Bol-S1-2016-00011 Bab 2
Bol-S1-2016-00011 Bab 2
LANDASAN TEORI
15
16
Menurut Yu & Tung (2013), ada 3 tipe ikatan dari relationship marketing:
1. Financial bonds
ikatan keuangan merujuk ke insentif keuangan perusahaan, seperti diskon dan
produk bunga, untuk menjaga dan menarik pelanggan dalam jangka pendek.
2. Social bonds
ikatan sosial merujuk ke tindakan perusahaan untuk memperkuat kontak pribadi
dengan pelanggan dan memahami kebutuhan mereka, untuk menawarkan layanan
yang disesuaikan, sehingga meningkatkan tingkat retensi pelanggan
3. Structure bonds
ikatan struktur mengacu pada hubungan antara perusahaan dan pelanggan
didirikan dengan nilai tambah.
Rincian tersebut adalah sebagai berikut:
a. trust
kepercayaan mengacu pada tingkat kepercayaan pelanggan, untuk
meningkatkan kepentingan jangka panjang pelanggan dalam hubungan
transaksi;
b. satisfaction
kepuasan mengacu pada tingkat kepuasan pelanggan dengan perangkat lunak
dan perangkat keras lingkungan yang ditawarkan oleh perusahaan; dan
c. commitment
mengacu pada status penyelesaian sesuatu yang dijanjikan oleh perusahaan
untuk pelanggan.
1. Kepercayaan
Menurut Sunarto (2006) dalam Hadiyati (2014) kepercayaan konsumen adalah
semua pengetahuan yang dimiliki konsumen dan semua kesimpulan yang dibuat
konsumen tentang objek, atribut dan manfaatnya. Dalam konsep relationship
marketing, kepercayaan merupakan salah satu dimensi dari relationship marketing
untuk menentukan sejauh mana yang dirasakan suatu pihak mengenai integritas
dan janji yang ditawarkan pihak lain. Suatu pengalaman konsumsi dapat
17
Menurut Stank et al. (1999) yang dikutip Alireza, Ali & Aram (2011),
kepuasan pelanggan didefinisikan sebagai reaksi global secara keseluruhan pada
pengalaman konsumsi. Tsai, Tsai, & Chang (2010) mendefinisikan kepuasan
pelanggan adalah ekspresi kesenangan atau kekecewaan yang dihasilkan dari
perbandingan antara persepsi dan harapan. Kepuasan pelanggan adalah perasaan
subyektif positif atau negatif yang timbul dari perbandingan antara harapan dan
persepsi preconsumption dan postconsumption. Sedangkan menurut Kotler dan
Keller (2009) yang dikutip oleh Sia & Subagio (2013), kepuasan pelanggan adalah
perasaan pelanggan yang puas atau kecewa yang dihasilkan dari membandingkan
kinerja yang dipersepsikan produk (atau hasil) dengan ekspektasi pelanggan. Jika
kinerja gagal memenuhi ekspektasi, maka pelanggan tidak akan puas. Hal sebaliknya
akan terjadi, jika kinerja sesuai dengan ekspektasi, maka pelanggan akan puas. Dari
beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa kepuasan pelanggan merupakan
ekspresi perasaan seseorang yang dihasilkan dari perbandingan antara kinerja yang
dipersepsikan pelanggan dengan harapan pelanggan.
Kepuasan konsumen sangat tergantung pada perasaan dan harapan konsumen
itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi perasaan dan harapan konsumen ketika
melakukan pembelian suatu barang atau jasa adalah kebutuhan dan keinginan yang
dirasakan oleh konsumen tersebut pada saat melakukan pembelian suatu barang atau
21
jasa, pengalaman masa lalu ketika mengonsumsi barang atau jasa tersebut serta
pengalaman rekan-rekan yang telah mengonsumsi barang atau jasa tersebut dan
periklanan. Di dalam lingkungan yang kompetitif, perilaku yang dapat menunjukkan
kepuasan konsumen adalah apakah konsumen tersebut akan membeli kembali dan
menggunakan produk tersebut diwaktu yang akan datang.
Menurut Schannars dalam Tjiptono (2011:201) kepuasan konsumen akan
memberikan manfaat sebagai berikut:
a. Hubungan perusahaan dengan konsumen menjadi harmonis
b. Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang
c. Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan
d. Membentuk rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang
menguntungkan perusahaan
e. Reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan
f. Laba yang di peroleh dapat meningkat.
Alireza, Ali & Aram (2011) mengukur kepuasan pelanggan melalui dua
indikator, yaitu kepuasan terhadap pelayanan yang diterima dari perusahaan, dan
kepuasan pelanggan tersebut terhadap perusahaan itu secara keseluruhan.
Dengan demikian kepuasan pelanggan sangat penting untuk senantiasa dijaga
dan dipantau oleh perusahaan. Menurut Kotler dan Keller yang dikutip oleh Tjiptono
(2011:315), ada beberapa metode yang dapat dipergunakan setiap perusahaan untuk
mengukur dan memantau kepuasan, yaitu :
a. Sistem keluhan dan saran (suggestion and recommended), yaitu dengan
menempatkan kotak-kotak saran di tempat yang sering dilewati pelanggan dan
menyediakan lembar kartu komentar atau saran yang dapat diisi langsung
kemudian dapat dimasukkan ke kotak saran tersebut, atau juga bisa menyediakan
sarana lain yang mendukung pelanggan dapat menyampaikan saran atau
keluhannya pada perusahaan. Hal ini akan memberikan kesempatan bagi
pelanggan perusahaan untuk menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka.
b. Survei periodik, yaitu menggunakan metode survey, baik melalui pos, telepon,
maupun wawancara pribadi. Melalui survey, perusahaan akan memperoleh
tanggapan dan umpan balik secara langsung dari pelannggan dan sekaligus juga
memberikan tanda (signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap
para pelanggan.
22
pengaruh dari relationship marketing dan biaya transaksi pada kepuasan konsumen,
risiko yang dirasakan, terhadap loyalitas konsumen dalam hal konteks pusat
perbelanjaan (shopping mall). Dengan mengukur dimensi utama relationship
marketing, yaitu kepercayaan, komitmen, komunikasi, dan manajemen konflik,
berdasarkan Ndubisi (2007), dan data yang diolah menggunakan Structural Equation
Model (SEM), hasilnya menunjukkan bahwa relationship marketing berpengaruh
positif dan signifikan terhadap customer satisfaction. Hasil ini menunjukkan bahwa
bisnis ini strategi relationship marketing memang membantu meningkatkan
kepuasan pelanggan dan mengurangi biaya transaksi pelanggan.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa relationship
marketing merupakan komponen penting dalam memuaskan pelanggan. Karena di
dalam relationship marketing terdapat unsur adanya kepercayaan, komitmen,
komunikasi, manajemen konflik atau penanganan keluhan, yang terbangun antara
perusahaan dan konsumennya, yang membuat perusahaan memiliki hubungan yang
baik dengan customer dan juga menguntungkan kedua belah pihak, sehingga
customer akan merasa puas dengan pengalaman baiknya bersama perusahaan yang
bersangkutan.
image dan jaminan dapat ditingkatkan, maka keamanan, kepuasan pelanggan dapat
ditingkatkan secara signifikan.
Begitu juga menurut Ene & Ozkaya (2014) dalam studinya di bidang toko
ritel, mensurvei pelanggan yang berbelanja dari toko ritel di Istanbul untuk
mengukur persepsi pelanggan terhadap corporate image pada bisnis ritel makanan
dan garment di Istanbul, dan pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan, serta
pengaruh kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggannya. Data yang diolah
menggunakan analisis regresi, menggambarkan hasil bahwa citra perusahaan
mempengaruhi kepuasan pelanggan. Retailer corporate image memiliki efek positif
pada kepuasan pelanggan. Dalam lingkungan yang kompetitif , agar toko ritel bisa
mendapatkan kekuatan dan keunggulan kompetitif, maka toko ritel perlu untuk
memiliki citra perusahaan yang kuat, untuk menjaga dan memuaskan pelanggan.
Toko ritel akan menciptakan loyalitas merek yang sukses karena kemampuannya
yang dilengkapi dengan citra perusahaan yang kuat dan meningkatnya kepuasan
pelanggan. Elemen-elemen kunci yang efektif dalam menciptakan loyalitas merek
yang memungkinkan toko ritel untuk memiliki keunggulan kompetitif, memiliki
urutan citra perusahaan bisnis, kepuasan pelanggan, harapan pelanggan, produk atau
kualitas layanan yang dirasakan dan nilai yang dirasakan.
Sedangkan menurut Alireza, Ali & Aram (2011) yang melakukan studi pada
bidang telekomunikasi di Iran, menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan memediasi
dampak kualitas layanan, nilai, dan citra perusahaan terhadap loyalitas pelanggan.
Kualitas layanan yang lebih tinggi secara signifikan meningkatkan citra perusahaan,
yang pada gilirannya meningkatkan kepuasan pelanggan dan nilai yang dirasakan.
Corporate image memiliki efek tidak langsung pada kepuasan melalui nilai. Citra
perusahaan juga memprediksi loyalitas pelanggan secara langsung. Secara
keseluruhan, image memainkan peran penting dalam meningkatkan nilai pelanggan,
kepuasan dan loyalitas. Citra perusahaan (corporate image) yang dirasakan baik atau
positif oleh pelanggannya, maka akan meningkatkan kepuasan pelanggannya. Citra
perusahaan berpengaruh secara langsung terhadap kepuasan dalam kualitas layanan
yang disajikan perusahaan, sedangkan pengaruh tidak langsung dari corporate image
terhadap kepuasan pelanggan adalah melalui nilai perusahaan yang dirasakan
pelanggannya. Pengaruh citra perusahaan yang signifikan terhadap kepuasan
pelanggan ini juga didukung oleh Sia & Subagio (2013) yang melakukan penelitian
di bidang restoran di Surabaya.
27
bahwa peningkatan kepuasan pelanggan juga memiliki efek positif yang signifikan
terhadap loyalitas pelanggan, dimana kepuasan pelanggan dipengaruhi oleh nilai
layanan (service value). Nilai layanan memiliki dampak yang lebih besar terutama
pada kepuasan pelanggan. Hal ini menunjukkan bahwa nilai layanan atau kualitas
yang tepat waktu dan benar diberikan oleh tenaga pelayanan akan meningkatkan
kepuasan pelanggan, yang pada akhirnya akan berdampak pada loyalitas pelanggan.
Begitu juga menurut Sia & Subagio (2013) dan Khusnandar (2014),
menyatakan bahwa customer satisfaction memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap customer loyalty pada perusahaan, dimana hubungan antar variabel bersifat
kuat dan searah sehingga setiap peningkatan pada nilai variabel customer
satisfaction, maka nilai pada variabel customer loyalty juga akan meningkat. Begitu
pula sebaliknya, setiap penurunan pada nilai variabel customer satisfaction, maka
nilai pada variabel customer loyalty juga akan menurun.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kepuasan
pelanggan berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan. Kepuasan pelanggan yang
lebih tinggi akan lebih membantu meningkatkan loyalitas pelanggan. Banyak sekali
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan pelanggan, seperti kualitas layanan
atau nilai layanan, image perusahaan, atau dari relationship antara perusahaan
dengan pelanggannya, atau faktor lain yang dirasakan positif oleh pelanggannya,
pada akhirnya akan membuat customer tersebut menjadi setia atau loyal. Pelanggan
yang merasa dipuaskan sesuai atau bahkan melebihi harapannya, maka pelanggan
tersebut cenderung akan menjadi pelanggan yang loyal.
bersifat kuat dan searah. Selanjutnya customer satisfaction memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap customer loyalty, dimana hubungan antar variabel bersifat kuat
dan searah. Selain itu relationship marketing secara tidak langsung memiliki
pengaruh terhadap variabel customer loyalty melalui customer satisfaction. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa relationship marketing secara tidak langsung memiliki
pengaruh terhadap customer loyalty melalui customer satisfaction. Begitu juga
menurut Cockalo, Dordevic & Sajfert (2011) relationship marketing adalah konsep
yang menggambarkan hubungan longlasting berdasarkan kepentingan bersama
antara perusahaan dan pelanggan, seperti kedua belah pihak (penjual dan pembeli)
yang berfokus pada tujuan bersama. Pencapaian tujuan dari relationship marketing
salah satunya dapat diwujudkan dengan memberikan kepuasan semua kebutuhan
pelanggan oleh karyawan. Selain itu relationship marketing akan memimpin pada
output positif berikut:
a. persentase yang tinggi dari pelanggan yang puas,
b. loyalitas tinggi
c. persepsi pelanggan pelanggan pada produk / jasa kualitas yang lebih tinggi dan
d. meningkatkan keuntungan perusahaan penjual.
Hal ini berarti kepuasan pelanggan tinggi yang dihasilkan dari relationship
marketing mampu mempengaruhi loyalitas pelanggan menjadi tinggi juga.
Sedangkan menurut pendapat Andersen (2002) dalam jurnal penelitian Cheng
& Lee (2011), dijelaskan bahwa tidak ada jaminan bahwa hubungan pemasaran akan
memiliki pengaruh positif dan langsung pada loyalitas pelanggan, kecuali pelanggan
puas dengan strategi hubungan pemasaran perusahaan.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa relationship
marketing berpengaruh terhadap loyalitas pelanggan secara tidak langsung melalui
kepuasan pelanggan.
Relationship
Marketing
Kepuasan Loyalitas
Pelanggan Pelanggan
Corporate
Image
Sumber: adaptasi dari Tsai, Tsai & Chang (2010) ; Cockalo, Dordevic & Sajfert
(2011) ; Cheng & Lee (2011) ; Alireza, Ali & Aram (2011) ; Sia & Subagio
(2013) ; Roche (2014) ; Khusnandar (2014) ; Selda & Betul (2014)
2.7 Hipotesis
Berdasarkan uraian landasan teori, pengaruh antar variabel dan kerangka
pemikiran yang telah dijelaskan, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Untuk Tujuan 1
2. Untuk Tujuan 2
3. Untuk Tujuan 3
4. Untuk Tujuan 4
5. Untuk Tujuan 5
H0 : Tidak ada pengaruh tidak langsung yang signifikan antara corporate image
terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan pada PT Bukit
Permata Indonesia
Ha : Ada pengaruh tidak langsung yang signifikan antara corporate image
terhadap loyalitas pelanggan melalui kepuasan pelanggan pada PT Bukit
Permata Indonesia