangga,
mertua, ipar, dan pembantu. terutama suami atau istri yang menjadi
Penggunaan kekuasaan secara sewenang- antra aktor utama dalam rumah tangga
wenang dimungkinkan karena situasi yang dengan latarbelakang sosial yang berbeda
terbentuk dalam rumah tangga di mana seharusnya dapat memperkuat struktur
dominasi yang satu ke atas yang lain begitu jaringan sosial rumah tangga mereka.
kuat disebabkan beberapa faktor seperti akan
Caranya ialah dengan selalu berusaha
dijelaskan kemudian. Dominasi tersebut akan
untuk menyamakan visi, menyeragamkan
terus berlanjut selama tingkat ketergantungan
nilai-nilai dan menyatukan ide dan gagasan
pihak yang didominasi kepada yang dominan
tetap tinggi. masing-masing ke dalam idelaisme dan
cita–cita bersama, meskipun untuk itu
Banyak hal positif dapat dipelajari dan
toleransi yang memadai dari masing-masing
diambil manfaatnya dari hubungan-hubungan
sosial yang dibangun dalam rumah tangga. pihak amat diperlukan.
KDRT sesungguhnya dapat dihindarkan Dengan demikian, kekuasaan dan dominasi
jika suatu rumah tangga ditegakkan dengan yang satu terhadap yang lain yang menjadi
menjalankan berbagai prinsip positif dan etika antara penyebab KDRT akan hilang dengan
luhur berdasarkan fungsi anggota menurut hak sendirinya bersamaan dengan hilangnya
dan kewajiban masing-masing. KDRT.
Menghapus tindak KDRT dapat dimulai 2. Memahami Kearifan Budaya Lokal
dengan menghilangkan sebab-sebab dan unsur-
Tidak seorang pun anggota dalam rumah
unsur pemicunya. Dalam kaitan ini, sekurang-
tangga hidup begitu saja tanpa nilai-nilai
kurang terdapat banyak cara dan usaha yang
dasar yang membentuk kepribadiannya
patut dilakukan agar KDRT terelakkan atau
setidak-tidaknya dapat dikurangi intensitasnya. serta yang mengarahkannya berpikir

9 Henny Wiludjeng, Attashendartini Habsjah dan


Dhevy Setya Wibawa, Dampak Pembakuan Peran
Gender terhadap Perempuan Kelas Bawah di Jakarta
8 Estu Rakhni Fanani, Op.Cit., hlm. 13. (Jakarta: LBH-APIK, 2005), hlm. 88.

6 Jurnal Hak Asasi Manusia Volume 7 No. 1, Juli 2016


dan berperilaku.Nilai-nilai dasar tersebut 3. Memperkuat Fondasi dan Bangunan
dapat bersumber dari ajaran agama Ekonomi Keluarga
maupun tradisi atau kebudayaan lokal di Menjalani hidup berkeluarga seadanya
lingkungan sekitarnya. Setiap tradisi dan dalam tingkat kepasarahan yang tinggi
budaya tentu memiliki nilai-nilai positif yang tampaknya kini tidak lagi sesuai dalam
mencerminkan kearifan lokal (local wisdom) kehidupan yang semakin kompleks dengan
sendiri yang berbeda antara satu budaya sederatan tuntutan yang mesti dipenuhi.
dengan budaya yang lain, termasuk konsep Kompleksitas kehidupan tidak hanya berlaku
tentang rumah tangga ideal. di perkotaan tetapi juga di pedesaan dengan
Meskipun agama sepatutnya menjadi acuan sejumlah persamaaan dan perbedaannya.
dan sumber nilai yang utama mengatasi Beban hidup yang terlalu berat dapat
sumber nilai yang lain, seringkali tradisi mengakibatkan ketidakseimbangan emosi
dan budaya lokal dalam praktik kehidupan hingga memicu terjadinya tindakan KDRT.
sehari-hari suatu rumah tangga menjadi Kerana itu, seluruh anggota dalam suatu
begitu penting. Karena begitu pentingnya, rumah tangga sesuai kesanggupan masing-
maka kesalahan dalam memahami dan masing harus melakukan usaha-usaha yang
menempatkan nilai-nilai tradisi dan budaya dapat memperkuat fondasi dan struktur
itu seringkali menjadi penyebab munculnya bangunan ekonomi keluarga mereka.
konflik antarindividu yang berakibat Tanggungjawab utama memang berada
terjadinya tindak KDRT. Oleh karena itu, di atas pundak suami. Sebagai kepala
suami, istri, dan anggota lain dalam rumah keluarga, suami mesti bekerja keras dalam
tangga dengan latarbelakang tradisi dan bidang yang ia tekuni dan tidak mudah
budaya yang berbeda perlu memahami dan goyah oleh pengaruh-pengaruh luar yang
mengekpresikan nilia-nilai positif budaya menyebabkan ia mudah melepaskan
masing-masing dalam kesalehan lingual pekerjaan utamanya. Selain kukuh dengan
atau kesalehan verbal melalui ucapan dan pekerjaan utama, suami juga ditunut untuk
tuturkata yang santun, sejuk, damai dan selalu berusaha mencari peluang untuk
menyenangkan. Selain itu, mereka juga dapat melakukan inovasi dan menciptakan
dapat menunjukkannya dalam kesalehan kreasi-kreasi baru meskipun tidak sejalan
sosial melalui perilaku yang sopan, sikap dengan bidang pekerjaannya yang utama.
pemaaf, dan sebagainya.
Selain itu, istri sebagai anggota utama
Pemahaman yang memadai tehadap nilai- keluarga yang kedua juga dapat melakukan
nilai budaya lokal akan membantu setiap hal yang sama seperti suaminya, lebih-lebih
individu tidak sampai terjebak ke dalam bila dia juga ikut bekerja dalam sektor formal
pengaruh budaya luar dalam bungkusan atau informal. Kecuali anak yang sudah
globalisasi yang kini gencar melanda bekerja, anak yang sedang menempuh
seluruh pelosok dunia. Meskipun banyak pendidikan tentu tidak dituntut untuk dapat
juga aspek positif yang dapat diserap menghasilkan pendapatan tambahan
daripadanya, akan tetapi globalisasi bagi keluarga. Akan tetapi ia tetap dapat
berpotensi kuat menggiring manusia ke melakukan penguatan ekonomi keluarga
arah situasi anomie. Ini cenderung terjadi secara pasif dengan berhemat dan meminta
karena globalisasi antara lain dicirikan oleh kedua orangtuanya untuk mememenuhi
derasnya laju transformasi berbagai bentuk kebutuhannya yang pokok-pokok saja.
budaya, sikap, dan pandangan hidup
4. Mengamalkan Ajaran Agama
manusia modern yang tidak semuanya tepat
dari sisi pandang budaya lokal (Indonesia) Agama, khususnya Agama Islam, adalah
dan agama. ajaran yang merupakan sumber dari
segala sumber nilai. Sebagai sebuah
ajaran, dan bukan sistem nilai, nilai-nilai

Prospek Penegakan Hukum Undang-Undang... (Sabungan Sibarani) 7


yang terkandung dalam ajaran Islam akan terus meningkat ini.Secara yuridis kesadaran
merasuk dalam hati. dari semua pihat baik secara nasional maupun
internasional suudah harus di realisasikan
PENUTUP melalui sarana hukum.
Perluasan tindak KDRT di masyarakat tidak
Kesimpulan patut dibiarkan berkembang terus tanpa kendali.
Berbagai usaha dan cara mesti dilakukan oleh
Dilihat dari segi sosiologi hukum, prospek
semua pihak sebagai wujud pekedulian terhadap
penegakan hukum UU PKDRT akan sulit
persoalan sosial bersama, terutama oleh mereka
ditegakkan karena banyak kendala dalam
yang terkait lansung dengannya sebagai pelaku
pelaksanaannya, terutama kultur budaya
dan korban. Semua langkah menuju ke arah
masyarakat Indonesia yang patriakhi yakni
penghapusan tindak KDRT itu dapat dimulai
mendudukan laki-laki sebagai makhluk superior/
dari usaha-usaha untuk memutus mata rantai
kuat dan perempuan sebagai makhluk inferior/
penyebab dan pemicunya melalui penguatan
lemah.
jaringan sosial, pemahaman kembali nilai-nilai
KDRT dalam perspektif sosiologis positif yang terdapat dalam kearifan budaya
merupakan fakta sosial yang bersifat lintas etnik, lokal (local wisdom), dan penguatan fondasi dan
kepercayaan, dan kawasan yang dapat dijumpai struktur bangunan ekonomi keluarga melalui
di masyarakat dari berbagai golongan, status inovasi dan kreasi baru. Mengatasi semuanya
dan lapisan sosial hampir di semua tempat. itu adalah menjadikan ajaran agama sebagai
Sebagai sebuah tindakan antisosial dan anti sumber nilai yang utama melalui langkah-
kemanusiaan, KDRT dapat terjadi secara tiba- langkah pendalaman dan pelaksanaan ajaran-
tiba dan terencana oleh dan terhadap semua ajarannya, khususnya ajaran tentang tata cara
aktor atau anggota dalam suatu rumah tangga ideal hidup berkeluarga.
yang bertindak sebagai pelaku maupun korban.
Tindak KDRT dalam berbagai bentuk dan DAFTAR PUSTAKA
kasus terjadi karena dominasi dan penggunaan
kekuasaan yang berlebihan oleh pelaku. Namun Dermawan, Mohammad Kemal. Teori Kriminologi.
demikian, sejumlah faktor internal pada pribadi Edisi Kedua.(Jakarta: Departemen
aktor-aktor pelaku dalam rumah tangga, dan Pendidikan Nasional. Penerbit Universitas
faktor-faktor eksternal yang berpusat pada Terbuka, 2007).
sistem nilai budaya lokal dan perubahan sosial
Fanani, Estu Rakhni. “Undang-Undang Nomor
yang berlangsung cepat , turut berperan sebagai
penyebab dan pemicunya. 23 Tahun 2004 Tentang Kekerasan Dalam
Rumah Tangga, Antara Terobosan Hukum
Saran Dan Fakta Pelaksanaannya”, Jurnal
Undang-undang yang berkenaan Legislasi Indonesia, Vol. 5 No. 3 September
Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) 2008.
memerlukan waktu baik bagi Pemerintah untuk Gurr, Ted Rober. Why Men Rebel. (Princeton,
mensosialisasikan undang-undang tersebut NJ: Princeton University Press, 1970).
maupun bagi masyarakat.apa lagi Suami dalam
Mansour, Fakih. Diskriminasi dan Beban Kerja
Pimpinan Rumah Tangga merasa berkuasa
terhadap keluarganya dan dari kaum wanita Perempuan: Perspektif Gender.(Yogyakarta:
merasa ada pembatasan norma agama yang CIDESINDO, 2008).
harus di jalanin untuk berhadapan dengan Mas’oed, Mohtar. et.al (eds.).Kekerasan Kolektif:
suami sebagai kepala rumah tangganya sendiri. Kondisi dan Pemicu.(Yogyakarta: P3PK
Pada hal dalam rumah tangga tersebut ada UGM, 2000).
Hak dan Kewajiban masing-masing yang di Salman, Otje dan Anton F. Susanto.Beberapa
atur oleh Agama.Dari berbagai hasil penelitian Asoek Sosiologi Hukum.(Bandung, Alumni,
maupun laporan kasus dari lembaga-lembaga
2000).
yang perduli terhadap perempuan menunjukan
korban kekerasan dalam rumah tangga yang

8 Jurnal Hak Asasi Manusia Volume 7 No. 1, Juli 2016


Warassih, Esmi. Pranata Hukum Sebuah Telaah
Sosiologis.(Semarang: Suryandaru Utama,
2000).
Wiludjeng, Henny, Attashendartini Habsjah dan
Dhevy Setya Wibawa, Dampak Pembakuan
Peran Gender terhadap Perempuan Kelas
Bawah di Jakarta.(Jakarta: LBH-APIK,
2005).

Prospek Penegakan Hukum Undang-Undang... (Sabungan Sibarani) 9

Anda mungkin juga menyukai