Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PENATALAKSANAAN

5.1 Rencana Pemeriksaan, Edukasi, dan Evaluasi

Pemeriksaan hematologi pasien tidak menunjukkan adanya anemia (Hb normal) dan
adanya infeksi (leukosit normal). Pemeriksaan urin, terdapat glukosa +4, artinya pasien
mengalami glukosuria (salah satu gejala diabetes). Selain itu, pada urin tampak adanya
leukosit dan eritrosit yang masih dalam jumlah normal. Albumin/ protein urin negatif yang
menandakan belum terdapat gangguan fungsi ginjal. Namun, sekitar 20-40% penyandang
diabetes dapat mengalami komplikasi nefropati diabetik sehingga perlu dilakukan
pemeriksaan microalbuminuria. Diagnosis nefropati diabetik ditegakkan jika didapatkan
kadar albumin > 30 mg dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu
3- 6 bulan. Pemeriksaan kreatinin juga disarankan untuk melihat gangguan fungsi ginjal.
(PERKENI, 2011)

Profil lipid pasien yaitu LDL, trigliserid, dan total kolesterol meningkat sedangkan
HDL menurun. Hal ini menunjukkan pasien mengalami dislipidemia. Dislipidemia pada
penyandang diabetes lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit kardiovaskular
(PERKENI, 2011). Dislipidemia juga dapat dikaitkan dengan fatty liver yang terlihat dari
pemeriksaan USG pasien. Oleh karena itu, perlu dilakukan pemeriksaan EKG dan foto thorax
pada pasien. Pemeriksaan EKG dan foto thorax dilakukan untuk menilai apakah sudah
terdapat kelainan jantung yang berkaitan dengan kelainan kardiovaskular (Kariadi SHKS,
2009). Selain itu, foto thorax dimaksudkan untuk melihat apakah ada infeksi paru (khususnya
TBC) (Kariadi SHKS, 2009). Hal ini dikarenakan penyandang diabetes lebih rentan
terjangkit TBC paru. (PERKENI, 2011)

Pemeriksaan GDP dan GDPP, atau GDS dilakukan untuk mengontrol kadar glukosa.
Pemeriksaan ini dapat dialakukan di laboratorium atau di rumah. Pemantuan glukosa darah
yang dapat dilakukan secara mandiri dengan alat pengukur glukosa darah. Secara berkala,
hasil pemantauan dengan cara ini perlu dibandingkan dengan pemeriksaan laboratorium.
(PERKENI, 2011)
Tes A1C merupakan cara yang digunakan untuk menggambarkan ikatan glukosa
dengan hemoglobin dalam 3 bulan. Tes ini juga merupakan suatu kriteria diagnosis DM
menurut ADA, 2013. Selain itu, pasien ini diharapkan melakukan tes ini dalam 3-6 bulan
sekali untuk menilai efek perubahan terapi. (PERKENI, 2011)

Funduskopi dilakukan untuk mendeteksi salah satu komplikasi diabetes yaitu


retinopati. Pasien diharapkan memeriksakan matanya ke oftalmologist secara berkala (2-3
bulan sekali) (ADA, 2013). Pasien juga disarankan untuk dikonsultasi ke perawat khusus
kaki (podiatris) jika terdapat tanda-tanda diabetik foot. (PERKENI, 2011)

5.2 Rencana Terapi, Edukasi, dan Evaluasi

Tujuan penatalaksanaan : (1) Jangka pendek: menghilangkan keluhan dan tanda DM,
mempertahankan rasa nyaman, dan mencapai target pengendalian glukosa darah, (2) Jangka
panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyuli mikroangiopati, makroangiopati,
dan neuropati, dan (3) Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas
DM. (PERKENI, 2011)

Terapi Non-Farmakologik (PERKENI, 2011)

Edukasi. Pemberdayaan penyandang diabetes memerlukan partisipasi aktif dari


pasien, keluarga dan masyarakat, dan tim kesehatan. Pasien juga diberi pengetahuan tentang
pemantauan glukosa darah mandiri (untuk pemantauan ini dapat dilakukan secara mandiri,
setelah mendapat pelatihan khusus), tanda dan gejala hipoglikemia serta cara mengatasinya.

Terapi Gizi Medis. Komposisi makanan yang dianjurkan, diantaranya karbohidrat


(45-65% total asupan energi), protein (10 – 20% total asupan energi), lemak (20-25%
kebutuhan kalori), natrium (Anjuran asupan natrium untuk penyandang diabetes sama
dengan anjuran untuk masyarakat umum yaitu tidak lebih dari 3000 mg atau sama dengan 6-
7 gram (1 sendok teh) garam dapur, serat ( ± 25 g/hari), dan pemanis alternative (fruktosa
tidak dianjurkan digunakan pada penyandang diabetes karena efek samping pada lemak
darah ; pemanis aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted Daily
Intake / ADI).
Kami belum dapat menentukan status gizi berdasarkan rumus Brocca untuk
mengetahui total kebutuhan kalori dan distribusi makanan Ny. J karena tidak diketahui tinggi
badan dan berat badan Ny. J.

Latihan Jasmani. Prinsip latihan jasmani bagi diabetisi, sama dengan prinsip latihan
jasmani secara umum, yaitu memenuhi beberapa hal, seperti frekuensi (3-5 kali per minggu),
intensitas (60-70 % Maximum Heart Rate), durasi (30-60 menit) dan jenis (latihan jasmani
endurans (aerobik) untuk meningkatkan kemampuan kardiorespirasi).

Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasaran, dilakukan intervensi


farmakologis.

Terapi Farmakologik (OHO)

Metformin. Dalam konsensus ADA-EASD (2008), Metformin dianjurkan sebagai


terapi obat lini pertama untuk semua pasien DM tipe 2. Metformin bermanfaat terhadap
sistem kardiovaskular dan mempunyai resiko yang kecil terhadap kejadian hipoglikemia.
penggunaan metformin pada lansia dibatasi oleh adanya efek samping gastrointestinal
berupa anoreksia, mual, dan perasaan tidak nyaman pada perut (terjadi pada 30% pasien).
Untuk mengurangi kejadian efek samping ini, dapat diberikan dosis awal 500 mg, kemudian
ditingkatkan 500 mg/minggu untuk dapat mencapai kadar gula darah yang diinginkan.
(Majelis Kedokteran Indonesia, 2010)

Glibenklamid. Dalam penelitian uji klinis, terapi kombinasi antara glyburide


(glibenklamid) dengan metformin. Dosis awal 2,5 mg per hari atau kurang, rata-rata dosis
pemeliharaan adalah 5-10 mg/hari, dapat diberikan sebagai dosis tunggal. Tidak dianjurkan
memberikan dosis pemeliharaan lebih dari 20mg/hari. (Farmakologi dan Terapi, Edisi 5, hal
490)

Kombinasi Metformin dan SU merupakan kombinasi yang paling ideal (Prof. Dr.
Harsinen Sanusi, SpPD-KE, 2011).

Konsensus ADA dan EASD menganjurkan pemeriksaan HbA1C setiap 3 bulan serta
penambahan obat kedua jika target terapi HbA1C <7% tidak tercapai dengan modifikasi gaya
hidup dan metformin. Untuk dapat mencapai target HbA1c, diperlukan target kadar gula
darah puasa 70-130 mg/dl dan kadar gula postprandial <180 mg/dL.

Jika target kontrol gula darah tidak tercapai dengan pemberian OHO dan modifikasi
gaya hidup maka dapat di pikirkan untuk memulai penggunaan terapi insulin pada pasien.

Terapi insulin :

Glargine mempunyai efek “peakless effect” sehingga dapat mengurangi kejadian


hipoglikemik pada malam hari. Target pencapaian gula darah dengan terapi insulin yaitu: 5.0
– 7.2 mmol/l sebelum makan, <10.0 mmol/l setelah makan dan kadar HbA1c 6.5 – 7.0%
(7.5%). (Pat & Urmila, 2011). Dosis awal insulin glagirne 10 IU sekali sehari. Dosis
selanjutnya diatur menurut kebutuhan pasien,dengan dosis total harian berkisar dari 2-100
IU, disuntikan secara subkutan pada malam hari sebelum tidur dan tidak diberikan secara IV
dengan masa mula kerja 2-5 jam dan mencapai puncak pada 5-24 jam dengan masa kerja 18-
24 jam.

Terapi untuk Dislipidemi

Simvastatin. Dosis yang dianjurkan 20 – 40 mg/hari. Simvastatin menurunkan kadar


LDL, VLDL, dan IDL dan meningkatkan HDL. (Farmakologi dan Terapi, 2007)

Target Kontrol Lipid

Kategori resiko berdasarkan kadar lipoprotein pada pasien DM dewasa : (American


Diabetes Association, 2002)

Tabel
Personal Predrug

Obat Kemanjuran Kecocokan Keamanan Biaya


Hipoglikemik
Oral 50 20 20 10
Metformin Menurunkan Tidak boleh diberikan pada Mual, Rp.
produksi kehamilan, penyakit hepar muntah, diare 24.503
glukosa di yang berat,penyakit ginjal pada hampir
hepar dan dengan uremia dan jantung 20% pasien.
meningkatkan kongestif
sensitivitas
jaringan otot
dan adipose
terhadap
insulin, tidak
menyebabkan
hipoglikemi

Glibenklamid Merangsang Tidak diberikan sebagai Hipoglikemi, Rp.


sekresi insulin terapi tunggal pada pasien mual, 9.720
melalui dibat juvenil, kebutuhan gangguan
interaksi insulin yang tidak stabil, saluran cerna,
dengan ATP- DM berat, DM dengan muntah,
sensitiv K kehamilan gejala
channel pada hematologik
membran sel
β.

Akarbose Menghambat Hipersensitif Fleatulen, Rp.


kerja enzim α- terhadap acarbose dan/atau diare, 20.800
glikosidase di zat tidak aktifnya, abdominal
brush border gangguan intestinal kronis bloating
intestin, dapat yang berhubungan dengan
mencegah absorpsi dan gangguan
peningkatan pencernaan secara nyata
glukosa
plasma

Nilai
Metformin 8 7 6 6

Glibenklamid 8 6 6 7

Akarbose 7 6 6 4

Total : Metformin : 400 + 140 + 120 + 60 = 720


Glibenklamid : 400 + 120 + 120 + 70 = 710
Akarbose : 350 + 120 + 120 + 40 = 630

Anda mungkin juga menyukai