Anda di halaman 1dari 35

MATERI PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI

BIDANG KONSTRUKSI SUB BIDANG ARSITEKTUR


LANSEKAP/BANGUNAN GEDUNG

Tukang Taman Pada Bangunan Gedung


PENERAPAN PROSEDUR K3
F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BUKU INFORMASI

KEM ENT ERIAN PEKERJAAN UMUM


B AD AN P E M B I N A A N K O N S T R U K S I
P US AT P EMBI NA A N KOMP ETE NS I DAN P ELATI H A N KONS TRU KS I
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................ 1

BAB I KATA PENGANTAR ................................................................................................. 3


1.1. KONSEP DASAR PENILAIAN BERBASIS KOMPETENSI ............................. 3
1.2. PENJELASAN MATERI PELATIHAN ............................................................... 3
1.3. PENGAKUAN KOMPETENSI TERKINI (RCC) ............................................... 5
1.4. PENGERTIAN-PENGERTIAN/ISTILAH ............................................................ 5

BAB II STANDAR KOMPETENSI........................................................................................ 7


2.1. PETA PAKET PELATIHAN ............................................................................... 7
2.2. PENGERTIAN UNIT STANDAR KOMPETENSI.............................................. 7
2.3. UNIT KOMPETENSI KERJA YANG DIPELAJARI ........................................... 8

BAB III STRATEGI DAN METODE PELATIHAN ................................................................. 13


3.1. STRATEGI PELATIHAN.................................................................................... 13
3.2. METODE PELATIHAN ...................................................................................... 14

BAB IV PENERAPAN PROSEDUR K3 ............................................................................ 15


4.1. UMUM .............................................................................................................. 15
4.2. PERALATAN & BAHAN YANG TEKAIT DENGAN K3 .................................... 15
4.2.1 Indentifikasi Alat Pelindung Diri (APD) tukang taman.......................... 15
4.2.2 Perlengkapan P3K ................................................................................ 17
4.2.3 Rambu-rambu keselamatan kerja......................................................... 19
4.2.4 Fungsi kerja peralatan APD dan kelengkapan K3 ............................... 22
4.3. PENGGUNAAN APD SESUAI DENGAN STANDAR....................................... 24
4.3.1 Cara penggunaan APD......................................................................... 24
4.4. PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA.................................................... 26
4.4.1 Kelengkapan isi kotak P3K dan batas kadaluarsa ............................... 28
4.4.2 Penggunaan obat-obatan & kelengkapan P3K .................................... 30
4.4.3 Pemeliharaan alat P3K ......................................................................... 31
4.4.4 Prosedur penggunaan K3 ..................................................................... 31

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 1 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB V SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK PENCAPAIAN


KOMPETENSI........................................................................................................... 32
5.1 SUMBER DAYA MANUSIA ............................................................................. 32
5.2 SUMBER-SUMBER PERPUSTAKAAN............................................................ 33
5.3 DAFTAR PERALATAN/MESIN DAN BAHAN................................................... 34

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 2 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB I
PENGANTAR

1.1. KONSEP DASAR PELATIHAN BERBASIS KOMPETENSI (PBK)


1.1.1 Pelatihan berbasis kompetensi
Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada
penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan
sikap kerja yang sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan dan
persyaratan di tempat kerja.

1.1.2 Kompeten ditempat kerja


Jika seseorang kompeten dalam pekerjaan tertentu, maka yang bersangkutan
memiliki seluruh keterampilan, pengetahuan dan sikap kerja yang perlu untuk
ditampilkan secara efektif di tempat kerja, sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan.

1.2. PENJELASAN MATERI PELATIHAN


1.2.1 Desain Materi Pelatihan
Materi Pelatihan ini didesain untuk dapat digunakan pada Pelatihan Klasikal dan
Pelatihan Individual/mandiri:
1. Pelatihan klasikal adalah pelatihan yang disampaiakan oleh seorang instruktur.
2. Pelatihan individual/mandiri adalah pelatihan yang dilaksanakan oleh peserta
dengan menambahkan unsur-unsur/sumber-sumber yang diperlukan dengan
bantuan dari pelatih.

1.2.2 Isi Materi Pelatihan


1. Buku Informasi
Buku informasi ini adalah sumber pelatihan untuk pelatih maupun peserta
pelatihan

2. Buku Kerja
Buku kerja ini harus digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencatat setiap
pertanyaan dan kegiatan praktek, baik dalam Pelatihan Klasikal maupun
Pelatihan Individual/mandiri.
Buku ini diberikan kepada peserta pelatihan dan berisi:

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 3 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
a. Kegiatan-kegiatan yang akan membantu peserta pelatihan untuk
mempelajari dan memahami informasi
b. Kegiatan pemeriksaan yang digunakan untuk memonitor pencapaian
keterampilan peserta pelatihan
c. Kegiatan penilaian untuk menilai kemampuan peserta pelatihan dalam
melaksanakan praktek kerja

3. Buku Penilaian
Buku penilaian ini digunakan oleh pelatih untuk menilai jawaban dan tanggapan
peserta pelatihan pada Buku Kerja dan berisi:
a. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh peserta pelatihan sebagai
pernyataan keterampilan
b. Metode-metode yang disarankan dalam proses penilaian keterampilan
peserta pelatihan
c. Sumber-sumber yang digunakan oleh peserta pelatihan untuk mencapai
keterampilan
d. Semua jawaban pada setiap pertanyaan yang diisikan pada Buku Kerja
e. Petunjuk bagi pelatih untuk menilai setiap kegiatan praktek
f. Catatan pencapaian keterampilan peserta pelatihan

1.2.3 Penerapan Materi Pelatihan


1. Pada pelatihan klasikal, instruktur akan:
a. Menyediakan Buku Informasi yang dapat digunakan peserta pelatihan
sebagai sumber pelatihan.
b. Menyediakan salinan Buku Kerja kepada setiap peserta pelatihan.
c. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama dalam
penyelenggaraan pelatihan.
d. Memastikan setiap peserta pelatihan memberikan jawaban/tanggapan dan
menuliskan hasil tugas prakteknya pada Buku Kerja.
2. Pada Pelatihan individual/mandiri, peserta pelatihan akan:
a. Menggunakan Buku Informasi sebagai sumber utama pelatihan.
b. Menyelesaikan setiap kegiatan yang terdapat pada Buku Kerja.
c. Memberikan jawaban pada Buku Kerja.
d. Mengisikan hasil tugas praktek pada Buku Kerja.
e. Memiliki tanggapan-tanggapan dan hasil penilaian oleh pelatih.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 4 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
1.3. PENGAKUAN KOMPETENSI TERKINI
1.3.1 Pengakuan Kompetensi Terkini (Recognition of Current Competency-RCC)
Jika seseorang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk
elemen unit kompetensi tertentu, maka yang bersangkutan dapat mengajukan
pengakuan kompetensi terkini, yang berarti tidak akan dipersyaratkan untuk
mengikuti pelatihan.

1.3.2 Seseorang mungkin sudah memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap


kerja, karena telah:
1. Bekerja dalam suatu pekerjaan yang memerlukan suatu pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang sama atau
2. Berpartisipasi dalam pelatihan yang mempelajari kompetensi yang sama atau
3. Mempunyai pengalaman lainnya yang mengajarkan pengetahuan dan
keterampilan yang sama.

1.4. PENGERTIAN-PENGERTIAN/ISTILAH
1.4.1 Profesi
Profesi adalah suatu bidang pekerjaan yang menuntut sikap, pengetahuan serta
keterampilan/keahlian kerja tertentu yang diperoleh dari proses pendidikan,
pelatihan serta pengalaman kerja atau penguasaan sekumpulan kompetensi
tertentu yang dituntut oleh suatu pekerjaan/jabatan.

1.4.2 Standarisasi
Standarisasi adalah proses merumuskan, menetapkan serta menerapkan suatu
standar tertentu.

1.4.3 Penilaian/Uji Kompetensi


Penilaian atau Uji Kompetensi adalah proses pengumpulan bukti melalui
perencanaan, pelaksanaan dan peninjauan ulang (review) penilaian serta
keputusan mengenai apakah kompetensi sudah tercapai dengan membandingkan
bukti-bukti yang dikumpulkan terhadap standar yang dipersyaratkan.

1.4.4 Pelatihan
Pelatihan adalah proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk mencapai suatu
kompetensi tertentu dimana materi, metode dan fasilitas pelatihan serta lingkungan
belajar yang ada terfokus kepada pencapaian unjuk kerja pada kompetensi yang
dipelajari.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 5 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

1.4.5 Kompetensi
Kompetensi adalah kemampuan seseorang yang dapat terobservasi mencakup
aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja dalam menyelesaikan suatu
pekerjaan atau sesuai dengan standar unjuk kerja yang ditetapkan.

1.4.6 Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)


KKNI adalah kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan dan mengintegrasikan antara bidang pendidikan
dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam rangka pemberian
pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.

1.4.7 Standar Kompetensi


Standar kompetensi adalah rumusan tentang kemampuan yang harus dimiliki
seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan yang didasari atas
pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja sesuai dengan unjuk kerja yang
dipersyaratkan.

1.4.8 Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI)


SKKNI adalah rumusan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap kerja yang relevan dengan pelaksanaan tugas dan syarat
jabatan yang ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

1.4.9 Sertifikat Kompetensi


Adalah pengakuan tertulis atas penguasaan suatu kompetensi tertentu kepada
seseorang yang dinyatakan kompeten yang diberikan oleh Lembaga Sertifikasi
Profesi.

1.4.10 Sertifikasi Kompetensi


Adalah proses penerbitan sertifikat kompetensi yang dilakukan secara sistematis
dan obyektif melalui uji kompetensi yang mengacu kepada standar kompetensi
nasional dan/atau internasional.

BAB II
STANDAR KOMPETENSI

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 6 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2.1. PETA PAKET PELATIHAN


Materi Pelatihan ini merupakan bagian dari Paket Pelatihan Jabatan Kerja Tukang Taman
Pada Bangunan Gedung yaitu sebagai representasi dari Unit Kompetensi Menerapkan
Prosedur K3, sehingga untuk kualifikasi jabatan kerja tersebut diperlukan pemahaman dan
kemampuan mengaplikasi dari materi pelatihan lainnya yaitu:
2.1.1 Menerapkan prosedur K3
2.1.2 Melakukan komunikasi dengan rekan kerja di lingkungan sosial yang beragam
2.1.3 Melakukan pekerjaan persiapan lahan
2.1.4 Melakukan pekerjaan pengolahan lahan
2.1.5 Melakukan pekerjaan penanaman pada lahan kerja
2.1.6 Melakukan pekerjaan perapihan dan penyiraman

2.2. PENGERTIAN UNIT STANDAR KOMPETENSI


2.2.1 Unit Kompetensi
Unit kompetensi adalah bentuk pernyataan terhadap tugas/pekerjaan yang akan
dilakukan dan merupakan bagian dari keseluruhan unit komptensi yang terdapat
pada standar kompetensi kerja dalam suatu jabatan kerja tertentu.

2.2.2 Unit kompetensi yang akan dipelajari


Salah satu unit kompetensi yang akan dipelajari dalam paket pelatihan ini adalah
“Penerapan Prosedur K3”.

2.2.3 Durasi/waktu pelatihan


Pada sistem pelatihan berbasis kompetensi, fokusnya ada pada pencapaian
kompetensi, bukan pada lamanya waktu. Peserta yang berbeda mungkin
membutuhkan waktu yang berbeda pula untuk menjadi kompeten dalam melakukan
tugas tertentu.

2.2.4 Kesempatan untuk menjadi kompeten


Jika peserta latih belum mencapai kompetensi pada usaha/kesempatan pertama,
Pelatih akan mengatur rencana pelatihan dengan peserta latih yang bersangkutan.
Rencana ini akan memberikan kesempatan kembali kepada peserta untuk
meningkatkan level kompetensi sesuai dengan level yang diperlukan.
Jumlah maksimum usaha/kesempatan yang disarankan adalah 3 (tiga) kali.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 7 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
2.3 UNIT KOMPETENSI KERJA YANG DIPELAJARI
Dalam sistem pelatihan, Standar Kompetensi diharapkan menjadi panduan bagi peserta
pelatihan atau siswa untuk dapat:
1. Mengidentifikasikan apa yang harus dikerjakan peserta pelatihan.
2. Mengidentifikasikan apa yang telah dikerjakan peserta pelatihan.
3. Memeriksa kemajuan peserta pelatihan.
4. Menyakinkan bahwa semua elemen (sub-kompetensi) dan kriteria unjuk kerja telah
dimasukkan dalam pelatihan dan penilaian.
2.3.1 Kemampuan Awal
Peserta pelatihan harus telah memiliki pengetahuan ini adalah:
- tidak ada -

2.3.2 Judul Unit:

Menerapkan Prosedur K3

2.3.3 Kode Unit:

F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2.3.4 Deskripsi Unit


Unit kompetensi ini berhubungan dengan pengetahuan dan keterampilan serta
sikap perilaku yang diperlukan untuk menerapkan K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 8 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2.3.5 Elemen Kompetensi dan Kriteria Unjuk Kerja

ELEMEN KOMPETENSI KRITERIA UNJUK KERJA

1. Menyiapkan jenis peralatan 1.1 Alat Pelindung Diri diidentifikasi sesuai dengan
dan bahan yang terkait kebutuhan pekerjaan tukang taman.
dengan K3 1.2 Kelengkapan P3K diidentifikasi sesuai dengan
persyaratan K3.
1.3 Rambu-rambu keselamatan kerja disiapkan sesuai
dengan persyaratan K3.
1.4 Fungsi kerja peralatan APD dan perlengkapan K3
diperiksa sesuai dengan manual.
2. Memakai Alat Pelindung Diri 2.1 Sepatu boot, safety helmet dan alat pelindung lain
(APD) sesuai standar K3 dipakai selama melakukan pekerjaan.
2.2 Masker dan sarung tangan dipakai sesuai dengan
kondisi kerja.
3. Memeriksa dan memelihara 3.1 Kotak P3K diperiksa kelengkapan isi dan batas
perlengkapan keselamatan kadaluarsanya.
dan kesehatan kerja 3.2 Obat-obat dan kelengkapan P3K digunakan sesuai
keperluan.
3.3 Semua perlengkapan keselamatan dan kesehatan
kerja dipelihara dengan baik.
3.4 Catatan penerapan prosedur K3 dibuat dengan
menggunakan format dan prosedur sesuai SOP.

BATASAN VARIABEL

1. Konteks Variabel
1.1 Unit kompetensi ini diterapkan dalam kelompok kerja pada pelaksanaan pekerjaan
pembuatan taman pada bangunan gedung oleh Tukang Taman
1.2 Alat Pelindung Diri (APD), P3K dan perlengkapan kerja digunakan sesuai dengan
kebutuhan pada waktu melaksanakan pekerjaan di lapangan
1.3 Alat Pelindung Diri (APD), P3K dan perlengkapan kerja dipelihara dengan baik sejak
pekerjaan berlangsung hingga selesai

2. Perlengkapan yang dibutuhkan.


2.1 Alat Pelindung Diri (APD) yang harus disediakan antara lain:
2.1.1 Sepatu kerja
2.1.2 Helm (safety helmet)

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 9 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
2.1.3 Sarung tangan (gloves)
2.1.4 Masker hidung
2.1.5 Jas hujan
2.1.6 Alat Pelindung Diri lain yang dipergunakan untuk pekerjaan taman.

2.2 Alat Pengaman Kerja (APK) antara lain:


2.2.1. Alat Pemadam Api Ringan (APAR)
2.2.2. Perlengkapan Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K)

3. Tugas-tugas yang harus dilakukan


3.1 Menyiapkan jenis peralatan dan bahan yang terkait dengan K3
3.2 Memakai Alat Pelindung Diri (APD) sesuai standar K3
3.3 Memeriksa dan memelihara perlengkapan keselamatan dan kesehatan kerja

4. Peraturan-peraturan yang diperlukan


4.1. Undang-Undang Nomor 18 tahun 1999 tentang Jasa Konstruksi
4.2. Undang-Undang Nomor 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
4.3. Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
4.4. Peraturan Menteri terkait yang berlaku tentang Pedoman Sistem Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Konstruksi Bidang Pekerjaan Umum atau
peraturan penggantinya

PANDUAN PENILAIAN
1. Kondisi Penilaian
Kondisi yang tercakup dalam unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada
seluruh elemen dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja
dengan menggunakan kombinasi metode uji untuk mengungkap pengetahuan, keterampilan
dan sikap kerja sesuai dengan tuntutan standar.
Metode uji antara lain:
1.1 Wawancara
1.2 Menggunakan alat peraga
1.3 Praktek di tempat kerja
1.4 Portofolio atau metode lain yang relevan

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 10 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2. Keterkaitan dengan unit lain:


2.1 Unit kompetensi yang harus dimiliki sebelumnya:
2.1.1 –

2.2 Kaitan dengan unit lain


2.2.1. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 02 Melakukan komunikasi dengan rekan kerja di
lingkungan sosial yang beragam
2.2.2. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 03 Melakukan pekerjaan persiapan lahan
2.2.3. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 04 Melakukan pekerjaan pengolahan lahan
2.2.4. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 05 Melakukan pekerjaan penanaman pada lahan
kerja
2.2.5. F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 06 Melakukan pekerjaan perapihan dan penyiraman

3. Pengetahuan yang dibutuhkan


3.1. Prosedur penerapan K3 dan lingkungan
3.2. Jenis dan fungsi Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK)
3.3. Pengendalian bahaya dan risiko kecelakaan kerja

4 Keterampilan yang dibutuhkan


4.1 Keterampilan dalam mengidentifikasi potensi bahaya/kecelakaan kerja
4.2 Keterampilan dalam mengendalikan bahaya/resiko kecelakaan kerja
4.3 Penerapan ketentuan pencegah pencemaran lingkungan di tempat kerja

5 Aspek kritis yang harus diperhatikan


5.1 Kemampuan mengidentifikasi potensi bahaya dan resiko kecelakaan kerja di tempat
kerja
5.2 Kemampuan dalam mentaati prosedur/ketentuan K3 untuk mengendalikan bahaya/
resiko kecelakaan kerja
5.3 Kemampuan dalam membina kedisiplinan pemakaian APD sesuai dengan ketentuan K3
5.4 Kemampuan untuk melakukan tindakan penanggulangan kecelakaan kerja bila terjadi
kecelakaan kerja atau terjadi keadaan darurat lainnya di tempat kerja

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 11 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

KUNCI KOMPETENSI

NO. KOMPETENSI KUNCI TINGKAT

1. Mengumpulkan, menganalisis dan mengorganisasikan 1


informasi
2. Mengkomunikasikan informasi dan ide-ide 1

3. Merencanakan dan mengorganisasikan kegiatan 1

4. Bekerjasama dengan orang lain dan kelompok 1

5. Menggunakan gagasan secara matematis dan teknis 1

6. Memecahkan masalah 1

7. Menggunakan teknologi. 1

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 12 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB III
STRATEGI DAN METODE PELATIHAN

3.1. STRATEGI PELATIHAN


Belajar dalam suatu sistem pelatihan berbasis kompetensi berbeda dengan pelatihan
klasikal yang diajarkan di kelas oleh pelatih. Pada sistem ini peserta pelatihan akan
bertanggung jawab terhadap proses belajar secara sendiri, artinya bahwa peserta
pelatihan perlu merencanakan kegiatan/proses belajar dengan Pelatih dan kemudian
melaksanakannya dengan tekun sesuai dengan rencana yang telah dibuat.
3.1.1 Persiapan/Perencanaan
1. Membaca bahan/materi yang telah diidentifikasi dalam setiap tahap belajar
dengan tujuan mendapatkan tinjauan umum mengenai isi proses belajar yang
harus diikuti.
2. Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca.
3. Memikirkan bagaimana pengetahuan baru yang diperoleh berhubungan dengan
pengetahuan dan pengalaman yang telah dimiliki.
4. Merencanakan aplikasi praktek pengetahuan dan keterampilan.

3.1.2 Permulaan dari proses pembelajaran


1. Mencoba mengerjakan seluruh pertanyaan dan tugas praktek yang terdapat
pada tahap belajar.
2. Mereview dan meninjau materi belajar agar dapat menggabungkan
pengetahuan yang telah dimiliki.

3.1.3 Pengamatan terhadap tugas praktek


1. Mengamati keterampilan praktek yang didemonstrasikan oleh pelatih atau orang
yang telah berpengalaman lainnya
2. Mengajukan pertanyaan kepada pelatih tentang kesulitan yang ditemukan
selama pengamatan

3.1.4 Implementasi
1. Menerapkan pelatihan kerja yang aman
2. Mengamati indikator kemajuan yang telah dicapai melalui kegiatan praktek
3. Mempraktekkan keterampilan baru yang telah diperoleh

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 13 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

3.1.5 Penilaian
Melaksanakan tugas penilaian untuk penyelesaian belajar peserta pelatihan

3.2. METODE PELATIHAN


Terdapat tiga prinsip metode belajar yang dapat digunakan. Dalam beberapa kasus,
kombinasi metode belajar mungkin dapat digunakan
3.2.1 Belajar secara mandiri
Belajar secara mandiri membolehkan peserta pelatihan untuk belajar secara
individual, sesuai dengan kecepatan belajarnya masing-masing. Meskipun proses
belajar dilaksanakan secara bebas, peserta pelatihan disarankan untuk menemui
pelatih setiap saat untuk mengkonfirmasikan kemajuan dan mengatasi kesulitan
belajar.

3.2.2 Belajar Berkelompok


Belajar berkelompok memungkinkan peserta pelatihan untuk datang bersama
secara teratur dan berpartisipasi dalam sesi belajar berkelompok. Walaupun proses
belajar memiliki prinsip sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing, sesi
kelompok memberikan interaksi antar peserta, pelatih dan pakar/ahli dari tempat
kerja.

3.2.3 Belajar terstruktur


Belajar terstruktur meliputi sesi pertemuan kelas secara formal yang dilaksanakan
oleh pelatih atau ahli lainnya. Sesi belajar ini umumnya mencakup topik tertentu.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 14 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB IV
PENERAPAN PROSEDUR K3

4.1 UMUM
A. Sebelum pelaksanaan suatu pekerjaan dimulai umumnya didahului dengan
penyusunan rencana kerja, agar pelaksanaan pekerjaaan dapat berjalan dengan baik
dan lancar.
B. Selanjutnya perlu dipertimbangkan beberapa hal, antara lain: pendataan, persyaratan
kerja, jenis kegiatan dan kuantitas pekerjaan.

4.2 PERALATAN & BAHAN YANG TEKAIT DENGAN K3


Peralatan dan bahan yang terkait dengan K3 berfungsi untuk mencegah diri dari
kecelakaan kerja agar tidak mengelami cedera yang serius. Dalam rangka menghindarkan
dan memperkecil kemungkinan terjadinya kecelakaan atau penyakit akibat kerja, maka
tenaga kerja perlu melengkapi dirinya dengan Alat Pelindung Diri yang sesuai dengan
bidang pekerjaan yang ditekuninya serta persyaratan yang berlaku.

4.2.1 Indentifikasi Alat Pelindung Diri (APD) tukang taman


Untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja pada saat akan melaksanakan
kegiatan/pekerjaan taman, maka terlebih dahulu perlu melakukan identifikasi
kebutuhan APD yang akan digunakan oleh seorang tukang taman. Adapun
kebutuhan APD yang perlu diidentifikasi oleh seorang tukang taman meliputi:
1) Sepatu Kerja

Sepatu kerja digunakan untuk melindungi kaki dari luka akibat terjepit, terkena
benda-benda tajam, kejatuhan benda-benda keras dan sejenisnya. Penggunaan
sepatu juga harus sesuai dengan jenis pekerjaan yang dilakukan.

Gbr. 4.1 Sepatu kerja

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 15 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

2) Helm (safety helmet)

Helm (safety helmet) sangat berguna


untuk melindungi kepala dari benturan
benda-benda yang mungkin jatuh.

3) Sarung Tangan Gbr. 4.2 Helm (safety helmet)

Sarung tangan digunakan untuk


melindungi kulit tangan dari luka,
batu-batu tajam.
Sarung tangan biasanya dibuat dari:
kulit, karet, plastik, kain dan benang

Gbr. 4.3 Sarung tangan

4) Baju Kerja/Rompi

Baju kerja berfungsi untuk melindungi bagian badan dari percikan benda-benda
yang mungkin mengenai badan saat bekerja.
Baju kerja bisa dibuat dari bahan kain biasa, kain tidak tembus air (water proof),
plastik atau kulit tergantung jenis pekerjaan yang akan dilakukan.

Gbr. 4.4 Baju Kerja/Rompi

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 16 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

5) Penutup Hidung (Masker)

Penutup hidung (masker) digunakan pada saat bekerja


pada daerah yang berdebu atau yang mengandung
unsur kimia seperti debu semen yang dapat
menimbulkan gangguan pada pernafasan. Sehingga
perlu dipilih masker yang cocok dan memenuhi standar
yang berlaku.

Gbr. 4.5 Penutup Hidung


( Masker )

6) Kacamata

Kacamata harus digunakan pada saat seorang


tukang taman bekerja didekat aktivitas pekerjaan-
pekerjaan khusus seperti: membabat rumput.

Gbr. 4.6 Contoh Kacamata

4.2.2 Perlengkapan P3K


Perlengkapan K-3 merupakan perlengkapan standar yang harus disediakan di
dalam suatu organisasi pelaksanaan konstruksi, terutama konstruksi dalam lingkup
pekerjaan tukang. Para personil yang terlibat juga harus dibekali dengan
pengetahuan perlengkapan K-3, sehingga diharapkan pada pelaksanaannya para
personil tersebut mampu melakukan pemeriksaan perlengkapan K-3 yang pada
akhirnya akan sangat bermanfaat jika terjadi adanya kecelakaan kerja.

P3K atau kependekan dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, secara


harafiah adalah usaha-usaha pertolongan awal yang dilakukan terhadap korban
suatu kecelakaan, dalam hal ini Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat
kerja. Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang tukang taman tentang P3K di
tempat dia bekerja adalah sebagai berikut:
1. Apakah kotak P3K tersedia ditempat kerja?
2. Jika tersedia dimanakah kotak P3K diletakkan?
3. Apakah kotak P3K mudah dicapai mengingat fungsinya yang
darurat/emergency?

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 17 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
4. Apakah kotak P3K dilengkapi dengan kunci?
5. Siapakah yang perlu dihubungi apabila kita akan menggunakan kotak P3K?

Sebagai pekerja tukang taman yang terlibat dalam suatu organisasi kegiatan
pembuatan taman, dimana masalah dan kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan
kerja cukup besar, sangatlah baik jika dibekali dengan ilmu mengenai kelengkapan
yang terdapat di dalam kotak P3K. Hal-hal yang perlu diperiksa sebagai
kelengkapan kotak P3K adalah sebagai berikut:

1. Apa sajakah yang terdapat di dalam kotak P3K?


2. Obat apa saja yang terdapat di dalam kotak P3K?
3. Apakah dalam kotak P3K terdapat obat yang diperlukan untuk mengobati luka
karena sebab tertentu misal, luka gores?
4. Apakah dalam kotak P3K terdapat obat untuk mengobati penderita sakit kepala,
sakit perut/diare dan sebagainya?
5. Apakah dalam kotak P3K terdapat peralatan yang diperlukan untuk membalut
luka?

Suatu obat, biasanya disertai masa berlaku atau masa kadaluarsanya atau expired
date, untuk itulah seluruh personil tukang taman yang terlibat dalam suatu proyek
sebaiknya mengetahui kondisi obat-obatan atau perlengkapan kotak P3K. Dalam
hal kadaluarsa obat-obatan dapat diperiksa menurut keadaan sebagai berikut:
1. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya dengan melihat tanggal kadaluarsa
yang biasanya diterakan pada kemasan obat tersebut.
2. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan warna.
3. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan rasa.
4. Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan baunya.
5. Jika menemukan obat-obatan yang sudah mendekati atau melewati masa
kadaluarsanya segera hubungi dan laporkan kepada petugas yang bertanggung
jawab terhadap kotak P3K beserta kelengkapannya.

Dalam melakukan pekerjaan, tukang taman harus mengetahui isi kotak P3K.
Sebenarnya tidak ada pedoman baku mengenai barang atau obat apa saja yang
harus ada di dalam kotak P3K, namun daftar berikut ini bisa dijadikan patokan
sederhana, benda dan obat apa saja yang harus ada dalam kotak P3K ini.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 18 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
1. Kassa steril
2. Plester perekat
3. Perban berperekat berbagai ukuran
4. Perban elastis
5. Tissue antiseptic
6. Sabun
7. Salep/ Krim Antibiotik
8. Cairan Antiseptic (misalnya cairan hydrogen peroksida)
9. Salep/Krim yang mengandung hidrokortison 1%
10. Obat pereda nyeri (misalnya paracetamol/ ibuprofen)
11. Obat-obatan resep dokter yang biasa digunakan oleh anggota keluarga
12. Pinset
13. Gunting tajam
14. Peniti
15. Lotion yang mengandung calamine
16. Kapas beralkohol
17. Alkohol 70%
18. Termometer badan
19. Sarung tangan karet
20. Senter dengan baterai tambahan
21. Daftar nomor telepon untuk keadaan darurat
22. Buku petunjuk cara memberikan P3K

4.2.3 Rambu-rambu keselamatan kerja


Ditempat kerja perlu dilakukan pemasangan rambu-rambu seperti rambu-rambu
tanda larangan, rambu-rambu tanda perintah, rambu-rambu tanda aman yang
memberi peringatan kepada para pekerja untuk tidak melakukan sesuatu sesuai
dengan simbol yang ada pada rambu-rambu tersebut.
Berikut adalah rambu-rambu yang sering dipasang di lingkungan proyek konstruksi.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 19 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

A. Rambu-rambu Tanda Larangan


1. Tanda dilarang masuk
Tanda di samping kanan adalah peringatan dilarang
memasuki ruangan atau lokasi pekerjaan dimana tanda
ini dipasang.
Tanda seperti ini biasanya dipasang pada daerah yang
dapat mengakibatkan kecelakaan atau alasan keamanan
Gbr. 4.7
lainnya.
Dilarang Masuk

2. Tanda dilarang merokok


Tanda di samping adalah peringatan dilarang merokok di
sekitar ruangan atau lokasi pekerjaan dimana tanda ini
dipasang.
Tanda seperti ini biasanya dipasang pada daerah dimana
disimpan benda-benda yang mudah terbakar atau
ruangan yang dipasang perangkat penyejuk udara (AC).
Gbr. 4.8 Dilarang
Merokok
3. Tanda dilarang menyalakan api
Tanda di samping adalah peringatan dilarang
menyalakan api di sekitar ruangan atau lokasi pekerjaan
dimana tanda ini dipasang.
Tanda seperti ini biasanya dipasang pada lokasi atau
ruangan dengan benda-benda yang mudah terbakar. Gbr. 4.9 Dilarang
Menyalakan Api

B. Rambu-rambu Tanda Perintah


1. Tanda perintah menggunakan baju kerja

Tanda perintah menggunakan baju kerja dipasang hanya


pada tempat kerja yang memang memerlukan baju kerja
khusus, seperti: bengkel las, jalan raya, laboratorium
kimia atau bekerja pada kondisi hujan.
Bentuknya pun tidak ada yang standar tergantung tempat
dan kondisi kerjanya.
Gbr. 4.10 Wajib
Pakai Baju Kerja

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 20 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
2. Tanda perintah menggunakan penutup telinga

Tanda seperti ini biasanya dipasang di lokasi pekerjaan


dengan suara yang sangat bising sehingga mengganggu
pendengaran. Jika kita bekerja di sekitar lokasi dimana
tanda ini dipasang, maka kita harus mengenakan penutup
telinga.
Gbr. 4.11 Wajib
Pakai Penutup
Telinga
3. Tanda perintah menggunakan sarung tangan

Tanda seperti ini biasanya dipasang di laboratorium


kimia, di tempat pekerjaan dengan mesin gerinda, mesin
amplas atau tempat lain yang dianggap perlu. Jika
bekerja di sekitar lokasi dimana tanda ini dipasang, maka
kita harus mengenakan sarung tangan. Gbr. 4.12 Wajib
Pakai Sarung
4. Tanda perintah menggunakan penutup hidung (masker) Tangan

Tanda seperti gambar di samping biasanya dipasang di


laboratorium kimia, atau di lokasi pekerjaan yang penuh
dengan debu semen. Jika bekerja di sekitar lokasi dimana
tanda ini dipasang, maka kita harus mengenakan penutup
hidung (masker) supaya debu tidak terhisap ke dalam
Gbr. 4.13 Wajib
paru-paru kita. Pakai Maske r
5. Tanda perintah menggunakan helm (safety helmet).
Tanda perintah menggunakan helm (safety helmet)
biasanya dipasang di lokasi pekerjaan yang berbahaya
atau rawan tertimpa benda jatuh, seperti pada
pembangunan gedung bertingkat atau galian tanah
dengan kedalaman lebih dari 1 meter.
Gbr. 4.14 Wajib
Pakai Helm
6. Tanda perintah menggunakan sepatu kerja.
Tanda perintah menggunakan sepatu kerja biasanya
dipasang di lokasi pekerjaan yang bisa mengakibatkan
luka pada kaki.

Gbr. 4.15 Wajib


Pakai Sepatu kerja

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 21 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

C. Rambu-rambu Tanda Aman


1. Tanda fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)
Tanda fasilitas pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K) seperti gambar di samping menginformasikan
kepada kita tempat untuk melakukan P3K atau tempat
perlengkapan P3K.
Di proyek konstruksi tanda ini biasanya dipasang di area
terbuka khusus atau di dalam ruang kantor proyek
(direksi keet).
Gbr. 4.16 Fasilitas
P3K
2. Tanda lokasi telepon darurat
Di proyek konstruksi tanda lokasi telepon darurat
dipasang di dekat area telepon umum, maksudnya adalah
supaya siapa pun mudah menghubungi unsur-unsur
terkait jika terjadi kecelakaan di lokasi proyek.
Gbr. 4.17 Lokasi
Telepon Darurat

4.2.4 Fungsi kerja peralatan APD dan kelengkapan K3


Prosedur yang berkaitan dengan keamanan (Standars Operation Procedure) wajib
dilakukan. Prosedur itu antara lain adalah penggunaan peralatan keselamatan
kerja. Fungsi utama dari peralatan keselamatan kerja adalah melindungi dari
bahaya kecelakaan kerja dan mencegah akibat lebih lanjut dari kecelakaan kerja.
Pedoman dari ILO (International Labour Organization) menerangkan bahwa
kesehatan kerja sangat penting untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
Pedoman itu antara lain:
a. Melindungi pekerja dari setiap kecelakaan kerja yang mungkin timbul dari
pekerjaan dan lingkungan kerja.
b. Membantu pekerja menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.
c. Memelihara atau memperbaiki keadaan fisik, mental, maupun sosial para
pekerja.
Alat keselamatan kerja yang biasanya dipakai oleh tenaga kerja adalah helm (safety
helmet), masker, kacamata, tergantung pada profesinya.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 22 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
Biasanya, keselamatan merujuk kepada perlindungan terhadap kesejahteraan fisik.
Tujuan utama program keselamatan yang efektif dalam organisasi adalah
mencegah luka dan kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan. Tujuan
keamanan adalah melindungi karyawan dan fasilitas organisasional. Keamanan
dalam suatu pekerjaan ditandai dengan adanya kesempurnaan dalam lingkungan
kerja, alat kerja, dan bahan kerja yang dikendalikan oleh sebuah sistem manajemen
yang baik.

Tujuan Pemerintah membuat aturan K3 dapat dilihat pada Pasal 3 Ayat 1 Undang-
Undang Nomor. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, antara lain:
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan;
2. Memberi kesempatan atau jalan menyelematkan diri pada waktu kebakaran
atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya;
3. Memberikan pertolongan pada kecelakaan;
4. Memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja;
5. Mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar-luaskan suhu,
kelembaban, debu, dll;
6. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja, baik fisik
maupun psikhis, peracunan, infeksi dan penularan;
7. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai;
8. Mendapatkan suhu dan lembab udara yang baik;
9. Menyelenggarakan penyegaran udara yang cukup;
10. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban;
11. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan
proses kerjanya;
12. Mengamankan dan memperlancar pengangkutan orang, binatang, tanaman
atau batang;
13. Mengamankan dan memelihara segala jenis bangunan;
14. Mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar-muat, perlakuan dan
penyimpanan barang;
15. Mencegah terkena aliran listrik yang berbahaya;
16. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang
berbahaya.

4.3 PENGGUNAAN APD SESUAI DENGAN STANDAR

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 23 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
Pada pelaksanaan konstruksi sebuah pekerja, para pekerja yang terlibat akan menghadapi
kemungkinan timbulnya permasalahan yang berhubungan dengan keselamatan diri sendiri
akibat kecelakaan kerja, hal ini tentunya perlu dihindari oleh berbagai pihak karena jika hal
ini terjadi, maka bisa dipastikan berbagai pihak tersebut akan mengalami kerugian baik itu
kerugian material maupun non material. Oleh sebab itu penyediaan dan penggunaan Alat
Pelindung Diri atau APD merupakan hal yang sangat penting agar resiko-resiko yang
mungkin timbul akibat kecelakaan kerja dapat diminimalisir atau bahkan ditiadakan. Alat
pelindung diri tersebut harus sesuai standar dan wajib digunakan oleh semua pekerja yang
terlibat pada pekerjaan tersebut.

4.3.1 Cara penggunaan APD


Peralatan pelindung diri untuk pekerja pada dasarnya mempunyai masalah
tersendiri. Rendahnya motivasi dari pihak pekerja untuk menggunakan peralatan itu
hendaknya diimbangi dengan kesungguhan manajemen menerapkan aturan
pengggunaan peralatan itu. Terdapat beberapa hal yang perlu diketahui oleh tukang
taman cara menggunakan Alat Pelindung Diri (APD):

1. Cara menggunakan sepatu kerja (safety shoes):


a. Ambil sepatu sebelah kanan, masukkan kaki kanan kita, lakukan hal yang
sama dengan sepatu sebelah kiri.
b. Sepatu kerja (safety shoes) harus dipakai di kaki sesuai standar dan ikatkan
tali sepatu secara kuat namun mudah untuk dilepas.
c. Untuk karakteristik bidang injak gunakan jenis sepatu kerja (safety shoes)
yang sesuai.
d. Gunakan selalu kaos kaki agar kulit kaki tidak mengalami kontak langsung
dengan bagian dalam sepatu kerja (safety shoes).
e. Sepatu kerja (safety shoes) harus sudah digunakan semenjak mulai masuk
ke area pekerjaan.

2. Cara menggunakan helm (safety helmet ):


a. Buka dulu tali pengikat helm (safety helmet), pasang di kepala, pasang tali
pengikat helm (safety helmet), tali pengikat tidak boleh terlalu kencang
maupun kendor, agar nyaman dipakai dan berfungsi dengan baik.
b. Gunakan helm (safety helmet) di kepala setiap saat di areal pekerjaan.
c. Segera ikatkan tali helm (safety helmet) sesuai prosedur.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 24 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

3. Cara menggunakan sarung tangan lapangan:


Buka sarung tangan, masukkan tangan kita sampai seluruh sarung tangan
membungkus tangan kita, kerjakan satu persatu boleh tangan kanan atau tangan
kiri terlebih dahulu.

4. Cara menggunakan baju kerja:


Cara memakai baju kerja sesuai aturan dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Baju kerja harus sesuai standar
b. Baju kerja harus dikenakan secara rapi oleh tukang taman.
c. Baju kerja harus dikenakan oleh tukang taman semenjak mulai masuk ke area
proyek.
d. Segala atribut atau perlengkapan yang sudah ditetapkan harus melekat pada
pakaian harus tetap dipasang misal: Nama Personil, Nama Bagian atau
Departemen dan sebagainya.
e. Jadwal penggunaan jenis baju kerja harus dipatuhi.

5. Cara menggunakan penutup hidung/masker:


Memakai masker sesuai standar yang berlaku dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Gunakan masker sesaat sebelum memasuki area yang mewajibkan
penggunaan masker.
b. Segera ikatkan tali masker sesuai prosedur.
c. Akan lebih baik masker tersebut selalu dibawa oleh seorang tukang taman
sebagai perlengkapan standar.

6. Cara menggunakan kacamata:


Memakai kaca mata sesuai standar yang berlaku dapat dilakukan sebagai
berikut:
a. Gunakan kacamata sesaat sebelum memasuki area yang mewajibkan
penggunaan kacamata.
b. Segera ikatkan tali kacamata sesuai prosedur.
c. Akan lebih baik kacamata tersebut selalu dibawa oleh seorang tukang taman
sebagai perlengkapan standar.

4.4 PERLENGKAPAN KESELAMATAN KERJA

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 25 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
Perlengkapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang diperlukan terdiri dari 2 bagian
pokok yaitu: Alat Pelindung Diri (APD) dan Alat Pengaman Kerja (APK). Alat Pelindung Diri
(APD) adalah alat pengaman diri yang digunakan dalam bekerja pada pekerjaan
konstruksi, agar kita terhindar dari kecelakaan kerja, maupun penyakit akibat kerja.
Pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan yang sangat penting dan
perlu dikuasai minimal adalah cara:
1. Melakukan pernapasan buatan
Bila pernapasan penderita terhenti, maka dapat diatasi dengan memberikan
pernapasan buatan dari mulut ke mulut dengan cara:
a. Membuka mulut penderita dengan jari untuk menghindarkan hambatan dari mulut
b. Memegang tengkuk atau leher penderita dengan hati-hati dan menelentangkannya
sambil kepalanya ditekan ke bawah
c. Menekan sudut rahangnya ke depan dari belakang untuk meyakinkan bahwa
lidahnya terjulur dan jalan napasnya bebas
d. Membuka mulut kita lebar-lebar sambil menarik napas dalam-dalam. Pijit lubang
hidung penderita dan tempelkan mulut kita ke mulutnya kemudian tiup dengan
keras ke dalam paru-parunya sampai penuh. Lepaskan mulut kita dan perhatikan
gerakan si penderita. Ulangi tiupan sampai si penderita bernapas kembali.

Pernapasan buatan dari mulut ke mulut ini bisa diikuti dengan pijitan jantung dengan
cara:
a. Berlutut di samping penderita dekat dada penderita
b. Meletakkan tangan kanan pada tulang rusuk/dada penderita
c. Menumpangkan tangan kiri di atas tangan kanan
d. Menekan kedua tangan dengan kuat ke depan sedemikian rupa sehingga berat
badan menekan si penderita kira-kira 5 cm (tidak boleh lebih dari 5 cm)
e. Mengulangi pijitan sampai lima kali selang satu detik

Pernapasan buatan dilakukan berganti-ganti, yakni satu kali tiupan lima kali pijitan
jantung, sampai dokter datang. Pernapasan buatan dapat dilakukan oleh satu orang
atau dua orang (satu orang melakukan tiupan, satu orang melakukan pijitan).

2. Menghentikan pendarahan
Jika penderita terluka, banyak mengeluarkan darah sehigga makin lama makin lemah,
maka harus diusahakan supaya pendarahannya cepat berhenti. Pendarahan biasanya

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 26 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
akan segera berhenti jika bagian anggota sebelah atas yang berdarah ditekan selama
kurang lebih lima menit atau lebih sedikit. Berikut ini adalah cara menghentikan
pendarahan akibat luka:
a. Baringkan penderita dengan kepala bersandar
b. Angkat bagian yang luka sehingga rata dengan badan (jika memungkinkan)
c. Tempelkan kain yang bersih pada lukanya, kemudian tekan sampai darahnya
membeku

3. Mengatasi penderita pingsan


Pingsan ialah keadaan tidak sadarkan diri untuk beberapa waktu, karena jantung
seketika menjadi lemah sehingga darah yang mengalir ke otak berkurang akibat terlalu
letih atau bekerja pada tempat yang panas.
Cara mengatasi penderita pingsan adalah:
a. Baringkan penderita dengan bagian kepala lebih rendah, agar darah yang mengalir
ke otaknya lebih banyak
b. Buka atau longgarkan baju penderita
c. Gosok kaki dan tangannya
d. Rendam kakinya dalam air hangat (suam kuku)
e. Setelah siuman beri minum air hangat
f. Biarkan istirahat

4. Mengangkat dan memindahkan penderita


Mengangkat orang yang luka parah atau sakit berat harus dalam keadaan berbaring
dan badannya tidak boleh terkulai. Pengangkatan dilakukan oleh dua orang dengan
menggunakan usungan (brancar).
Memindahkan penderita ke atas usungan (brancar) harus dilakukan oleh tiga orang,
dengan cara seperti berikut:
a. Berlutut pada bagian kepala, badan dan kaki penderita
b. Mengangkat penderita perlahan-lahan dan hati-hati secara bersamaan
c. Menarik badan penderita dalam posisi miring
d. Menarik kaki kanan ke belakang dan berlutut bersama-sama kemudian
membaringkan penderita di atas usungan (brancar) dengan hati-hati
e. Mengangkat usungan (brancar) oleh dua orang bersama-sama

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 27 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
Jika penderita tidak terlalu parah dapat dipapah oleh dua orang dengan cara seperti
berikut:
a. Berdiri pada bagian kiri dan kanan penderita
b. Membelitkan tangan kiri dan tangan kanannya pada bahu kita
c. Memegang tangan penderita dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang
pinggang penderita
d. Berjalan memapah penderita dengan perlahan dan hati-hati. Pada saat memapah
kaki diatur agar tidak beradu dengan kaki penderita sehingga tidak saling
mengganggu
e. Beristirahat, jika penderita menghendakinya

5. Penyelidikan sebab-sebab terjadinya kecelakaan


Sebagai penanggung jawab pekerjaan, sebelum melaporkan kejadian kecelakaan
terlebih dahulu harus menyelidiki sebab-sebab yang mengakibatkan terjadinya
kecelakaan tersebut. Prosedur penyelidikan yang harus dilakukan adalah seperti
berikut:
a. Mendatangi tempat/lokasi terjadinya kecelakaan
b. Mengumpulkan data tentang terjadinya kecelakaan dengan cara bertanya kepada
saksi-saksi yang melihat kejadian, meliputi:
1. Waktu kejadian
2. Jenis pekerjaan yang sedang dilakukan/dilaksanakan
3. Jumlah dan jabatan/posisi orang yang melakukan pekerjaan
4. Jenis dan jumlah peralatan yang digunakan
5. Jenis dan penggunaan perlengkapan keselamatan kerja
6. Jenis dan cara menempatkan bahan-bahan yang digunakan

4.4.1 Kelengkapan isi kotak P3K dan batas kadaluarsa


Perlengkapan K-3 merupakan perlengkapan standar yang harus disediakan di
dalam suatu organisasi pelaksanaan konstruksi, Para personil yang terlibat juga
harus dibekali dengan pengetahuan perlengkapan K-3, sehingga diharapkan pada
pelaksanaannya para personil tersebut mampu melakukan pemeriksaan
perlengkapan K-3 yang pada akhirnya akan sangat bermanfaat jika terjadi adanya
kecelakaan kerja.
P3K atau kependekan dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, secara
harafiah adalah usaha-usaha pertolongan awal yang dilakukan terhadap korban

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 28 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
suatu kecelakaan, dalam hal ini Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat
kerja. Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang tukang taman tentang P3K di
tempat dia bekerja adalah sebagai berikut:
a Apakah kotak P3K tersedia ditempat kerja?
b Jika tersedia dimanakah kotak P3K diletakkan?
c Apakah kotak P3K mudah dicapai mengingat fungsinya yang darurat/
emergency?
d Apakah kotak P3K dilengkapi dengan kunci?
e Siapakah yang perlu dihubungi apabila kita akan menggunakan kotak P3K?

Dalam melakukan pekerjaan, tukang taman harus mengetahui isi kotak P3K.
Sebenarnya tidak ada pedoman baku mengenai barang atau obat apa saja yang
harus ada di dalam kotak P3K, namun daftar berikut ini bisa dijadikan patokan
sederhana untuk mengisi dengan barang atau obat apa saja yang harus ada dalam
kotak P3K ini.
1. Kassa steril
2. Plester perekat
3. Perban berperekat berbagai ukuran
4. Perban elastis
5. Tissue antiseptic
6. Sabun
7. Salep/ Krim Antibiotik
8. Cairan Antiseptic (misalnya cairan hydrogen peroksida)
9. Salep/Krim yang mengandung hidrokortison 1%
10. Obat pereda nyeri (misalnya paracetamol/ ibuprofen)
11. Obat-obatan resep dokter yang biasa digunakan oleh anggota keluarga
12. Pinset
13. Gunting tajam
14. Peniti
15. Lotion yang mengandung calamine
16. Kapas beralkohol
17. Alkohol 70%
18. Termometer badan
19. Sarung tangan karet
20. Senter dengan baterai tambahan

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 29 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
21. Daftar nomor telepon untuk keadaan darurat
22. Buku petunjuk cara memberikan P3K

4.4.2 Penggunaan obat-obatan & kelengkapan P3K


Suatu obat, biasanya disertai masa berlaku atau masa kadaluarsanya atau expired
date, untuk itulah seluruh personil-personil yang terlibat dalam suatu proyek
sebaiknya mengetahui kondisi obat-obatan atau perlengkapan kotak P3K. Dalam
hal kadaluarsa obat-obatan dapat diperiksa menurut keadaan sebagai berikut:
a Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya dengan melihat tanggal kadaluarsa
yang biasanya diterakan pada kemasan obat tersebut.
b Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan warna.
c Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan rasa.
d Obat-obatan diperiksa masa kadaluarsanya berdasarkan baunya.
e Jika menemukan obat-obatan yang sudah mendekati atau melewati masa
kadaluarsanya segera hubungi dan laporkan kepada petugas yang bertanggung
jawab terhadap kotak P3K beserta kelengkapannya.

Sebagai tukang taman yang terlibat dalam suatu organisasi pembangunan suatu
taman, dimana masalah dan kemungkinan terjadinya suatu kecelakaan kerja cukup
besar, sangatlah baik jika dibekali dengan ilmu mengenai kelengkapan yang
terdapat di dalam kotak P3K. Hal-hal yang perlu diperiksa sebagai kelengkapan
kotak P3K adalah sebagai berikut:
a Apa sajakah yang terdapat didalam kotak P3K?
b Obat apa saja yang terdapat di dalam kotak P3K?
c Apakah dalam kotak P3K terdapat obat yang diperlukan untuk mengobati luka
karena sebab tertentu misal, luka gores?
d Apakah dalam kotak P3k terdapat obat untuk mengobati penderita sakit kepala,
sakit perut/diare dan sebagainya?
e Apakah dalam kotak P3K terdapat peralatan yang diperlukan untuk membalut
luka?
f Apakah perlengkapan P3K dilengkapi dengan peralatan untuk pertolongan
pertama pada penderita patah tulang?

4.4.3 Pemeliharaan alat P3K

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 30 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
P3K atau kependekan dari Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan, secara
harafiah adalah usaha-usaha pertolongan awal yang dilakukan terhadap korban
suatu kecelakaan, dalam hal ini Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan di tempat
kerja. Hal-hal yang perlu diketahui oleh seorang tukang taman tentang P3K di
tempat dia bekerja adalah sebagai berikut:
a. Apakah kotak P3K tersedia ditempat kerja
b. Jika tersedia dimanakah kotak P3K diletakkan
c. Apakah kotak P3K mudah dicapai mengingat fungsinya yang darurat/
emergency
d. Apakah kotak P3K dilengkapi dengan kunci
e. Siapakah yang perlu dihubungi apabila kita akan menggunakan kotak P3K

4.4.4 Prosedur penggunaan K3


Penggunaan K-3 pada umumnya sudah dilengkapi dengan standar-standar
penggunaannya. Hal ini dimaksudkan agar pihak-pihak yang terkait langsung
dengan penggunaan perlengkapan K-3 dapat menerapkan penggunaan K-3 sesuai
dengan prosedur dan standar yang berlaku. Peralatan-peralatan yang digunakan
juga sudah lazim digunakan sehingga diharapkan pada pelaksanaannya di
lapangan penggunaan perlengkapan-perlengkapan K-3 sesuai standar tidak
mengalami banyak kendala.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 31 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

BAB V
SUMBER-SUMBER YANG DIPERLUKAN UNTUK
PENCAPAIAN KOMPETENSI

5.1. SUMBER DAYA MANUSIA


5.1.1 Pelatih
Pelatih/ instruktur dipilih karena dia telah berpengalaman. Peran pelatih adalah
untuk:
a. Membantu peserta untuk merencanakan proses belajar.
b. Membimbing peserta melalui tugas-tugas pelatihan yang dijelaskan dalam tahap
belajar.
c. Membantu peserta untuk memahami konsep dan praktek baru dan untuk
menjawab pertanyaan peserta mengenai proses belajar.
d. Membantu peserta untuk menentukan dan mengakses sumber tambahan lain
yang diperlukan untuk belajar.
e. Mengorganisir kegiatan belajar kelompok jika diperlukan.
f. Merencanakan seorang ahli dari tempat kerja untuk membantu jika diperlukan.

5.1.2 Penilai
Penilai melaksanakan program pelatihan terstruktur untuk penilaian di tempat kerja.
Penilai akan:
a. Melaksanakan penilaian apabila peserta telah siap dan merencanakan proses
belajar dan penilaian selanjutnya dengan peserta.
b. Menjelaskan kepada peserta mengenai bagian yang perlu untuk diperbaiki dan
merundingkan rencana pelatihan selanjutnya dengan peserta.
c. Mencatat pencapaian/perolehan peserta.

5.1.3 Teman kerja/sesama peserta pelatihan


Teman kerja/sesama peserta pelatihan juga merupakan sumber dukungan dan
bantuan. Peserta juga dapat mendiskusikan proses belajar dengan mereka.
Pendekatan ini akan menjadi suatu yang berharga dalam membangun semangat
tim dalam lingkungan belajar/kerja dan dapat meningkatkan pengalaman belajar
peserta.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 32 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01

5.2. SUMBER-SUMBER KEPUSTAKAAN (BUKU INFORMASI)


Pengertian sumber-sumber adalah material yang menjadi pendukung proses pembelajaran
ketika peserta pelatihan sedang menggunakan materi pelatihan ini.
Sumber-sumber tersebut dapat meliputi:
1. Buku referensi (text book)/ buku manual servis.
2. Lembar kerja.
3. Diagram-diagram, gambar.
4. Contoh tugas kerja
5. Rekaman dalam bentuk kaset, video, film dan lain-lain.
Ada beberapa sumber yang disebutkan dalam pedoman belajar ini untuk membantu
peserta pelatihan mencapai unjuk kerja yang tercakup pada suatu unit kompetensi.
Prinsip-prinsip dalam Pelatihan Berbasis Kompetensi (Competency Based Training)
mendorong kefleksibilitasan dari penggunaan sumber-sumber yang terbaik dalam suatu
unit kompetensi tertentu dengan mengijinkan peserta untuk menggunakan sumber-sumber
alternative lain yang lebih baik atau jika ternyata sumber-sumber yang direkomendasikan
dalam pedoman belajar ini tidak tersedia/ tidak ada.

Sumber-sumber bacaan yang dapat digunakan:


A. Santosa, Gempur, Dr.,Drs.,M.Kes., Manajemen Keselamatan dan Kesehatan
Kerja, Prestasi Pustaka Publisher, Jakarta, September 2004.

B. Suardi, Rudi, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Penerbit


PPM, Jakarta, 2005.

C. , Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja


dan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: Kep.174/Men/86 dan 104/KPTS/1986
tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada Tempat Kegiatan Konstruksi.

D. , Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor


05/Men/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 33 dari 34
Buku Informasi
Materi Pelatihan Berbasis Kompetensi Bidang Konstruksi Sub Kode Modul
Bidang Arsitektur Lansekap/ Bangunan Gedung F. 45 4 0 5 2 1 01 I 08 01
5.3 DAFTAR PERALATAN/ MESIN DAN BAHAN
5.3.1 Peralatan yang digunakan:
1. Alat Pengaman Kerja (APK).
2. Alat Pelindung Diri (APD).

5.3.2 Bahan yang dibutuhkan:


1. Kotak P3K

Judul Modul : Penerapan Prosedur K3


Halaman : 34 dari 34
Buku Informasi

Anda mungkin juga menyukai