KEUANGAN
PROPOSAL
RISET AKUNTANSI
Disusun Oleh :
2013 WDP
2014 WDP
2015 WDP
2016 WTP
2017 WTP
Sumber: IHPS BPK RI Semester I Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa fenomena yang terjadidi
pemerintah Kabupaten Magelang mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP) dalam tahun anggaran 2013-2015, akan tetapi ditahun anggaran
selanjutnya mengalami peningkatan opini yaitu untuk tahun 2016 dan 2017 opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Pemilihan pemerintah daerah Kabupaten
Magelang sebagai objek penelitian karena Pemda Kabupaten Magelang dinilai
berhasil menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah
(LKPD), dan meningkatkan opini pemeriksaaan BPK dengan capaian tertinggi
dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah, hal ini diduga karena
kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah,
pemanfaatan teknologi informasi, sistem pengendalian intern dan standar
akuntansi pemerintah pada pengelolaan keuangan pemerintah daerah Kabupaten
Magelang yang memadai.
Kualitas laporan keuangan erat kaitannya dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP). Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003,
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Oleh karena itu, SAP berfungsi sebagai acuan apakah LKPD sudah
disusun berdasarkan sistem yang memadai dan informasi yang termuat dan
apakah sudah sesuai dengan SAP. SAP yang diterapkan sekarang dalam
pemerintah daerah adalah PP Nomor 71 Tahun 2010. SAP berisikan prinsip-
prinsip akuntansi pemerintahan yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Penerapan SAP diyakini akan
berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat
dan daerah. Hal ini didukung oleh penelitian Astika et al (2018) yang
membuktikan bahwa penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan.
Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah adalah pemanfaatan teknologi informasi. Menurut Sutabri
(2014:3), teknologi informasi digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan infomasi yang berkualitas, yaitu informasi
yang relevan, akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi,
bisnis, dan pemerintahan serta merupakan informasi yang strategis untuk
pengambilan keputusan. Sistem informasi yang didukung TI dapat memberikan
nilai tambah bagi organisasi jika didesain menjadi sistem informasi yang efektif
(Jogiyanto, 2007). Tersedianya teknologi informasi diharapkan dapat membantu
dalam proses pelaporan keuangan sehingga dapat menghasilkan laporan keuanga
yang handal dan tepat waktu. Hal ini didukung oleh penelitian Sundari dan
Rahayu (2019) yang membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan.
Disamping penetapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan
pemanfaatan teknologi informasi yang mempengaruhi kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah adalah penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah (SAKD). Pada prinsipnya, SAKD disusun agar para petugas yang
menjalankan fungsi akuntansi dapat memahami dan menjalankan proses
akuntansi dengan baik dan benar (Permendragi No 64 Tahun 2013). Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah serangkaian prosedur mulai dari
proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer (Permendagri
No. 64 Tahun 2013). Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ini
bertujuan untuk penataan yang terstruktur terhadap Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah
satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung
jawab.Uraian ini menunjukkan bahwa keuangan daerah harus dikelola dengan
baik agar semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 pasal 4 ayat (1) menyatakan keuangan daerah
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
Dalam mencapai keberhasilan penyelenggaraan pemerintah negara,
suatu instansi membutuhkan suatu sistem pengendalian intern yang kuat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menjelaskan SPIPS adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Menurut Jogiyanto (2007), dengan adanya
pengendalian intern, diharapkan akan semakin tinggi kualitas informasi yang
dihasilkan yang selanjutnya akan mempengaruhi secara positif produktivitas
organisasional. Hal ini didukung oleh penelitian Sundari dan Rahayu (2019)
yang membuktikan bahwa sistempengendalian internal berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuanagan.
Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten
untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan yang berkualitas. Menurut
Ihsanti (2014) kompetensi sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang
atau individu suatu organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk
melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untukmencapai tujuannya
secara efektif dan efisien. Begitu juga di entitas pemerintahan, untuk
menghasilkan laporan keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan SDM
yang memahami dan kompeten dalam akuntansi pemerintahan, akuntansi
keuangan daerah bahkan organisasional tentang pemerintahan. Menurut
Tjiptoherijanto (2001) dalam Alimbudiono & Fidelis (2004), untuk menilai
kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu fungsi,
termasuk akuntansi, dapat dilihat dari level of responsibility dan kompetensi
sumber daya tersebut. Tanggung jawab dapat dilihat dari atau tertuang dalam
deskripsi jabatan. Kompetensi dapat dilihat dari latar belakang pendidikan,
pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan dari keterampilan yang dinyatakan
dalam pelaksanaan tugas. Kompetensi merupakan suatu karakteristik dari
seseorang yang memiliki pendidikan (education), keterampilan (skill),
pengetahuan (knowledge), dan kemampuan (ability) untuk melaksanakan suatu
pekerjaan (Hevesi, 2005). Kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang
memadai akan mampu menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Hal
ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sundari dan
Rahayu (2019) yang membuktikan bahwa kompetensi sumber daya manusia
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yaitu
penelitian Sundari dan Rahayu (2019) tentang Pengaruh Kompetensi Sumbe
Daya Manusia (SDM), Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem
Pengendalian Intern terhadap Kualitas Laporan Keuangan SKPD Kota
Bandung. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain:
Pertama, penelitian ini terdapat penambahan variabel penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP), karena semakin baik kualitas laporan yang
dimiliki oleh suatu OPD maka akan semakin baik pula kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Astika et al (2018) tentang penerapan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) menunjukkan hasil yang berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan di Kota Tangerang Selatan. Kedua, penelitian ini
terdapat penambahan variabel penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD), karena semakin baik sistem penerapan SAKD yang dimiliki oleh
suatu OPD maka akan semakin baik pula kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah yang dihasilkan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Galih dan
Darsono (2017) tentang penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD) menunjukkan hasil yang berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan di Kabupaten Grobogan. Ketiga, penelitian akan dilakukan pada
OPD yang ada di Kabupaten Magelang untuk mengetahui bagaimana tingkat
kualitas laporan kuangan OPD yang diukur dari faktor penerapan standar
akuntansi pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi, kompetensi sumber
daya manusia dan sistem pengendalian intern.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah,
Pemanfaatan Teknologi Informasi, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan
Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas laporan keuangan OPD Di
Kabupaten Magelang”
B. Rumusan Masalah
Terkait dengan latar belakang yang diuraikan sebelumnya maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang?
2. Apakah terdapat pengaruh pemanfaatan Teknoogi Informasi terhadap
Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten Magelang?
3. Apakah terdapat pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
terhadap terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang?
4. Apakah terdapat pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD) terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang?
5. Apakah terdapat pengaruh Sistem Pegendalian Internal (SPI) terhadap
Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan dalam rumusan masalah yaitu :
1. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh penerapan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) terhadap Kualitas Laporan
Keuangan OPD di Kabupaten Magelang.
2. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat pemanfaatan Teknoogi
Informasi terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
3. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat Sistem Pegendalian
Internal (SPI) terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
4. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Kualitas Laporan
Keuangan OPD di Kabupaten Magelang
5. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat Kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) terhadap terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di
Kabupaten Magelang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis:
pengetahuan bagi masyarakat dan bagi peneliti atas bukti empiris yang
2. Manfaat praktis:
//’’Governance.
TINJUAN PUSTAKA
A. Telaah Teori
1. Teori Agency
Teori keagenan (teori agency) mendeskripsikan hubungan antara
pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai
agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham
untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih,
maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua
pekerjaannya kepada pemegang saham. Teori keagenan mengemukakan
bahwa jika antar pihak yaitu pemilik dan manajer, memiliki kepentingan
yang berbeda, maka akan muncul konflik keagenan. Jensen dan Meckling
(2010:67) mengatakan bahwa konflik antara pemilik dan manajer muncul
akibat pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.
Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi
kepemilikan akan return terhadap agency conflict.
Berdasarkan teori keagenan (Jensen dan Meckling, 2010),
hubungan agensi muncul ketika satu atau lebih orang (prinsipal) yaitu
DPRD memerintah orang lain (agen) yaitu pemda untuk melakukan suatu
jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat
keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut
mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan,
maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan
kepentingan prinsipal. Namun, hubungan antara prinsipal dan agen ini
dapat mengarah pada masalah keagenan yaitu asimetri informasi dimana
pihak agen yang memiliki lebih banyak informasi dari prinsipal cenderung
akan bertindak menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
oleh prinsipal guna memaksimalkan kepentingan agen. Hal tersebut dapat
dicegah apabila penerapan standar akuntansi pemerintah, pemanfaatan
teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia, dan sistem
pengenalian internal yang baik pada pemerintah dengan meningkatkan
kualitas laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas dapat
disusun dan disajikan dengan penerapan standar akuntansi pemerintahan
yang efektif. Suatu sistem dikatakan efektif jika output yang dihasilkan
oleh suatu orang (kelompok) sesuai dengan tujuan yang diinginkan
(Nurlaila, 2014).
2. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Standar akuntansi pemerintahan merupakan pedoman di dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Standar ini syarat mutlak
yang harus dijadikan pedoman agar kualitas laporan keuangan di Indonesia
dapat ditingkatkan (PP No. 71 Tahun 2010). Menurut KSAP dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan, mengatakan bahwa, SAP adalah prinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah. Dengan adanya standar ini maka laporan
keuangan harus didasarkan pada standar ini sehingga laporan keuangan
yang disajikan dapat menyajikan informasi yang lengkap dan dapat
diandalkan. Penerapan standar akuntansi pemerintahan menjamin bahwa
laporan keuangan disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku, standar
akuntansi pemerintahan merupakan standar yang menjadi acuan atau
pedoman yang menjamin penyusunan laporan keuangan yang memenuhi
kualifikasi informasi keuangan yang berguna untuk penggunanya dan
informasi tersebut merupakan indikator bahwa laporan keuangan
memenuhi kualifikasi informasi (Permadi, 2013). Penerapan SAP
mewajibkan setiap entitas pelaporan, yang dalam hal ini termasuk
pemerintah daerah untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan
serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas,
manajemen, transparansi, keseimbangan antara generasi dan evaluasi
kinerja. Melalui penerapan SAP akan dapat disusun laporan keuangan
yang useful. Kegunaan laporan keuangan ditentukan oleh isi informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut. Agar laporan keuangan
berisi informasi yang bermakna maka laporan keuangan harus disusun
berpedoman pada SAP.
3. Pemanfaatan Teknoogi Informasi
Jogiyanto (2007) menjelaskan bahwa informasi yang berkualitas
dapat dicapai dengan peran komponen teknologi. Pemanfaatan teknologi
informasi adalah perilaku atau sikap akuntan menggunakan teknologi
informasi untuk menyelesaikan tugas dan meningkatkan kinerjanya.
Menurut Sutabri (2014:3), teknologi informasi digunakan untuk mengolah
data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan infomasi
yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu,
yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan serta
merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Informasi merupakan produk dari sistem teknologi informasi yang
berperan dalam menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para
pengambil keputusan di dalam organisasi termasuk dalam hal pelaporan.
Laporan keuangan yang berkualitas dapat dicapai melalui pengoptimalan
pemanfaatan teknologi informasi untuk membangun jaringan sistem
informasi manajemen dan proses kerja yang memungkinkan pemerintah
bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses antar unit kerja.
Dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi yang baik, maka
pemerintah dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan daerah.
Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah pusat dan
daerah diatur dalam PP No. 56 tahun 2005 tentang sistem informasi
keuangan daerah yang merupakan peraturan pengganti dari PP No.11
tahun 2001 tentang sistem informasi keuangan daerah.
4. Kompetensi Sumber Daya Manusia
Menurut Ihsanti (2014) kompetensi sumber daya manusia adalah
kemampuan seseorang atau individu suatu organisasi (kelembagaan)
atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau
kewenangannya untukmencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Begitu juga di entitas pemerintahan, untuk menghasilkan laporan
keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan SDM yang memahami
dan kompeten dalam akuntansi pemerintahan, akuntansi keuangan
daerah bahkan organisasional tentang pemerintahan. Menurut
Tjiptoherijanto (2001) dalam Alimbudiono & Fidelis (2004), untuk
menilai kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dalam
melaksanakan suatu fungsi, termasuk akuntansi, dapat dilihat dari level
of responsibility dan kompetensi sumber daya tersebut. Tanggung
jawab dapat dilihat dari atau tertuang dalam deskripsi jabatan.
Kompetensi dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, pelatihan-
pelatihan yang pernah diikuti, dan dari keterampilan yang dinyatakan
dalam pelaksanaan tugas. Kompetensi merupakan suatu karakteristik
dari seseorang yang memiliki pendidikan (education), keterampilan
(skill), pengetahuan (knowledge), dan kemampuan (ability) untuk
melaksanakan suatu pekerjaan (Hevesi, 2005). Kompetensi sumber
daya manusia (SDM) yang memadai akan mampu menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas. Perubahan yang akan dilakukan
untuk membenahi sistem pemerintahan terutama terkait dengan bidang
akuntansi membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki latar
belakang pendidikan akuntansi yang memadai. Apabila sumber daya
manusia yang melaksanakan sistem akuntansi tidak memiliki
kompetensi yang memadai, maka akan menimbulkan hambatan dalam
pelaksanaan fungsi akuntansi, dan akhirnya informasi akuntansi
sebagai produk dari sistem akuntansi, kualitasnya menjadi kurang baik.
5. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
Pada prinsipnya, SAKD disusun agar para petugas yang
menjalankan fungsi akuntansi dapat memahami dan menjalankan
proses akuntansi dengan baik dan benar (Permendragi No 64 Tahun
2013). Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer (Permendagri No. 64
Tahun 2013). Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ini
bertujuan untuk penataan yang terstruktur terhadap Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang
luas nyata dan bertanggung jawab.Uraian ini menunjukkan bahwa
keuangan daerah harus dikelola dengan baik agar semua hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 pasal 4 ayat (1) menyatakan
keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat
untuk masyarakat.
6. Sistem Pengendalian Internal (SPI)
Dalam mencapai keberhasilan penyelenggaraan pemerintah negara,
suatu instansi membutuhkan suatu sistem pengendalian intern yang
kuat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menjelaskan
SPIPS adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Menurut Jogiyanto (2007), dengan
adanya pengendalian intern, diharapkan akan semakin tinggi kualitas
informasi yang dihasilkan yang selanjutnya akan mempengaruhi secara
positif produktivitas organisasional. Kualitas laporan keuangan sangat
dipengaruhi sistem pengendalian intern yang dimiliki pemerintah
daerah. Jika suatu entitas telah menetapkan pengendalian intern dengan
baik maka semua operasi, sumber daya fisik, dan data akan dimonitor
serta berada di bawah kendali, tujuan akan tercapai, risiko menjadi
kecil, dan informasi yang dihasilkan akan lebih berkualitas.
7. Kualitas Laporan Keuangan
Kualitas laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu di wujudkan dalam informasi sehingga dapat memenuhi
tujuannya, (SAP, 2010:245). Karakteristik kualitatif laporan keuangan
menurut peraturan pemerintah no.71 tahun 2010 tentang standar
akuntansi pemerintah (SAP) adalah ukuran ukuran normatif yang perlu
di wujudkan dalan informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut:
a) Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi
yang termuat didalam laporan keuangan tersebut dapat
memengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.
b) Laporan keuangan dikatakan andal apabila iInformasi dalam
laporan keuangan harus bebas dari kesalahan material,
menyajikan setiap informasi secara jujur dan dapat diverifikasi.
c) Laporan keuangan dapat dikatakan dapat dibandingkan jika
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dapat dibandingakan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya.
d) Laporan keuangan dikatakan dapat dipahami jika informasi
yang terdpar dalam laporan keuangan bermanfaat jika dapat
dipahami oleh semua pihak yang menggunakan atau
memerlukan laporan keuangan.
Komponen laporan keuangan yang disampaikan tersebut meliputi
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Informasi dalam penyajiannya dikatakan memiliki
manfaat jika informasi tersebut dapat mendukung pengambilan
keputusan dan dapat dipahami oleh pemakai. Suatu Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) dapat dikatakan berkualitas jika laporan
keuangan tersebut telah diperiksa dan mendapatkan opini dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Data Penelitian Terdahulu
C. Hipotesis
1. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) terhadap
Kualitas Laporan Keuangan OPD
Menurut KSAP dalam Standar Akuntansi Pemerintahan,
mengatakan bahwa, SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Dengan adanya standar ini maka laporan keuangan harus
didasarkan pada standar ini sehingga laporan keuangan yang disajikan
dapat menyajikan informasi yang lengkap dan dapat diandalkan.
Berdasarkan Teori Agency merupakan konsep yang menjelaskan
hubungan kontraktual antara principals dan agent Pihak principals
adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent,
untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam
kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Mecking,
1976). Dalam Teori Agency terdapat Monitoring cost yang merupakan
biaya yang timbul dan ditanggung oleh principals untuk memonitor
perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamatin dan mengontrol
perilaku agent. Hubungan perticipals dengan agent terjadi ketika pihak
principals memberikan mandat kepada agent untuk memberikan
laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan yang relevan, akurat,
dan tepat waktu kepada pihak principals. Dengan Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan menjamin bahwa laporan keuangan disusun
sesuai ketentuan yang berlaku. SAP merupakan standar yang menjamin
laporan keuangan disusun memenuhi kualifikasi informasi keuangan
yang berguna bagi para penggunanya. Informasi yang berguna
merupakan indikator bahwa laporan keuangan memenuhi kualifikasi
informasi.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Astika et al (2018),
hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan standar akuntansi
pemerintah (SAP) berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan SKPD di Kota Tangerang. Berdasarkan uraian tersebut, maka
dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berpengaruh
positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
2. Pengaruh pemanfaatan Teknoogi Informasi terhadap Kualitas Laporan
Keuangan OPD
Menurut Sutabri (2014:3), teknologi informasi digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan infomasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi,
bisnis, dan pemerintahan serta merupakan informasi yang strategis
untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan Teori Agency merupakan
konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan
agent Pihak principals adalah pihak yang memberikan mandat kepada
pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama
principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen
dan Mecking, 1976). Dalam Teori Agency terdapat Monitoring cost
yang merupakan biaya yang timbul dan ditanggung oleh principals
untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamatin
dan mengontrol perilaku agent. Hubungan perticipals dengan agent
terjadi ketika pihak principals memberikan mandat kepada agent untuk
memberikan laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan yang
relevan, akurat, dan tepat waktu kepada pihak principals. Dengan
adanya teknologi informasi maka pihak agent dapat melakukan mandat
yang diberikan oleh pihak principals. Perkembangan teknologi
informasi tidak hanya dimanfaatkan pada organisasi bisnis tetapi juga
pada organisasi sektor publik, termasuk pemerintahan. Dalam
penjelasan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah disebutkan bahwa untuk menindaklanjuti
terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata
kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), pemerintah, dan
pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan informasi
keuangan daerah kepada pelayanan publik.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sundari dan Rahayu
(2019), hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi
informasi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan
SKPD di Kota Bandung. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh positif terhadap
Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten Magelang
3. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas
Laporan Keuangan OPD
Menurut Ihsanti (2014) kompetensi sumber daya manusia adalah
kemampuan seseorang atau individu suatu organisasi (kelembagaan)
atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau
kewenangannya untukmencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Begitu juga di entitas pemerintahan, untuk menghasilkan laporan
keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan SDM yang memahami
dan kompeten dalam akuntansi pemerintahan, akuntansi keuangan
daerah bahkan organisasional tentang pemerintahan. Berdasarkan Teori
Agency merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual
antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang
memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan
semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai
pengambil keputusan (Jensen dan Mecking, 1976). Dalam Teori
Agency terdapat Bonding cost yang merupakan biaya yang ditanggung
oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang
menjamin bahwa agents akan bertindak untuk kepentingan principals.
Hubungan antara teori tersebut dengan Kompetensi Sumber Daya
Manusia yaitu agent yang mempunyai kompetensi yang baik untuk
melakukan suatu pekerjaan dari participal yaitu pihak yang
memberikan mandat untuk meningkatkan laporan keuangan. Karena
jika kompetensi yang dimiliki oleh agent cenderung kurang baik maka
mandat yang diberikan oleh participal kepada agent tidak akan
berjalan sesuai dengan keinginan participal.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sundari dan Rahayu
(2019), hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya
manusia berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan
SKPD di Kota Bandung. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh positif
terhadap KualitasLaporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
4. Pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan OPD
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah serangkaian
prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer (Permendagri No. 64
Tahun 2013). Menurut, (Permendragi No 64 Tahun 2013) SAKD
disusun agar para petugas yang menjalankan fungsi akuntansi dapat
memahami dan menjalankan proses akuntansi dengan baik dan benar.
Berdasarkan Teori Agency merupakan konsep yang menjelaskan
hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals
adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent,
untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam
kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Mecking,
1976). Dalam Teori Agency terdapat Bonding cost yang merupakan
biaya yang ditanggung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi
mekanisme yang menjamin bahwa agents akan bertindak untuk
kepentingan principals.Sistem akuntansi yang digunakan pada
akuntansi pemerintah daerah adalah sistem desentralisasi. Sistem
akuntansi yang digunakan pada akuntansi pemerintah daerah adalah
sistem desentralisasi.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Galih dan Darsono
(2017), hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem
akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuanagan SKPD di Kabupaten Grobogan. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh
Positif terhadap KualitasLaporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
5. Pengaruh Sistem Pegendalian Internal (SPI) terhadap Kualitas Laporan
Keuangan OPD
Dalam mencapai keberhasilan penyelenggaraan pemerintah negara,
suatu instansi membutuhkan suatu sistem pengendalian intern yang
kuat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menjelaskan
SPIPS adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Menurut Jogiyanto (2007), dengan
adanya pengendalian intern, diharapkan akan semakin tinggi kualitas
informasi yang dihasilkan yang selanjutnya akan mempengaruhi secara
positif produktivitas organisasional.
Berdasarkan Teori Agency merupakan konsep yang menjelaskan
hubungan kontraktual antara principals dan agent Pihak principals
adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent,
untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam
kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Mecking,
1976). Dalam Teori Agency terdapat Monitoring cost yang merupakan
biaya yang timbul dan ditanggung oleh principals untuk memonitor
perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamatin dan mengontrol
perilaku agent. Hubungan perticipals dengan agent terjadi ketika pihak
principals memberikan mandat kepada agent untuk memberikan
laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan yang relevan, akurat,
dan tepat waktu kepada pihak principals. Dengan adanya pengendalian
intern maka dapat dijadikan acuan oleh piahak agent.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sundari dan Rahayu
(2019), hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian
internal berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan
SKPD di Kota Bandung. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H5 : Sistem Pengendalian Internal berpengaruh positif terhadap
KualitasLaporan Keuangan OPD di Kabupaten Magelang
D. Kerangka Pemikiran
Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah
(SAP) H1
Pemanfaatan Teknologi
Informasi H2
Kualitas Laporan
Kompetensi Sumber Daya H3 Keuangan
Manusia (SDM)
H4
Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan
H5
Daerah (SAKD)
Sistem Pegendalian
Internal (SPI)
BAB III
Metode Penelitian
A. Jenis Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah eksplanatori dengan pendekatan
kuantitatif. Adapun penelitian eksplanatori menurut Sugiyono (2017)
adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-
variabel yang mempengaruhi hipotesis. Metode penelitian ini, diadakan
untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala atas permasalahan yang
timbul (Umar, 2003).
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
survey, yaitu dengan memberikan kuesioner yang langsung disebarkan
dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil
wawancara atau hasil pengisian kuesioner tentang hal itu. Kuesioner yang
telah diisi oleh responden, diseleksi terlebih dahulu agar kuesioner yang
tidak lengkap pengisiannya tidak disertakan dalam analisis. Peneliti
memilih cara demikian dengan pertimbangan bahwa metode survey
langsung lebih efektif dan mengurangi risiko tidak kembalinya kuesioner
yang telah disebar.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2017). Populasi dalam penelitian ini adalah Aparatur OPD yang berada di
Kabupaten Magelang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode non-probability sampling atau sampling jenuh, yaitu
Penelitian ini menggunakan Nonprobability sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh yaitu
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.
C. Data Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal
(hubungan sebab akibat) dimana jika variabel dependen dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen tertentu, maka dapat dinyatakan
bahwa variabel X menyebabkan variabel Y (Erlina, 2007:66). Penelitian
ini menggunakan data primer yang merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumber terkait. Data primer diperoleh
melalui penyebaran kuesioner kepada responden yaitu para Aparatur
Pemerintah Desa yang terdiri dari Kepala SKPD, Wakil Kepala SKPD,
Sekertaris, Bendahara, Kepala Bagian.
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel