Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

PERCOBAAN I
ANALSIS ZAT RACUN HCN (ASAM SIANIDA) DALAM MAKANAN

OLEH :

NAMA : NENENG ROSMAYANTI


NIM : A201701021
KELAS : C1 REGULER
KELOMPOK : II (DUA)
INSTRUKTUR : SYAWAL ABDURRAHMAN S.SI M.SI

LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
ANALSIS ZAT RACUN HCN (ASAM SIANIDA) DALAM MAKANAN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa dan dimana saja terdapat berbagai zat racun dalam bahan
Makananan
2. Untuk mengetahui ada tidaknya zat racun HCN (Asam Sianida) dalam daun singkong

B. Landasan Teori

Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi makhluk hidup termasuk


manusia. Makanan bagi manusia mempunyai fungsi, antara lain sebagai penghasil energi,
untuk pertumbuhan, membentuk sel-sel tubuh dan menggantikan sel-sel tubuh yang rusak.
Dengan demikian makanan yang dikonsumsi hendaknya makanan yang bergizi tinggi.
Makanan yang bergizi yaitu makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh
yaitu : karbohidrat, lemak, protein, mineral dan air dalam jumlah seimbang. Karbohidrat
adalah sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh. Sumber karbohidrat banyak
terdapat dalam biji-bijian dan umbiumbian. Salah satu makanan kaya akan karbohidrat yaitu
singkong yang termasuk dalam golongan umbi-umbian. (Dina Rakhmina dkk, 2016)

Sianida merupakan gas tak berwarna, dingin dan tak berbau. Di dalam tubuh,
jika konsentrasi sianida dalam konsentrasi yang kecil dapat diubah menjadi tiosianat dan
berikatan dengan vitamin B12. Jika konsentrasi sianida yang masuk kedalam tubuh tinggi,
maka sianida akan mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksida dan mengakibatkan
terhentinya metabolisme sel secara aerobik. Efek dari sianida ini dapat mengakibatkan
kematian dalam jangka waktu beberapa menit. Karena sifat sianida yang sangat berbahaya
inilah, maka dilakukan penelitian uji sianida pada sampel daun singkong, talas, dan
rebung. (Wulandari dkk, 2017)

Asam sianida merupakan senyawa yang berbahaya baik bagi manusia maupun
hewan. Fsanz (2005) menyatakan dosis letal asam sianida pada manusia dilaporkan 0.5-
3.5 mg/Kg berat badan. Gejala keracunan akut asam sianida pada manusia meliputi: nafas
tersengal, penurunan tekanan darah, denyut nadi cepat, sakit kepala, sakit perut, mual,
diare, pusing, kekacauan mental dan kejang. mengkonsumsi terus menerus dalam dosis
yang rendah menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit gondok, kekerdilan serta
penyakit neurologis. (Nur Rasyid dkk, 2013)
Glikosianida sianogenik merupakan senyawa yang terdapat dalam makanan
nabati dan berpotensi terurai menjadi asam sianida. Sianogen merupakan senyawa pada
umbi-umbian yang berpotensi sebagai toksikan dan dapat terurai menjadi asam
hidrosianida (HCN). Pada saat pengupasan atau pengirisan, jaringan mengalami kerusakan
dan sistem sel rusak, senyawa alkaloid sebagai substrat yang berada dalam vakuola dan
enzim dalam sitoplasma akan saling kontak dan mengalami reaksi enzimatis membentuk
glukosa dan senyawa. Senyawa aglikon kemudian dengan cepat akan mengalami
pemecahan oleh enzim liase menjadi asam sianida (HCN) dan senyawa aldehid atau keton.
Asam sianida (HCN) terbentuk karena akifitas enzim hidrolase pada glikosida sianogenik.
(Fitri Utami dkk, 2016)

Kadar HCN yang tinggi pada biji karet dapat diturunkan dengan cara
pengolahan yang tepat. Karena HCN memiliki sifat yang mudah menguap di udara,
terutama pada suhu lebih tinggi dari 250C dan mudah larut dalam air (Winarno, 2004).
Perebusan selama 15 menit dilanjutkan dengan perendaman dengan air selama 24 jam
terbukti dapat menurunkan dapat menurunkan kadar asam sianida pada biji karet sehingga
aman untuk dikonsumsi. (Ratih Indrawati dkk, 2017)

C. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Timbang analitik
b. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml
c. Erlenmeyer
d. Lumpang
e. Alu

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Asam tartat 5 %
b. NaCO3 8 %
c. H2O
d. Talas
e. Singkong
f. Kulit singkong
g. Ubi jalar
h. Rebung
i. Daun singkong

D. Prosedur Kerja

Cara kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :

Sampel

- Di persiapkan sampel
- Dicuci bahan dengan aie
- Dihancurkan bahan
- Ditimbang 10 gram

Larutan NaCO3 Larutan Asam Tartat

- Ditimbang sebanyak 4 gram - Ditimbang dalam


7,5 gram
- Dilautkan dalam 50 ml H2O - Dilarutkan dalam 150
ml H2O
Hasil
Analisis Kuantitatif HCN

- Dihancurkan bahan
- Ditimbang 5 – 10 gram bahan
- Lalu dimasukan kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan 50 ml aquadest
- Ditambahkan asam tartat 5 % kedalam
erlenmeyer tertutup
- Dicelupkan kertat pikrat didalam larutan
NaCO3 8 % dan digantung
- Dipanaskan pada suhu 40 – 5O c
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dilakukan pengulangan 2 kali

Hasil

E. Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan sebagai
berikut :
Tabel 1. Analisis Zat Racun HCN (Asam Sianida) Dalama Makanan

Gambar Hasil

Positif (+) berwarna merah

F. Pembahasan
Asam sianida (HCN) adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu
terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang
beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida.
Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat lemah, pK 25°= 9,21 dan larutan sianida
yang larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya adalah asam yang kuat.
Cairan HCN memiliki titik didih 25,6°C dan memiliki tetapan dielektrik yang sangat
tinggi (107 pada 25°) sehubungan dengan penggabungan molekul molekul polar (seperti
H2O) oleh ikatan hidrogen dan cairan HCN tidak stabil dan dapat terpolimerisasi dengan
hebat tanpa adanya stabilisator.

Asam sianida terbentuk secara enzimatis dari dua senyawa prekursor (bakal
racun), yaitu linamarin dan mertil linamarin dimana kedua senyawa ini kontak dengan
enzim linamarase dan oksigen dari udara yang merombaknya menjadi glukosa, aseton dan
asam sianida. Asam sianida mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap, oleh
karena itu untuk menurunkan atau mengurangi kadar asam sianida dapat dilakukan dengan
pencucian atau perendaman karena asam sianida akan larut dan ikut terbuang dengan air.

Asam Sianida dapat pula disebut dengan nama Hidrogen sianida. Hidrogen sianida
merupakan salah satu senyawa dari berbagai contoh senyawa sianida lainnya. Sianida dihasilkan
oleh beberapa bakteri, jamur dan ganggang. Contoh dari senyawa sianida lainnya adalah Sodium
sianida (NaCN) dan Potasium Sianida (KCN). Sianida juga dapat ditemukan di sejumlah makanan
dan secara alami terdapat di berbagai tumbuhan. Di dalam tubuh, sianida dapat begabung dengan
senyawa lain, membentuk vitamin B12.

Sianida dapat mengikat dan menginaktifkan beberapa enzim, tetapi yang


mengakibatkan timbulnya kematian atau histotoxic anoxia adalah karena sianida menikat
bagian aktif dari enzim sitokrom oksidasae sehingga akan mengakibatkan terhentinya sel
secara aerobik. Sebagai akibatnya, hanya dalam waktu beberapa menit, akan mengganggu
transmisi secara neuronal. Sianida dapat dibuang melalui proses tertentu sebelum sianida
berhasil masuk kedalam sel. Proses yang paling berperan disini adalah pembentukan
Cyanomethemoglobin (CNMe+Hb), sebagai hasil dari reaksi antara ion sianida (CN+) dan
Me+H

Pada praktikum ini dilakukan analisa HCN pada sampel bahan makanan.
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya asam sianida ( HCN )
pada bahan makanan. Pada praktikum ini bahan makanan yang dianalisa adalah singkong
.Metode yang digunakan untuk analisa HCN ini adalah metode kromatografi kertas
dimana kertas saring telah dicelupkan oleh asam pikrat dan dikeringkan kemudian
dicelupkan dalam larutan natrium karbonat 8% dan kertas ini akan diletakkan dalam
Erlenmeyer tertutup berisi sampel dan asam tartarat 5% yang dipanaskan , maka dalam
suasana asam uap dari sampel ini yang mengandung HCN akan berikatan dengan pikrat
dan menghasilkan warna merah muda pada bagian kertas saring yang tercelup oleh
natrium karbonat 8%. Terbentuknya warna merah pada kertas pikrat tersebut menunjukan
sampel yang diuji mengandung asam sianida ( HCN ).

Prinsip dari metode kromatografi kertas ini adalah partisi multiplikatif suatu
senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi
antara kompleks selulosa-air dan fasa gerak yang melewati berupa pelarut organik yang
sudah dijenuhkan dengan air dan melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan
menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak pada arah aliran
pelarut.

Dalam hal uji asam sianida ini , yang merupakan fase gerak adalah natrium
karbonat dan yang merupakan fase gerak adalah asam sianida yang beruapa uang di
didalam suatu bejana yang dalam hal ini adalah Erlenmeyer tertutup, maka apabila asam
sianida terkandung dalam cuplikan singkong tersebut maka akan terbentuk warna merah
mudah pada kertas saring.

Pada praktikum sampel atau cuplikan yang digunakan untuk uji HCN pada bahan
makanan adalah daun singkong. Untuk melakukan uji ini dilakukan terlebih dahulu
preparasi sampel . Sampel ditimbang sebanyak 5 – 10 gram kemudian dihaluskan . Sampel
yang telah homegen ini selanjutnya dimasukkan ke dalam Erlenmeyer tertutup dan
ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml dan larutan asam tartrat 5% sebanyak 3 ml.
Selanjutnya dimasukan kertas saring dengan ukuran 1 x 7 yang telah dicelupkan dalam
larutan asam pikrat jenuh dan sudah dikeringkan sebelumnya yang kemudian dibasahi
oleh larutan Na2CO3 8%. Kertas saring tersebut digantungkan pada leher erlemeyer
kemudian ditutup sedemikian rupa sehingga kertas tidak kontak dengan cairan dalam erlemeyer.
Kemudian Erlenmeyer ini dipanaskan diatas penangas air dengan suhu 40 - 50o C selama 15 menit

Setelah 15 menit pemanasan maka hasil yang diperoleh adalah kertas saring ti
menunjukan perubahan warna dari kuning menjadi merah. Hal ini menunjukan bahwa di
dalam sampel daun singkong tersebut positif (+) mengandung HCN ( asam sianida ).
F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa :

1. Zat racun biasa terdapat pada makanan, seperti pada daun singkong, umbi – umbian,
rebung dan lain – lain.
2. Dalam menguji senyawa HCN pada makanan didapatkan hasil yang positif dalam
daun singkong yang ditandai dengan perubahan warna merah orange.

DAFTAR PUSTAKA

Dina Rakhmina dkk, 2016. Kadar Sianida Singkong Rebus Dan Singkong Goreng.

Medical Laboratory Technology Journal Vol 2 (2) Hal : 46 – 50

Fitri Utami dkk, 2016. Kadar Sianida Bahan Pangan. Jurnal Farmasi Higea Vol 2

(5) Hal 31 - 40

Nur Rasyid dkk, 2013. Analisis Kadar Sianida Pada Rebung Berdasarkan Volume

Ukuran Dari Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa. Jurnal Chemistry

Vol 1 (1) Hal : 1 – 6

Ratih Indrawati dkk, 2017. Pengaruh Perendaman Larutan kapur Sirih Terhadap

Kadar Asam Sianida Pada Biji Karet. Jurnal Laboratorium Khatulistiwa

Vol 1 (1)

Wulandari dkk, 2017. Uji Kualitatif Kandungan Sianida Dalam Rebung

(Dendrocalamus asper), Umbi Talas (Colocasia Esculenta) Dan Daun

Singkong (Manihot Utilissima). Jurnal Edukasi Kimia Vol 2 (1)


LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI
PERCOBAAN II
UJI IN – VITRO IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM SALISILAT DALAM
MAKANAN ATAU OBAT

OLEH :

NAMA : NENENG ROSMAYANTI


NIM : A201701021
KELAS : C1 REGULER
KELOMPOK : II (DUA)
INSTRUKTUR : SYAWAL ABDURRAHMAN S.SI M.SI

LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
UJI IN – VITRO IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM SALISILAT DALAM
MAKANAN ATAU OBAT

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa
asam salisilat dalam sampel makanan atau obat.

B. Landasan Teori

Asam lsalisilat bekerja sebagai analgesik antipiretik dengan menghambat


prostaglandin yang dibentuk dari metabolisme asam arakidonat dengan katalisator enzim
siklooksigenase. Asam salisilat memiliki efek samping, diantaranya terhadap pernafasan
dan saluran cerna yang dapat menyebabkan perdarahan lambung berat. Alternatif untuk
meningkatkan aktivitas analgesik-antipiretik asam asetilsalisilat serta menurunkan efek
samping terus diupayakan. Modifikasi struktur dari senyawa turunan asam salisilat
dilakukan dengan mengubah gugus karboksil melalui pembentukan garam, ester, atau
amida; modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil; substitusi pada gugus hidroksil;
memasukkan gugus hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatik atau dengan
mengubah gugus fungsional. (Bambang Soekarjo dkk, 2016)

Obat golongan salisilat merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan
karena mempunyai sifat analgesik, antipiretik, antiinflamasi, antireumatik,dan yang paling
mutakhir adalah sebagai antiagregasi trombosit (antitrombotik) atau antiplatelet. Salisilat
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan obat, di antaranya topikal,tablet, serbuk, dan
supositoria. Selain bentuk regular, salisilat juga tersedia dalam bentuk tablet salut selaput
yang diharapkan akan mengalami disolusi dalam usus halus.Obat golongan salisilat yang
paling banyak digunakan adalah aspirin (asam asetilsalisilat). Sampai saat ini, obat ini
masih merupakan analgesik‐antipiretik dan antiinflamasiyang paling banyak diresepkan
dan menjadi standar untuk pembanding atau evaluasi antiinflamasi lain. (Isnatin, 2012)

Asam salisilat atau minyak gandapura adalah merupakan bahan yang mempunyai
berbagai kegunaan. Sebagai bahan obat metal salisilat merupakan salah satu obat anti
inflamasi non steroid (NSAID) golongan salisilat. Bahan ini dapat dibuat dalam bentuk
linimentum atau salep yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri pada pinggang, panggul
dan rematik. Secara natural metal salisilat atau asam salisilat diperoleh dari tanaman yang
termasuk family Pyrolaceae terutama genus Pyrola, beberapa spesies dari genus
Gaultheria. (Irawati, 2014)

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan


menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel
tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi
senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama. (Muckriani Teti, 2014)

Penggunaan metode ekstraksi melalui teknik-teknik baru tersebut, tentunya


membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk melakukannya. Akan tetapi untuk

memudahkan penelitian dengan metode ekstraksi, maka salah satu alternatif yang diambil
adalah menggunakan metode ekstraksi pelarut secara maseras. (Nina Ramadhani dkk,
2018)

C. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagi berikut :

a. Corong pisah
b. Neraca analitik
c. Erlenmeyer
d. Cawan porselen
e. Kaca arloji
f. Gelas kimia
g. Gelas ukur
h. Corong pisah
i. Pipet tetes
j. Pipet volume
k. Batang pengaduk
1. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Tanaman pare
b. Aquadest
c. HCl
d. Eter
e. FeCl3 6,5 %

D. Prosedur Kerja

Cara kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :

1. Penyiapan Sampel
Dimasukan bubuk pare kedalam gelas

- Ditambah methanol secukupnya

- Dipanaskan diatas hot plate

- Disaring dan diambil filtratnya

Filtrat dibagi menjadi 2 fraksi (methanol dan


cloroform

- Di uji kedua fraksi dengan jentik nyamuk

- Dicatat waktu kematian larvs


Hasil
E. Hasil Pengamatan

Berdasarkan Praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :


Tabel 1. Hasil Ekstrasi Dari Uji Toksisitas Buah Pare

No Perlakuan Gambar
1 Pembuatan fraksi methanol dan
kloroform hasil ekstraksi buah pare

2 Hasil fraksi ditambah aquadest 10 ml


lalu diuji dengan jentik nyamuk

Methanol : 10 menit
Cloroform : 30 detik

F. Pembahasan

Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat
digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan
analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang farmasi. Sebagai antiseptik,
asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat
tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa
memberikan efek langsung pada sel dermis. Setelah beberapa hari akan menyebabkan
terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Oleh karena itu, asam salisilat biasanya
digunakan untuk obat topikal.

Asam silasat menurut BPOM, melalui Permenkes RI NO.772\Per\IX\88 dan


No.1168\menkes\per\XI\1999,adalah salah satu bahan tambahan makanan yang dilarang
adalah asam salisilat. Asam salisilat dilarang digunakan sebagai bahan pengawet makanan
di indonesia, karena asam saliasilat memiliki iritasi kuat ketika terhirup atau tertelan.
Bahan ketika ditambah air, asam salisilat tetap memberikan gangguan kesehatan pada
tubuh, karena dapat menyebabkan nyeri, mual, dan muntah jika tertelan.

Sebagai antiseptik, asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit dan
selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi dapat membunuh sel epidemis
dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel dermis. Setelah beberapa
hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan – lapisan kulit yang baru. Oleh karena itu,
Asam salisilat digunakan untuk obat topikal.

Asam salisilat memiliki aktivitas keratorik dan antiseptik lemak jika


digunakan secara topikal. Sifatnya yang asam meningkatkan hidrasi endogen, sehingga
keratin terdistribusi dipermukaan kulit yang pada gilirannya dapat meningkatkan
kemampuan absorbsi kedalam kulit. Asam salisilat bersifat hidrofil, tetapi sukar larut
dalam air.

Prinsip pemeriksaan in vitro yaitu jenis pemeriksaan yang dilakukan dalam


tabung reaksi, piring kultur sel atau diluar tubuh makhluk hidup. Penelitian in vito
mensyaratkan adanya kontak antara bahan atau suatu komponen bahan dengan sel, enzim
atau isolasi dari suatu sistem biologik. Proses kontak dapat terjadi secara langsung, dalam
arti bahan langsung berkontak dengan sistem sel tanpa adanya barier atau dengan
menggunakan barier. Pemeriksaan in vitro dapat digunakan untuk mengetahui
sitotoksisitas atau pertumbuhan sel, dan sebagai metabolisme set fungsi hati.

Ekstrasi adalah pemisahan suatu zat dari campuran dengan pembagian sebuah
zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Ekstrasi bertujuan untuk melarutkan senyawa –
senyawa yang tedapat dalam jaringan tanaman kedalam pelarut yang dipakai untuk proses
ekstraksi tersebut. Ekstrasi terdiri dari dua macam yaitu ekstraksi padat – cair dan cair –
cair. Ekstraksi padat – cair dapat dikerjakan dengan alat soxhlet, dimana pada ekstrasi ini
terjadi keseimbangan diantara fasa padat dan fasa cair.

Untuk mengidentifikasi asam salisilat yang terdapat dalam sampel yaitu dengan
600 gram sampel diekstraksi dengan metanol lalu dipanaskan dengan penangas air sampai
melebur sempurna. Setelah diperoleh ekstrak kental metanol kemudian dilarutkan dalam
250 ml air. Lalu dipartisipasi dengan dengan 1 L n – heksana, tidak terjadi perubahan
warna menjadi biru violet yang menandakan tidak adanya asam salisilat.
F. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh daapat disimpulkan bahwa pada identifikasi


senyawa asam salisilat dalam makanan atau obat yaitu pembuatan fraksi methanol dan
cloroform hasil ekstrasi buah pare kemuadian hasil fraksi ditambah aquadest 10 ml yang
diuji dengan jentik nyamuk.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Soekarjo dkk, 2016. Uji Aktivitas Analgesik Asam 2 –(3-(Klorometil) Benzoiloksi)

Benzoat Dan Asam 2 – (4 – (Klorometil) Benzoiloksi) Benzoat Pada

Tikus Wistar Jantan. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas Vol 13 (1)

Isnatin, 2012. Therapeutic Drug Monitoring (TDM) Pada Penggunaan Asparin Sebagai

Antireumatik. Jurnal Farmasi Higea Vol 4 (2)

Irawati, 2014. Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Winter Green. Jurnal Edukasi Kimia Vol

7 (2) Hal : 47 – 50

Muckriani Teti, 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa Dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal

Kesehatan Vol 7 (2)

Nina Ramadhani dkk, 2018. Penerapan Metode Ektraksi Pelarut Dalam Pemisahan Minyak

Atsiri Jahe Merah. Jurnal Laboratory Khatulistiwa Vol 4 1)


LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI
PERCOBAAN III
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN HASIL EKSTRAKSI BUAH PARE
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS UNTUK IDENTIFIKASI
SENYAWA ASAM SALISILAT

OLEH :

NAMA : NENENG ROSMAYANTI


NIM : A201701021
KELAS : C1 REGULER
KELOMPOK : II (DUA)
INSTRUKTUR : SYAWAL ABDURRAHMAN S.SI M.SI

LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN HASIL EKSTRAKSI BUAH PARE
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS UNTUK IDENTIFIKASI
SENYAWA ASAM SALISILAT

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa
asam salisilat dalam sampel makanan atau obat.

B. Landasan Teori
Asam salisilat atau minyak gandapura adalah merupakan bahan yang
mempunyai berbagai kegunaan. Sebagai bahan obat metal salisilat merupakan salah satu
obat anti inflamasi non steroid (NSAID) golongan salisilat. Bahan ini dapat dibuat dalam
bentuk linimentum atau salep yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri pada pinggang,
panggul dan rematik. Secara natural metal salisilat atau asam salisilat diperoleh dari
tanaman yang termasuk family Pyrolaceae terutama genus Pyrola, beberapa spesies dari
genus Gaultheria. (Irawati, 2014)

Asam lsalisilat bekerja sebagai analgesik antipiretik dengan menghambat


prostaglandin yang dibentuk dari metabolisme asam arakidonat dengan katalisator enzim
siklooksigenase. Asam salisilat memiliki efek samping, diantaranya terhadap pernafasan
dan saluran cerna yang dapat menyebabkan perdarahan lambung berat. Alternatif untuk
meningkatkan aktivitas analgesik-antipiretik asam asetilsalisilat serta menurunkan efek
samping terus diupayakan. Modifikasi struktur dari senyawa turunan asam salisilat
dilakukan dengan mengubah gugus karboksil melalui pembentukan garam, ester, atau
amida; modifikasi pada gugus karboksil dan hidroksil; substitusi pada gugus hidroksil;
memasukkan gugus hidroksil atau gugus yang lain pada cincin aromatik atau dengan
mengubah gugus fungsional. (Bambang Soekarjo dkk, 2016)

Obat golongan salisilat merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan
karena mempunyai sifat analgesik, antipiretik, antiinflamasi, antireumatik,dan yang paling
mutakhir adalah sebagai antiagregasi trombosit (antitrombotik) atau antiplatelet. Salisilat
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan obat, di antaranya topikal,tablet, serbuk, dan
supositoria. Selain bentuk regular, salisilat juga tersedia dalam bentuk tablet salut selaput
yang diharapkan akan mengalami disolusi dalam usus halus.Obat golongan salisilat yang
paling banyak digunakan adalah aspirin (asam asetilsalisilat). Sampai saat ini, obat ini
masih merupakan analgesik‐antipiretik dan antiinflamasiyang paling banyak diresepkan
dan menjadi standar untuk pembanding atau evaluasi antiinflamasi lain. (Isnatin, 2012)

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan


menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel
tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi
senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama. (Muckriani Teti, 2014)

Penggunaan metode ekstraksi melalui teknik-teknik baru tersebut, tentunya


membutuhkan biaya yang sangat mahal untuk melakukannya. Akan tetapi untuk
memudahkan penelitian dengan metode ekstraksi, maka salah satu alternatif yang diambil
adalah menggunakan metode ekstraksi pelarut secara maseras. (Nina Ramadhani dkk,
2018)

C. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagi berikut :

a. Corong pisah
b Neraca analitik
c. Erlenmeyer
d. Cawan porselen
e. Kaca arloji
f. Gelas kimia
g. Gelas ukur
h. Corong pisah
i. Pipet tetes
j. Pipet volume
k. Batang pengaduk
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Tanaman pare
b. Aquadest
c. HCl
d. Eter
e. FeCl3 6,5 %

D. Prosedur Kerja

Cara kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :

Disiapkan plate KLT

- Dibuat jarak pada penotolan dari atas


kebawah
- Dibuat jarak rambat
- Ditotol sampel dan pembanding pada plate
- Dimasukan pelarut dalam chamber
- Dilakukan evaluasi secara batas, lalu angkat
dan keringkan
- Diidentifikasi dengan sinar UV lalu
dihitung Rf

Hasil
E. Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan sebagai


berikut :

Tabel 1. Hasil KLT dengan ekstrak pare

Ekstrak Bercak Noda UV (254) UV (366) Pereaksi


Rf Warna Rf Warna Rf Warna
Pare (Fraksi Hgsj kdhd
Kloroform)
Kuning Ungu

Perhitungan Rf :
F. Pembahasan
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat
digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan
analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang farmasi. Sebagai antiseptik,
asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat
tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa
memberikan efek langsung pada sel dermis. Setelah beberapa hari akan menyebabkan
terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Oleh karena itu, asam salisilat biasanya
digunakan untuk obat topikal.

Kromatografi lapis tipis merupakan cara pemisahan campuran senyawa menjadi


senyawa murninya dan mengetahui kuantitasnya yang menggunakan. Kromatografi juga
merupakan analisis cepat yang memerlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun
cuplikannya, KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang sifatnya
hodrfobik seperti lipida-lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan
kromatografi kertas.

Deteksi noda KLT terkadang lebih mudah dibandingkan dengan kromatografi


kertas karena dapat digunakan teknik-teknik umum yang lebih banyak. Kerap kai, noda
tidak berwarna atau tidak berpendar jika dikenai sinar ultra violet dapat ditampakkan
dengan cara mendedahkan papan pengembang pada uap iod. Uap iod akan berinteraksi
dengan komponen-komponen sampel baik secara kimia atau berdasarkan kelarutan
membentuk warna-warna tertentu.

Prinsip pemisahan noda adalah berdasarkan kepolarannya sehingga


menghasilkan kecepatan yang berbeda-beda saat terpartisi dan terjadilah pemisahan.Untuk
memisahkan noda dengan sebaik-baiknya maka digunakan kombinasi eluen non polar dan
polar. Apabila noda yang diperlukan terlalu tinggi, maka dapat dikurangi dengan
mengurangi kepolaran

Keuntungan KLT adalah lebih serba guna, cepat, kepekaannya lebih tinggi
dan pemisahan komponen senyawa lebih sempurna. Sedangkan kelemahannya adalah
pada prosedur pembuatan lempengnya yang memerlukan tambahan waktu kecuali bila
tersedia lempeng yang diproduksi secara komersial. Satu kekurangan KLT yang asli ialah
kerja penyaputannya, pelat kaca dengan penjerap.Kerja ini kemudian agak diringankan
dengan adanya penyaput otomatis.Meskipun begitu, dengan menggunakan alat itu pun
tetap diperlukan tindakan pencegahan tertentu

Faktor-faktor yang mempengaruhi gerakan media dalam KLT yang juga


mempengariuhi nilai Rf yaitu struktur kimia dan senyawa yang sedang dipisahkan, sifat
dari penyerap dan derajat aktivitasnya, suhu dan kesetimbangan, pelarut (dan derajat
kemurniannya) fase gerak dan derajat kejenuhan.

Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan


menggunakan pelarut yang sesuai. Proses ekstraksi dihentikan ketika tercapai
kesetimbangan antara konsentrasi senyawa dalam pelarut dengan konsentrasi dalam sel
tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan penyaringan.
Ekstrak awal sulit dipisahkan melalui teknik pemisahan tunggal untuk mengisolasi
senyawa tunggal. Oleh karena itu, ekstrak awal perlu dipisahkan ke dalam fraksi yang
memiliki polaritas dan ukuran molekul yang sama.

Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu
plat tipis (aluminium) yang berfungsinya untuk tempat berjalannya adsorbens sehingga
proses migrasi analit oleh solventnya bisa berjalan. Hal inilah yang membedakan antara
kromatografi kertas dengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT
menggunakan plat tipis sedangkan pada KK menggunakan kertas (lapisan selulosa)
sehingga proses elusinya lebih lama (kira–kira 10–20 menit lebih lama dari KLT).

Perbedaan lainnya dari kedua kromatografi tersebut adalah pembentukan noda


pada adsorbensnya dimana pada KLT noda yang dihasilkan lebih tajam dibandingkan
noda yang nampak dalam KK. Hal ini disebabkan pada KK penyusun dari adsorbens
berupa selulosa yang dapat mengikat air, sehingga ketika dielusi dengan suatu pelarut atau
fase gerak maka noda yang dihasilkan mengalami penyebaran akibat terdapatnya gugus –
OH dalam adsorbens yang masih tertingal dalam fase diamnya sehingga penampakan
nodanya terlihat lebih pudar dan bentuk nodanya tidak bulat. Sedangkan dalam KLT
adsorbens yang digunakan berupa slika gel (SiO2) yang tidak mengikat molekul air,
sehingga noda yang tercipta lebih terfokus dan tajam.
Dari hasil analisis berdasarkan jarak bercak yang diperoleh dari
ektraksi pare didapatkan hasil bahwa didalam ektraksi pare

Keuntungan lain kromatografi planar atau KLT yaitu kromatorafi lapis tipis
banyak digunakan untuk tujuan analisis, Identifikasi pemisahan komponen dapat
dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi,atau dengan radiasi menggunakan
sinar ultra violetc. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun
(descending), atau dengan caraelusi 2 dimensid .

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat disimpulkan


DAFTAR PUSTAKA

Bambang Soekarjo dkk, 2016. Uji Aktivitas Analgesik Asam 2 –(3-(Klorometil) Benzoiloksi)

Benzoat Dan Asam 2 – (4 – (Klorometil) Benzoiloksi) Benzoat Pada

Tikus Wistar Jantan. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas Vol 13 (1)

Isnatin, 2012. Therapeutic Drug Monitoring (TDM) Pada Penggunaan Asparin Sebagai

Antireumatik. Jurnal Farmasi Higea Vol 4 (2)

Irawati, 2014. Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Winter Green. Jurnal Edukasi Kimia Vol

7 (2) Hal : 47 – 50

Muckriani Teti, 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa Dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal

Kesehatan Vol 7 (2)

Nina Ramadhani dkk, 2018. Penerapan Metode Ektraksi Pelarut Dalam Pemisahan Minyak

Atsiri Jahe Merah. Jurnal Laboratory Khatulistiwa Vol 4 1)


LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI

PERCOBAAN IV
IDENTIFIKASI RACUN LOGAM BERAT

OLEH :

NAMA : NENENG ROSMAYANTI


NIM : A201701021
KELAS : C1 REGULER
KELOMPOK : II (DUA)
INSTRUKTUR : SYAWAL ABDURRAHMAN S.SI M.SI

LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
IDENTIFIKASI RACUN LOGAM BERAT

A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisa kandungan logam – logam
berat seperti Hg, Ag, As dan Bi dengan metode Reinsch test

B. Landasan Teori

Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5
gr/cm3 (Fardiaz, 1992). Hg mempunyai densitas 13,55 gr/cm3. Diantara semua unsur
logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan
K,Odengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni,
Pb, As, Cr, Sn, Zn. (Sudarmaji dkk, 2016)

Logam berat pada umumnya mempunyai sifat toksik dan berbahaya bagi
organisme hidup, walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil.
Beberapa logam berat banyak digunakan dalam ber- bagai kehidupan sehari-hari. Secara
langsung maupun tidak langsung toksisitas dari polutan itulah yang kemudian menjadi
pemicu terjadinya pencemaran pada lingkungan sekitarnya. Apabila kadar logam berat
sudah melebihi ambang batas yang ditentukan dapat membahayakan bagi kehidupan.
(Lelifajri dkk, 2009)

Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam
dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co,
Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau
beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau
bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (5). Logam berat ini dapat
menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat
tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang
kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini
akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia.
Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan.(Nusa Idaman Said,
2010)
Logam berat adalah unsur yang mempunya idensitas lebihdari 5 gr/cm3.
Logam-logamberat merupakan salah satu dari bahan pencemar lingkungan, dan beberapa
dari unsur logam tersebut merupakan logam yang paling berbanaya, diantara unsur-unsur
logam berat pencemar tersebut adalahArsen(As),Timbal(Pb),Merkuri(Hg) dan Kadmium
(Cd). Sifat dari logam-logam ini adalah mempunyai afinitas yang besar dengan sulfur
(belerang). Logam-logam inimenyerangikatansulfidapadamolekulmolekulpenting sel
misalnyaprotein(enzim) ,sehingga enzim tidak berfungsi. Ion-ion logam berat bisa terikat
pada molekul penting membran sel yang menyebabkan terganggunya proses transpor
melalui membran sel,. (Endrinaldi, 2017)

Logam berat dibutuhkan tubuh manusia untuk membantu kinerja


metabolisme tubuh. Akan tetapi, akan berpotensi menjadi racun jika konsentrasi dalam
tubuh berlebih. Logam berat menjadi berbahaya disebabkan sistem bioakumulasi, yaitu
peningkatan konsentrasi unsur kimia di dalam tubuh makhluk hidup. Logamlogam berat
dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam
berat tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai
penghalang kerja enzim sehingga proses metabolisme tubuh terputus. (Iqbal dkk, 2015)

C. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Pipet tetes
b. Kertas saring
c. Tabung reaksi
d. Spatula
e. Gelas kimia
f. Plat tembaga

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Sampel air
b. HCl 10 %
c. HNO3
D. Prosedur Kerja

Cara kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :

Disiapkan Alat Dan Bahan

- Disiapkan 4 tabung reaksi


- Kemudian masing – masing tabung diisi
dengan larutan logam (Hb, Ag, As, dan Bi)
- Ditambahkan HCl encer 10 % pada masing
– masing tabung reaksi
- Dibersihkan keping – keping tembaga
dalam HNO3 pekat
- Dimasukan tembaga yang telah bersih ke
masing – masing tabung
- Dipanaskan selama 10 – 15 menit
- Ditunggu perubahan yang terjadi

Hasil

E. Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan sebagai


berikut :

Tabel 1. Hasil Uji Logam Berat

No Sampel Hg Ag Bi As
1. Air Sungai Wanggu - - - -
2. Air Pelabuahan Samudra - - - -
3. Air Kebi - - - -
F. Pembahasan

Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massamjenis yang lebih
besar dari 5 gram, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, Pb, dinamakan
sebangai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun pada
makhluk hidup. Logam berat digolongkan dalam kategori pencemar lingkungan karena
menyebabkan efek beracun pada tanaman, manusia dan makanan. Beberapa logam berat
diantarnay Arsen (Ar), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg) yang bmerupakan
racun kumulatif. Logam berat ini bersifat kuat, menumpuk dan tidak dapat dimetabolisme
dan merupakan senyawa yang tidak mudahdiuraikan dalam lingkungan.

Logam berat dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan


manusia, tergantung pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh
serta besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja
enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen,
teratogen, atau karsinogen bagi manusia maupun hewan. Tingkat toksisitas logam berat
terhadap manusia dari yang paling toksik adalah Hg, Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Zn .

Reinsch’s test merupakan analisa kualitatif untuk logam-logam seperti


Hg, Ag, As,dan Bi. Prnsip utama dari uji ini adalah adanya logam berat dalam bentuk ion
akan terikatpada platan tembaga (Cu), sehingga platan tembaga terlapisi logam yang ada
dalam suatularutan. Uji identifikasi logam ini hampir mirip dengan prinsip dasar
electroplating.Perubahan yang terjadi pada plat tembaga akan menunjukkan adanya logam
berat yangbereaksi dengan tembaga sebagai endapan (deposit layer) yang melapisi plat
tersebut.

Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari
bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dan kondisi asal
paa kondisi yang burukini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan
pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun
(toksik) yang berbahaya bagiorganism hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan
itulah yang kemuidan menjadipemicu terjadinya pencemaran.

Senyawa toksik berupa ion pencemar lingkungan di air dan tanah.


Kehadiran pencemar logam berat ini yang semakin meningkat di alam sekitar telah
meningkatkan kesadaran masyarakat karena efek toksisitasnya., Logam berat yang toksik
adlaah seperti sianida, timbal, nikel, kadmium, merkuri, stibium, arsen, seng, tembaga, dan
aluminium seringkali mencemari perairan dan bahkan mencemari air minum. Banyak
kasus keracunan zat toksik dilaporkan yang telah banyak menelan korban. Satu di antara
contohnya adalah kasus keracunan logam merkuri yang dikenal dengan kasus Minamata di
Jepang. Karena beberapa logam seperti Al dan Zn merupakan bahan dasar untuk
pembuatan kaleng sebagai packing makanan kaleng seperti kornet, sardin, dan buah. Sifat
asam makanan dapat mencemari kaleng sehingga logam mudah larut dalam suasana asam

Faktor yang menyebabkan logam berat tersebut dikelompokkan kedalam


zat pencemar ialah logam berat tidak dapat terurai melalui biodegradasi seperti pencemar
organik, logam berat dapat terakumulasi dalam lingkungan terutama dalam sedimen
sungai dan laut, karena dapat terikat dengan senyawa organic dan anorganik, melalui
proses adsorpsi dan pembentukan senyawa komplek. Karena logam berat dapat
terakumulasi dalam sedimen, maka kadar logam berat dalam sedimen lebih besar dari air.

Identifikasi kimia secara sederhana dapat dilakukan dengan Reinsch’s test


yang merupakan analisa kuantitatif untuk logam-logam seperti Hg, Ag, As dan Bi. Prinsip
dasar uji ini adalah terikatnta logam berat pada tembaga (Cu). Didapatkan reaksi negatif
atau tidak ada endapan (deposit layar) yang menempel pada permukaan kepingan
tembaga, dengan warna tertentu.

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa pad uji
Reinsch’s tes analisa kualitatif logam (Ag, Hg, As dan Bi) terhadap sampel air kali
wanggu, air pelelangan dan air laut bintang samudra negatif tidak mengandung Ag atau air
raksa dengan indikator putih mengikat.
DAFTAR PUSTAKA

Endrinaldi, 2017. Logam – Logam Berat Pencemar Lingkungan Dan Efek Terhadap

Manusia. Jurnal Andalans Vol 2 (2)

Iqbal dkk, 2015. Analisis Logam Berat Dalam Air Minum Isi Ulang (AMIU) Dengan

Menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom (SSA). Jurnal Gravitasi

Vol 14 (1)

Lelifajri dkk, 2009. Analisis Logam Berat Pb Dan Cd Dalam Sampel Ikan Dan

Kerang Secara Spektofotometri Serapan Atom. Jurnal Rekayasa Kimia

Dan Lingkungan Vol 7 (1) Hal : 5 – 8

Nusa Idaman Said, 2010. Metode Penghilangan Logam Berat (As, Cd, Cr, Ag, Cu, Pb

Ni Dan Zn) Didalam Air Limbah Industri. Jurnal Kesehatan

Lingkungan Vol 6 (2)

Sudarmaji dkk, 2016. Toksikologi Logam Berat B3 Dan Dampaknya Terhadap

Kesehatan. Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol 2 (2) Hal : 129 – 142


LAPORAN PRAKTIKUM TOKSIKOLOGI
PERCOBAAN V
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM TIMBAL, KADIUM DAN MERKURI
DALAMPRODUK KRIM PEMUTIH WAJAH

OLEH :

NAMA : NENENG ROSMAYANTI


NIM : A201701021
KELAS : C1 REGULER
KELOMPOK : II (DUA)
INSTRUKTUR : SYAWAL ABDURRAHMAN S.SI M.SI

LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM TIMBAL, KADIUM DAN MERKURI
DALAM PRODUK KRIM PEMUTIH WAJAH

A. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar logam timbal,
kadium dan merkuri dalam produk krim pemutiih wajah.

B. Landasan Teori

Sediaan kosmetik merupakan salah satu bagian dari sediaan farmasetika yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat pada saat ini dan menjadi salah satu kebutuhan
untuk menunjang penampilan pada aktivitas sehari-hari. Salah satu sediaan kosmetika
yang ditujukan untuk perawatan kulit yang pada saat ini banyak beredar dipasaran dan
masi33 Rh banyak digunakan oleh masyarakat adalah krim pemutih wajah. Krim pemutih
wajah merupakan salah satu dari kosmetik yang saat ini banyak digunakan oleh
masyarakat, bukan hanya karena produknya yang banyak terdapat di pasaran, tetapi juga
karena dampak dari pemakaian produk kosmetik tersebut yaitu dapat memutihkan kulit.
(Vina Anggraini dkk, 2018)

Merkuri termasuk logam berat berbahaya, yang dalam konsentrasi kecilpun


dapat bersifat racun. Pemakaian merkuri dalam krim pemutih dapat menimbulkan berbagai
hal, mulai dari perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-
bintik hitam pada kulit, alergi, iritasi kulit serta pemakaian dengan dosis tinggi dapat
menyebabkan kerusakan permanen otak, ginjal, dan gangguan perkembangan janin bahkan
paparan jangka pendek dalam dosis tinggi juga dapat menyebabkan muntahmuntah, diare
dan kerusakan paru-paru serta merupakan zat karsinogenik (dapat menyebabkan kanker)
pada manusia. (Gayatri dkk, 2013)

Logam Timbal (Pb), juga merupakan zat yang terbukti mampu menekan
sistem imun .Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Pada
Udang Windu sehingga terjadi penurunan jumlah sel penghasil antibodi. Fungsi sistem
imun adalah mengenali dan memusnahkan agens yang berbahaya, maka jika sistem imun
tidak berfungsi dengan baik, hal itu akan memperbesar kerentanan tubuh terhadap bakteri,
parasit, dan virus serta kerentanan terhadap kanker. (Rais Razak dkk, 2013)
Timbal (Pb) mempunyai sifat persisten dan toksik serta dapat terakumulasi
dalam rantai makanan. Absorpsi timbal di dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi
akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang progresif. Keracunan timbal ini
menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru,
tulang, limpa, testis, jantung dan otak. (Puspito Raharjo dkk, 2018)

Keracunan yang ditimbulkan oleh persenyawaan logam Pb dapat terjadi karena


masuknya persenyawaan logam tersebut dalam tubuh. Proses masuknya Pb ke dalam
tubuh dapat melalui beberapa jalur, yaitu melalui makanan dan minuman, udara dan
perembesan atau penetrasi pada selaput atau lapisan kulit. (Hasrat dkk, 2014)

C. Alat Dan Bahan

1. Alat

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Pipet tetes
b. Botol vial
c. Aluminium foil
d. Erlenmeyer
e. Gelas kimia
f. Pipet ukur
g. Tabung reaksi
h. Balfiller
i. Hot plate

2. Bahan

Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

a. Sodium tartat
b. 2 – napthal quinolin
c. Potasoum iodida
d. Asam sulfat
e. Thronaid
f. Aquadest
D. Prosedur Kerja

Cara Kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :

5 gram abu sampel


- Ditambahkan 40 ml air panas
- Ditambahkan 20 ml H2SO4 4 N
- Ditambahkan 5 ml alkohol
- Didiamkan selama 30 menit
- Disaring endapan
- Dicuci dengan alkohol 70 %
- Di keringkan pada suhu 105 C
- Ditimbang

Hasil

E. Hasil Pengamatan

Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 1. Identifikasi Logam Timbal

Jenis Sampel Kandungan Timbal


Krim X 3,2
BPOM 10

F. Pembahasan

Kosmetik merupakan kebutuhan yang penting dalam kehidupan khususnya


untuk wanita. Kosmetik adalah bahan atau sediaan yang dimaksudkan untuk digunakan
pada bagian luar tubuh manusia (epidermis, rambut, kuku, bibir, dan organ genital bagian
luar), atau gigi dan membran mukosa mulut, terutama untuk membersihkan, mewangikan,
dan mengubah penampilan, dan/atau memperbaiki bau badan atau melindungi atau
memelihara tubuh pada kondisi baik
Logam berat merupakan komponen yang sulit didegradasi ataupun
dihancurkan dan merupakan zat yang berbahaya karena dapat terjadi bioakumulasi. Logam
berat yang tidak mempunyai fungsi sama sekali dalam tubuh bahkan sangat berbahaya dan
dapat menyebabkan keracunan, seperti timbal,merkuri, arsen, dan kadmium, namun
beberapa logam berat juga dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga metabolisme
tubuh namun dalam jumlah yang tidak berlebihan seperti seng, selenium, dan besi

Timbal (Pb) adalah logam berat yang dapat menyebabkan keracunan dan
terakumulasi dalam tubuh manusia. Mekanisme masuknya timbal kedalam tubuh manusia dapat
melalui system pernafasan, oral, ataupun langsung melalui permukaan kulit. Timbal yang diabsorsi
dalam tubuh sebanyak 95% diikat oleh eritrosit kemudian diangkut oleh darah keorgan-organ
tubuh dan kemudian akan disimpan dalam jaringan lunak (sum-sum tulang, sistim saraf, ginjal,
hati) serta jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi).

Timbal disebut juga sebagai timah hitam yang banyak digunakan dalam industri
kabel, batrei, cat (sebagai warnanya), dalam penyepuhan, dalam pestisida, dan paling banyak
ditambahkan pada bensin. Menurut Laider 1999 menyatakan bahwa didalam bensin timbal
ditambahkan dalam bentuk timbal tetra etil (TEL) denga rumus molekul (C2H5)4- Pb dalam
bentuk timbal timbal tetra etil dengan rumus molekul (CH3)4- Pb.

Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui permukaan kulit yang dapat
memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh.
Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal dapat berpengaruh terhadap
sistem syaraf, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endoktrin, dan jantung.

Bentuk kimia Pb merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat


Pb di dalam tubuh. Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segara dapat terabsorbsi
oleh tubuh melalui kulit dan membran mukosa. Pb organik diabsorbsi terutama melalui
saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.
Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di dalam tubuh.
Kira-kira 5-10 % dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui saluran pencernaan,
dan kira-kira 30 % dari jumlah yang terisap melalui hidung akan diabsorbsi melalui
saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi oleh ukuran partikel-
partikelnya.

Timbal mempunyai sifat yang mudah dibentuk dan sifat kimia aktif sehingga
dapat digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah pengkaratan. Bila dicampur
dengan logam lain, timbal dapat membentuk logam campuran yang lebih bagus dari logam
murninya. Selain itu, timbal juga mempunyai kepadatan melebihi logam lain. Logam
timbal banyak digunakan salah satunya sebgai pigmen atau zat warna dalam industri
kosmetik. Dalam bentuk gram anorganik timbal dapat membrntuk warna hijau yaitu
PbCrO4, warna abu – abu sampai hitam PbS, dan warna putih PbCl.

Daya racun Pb didalam tubuh diantaranya disebabkan oleh penghambatan


enzim oleh ion – ion Pb. Enzim yang diduga dihambat adalah yang diperlukan untuk
pembentukan hemoglobin. Secara umum mekanisme timbulnya anemia akibat Pb yaitu
akibat terbentuknya senyawa Pb dengan enzim kompleks yang terbentuk tidak aktif yang
berakibat terhambatnya sistesis darah merah (Hb) yang dapat menimbulkan anemia.

Keracuna Pb dapat dibedakan menjadi dua yaitu keracunan akut dan


keracunan kronis. Pertama keracuan akut ditandai dengan kadar lebih dari 0,72 ppm dalam
darah. Kedua keracunan kronis dapat dibedakan menjadi enam macam sindrom yaitu
sindrom abdominal, neorumuskular, SSP, hematologi, renal dan sindrom lain ( muka
warna kelabu, bibir pucat, bercak retina, dan tanda ketuan dini).

Dari hasil analisis kandungan logam timbal pada krim pemutih wajah
didapatkan hasil yaitu pada sampel krim X ditemukan kadar timbal sebanyak 3,2 ppm dan
pada sampel berBPOM ditemukan kadar timbal sebanyak 10 ppm .

G. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa untuk


menetukan logam berat timbal, kadium dan merkuri dalam produk krim pemutih wajah
dengan metode gravimetri dan digunakan sampel krim x dan sampel yang tidak berBPOM
. Pada sampel krim x didapatkan kandungan timbal sebesar 3,2 sedangkan pada krim yang
tidak berBPOM didapatkan kandungan timbal didalamnya yaitu sebesar 10.
DAFTAR PUSTAKA

Gayatri dkk, 2013. Analisis Kandungan Merkuri Pada krim Pemutih Yang Beredar

Di Kota Manado. Jurnal Ilmiah Farmasi Vol 2 (1)

Hasrat dkk, 2014. Analisis Logam Timbal (Pb) Pada Ikan Petek (Leiognathus sp)

Dan Ikan Teri (Stelophorus sp) Di Kawasan Laut Teluk Palu

Secara Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal of Natural Science

Vol 3 (3) Hal : 230 – 238

Puspito Raharjo dkk, 2018. Analisis Resiko Kesehatan Dan Kadar Timbal Dalam

Darah (Studi Pada Masyarakat Yang Mengkonsumsi Tiram

Bakau (Crassostrea Gigas) Di Sungai Tapak Kecamatan Tugu

Kota Semarang). Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia Vol

17 (1) Hal : 9 – 15

Rais Razak dkk, 2013. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadium

(Cd) Pada Udang Windu (Penaeus Monodon) Di Perairan

Beniung Tarakan Kalimantan Timur Dengan Metode

Spektrofotometri Serapan Atom. Vol 5 (1) Hal : 80 - 87

Vina Anggraini dkk, 2018. Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri Dalam Krim

Pemutih Wajah Yang Beredar Di Pasar Tradisional Dengan

Metode Spektrofotometri Serapan Atom. Jurnal Of

Pharmacopolium Vol 1 (1) Hal : 44 - 50

Anda mungkin juga menyukai