PERCOBAAN I
ANALSIS ZAT RACUN HCN (ASAM SIANIDA) DALAM MAKANAN
OLEH :
LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
ANALSIS ZAT RACUN HCN (ASAM SIANIDA) DALAM MAKANAN
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apa dan dimana saja terdapat berbagai zat racun dalam bahan
Makananan
2. Untuk mengetahui ada tidaknya zat racun HCN (Asam Sianida) dalam daun singkong
B. Landasan Teori
Sianida merupakan gas tak berwarna, dingin dan tak berbau. Di dalam tubuh,
jika konsentrasi sianida dalam konsentrasi yang kecil dapat diubah menjadi tiosianat dan
berikatan dengan vitamin B12. Jika konsentrasi sianida yang masuk kedalam tubuh tinggi,
maka sianida akan mengikat bagian aktif dari enzim sitokrom oksida dan mengakibatkan
terhentinya metabolisme sel secara aerobik. Efek dari sianida ini dapat mengakibatkan
kematian dalam jangka waktu beberapa menit. Karena sifat sianida yang sangat berbahaya
inilah, maka dilakukan penelitian uji sianida pada sampel daun singkong, talas, dan
rebung. (Wulandari dkk, 2017)
Asam sianida merupakan senyawa yang berbahaya baik bagi manusia maupun
hewan. Fsanz (2005) menyatakan dosis letal asam sianida pada manusia dilaporkan 0.5-
3.5 mg/Kg berat badan. Gejala keracunan akut asam sianida pada manusia meliputi: nafas
tersengal, penurunan tekanan darah, denyut nadi cepat, sakit kepala, sakit perut, mual,
diare, pusing, kekacauan mental dan kejang. mengkonsumsi terus menerus dalam dosis
yang rendah menyebabkan berbagai penyakit seperti penyakit gondok, kekerdilan serta
penyakit neurologis. (Nur Rasyid dkk, 2013)
Glikosianida sianogenik merupakan senyawa yang terdapat dalam makanan
nabati dan berpotensi terurai menjadi asam sianida. Sianogen merupakan senyawa pada
umbi-umbian yang berpotensi sebagai toksikan dan dapat terurai menjadi asam
hidrosianida (HCN). Pada saat pengupasan atau pengirisan, jaringan mengalami kerusakan
dan sistem sel rusak, senyawa alkaloid sebagai substrat yang berada dalam vakuola dan
enzim dalam sitoplasma akan saling kontak dan mengalami reaksi enzimatis membentuk
glukosa dan senyawa. Senyawa aglikon kemudian dengan cepat akan mengalami
pemecahan oleh enzim liase menjadi asam sianida (HCN) dan senyawa aldehid atau keton.
Asam sianida (HCN) terbentuk karena akifitas enzim hidrolase pada glikosida sianogenik.
(Fitri Utami dkk, 2016)
Kadar HCN yang tinggi pada biji karet dapat diturunkan dengan cara
pengolahan yang tepat. Karena HCN memiliki sifat yang mudah menguap di udara,
terutama pada suhu lebih tinggi dari 250C dan mudah larut dalam air (Winarno, 2004).
Perebusan selama 15 menit dilanjutkan dengan perendaman dengan air selama 24 jam
terbukti dapat menurunkan dapat menurunkan kadar asam sianida pada biji karet sehingga
aman untuk dikonsumsi. (Ratih Indrawati dkk, 2017)
1. Alat
a. Timbang analitik
b. Gelas ukur 10 ml dan 100 ml
c. Erlenmeyer
d. Lumpang
e. Alu
2. Bahan
a. Asam tartat 5 %
b. NaCO3 8 %
c. H2O
d. Talas
e. Singkong
f. Kulit singkong
g. Ubi jalar
h. Rebung
i. Daun singkong
D. Prosedur Kerja
Cara kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :
Sampel
- Di persiapkan sampel
- Dicuci bahan dengan aie
- Dihancurkan bahan
- Ditimbang 10 gram
- Dihancurkan bahan
- Ditimbang 5 – 10 gram bahan
- Lalu dimasukan kedalam erlenmeyer
- Ditambahkan 50 ml aquadest
- Ditambahkan asam tartat 5 % kedalam
erlenmeyer tertutup
- Dicelupkan kertat pikrat didalam larutan
NaCO3 8 % dan digantung
- Dipanaskan pada suhu 40 – 5O c
- Diamati perubahan yang terjadi
- Dilakukan pengulangan 2 kali
Hasil
E. Hasil Pengamatan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan sebagai
berikut :
Tabel 1. Analisis Zat Racun HCN (Asam Sianida) Dalama Makanan
Gambar Hasil
F. Pembahasan
Asam sianida (HCN) adalah zat molekular yang kovalen, namun mampu
terdisosiasi dalam larutan air, merupakan gas yang sangat beracun (meskipun kurang
beracun dari H2S), tidak bewarna dan terbentuk bila sianida direaksikan dengan sianida.
Dalam larutan air, HCN adalah asam yang sangat lemah, pK 25°= 9,21 dan larutan sianida
yang larut terhidrolisis tidak terbatas namun cairan murninya adalah asam yang kuat.
Cairan HCN memiliki titik didih 25,6°C dan memiliki tetapan dielektrik yang sangat
tinggi (107 pada 25°) sehubungan dengan penggabungan molekul molekul polar (seperti
H2O) oleh ikatan hidrogen dan cairan HCN tidak stabil dan dapat terpolimerisasi dengan
hebat tanpa adanya stabilisator.
Asam sianida terbentuk secara enzimatis dari dua senyawa prekursor (bakal
racun), yaitu linamarin dan mertil linamarin dimana kedua senyawa ini kontak dengan
enzim linamarase dan oksigen dari udara yang merombaknya menjadi glukosa, aseton dan
asam sianida. Asam sianida mempunyai sifat mudah larut dan mudah menguap, oleh
karena itu untuk menurunkan atau mengurangi kadar asam sianida dapat dilakukan dengan
pencucian atau perendaman karena asam sianida akan larut dan ikut terbuang dengan air.
Asam Sianida dapat pula disebut dengan nama Hidrogen sianida. Hidrogen sianida
merupakan salah satu senyawa dari berbagai contoh senyawa sianida lainnya. Sianida dihasilkan
oleh beberapa bakteri, jamur dan ganggang. Contoh dari senyawa sianida lainnya adalah Sodium
sianida (NaCN) dan Potasium Sianida (KCN). Sianida juga dapat ditemukan di sejumlah makanan
dan secara alami terdapat di berbagai tumbuhan. Di dalam tubuh, sianida dapat begabung dengan
senyawa lain, membentuk vitamin B12.
Pada praktikum ini dilakukan analisa HCN pada sampel bahan makanan.
Tujuan dari analisa ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya asam sianida ( HCN )
pada bahan makanan. Pada praktikum ini bahan makanan yang dianalisa adalah singkong
.Metode yang digunakan untuk analisa HCN ini adalah metode kromatografi kertas
dimana kertas saring telah dicelupkan oleh asam pikrat dan dikeringkan kemudian
dicelupkan dalam larutan natrium karbonat 8% dan kertas ini akan diletakkan dalam
Erlenmeyer tertutup berisi sampel dan asam tartarat 5% yang dipanaskan , maka dalam
suasana asam uap dari sampel ini yang mengandung HCN akan berikatan dengan pikrat
dan menghasilkan warna merah muda pada bagian kertas saring yang tercelup oleh
natrium karbonat 8%. Terbentuknya warna merah pada kertas pikrat tersebut menunjukan
sampel yang diuji mengandung asam sianida ( HCN ).
Prinsip dari metode kromatografi kertas ini adalah partisi multiplikatif suatu
senyawa antara dua cairan yang saling tidak bercampur. Jadi partisi suatu senyawa terjadi
antara kompleks selulosa-air dan fasa gerak yang melewati berupa pelarut organik yang
sudah dijenuhkan dengan air dan melalui serat dari kertas oleh gaya kapiler dan
menggerakkan komponen dari campuran cuplikan pada perbedaan jarak pada arah aliran
pelarut.
Dalam hal uji asam sianida ini , yang merupakan fase gerak adalah natrium
karbonat dan yang merupakan fase gerak adalah asam sianida yang beruapa uang di
didalam suatu bejana yang dalam hal ini adalah Erlenmeyer tertutup, maka apabila asam
sianida terkandung dalam cuplikan singkong tersebut maka akan terbentuk warna merah
mudah pada kertas saring.
Pada praktikum sampel atau cuplikan yang digunakan untuk uji HCN pada bahan
makanan adalah daun singkong. Untuk melakukan uji ini dilakukan terlebih dahulu
preparasi sampel . Sampel ditimbang sebanyak 5 – 10 gram kemudian dihaluskan . Sampel
yang telah homegen ini selanjutnya dimasukkan ke dalam Erlenmeyer tertutup dan
ditambahkan aquadest sebanyak 50 ml dan larutan asam tartrat 5% sebanyak 3 ml.
Selanjutnya dimasukan kertas saring dengan ukuran 1 x 7 yang telah dicelupkan dalam
larutan asam pikrat jenuh dan sudah dikeringkan sebelumnya yang kemudian dibasahi
oleh larutan Na2CO3 8%. Kertas saring tersebut digantungkan pada leher erlemeyer
kemudian ditutup sedemikian rupa sehingga kertas tidak kontak dengan cairan dalam erlemeyer.
Kemudian Erlenmeyer ini dipanaskan diatas penangas air dengan suhu 40 - 50o C selama 15 menit
Setelah 15 menit pemanasan maka hasil yang diperoleh adalah kertas saring ti
menunjukan perubahan warna dari kuning menjadi merah. Hal ini menunjukan bahwa di
dalam sampel daun singkong tersebut positif (+) mengandung HCN ( asam sianida ).
F. Kesimpulan
1. Zat racun biasa terdapat pada makanan, seperti pada daun singkong, umbi – umbian,
rebung dan lain – lain.
2. Dalam menguji senyawa HCN pada makanan didapatkan hasil yang positif dalam
daun singkong yang ditandai dengan perubahan warna merah orange.
DAFTAR PUSTAKA
Dina Rakhmina dkk, 2016. Kadar Sianida Singkong Rebus Dan Singkong Goreng.
Fitri Utami dkk, 2016. Kadar Sianida Bahan Pangan. Jurnal Farmasi Higea Vol 2
(5) Hal 31 - 40
Nur Rasyid dkk, 2013. Analisis Kadar Sianida Pada Rebung Berdasarkan Volume
Ratih Indrawati dkk, 2017. Pengaruh Perendaman Larutan kapur Sirih Terhadap
Vol 1 (1)
OLEH :
LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
UJI IN – VITRO IDENTIFIKASI SENYAWA ASAM SALISILAT DALAM
MAKANAN ATAU OBAT
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa
asam salisilat dalam sampel makanan atau obat.
B. Landasan Teori
Obat golongan salisilat merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan
karena mempunyai sifat analgesik, antipiretik, antiinflamasi, antireumatik,dan yang paling
mutakhir adalah sebagai antiagregasi trombosit (antitrombotik) atau antiplatelet. Salisilat
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan obat, di antaranya topikal,tablet, serbuk, dan
supositoria. Selain bentuk regular, salisilat juga tersedia dalam bentuk tablet salut selaput
yang diharapkan akan mengalami disolusi dalam usus halus.Obat golongan salisilat yang
paling banyak digunakan adalah aspirin (asam asetilsalisilat). Sampai saat ini, obat ini
masih merupakan analgesik‐antipiretik dan antiinflamasiyang paling banyak diresepkan
dan menjadi standar untuk pembanding atau evaluasi antiinflamasi lain. (Isnatin, 2012)
Asam salisilat atau minyak gandapura adalah merupakan bahan yang mempunyai
berbagai kegunaan. Sebagai bahan obat metal salisilat merupakan salah satu obat anti
inflamasi non steroid (NSAID) golongan salisilat. Bahan ini dapat dibuat dalam bentuk
linimentum atau salep yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri pada pinggang, panggul
dan rematik. Secara natural metal salisilat atau asam salisilat diperoleh dari tanaman yang
termasuk family Pyrolaceae terutama genus Pyrola, beberapa spesies dari genus
Gaultheria. (Irawati, 2014)
memudahkan penelitian dengan metode ekstraksi, maka salah satu alternatif yang diambil
adalah menggunakan metode ekstraksi pelarut secara maseras. (Nina Ramadhani dkk,
2018)
1. Alat
a. Corong pisah
b. Neraca analitik
c. Erlenmeyer
d. Cawan porselen
e. Kaca arloji
f. Gelas kimia
g. Gelas ukur
h. Corong pisah
i. Pipet tetes
j. Pipet volume
k. Batang pengaduk
1. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Tanaman pare
b. Aquadest
c. HCl
d. Eter
e. FeCl3 6,5 %
D. Prosedur Kerja
Cara kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :
1. Penyiapan Sampel
Dimasukan bubuk pare kedalam gelas
No Perlakuan Gambar
1 Pembuatan fraksi methanol dan
kloroform hasil ekstraksi buah pare
Methanol : 10 menit
Cloroform : 30 detik
F. Pembahasan
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat
digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan
analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang farmasi. Sebagai antiseptik,
asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat
tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa
memberikan efek langsung pada sel dermis. Setelah beberapa hari akan menyebabkan
terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Oleh karena itu, asam salisilat biasanya
digunakan untuk obat topikal.
Sebagai antiseptik, asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit dan
selaput lendir. Asam salisilat tidak diserap oleh kulit, tetapi dapat membunuh sel epidemis
dengan sangat cepat tanpa memberikan efek langsung pada sel dermis. Setelah beberapa
hari akan menyebabkan terbentuknya lapisan – lapisan kulit yang baru. Oleh karena itu,
Asam salisilat digunakan untuk obat topikal.
Ekstrasi adalah pemisahan suatu zat dari campuran dengan pembagian sebuah
zat terlarut antara dua pelarut yang tidak dapat tercampur untuk mengambil zat terlarut
tersebut dari satu pelarut ke pelarut lain. Ekstrasi bertujuan untuk melarutkan senyawa –
senyawa yang tedapat dalam jaringan tanaman kedalam pelarut yang dipakai untuk proses
ekstraksi tersebut. Ekstrasi terdiri dari dua macam yaitu ekstraksi padat – cair dan cair –
cair. Ekstraksi padat – cair dapat dikerjakan dengan alat soxhlet, dimana pada ekstrasi ini
terjadi keseimbangan diantara fasa padat dan fasa cair.
Untuk mengidentifikasi asam salisilat yang terdapat dalam sampel yaitu dengan
600 gram sampel diekstraksi dengan metanol lalu dipanaskan dengan penangas air sampai
melebur sempurna. Setelah diperoleh ekstrak kental metanol kemudian dilarutkan dalam
250 ml air. Lalu dipartisipasi dengan dengan 1 L n – heksana, tidak terjadi perubahan
warna menjadi biru violet yang menandakan tidak adanya asam salisilat.
F. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Bambang Soekarjo dkk, 2016. Uji Aktivitas Analgesik Asam 2 –(3-(Klorometil) Benzoiloksi)
Tikus Wistar Jantan. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas Vol 13 (1)
Isnatin, 2012. Therapeutic Drug Monitoring (TDM) Pada Penggunaan Asparin Sebagai
Irawati, 2014. Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Winter Green. Jurnal Edukasi Kimia Vol
7 (2) Hal : 47 – 50
Muckriani Teti, 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa Dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
Nina Ramadhani dkk, 2018. Penerapan Metode Ektraksi Pelarut Dalam Pemisahan Minyak
OLEH :
LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN HASIL EKSTRAKSI BUAH PARE
METODE KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS UNTUK IDENTIFIKASI
SENYAWA ASAM SALISILAT
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui ada atau tidaknya senyawa
asam salisilat dalam sampel makanan atau obat.
B. Landasan Teori
Asam salisilat atau minyak gandapura adalah merupakan bahan yang
mempunyai berbagai kegunaan. Sebagai bahan obat metal salisilat merupakan salah satu
obat anti inflamasi non steroid (NSAID) golongan salisilat. Bahan ini dapat dibuat dalam
bentuk linimentum atau salep yang berfungsi untuk menghilangkan nyeri pada pinggang,
panggul dan rematik. Secara natural metal salisilat atau asam salisilat diperoleh dari
tanaman yang termasuk family Pyrolaceae terutama genus Pyrola, beberapa spesies dari
genus Gaultheria. (Irawati, 2014)
Obat golongan salisilat merupakan salah satu obat yang paling sering digunakan
karena mempunyai sifat analgesik, antipiretik, antiinflamasi, antireumatik,dan yang paling
mutakhir adalah sebagai antiagregasi trombosit (antitrombotik) atau antiplatelet. Salisilat
tersedia dalam berbagai bentuk sediaan obat, di antaranya topikal,tablet, serbuk, dan
supositoria. Selain bentuk regular, salisilat juga tersedia dalam bentuk tablet salut selaput
yang diharapkan akan mengalami disolusi dalam usus halus.Obat golongan salisilat yang
paling banyak digunakan adalah aspirin (asam asetilsalisilat). Sampai saat ini, obat ini
masih merupakan analgesik‐antipiretik dan antiinflamasiyang paling banyak diresepkan
dan menjadi standar untuk pembanding atau evaluasi antiinflamasi lain. (Isnatin, 2012)
1. Alat
a. Corong pisah
b Neraca analitik
c. Erlenmeyer
d. Cawan porselen
e. Kaca arloji
f. Gelas kimia
g. Gelas ukur
h. Corong pisah
i. Pipet tetes
j. Pipet volume
k. Batang pengaduk
2. Bahan
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Tanaman pare
b. Aquadest
c. HCl
d. Eter
e. FeCl3 6,5 %
D. Prosedur Kerja
Cara kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :
Hasil
E. Hasil Pengamatan
Perhitungan Rf :
F. Pembahasan
Asam salisilat adalah salah satu bahan kimia yang cukup penting dalam
kehidupan sehari-hari serta memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi karena dapat
digunakan sebagai bahan utama dari pembuatan obat-obatan seperti antiseptik dan
analgesik serta bahan baku untuk keperluan dalam bidang farmasi. Sebagai antiseptik,
asam salisilat adalah zat yang dapat mengiritasi kulit dan selaput lendir. Asam salisilat
tidak diserap oleh kulit, tetapi membunuh sel epidermis dengan sangat cepat tanpa
memberikan efek langsung pada sel dermis. Setelah beberapa hari akan menyebabkan
terbentuknya lapisan-lapisan kulit yang baru. Oleh karena itu, asam salisilat biasanya
digunakan untuk obat topikal.
Keuntungan KLT adalah lebih serba guna, cepat, kepekaannya lebih tinggi
dan pemisahan komponen senyawa lebih sempurna. Sedangkan kelemahannya adalah
pada prosedur pembuatan lempengnya yang memerlukan tambahan waktu kecuali bila
tersedia lempeng yang diproduksi secara komersial. Satu kekurangan KLT yang asli ialah
kerja penyaputannya, pelat kaca dengan penjerap.Kerja ini kemudian agak diringankan
dengan adanya penyaput otomatis.Meskipun begitu, dengan menggunakan alat itu pun
tetap diperlukan tindakan pencegahan tertentu
Pada percobaan ini, tehnik kromatografi lapis tipis yang digunakan adalah suatu
plat tipis (aluminium) yang berfungsinya untuk tempat berjalannya adsorbens sehingga
proses migrasi analit oleh solventnya bisa berjalan. Hal inilah yang membedakan antara
kromatografi kertas dengan kromatografi lapis tipis. Yang dimana pada KLT
menggunakan plat tipis sedangkan pada KK menggunakan kertas (lapisan selulosa)
sehingga proses elusinya lebih lama (kira–kira 10–20 menit lebih lama dari KLT).
Keuntungan lain kromatografi planar atau KLT yaitu kromatorafi lapis tipis
banyak digunakan untuk tujuan analisis, Identifikasi pemisahan komponen dapat
dilakukan dengan pereaksi warna, fluoresensi,atau dengan radiasi menggunakan
sinar ultra violetc. Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun
(descending), atau dengan caraelusi 2 dimensid .
G. Kesimpulan
Bambang Soekarjo dkk, 2016. Uji Aktivitas Analgesik Asam 2 –(3-(Klorometil) Benzoiloksi)
Tikus Wistar Jantan. Jurnal Farmasi Sains Dan Komunitas Vol 13 (1)
Isnatin, 2012. Therapeutic Drug Monitoring (TDM) Pada Penggunaan Asparin Sebagai
Irawati, 2014. Sintesis Asam Salisilat Dari Minyak Winter Green. Jurnal Edukasi Kimia Vol
7 (2) Hal : 47 – 50
Muckriani Teti, 2014. Ekstraksi, Pemisahan Senyawa Dan Identifikasi Senyawa Aktif. Jurnal
Nina Ramadhani dkk, 2018. Penerapan Metode Ektraksi Pelarut Dalam Pemisahan Minyak
PERCOBAAN IV
IDENTIFIKASI RACUN LOGAM BERAT
OLEH :
LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
IDENTIFIKASI RACUN LOGAM BERAT
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menganalisa kandungan logam – logam
berat seperti Hg, Ag, As dan Bi dengan metode Reinsch test
B. Landasan Teori
Unsur logam berat adalah unsur yang mempunyai densitas lebih dari 5
gr/cm3 (Fardiaz, 1992). Hg mempunyai densitas 13,55 gr/cm3. Diantara semua unsur
logam berat, Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat racunnya, dibandingkan
K,Odengan logam berat lainnya, kemudian diikuti oleh logam berat antara lain Cd, Ag, Ni,
Pb, As, Cr, Sn, Zn. (Sudarmaji dkk, 2016)
Logam berat pada umumnya mempunyai sifat toksik dan berbahaya bagi
organisme hidup, walaupun beberapa diantaranya diperlukan dalam jumlah kecil.
Beberapa logam berat banyak digunakan dalam ber- bagai kehidupan sehari-hari. Secara
langsung maupun tidak langsung toksisitas dari polutan itulah yang kemudian menjadi
pemicu terjadinya pencemaran pada lingkungan sekitarnya. Apabila kadar logam berat
sudah melebihi ambang batas yang ditentukan dapat membahayakan bagi kehidupan.
(Lelifajri dkk, 2009)
Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat dibagi dalam
dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana keberadaannya dalam
jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup, namun dalam jumlah yang
berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co,
Mn dan lain sebagainya. Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau
beracun, di mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau
bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain (5). Logam berat ini dapat
menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat
tersebut terikat dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang
kerja enzim, sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Lebih jauh lagi, logam berat ini
akan bertindak sebagai penyebab alergi, mutagen, teratogen atau karsinogen bagi manusia.
Jalur masuknya adalah melalui kulit, pernapasan dan pencernaan.(Nusa Idaman Said,
2010)
Logam berat adalah unsur yang mempunya idensitas lebihdari 5 gr/cm3.
Logam-logamberat merupakan salah satu dari bahan pencemar lingkungan, dan beberapa
dari unsur logam tersebut merupakan logam yang paling berbanaya, diantara unsur-unsur
logam berat pencemar tersebut adalahArsen(As),Timbal(Pb),Merkuri(Hg) dan Kadmium
(Cd). Sifat dari logam-logam ini adalah mempunyai afinitas yang besar dengan sulfur
(belerang). Logam-logam inimenyerangikatansulfidapadamolekulmolekulpenting sel
misalnyaprotein(enzim) ,sehingga enzim tidak berfungsi. Ion-ion logam berat bisa terikat
pada molekul penting membran sel yang menyebabkan terganggunya proses transpor
melalui membran sel,. (Endrinaldi, 2017)
1. Alat
a. Pipet tetes
b. Kertas saring
c. Tabung reaksi
d. Spatula
e. Gelas kimia
f. Plat tembaga
2. Bahan
a. Sampel air
b. HCl 10 %
c. HNO3
D. Prosedur Kerja
Cara kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :
Hasil
E. Hasil Pengamatan
No Sampel Hg Ag Bi As
1. Air Sungai Wanggu - - - -
2. Air Pelabuahan Samudra - - - -
3. Air Kebi - - - -
F. Pembahasan
Logam berat adalah unsur logam yang mempunyai massamjenis yang lebih
besar dari 5 gram, antara lain Cd, Hg, Pb, Zn, dan Ni. Logam berat Cd, Hg, Pb, dinamakan
sebangai logam non esensial dan pada tingkat tertentu menjadi logam beracun pada
makhluk hidup. Logam berat digolongkan dalam kategori pencemar lingkungan karena
menyebabkan efek beracun pada tanaman, manusia dan makanan. Beberapa logam berat
diantarnay Arsen (Ar), Kadmium (Cd), Timbal (Pb), Merkuri (Hg) yang bmerupakan
racun kumulatif. Logam berat ini bersifat kuat, menumpuk dan tidak dapat dimetabolisme
dan merupakan senyawa yang tidak mudahdiuraikan dalam lingkungan.
Pencemaran atau polusi adalah suatu kondisi yang telah berubah dari
bentuk asal pada keadaan yang lebih buruk. Pergeseran bentuk tatanan dan kondisi asal
paa kondisi yang burukini dapat terjadi sebagai akibat masukan dari bahan-bahan
pencemar atau polutan. Bahan polutan tersebut pada umumnya mempunyai sifat racun
(toksik) yang berbahaya bagiorganism hidup. Toksisitas atau daya racun dari polutan
itulah yang kemuidan menjadipemicu terjadinya pencemaran.
G. Kesimpulan
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dapat disimpulkan bahwa pad uji
Reinsch’s tes analisa kualitatif logam (Ag, Hg, As dan Bi) terhadap sampel air kali
wanggu, air pelelangan dan air laut bintang samudra negatif tidak mengandung Ag atau air
raksa dengan indikator putih mengikat.
DAFTAR PUSTAKA
Endrinaldi, 2017. Logam – Logam Berat Pencemar Lingkungan Dan Efek Terhadap
Iqbal dkk, 2015. Analisis Logam Berat Dalam Air Minum Isi Ulang (AMIU) Dengan
Vol 14 (1)
Lelifajri dkk, 2009. Analisis Logam Berat Pb Dan Cd Dalam Sampel Ikan Dan
Nusa Idaman Said, 2010. Metode Penghilangan Logam Berat (As, Cd, Cr, Ag, Cu, Pb
OLEH :
LABORATORIUM KLINIK
PROGRAM STUDI D-IV ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MANDALA WALUYA
KENDARI
2019
ANALISIS KANDUNGAN LOGAM TIMBAL, KADIUM DAN MERKURI
DALAM PRODUK KRIM PEMUTIH WAJAH
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan kadar logam timbal,
kadium dan merkuri dalam produk krim pemutiih wajah.
B. Landasan Teori
Sediaan kosmetik merupakan salah satu bagian dari sediaan farmasetika yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat pada saat ini dan menjadi salah satu kebutuhan
untuk menunjang penampilan pada aktivitas sehari-hari. Salah satu sediaan kosmetika
yang ditujukan untuk perawatan kulit yang pada saat ini banyak beredar dipasaran dan
masi33 Rh banyak digunakan oleh masyarakat adalah krim pemutih wajah. Krim pemutih
wajah merupakan salah satu dari kosmetik yang saat ini banyak digunakan oleh
masyarakat, bukan hanya karena produknya yang banyak terdapat di pasaran, tetapi juga
karena dampak dari pemakaian produk kosmetik tersebut yaitu dapat memutihkan kulit.
(Vina Anggraini dkk, 2018)
Logam Timbal (Pb), juga merupakan zat yang terbukti mampu menekan
sistem imun .Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadmium (Cd) Pada
Udang Windu sehingga terjadi penurunan jumlah sel penghasil antibodi. Fungsi sistem
imun adalah mengenali dan memusnahkan agens yang berbahaya, maka jika sistem imun
tidak berfungsi dengan baik, hal itu akan memperbesar kerentanan tubuh terhadap bakteri,
parasit, dan virus serta kerentanan terhadap kanker. (Rais Razak dkk, 2013)
Timbal (Pb) mempunyai sifat persisten dan toksik serta dapat terakumulasi
dalam rantai makanan. Absorpsi timbal di dalam tubuh sangat lambat, sehingga terjadi
akumulasi dan menjadi dasar keracunan yang progresif. Keracunan timbal ini
menyebabkan kadar timbal yang tinggi dalam aorta, hati, ginjal, pankreas, paru-paru,
tulang, limpa, testis, jantung dan otak. (Puspito Raharjo dkk, 2018)
1. Alat
a. Pipet tetes
b. Botol vial
c. Aluminium foil
d. Erlenmeyer
e. Gelas kimia
f. Pipet ukur
g. Tabung reaksi
h. Balfiller
i. Hot plate
2. Bahan
a. Sodium tartat
b. 2 – napthal quinolin
c. Potasoum iodida
d. Asam sulfat
e. Thronaid
f. Aquadest
D. Prosedur Kerja
Cara Kerja pada praktikum ini terdapat pada diagram alir dibawah ini :
Hasil
E. Hasil Pengamatan
F. Pembahasan
Timbal (Pb) adalah logam berat yang dapat menyebabkan keracunan dan
terakumulasi dalam tubuh manusia. Mekanisme masuknya timbal kedalam tubuh manusia dapat
melalui system pernafasan, oral, ataupun langsung melalui permukaan kulit. Timbal yang diabsorsi
dalam tubuh sebanyak 95% diikat oleh eritrosit kemudian diangkut oleh darah keorgan-organ
tubuh dan kemudian akan disimpan dalam jaringan lunak (sum-sum tulang, sistim saraf, ginjal,
hati) serta jaringan keras (tulang, kuku, rambut, gigi).
Timbal disebut juga sebagai timah hitam yang banyak digunakan dalam industri
kabel, batrei, cat (sebagai warnanya), dalam penyepuhan, dalam pestisida, dan paling banyak
ditambahkan pada bensin. Menurut Laider 1999 menyatakan bahwa didalam bensin timbal
ditambahkan dalam bentuk timbal tetra etil (TEL) denga rumus molekul (C2H5)4- Pb dalam
bentuk timbal timbal tetra etil dengan rumus molekul (CH3)4- Pb.
Timbal dapat masuk ke dalam tubuh melalui permukaan kulit yang dapat
memberikan efek racun terhadap banyak fungsi organ yang terdapat dalam tubuh.
Keracunan yang disebabkan oleh keberadaan logam timbal dapat berpengaruh terhadap
sistem syaraf, sistem ginjal, sistem reproduksi, sistem endoktrin, dan jantung.
Timbal mempunyai sifat yang mudah dibentuk dan sifat kimia aktif sehingga
dapat digunakan untuk melapisi logam untuk mencegah pengkaratan. Bila dicampur
dengan logam lain, timbal dapat membentuk logam campuran yang lebih bagus dari logam
murninya. Selain itu, timbal juga mempunyai kepadatan melebihi logam lain. Logam
timbal banyak digunakan salah satunya sebgai pigmen atau zat warna dalam industri
kosmetik. Dalam bentuk gram anorganik timbal dapat membrntuk warna hijau yaitu
PbCrO4, warna abu – abu sampai hitam PbS, dan warna putih PbCl.
Dari hasil analisis kandungan logam timbal pada krim pemutih wajah
didapatkan hasil yaitu pada sampel krim X ditemukan kadar timbal sebanyak 3,2 ppm dan
pada sampel berBPOM ditemukan kadar timbal sebanyak 10 ppm .
G. Kesimpulan
Gayatri dkk, 2013. Analisis Kandungan Merkuri Pada krim Pemutih Yang Beredar
Hasrat dkk, 2014. Analisis Logam Timbal (Pb) Pada Ikan Petek (Leiognathus sp)
Puspito Raharjo dkk, 2018. Analisis Resiko Kesehatan Dan Kadar Timbal Dalam
17 (1) Hal : 9 – 15
Rais Razak dkk, 2013. Analisis Kandungan Logam Berat Timbal (Pb) Dan Kadium
Vina Anggraini dkk, 2018. Analisis Cemaran Logam Berat Merkuri Dalam Krim