Anda di halaman 1dari 9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat. Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada
yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka
dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam
maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan.
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut.Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan
tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan
kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu.
Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah
trauma yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu
trauma tumpul maupun oleh sebab trauma tajam.

B. Pathofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasi
pernapasan yang normal.Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot-otot
pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative
dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif ke paru-paru
selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur-struktur yang berbedadari
dinding toraks dan rongga toraks.
Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura,
parenkim paru, dan mediastinum. Dalam dinding dada termasuk tulang-tulang
dada dan otot-otot yang terkait.
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi
oleh darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru
termasuk paru –paru dan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat
mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan pneumokel. Mediastinum termasuk
jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang trakeobronkial dan
esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk fungsi vital fisiologi
kardiopulmoner dalam menghantarkan oksigenasi darah untuk metabolisme
jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan darah, salah satunya
maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari cedera toraks.
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa
faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera lain
yang terkait, dan penyakit-penyakit komorbid yang mendasari. Pasien –pasien
trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi
respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung.

C. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65%
dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering
adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat
kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping,
belakang, berputar, dan terguling.
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang
lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab
trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat
energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk, berenergi sedang seperti
tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada tembakan senjata militer.
Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan pada
paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas
menyelam.
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan
ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera.

D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada pasien trauma thoraks secara umum:
1. Ada jejas pada thoraks
2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
3. Pembekakan local dan krepitasi pada saat palpasi
4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan enfisema subkutan
6. Penurunan tekanan darah
7. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunukkan oleh distensi vena leher
8. Bunyi muffle pada jantung
9. Perfusi jaringan tidak adekuat
10. Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernafasan) dapat terajadi dini pada temponade jantung
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009) yaitu:
1. Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9 Tekanan Vena Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik

E. Klasifikasi
1. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum atau daerah jantung.
2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus thoraks oleh benda tajam,
traumatic atau spontan.
3. Penumotoraks : spontan (bula yang pecah), trauma (penyedotan luka
rongga dada), iatrogenic (“pleura tap”, biopsi paru-paru, insersi CVP, ventilasi
dengan tekanan +.

F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Gas Darah Artery (GDA), Untuk melihat adanya hipoksia akibat
kegagalan pernafasan.
b. torasentesis : menyatakan darah atau cairan serosaunginosa
c. hemoglobin : mungkin menurun
d. saturasi O2 menurun (biasanya)
e. Toraksentesis : menyatakan darah atau cairan di daerah torak
2. Radio diagnostic
a. Radiologi : Foto thoraks(AP) untuk mengkonirmasi pengembangan
kembali paru-paru dan untuk melihat daerah teradinya trauma.
b. EKG : Memperlihatkan perubahan gelombang T-ST yang non spesifik
atau diseritmia
c. Pemeriksaan USG (Echocardiografi) merupakan metode non infasif yang
dapat membantu penilaian pericardium dan dapat mendektesi cairan di
kantong perikard.

G. Penatalaksanaan Prahospital dan Intrahospital


1. Prehospital
Manajemen awal untuk pasien trauma toraks tidak berbeda dengan
Pasien trauma lainnya dan meliputi ABCDE, yaitu
A: airway patency with care ofcervical spine
B: Breathing adequacy
C: Circulatory support
D: Disabilityassessment, dan
E: Exposure without causing hypothermia (Nugroho, 2015)
Pemeriksaan primary survey dan pemeriksaan dada secara keseluruhan harus
dilakukan. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan menangani
kondisi yang mengancam nyawa dengan segera, seperti obstruksi jalan napas,
tension Pneumotoraks, pneuomotoraks terbuka yang masif, hemotoraks
masif,tamponade peryikardial, dan flail chest yang besar(Nugroho, 2015)

2. Intrahospital
syok hemorhagik.Manajemen nyeri yang efektif
merupakan salah satu hal yang sangat penting pada pasien trauma toraks.
Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea
berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011)

H. Asuhan Keperawatan Kegawat Daruratan


1. Pengkajian Primer
A. Circulation: Ada nadi, nadi 110x/menit, TD : 120/80 mmHg, akral teraba
dingin dan tampak sianosis, gangguan perfusi jaringan
B. Airway: Pernapasan ada, napas ronchi, cepat dan dangkal dengan RR
35x/menit, tampak gelisa dan sesak, ketidakefektifan bersihan jalan napas.
C. Breathing : Pernapasan cuping hidung, pasien ngorok,penggunaan otot –
otot pernapasan, pasien sesak dengan RR 35x/menit, gangguan pola napas.

D. Disability : Penurunan kesadaran, kesadaran sopor GCS (E2V2M4)


E. Exposure : Terdapat bengkak dan jejas di bagian dada sebelah kiri, akral
teraba dingin, tampak sianosis dan bagian tubuh lain nya baik.
2. Pengkajian Sekunder
1. Anamnesis
a) Identitas klien
Nama: Tn. D
Jenis kelamin: Laki-laki
Umur: 30 tahun
Alamat: Pagar dewa
Agama: Islam
Bahasa : Melayu
Status perkawinan :Menikah
Pendidikan: SMA
Pekerjaan: Sopir travel
Golongan darah: B
No. register:
Tanggal MRS: 21
Mei 2018
Diagnosa medis: Pulmonalisy embolus
b) Identitas penanggung jawab :
Nama: Ny. D
Jenis kelamin: Prempuan
Alamat: Pagar dewa
Agama: Islam
Hubungan dengan pasien : Istri
c) Keluhan utama
Pasien datang ke RSUD Dr. M. Yunus kota bengkulu,
dengan
kecelakaan bermobil, pasien mengalami penurunan kesadaran dan
ada bengkak dan jejas di bagian dad sebelah kiri.
d) Riwayat kesehatan
1. Riwayat penyakit sekarang
Tn. D(30 tahun) dibawa penolong dan keluarganya ke rumah sakit
karena mengalami kecelakaan bermobil. Pasien mengalami penurunan kesadaran.
Penolong mengatakan dada korban membentur stir mobil, setelah kecelakaan pasien
muntah darah lalu kemudian pasien tidak sadar.Keaadaan pasien saat di IGD klien
mengalami penurunan kesadaran, napas cepat dan dangkal,auskultasi suara napas
ronchi, dan pasien ngorok. Terdapat bengkak dan jejas di dada sebelah kiri. Hasil
pemeriksaan GCS 8(E2V2M4) kesadaran sopor, hasil pemeriksaan TTV, TD : 120/80
mmHg, nadi : 110x/menit, RR : 35x/menit, suhu : 38,7oC, akral teraba dingin, tanpak
sianosis, penggunaan otot-otot pernapasan,dan napas cuping hidung.
2. Riwayat penyakit dahulu
Keluarga mengatakan pasien sudah berberapa kali mengalami kecelakaan tetapi
belum perna separah ini sampai mengaami penurunan kesadaran serta pasien tidak
memiliki riwayat penyakit apapun
Pemeriksaan fisik
Keadaan umum: Penurunan kesadaran dan sesak
Kesadaran: Sopor
TTV: Tekanan Darah:120/80 mmHg
Frekuensi Nadi: 110x/menit
Pernapasan: 35x/menit
Suhu : 38,7oC
a). Kepala
Inspeksi: Distribusi rambut baik, bentuk kepala simetris
Palpasi:Tidak ada nyeri tekan
b). Mata
Inspeksi: Anemis, skelera an ikterik, bentuk simetris.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
c). Hidung
Inspeksi : Bentuk simetris, pernapasan cuping hidung, penggunaan otot-otot
pernapasan
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
d). Telinga
Inspeksi: Bentuk simetris, terdapat darah
Palpasi: Ada lesi dan nyeri tekan
e). Mulut
Inspeksi: Bentuk simetris, sianosis, serta keluarnya darah segar dan lendir
f). Leher
Inspeksi: Bentuk simetris,
tidak ada pembengkakan kelenjar tiroid, tidak dicurigai fraktur cervikal.
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembenkakan
g). Toraks
Inspeksi : Bentuk tidak simetris, terdapat jejas dan bengkak, pergerakan dinding dada
tidak simetris, terdapat otot bantu pernapasan.
Palpasi: Terdapat nyeri tekn dan ada pembengkakan
Auskultasi : Bunyi napas ronchi, suara ngorok, frekuensi napas 30x/menit
Perkusi: Snoring
h). Abdomen
Inspeksi: Bentuk simetris, tidak ada jejas
Palpasi: ada nyeri tekan pada supra pubik
Auskultasi: Bising usus
normal 12x/menit
Perkusi: Tympanii).
Genetalia
Inspeksi: Bersih, tidak ada kelainan, terpasang kateter spool blase
j). Ekstremitas
-Atas:Inspeksi: Simetris, tidak ada pembengkakan dan terpasang
ada jejas ditangan kanan, terpasang infus ditangan kiri, fleksi dan ekstensi (-)
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
-Bawah: Inspeksi: Simetris, tidak ada pembengkakan
Palpasi: Tidak ada nyeri tekan
k). Data tambahan pasien
1. Data psikologi
Keluarga bisa di ajak bekerjasama dengan baik dalam proses keperawatan
2. Data social
Hubungan keluarga dan klien baik, terlihat dari keluarga
yang selalu menunggu klien.
3. Data spiritual
Klien beragamaislam, keluarga selalu berdoa untuk kesembuhan klien.

Anda mungkin juga menyukai