Anda di halaman 1dari 25

Laporan Kasus

TATALAKSANA BAYI LAHIR DENGAN IBU PEMBAWA


HEPATITIS B

DisusunOleh:

Hairini Elita
Atya Nasmah
Rizka Ismiana

Pembimbing :
Dr. Nazardi Oyong, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR


BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

Hepatitis B merupakan infeksi sel-sel hati yang disebabkan oleh virus

hepatitis B (HBV). Hepatitis B mejadi masalah kesehatan utama dunia yang dapat

menyebabkan infeksi kronis dan resiko tinggi kematian akibat sirosis dan kanker

hati. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015 sekitar 257 juta

orang hidup dengan infeksi hepatitis B kronis dan 27 juta orang (10,5%)

diantaranya mengetahui bahwa telah terinfeksi hepatitis B sedangkan 4,5 juta orang

tidak mengatahui bahwa telah terinfeksi.1Prevalensi Hepatitis di Indonesia pada

tahun 2013 sebesar 1,2% meningkat dua kali dibandingkan Riskesdas tahun 2007

yang sebesar 0,6%. Prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia di atas

15 tahun. Jenis Hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah

Hepatitis B (21,8%).2

Penularan hepatitis B 95% dapat terjadi secara vertikal yaitu dari ibu yang

positif hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya. Setiap tahun di United States lebih

kurang 20.000 bayi baru lahir terinfeksi virus hepatitis B dari ibu dengan HbsAg

positif dan lebih kurang 5.500 bayi baru lahir yang tidak diberikan imunoprofilaksis

menjadi infeksi kronis.3 Sekitar 10% ibu, tidak mengetahui status infeksi pembawa

HBV kronis yang berisiko menularkan infeksi HBV ke bayi mereka.Di Indonesia,

persentase ibu hamil dengan HBsAg reaktif pada tahun 2017 tertinggi di Nusa

Tenggara Barat (6,15%) dan di Riau sebanyak 2,62%.2

Pada janin, penularan infeksi HBV dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu

dari transplasenta transmisi yang terjadi selama kehamilan atau pada saat kehamilan

terjadi kebocoran plasenta, penularan pada kejadian ini terjadi sekitar kurang dari

5%. Perinatal transmisi pada paparan HBV dalam cairan ketuban, sekret vagina

10
11

atau darah ibu, penularan dengan cara ini dapat menginfeksi neonatus sekitar 90%.

Pasca natal transmisi melalui penyebaran fecal-oral, transfusi darah atau

mekanisme lainnya.4

Mother-to-child-transmission (MTCT) terjadi dari seorang ibu hamil yang

menderita hepatitis B akut atau pengidap persisten HBV kepada bayi yang

dikandungnya atau dilahirkannya. Penularan HBV vertikal dapat dibagi menjadi

penularan HBV in-utero, penularan perinatal dan penularan post natal. Penularan

HBV in-utero ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti, karena salah satu

fungsi dari plasenta adalah proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan

mengalami infeksi in-utero jika dalam 1 bulan postpartum sudah menunjukkan

HbsAg positif.6

Penularan perinatal adalah penularan yang terjadi pada saat persalinan.

Sebagian besar ibu dengan HbsAg positif akan menularkan infeksi HBV vertikal

kepada bayi yang dilahirkannya sedangkan ibu yang anti-Hbe positif tidak akan

menularkannya. Penularan post natal terjadi setelah bayi lahir misalnya melalui ASI

yang diduga tercemar oleh HBV lewat luka kecil pada payudara dan dalam mulut

bayi. Pada kasus persalinan lama (lebih dari 9 jam) cenderung meningkatkan

penularan vertikal. Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus, akan tetapi

jika terjadi infeksi akut bisa mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat

menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Jika penularan virus hepatitis B

dapat dicegah berarti mencegah terjadinya kanker hati secara primer yang

dipengaruhi titer DNA virus hepatitis B tinggi pada ibu (semakin tinggi

kemungkinan bayi akan tertular). Infeksi akut terjadi pada kehamilan trisemester

ketiga, persalinan lama dan mutasi virus hepatitis B.7


12

Ada perbedaan antara infeksi hepatitis B yang terjadi pada awal kehidupan

dengan infeksi hepatitis B yang terjadi pada masa dewasa. Infeksi yang terjadi sejak

awal kehidupan atau sejak dalam kandungan, membawa risiko kronisitas sebesar

80-90%. Infeksi masa dewasa yang disebabkan oleh transmisi horisontal,


8
mempunyai risiko kronisitas hanya sebesar 5%. Berdasarkan imunopatogenesis

hepatitis B, infeksi kronik pada anak umumnya bersifat asimtomatik. Sebagian

besar bayi baru lahir yang terlahir dari ibu yang menderita suatu penyakit, baik

sebelum, selama hamil, atau pada saat menghadapi proses persalinan tidak

menunjukkan gejala sakit pada saat dilahirkan atau beberapa waktu setelah lahir,

namun bukan berarti bayi baru lahir tersebut aman dari gangguan akibat dari

penyakit yang diderita ibu. Hal tersebut dapat merugikan bayi, meningkatkan

morbiditas dan mortalitas bayi serta merugikan pihak lain.8

Bayi yang mengidap infeksi HBV sejak lahir, memiliki peluang untuk

menderita HBV kronis dan kanker hepatoseluler lebih besar dari pada yang

mengidap virus pada usia yang lebih lanjut sehingga sangat penting memutus

transmisi virus dari ibu ke janin. Memotong transmisi infeksi hepatitis B tersebut

kunci utamanya adalah bagaimana penatalaksanaaan saat lahir secara universal

terhadap semua bayi baru lahir.9 Laporan kasus ini akan membahas tentang

tatalaksana bayi lahir dari ibu pembawa hepatitis B.


13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Hepatitis B adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh

virus hepatitis, ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati.

Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA yang termasuk dalam famili virus

Hepadnaviridae.4 Virion HBV yang utuh disebut partikel Dane, merupakan partikel

berukuran 40-42 nm dengan selubung rangkap (double shelled) yang mengandung

antigen permukaan. Di bagian tengahnya terdapat nukleokapsid yang dikelilingi

oleh suatu selubung protein dan terdiri atas: hepatitis B core antigen (HBcAg),

hepatitis B antigen (HBeAg), genom HBV, dan DNA polymerase.9,10

2.2 Epidemiologi
Masalah infeksi visrus Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global

yang penting. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015

sekitar 257 juta orang hidup dengan infeksi hepatitis B kronis dan 4,5 juta orang

tidak mengatahui bahwa telah terinfeksi.1 Prevalensi Hepatitis di Indonesia pada

tahun 2013 sebesar 1,2% meningkat dua kali dibandingkan Riskesdas tahun 2007

yang sebesar 0,6%. Prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia di atas

15 tahun. Jenis Hepatitis yang banyak menginfeksi penduduk Indonesia adalah

Hepatitis B (21,8%). Penularan hepatitis B 95% dapat terjadi secara vertikal yaitu

dari ibu yang positif hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya. Setiap tahun di United

States lebih kurang 20.000 bayi baru lahir terinfeksi virus hepatitis B dari ibu

dengan HbsAg positif dan lebih kurang 5.500 bayi baru lahir yang tidak diberikan

imunoprofilaksis menjadi infeksi kronis. Sekitar 10% ibu, tidak mengetahui status
14

infeksi pembawa HBV kronis yang berisiko menularkan infeksi HBV ke bayi

mereka. Di Indonesia, persentase ibu hamil dengan HBsAg reaktif pada tahun 2017

tertinggi di Nusa Tenggara Barat (6,15%) dan di data yang didapatkan di Riau

sebanyak 2,62%.2

2.3 Patofisiologi

Transmisi pada neonatus pada umumnya adalah transmisi vertikal, artinya

bayi mendapat infeksi dari ibunya. Infeksi pada bayi dapat terjadi apabila ibu

menderita hepatitis akut pada trimester ketiga, atau bila ibu adalah pembawa

HBsAg. Bila ibu menderita Hepatitis B pada trimester pertama, biasanya terjadi

abortus. Transmisi virus dari ibu ke bayi dapat terjadi pada masa intra uterine, pada

masa perinatal, dan pada masa postnatal.3 Kemungkinan infeksi pada masa intra

uterine adalah kecil. Hal ini dapat terjadi bila ada kebocoran atau robekan pada

plasenta. Kita menduga infeksi adalah intra uterine bila bayi sudah menunjukkan

HBsAg positif pada umur satu bulan. Karena sebagaimana diketahui masa inkubasi

Hepatitis B berkisar antara 40-180 hari, dengan rata-rata 90 hari. 3

Infeksi pada masa perinatal yaitu infeksi yang terjadi pada atau segera

setelah lahir adalah kemungkinan cara infeksi yang terbesar. Pada infeksi perinatal,

bayi memperlihatkan antigenemia pada umur 3-5 bulan, sesuai dengan masa

inkubasinya. Infeksi diperkirakan melalui “maternal-fetal microtransfusion” pada

waktu lahir atau melalui kontak dengan sekret yang infeksius pada jalan lahir. 3

HBV juga menginfeksi sel trofoblas secara langsung, kemudian ke sel

mesenkim vilus dan sel endotel kapiler vilus sehingga menyebabkan terjadinya

infeksi pada janin.HBV terlebih dahulu menginfeksi janin, kemudian menginfeksi


15

berbagai lapisan sel pada plasenta. HBsAg dan HbcAg ditemukan di sel epidermis

amnion, cairan amnion, dan sekret vagina yang menunjukkan bahwa juga

memungkinkan untuk terjadinya infeksi ascending dari vagina. HBV dari cairan

vagina menginfeksi membran fetal terlebih dahulu, kemudian menginfeksi sel-sel

dari berbagai lapisan plasenta mulai dari sisi janin ke sisi ibu.3

2.4 Diagnosis

Jika seorang wanita yang akan melahirkan memiliki riwayat Hepatitis B

akut tepat sebelum atau saat kehamilannya, maka wanita tersebut akan dites segera

saat melahirkan, jika tes dilakukan 6 bulan atau lebih dari sejak wanita tersebut

sakit, maka tes dibutuhkan untuk menentukan status HBsAg yang terakhir (imun

atau karier), terutama jika tes sebelumnya belum lengkap. Wanita hamil dengan

status HBsAg negatif, namun dicurigai memiliki riwayat kontak Hepatitis B, maka

status HBsAg wanita tersebut harus diperiksa segera setelah melahirkan. 12

Diagnosis serologis

1. Adanya HBsAg dalam serum tanpa adanya gejala klinik menunjukkan bahwa

penderita adalah pembawa HBsAg, yang merupakan sumber yang penting

untuk penularan.

2. Adanya HbeAg dalam serum memberi petunjuk adanya daya penularan yang

besar. Bila ia menetap lebih dari 10 minggu, merupakan petunjuk terjadinya

proses menahun atau menjadi pembawa virus.

3. Adanya anti HBc IgM dapat kita pakai sebagai parameter diagnostik adanya

HBV yang akut, jadi merupakan stadium infeksi yang masih akut.

4. Adanya anti HBc IgG dapat dipakai sebagai petunjuk adanya proses

penyembuhan atau pernah mengalami infeksi dengan HBV.


16

5. Adanya anti HBsAg menunjukkan adanya penyembuhan dan resiko penularan

menjadi berkurang dan akan memberi perlindungan pada infeksi baru.

6. Adanya anti HbeAg pertanda prognosis baik.8

Skrining untuk HBsAg maternal pada ibu karier merupakan salah satu

pemeriksaan rutin antenatal. Walaupun tidak ada bukti bahwa infeksi HBV kronis

memiliki efek samping terhadap kehamilan, namun ditemukan bahwa infeksi HBV

kronis berhubungan dengan beberapa peningkatan kejadian pada fetal distress,

kelahiran prematur, dan peritonitis akibat aspirasi mekonium. Patofisiologi pada

fenomena ini belum jelas, namun faktor perbedaan etnik dan aktifitas penyakit pada

ibu karier HBsAg juga berperan.12

Kriteria ibu mengidap Hepatitis B kronis:

1. Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan dan

tetap positif selama masa kehamilan dan melahirkan.

2. Bila status HBsAg positif disertai dengan peningkatan SGOT/SGPT, maka

status ibu adalah pengidap Hepatitis B.

3. Bila disertai dengan peningkatan SGOT/SGPT pada lebih dari 3 kali

pemeriksaan dengan interval pemeriksaan antara 2-3 bulan, maka status ibu

adalah penderita Hepatitis B kronis.

4. Status HBsAg positif tersebut dapat disertai dengan atau tanpa HbeAg

positif.8

2.5 Tatalaksana

Berikut ini adalah panduan teknis baik terhadap ibu maupun terhadap

bayinya.3,8
17

1. Ibu ditangani secara multidisiplin antara dokter spesialis kandungan dengan

dokter spesialis penyakit dalam. Selain itu dokter spesialis kandungan juga

perlu memberitahu dokter spesialis anak, Sehingga, dokter spesialis anak

dapat merencanakan tatalaksana segera setelah bayi lahir.

2. Pertimbangkan agar kelahiran bayi melalui proses sectio caesarea.

3. Satu – dua minggu sebelum taksiran partus, dokter spesialis anak memastikan

tersedianya vaksin hepatitis B rekombinan dan imunoglobulin hepatitis B.

4. Pada saat ibu in partu, dokter spesialis anak mendampingi dokter spesialis

kebidanan. Tindakan segera setelah bayi lahir (dalam waktu kurang dari 12

jam) adalah:8

a) Memberikan vaksin rekombinan hepatitis B secara IM, dosis 5 mg vaksin.

b) Pada saat yang bersamaan, di sisi tubuh yang lain diberikan imunisasi pasif

hepatitis B dalam bentuk hepatitis B imunoglobulin HBIg secara IM,

dengan dosis 0.5 ml. Pemberian keduanya secara bersamaan memiliki

tingkat pencegahan mencapai 85%.

5. Tatalaksana khusus sesudah periode perinatal8:

a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HbsAg berkala pada usia 7 bulan

(satu bulan setelah penyuntikan vaksin hepatitis B ketiga), 1, 3, 5 tahun dan

selanjutnya setiap 1 tahun.

(1) Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan

ulang anti HBs dan HBsAg pada usia 1, 3, 5 dan 10 tahun.

(2) Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis

vaksinasi dan satu bulan kemudian diulang pemeriksaan anti HBs.


18

Bila anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan yang sama pada usia 1,

3, dan 5 tahun, seperti pada butir a.

(3) Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap

negatif, bayi dinyatakan sebagai non responders dan memerlukan

pemeriksaan lanjutan yang tidak akan dibahas pada makalah ini

karena terlalu teknis.

(4) Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan

pemeriksaan HBsAg ulangan 6 bulan kemudian. Bila masih positif,

SGOT/PT, USG hati, alfa feto protein, dan HBsAg, idealnya disertai

dengan pemeriksaan HBV-DNA setiap 1-2 tahun.

b. Bila HBsAg positif selama 6 bulan, dilakukan pemeriksaan SGOT/PT

setiap 2-3 bulan. Bila SGOT/PT meningkat pada lebih dari 2 kali

pemeriksaan dengan interval waktu 2-3 bulan, pertimbangkan terapi anti

virus.

BAB III
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : By. Ny. J/ Laki-laki

No MR : 01018064

Alamat : Jl. Kubang Raya, Siak Hulu, Kampar.

Agama : Protestan
19

Suku : Batak

Nama Ayah : Tn. R

Nama Ibu : Ny. J

Tanggal masuk RSUD AA, Op SC (Lahir) : 25 Juni 2019 pukul 12.25 WIB

Tanggal masuk IPN : 25 Juni 2019 pukul 13.30 WIB

Tanggal periksa : 26-27 Juni 2019 pukul 17.00 WIB

Status pulang : Pulang hidup, 01 Juli 2019

ANAMNESIS

Diberikan oleh : Ayah pasien

Keluhan utama : Neonatus usia 1 jam pindahan dari ruang OK IGD RSUD

Arifin Achmad dengan masalah utama gawat nafas.

Riwayat penyakit sekarang :

Neonatus laki-laki lahir pada tanggal 25 Juni 2019 pukul 12.25 WIB di

RSUD Arifn Achmad secara sectio caesarea atas indikasi ibu Eklamsia dan HbsAg

positif serta fetal takikardia (162 dpm). Diagnosis kehamilan G1P0A0H0 hamil

aterm 39-40 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan Eklamsi dan HbsAg positif

serta fetal takikardia, janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala. Saat lahir,

bayi tidak langsung menangis kemudian dilakukan resusitasi ventilasi tekanan

positif (VTP) 2 siklus dan bayi menangis serta tonus otot cukup baik. Bayi

diletakkan di dalam infant warmer dengan penilaian score APGAR pada menit

pertama yaitu 4 dan pada menit kelima yaitu 6.

Keadaan bayi setelah lahir merintih (+), retraksi ringan (+), sianosis (+),

sesak (-), akral dingin, muntah (-). Nilai down score pada neonatus ini adalah 05.
20

Inisiasi menyusui dini (IMD) tidak dilakukan karena neonatus segera dibawa ke

ruang perawatan NICU. Bayi telah diberikan injeksi vitamin K1 intramuskulardi

paha kiri dan salep mata di ruang OK IGD RSUD Arifin Achmad serta langsung

dilakukan pengukuran antropometri saat lahir, salah satunya berat badan saat lahir

yaitu 2750 gram. Sisa ketuban berwarna kehijauan, buang air besar dan buang air

kecil belum ada, kejang (-), kembung (-).

Bayi tiba di NICU usia 1 jam, pernapasan bayi 56 kali/menit dengan saturasi

86% sehingga langsung diberikan oksigen BCPAP Fio2 30 dan peep 7 H20 dan

setelah 15 menit evaluasi pernapasan 50 kali/menit dan saturasi 90%. Penilaian

down score di dalam infant warmer didapatkan nilai 05, kemudian dilakukan

pengukuran suhu tubuh awal didapatkan 35,6 oC.

Penatalaksanaan selanjutnya yaitu mempertahankan suhu tubuh 36,5–

37,5oC didalam inkubator, setelah itu kondisi hipotermia teratasi dengan hasil

pengukuran suhu tubuh 36,6 oC. Pengukuran gula darah 1 jam setelah lahir

didapatkan 123 g/dL. Pada usia 1 hari bayi dipuasakan atau nothing per oral (NPO)

dan diberikan cairan parenteral D10% sebanyak 80cc/kgBB/hari.Bayi diberikan

antibiotik, kemudian direncanakan pemeriksaan septik marker dan darah rutin. Bayi

juga diberikan hepatitis B immune Globulin Human (HyperHeb B) 0,5 mL, 2 jam

setelah itu bayi diberikan vaksin hepatitis B.

Berdasarkan penilaian Ballardscore didapatkan total score 33 dan pada

grafik pertumbuhan janin lubchenco didapatkan sesuai masa kehamilan. Diagnosis

bayi adalah bayi cukup bulan 38-40 minggu, sesuai masa kehamilan, berat badan

lahir cukup 2750 gram lahir secara sectio caesarea atas indikasi ibu dengan

Eklamsia, HbsAg positif, fetal takikardia dengan gawat napas dan hipotermi.
21

Riwayat kehamilan:

Ibu P1A0H1 dengan HbsAg positif yang baru diketahui saat masuk ke IGD

RSUD Arifin Achmad dengan keluhan jatuh dikamar mandi dan mengalami kejang.

Hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 18 september 2018 dan taksiran usia

kehamilan 38-40 minggu berdasarkan perhitumham HPHT. Kelainan fisik ibu tidak

ada, tekanan darah 180/100 mmHg, denyut jantung 90 denyut/menit, frekuensi

napas 28 kali/menit, berat badan hamil 70 kg, berat badan sebelum hamil 45 kg,

dan tinggi badan 145 cm.

Ibu melakukan antenatal care (ANC) sebanyak 3 kali di Dokter Spesialis

Obstetri dan Ginekologi dan dikatakan janin dalam keadaan baik, tekanan darah

ibu 110/70 dan tidak memiliki riwayat darah tinggi selama hamil. Ibu mulai

merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 12 minggu. Selama kehamilan ibu

mengalami penurunan nafsu makan, mual muntah yang hebat terutama pada 3

bulan pertama kehamilan, demam tidak ada, keputihan tidak ada dan ibu sering

mengkonsumsi zat besi, asam folat dan vitamin yang diberikan dokter.

Riwayat orang tua :

- Ibu usia 23 tahun, pendidikan terakhir tamat SD, seorang ibu rumah tangga,

pada usia 15 tahun pernah bekerja selama 1 tahun menjadi perawat bayi.

- Ayah usia 25 tahun, tidak sekolah, seorang buruh bangunan, tidak

menggunakan asuransi tetapi menggunakan surat miskin.

- Ayah dan ibu tidak pernah periksa darah sebelumnya, tidak ada keluhan

terhadap penyakit hepatitis

Riwayat keluarga :

- Bayi merupakan anak pertama, laki-laki, lahir 2750 gram.


22

- Riwayat hepatitis pada keluarga tidak ada

Hal-hal penting dari anamnesis ibu:

- Ibu usia 23 tahun dengan primigravida

- Riwayat ante natal care (ANC) 3 kali dengan Dokter Spesialis Obstetri dan

Ginekologi

- HbsAg terdeteksi positif saat pemeriksaan sebelum operasi melahirkan di

IGD RSUD AA

Hal-hal penting dari pemeriksaan bayi:

- Bayi laki-laki usia kehamilan 38-40 minggu

- Berat badan lahir 2750 gram, panjang badan 50 cm

- Suhu 35,6 0C per aksila

- Gula darah sewaktu setelah 1 jam kelahiran 123 mg/dL

- Lingkar kepala 34 cm (Normocephal)

- Lingkar lengan 10 cm

- Lingkar dada 31 cm, lingkar perut 27 cm

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (29/06/2019)
- Hemoglobin : 16,0 g/dL
- Hematokrit : 44,9 % (L)
- Eritrosit : 4,42 x 10^6 mm3
- Leukosit :10,36 x 10^3 /uL
- Trombosit : 221 x 10^3 /uL
- MCV : 101,6 fL (H)
- MCH : 36,2 pg (H)
- MCHC : 35,6 g/dL
HitungJenis (29/06/2019)
- Basofil : 0,2 %
23

- Eosinofil : 5,2 %
- Neutrofil : 62,3 %
- Limfosit : 21,3 %
- Monosit : 11,0 %
- IT ratio : 0,24

Pemeriksaan Radiologi
X – Foto Thorax (25/06/2019) :

Gambar 2.1. Baby gram

Cor : Besar dan bentuk normal


Pulmo : Corakan bronkovaskular normal.
Infiltrat (-), Diagfragma dan sinus kostofrenikus normal
Kesan
Cor : Dalam batas normal
Pulmo : Dalam batas normal

Diagnosis bayi:

1. Neonatus cuklup bulan (NCB) 38-40 minggu – Sesuai masa kehamilan (SMK)–

BBLC 2750 gr

2. Sindrom Gawat Napas (SGN)

3. Hipotermia
24

Diagnosis Banding

- TTN (Transient tachypnea of the newborn)

Gambar 2.2 Ballad Score


25

Gambar 2.3. Kurva Lubchenco


Penil Rabu, Kamis, Jumat, Sabtu, Minggu, Senin
aian 26/06 27/06 28/06 29/06 30/06 01/07

Subje Sudah tidak ada keluhan


Sesak Tidak ada keluhan
ctive
Kesadaran : Letargi Kesadaran : Alert Kesadaran : Alert
Warna kulit : Warna kulit : kemerahan Warna kulit : kemerahan
kemerahan HR : 132 x/i HR : 132 x/i
HR : 116 x/i RR : 48 x/i RR : 48 x/i
RR : 52 x/i T : 36,9 C T : 36,9 C
T : 37,4 C BBL : 2750 gr BBL : 2750 gr
BBL : 2750 gr BBS : 2700 gr BBS : 2700 gr
BBS : 2780 gr
GDS : 77 g/dL
Pemeriksaan fisik Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik Kepala : normochepal Kepala : normochepal
Kepala : normochepal Wajah : simetris, Wajah : simetris,
Wajah : simetris, konjungtiva anemis (-/-) konjungtiva anemis (-/-)
konjungtiva anemis (-
/-) SSP: Aktifitas bayi SSP: Aktifitas bayi
bangun, waspada, reaksi bangun, waspada, reaksi
SSP: Aktifitas bayi pupil (+/+), kejang (-) pupil (+/+), kejang (-)
bangun, waspada,
reaksi pupil (+/+), Sistem respirasi : frekuensi Sistem respirasi :
Objec kejang (-) nafas 48x/menit, bernapas frekuensi nafas
tive tanpa upaya keras, retraksi 48x/menit, bernapas
Sistem respirasi : (-) pernapasan cuping tanpa upaya keras,
frekuensi nafas hidung (-), gerakan retraksi (-) pernapasan
56x/menit, bernapas dinding dada simetris, cuping hidung (-),
dengan upaya keras merintih (-) gerakan dinding dada
(+) retraksi (+), simetris, merintih (-)
pernapasan cuping
hidung (-), gerakan Sistem kardiovaskular: Sistem kardiovaskular:
dinding dada simetris, denyut jantung denyut jantung
merintih (-) 132x/menit, S1S2 reguler, 132x/menit, S1S2
bising jantung (-), CRT <2 reguler, bising jantung
Sistem detik (-), CRT <2 detik
kardiovaskular:
denyut jantung Sistem gastrointestinal: Sistem gastrointestinal:
142x/menit, S1S2 warna dinding abdomen warna dinding abdomen
reguler, bising jantung kemerahan, abdomen kemerahan, abdomen
(-), CRT <2 detik supel, lingkar abdomen 27 supel, lingkar abdomen
cm, organomegali (-), BU 27 cm, organomegali (-
Sistem (+), udem tali pusat (-), ), BU (+), udem tali
gastrointestinal: anus (+) pusat (-), anus (+)

26
27

warna dinding
abdomen kemerahan, Genitalia: kelainan Genitalia: kelainan
abdomen supel, kogenital (-) kogenital (-)
lingkar abdomen 27
cm, organomegali (-), Ekstremitas: bentuk Ekstremitas: bentuk
BU (+), udem tali simetris, CTEV (-) simetris, CTEV (-)
pusat (-), anus (+)

Genitalia: kelainan
kogenital (-)

Ekstremitas: bentuk
simetris, CTEV (-)

Asses
NCB-SMK, Sindrom Gawat Napas, Ibu dengan HbsAg (+)
sment
T: T: T: T : didalam T: T : didalam
Inkubat Didala didalam box didala box
or suhu m box box dengan m box dengan
36,5 dengan dengan suhu dengan suhu
A : Tidak suhu suhu ruangan suhu ruangan ,
ada ruanga ruangan A : Tidak ruanga bayi
sumbat n A : Tidak ada n sudah
an jalan A : Tidak ada sumbatan A : Tidak boleh
nafas ada sumbata jalan ada pulang
B: sumbat n jalan nafas sumbat
Pemasa an nafas B : nafas an A : Tidak
ngan jalan B : nafas spontan jalan ada
BCPAP nafas spontan, nafas sumbata
Fio2 30 B : aff C : tidak B : nafas n jalan
dan BCPA C : tidak pakai infus spontan nafas
Plann peep 7 P, spo2 pakai infus
D:- C : tidak
ing H20, 94% B : nafas
D:- pakai
spo2 E : Asupan spontan
90% C : tidak infus
E : Asupan
C : 660- pakai OGT susu C : tidak
: susu D:-
80 infus formula 45- pakai infus
formula
cc/KgBB/ 40cc/3 jam 50 cc/3 jam E:
D:- D:-
hari Obat-obat : Asupan
D E: Obat-obat : E : Asupan
10 Baktesin OGT susu
Asupan
% Baktesin 200 mg/ 12 formula OGT susu
½ OGT susu 200 mg/ 12 jam 45-50 formula 60
NS formula jam Mikasin 20 cc/3 jam cc/3 jam
Pemberial 20-30 Mikasin 20 mg/ 12 jam Obat-obat
parenteral cc/3 jam mg/ 12 jam :
(9,1 ml) Obat-obat :
D:- Obat-obat Baktesin
200 mg/ Baktesin
28

E: : 12 jam 200 mg/ 12


Asupan : Mikasin jam
Nothing Baktesin 20 mg/ 12 Mikasin 20
per oral 200 mg/ jam mg/ 12 jam
(NPO) 12 jam
usia hari Mikasin
ke-1 20 mg/ 12
jam
Obat-obat
:
Baktesi
n 200
mg/ 12
jam
Mikasi
n 20
mg/ 12
jam
29

BAB IV
PEMBAHASAN

Neonatus laki-laki dengan usia kehamilan 38-40 minggu, lahir dariibu

primigravida (riwayatobstetri G1P0A0H0) dengan HbsAg positif. Berat badan

neonatus 2750 gram, saatlahir bayi tidak langsung menangis kemudian dilakukan

resusitasi VTP 2 siklus dan kemudian bayi menangis dan tonus otot cukup baik.

Nilai APGAR 4/6, maturitas bayi menggunakan Ballard score didapatkan score

36 dengan perkiraan masa kehamilan 38-40 minggu. Pada grafik pertumbuhan

janin Lubchenco didapatkan hasil neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan

dengan berat badan lahir cukup.

Tingginya risiko penularan virus Hepatitis B dari ibu ke bayi sekitar 90 %

baik saat intrauterin, persalinan dan setelah bayi lahir. Untuk pencegahan awal

penularan dari ibu ke bayi, Kementerian Kesehatan mengeluarkan peraturan

kementerian kesehatan No.52 tahun 2017 tentang eliminasi penularan HIV, sifilis,

dan hepatitis B dari ibu ke anak. Penyelenggaraan eliminasi penularan dilakukan

melalui kegiatan deteksi dini dan penanganan kasus. Deteksi dini dilakukan oleh

tenaga kesehatan disetiap pelayanan kesehatan melalui pemeriksaan darah pada

ibu hamil, paling sedikit 1 kali pada masa kehamilan.13 Di Rumah Sakit Umum

Daerah Arifin Ahmad sudah dilakukan pemeriksaan darah pada setiap ibu hamil

sebagai deteksi dini.

Faktor risiko terbesar terjadinya infeksi HBV pada anak-anak adalah

melalui transfer perinatal dari ibu dengan status HBsAg positif. Pemilihan metode

persalinan pada pasien hepatitis B harus dipertimbangkan dengan baik. Persalinan


30

seksio sesaria elektif berhasil menurunkan transmisi hepatitis B hingga setengah

dari transimisi persalinan pervaginam.14

Sekitar 70-90% dari anak-anak dengan ibu HbsAg positif akan tumbuh

dengan infeksi HBV kronis apabila tidak diterapi. Penanganan kasus terhadap ibu

terdeteksi Hepatitis B di fasilitas pelayanan kesehatan harus menerapkan

pencegahan dan pengendalian infeksi, di Rumah Sakit Umum Daerah Arifin

Ahmad sudah menerapkan pencegahan dan pengendalian infeksi sesuai dengan

peraturan perundang-undangan. Penanganan pada anak dari ibu terinfeksi hepatitis

B adalah mendapatkan imunisasi vaksin Hepatitis B dan HBIg <12 jam,

dilanjutkan dengan imunisasi HB 1,2,3 dan 4 (sesuai dengan program imunisasi

nasional). 6,8,12 Imunoprofilaksis merupakan bagian terpenting dalam pencegahan

transmisi vertikal hepatitis B dan konsekuensinya. penambahan hepatitis B

imunoglobulin akan menurunkan angka transmisi vertikal yang lebih baik

dibandingkan dengan pemberian vaksinasi saja.15 Pada neonatus ini dilakukan

pemberian HBIg dan vaksin hepatitis B, namun perlu dilakukan pemeriksaan

HbsAg dan titer anti HBs secara berkala saat bayi usia 9 – 12 bulan. Jika titer HBs

tinggi maka bayi sudah memiliki kekebalan, sedangkan bila tidak terbentuk

antibodi imunisasi diulang 3 dosis dengan interval 2 bulan. Kemampuan efikasi

pada pemeberian vaksin hepatits B saja sekitar 75% sedangkan kemampuan

efikasi pemeberian vaksisn Hepatitis B dan HBIg mencapai 94%.16

Pemberian ASI pada bayi yang telah mendapatkan imunoprifilaksis

(HBIg dan vaksin Hepatitis B) dari ibu hepatitis B bukan merupakan

kontraindikasi, namun perlu memperhatikan adanya luka atau lesi disekitar

payudara yang dapat meningkakan paparan virus hepatitis B kepada bayi,

sehingga diperlukan edukasi pemberian ASI pada bayi dengan ibu hepatitis B.16
31

Pemberian imunoprofilaksis pada bayi dengan ibu dengan hepatitis B

masih menunjukkan kegagalan pada sebagian kecil kasus. Faktor risiko terjadinya

kegagalan imunoprofilaksis yaitu status HBeAg ibu yang positif dan kadar HBV

DNA ibu lebih dari 106 kopi/mL, untuk itu perlu pengecekan ulang terhadap ibu

dan anak lebih17


32

Daftar Pustaka

1. World Health Organization.Hepatitis B. [cited July 18th 2019]; Available


at: https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-b
2. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pusat Data dan Informasi.
Situasi Penyakit Hepatitis B di Indonesia Tahun 2017. Jakarta:
Kementerian Kesehatan RI; 2017
3. Gomella TL, Cunningham MD, Eyal FG. Neonatologi Management
Procedures ON-Call Problems Diseases and Drugs. Sixth Edition. USA;
2009;4(6):465-8
4. Sanityoso, Andri. Hepatitis Viral Akut. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II. Edisi V Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2014. 645-52.
5. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar.
Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan RI; 2013.
6. Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF. Nelson Ilmu
Kesehatan Anak. Edisi VI. Singapore: Elsevier; 2014; 111(17);493-6
7. Budihusodo U, Purwita W, Mansjoer A, Alwi I, Setiati S, et al. Penyakit-
penyakit pada kehamilan : peran seorang internis. Jakarta : Interna
Publishing. 2008;393-405.
8. Pujiarto PS, Zulkarnain Z, Bisanto J, Oswari H. Bayi Terlahir Dari Ibu
Pengidap Hepatitis B. Sari Pediatri. 2000;2(1):48 – 49
9. Vergani D, Mieli-Vergani G. Viral Hepatitis: virus/host interaction. J
Gastroenterol Hepatol. 2004;19:S307-10
10. Ganem D, Prince AM. Hepatitis B virus infection natural history and
clinical consequences. N Engl J Med.2004;350:1118-29
11. Lu CY, et.al. Waning immunity to plasma-derived hepatitis B vaccine and
the need for boosters 15 years after neonatal vaccination;2004.
12. Zhang SL, et.al. Mechanism of intrauterine infection of hepatitis B
virus.World J Gastroenterol. 2004;10(3):437-438
33

13. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Eliminasi Penularan


Human Immunodeficiency Virus, Sifilis dan Hepatitis B dari Ibu Ke Anak.
No. 52 ; 2017.
14. Pan CQ, Zou HB, Chen Y, Zhang X, Zhang H, Li J, et al. Cesarean section
reduces perinatal transmission of hepatitis B virus infection from hepatitis
B surface antigen-positive women to their infants. Clin Gastroenterol
Hepatol. 2013;11(10):1349-55.

15. Shi Z, Li X, Ma L, Yang Y. Hepatitis B immunoglobulin injection in


pregnancy to interrupt hepatitis B virus mother-to-child transmission-a
meta-analysis. Int J Infect Dis. 2010;14(7):622-34.

16. Yi P, Chen R, Huang Y, Zhou R, Fan XG. Management of mother to child


transmistion of hepatitis B virus: propositions and challenges. Journal of
Clinical Virology. 2016;77(1):32–39.

17. Khumaidi AI, Gani RA, Hasan I. pencegahan transmisi vertikal hepatitis
B: fokus pada penggunaan antivirus antenatal. Jurnal penyakit dalam
indoesia.2016;3(4):225

Anda mungkin juga menyukai