Anda di halaman 1dari 5

Nama : Jaka Purwa Baruna

Nim : 19142011P

1. Hal-hal apa saja yang membuat sebuah proyek unik ?


Proyek merupakan beberapa rangkaian aktifitas dan pekerjaan yang memiliki tujuan
spesifik yang harus diselesaikan dalam batas-batas spesifikasi yang sudah ditentukan.
Selain itu proyek juga memiliki ketentuan tanggal mulai dan berkhir, keterbatasan
pembiayaan dan yang pasti proyek akan selalu menggunakan sumberdaya seperti uang,
orang, peralatan dan lain-lain.\ :
 Temporary atau sementara
 Produk, jasa atau hasil yang unik
 Berkembang secara bertahap (start – finish)
 Membutuhkan sumberdaya
 Harus memiliki customer/ client utam ataupun sponsor
 Adanya ketidakpastian
 Membutuhkan koordinasi dan tim

Suatu proyek konstruksi selalu memiliki sifat keunikan yang berbeda-beda dalam
pelaksanaannya, walaupun misalkan proyek X memiliki spesifikasi dan jenis yang sama
dengan proyek Y tetapi dikarenakan lokasi proyek yang berbeda tentunya memiliki
keunikan tersendiri dalam proses pelaksanaannya baik dikarenakan kondisi alam,
transportasi material, akses peralatan, maupun faktor lain yang berpengaruh dalam
pelaksanaan proyek tersebut.

Adapun beberapa karakterisitik yang membuat sebuah proyek itu menjadi unik, yaitu
sebagai berikut :

 Terbatas Dengan Waktu, Mutu dan Biaya, Tentunya secara umum semua proyek juga
dibatasi oleh biaya, mutu dan waktu dalam proses pelaksanaannya, dikarenakan
proyek secara umum dibiayai dengan biaya yang terbatas (sesuai angaran) dan
dengan waktu yang harus dicapai sesuai dengan scheduled plan serta dengan kualitas
yang sesuai dengan kontrak kerja. Dalam proyek konstruksi parameter waktu dan
biaya memang menjadi tolak ukur yang harus diupayakan dan ditargetkan di samping
unsur kualitas dan keselamatan kerja, sehingga proyek dapat berjalan sesuai dengan
tujuan yang direncanakan. Oleh karena itu pada dasarnya umur suatu proyek
konstruksi bersifat sementara karena dibatasi oleh durasi yang telah direncanakan.
 Item Pekerjaan Dilakukan Secara Sistematis, Dalam pelaksanaan suatu proyek
konstruksi setiap item pekerjaan dilakukan secara sistematis dan berurutan sesuai
dengan metode pelaksanaannya, jadi setiap elemen suatu struktur bangunan
konstruksi umumnya dikerjakan berdasarkan susunan yang sistematis misalnya mulai
dari sub-structures, upper structures, dan pekerjaan finishing dan tidak berulang
setelah item pekerjaan tersebut selesai dikerjakan.
 Umumnya Menggunakan Tenaga Kerja Ahli dan Profesional, Dalam praktik
konstruksi di lapangan tenaga kerja yang digunakan umumnya menggunakan tenaga
kerja terlatih, terdidik sampai profesional karena pekerjaan yang dikerjakan memang
membutuhkan suatu skill tersendiri mulai dari tahap perencanaan oleh insinyur
perencana sampai pelaksanaannnya di lapangan oleh pekerja seperti pekerjaan
pengelasan, perakitan tulangan, pengecetan, plesteran, instalasi listrik-air, dsb.
Kendala akhir-akhir ini yaitu sulitnya memperoleh tenaga kerja yang berkompeten
dan profesional dibidangnnya.
 Umumnya Pekerja/Labour Bersifat Tenaga Kerja Lepas, Pada industri proyek
konstruksi umumnya tenaga yang digunakan lebih bersifat tenaga kerja lepas
sehingga jumlah tenaga kerja lepas pada dasarnya lebih besar dibandingkan dengan
jumlah tenaga kerja tetap yang dimiliki oleh pihak pelaksana. Hal ini dikarenakan
karena salah satu ciri dari suatu proyek yaitu bersifat sementara (terbatas oleh durasi
suatu proyek), sehingga jika proyek telah selesai biasanya pekerja akan mencari
proyek baru dengan pihak pelaksana yang baru pula. Berbeda dengan industri
manufaktur dimana pada umumnya jumlah pekerjanya bersifat tetap dan tetap bekerja
selama proses produksi terus berjalan.
 Umumnya Bekerja di Ruangan Terbuka, Hampir semua pekerjaan konstruksi
dilakukan di ruangan terbuka dalam proses pelaksanaannnya dimana sangat
dipengaruhi oleh iklim/cuaca. Bekerja di ruangan terbuka juga berpotensi
menimbulkan risiko kecelakan kerja bagi pekerja di lapangan. Sehingga proyek
konstruksi berbeda dengan industri manufaktur yang umumnya dilakukan di dalam
ruangan.
 Pekerjaannya Tidak Berulang-Ulang, Pada industri manufaktur proses pekerjaannya
dilakukan secara berulang-ulang (Cycle), berbeda dengan proyek industri konstruksi
dimana item pekerjaannya tidak dilakukan secara berulang dimana prosesnya bersifat
berkelanjutan dan sistematis (jika item pekerjaan X selesai maka berlanjut ke item
pekerjaan Y).
 Hasil Pekerjaan Bersifat Handmade, Berbeda dengan industri manufaktur dimana
output dari proses pembuatan produknya umumnya menggunakan mesin sedangkan
proyek konstruksi umumnya hasil output pekerjaannya bersifat handmade. Perluh
diketahui bahwa hasil dari output pekerjaan konstruksi biasanya tidak sesempurnah
jika dibandingkan dengan buatan mesin, oleh karena itu ketidaksempurnaan dari hasil
produk konstruksi merupakaan hal yang normal selama dalam batas-batas yang dapat
diterima.
 Perhitungan Biaya Dilakukan Sebelum Pelaksanan, Pada umumnya perhitungan biaya
dilakukan pada tahap awal pengadaan (procerument) kemudian jika telah disepakati
maka dilaksanakan pada tahap konstruksi, berbeda dengan industri manufaktur
dimana perhitungan biayanya dilakukan setelah produk selesai dikerjakan yang
berupa harga pokok produksi (HPP). Oleh karena itu khusus untuk proyek konstruksi
sering ditemukan kesalahan perhitungan maupun akibat faktor lain yang
menyebabkan pembengkakan biaya setelah proyek selesai dikerjakan dikarenakan
perhitungan biaya secara dini dan dengan waktu yang terbatas serta akibat faktor-
faktor lain selama konstruksi yang mempengaruhi biaya total proyek.
 Volume Pekerjaan yang Terukur, Pada proyek konstruksi pada umumnya setiap item
pekerjaannya memiliki volume yang dapat diukur sehingga memudahkan dalam
proses penganggaran dan pelaksanaannya di lapangan. Setiap item pekerjaan
konstruksi pastinya memiliki nilai volume yang harus dan wajib ditentukan sebelum
proyek dilaksanakan. baik berupa besar volume, luas, panjang, unit, dsb.
 Berpotensi Besar Terhadap Risiko Kecelakaan Kerja, Industri konstruksi memang
berpotensi menimbulkan terjadinya accident/kecelakaan kerja pada pekerjanya di
lapangan mengingat kondisi pekerjaan dilakukan di ruangan terbuka, bekerja di
ketinggian, bekerja dengan peralatan kerja yang sedang berkatifitas, berada pada
kondisi alam terbuka dsb, dibandingkan dengan industri manufaktur yang umumnya
bekerja di ruangan tertutup dan memiliki risiko kecelakaan yang relatif lebih rendah
dibandingkan dengan industri konstruksi di lapangan.
 Menggunakan Peralatan Konstruksi Berat, Berbeda dengan jenis proyek lain dimana
pada proyek konstruksi dalam praktik pelaksanaannya biasanya membutuhkan
peralatan berat (Heavy Equipment) dalam mempermudah proses pekerjaan konstruksi
di lapangan baik yang berukuran kecil sampai besar misalnya dalam proses pekerjaan
tanah, beton, transportasi vertikal, jalan dsb. Dengan penggunaan peralatan konstruksi
tentunya juga harus didukung oleh keahlian operator dalam pengoperasiannya.
 Berpotensi Menimbulkan Klaim, Pada proyek-proyek konstruksi di Indonesia sering
ditemukan banyak kejadian dalam pelaksanaan maupun pada akhir konstruksi
menimbulkan klaim/dispute antara pihak owner dan pihak pelaksanaan baik
dikarenakan permasalahan waktu, biaya, kualitas, pembayaran, change order, dsb.
Telah banyak proyek konstruksi yang berakhir dengan perselisihan dan berakhir di
jalur hukum. Oleh karena itu melihat kompleksitas yang tinggi pada proyek
konstruksi tentunya dibutuhkan perencanaan yang matang pada tahap perencanaan,
perancangan dan pengadaan sebelum proyek memasuki tahap konstruksi sehingga
klaim kosntruksi setidaknya dapat diminimalisir.

2. Mengapa proyek-proyek IT memerlukan cara pengelolaan yang khusus ?


Teknologi Informasi (TI) sudah menjadi spektrum dalam kegiatan bisnis dunia.
Investasi untuk pengembangan teknologi informasi merupakan sebuah fenomena yang
diyakini para pelaku bisnis akan menambah nilai bisnis mereka. Fenomena ini mendorong
meningkatnya permintaan terhadap pekerjaan-pekerjaan dibidang TI. Perkembangan di
bidang TI pun menjadi tuntutan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Pendidikan bidang TI
dengan berbagai jenjang pendidikan semakin banyak, produsen TI baik hardware maupun
software semakin inovatif dalam mengembangankan produk-produknya.
Pekerjaan bidang TI memiliki karakteristik khusus dibandingkan dengan pekerjaan
non-TI. Hal ini karena karakteristik TI yang tidak bisa dipisahkan antara aktivitas
organisasi secara menyeluruh. TI dikembangkan harus bersinergi dengan seluruh aktivitas
bisnis secara keseluruhan.
Dengan semakin banyaknya pekerjaan-pekerjaan bidang TI dan karakteristik TI itu
sendiri akan menciptakan adanya proyek-proyek secara khusus menangani pekerjaan-
pekerjaan pembangunan dan pengembangan TI. Sehingga diperlukan bidang kajian khusus
yaitu pengelolaan (manajemen) proyek teknologi informasi.

3. Apakah manfaat setiap area pengetahuan (knowledge areas) dalam pengelolaan proyek ?
Area pengetahuan manajemen proyek (project management knowledge area)
mendeskripsikan kompetensi kunci yang perlu dikembangkan seorang manajer proyek.
Di dalam PMBOK (Project Management Body of Knowledge) edisi V tahun 2012,
terdapat 10 area pengetahuan:
 manajemen cakupan (scope) proyek, melibatkan pendefinisian dan pengelolaan
semua pekerjaan yang diperlukan dalam penyelesaian suatu proyek yang berhasil
 manajemen waktu (time) proyek, termasuk mengestimasi berapa lama durasi yang
diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan, mengembangkan skedul proyek yang bisa
dipakai, dan memastikan jadwal penyelesaian proyek secara bertahap
 manajemen biaya (cost) proyek, terdiri dari menyiapkan dan mengelola budget untuk
proyek
 manajemen kualitas (quality) proyek, memastikan proyek akan memenuhi kebutuhan
tertulis dan kebutuhan tersamar dari pencanangan pelaksanaan proyek tersebut
 manajemen sumberdaya manusia (human resource) proyek, memastikan pendayaan
secara efektif dari tenaga yang terlibat dalam proyek
 manajemen komunikasi (communications) proyek, melibatkan pembuatan,
pengumpulan, penyebaran, dan penyimpanan informasi tentang proyek
 manajemen resiko (risk) proyek, termasuk mengidentifikasi, menganalisa, dan
merespon terhadap berbagai jenis resiko yang ada pada proyek
 manajemen pengadaan (procurement) proyek, melibatkan kegiatan mendapatkan
barang atau layanan dari pihak diluar organisasi untuk keberlangsungan proyek
 manajemen pemangku kepentingan (stakeholder) proyek, termasuk identifikasi dan
analisis kebutuhan stakeholder sambil mengelola dan mengontrol hubungan
sepanjang pelaksanaan proyek
 manajemen integrasi (integration) proyek, merupakan fungsi yang mempengaruhi dan
terpengaruh oleh semua area pengetahuan lainnya serta menjalin jadi satu keutuhan
semua hal yang terlibat dalam proyek
4. Berikan contoh (dengan gambar) struktur organisasi fungsional, proyek dan matriks !
Struktur Organisasi Fungsional (Functional Structure Organization) merupakan
Struktur Organisasi yang paling umum digunakan oleh suatu organisasi. Pembagian kerja
dalam bentuk Struktur Organisasi Fungsional ini dilakukan berdasarkan fungsi
manajemennya seperti Keuangan, Produksi, Pemasaran dan Sumber daya Manusia.
Karyawan-karyawan yang memiliki keterampilan (skill) dan tugas yang sama akan
dikelompokan bersama kedalam satu unit kerja. Struktur Organisasi ini tepat untuk
diterapkan pada Organisasi atau Perusahaan yang hanya menghasilkan beberapa jenis
produk maupun layanan. Struktur organisasi bentuk ini dapat menekan biaya operasional
namun mengalami kesulitan dalam berkomunikasi antar unit kerja.

Anda mungkin juga menyukai