DisusunOleh:
Hairini Elita
Atya Nasmah
Rizka Ismiana
Pembimbing :
Dr. Nazardi Oyong, Sp.A
hepatitis B (HBV). Hepatitis B mejadi masalah kesehatan utama dunia yang dapat
menyebabkan infeksi kronis dan resiko tinggi kematian akibat sirosis dan kanker
hati. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015 sekitar 257 juta
orang hidup dengan infeksi hepatitis B kronis dan 27 juta orang (10,5%)
diantaranya mengetahui bahwa telah terinfeksi hepatitis B sedangkan 4,5 juta orang
tahun 2013 sebesar 1,2% meningkat dua kali dibandingkan Riskesdas tahun 2007
yang sebesar 0,6%. Prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia di atas
Hepatitis B (21,8%).2
Penularan hepatitis B 95% dapat terjadi secara vertikal yaitu dari ibu yang
positif hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya. Setiap tahun di United States lebih
kurang 20.000 bayi baru lahir terinfeksi virus hepatitis B dari ibu dengan HbsAg
positif dan lebih kurang 5.500 bayi baru lahir yang tidak diberikan imunoprofilaksis
menjadi infeksi kronis.3 Sekitar 10% ibu, tidak mengetahui status infeksi pembawa
HBV kronis yang berisiko menularkan infeksi HBV ke bayi mereka.Di Indonesia,
persentase ibu hamil dengan HBsAg reaktif pada tahun 2017 tertinggi di Nusa
Pada janin, penularan infeksi HBV dapat terjadi dengan beberapa cara, yaitu
dari transplasenta transmisi yang terjadi selama kehamilan atau pada saat kehamilan
terjadi kebocoran plasenta, penularan pada kejadian ini terjadi sekitar kurang dari
5%. Perinatal transmisi pada paparan HBV dalam cairan ketuban, sekret vagina
10
11
atau darah ibu, penularan dengan cara ini dapat menginfeksi neonatus sekitar 90%.
mekanisme lainnya.4
menderita hepatitis B akut atau pengidap persisten HBV kepada bayi yang
penularan HBV in-utero, penularan perinatal dan penularan post natal. Penularan
HBV in-utero ini sampai sekarang belum diketahui dengan pasti, karena salah satu
fungsi dari plasenta adalah proteksi terhadap bakteri atau virus. Bayi dikatakan
HbsAg positif.6
Sebagian besar ibu dengan HbsAg positif akan menularkan infeksi HBV vertikal
kepada bayi yang dilahirkannya sedangkan ibu yang anti-Hbe positif tidak akan
menularkannya. Penularan post natal terjadi setelah bayi lahir misalnya melalui ASI
yang diduga tercemar oleh HBV lewat luka kecil pada payudara dan dalam mulut
bayi. Pada kasus persalinan lama (lebih dari 9 jam) cenderung meningkatkan
penularan vertikal. Kehamilan tidak akan memperberat infeksi virus, akan tetapi
jika terjadi infeksi akut bisa mengakibatkan hepatitis fulminan yang dapat
menimbulkan mortalitas tinggi pada ibu dan bayi. Jika penularan virus hepatitis B
dapat dicegah berarti mencegah terjadinya kanker hati secara primer yang
dipengaruhi titer DNA virus hepatitis B tinggi pada ibu (semakin tinggi
kemungkinan bayi akan tertular). Infeksi akut terjadi pada kehamilan trisemester
Ada perbedaan antara infeksi hepatitis B yang terjadi pada awal kehidupan
dengan infeksi hepatitis B yang terjadi pada masa dewasa. Infeksi yang terjadi sejak
awal kehidupan atau sejak dalam kandungan, membawa risiko kronisitas sebesar
besar bayi baru lahir yang terlahir dari ibu yang menderita suatu penyakit, baik
sebelum, selama hamil, atau pada saat menghadapi proses persalinan tidak
menunjukkan gejala sakit pada saat dilahirkan atau beberapa waktu setelah lahir,
namun bukan berarti bayi baru lahir tersebut aman dari gangguan akibat dari
penyakit yang diderita ibu. Hal tersebut dapat merugikan bayi, meningkatkan
Bayi yang mengidap infeksi HBV sejak lahir, memiliki peluang untuk
menderita HBV kronis dan kanker hepatoseluler lebih besar dari pada yang
mengidap virus pada usia yang lebih lanjut sehingga sangat penting memutus
transmisi virus dari ibu ke janin. Memotong transmisi infeksi hepatitis B tersebut
terhadap semua bayi baru lahir.9 Laporan kasus ini akan membahas tentang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hepatitis B adalah suatu sindrom klinis dan patologis yang disebabkan oleh
virus hepatitis, ditandai oleh berbagai tingkat peradangan dan nekrosis pada hati.
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus DNA yang termasuk dalam famili virus
Hepadnaviridae.4 Virion HBV yang utuh disebut partikel Dane, merupakan partikel
oleh suatu selubung protein dan terdiri atas: hepatitis B core antigen (HBcAg),
2.2 Epidemiologi
Masalah infeksi visrus Hepatitis B merupakan masalah kesehatan global
yang penting. Menurut World Health Organization (WHO), pada tahun 2015
sekitar 257 juta orang hidup dengan infeksi hepatitis B kronis dan 4,5 juta orang
tahun 2013 sebesar 1,2% meningkat dua kali dibandingkan Riskesdas tahun 2007
yang sebesar 0,6%. Prevalensi semakin meningkat pada penduduk berusia di atas
Hepatitis B (21,8%). Penularan hepatitis B 95% dapat terjadi secara vertikal yaitu
dari ibu yang positif hepatitis B ke bayi yang dilahirkannya. Setiap tahun di United
States lebih kurang 20.000 bayi baru lahir terinfeksi virus hepatitis B dari ibu
dengan HbsAg positif dan lebih kurang 5.500 bayi baru lahir yang tidak diberikan
imunoprofilaksis menjadi infeksi kronis. Sekitar 10% ibu, tidak mengetahui status
14
infeksi pembawa HBV kronis yang berisiko menularkan infeksi HBV ke bayi
mereka. Di Indonesia, persentase ibu hamil dengan HBsAg reaktif pada tahun 2017
tertinggi di Nusa Tenggara Barat (6,15%) dan di data yang didapatkan di Riau
sebanyak 2,62%.2
2.3 Patofisiologi
bayi mendapat infeksi dari ibunya. Infeksi pada bayi dapat terjadi apabila ibu
menderita hepatitis akut pada trimester ketiga, atau bila ibu adalah pembawa
HBsAg. Bila ibu menderita Hepatitis B pada trimester pertama, biasanya terjadi
abortus. Transmisi virus dari ibu ke bayi dapat terjadi pada masa intra uterine, pada
masa perinatal, dan pada masa postnatal.3 Kemungkinan infeksi pada masa intra
uterine adalah kecil. Hal ini dapat terjadi bila ada kebocoran atau robekan pada
plasenta. Kita menduga infeksi adalah intra uterine bila bayi sudah menunjukkan
HBsAg positif pada umur satu bulan. Karena sebagaimana diketahui masa inkubasi
Infeksi pada masa perinatal yaitu infeksi yang terjadi pada atau segera
setelah lahir adalah kemungkinan cara infeksi yang terbesar. Pada infeksi perinatal,
bayi memperlihatkan antigenemia pada umur 3-5 bulan, sesuai dengan masa
waktu lahir atau melalui kontak dengan sekret yang infeksius pada jalan lahir. 3
mesenkim vilus dan sel endotel kapiler vilus sehingga menyebabkan terjadinya
berbagai lapisan sel pada plasenta. HBsAg dan HbcAg ditemukan di sel epidermis
amnion, cairan amnion, dan sekret vagina yang menunjukkan bahwa juga
memungkinkan untuk terjadinya infeksi ascending dari vagina. HBV dari cairan
dari berbagai lapisan plasenta mulai dari sisi janin ke sisi ibu.3
2.4 Diagnosis
akut tepat sebelum atau saat kehamilannya, maka wanita tersebut akan dites segera
saat melahirkan, jika tes dilakukan 6 bulan atau lebih dari sejak wanita tersebut
sakit, maka tes dibutuhkan untuk menentukan status HBsAg yang terakhir (imun
atau karier), terutama jika tes sebelumnya belum lengkap. Wanita hamil dengan
status HBsAg negatif, namun dicurigai memiliki riwayat kontak Hepatitis B, maka
Diagnosis serologis
1. Adanya HBsAg dalam serum tanpa adanya gejala klinik menunjukkan bahwa
untuk penularan.
2. Adanya HbeAg dalam serum memberi petunjuk adanya daya penularan yang
3. Adanya anti HBc IgM dapat kita pakai sebagai parameter diagnostik adanya
HBV yang akut, jadi merupakan stadium infeksi yang masih akut.
4. Adanya anti HBc IgG dapat dipakai sebagai petunjuk adanya proses
Skrining untuk HBsAg maternal pada ibu karier merupakan salah satu
pemeriksaan rutin antenatal. Walaupun tidak ada bukti bahwa infeksi HBV kronis
memiliki efek samping terhadap kehamilan, namun ditemukan bahwa infeksi HBV
fenomena ini belum jelas, namun faktor perbedaan etnik dan aktifitas penyakit pada
1. Bila ibu mengidap HBsAg positif untuk jangka waktu lebih dari 6 bulan dan
pemeriksaan dengan interval pemeriksaan antara 2-3 bulan, maka status ibu
4. Status HBsAg positif tersebut dapat disertai dengan atau tanpa HbeAg
positif.8
2.5 Tatalaksana
Berikut ini adalah panduan teknis baik terhadap ibu maupun terhadap
bayinya.3,8
17
dokter spesialis penyakit dalam. Selain itu dokter spesialis kandungan juga
3. Satu – dua minggu sebelum taksiran partus, dokter spesialis anak memastikan
4. Pada saat ibu in partu, dokter spesialis anak mendampingi dokter spesialis
kebidanan. Tindakan segera setelah bayi lahir (dalam waktu kurang dari 12
jam) adalah:8
b) Pada saat yang bersamaan, di sisi tubuh yang lain diberikan imunisasi pasif
a. Dilakukan pemeriksaan anti HBs dan HbsAg berkala pada usia 7 bulan
(1) Bila pada usia 7 bulan tersebut anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan
(2) Bila anti HBs dan HBsAg negatif, diberikan satu kali tambahan dosis
Bila anti HBs positif, dilakukan pemeriksaan yang sama pada usia 1,
(3) Bila pasca vaksinasi tambahan tersebut anti HBs dan HBsAg tetap
(4) Bila pada usia 7 bulan anti HBs negatif dan HBsAg positif, dilakukan
SGOT/PT, USG hati, alfa feto protein, dan HBsAg, idealnya disertai
setiap 2-3 bulan. Bila SGOT/PT meningkat pada lebih dari 2 kali
virus.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
No MR : 01018064
Agama : Protestan
19
Suku : Batak
Tanggal masuk RSUD AA, Op SC (Lahir) : 25 Juni 2019 pukul 12.25 WIB
ANAMNESIS
Keluhan utama : Neonatus usia 1 jam pindahan dari ruang OK IGD RSUD
Neonatus laki-laki lahir pada tanggal 25 Juni 2019 pukul 12.25 WIB di
RSUD Arifn Achmad secara sectio caesarea atas indikasi ibu Eklamsia dan HbsAg
positif serta fetal takikardia (162 dpm). Diagnosis kehamilan G1P0A0H0 hamil
aterm 39-40 minggu inpartu kala 1 fase laten dengan Eklamsi dan HbsAg positif
serta fetal takikardia, janin tunggal hidup intra uterin presentasi kepala. Saat lahir,
positif (VTP) 2 siklus dan bayi menangis serta tonus otot cukup baik. Bayi
diletakkan di dalam infant warmer dengan penilaian score APGAR pada menit
Keadaan bayi setelah lahir merintih (+), retraksi ringan (+), sianosis (+),
sesak (-), akral dingin, muntah (-). Nilai down score pada neonatus ini adalah 05.
20
Inisiasi menyusui dini (IMD) tidak dilakukan karena neonatus segera dibawa ke
paha kiri dan salep mata di ruang OK IGD RSUD Arifin Achmad serta langsung
dilakukan pengukuran antropometri saat lahir, salah satunya berat badan saat lahir
yaitu 2750 gram. Sisa ketuban berwarna kehijauan, buang air besar dan buang air
Bayi tiba di NICU usia 1 jam, pernapasan bayi 56 kali/menit dengan saturasi
86% sehingga langsung diberikan oksigen BCPAP Fio2 30 dan peep 7 H20 dan
down score di dalam infant warmer didapatkan nilai 05, kemudian dilakukan
37,5oC didalam inkubator, setelah itu kondisi hipotermia teratasi dengan hasil
pengukuran suhu tubuh 36,6 oC. Pengukuran gula darah 1 jam setelah lahir
didapatkan 123 g/dL. Pada usia 1 hari bayi dipuasakan atau nothing per oral (NPO)
antibiotik, kemudian direncanakan pemeriksaan septik marker dan darah rutin. Bayi
juga diberikan hepatitis B immune Globulin Human (HyperHeb B) 0,5 mL, 2 jam
bayi adalah bayi cukup bulan 38-40 minggu, sesuai masa kehamilan, berat badan
lahir cukup 2750 gram lahir secara sectio caesarea atas indikasi ibu dengan
Eklamsia, HbsAg positif, fetal takikardia dengan gawat napas dan hipotermi.
21
Riwayat kehamilan:
Ibu P1A0H1 dengan HbsAg positif yang baru diketahui saat masuk ke IGD
RSUD Arifin Achmad dengan keluhan jatuh dikamar mandi dan mengalami kejang.
Hari pertama haid terakhir (HPHT) tanggal 18 september 2018 dan taksiran usia
kehamilan 38-40 minggu berdasarkan perhitumham HPHT. Kelainan fisik ibu tidak
napas 28 kali/menit, berat badan hamil 70 kg, berat badan sebelum hamil 45 kg,
Obstetri dan Ginekologi dan dikatakan janin dalam keadaan baik, tekanan darah
ibu 110/70 dan tidak memiliki riwayat darah tinggi selama hamil. Ibu mulai
merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 12 minggu. Selama kehamilan ibu
mengalami penurunan nafsu makan, mual muntah yang hebat terutama pada 3
bulan pertama kehamilan, demam tidak ada, keputihan tidak ada dan ibu sering
mengkonsumsi zat besi, asam folat dan vitamin yang diberikan dokter.
- Ibu usia 23 tahun, pendidikan terakhir tamat SD, seorang ibu rumah tangga,
pada usia 15 tahun pernah bekerja selama 1 tahun menjadi perawat bayi.
- Ayah dan ibu tidak pernah periksa darah sebelumnya, tidak ada keluhan
Riwayat keluarga :
- Riwayat ante natal care (ANC) 3 kali dengan Dokter Spesialis Obstetri dan
Ginekologi
IGD RSUD AA
- Lingkar lengan 10 cm
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Darah rutin (29/06/2019)
- Hemoglobin : 16,0 g/dL
- Hematokrit : 44,9 % (L)
- Eritrosit : 4,42 x 10^6 mm3
- Leukosit :10,36 x 10^3 /uL
- Trombosit : 221 x 10^3 /uL
- MCV : 101,6 fL (H)
- MCH : 36,2 pg (H)
- MCHC : 35,6 g/dL
HitungJenis (29/06/2019)
- Basofil : 0,2 %
23
- Eosinofil : 5,2 %
- Neutrofil : 62,3 %
- Limfosit : 21,3 %
- Monosit : 11,0 %
- IT ratio : 0,24
Pemeriksaan Radiologi
X – Foto Thorax (25/06/2019) :
Diagnosis bayi:
1. Neonatus cuklup bulan (NCB) 38-40 minggu – Sesuai masa kehamilan (SMK)–
BBLC 2750 gr
3. Hipotermia
24
Diagnosis Banding
26
27
warna dinding
abdomen kemerahan, Genitalia: kelainan Genitalia: kelainan
abdomen supel, kogenital (-) kogenital (-)
lingkar abdomen 27
cm, organomegali (-), Ekstremitas: bentuk Ekstremitas: bentuk
BU (+), udem tali simetris, CTEV (-) simetris, CTEV (-)
pusat (-), anus (+)
Genitalia: kelainan
kogenital (-)
Ekstremitas: bentuk
simetris, CTEV (-)
Asses
NCB-SMK, Sindrom Gawat Napas, Ibu dengan HbsAg (+)
sment
T: T: T: T : didalam T: T : didalam
Inkubat Didala didalam box didala box
or suhu m box box dengan m box dengan
36,5 dengan dengan suhu dengan suhu
A : Tidak suhu suhu ruangan suhu ruangan ,
ada ruanga ruangan A : Tidak ruanga bayi
sumbat n A : Tidak ada n sudah
an jalan A : Tidak ada sumbatan A : Tidak boleh
nafas ada sumbata jalan ada pulang
B: sumbat n jalan nafas sumbat
Pemasa an nafas B : nafas an A : Tidak
ngan jalan B : nafas spontan jalan ada
BCPAP nafas spontan, nafas sumbata
Fio2 30 B : aff C : tidak B : nafas n jalan
dan BCPA C : tidak pakai infus spontan nafas
Plann peep 7 P, spo2 pakai infus
D:- C : tidak
ing H20, 94% B : nafas
D:- pakai
spo2 E : Asupan spontan
90% C : tidak infus
E : Asupan
C : 660- pakai OGT susu C : tidak
: susu D:-
80 infus formula 45- pakai infus
formula
cc/KgBB/ 40cc/3 jam 50 cc/3 jam E:
D:- D:-
hari Obat-obat : Asupan
D E: Obat-obat : E : Asupan
10 Baktesin OGT susu
Asupan
% Baktesin 200 mg/ 12 formula OGT susu
½ OGT susu 200 mg/ 12 jam 45-50 formula 60
NS formula jam Mikasin 20 cc/3 jam cc/3 jam
Pemberial 20-30 Mikasin 20 mg/ 12 jam Obat-obat
parenteral cc/3 jam mg/ 12 jam :
(9,1 ml) Obat-obat :
D:- Obat-obat Baktesin
200 mg/ Baktesin
28
BAB IV
PEMBAHASAN
neonatus 2750 gram, saatlahir bayi tidak langsung menangis kemudian dilakukan
resusitasi VTP 2 siklus dan kemudian bayi menangis dan tonus otot cukup baik.
Nilai APGAR 4/6, maturitas bayi menggunakan Ballard score didapatkan score
janin Lubchenco didapatkan hasil neonatus cukup bulan, sesuai masa kehamilan
baik saat intrauterin, persalinan dan setelah bayi lahir. Untuk pencegahan awal
kementerian kesehatan No.52 tahun 2017 tentang eliminasi penularan HIV, sifilis,
melalui kegiatan deteksi dini dan penanganan kasus. Deteksi dini dilakukan oleh
ibu hamil, paling sedikit 1 kali pada masa kehamilan.13 Di Rumah Sakit Umum
Daerah Arifin Ahmad sudah dilakukan pemeriksaan darah pada setiap ibu hamil
melalui transfer perinatal dari ibu dengan status HBsAg positif. Pemilihan metode
Sekitar 70-90% dari anak-anak dengan ibu HbsAg positif akan tumbuh
dengan infeksi HBV kronis apabila tidak diterapi. Penanganan kasus terhadap ibu
HbsAg dan titer anti HBs secara berkala saat bayi usia 9 – 12 bulan. Jika titer HBs
tinggi maka bayi sudah memiliki kekebalan, sedangkan bila tidak terbentuk
sehingga diperlukan edukasi pemberian ASI pada bayi dengan ibu hepatitis B.16
31
masih menunjukkan kegagalan pada sebagian kecil kasus. Faktor risiko terjadinya
kegagalan imunoprofilaksis yaitu status HBeAg ibu yang positif dan kadar HBV
DNA ibu lebih dari 106 kopi/mL, untuk itu perlu pengecekan ulang terhadap ibu
Daftar Pustaka
17. Khumaidi AI, Gani RA, Hasan I. pencegahan transmisi vertikal hepatitis
B: fokus pada penggunaan antivirus antenatal. Jurnal penyakit dalam
indoesia.2016;3(4):225