« هللا – صلى هللا عليه وسلم – يَ ْجتَ ِه ُد في ِ َكانَ رسو ُل
اخ ِر ِم ْنهُ َما َ َوفِي العَ ْش ِر، غي ِْر ِه
ِ األو َ ضانَ َما الَ يَ ْجت َ ِه ُد في
َ َر َم
َ » ال يَ ْجتَ ِه ُد في.
غي ِْر ِه
Rasulullah saw. sangat giat beribadah di bulan ramadhan melebihi ibadahnya di
bulan yang lain, dan pada sepuluh malam terakhirnya beliau lebih giat lagi
melebihi hari lainnya. (HR. Muslim).
« اخ ِر ِم ْن
ِ األو َ ت َ َح َّر ْوا لَ ْيلَةَ القَ ْد ِر في
َ الوتْ ِر ِمنَ العَ ْش ِر
َضان
َ » َر َم.
Carilah lailatul qadr pada tanggal ganjil di sepuluh malam terakhir bulan
ramadhan. (HR. Bukhori)
Kedua; orang yang beribadah shalat pada malam lailatul qadr maka dosanya
yang telah lalu akan diampuni. “Dan barangsiapa yang berdiri (shalat sunat)
pada malam lailatul qadr dengan penuh keimanan dan mengharap ridha Allah
maka Allah mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Ibnu Abi Dunya
dalam Fadhail Ramadhan)
“malam kemuliaan (lailatul qadr) itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al Qadr:
3)
Sayyid Thanthawi dalam Al-Wasith menjelaskan, lailatul qadr lebih utama dari
seribu bulan karena pada saat itu diturunkan al-Qur’an yang memberi petunjuk
ke jalan yang lurus dan mengeluarkan manusia dari kegelapan menuju cahaya,
dan karena ibadah pada malam itu lebih banyak pahalanya dan lebih besar
keutamaannya dari ibadah berbulan-bulan tanpa lailatul qadr.
I’tikaf. Yaitu diam di masjid dengan niat yang khusus dan disertai ibadah. Imam
Nawawi dalam kitab An-Nihayah mengartikan i’tikaf sebagai menetapi sesuatu
dan menempatinya. Maka orang yang menetap di masjid dengan melaksanakan
ibadah di dalamnya disebut orang yang beri’tikaf. Rasulullah saw. biasa
melakukan i’tikaf pada 10 hari terakhir ramadhan. Ibnu Umar ra. Berkata:
ُ َو َكانَ أ َ ْج َو ُد َما،اس
َيكو ْن ُ ِف ْي ِ َّ أ َ ْج َو َد الن،ى هللا عليه وسلم ُ َكانَ َر
َ ،ِس ْو ُل هللا
َّ صل
ضانَ ِحيْنَ َي ْلقَاهُ ِجب ِْر ْي ُل
َ ر َم.
َ
Rasulullah saw. adalah orang yang sangat dermawan kepada siapapun, dan
pada bulan ramadhan beliau lebih dermawan lagi saat Jibril menemui beliau.
(HR. Mutafaq ‘alaih)
« عنّي
َ ْف ُّ » اَللَّ ُه َّم إنَّ َك َعفُ ٌو ت ُ ِح
ُ ب ال َع ْف َو فَاع
Ya Allah, sesungguhnya Engkau maha pemaaf, Engkau menyukai permintaan
maaf maka ampunilah aku. (HR. Tirmidzi)
Jika kita sudah tahu kehebatan sepuluh malam terakhir dan keutamaan yang ada
di dalamnya maka apalagi yang membuat kita tidak tergerak untuk bersungguh-
sungguh mendapatkannya? Masihkah kebiasaan berdesak-desakan di pasar dan
pusat-pusat perbelanjaan akan terus kita lakukan? Padahal ada kegiatan yang
seharusnya diprioritaskan dari hanya sekedar mempersiapkan hari raya dengan
pakaian yang serba baru dan makanan yang beraneka ragam. Sementara ladang
pahala yang lewat di hadapan kita dibiarkan berlalu tanpa perhatian. Mungkin
kesempatan ini hanya tinggal sekarang diberikan Allah kepada kita. Kita tidak
tahu apakah tahun depan kita masih bisa bertemu kembali dengan ramadhan?
Semoga Allah memberi kekuatan kepada kita untuk meraih cinta-Nya. Amin