Bab I1 File Tugas Rektal
Bab I1 File Tugas Rektal
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
gangguan kesehatan.
intravena, intramuscular, melalui rectum, melalui vagina, mata, kulit, telinga dan
hidung.
Pemberian obat rektal efektif digunakan untuk mengobati penyakit local pada
diberikan oral, masalah ini dapat diatasi dengan pemberian obat tersebut melalui rute
bentuk sediaan, antara lain supositoria, gel, aerosol, busa (foam), krim maupun
controlled release. Meskipun pemberian obat secara rektal tidak dapat menjadi rute
B. Rumusan Masalah
1
d. Bagaimana mekanisme pelepasan obat melalui rectum?
C. Tujuan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
rectum mempunyai sejumlah kecil cairan (kurang lebih 2 ml) dengan pH sekitar 7.
Rektum diperfusi oleh vena hemorrhoid superior, tengah dan inferior. Vena
hemorrhoid inferior (dekat dengan sfinkter anal) dan vena hemorrhoid tengah masuk
ke dalam vena kava dan kembali ke jantung. Vena hemorrhoid superior bergabung
dengan sirkulasi mesenterika, masuk ke dalam vena porta hepatika dan kemudian ke
liver.
rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka
timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum
karena penumpukan material dialam rektum akan memicu sistem saraf yang
menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi untuk
periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.dalam rektum akan
Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di
mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk
3
BAB III
PEMBAHASAN
A. Pengertian Supositoria
termasuk enema rektal, larutan dan krim rektal. Supositoria memberikan banyak
metabolism lintas pertama, dapat digunakan pada pasien yang sulit menelan, anak-
anak dan orang tua, kemudian kurang menimbulkan nyeri. Namun supositoria padat
yang konvensional sering menimbulkan rasa kurang nyaman bagi pasien dan
Dari sudut pandang industri, supositoria padat juga cukup sulit untuk
padat maka dikembangkan sistem penghantaran obat rektal yang baru seperti
supositoria cair yang membentuk gel pada suhu tubuh dan memiliki sifat
obat dalam darah. Reanmongkol dkk (2011) meneliti tentang sifat fisikokimia,
pelepasan in vitro dan in vivo serta evaluasi dari supositoria tramadol HCl dan
gel rektal tramadol HCl. Supositoria tramadol dibuat dengan dua formula
4
dengan basis yang berbeda yaitu Witepsol dan PEG, sedangkan gel rektal
Tramadol 93% dalam waktu 120 menit. Pelepasan Tramadol dari gel rektal
sangat cepat dan sempurna baik dengan basis poloxamer dan hidroksietilselulosa,
waktu pelepasan obat adalah 15 menit untuk kedua basis hal ini disebabkan
karena baik Tramadol HCl dan basis larut dalam air sehingga pelepasannya
memiliki kekuatan gel yang sesuai sehingga tidak bocor atau keluar dari anus
5
Beberapa produk suppositoria komersial
1. Dulcolax (bisacodyl)
2. canasa (mesalamine)
3. numorphan (oxymorphane)
4. anusol hc (hydrocortisone)
6
5. panadol (parasetamol)
b. Rute rektal aman dan nyaman bagi pasien usia lanjut dan mudah.
d. Rektum umumnya kosong. Adjuvant absorpsi memiliki efek lebih jelas daripada di
e. Enzim degradatif dalam lumen rektal beradapadakon sentrasi yang relatif rendah.
Rute rektal sering digunakan ketika pemberian bentuk sediaan melalui mulut
tidak sesuai, misalnya, dengan adanya mual dan muntah, pada pasien tidak sadar,
mempengaruhi absorpsi obat, atau jika rasa obat tidak menyenangkan atau
b. Potensi untuk hilangnya obat Setidaknya ada dua masalah umum yang dapat
7
absorpsi yang efektif, sediaan harus tertahan dalam rektum, sehingga jika
sediaan atau bagiannya hilang dari rektum, absorpsi obat akan menurun.
dengan isi rektum seperti feses atau cairan rektum. Hal ini dapat
c. Terbatasnya cairan dalam rektum Jumlah cairan rektum sekitar 3 ml, jumlah
gastrointestinal ketika obat diberikan secara oral. Volume cairan yang sedikit
dalam air yang rendah. Hal ini juga menjadi masalah apabila pelarutan
pembawa merupakan rate determining step pada pelepasan obat dari pembawa.
eksipien pada suhu rektum, dan kemungkinan retensi obat oleh eksipien, semua
Lebih jauh lagi, pKa obat, pH cairan rektum, adanya dapar, dan kapasitas dapar
pada cairan rektum juga koefisien partisi dari obat mempengaruhi absorpsi
8
e. Biaya Supositoria dan bentuk sediaan rektal lain memerlukan biaya yang
Bagian obat yang diabsorpsi dalam 2/3 bagian bawah rektum langsung
mencapai vena cava inferior dan tidak melalui vena porta. Keuntungan pemberian
melalui rektal (juga sublingual) adalah mencegah penghancuran obat oleh enzim usus
zat aktif yang tersebarkan (terdispersi) di dalam lemak yang berupa padatan pada
suhu kamar tetapi meleleh pada suhu sekitar 35ºC, sedikit di bawah suhu badan.
Jadi setelah disisipkan ke dalam rektum sediaan padat ini akan meleleh dan
diserap oleh mukosa dalam rektum. Aksi kerja awal dapat diperoleh secara cepat,
sirkulasi darah, serta terhindar dari pengrusakan obat dari enzim didalam
saluran gastro-intestinal dan perubahan obat secara biokimia didalam hepar. Obat
yang diabsorpsi melalui rektal beredar dalam darah tidak melalui hati dahulu
9
Penyerapan hanya terjadi pada pembuluh darah secara langsung lewat
inferior dan vena intermedier yang berperan dan membawa zat aktif melalui vena
iliaca ke vena cava inferior. Menurut Quecauviller dan Jund bahwa penyerapan
superior menuju vena porta melalui vena mesentricum inferior. Saluran getah
bening juga berperan pada penyerapan rektal yaitu melalui saluran toraks yang
mencapai vena subclavula sinistra. Menurut Fabre dan Regnier pengaruh tersebut
Terdapat beberapa faktor yang harus diatasi untuk obat dapat diserap
setelah pemberian rektal. Jika obat diberikan dalam bentuk supositoria, pelelehan
atau pencairan basis harus terjadi dan hal ini akan menentukan penyebaran
dosis ke seluruh rektum. Obat juga harus melarut pada cairan rektal yang
jumlahnya terbatas, antara 1 ml sampai 3 ml. Jumlah obat yang tersedia untuk
diserap bisa dikurangi oleh isi lumen, adsorpsi isi lumen dan defekasi. Obat
kemudian harus berdifusi melewati air dan lapisan mucus menuju epithelium. Obat
bisa diserap melalui sel epitel atau melalui tight junction, dengan mekanisme
Transport pasif. Vena balik dari kolon dan vena di rektum atas merupakan vena portal
menuju ke hati. Jika obat diberikan pada bagian atas rektum, maka obat akan
10
Metode utama yang digunakan untuk memperbaiki absorpsi rektal dari obat
termasuk :
1. Antikonvulsan
terapi segera dari obat antikonvulsan untuk epilepsi hanya melalui rute
obat. Diazepam sangat cepat diserap dari larutan yang diberikan rektal dalam
supositoria diazepam efektif dan aman untuk pencegahan kejang pada anak-
anak sehingga formulasi dengan pelepasan yang tidak segera bisa digunakan
11
valproat lebih baik dibandingkan sediaan tablet salut enteric. Suspensi
oral.
Pemberian oral analgesik narkotik untuk pengobatan paska operasi dan nyeri
pada kanker sering menyebabkan mual dan muntah atau kondisi pasien yang
mikroenema rektal morfin dari 4,5 menjadi 7,4 secara signifikan meningkatkan
3. Antiemetik
prometazin memiliki profil absorpsi yang lebih lambat pada pemberian rektal
12
sempurna. Keuntungan lain dari pemberian metoklorpramid secara rektal
4. Zat Antibakteri
penyerapannya tidak baik pada rektum dan dapat menyebabkan iritasi mukosa
dan diare.
5. Xantin
delivery device, meskipun jumlah air yang tersedia di rektum sangat rendah.
Mesalazine adalah zat yang aktif secara local dari sulfasalazin yang digunakan
dalam pengobatan inflammatory bowel disease. Obat ini dilepaskan dari bentuk
sediaan oral di kolon oleh bakteri yang memecah ikatan azo. Obat ini sering
diberikan dalam bentuk enema, umumnya pada pasien dengan penyakit ulcerative
7. Obat kardiovaskular
13
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penghantaran obat rektal bertujuan antara lain untuk mencegah kerusakan obat
untuk pasien yang kesulitan untuk menelan. Formulasi untuk penghantaran obat
rektal antara lain supositoria padat, enema, larutan, suspensi, gel, salep dan
dalam tubuh ketika diberikan dalam bentuk sediaan supositoria padat adalah
basis supositoriameleleh atau melarut dan melepaskan zat aktif, kemudian zat
rectum menuju sirkulasi sistemik atau memberi efek lokal. Dalam bentuk
terjadinya kebocoran dan mencegah sediaan mencapai ujungatas kolon, gel melarut
fisiologis seperti isirektumdan pH juga faktor fisikokimia obat dan basis seperti
14
koefisien partisi, kelarutan, ukuran molekular, danmuatan. Untuk meningkatkan
yang kelarutannya dalam air kurang baik, modifikasi fungsi barrier dari mukosa
kecepatan pelepasan obat tergantung tipe surfaktan, polimer serta basis yang
digunakan.
B. SARAN
Pemberian obat yang tepat dan sesuai dengan dosis adalah salah satu tanggung
jawab penting bagi seorang perawat. Terutama bila dilakukan perawatan dan proses
penyembuhan yang dilakukan di tempat pelayanan kesehatan seperti hal nya rumah
sakit dan puskesmas. Meskipun obat bermanfaat bila digunakan sesuai dengan dosis
serat aturan paki , namun bukan berarti tanpa reaksi yang merugikan.
15
DAFTAR PUSTAKA
Diaksesdari http://www.ijndd.com/apr-jun2013/1.%20Research%20article
2018
Livingstone. London
2018
http://www.jofamericanscience.org/journals/amsci/am0812/046_12416am0812_323_
16