2.3.2.1 Gambar
OBSERVASI I II
2.3.5. Pembahasan
Berat agregat halus pada kondisi SSD lebih besar dibandingkan dengan berat
agregat halus kondisi kering. Hal itu diakibatkan karena agregat kondisi SSD
merupakan keadaan dimana permukaan agregat dalam keadaan kering, sedangkan
pori-pori dalam agregat terisi air. Berbeda dengan kondisi agregat kering dimana
keadaan permukaan dan pori-pori dalam agregat berada dalam keadaan benar-benar
kering.
Air yang digunakan haruslah air murni. Penambahan air yang terlalu banyak
dapat diatasi dengan penambahan pasir.
Agregat dalam kondisi SSD merupakan kondisi agregat yang paling baik
untuk digunakan dalam proses campuran beton. Hal ini dikarenakan agregat dalam
kondisi ini tidak akan menyerap maupun menyumbangkan air pada adukan yang
dibuat.
2.4.4. Perhitungan
Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini antara lain :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑎𝑑𝑎 𝑠𝑎𝑟𝑖𝑛𝑔𝑎𝑛
Jumlah persen tertahan = x 100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛 𝑑𝑖 𝑝𝑎𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛 𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑎𝑛
Modulus Kehalusan = 100
2.4.5. Pembahasan
2.5.5. Kesimpulan
2.5.6. Pembahasan
2.6.4. Perhitungan
𝑉2
Kadar Lumpur = x 100%
𝑉1 + 𝑉2
Observasi 1
Tinggi Pasir (V1) =
Tinggi Lumpur (V2) =
𝑉2
Kadar Lumpur = x 100% = x 100% = %
𝑉1 + 𝑉2
Observasi 2
Tinggi Pasir (V1) =
Tinggi Lumpur (V2) =
𝑉2
Kadar Lumpur = x 100% = x 100% = %
𝑉1 + 𝑉2
𝐾𝐿1+𝐾𝐿2
Kadar Lumpur Rata-rata = = =%
2
2.6.5. Pembahasan
Kadar Lumpur yang tekandung dalam agregat halus adalah 2,75%. Kadar
Lumpur ini lebih kecil dari kadar lumpur yang disyaratkan yaitu 5%. Berarti agregat
halus yang digunakan masih memenuhi syarat untuk digunakan dalam Pembuatan
Beton.
a. Benda uji dicuci untuk menghilangkan debu atau bahan-bahan lain yang
melekat pada permukaan aggregat.
b. Keringkan benda uji dalam oven 105℃ sampai berat tetap.
c. Dinginkan benda uji pada suhu kamar selama 1-3 jam, kemudian timbang
dengan ketelitian 0,5 gram.
d. Rendam benda uji dalam air pada suhu kamar selama (24±4) jam.
e. Keluarkan benda uji dari air, lap dengan kain penyerap sampai selaput air
pada permukaan hilang (SSD), untuk butiran yang besar harus satu persatu.
f. Letakkan benda uji dalam keranjang, goyang-goyangkan keranjangnya
untuk mengeluarkan udara yang terserap dan tentukan berat batu didalam
air ( ). Ukur suhu air untuk penyesuaian perhitungan pada suhu kamar
(25℃).
g. Contoh dikeringkan pada temperatur (100-172)℃. Setelah didinginkan
kemudian ditimbang. Hitung berat contoh kondisi kering.
3.3.4. Perhitungan
Tabel 3.3. Hasil perhitungan specific gravity dan penyerapan aggregat kasar
OBSERVASI I II
3.3.5. Pembahasan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk menentukan (gradasi) aggregat
data distribusi pada aggregat diperlukan dalam perencanaan adukan beton.
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah :
a. Timbangan.
b. Saringan dengan urutan ayakan 38 mm ; 25 mm; 19 mm ; 96 mm ; 4,75
mm ; 2,36 mm dan pan.
c. Oven yang digunakan dengan pengatur suhu untuk pemanasan sampai
(110±5)℃.
d. Mesin penggetar saringan.
e. Talam-talam.
f. Kuas, sikat kuningan, sendok dan alat-alat lainnya.
g. Aggregat kasar sebanyak 2500 gram.
3.4.5. Pembahasan