Trauma Thoraks
Trauma Thoraks
TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat. Trauma dada adalah abnormalitas rangka dada
yang disebabkan oleh benturan pada dinding dada yang mengenai tulang rangka
dada, pleura paru-paru, diafragma ataupun isi mediastinal baik oleh benda tajam
maupun tumpul yang dapat menyebabkan gangguan sistem pernapasan.
Trauma thoraks adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang
dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax
yang disebabkan oleh benda tajam atau benda tumpul dan dapat menyebabkan
keadaan gawat thorax akut.Trauma thoraks diklasifikasikan dengan tumpul dan
tembus. Trauma tumpul merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga
thorax yang disebabkan oleh benda tumpul yang sulit diidentifikasi keluasan
kerusakannya karena gejala-gejala umum dan rancu.
Dari berberapa definisi diatas dapat didefinisikan trauma thoraks adalah
trauma yang mengenai dinding toraks yang secara langsung maupun tidak
langsung berpengaruh pada pada organ didalamnya, baik sebagai akibat dari suatu
trauma tumpul maupun oleh sebab trauma tajam.
B. Pathofisiologi
Utuhnya suatu dinding Toraks sangat diperlukan untuk sebuah ventilasi
pernapasan yang normal.Pengembangan dinding toraks ke arah luar oleh otot-otot
pernapasan diikuti dengan turunnya diafragma menghasilkan tekanan negative
dari intratoraks. Proses ini menyebabkan masuknya udara pasif ke paru-paru
selama inspirasi. Trauma toraks mempengaruhi strukur-struktur yang berbedadari
dinding toraks dan rongga toraks.
Toraks dibagi kedalam 4 komponen, yaitudinding dada, rongga pleura,
parenkim paru, dan mediastinum. Dalam dinding dada termasuk tulang-tulang
dada dan otot-otot yang terkait.
Rongga pleura berada diantara pleura viseral dan parietal dan dapat terisi
oleh darah ataupunudara yang menyertai suatu trauma toraks. Parenkim paru
termasuk paru –paru dan jalan nafas yang berhubungan, dan mungkin dapat
mengalami kontusio, laserasi, hematoma dan pneumokel. Mediastinum termasuk
jantung, aorta/pembuluh darah besar dari toraks, cabang trakeobronkial dan
esofagus. Secara normal toraks bertanggung jawab untuk fungsi vital fisiologi
kardiopulmoner dalam menghantarkan oksigenasi darah untuk metabolisme
jaringan pada tubuh. Gangguan pada aliran udara dan darah, salah satunya
maupun kombinasi keduanya dapat timbul akibat dari cedera toraks.
Secara klinis penyebab dari trauma toraks bergantung juga pada beberapa
faktor, antara lain mekanisme dari cedera, luas dan lokasi dari cedera, cedera lain
yang terkait, dan penyakit-penyakit komorbid yang mendasari. Pasien –pasien
trauma toraks cenderung akan memburuk sebagai akibat dari efek pada fungsi
respirasinya dan secara sekunder akan berhubungan dengan disfungsi jantung.
C. Etiologi
Trauma pada toraks dapat dibagi 2 yaitu oleh karena trauma tumpul 65%
dan trauma tajam 34.9 % (Ekpe & Eyo, 2014). Penyebab trauma toraks tersering
adalah kecelakaan kendaraan bermotor (63-78%). Dalam trauma akibat
kecelakaan, ada lima jenis benturan (impact) yang berbeda, yaitu depan, samping,
belakang, berputar, dan terguling.
Oleh karena itu harus dipertimbangkan untuk mendapatkan riwayat yang
lengkap karena setiap orang memiliki pola trauma yang berbeda. Penyebab
trauma toraks oleh karena trauma tajam dibedakan menjadi 3 berdasarkan tingkat
energinya, yaitu berenergi rendah seperti trauma tusuk, berenergi sedang seperti
tembakan pistol, dan berenergi tinggi seperti pada tembakan senjata militer.
Penyebab trauma toraks yang lain adalah adanya tekanan yang berlebihan pada
paru-paru yang bisa menyebabkan Pneumotoraks seperti pada aktivitas
menyelam.
Trauma toraks dapat mengakibatkan kerusakan pada tulang kosta dan
sternum, rongga pleura saluran nafas intratoraks dan parenkim paru. Kerusakan
ini dapat terjadi tunggal ataupun kombinasi tergantung dari mekanisme cedera.
D. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada pasien trauma thoraks secara umum:
1. Ada jejas pada thoraks
2. Nyeri pada tempat trauma, bertambah saat inspirasi
3. Pembekakan local dan krepitasi pada saat palpasi
4. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek
5. Dispnea, hemoptisis, batuk dan enfisema subkutan
6. Penurunan tekanan darah
7. Peningkatan tekanan vena sentral yang ditunukkan oleh distensi vena leher
8. Bunyi muffle pada jantung
9. Perfusi jaringan tidak adekuat
10. Pulsus paradoksus (tekanan darah sistolik turun dan berfluktuasi dengan
pernafasan) dapat terajadi dini pada temponade jantung
Adapun tanda dan gejala pada pasien trauma thorax menurut Hudak, (2009) yaitu:
1. Temponade jantung
a. Trauma tajam didaerah perikardium atau yang diperkirakan menembus
jantung
b. Gelisah
c. Pucat, keringan dinginPeninggian TVJ (9 Tekanan Vena Jugularis)
d. Pekak jantung melebar
e. Bunyi jantung melemah
f. Terdapat tanda-tanda paradoxical pulse pressure
g. ECG terdapat low Voltage seluruh lead
h. Perikardiosentesis kuluar darah
2. Hematothorax
a. Pada WSD darah yang keluar cukup banyak dari WSD
b. Gangguan pernapasan
3. Pneumothoraks
a. Nyeri dada mendadak dan sesak napas
b. Gagal pernapasan dengan sianosis
c. Kolaps sirkulasi
d. Dada atau sisi yang terkena lebih resonan pada perkusi dan suara napas
yang terdapat jauh atau tidak terdengar sama sekali
e. Pada auskultasi terdengar bunyi klik
E. Klasifikasi
1. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum atau daerah jantung.
2. Hematotoraks : disebabkan luka tembus thoraks oleh benda tajam,
traumatic atau spontan.
3. Penumotoraks : spontan (bula yang pecah), trauma (penyedotan luka
rongga dada), iatrogenic (“pleura tap”, biopsi paru-paru, insersi CVP, ventilasi
dengan tekanan +.
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Gas Darah Artery (GDA), Untuk melihat adanya hipoksia akibat
kegagalan pernafasan.
b. torasentesis : menyatakan darah atau cairan serosaunginosa
c. hemoglobin : mungkin menurun
d. saturasi O2 menurun (biasanya)
e. Toraksentesis : menyatakan darah atau cairan di daerah torak
2. Radio diagnostic
a. Radiologi : Foto thoraks(AP) untuk mengkonirmasi pengembangan
kembali paru-paru dan untuk melihat daerah teradinya trauma.
b. EKG : Memperlihatkan perubahan gelombang T-ST yang non spesifik
atau diseritmia
c. Pemeriksaan USG (Echocardiografi) merupakan metode non infasif yang
dapat membantu penilaian pericardium dan dapat mendektesi cairan di
kantong perikard.
2. Intrahospital
syok hemorhagik.Manajemen nyeri yang efektif
merupakan salah satu hal yang sangat penting pada pasien trauma toraks.
Ventilator harus digunakan pada pasien dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan takipnea
berat atau ancaman gagal napas (Hudak, 2011)