Anda di halaman 1dari 9

Nama : Metta Santoso

Kelas : D4-2B

Nim : 1601470054

Appendicitis

A. Definisi Appendicitis

Appendicitis adalah peradangan akibat infeksi pada usus buntu atau umbai cacing. Infeksi
ini bias mengakibatkan pernanahan. Bila infeksi semakin bertambah para, usus buntu itu bias
pecah. Usus buntu merupakan saluran usus yang ujungnya buntu dan menonjol dari bagian
awal usus besre dan sekum. Usus buntu besarnya sekitar keliling tangan dan terletak di perut
kakan bawah. Struktur seperti bagiannusus lainnya. Namun, lendirnya banyak mengandung
kelenjar yang senantiasa mengeluarkan lender. ( Anonim, Apendisitis, 2007).

B. Etiologi
Appendiksitis merupakan infeksi bakteri yang disebabkan oleh obstruksi atau
penyumbatan
akibat :
1. Hiperplasia dari folikel limfoid.
2. Adanya fekalit dalam lumen appendiks.
3. Tumor appendiks.
4. Adanya benda asing seperti cacing askariasis.
5. Erosi mukosa appendiks karena parasit seperti E. Histilitica.
Menurut penelitian, epidemiologi menunjukkan kebiasaan makan makanan rendah serat
akan mengakibatkan konstipasi yang dapat menimbulkan appendiksitis. Hal tersebut akan
meningkatkan tekanan intra sekal, sehingga timbul sumbatan fungsional appendiks dan
meningkatkan pertumbuhan kuman flora pada kolon.

C. Tanda Dan Gejala Appendicitis


1. Rasa sakit di daerah epigastrum, daerah periumbilikus, di seluruh abdomen atau di
kuadran kanan bawah merupakan gejala-gejala pertama. Rasa sakit ini samar-samar,
ringan sampai moderat, dan kadang-kadang berupa kejang. Sesudah empat jam biasanya
rasa nyeri itu sedikit demi sedikit menghilang kemudian beralih ke kuadran bawah kanan.
Rasa nyeri menetap dan secara progesif bertambah hebat apabila pasien bergerak.
2. Anoreksia, mual, dan muntah yang timbul selang beberapa jam dan merupakan
kelanjutan dari rasa sakit yang timbul permulaan.
3. Demam tidak tinggi (kurang dari 380C), kekakuan otot, dan konstipasi.
4. Appendicitis pada bayi ditandai dengan rasa gelisah, mengantuk, dan terdapat nyeri
lokal. Pada usia lanjut, rasa nyeri tidak nyata. Pada wanita hamil rasa nyeri terasa lebih
tinggi di daerah abdomen dibandingkan dengan biasanya.
5. Nyeri tekan didaerah kuadran kanan bawah. Nyeri tekan mungkin ditemukan juga di
daerah panggul sebelah kanan jika appendiks terletak retrocaecal. Rasa nyeri ditemukan
di daerah rektum pada pemeriksaan rektum apabila posisi appendiks di pelvic. Letak
appendiks mempengaruhi letak rasa nyeri.
6. Adanya kekakuan pada bagian bawah otot rektum kanan dapat terjadi.

D. Patofisiologi
Penyebab utama appendiksitis adalah obstuksi penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperpl
asia dari polikel lympoid merupakan penyebab terbanyak adanya fekalit dalam lumen appendik.
Adanya benda asing seperti : cacing,striktur karenan fibrosis akibat adanya peradangan sebelunn
ya.Sebab lain misalnya : keganasan (Karsinoma Karsinoid).

Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama m
ukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang t
unika serosa dan peritonium viseral. Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yait
u torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.

Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan
aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai pe
ritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebu
t dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis ga
ngrenosa. Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi.

Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi a
kan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses. Pada anak – anak ka
rena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks ya
ng lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena tela
h ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat. Bila appendisitis infiltrat ini
menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kr
onis (Junaidi ; 1982).
E. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN APPENDIKSITIS
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Identitas klien Nama, umur, jenis kelamin, status perkawinan, agama, suku/bangsa, pendidikan, p
ekerjaan, pendapatan, alamat, dan nomor register.

2. Riwayat Keperawatan
* Riwayat Kesehatan saat ini : keluhan nyeri pada luka post operasi apendektomi, mual muntah,
peningkatan suhu tubuh, peningkatan leukosit.

* Riwayat Kesehatan masa lalu

3. Pemeriksaan Fisik
* Sistem kardiovaskuler : Untuk mengetahui tanda-tanda vital, ada tidaknya distensi vena jugular
is, pucat, edema, dan kelainan bunyi jantung.

* Sistem hematologi : Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan leukosit yang merupakan tan
da adanya infeksi dan pendarahan, mimisan splenomegali.

* Sistem urogenital : Ada tidaknya ketegangan kandung kemih dan keluhan sakit pinggang.

* Sistem muskuloskeletal : Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan dalam pergerakkan, sakit p
ada tulang, sendi dan terdapat fraktur atau tidak.

* Sistem kekebalan tubuh : Untuk mengetahui ada tidaknya pembesaran kelenjar getah bening.
4. Pemeriksaan Penunjang
* Pemeriksaan darah rutin : untuk mengetahui adanya peningkatan leukosit yang merupakan tand
a adanya infeksi.

* Pemeriksaan foto abdomen : untuk mengetahui adanya komplikasi pasca pembedahan.


Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

1. Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada abdomen kuadran kanan bawah post operasi appen
ditomi.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri.

3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi.

4. Resiko kekurangan volume cairan sehubungan dengan pembatasan pemasukan cairan secara o
ral.
INTERVENSI

Diagnosa Keperawatan 1. :
Nyeri berhubungan dengan luka insisi pada daerah mesial abdomen post operasi appendiktomi

TUJUAN
Nyeri berkurang / hilang dengan

KRITERIA HASIL :
Tampak rilek dan dapat tidur dengan tepat.

INTERVENSI
* Kaji skala nyeri lokasi, karakteristik dan laporkan perubahan nyeri dengan tepat.
* Pertahankan istirahat dengan posisi semi powler.
* Dorong ambulasi dini.
* Berikan aktivitas hiburan.
* Kolborasi tim dokter dalam pemberian analgetika.

RASIONAL
1. Berguna dalam pengawasan dan keefesien obat, kemajuan penyembuhan,perubahan dan karak
teristik nyeri.
2. Menghilangkan tegangan abdomen yang bertambah dengan posisi terlentang.
3. Meningkatkan kormolisasi fungsi organ.
4. meningkatkan relaksasi.
5. Menghilangkan nyeri.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan pembatasan gerak skunder terhadap nyeri

TUJUAN
Toleransi aktivitas

KRETERIA HASIL :
* Klien dapat bergerak tanpa pembatasan
* Tidak berhati-hati dalam bergerak.

INTERVENSI
* catat respon emosi terhadap mobilitas.
* Berikan aktivitas sesuai dengan keadaan klien.
* Berikan klien untuk latihan gerakan gerak pasif dan aktif.
* Bantu klien dalam melakukan aktivitas yang memberatkan.

RASIONAL
1. Immobilisasi yang dipaksakan akan memperbesar kegelisahan.
2. Meningkatkan kormolitas organ sesuiai dengan yang diharapkan.
3. Memperbaiki mekanika tubuh.
4. Menghindari hal yang dapat memperparah keadaan.
Diagnosa Keperawatan 3. :
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan prosedur invasive appendiktomi

TUJUAN
Infeksi tidak terjadi

KRITERIA HASIL :
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi dan peradangan

INTERVENSI
* Ukur tanda-tanda vital
* Observasi tanda-tanda infeksi
* Lakukan perawatan luka dengan menggunakan teknik septik dan aseptik
* Observasi luka insisi

RASIONAL
1. Untuk mendeteksi secara dini gejala awal terjadinya infeksi
2. Deteksi dini terhadap infeksi akan mudah
3. Menurunkan terjadinya resiko infeksi dan penyebaran bakteri.
4. Memberikan deteksi dini terhadap infeksi dan perkembangan luka.
Diagnosa Keperawatan 4. :
Resiko kekurangan volume cairan berhubungna dengan pembatasan pemasuka n cairan secara or
al

TUJUAN
Kekurangan volume cairan tidak terjadi

INTERVENSI
* Ukur dan catat intake dan output cairan tubuh.
* Awasi vital sign: Evaluasi nadi, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa.
* Kolaborasi dengan tim dokter untuk pemberian cairan intra vena.

RASIONAL
1. Dokumentasi yang akurat akan membantu dalam mengidentifikasi pengeluaran cairan atau keb
utuhan pengganti.
2. Indikator hidrasi volume cairan sirkulasi dan kebutuhan intervensi.
3. Mempertahankan volume sirkulasi bila pemasukan oral tidak cukup dan meningkatkan fungsi
ginjal.
EVALUASI

a. Melaporkan berkurangnya nyeri


1. Melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
2. Klien tampak rileks, mampu tidur atau istrirahat
b. Cairan tubuh seimbang
1. Mempertahankan urin output sesuai dengan usia dan BB, BJ urin normal, HT normal.
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.
3. Tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas, turgor kulit, membrane mukosa lembab
4. Tidak ada rasa haus yang berlebihan
c. Menunjukkan tidak ada tanda infeksi
1. Luka sembuh tanpa tanda infeksi.
2. Cairan yang keluar dari luka tidak purulen
d. Menyatakan pemahaman tentang penyakit dan prosedur tindakan dilakukan

Anda mungkin juga menyukai