Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis dan


dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau disebut penyakit degeneratif.
Osteoarthritis merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai
di dunia (Bethesda, 2013). Berdasarkan National Centers for Health Statistics,
diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 35 – 74 tahun mempunyai
keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi dan tingkah kaparahan
osteoarthritis berbeda-beda antara rentang dan lanjut usia.
Menurut World Health Organization (who) tahun 2004, diketahui bahwa
osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa diseluruh dunia dan mencapai 24 jiwa di
kawasan Asia Tenggara. Osteoarthritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui
secara pasti penyebabnya, akan tetaapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan
sendi secara bertingkat. Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada
penderita sehingga menggaggu aktivitas sehari-hari.
Di Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta mengalami gejala osteoarthritis sementara di
Amerika Serikat, 1 dari 7 orang dewasa menderita osteoarthritis. Osteoarthritis
menempati tempat urutan kedua setelah penyakit kardiovasikuler sebagai akhibat dari
ketidakmampuan fisik di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 sampai 15 %
orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun menderita osteoarthritis (Reginster,
2002). Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari osteoarthritis sangat besar, tidak
hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga dan lingkungan.
Dari aspek karakteristik umum pasien yang didiagnosis penyakit sendi
osteoarthritis, menurut Arthritis Research UK (2012), memperlihatkan bahwa usia,
jenis kelamin, obesitas, ras/genetik, dan trauma pada sendi mempunyai kolerasi
terhadap terjadinya osteoarthritis. Prevalensi penyakit osteoarthritis meningkat secara
dramatis di antara orang yang memiliki usia lebih dari 50 tahun. Hal ini adalah karena
terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada kolagen dan proteoglikan yang
menurunkan ketegangan dari tulang rawan sendi dan juga karena pasokan nutrisi
yang berkurang untuk tulang rawan (Lozada, 2013).
Wanita juga lebih cenderung terkena penyakit osteoarthritis dibanding pria
karena pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka panjang pada
lutut mereka. Selain itu, faktor sosial seperti pekerjaan yang dilakukan seharian juga
mempengaruhi timbulnya osteoarthritis, terutama pada atlet dan orang-orang yang
pekerjaannya memerlukan gerakan berulang (pekerja landskap, mengetik atau
mengoperasikan mesin), memiliki risiko lebih tinggi terkena osteoarthritis. Hal ini
adalah karena terjadinya cidera dan meningkatkan tekanan pada sendi tertentu
(Anonim, 2013).
Gaya hidup juga mempengaruhi kehidupan seseorang yang menderita
penyakit osteoarthritis. Perubahan gaya hidup dan pengobatan yang dilakukan dapat
membantu mengurangi keluhan osteoarthritis. Perubahan berat badan dapat
meningkatkan tekanan pada bagian sendi, terutamanya pada bagian lutut dan pinggul.
Diet yang sehat diperlukan untuk mengurangi berat badan. Pola makan yang sehat
berserta olahraga dapat menurunkan terjadinya osteoarthritis, kurang aktifitas fisik
dikenal sebagai faktor risiko untuk banyak penyakit pada populasi manula dan
peningkatan aktifitas fisik pada pasien osteoarthritis akan menurunkan morbiditas dan
mortalitas.
B. Tujuan

Untuk mengetahui apa itu penyakit osteoarthritis, dan bagaimana cara


merawatnya.
C. Manfaat

Diharapkan pembaca dapat mengerti apa itu osteoarthritis dan dapat menerapkan
asuhanan keperawatan kepada penderita osteoarthritis.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan lambat, biasa
mempengaruhi sendi diartrodial perofer dan rangka aksial. Penyakit ini ditandai
dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikukar yang berakhibat pada
pembentukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang terbatas, deformitas, dan
ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau tidak pada sendi yang dipengaruhi
(Elin dkk, 2012).

B. Faktor Penyebab
Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua yaitu
osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osetoarthritis primer atau dapat
disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memilik penyebab yang pasti (tidak
diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistematik maupun proses perubahan
lokal sendi. Osteoarthritis sekunder terjadi disebebabkan oleh inflamasi, kelainan
sistem endokrin, metabolit, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan
immobilisasi yang terlalu lama. Kasus osteoarthritis primer lebih sering dijumpai
pada praktek sehari-hari dibandingkan dengan osteoarthritis sekunder ( Soeroso dkk,
2012).
Selama ini osteoarthritis sering dipandang sebagai akibat dari proses penuaan dan
tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa osteoarthritis merupakan
gangguan keseimbangan dari metabolise kartilago dengan kerusakan struktur yang
penyebabnya masih belum jelas diketahui (Soeroso dkk, 2012). Kerusakan tersebut
dapat diawali oleh kegagalan mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan
cedera (Felson, 2013).

C. Faktor Resiko
Resiko terkena osteoarthritis juga dapat berubah dari waktu ke waktu tergantung
pada usia dan gaya hidup seseorang. Terdapat beberapa faktor resiko yang dapat
dilihat pada pasien osteoarthritis secara umum seperti berikut : (Anonim, 2012) :
a. Usia
Prevalensi dan keparahan osteoarthritis meningkat sering dengan
bertambahnya usia seseorang. Semakin meningkat usia seseorang, semakin
bertambah rasa nyeri dan keluhan pada sendi.
b. Berat badan
Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin besar kemungkinan
seseorang untuk menderita osteoarthritis. Hal ini adalah disebabkan karena seiring
dengan bertambahnya berat badan seseorang, beban yang akan diterima oleh
sendi pada tubuh makin besar. Beban yang diterima oleh sendi akan memberikan
tekanan pada bagian sendi yang berpengaruh, contohnya pada bagian lutut dan
pinggul.
c. Trauma
Trauma pada sendi atau penggunaan sendi secara berlebihan. Atlet dan
orang-orang yang memiliki pekerjaan yang memerlukan gerakan berulang
memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena osteoarthritis karena mengalami
cidera dan peningkatan tekanan pada sendi tertentu. Selain itu, terjadi juga pada
sendi dimana tulang telah retak dan telah dilakukan pembedahan.
d. Genetika
Genetika memainkan peranan dalam perkembangan osteoarthritis.
Kelainan warisan tulang mempengaruhi bentuk dan stabilitas sendi dapat
menyebabkan osteoarthritis. Nodus Herberden adalah 10 kali lebih banyak terjadi
pada wanita dibanding laki-laki, dengan risiko dua kali lipat jika ibu kepada
wanita itu mengalami osteoarthritis (Hansen & Elliot, 2015). Nodus Herberden
dan Nodus Bouchard terjadi pada bagian sendi pada tangan.
e. Kelemahan pada otot
Kelemahan pada otot-otot sekeliling sendi dapat menyebabkan terjadinya
osteoarthritis. Kelemahan otot dapat berkurang disebabkan oleh faktor usia,
inaktivasi akibat nyeri atau karena adanya peradangan pada sendi.
f. Nutrisi
Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D. Kadar
vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu kemampuan tulang untuk
merespons secara optimal proses terjadinya osteoarthritis dan akan mempengaruhi
perkembangannya. Kemungkinan vitamin D mempunyai efek langsung terhadap
kondrosit di kartilago yang mengalami osteoarthritis, yang terbukti membentuk
kembali reseptor vitamin D.

D. Tanda Dan Gejala Klinis


Pada umumnya, pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-keluhan
yang dirasakan telah berlangsung lama, tetapi berkembang secara perlahan. Berikut
adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien osteoarthtitis :
a. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya bertambah
dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan yang
tertentu terkdang dapat menimbulkan rasa nyeri yang melebihi gerakan lain.
Perubahan ini dapat ditemukan meski osteoarthritis masih tergolong dini (secara
radiologis) (Soeroso dkk, 2012).
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan sejalan
dengan pertumbuhan rasa nyeri (Soeroso dkk, 2012)
c. Kaku pagi
Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau setelah
tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau duduk di mobil
dalam waktu yang cukup lama, bahkan setiap bangun tidur pada pagi hari
(Soeroso dkk, 2012).
d. Krepitasi
Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit. Gejala
ini umum dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut. Pada awalnya hanya berupa
perasaan akan adanya sesuatu yang patah atau remuk oleh pasien atau dokter yang
memeriksa. Seiring dengan perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar
hingga jarak tertentu (Soeroso dkk, 2012).
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso dkk, 2012).
f. Pembengkakan sendi yang asimetris
Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada sendi
yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya osteofit, sehingga
bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso dkk,2012).
g. Tanda – tanda peradangan
Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan gerak,
rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat dijumpai pada
osteoarthritis karena adanya sinovitis. Biasanya tanda-tanda ini tidak menonjol
dan timbul pada perkembangan penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering
dijumpai pada osteoarthritis lutut (Soeroso dkk, 2012).
h. Perubahan gaya berjalan
Gejala ini merupakan gejala yang membebankan pasien dan merupakan
ancaman yang besar untuk kemandirian pasien osteoarthritis, terutama pada
pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi
tumpuan berat badan tertentu pasa osteoarthritis lutut ( Soeroso dkk, 2012)
Daftar Pustaka

Adnyana, I,K., Andrajati, R., Setiadi, A. P., Sigit, J.I., Sunandar, E.Y., dkk. 2012. ISO
Farmakoterapi. PT ISFI Penerbitan : Jakarta.
Felson D T. Osteoarthritis. In: Fauci AS, et al., editors. HARRISON’S Principles of
Internal Medicine.17thed. New York:McGraw-Hill Companies Inc.;2012.p.2158-2165.

Soeroso S, Isbagio H, Kalim H, Broto R, PramudiyoR. Osteoartritis. In: Sudoyo A W,


Setiyohadi B, Alwi I,Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II Edisi IV. Jakarta:Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2013.p. 1195-1201.

Anda mungkin juga menyukai