BAB 1 Pendahuluan
BAB 1 Pendahuluan
Bab 1 : Pendahuluan
Kondisi sanitasi merupakan salah satu komponen yang ikut mempengaruhi kondisi kesehatan
masyarakat dan lingkungan yang secara tidak langsung juga turut berkontribusi terhadap kondisi kesejahteraan
masyarakat. Akibat belum meratanya dampak positif pembangunan dan gap kesenjangan yang masih terjadi
menyebabkan aksesibilitas kelompok masyarakat tertentu khususnya masyarakat miskin kawasan kumuh
perkotaan terhadap utilitas kesehatan masyarakat dan lingkungan menjadi terhambat. Akibat dari rendahnya
aksesibilitas dan kondisi sanitasi yang buruk tersebut tentunya menimbulkan kerugian yang cukup signifikan
seperti meningkatnya subsidi kesehatan dan kurang produktifnya perekonomian.Pada bagian lain tingkat
pendidikan yang relative masih rendah serta perilaku sosial budaya dan pola pikir di masyarakat masih menjadi
bagian penyebab rendahnya kesadaran masyarakat akan perilaku hidup sehat, dimana hal tersebut umum
terjadi di Indonesia termasuk juga di Kota Sungai Penuh.
Millennium Development Goals (Tujuan Pembangunan Milenium, atau MDGs) -sebagai hasil
kesepakatan para Kepala Negara dan perwakilan dari 189 negara dalam sidang Persatuan Bangsa-Bangsa di
New York pada bulan September 2000- telah menelurkan delapan (8) butir tujuan yang terdiri dari 21 target
kuantitatif serta dapat diukur melalui 60 indikator capaian. Dalam tujuannya, MDGs menempatkan manusia
sebagai fokus utama pembangunan yang mencakup semua komponen kegiatan dengan capaian akhir ialah
kesejahteraan masyarakat. Salah satu target dalam MDGs adalah mengurangi hingga setengahnya proporsi
rumah tangga yang tidak memiliki akses berkelanjutan terhadap air minum layak dan sanitasi layak hingga 2015,
dengan indikator:
Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap air minum layak, perkotaan dan
perdesaan;
Proporsi rumah tangga dengan akses berkelanjutan terhadap sanitasi layak, perkotaan dan perdesaan.
Secara nasional, capaian sarana dan prasarana sanitasi di Indonesia memiliki cakupan yang belum
merata dan belum memiliki gambaran eksisting mengenai fasilitas sanitasi tersebut. Ada beberapa hal yang
menyebabkan terjadinya kondisi ini, antara lain disebabkan lemahnya perencanaan pembangunan sanitasi, yang
ditandai dengan pembangunan sanitasi tidak terpadu, salah sasaran, tidak sesuai kebutuhan, dan tidak
berkelanjutan, serta kurangnya perhatian masyarakat pada perilaku hidup bersih dan sehat.
Oleh karena itu, Kota atau Kabupaten harus mampu memetakan situasi sanitasi wilayahnya. Pemetaan
situasi sanitasi yang baik hanya bisa dibuat apabila Kota atau Kabupaten mampu mendapatkan informasi
lengkap, akurat, dan mutakhir tentang kondisi sanitasi, baik menyangkut aspek teknis mapun non teknis. Dalam
konteks ini Buku Putih Sanitasi (BPS) merupakan prasyarat utama yang digunakan sebagai dasar bagi
penyusunan SSK. Buku Putih Sanitasi (BPS) merupakan pemetaan situasi sanitasi Kota atau Kabupaten
berdasarkan kondisi aktual yang dihadapi, mencakup aspek teknis dan aspek non-teknis. Aspek-aspek tersebut
yaitu aspek keuangan, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, perilaku hidup bersih dan sehat, dan aspek-
aspek lain seperti keterlibatan para pemangku kepentingan secara lebih luas. Oleh karena itu, sesuai dengan
maksud penyusunannya, maka BPS Kota Sungai Penuh ini akan menggambarkan:
1. Status terkini situasi sanitasi di Kota Sungai Penuh
2. Gambaran rencana kebutuhan layanan sanitasi dan peluang pengembangan di masa mendatang
3. Usulan/rekomendasi awal terkait peluang pengembangan layanan sanitasi, salah satunya adalah
“penetapan kawasan prioritas sanitasi” di Kota Sungai Penuh.
Dalam pencapaian rencana dan pembangunan sanitasi yang responsif dan berkelanjutan ini, sebagai
tindak lanjut setelah penyusunan Buku Putih Sanitasi (BPS), setiap kota/kabupaten di Indonesia didorong untuk
menyusun Strategi Sanitasi Kota (SSK) yang memiliki prinsip :
Dari definisi tersebut dapat dilihat tiga (3) sektor yang terkait dengan sanitasi yaitu;
a. Penanganan air limbah yaitu mencakup pengelolaan dan pengolahan air limbah rumah tangga
(domestik) yang meliputi :
Pengelolaan dan pengolahan pada on-site system yang menggunakan sistem septic-tank dengan
peresapan ke tanah sebagai badan penerima buangan akhir.
Pengelolaan dan pengolahan pada off-site system yaitu penanganan air limbah rumah tangga yang
dilakukan secara terpusat.
b. Penanganan Persampahan atau Limbah Padat yaitu penganan sampah yang dihasilkan oleh
masyarakat, baik yang berasal dari rumah tangga, pasar, restoran dan lain sebagainya yang di tampung
melalui TPS atau transfer Depo ke Tempat Pembuangan Akhir ( TPA )
c. Penanganan Drainase Kota dengan memfungsikan saluran drainase sebagai penggelontor air kota dan
mematuskan air permukaan serta sebagai badan air penerima akhir.
d. Penyediaan air bersih sebagai upaya penyediaan air bersih yang layak kepada masyarakat.
Walaupun sektor air bersih/air minum tidak termasuk di dalam sektor-sektor yang terkait dengan
sanitasi, tetapi sektor air minum dianggap sangat mempengaruhi kondisi sanitasi. Oleh karena itu seringkali
sektor air minum disebut beriringan dengan sistem sanitasi, seperti istilah Water and Sanitation(WATSAN) atau
AMPL (Air Minum Dan Penyehatan Lingkungan).
Berdasarkan rapat perdana (kick off meeting) Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kota Sungai Penuh
disepakati bahwa wilayah kajian dari Buku Putih Sanitasi Kota Sungai Penuh mencakup 5 (lima) kecamatan di
wilayah Kota Sungai Penuh. Hal ini dengan mempertimbangkan pula visi dan misi Kota Sungai Penuh yang
termaktub dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kota Sungai Penuh Tahun 2011 – 2016 serta
tujuan penataan ruang Kota Sungai Penuh Tahun 2011 – 2031 yaitu sebagai berikut :
a. Visi Kota Sungai Penuh berdasarkan RPJMD Tahun 2011 – 2016 yaitu “Kota Sungai Penuh Yang
Mandiri, Maju Dalam Ekonomi Dan Terdepan Dalam Pendidikan” (Kota Sungai Penuh MAPAN 2016).
Untuk mewujudkan visi tersebut, ada 7 (tujuh) misi yang akan dilakukan dan dicapai yaitu :
b. Tujuan Penataan Ruang Kota Sungai Penuh Tahun 2011 – 2031 yaitu “Mewujudkan Kota Sungai Penuh
sebagai pusat pelayanan pendidikan, perdagangan dan jasa serta pariwisata berskala regional yang
aman nyaman, produktif, dan berkelanjutan”.
1.4 Metodologi
Dalam penyusunan BPS Kota Sungai Penuh metode yang dikembangkan mulai dari pengumpulan
data, proses penyepakatan hingga dokumentasi laporan melalui langkah-langkah sebagai berikut :
2. Pengumpulan Data Sekunder. Aspek-aspek data yang dikumpulkan sebagai dasar informasi dalam BPS
Kota Sungai Penuh adalah :
a. Umum dan Teknis: Data ini nantinya terutama dibutuhkan dalam diskusi Manajemen dan Operasi
Sistem Sanitasi.
b. Kebijakan Daerah dan Kelembagaan: Hasil dari data-data yang didapatkan ini dibawa pada saat
diskusi Manajemen dan Operasi Sistem Sanitasi.
c. Keuangan: Selain biaya investasi infrastruktur sanitasi, perlu dicatat juga besarnya biaya operasi dan
pemeliharaan dalam beberapa tahun terakhir.
d. Peran serta swasta dalam layanan sanitasi: Sebagian data diperoleh dari pihak swasta yang
memiliki kontrak kerja sama dengan Pemerintah Kota ataupun informasi lain yang dimiliki oleh SKPD
terkait.
e. Pemberdayaan masyarakat dan jender: Informasi tentang pemberdayaan masyarakat dalam bidang
sanitasi dapat diperoleh melalui institusi lokal.
f. Komunikasi: Informasi yang dibutuhkan berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dan jenis media yang
digunakan oleh Pemerintah Kota, melalui SKPD atau lembaga lainnya (misalnya PKK), untuk
penyebarluasan informasi yang berhubungan dengan sanitasi.
3. Analisa Data Sekunder. Data sekunder yang digunakan merupakan data-data yang dimiliki oleh berbagai
SKPD dan institusi baik berupa data asli maupun yang telah berbentuk laporan seperti : Kota Sungai Penuh
Dalam Angka, Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Sungai Penuh Tahun 2011 - 2031, Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Sungai Penuh Tahun 2005 – 2025, Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Kota Sungai Penuh Tahun 2011 – 2016 dan lain-lain. Data sekunder tersebut akan
diverifikasi dan dianalisa dengan tahapan sebagai berikut :
Pertemuan secara berkala dengan anggota Pokja yang dikoordinasikan oleh Bappeda Kota Sungai
Penuh selaku Sekretariat Pokja;
Peninjauan tempat-tempat yang dilayani program sanitasi serta sebagian dari daerah pelayanan di
kawasan perkotaan dan daerah kumuh (survey dan observasi);
Diskusi yang bersifat teknis (focus group discussion) dan mendalam juga akan dilakukan dengan pihak-
pihak yang terlibat dalam sanitasi. Diskusi untuk memberikan gambaran yang lebih jelas terkait kondisi
yang ada serta upaya-upaya yang telah, sedang dan akan dilakukan untuk meningkatkan pelayanan
4. Dari hasil proses pengumpulan dan verifikasi data sekunder dan data primer yang dilakukan maka dapat
dilakukan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kota Sungai Penuh.
Berdasarkan kesepakatan tentang posisi, fungsi maupun peran Buku Putih Sanitasi diantara dokumen
perencanaan lain yang telah ada yaitu :
Gambar 1.1 Kedudukan Dokumen Buku Putih Sanitasi Terhadap Dokumen Perencanaan Lainnya
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa Buku Putih Sanitasi merupakan dasar atas penyusunan
program selanjutnya yaitu Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota yang merupakan satu kesatuan dalam Program
Percepatan Sanitasi Permukiman. Program Percepatan Sanitasi Permukiman itu sendiri merupakan satu
kesatuan yang merupakan penjabaran/detail dari dokumen perencanaan sebelumnya yaitu Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW), Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) serta Rencana Pembangunan Jangka
Menengah (RPJM) yang telah sebelumnya dibuat. Kemudian pada akhirnya Strategi Sanitasi Kabupaten/Kota
(SSK) yang dibuat akan dijabarkan melalui Rencana Pembangunan Investasi Jangka Menengah (RPIJM) dalam
teknis realisasi dan pelaksanaannya di daerah.