Anda di halaman 1dari 40

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUALITAS LAPORAN

KEUANGAN

(Studi Empiris pada OPD di Kabupaten Magelang)

PROPOSAL

RISET AKUNTANSI

Disusun Oleh :

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Saat ini masyarakat menuntut adanya akuntabilitas di pelayanan sektor
publik. Tuntutan yang besar terhadap akuntabilitas sektor publik berimplikasi
pada manajemen publik untuk memberikan informasi kepada publik, salah
satunya adalah informasi akuntansi yang berupa laporan keuangan
(Mardiasmo, 2002). Laporan keuangan yang handal menurut Peraturan
Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 adalah laporan keuangan yang memiliki
karakteristik penyajian jujur, dapat diverifikasi dan netralitas. Penyajian jujur,
yaitu informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan. Dapat diverifikasi yaitu informasi yang disajikan dalam laporan
keuangan dapat diuji, dan apabila pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh
pihak yang berbeda, hasilnya tetap menunjukkan simpulan yang tidak berbeda
jauh. Netralitas yaitu informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak
berpihak pada kebutuhan pihak tertentu (Peraturan Pemerintah Nomor 71
Tahun 2010). Laporan keuangan dikatakan berkualitas apabila laporan
keuangan yang disajikan oleh suatu entitas pelaporan harus memiiliki empat
karakteristik yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan dan dapat dipahami (PP
No. 71 tahun 2010). Untuk itu, pemerintah daerah dituntut agar pengelolaan
keuangan daerah dilakukan secara baik untuk mewujudkan tujuan
pemerintahan yang bersih (clean goverment), dimana pengelolaan keuangan
daerah yang baik adalah kemampuan mengontrol kebijakan keuangan daerah
secara transparan, efektif, efisien, dan akuntabel (Azlim dan Bakar, 2012).
Pemerintah menerbitkan berbagai peraturan yang bertujuan untuk mengatur
pembuatan laporan keuangan, diantaranya adalah Undang-Undang No. 17
Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, yang berupa Laporan Keuangan, Peraturan Pemerintah
No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, dan Peraturan
Pemerintah No 71 tahun 2010, yang menyatakan bahwa untuk menerapkan
akuntansi berbasis akrual. Laporan keuangan yang dihasilkan oleh organisasi
sektor publik adalah laporan terstruktur yang berisi posisi keuangan dan
transaksi-transaksi keuangan yang dilakukan oleh suatu entitas Sektor Publik.
Laporan keuangan memiliki tujuan untuk menyajikan informasi keuangan
yang dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan, dan dapat
digunakan sebagai alat untuk pertanggungjawaban kepada masyarakat. Salah
satu bentuk pertanggungjawaban dalam penyelenggaraan pemerintahan yang
diatur dalam undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan negara
dan undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, upaya
konkrit untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
keuangan pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
adalah dengan menyampaikan laporan pertanggungjawaban berupa laporan
keuangan. Menurut Suwardjono (2005), informasi yang dihasilkan dari laporan
keuangan harus bermanfaat bagi para pemakai, diantaranya harus memiliki
nilai atau kualitas yang dapat mendukung pengambilan keputusan dan dapat
dipahami oleh para pemakai.
Pemerintah daerah akan mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas
dalam pengelolaan keuangan daerah apabila informasi yang terdapat di dalam
Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) memenuhi kriteria
karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah seperti yang disyaratkan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010. Karakteristik kualitatif
laporan keuangan pemerintah merupakan prasyarat normatif yang diperlukan
agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki,
yaitu relevan, andal, dapat dibandingkan, dan dapat dipahami. Laporan
keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi yang termuat didalam
laporan keuangan tersebut dapat memengaruhi keputusan pengguna laporan
keuangan. Dengan adanya informasi dari laporan keuangan ini juga diharapkan
dapat memberi prediksi di masa yang akan datang dan dapat mengevaluasi
peristiwa masa lalu atau masa kini. Informasi yang terkandung dalam laporan
keuangan haruslah disajikan tepat waktu sehingga dapat berguna bagi
pengambilan keputusan dan informasi yang disajikan harus lengkap dan
terperinci. Laporan keuangan dikatakan andal apabila iInformasi dalam laporan
keuangan harus bebas dari kesalahan material, menyajikan setiap informasi
secara jujur dan dapat diverifikasi. Informasi pada laporan keuangan yang
disajikan harus diarahkan pada kepentingan umum dan tidak berpihak kepada
pihak tertentu. Laporan keuangan dapat dikatakan dapat dibandingkan jika
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat
dibandingakan dengan laporan keuangan periode sebelumnya. Laporan
keuangan dikatakan dapat dipahami jika informasi yang terdpar dalam laporan
keuangan bermanfaat jika dapat dipahami oleh semua pihak yang
menggunakan atau memerlukan laporan keuangan.
Komponen laporan keuangan yang disampaikan tersebut meliputi laporan
realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
Informasi dalam penyajiannya dikatakan memiliki manfaat jika informasi
tersebut dapat mendukung pengambilan keputusan dan dapat dipahami oleh
pemakai. Suatu Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) dapat
dikatakan berkualitas jika laporan keuangan tersebut telah diperiksa dan
mendapatkan opini dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Ada lima jenis
opini yang diberikan dalam pemeriksaan yaitu Opini Wajar Tanpa
Pengecualian (WTP), Opini Wajar Tanpa Pengecualian Dengan Kalimat
Penjelas (WTP-DPP), Opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), Opini Tidak
Wajar (TW), dan Tidak Memberi Pendapat (TMP). Apabila suatu Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah mendapatkan hasil Wajar Tanpa Pengecualian
maka dapat diartikan bila Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tersebut
sudah disajikan secara wajar dan dapat dikatakan laporan tersebut berkualitas
(Rahman, 2015).
Berdasarkan data dari www.bpk.go.id, fakta yang terjadi di lapangan
berdasarkan hasil pemeriksaan BPK terhadap 542 LKPD tahun 2017 yang
dilaporkan pada Ikhtisar Hasil Pemeriksaan Semester (IHPS) Satu (1) tahun
2018 mengungkapkan 9.808 temuan yang memuat 15.773 permasalahan yang
terdiri dari 75.539 permasalahan kelemahan sistem pengendalian intern (48%),
8.030 permasalahan ketidakpatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan (51%) senilai Rp 10,06 triliun, serta 204 permasalahan
ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefetifan (1%). Ketika BPK
memberikan Opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap LKPD, artinya
dapat dikatakan bahwa laporan keuangan suatu entitas pemerintah daerah
tersebut disajikan dan diungkapkan secara wajar dan berkualitas. Refresentasi
kewajaran dituangkan dalam bentuk opini dengan mempertimbangkan kriteria
kesesuaian laporan keuangan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP),
kecukupan pengungkapan, kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, dan efektivitas pengendalian internal.
Berdasarkan data dari www.bpk.go.id pada semester I tahun 2018, BPK
memeriksa 542 (100%) LKPD tahun 2017. Atas LKPD tersebut, 411 LKPD
memperoleh opini WTP, 113 LKPD mendapat opini Wajar Dengan
Pengecualian (WDP), dan 18 LKPD mendapat opini Tidak Menyatakan
Pendapat (TMP). Dari 34 pemerintah provinsi, sebanyak 33 LKPD (97%)
memperoleh opini WTP dan 1 LKPD (3%) mendapat opini WDP. Dari 415
pemerintah kabupaten, sebanyak 298 LKPD (72%) mendapat opini WTP dan
99 LKPD (24%) dengan opini WDP. Sedangkan dari 93 pemerintah kota,
sebanyak 80 LKPD (86%) memperoleh opini WTP dan 13 LKPD (14%)
dengan opini WDP .
Tabel 1.1
Opini LKPD Kabupaten Magelang Tahun 2013 - 2017

LKPD (Tahun) OPINI

2013 WDP
2014 WDP
2015 WDP
2016 WTP
2017 WTP
Sumber: IHPS BPK RI Semester I Tahun 2018
Berdasarkan Tabel 1.1, terlihat bahwa fenomena yang terjadidi
pemerintah Kabupaten Magelang mendapat opini Wajar Dengan Pengecualian
(WDP) dalam tahun anggaran 2013-2015, akan tetapi ditahun anggaran
selanjutnya mengalami peningkatan opini yaitu untuk tahun 2016 dan 2017 opini
Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Pemilihan pemerintah daerah Kabupaten
Magelang sebagai objek penelitian karena Pemda Kabupaten Magelang dinilai
berhasil menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah daerah
(LKPD), dan meningkatkan opini pemeriksaaan BPK dengan capaian tertinggi
dalam akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintah, hal ini diduga karena
kompetensi sumber daya manusia, penerapan sistem akuntansi keuangan daerah,
pemanfaatan teknologi informasi, sistem pengendalian intern dan standar
akuntansi pemerintah pada pengelolaan keuangan pemerintah daerah Kabupaten
Magelang yang memadai.
Kualitas laporan keuangan erat kaitannya dengan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP). Berdasarkan amanat Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003,
pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip
akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Oleh karena itu, SAP berfungsi sebagai acuan apakah LKPD sudah
disusun berdasarkan sistem yang memadai dan informasi yang termuat dan
apakah sudah sesuai dengan SAP. SAP yang diterapkan sekarang dalam
pemerintah daerah adalah PP Nomor 71 Tahun 2010. SAP berisikan prinsip-
prinsip akuntansi pemerintahan yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Penerapan SAP diyakini akan
berdampak pada peningkatan kualitas pelaporan keuangan di pemerintah pusat
dan daerah. Hal ini didukung oleh penelitian Astika et al (2018) yang
membuktikan bahwa penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan.
Salah satu hal yang mempengaruhi kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah adalah pemanfaatan teknologi informasi. Menurut Sutabri
(2014:3), teknologi informasi digunakan untuk mengolah data, termasuk
memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data dalam
berbagai cara untuk menghasilkan infomasi yang berkualitas, yaitu informasi
yang relevan, akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi,
bisnis, dan pemerintahan serta merupakan informasi yang strategis untuk
pengambilan keputusan. Sistem informasi yang didukung TI dapat memberikan
nilai tambah bagi organisasi jika didesain menjadi sistem informasi yang efektif
(Jogiyanto, 2007). Tersedianya teknologi informasi diharapkan dapat membantu
dalam proses pelaporan keuangan sehingga dapat menghasilkan laporan keuanga
yang handal dan tepat waktu. Hal ini didukung oleh penelitian Sundari dan
Rahayu (2019) yang membuktikan bahwa pemanfaatan teknologi informasi
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan.
Disamping penetapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan
pemanfaatan teknologi informasi yang mempengaruhi kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah adalah penerapan Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah (SAKD). Pada prinsipnya, SAKD disusun agar para petugas yang
menjalankan fungsi akuntansi dapat memahami dan menjalankan proses
akuntansi dengan baik dan benar (Permendragi No 64 Tahun 2013). Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah serangkaian prosedur mulai dari
proses pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat
dilakukan secara manual atau menggunakan aplikasi komputer (Permendagri
No. 64 Tahun 2013). Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ini
bertujuan untuk penataan yang terstruktur terhadap Sistem Akuntansi Keuangan
Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan salah
satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat
sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas nyata dan bertanggung
jawab.Uraian ini menunjukkan bahwa keuangan daerah harus dikelola dengan
baik agar semua hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dapat
dimanfaatkan semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 pasal 4 ayat (1) menyatakan keuangan daerah
dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan
asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat.
Dalam mencapai keberhasilan penyelenggaraan pemerintah negara,
suatu instansi membutuhkan suatu sistem pengendalian intern yang kuat.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menjelaskan SPIPS adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh
pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien,
keandalan pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Menurut Jogiyanto (2007), dengan adanya
pengendalian intern, diharapkan akan semakin tinggi kualitas informasi yang
dihasilkan yang selanjutnya akan mempengaruhi secara positif produktivitas
organisasional. Hal ini didukung oleh penelitian Sundari dan Rahayu (2019)
yang membuktikan bahwa sistempengendalian internal berpengaruh positif
terhadap kualitas laporan keuanagan.
Oleh karena itu, dibutuhkan sumber daya manusia yang berkompeten
untuk menghasilkan sebuah laporan keuangan yang berkualitas. Menurut
Ihsanti (2014) kompetensi sumber daya manusia adalah kemampuan seseorang
atau individu suatu organisasi (kelembagaan) atau suatu sistem untuk
melaksanakan fungsi-fungsi atau kewenangannya untukmencapai tujuannya
secara efektif dan efisien. Begitu juga di entitas pemerintahan, untuk
menghasilkan laporan keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan SDM
yang memahami dan kompeten dalam akuntansi pemerintahan, akuntansi
keuangan daerah bahkan organisasional tentang pemerintahan. Menurut
Tjiptoherijanto (2001) dalam Alimbudiono & Fidelis (2004), untuk menilai
kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dalam melaksanakan suatu fungsi,
termasuk akuntansi, dapat dilihat dari level of responsibility dan kompetensi
sumber daya tersebut. Tanggung jawab dapat dilihat dari atau tertuang dalam
deskripsi jabatan. Kompetensi dapat dilihat dari latar belakang pendidikan,
pelatihan-pelatihan yang pernah diikuti, dan dari keterampilan yang dinyatakan
dalam pelaksanaan tugas. Kompetensi merupakan suatu karakteristik dari
seseorang yang memiliki pendidikan (education), keterampilan (skill),
pengetahuan (knowledge), dan kemampuan (ability) untuk melaksanakan suatu
pekerjaan (Hevesi, 2005). Kompetensi sumber daya manusia (SDM) yang
memadai akan mampu menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. Hal
ini sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Sundari dan
Rahayu (2019) yang membuktikan bahwa kompetensi sumber daya manusia
berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan.
Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya yaitu
penelitian Sundari dan Rahayu (2019) tentang Pengaruh Kompetensi Sumbe
Daya Manusia (SDM), Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem
Pengendalian Intern terhadap Kualitas Laporan Keuangan SKPD Kota
Bandung. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya antara lain:
Pertama, penelitian ini terdapat penambahan variabel penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah (SAP), karena semakin baik kualitas laporan yang
dimiliki oleh suatu OPD maka akan semakin baik pula kualitas laporan
keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan. Seperti penelitian yang
dilakukan oleh Astika et al (2018) tentang penerapan Standar Akuntansi
Pemerintah (SAP) menunjukkan hasil yang berpengaruh positif terhadap
kualitas laporan keuangan di Kota Tangerang Selatan. Kedua, penelitian ini
terdapat penambahan variabel penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD), karena semakin baik sistem penerapan SAKD yang dimiliki oleh
suatu OPD maka akan semakin baik pula kualitas laporan keuangan pemerintah
daerah yang dihasilkan. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Galih dan
Darsono (2017) tentang penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD) menunjukkan hasil yang berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan di Kabupaten Grobogan. Ketiga, penelitian akan dilakukan pada
OPD yang ada di Kabupaten Magelang untuk mengetahui bagaimana tingkat
kualitas laporan kuangan OPD yang diukur dari faktor penerapan standar
akuntansi pemerintah, pemanfaatan teknologi informasi, kompetensi sumber
daya manusia dan sistem pengendalian intern.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik melakukan penelitian
yang berjudul “Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah,
Pemanfaatan Teknologi Informasi, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan
Sistem Pengendalian Intern Terhadap Kualitas laporan keuangan OPD Di
Kabupaten Magelang”
B. Rumusan Masalah
Terkait dengan latar belakang yang diuraikan sebelumnya maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
(SAP) terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang?
2. Apakah terdapat pengaruh pemanfaatan Teknoogi Informasi terhadap
Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten Magelang?
3. Apakah terdapat pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM)
terhadap terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang?
4. Apakah terdapat pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
(SAKD) terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang?
5. Apakah terdapat pengaruh Sistem Pegendalian Internal (SPI) terhadap
Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten Magelang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk menjawab
pertanyaan dalam rumusan masalah yaitu :
1. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh penerapan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) terhadap Kualitas Laporan
Keuangan OPD di Kabupaten Magelang.
2. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat pemanfaatan Teknoogi
Informasi terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
3. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat Sistem Pegendalian
Internal (SPI) terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
4. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat pengaruh penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) terhadap Kualitas Laporan
Keuangan OPD di Kabupaten Magelang
5. Untuk menguji secara empiris apakah terdapat Kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM) terhadap terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di
Kabupaten Magelang
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis:

a. Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menambah

pengetahuan bagi masyarakat dan bagi peneliti atas bukti empiris yang

diperoleh dan mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Kualitas Laporan Keuangan OPD.

b. Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat menambah

sumber referensi yang berkaitan dengan Kualitas Laporan Keuangan

OPD di Kabupaten Magelang.

2. Manfaat praktis:

a. Bagi Pemerintah, penelitian ini dapat dijadikan suatu referensi maupun

tinjauan secara nyata yang mendiskripsikan sejauh mana kinerja

pemerintah untuk mewujudkan Good Government dan Good

//’’Governance.

b. Bagi Pemerintah di Kabupaten Magelang, penelitian ini diharapkan

menjadi referensi pegawai maupun pihak-pihak yang ada dalam

Pemerintah untuk mengetahui arti pentingnya penerapan Standar


Akuntansi Pemerintah, pemanfaatan Teknologi Informasi, Sistem

Pengendalian Intern Dan Kualitas Sumber Daya Manusia terhadap

Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten Magelang.


BAB II

TINJUAN PUSTAKA
A. Telaah Teori
1. Teori Agency
Teori keagenan (teori agency) mendeskripsikan hubungan antara
pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai
agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham
untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih,
maka pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua
pekerjaannya kepada pemegang saham. Teori keagenan mengemukakan
bahwa jika antar pihak yaitu pemilik dan manajer, memiliki kepentingan
yang berbeda, maka akan muncul konflik keagenan. Jensen dan Meckling
(2010:67) mengatakan bahwa konflik antara pemilik dan manajer muncul
akibat pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan.
Perusahaan yang memisahkan fungsi pengelolaan dengan fungsi
kepemilikan akan return terhadap agency conflict.
Berdasarkan teori keagenan (Jensen dan Meckling, 2010),
hubungan agensi muncul ketika satu atau lebih orang (prinsipal) yaitu
DPRD memerintah orang lain (agen) yaitu pemda untuk melakukan suatu
jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat
keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut
mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan,
maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan
kepentingan prinsipal. Namun, hubungan antara prinsipal dan agen ini
dapat mengarah pada masalah keagenan yaitu asimetri informasi dimana
pihak agen yang memiliki lebih banyak informasi dari prinsipal cenderung
akan bertindak menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
oleh prinsipal guna memaksimalkan kepentingan agen. Hal tersebut dapat
dicegah apabila penerapan standar akuntansi pemerintah, pemanfaatan
teknologi informasi, kompetensi sumber daya manusia, dan sistem
pengenalian internal yang baik pada pemerintah dengan meningkatkan
kualitas laporan keuangan. Laporan keuangan yang berkualitas dapat
disusun dan disajikan dengan penerapan standar akuntansi pemerintahan
yang efektif. Suatu sistem dikatakan efektif jika output yang dihasilkan
oleh suatu orang (kelompok) sesuai dengan tujuan yang diinginkan
(Nurlaila, 2014).
2. Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP)
Standar akuntansi pemerintahan merupakan pedoman di dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan. Standar ini syarat mutlak
yang harus dijadikan pedoman agar kualitas laporan keuangan di Indonesia
dapat ditingkatkan (PP No. 71 Tahun 2010). Menurut KSAP dalam
Standar Akuntansi Pemerintahan, mengatakan bahwa, SAP adalah prinsip-
prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah. Dengan adanya standar ini maka laporan
keuangan harus didasarkan pada standar ini sehingga laporan keuangan
yang disajikan dapat menyajikan informasi yang lengkap dan dapat
diandalkan. Penerapan standar akuntansi pemerintahan menjamin bahwa
laporan keuangan disusun sesuai dengan ketentuan yang berlaku, standar
akuntansi pemerintahan merupakan standar yang menjadi acuan atau
pedoman yang menjamin penyusunan laporan keuangan yang memenuhi
kualifikasi informasi keuangan yang berguna untuk penggunanya dan
informasi tersebut merupakan indikator bahwa laporan keuangan
memenuhi kualifikasi informasi (Permadi, 2013). Penerapan SAP
mewajibkan setiap entitas pelaporan, yang dalam hal ini termasuk
pemerintah daerah untuk melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan
serta hasil yang dicapai dalam pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan
terstruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas,
manajemen, transparansi, keseimbangan antara generasi dan evaluasi
kinerja. Melalui penerapan SAP akan dapat disusun laporan keuangan
yang useful. Kegunaan laporan keuangan ditentukan oleh isi informasi
yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut. Agar laporan keuangan
berisi informasi yang bermakna maka laporan keuangan harus disusun
berpedoman pada SAP.
3. Pemanfaatan Teknoogi Informasi
Jogiyanto (2007) menjelaskan bahwa informasi yang berkualitas
dapat dicapai dengan peran komponen teknologi. Pemanfaatan teknologi
informasi adalah perilaku atau sikap akuntan menggunakan teknologi
informasi untuk menyelesaikan tugas dan meningkatkan kinerjanya.
Menurut Sutabri (2014:3), teknologi informasi digunakan untuk mengolah
data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan,
memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan infomasi
yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat, dan tepat waktu,
yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan serta
merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan.
Informasi merupakan produk dari sistem teknologi informasi yang
berperan dalam menyediakan informasi yang bermanfaat bagi para
pengambil keputusan di dalam organisasi termasuk dalam hal pelaporan.
Laporan keuangan yang berkualitas dapat dicapai melalui pengoptimalan
pemanfaatan teknologi informasi untuk membangun jaringan sistem
informasi manajemen dan proses kerja yang memungkinkan pemerintah
bekerja secara terpadu dengan menyederhanakan akses antar unit kerja.
Dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi yang baik, maka
pemerintah dapat meningkatkan kualitas laporan keuangan daerah.
Kewajiban pemanfaatan teknologi informasi oleh pemerintah pusat dan
daerah diatur dalam PP No. 56 tahun 2005 tentang sistem informasi
keuangan daerah yang merupakan peraturan pengganti dari PP No.11
tahun 2001 tentang sistem informasi keuangan daerah.
4. Kompetensi Sumber Daya Manusia
Menurut Ihsanti (2014) kompetensi sumber daya manusia adalah
kemampuan seseorang atau individu suatu organisasi (kelembagaan)
atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau
kewenangannya untukmencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Begitu juga di entitas pemerintahan, untuk menghasilkan laporan
keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan SDM yang memahami
dan kompeten dalam akuntansi pemerintahan, akuntansi keuangan
daerah bahkan organisasional tentang pemerintahan. Menurut
Tjiptoherijanto (2001) dalam Alimbudiono & Fidelis (2004), untuk
menilai kapasitas dan kualitas sumber daya manusia dalam
melaksanakan suatu fungsi, termasuk akuntansi, dapat dilihat dari level
of responsibility dan kompetensi sumber daya tersebut. Tanggung
jawab dapat dilihat dari atau tertuang dalam deskripsi jabatan.
Kompetensi dapat dilihat dari latar belakang pendidikan, pelatihan-
pelatihan yang pernah diikuti, dan dari keterampilan yang dinyatakan
dalam pelaksanaan tugas. Kompetensi merupakan suatu karakteristik
dari seseorang yang memiliki pendidikan (education), keterampilan
(skill), pengetahuan (knowledge), dan kemampuan (ability) untuk
melaksanakan suatu pekerjaan (Hevesi, 2005). Kompetensi sumber
daya manusia (SDM) yang memadai akan mampu menghasilkan
laporan keuangan yang berkualitas. Perubahan yang akan dilakukan
untuk membenahi sistem pemerintahan terutama terkait dengan bidang
akuntansi membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki latar
belakang pendidikan akuntansi yang memadai. Apabila sumber daya
manusia yang melaksanakan sistem akuntansi tidak memiliki
kompetensi yang memadai, maka akan menimbulkan hambatan dalam
pelaksanaan fungsi akuntansi, dan akhirnya informasi akuntansi
sebagai produk dari sistem akuntansi, kualitasnya menjadi kurang baik.
5. Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD)
Pada prinsipnya, SAKD disusun agar para petugas yang
menjalankan fungsi akuntansi dapat memahami dan menjalankan
proses akuntansi dengan baik dan benar (Permendragi No 64 Tahun
2013). Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah
serangkaian prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer (Permendagri No. 64
Tahun 2013). Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah ini
bertujuan untuk penataan yang terstruktur terhadap Sistem Akuntansi
Keuangan Daerah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan
kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang
luas nyata dan bertanggung jawab.Uraian ini menunjukkan bahwa
keuangan daerah harus dikelola dengan baik agar semua hak dan
kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang dapat dimanfaatkan
semaksimal mungkin untuk kepentingan daerah. Dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 pasal 4 ayat (1) menyatakan
keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-
undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung
jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat
untuk masyarakat.
6. Sistem Pengendalian Internal (SPI)
Dalam mencapai keberhasilan penyelenggaraan pemerintah negara,
suatu instansi membutuhkan suatu sistem pengendalian intern yang
kuat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menjelaskan
SPIPS adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Menurut Jogiyanto (2007), dengan
adanya pengendalian intern, diharapkan akan semakin tinggi kualitas
informasi yang dihasilkan yang selanjutnya akan mempengaruhi secara
positif produktivitas organisasional. Kualitas laporan keuangan sangat
dipengaruhi sistem pengendalian intern yang dimiliki pemerintah
daerah. Jika suatu entitas telah menetapkan pengendalian intern dengan
baik maka semua operasi, sumber daya fisik, dan data akan dimonitor
serta berada di bawah kendali, tujuan akan tercapai, risiko menjadi
kecil, dan informasi yang dihasilkan akan lebih berkualitas.
7. Kualitas Laporan Keuangan
Kualitas laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu di wujudkan dalam informasi sehingga dapat memenuhi
tujuannya, (SAP, 2010:245). Karakteristik kualitatif laporan keuangan
menurut peraturan pemerintah no.71 tahun 2010 tentang standar
akuntansi pemerintah (SAP) adalah ukuran ukuran normatif yang perlu
di wujudkan dalan informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi
tujuannya. Keempat karakteristik berikut:
a) Laporan keuangan dapat dikatakan relevan apabila informasi
yang termuat didalam laporan keuangan tersebut dapat
memengaruhi keputusan pengguna laporan keuangan.
b) Laporan keuangan dikatakan andal apabila iInformasi dalam
laporan keuangan harus bebas dari kesalahan material,
menyajikan setiap informasi secara jujur dan dapat diverifikasi.
c) Laporan keuangan dapat dikatakan dapat dibandingkan jika
informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut
dapat dibandingakan dengan laporan keuangan periode
sebelumnya.
d) Laporan keuangan dikatakan dapat dipahami jika informasi
yang terdpar dalam laporan keuangan bermanfaat jika dapat
dipahami oleh semua pihak yang menggunakan atau
memerlukan laporan keuangan.
Komponen laporan keuangan yang disampaikan tersebut meliputi
laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas
laporan keuangan. Informasi dalam penyajiannya dikatakan memiliki
manfaat jika informasi tersebut dapat mendukung pengambilan
keputusan dan dapat dipahami oleh pemakai. Suatu Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah (LKPD) dapat dikatakan berkualitas jika laporan
keuangan tersebut telah diperiksa dan mendapatkan opini dari Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
B. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Data Penelitian Terdahulu

No Peneliti Variabel Hasil

1 Azlan et al (2015) Variabel Independen : Kualitas Sumber Daya


Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan
Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi,
Teknologi Informasi, Pengendalian Intern
Pengendalian Intern Akuntansi, dan
Akuntansi, dan Pengawasan Keuangan
Pengawasan Keuangan Daerah berpengaruh
Daerah positif terhadap
Variabel Dependen : Keandalan laporan
Keandalan laporan keuangan SKPD di
keuangan SKPD Kabupaten Lombok
Timur

2 Galih dan Darsono Variabel Independen : Sistem pengendalian


(2017) Sistem pengendalian intern, kompetensi
intern, kompetensi sumber sumber daya manusia,
daya manusia, dan dan penerapan sistem
penerapan sistem akuntansi keuangan
akuntansi keuangan daerah berpengaruh
daerah secara signifikan
Variabel Dependen : terhadap kualitas
kualitas laporan keuangan laporan keuangan
SKPD Kabupaten Grobogan

3 Renny Novsellia ariabel Independen : Standar Akuntansi


Sihite (2017) Standar Akuntansi Pemerintah, SPI dan
Pemerintah, SPI dan Kompetensi Staf
Kompetensi Staf Akuntansi secara
Akuntansi positif berpengaruh
Variabel Dependen : parsial dan signifikan
kualitas laporan keuangan terhadap kualitas
SKPD laporan keuangan.
Lalu Standar
Akuntansi Pemerintah,
SPI dan Kompetensi
Staf Akuntansi secara
positif berpengaruh
simultan dan
signifikan terhadap
kualitas laporan
keuangan

4 Angelin Christin Variabel Independen : Kompetensi Sumber


Toban (2017) Kompetensi Sumber Daya Daya Manusia,
Manusia, Pemanfaatan Pemanfaatan
Teknologi Informasi dan Teknologi Informasi
Sistem Pengendalian dan Sistem
Intern Pengendalian Intern
Variabel Dependen : berpengaruh positif
kualitas laporan keuangan terhadap kualitas
SKPD informasi laporan
keuangan pemerintah
daerah

5 Wayan Karsana dan Variabel Independen : Penerapan Standar


Gusti Ngurah Agung Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
Suaryana (2017) Akuntansi Pemerintah (SAP), Kompetensi
(SAP), Kompetensi SDM, SDM, dan Sistem
dan Sistem Pengendalian Pengendalian Intern
Intern (SPI) (SPI) berpengaruh
Variabel Dependen : positif terhadap
kualitas laporan keuangan kualitas informasi
laporan keuangan

6 Astika et al (2018) Variabel Independen : Penerapan standar


penerapan standar akuntansi pemerintah,
akuntansi pemerintah, pemanfaatan teknologi
pemanfaatan teknologi informasi, dan sistem
informasi, dan sistem pengendalian intern
pengendalian intern menunjukkan hasil
yang berpengaruh
Variabel Dependen :
positif terhadap
kualitas laporan keuangan
kualitas laporan
SKPD
keuangan.

7 Ni Trisnawati dan Variabel Independen : kualitas sumber daya


Dewa Wiratmaja kualitas sumber daya manusia (SDM), dan
(2018) manusia dan sistem sistem pengendalian
pengendalian intern intern (SPI)
Variabel Dependen : menunjukkan hasil
kualitas laporan keuangan yang berpengaruh
pemerintah daerah positif terhadap
kualitas laporan
keuangan di
Kabupaten Gianyar.
8 Intan et al (2018) Variabel Independen : Kualitas Sumber Daya
Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan
Manusia, Pemanfaatan Teknologi Informasi
Teknologi Informasi Dan dan Sistem
Sistem Pengendalian Pengendalian Intern
Intern Akuntansi Akuntansi
Variabel Dependen : berpengaruh positif
Keterandalan laporan signifikan terhadap
keuangan Keandalan laporan
keuangan Badan
Pendapatan
Pengelolaan Keuangan
dan Aset Daerah Kota
Surakarta

9 Mulyadi dan Haryoso Variabel Independen : Pengendalian


(2019) Lingkungan Pengendalian berpengaruh positif
Internal, Penafsiran dan signifikan
resiko, Informasi dan terhadap Kualitas
Komunikasi, Aktivitas Laporan Keuangan
Pengendalian Dan
pada OPD Kota
Pengawasan
Variabel Dependen : Surakarta,
Kualitas Laporan Penafsiran Resiko
Keuangan OPD berpengaruh positif
dan tidak signifikan
terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
pada OPD Kota
Surakarta, Informasi
dan Komunikasi
berpengaruh positif
dan tidak signifikan
terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
pada OPD Kota
Surakarta, Aktivitas
Pengendalian
berpengaruh positif
dan signifikan
terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
pada OPD Kota
Surakarta,
Pengawasan
berpengaruh positif
dan tidak signifikan
terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
pada OPD Kota
Surakarta.

10 Siska et al (2019) Variabel Independen : Penerapan Standar


Penerapan Standar Akuntansi
Akuntansi Pemerintahan, Pemerintahan, Sistem
Sistem Pengendalian Pengendalian Intern,
Intern, Kompetensi Kompetensi Sumber
Sumber Daya Manusia Daya Manusia Dan
Dan Pemanfaatan Pemanfaatan
Teknologi Informasi Teknologi Informasi
Variabel Dependen : Berpengaruh positif
Kualitas Laporan dan signifikan
Keuangan SKPD terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
SKPD Kota
Kotamobagu

11 Sundari dan Rahayu Variabel Independen : Variabel Independen :


(2019) Kompetensi Sumber Daya Kompetensi Sumber
Manusia, Pemanfaatan Daya Manusia,
Teknologi Informasi, dan Pemanfaatan
Sistem Pengendalian Teknologi Informasi,
Intern dan Sistem
Variabel Dependen : Pengendalian Intern
Kualitas Laporan berpengaruh signifikan
Keuangan SKPD terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
SKPD di Kota
Bandung
Sumber: data penelitian terdahulu diolah, 2019

C. Hipotesis
1. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) terhadap
Kualitas Laporan Keuangan OPD
Menurut KSAP dalam Standar Akuntansi Pemerintahan,
mengatakan bahwa, SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah. Dengan adanya standar ini maka laporan keuangan harus
didasarkan pada standar ini sehingga laporan keuangan yang disajikan
dapat menyajikan informasi yang lengkap dan dapat diandalkan.
Berdasarkan Teori Agency merupakan konsep yang menjelaskan
hubungan kontraktual antara principals dan agent Pihak principals
adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent,
untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam
kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Mecking,
1976). Dalam Teori Agency terdapat Monitoring cost yang merupakan
biaya yang timbul dan ditanggung oleh principals untuk memonitor
perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamatin dan mengontrol
perilaku agent. Hubungan perticipals dengan agent terjadi ketika pihak
principals memberikan mandat kepada agent untuk memberikan
laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan yang relevan, akurat,
dan tepat waktu kepada pihak principals. Dengan Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan menjamin bahwa laporan keuangan disusun
sesuai ketentuan yang berlaku. SAP merupakan standar yang menjamin
laporan keuangan disusun memenuhi kualifikasi informasi keuangan
yang berguna bagi para penggunanya. Informasi yang berguna
merupakan indikator bahwa laporan keuangan memenuhi kualifikasi
informasi.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Astika et al (2018),
hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan standar akuntansi
pemerintah (SAP) berpengaruh positif terhadap kualitas laporan
keuangan SKPD di Kota Tangerang. Berdasarkan uraian tersebut, maka
dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H1 : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berpengaruh
positif terhadap Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
2. Pengaruh pemanfaatan Teknoogi Informasi terhadap Kualitas Laporan
Keuangan OPD
Menurut Sutabri (2014:3), teknologi informasi digunakan untuk
mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun,
menyimpan, memanipulasi data dalam berbagai cara untuk
menghasilkan infomasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan,
akurat, dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi,
bisnis, dan pemerintahan serta merupakan informasi yang strategis
untuk pengambilan keputusan. Berdasarkan Teori Agency merupakan
konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual antara principals dan
agent Pihak principals adalah pihak yang memberikan mandat kepada
pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan semua kegiatan atas nama
principals dalam kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen
dan Mecking, 1976). Dalam Teori Agency terdapat Monitoring cost
yang merupakan biaya yang timbul dan ditanggung oleh principals
untuk memonitor perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamatin
dan mengontrol perilaku agent. Hubungan perticipals dengan agent
terjadi ketika pihak principals memberikan mandat kepada agent untuk
memberikan laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan yang
relevan, akurat, dan tepat waktu kepada pihak principals. Dengan
adanya teknologi informasi maka pihak agent dapat melakukan mandat
yang diberikan oleh pihak principals. Perkembangan teknologi
informasi tidak hanya dimanfaatkan pada organisasi bisnis tetapi juga
pada organisasi sektor publik, termasuk pemerintahan. Dalam
penjelasan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005 tentang Sistem
Informasi Keuangan Daerah disebutkan bahwa untuk menindaklanjuti
terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan prinsip tata
kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), pemerintah, dan
pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan
kemampuan mengelola keuangan daerah, dan menyalurkan informasi
keuangan daerah kepada pelayanan publik.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sundari dan Rahayu
(2019), hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi
informasi berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan
SKPD di Kota Bandung. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H2 : Pemanfaatan Teknologi Informasi berpengaruh positif terhadap
Kualitas Laporan Keuangan OPD di Kabupaten Magelang
3. Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia terhadap Kualitas
Laporan Keuangan OPD
Menurut Ihsanti (2014) kompetensi sumber daya manusia adalah
kemampuan seseorang atau individu suatu organisasi (kelembagaan)
atau suatu sistem untuk melaksanakan fungsi-fungsi atau
kewenangannya untukmencapai tujuannya secara efektif dan efisien.
Begitu juga di entitas pemerintahan, untuk menghasilkan laporan
keuangan daerah yang berkualitas dibutuhkan SDM yang memahami
dan kompeten dalam akuntansi pemerintahan, akuntansi keuangan
daerah bahkan organisasional tentang pemerintahan. Berdasarkan Teori
Agency merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual
antara principals dan agents. Pihak principals adalah pihak yang
memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent, untuk melakukan
semua kegiatan atas nama principals dalam kapasitasnya sebagai
pengambil keputusan (Jensen dan Mecking, 1976). Dalam Teori
Agency terdapat Bonding cost yang merupakan biaya yang ditanggung
oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang
menjamin bahwa agents akan bertindak untuk kepentingan principals.
Hubungan antara teori tersebut dengan Kompetensi Sumber Daya
Manusia yaitu agent yang mempunyai kompetensi yang baik untuk
melakukan suatu pekerjaan dari participal yaitu pihak yang
memberikan mandat untuk meningkatkan laporan keuangan. Karena
jika kompetensi yang dimiliki oleh agent cenderung kurang baik maka
mandat yang diberikan oleh participal kepada agent tidak akan
berjalan sesuai dengan keinginan participal.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sundari dan Rahayu
(2019), hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sumber daya
manusia berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan
SKPD di Kota Bandung. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H3 : Kompetensi Sumber Daya Manusia berpengaruh positif
terhadap KualitasLaporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
4. Pengaruh penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh
terhadap kualitas laporan keuangan OPD
Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD) adalah serangkaian
prosedur mulai dari proses pengumpulan data, pencatatan,
pengikhtisaran, sampai dengan pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang dapat dilakukan secara
manual atau menggunakan aplikasi komputer (Permendagri No. 64
Tahun 2013). Menurut, (Permendragi No 64 Tahun 2013) SAKD
disusun agar para petugas yang menjalankan fungsi akuntansi dapat
memahami dan menjalankan proses akuntansi dengan baik dan benar.
Berdasarkan Teori Agency merupakan konsep yang menjelaskan
hubungan kontraktual antara principals dan agents. Pihak principals
adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent,
untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam
kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Mecking,
1976). Dalam Teori Agency terdapat Bonding cost yang merupakan
biaya yang ditanggung oleh agent untuk menetapkan dan mematuhi
mekanisme yang menjamin bahwa agents akan bertindak untuk
kepentingan principals.Sistem akuntansi yang digunakan pada
akuntansi pemerintah daerah adalah sistem desentralisasi. Sistem
akuntansi yang digunakan pada akuntansi pemerintah daerah adalah
sistem desentralisasi.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Galih dan Darsono
(2017), hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan sistem
akuntansi keuangan daerah berpengaruh positif terhadap kualitas
laporan keuanagan SKPD di Kabupaten Grobogan. Berdasarkan uraian
tersebut, maka dapat diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H4 : Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah berpengaruh
Positif terhadap KualitasLaporan Keuangan OPD di Kabupaten
Magelang
5. Pengaruh Sistem Pegendalian Internal (SPI) terhadap Kualitas Laporan
Keuangan OPD
Dalam mencapai keberhasilan penyelenggaraan pemerintah negara,
suatu instansi membutuhkan suatu sistem pengendalian intern yang
kuat. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 tahun 2008
tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) menjelaskan
SPIPS adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai
untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Menurut Jogiyanto (2007), dengan
adanya pengendalian intern, diharapkan akan semakin tinggi kualitas
informasi yang dihasilkan yang selanjutnya akan mempengaruhi secara
positif produktivitas organisasional.
Berdasarkan Teori Agency merupakan konsep yang menjelaskan
hubungan kontraktual antara principals dan agent Pihak principals
adalah pihak yang memberikan mandat kepada pihak lain, yaitu agent,
untuk melakukan semua kegiatan atas nama principals dalam
kapasitasnya sebagai pengambil keputusan (Jensen dan Mecking,
1976). Dalam Teori Agency terdapat Monitoring cost yang merupakan
biaya yang timbul dan ditanggung oleh principals untuk memonitor
perilaku agent, yaitu untuk mengukur, mengamatin dan mengontrol
perilaku agent. Hubungan perticipals dengan agent terjadi ketika pihak
principals memberikan mandat kepada agent untuk memberikan
laporan keuangan yang berkualitas yaitu laporan yang relevan, akurat,
dan tepat waktu kepada pihak principals. Dengan adanya pengendalian
intern maka dapat dijadikan acuan oleh piahak agent.
Seperti pada penelitian yang dilakukan oleh Sundari dan Rahayu
(2019), hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pengendalian
internal berpengaruh positif terhadap kualitas laporan keuanagan
SKPD di Kota Bandung. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat
diturunkan hipotesis sebagai berikut :
H5 : Sistem Pengendalian Internal berpengaruh positif terhadap
KualitasLaporan Keuangan OPD di Kabupaten Magelang
D. Kerangka Pemikiran
Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintah
(SAP) H1
Pemanfaatan Teknologi
Informasi H2
Kualitas Laporan
Kompetensi Sumber Daya H3 Keuangan
Manusia (SDM)
H4
Penerapan Sistem
Akuntansi Keuangan
H5
Daerah (SAKD)

Sistem Pegendalian
Internal (SPI)
BAB III

Metode Penelitian

A. Jenis Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian ini adalah eksplanatori dengan pendekatan
kuantitatif. Adapun penelitian eksplanatori menurut Sugiyono (2017)
adalah penelitian yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-
variabel yang mempengaruhi hipotesis. Metode penelitian ini, diadakan
untuk memperoleh fakta-fakta tentang gejala atas permasalahan yang
timbul (Umar, 2003).
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan teknik
survey, yaitu dengan memberikan kuesioner yang langsung disebarkan
dari sumber pertama baik dari individu atau perorangan seperti hasil
wawancara atau hasil pengisian kuesioner tentang hal itu. Kuesioner yang
telah diisi oleh responden, diseleksi terlebih dahulu agar kuesioner yang
tidak lengkap pengisiannya tidak disertakan dalam analisis. Peneliti
memilih cara demikian dengan pertimbangan bahwa metode survey
langsung lebih efektif dan mengurangi risiko tidak kembalinya kuesioner
yang telah disebar.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,
2017). Populasi dalam penelitian ini adalah Aparatur OPD yang berada di
Kabupaten Magelang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan metode non-probability sampling atau sampling jenuh, yaitu
Penelitian ini menggunakan Nonprobability sampling yaitu teknik
pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik
pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan sampling jenuh yaitu
teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel.
C. Data Penelitian
1. Jenis dan Sumber Data
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah asosiatif kausal
(hubungan sebab akibat) dimana jika variabel dependen dijelaskan atau
dipengaruhi oleh variabel independen tertentu, maka dapat dinyatakan
bahwa variabel X menyebabkan variabel Y (Erlina, 2007:66). Penelitian
ini menggunakan data primer yang merupakan sumber data penelitian
yang diperoleh secara langsung dari sumber terkait. Data primer diperoleh
melalui penyebaran kuesioner kepada responden yaitu para Aparatur
Pemerintah Desa yang terdiri dari Kepala SKPD, Wakil Kepala SKPD,
Sekertaris, Bendahara, Kepala Bagian.
D. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel

Variabel Definisi Pengukuran

Penerapan Menurut KSAP dalam Indikator dalam penerapan SAP


Standar Standar Akuntansi antara lain kesesuaian sistem
Akuntansi Pemerintahan, mengatakan akuntansi keuangan yang
Pemerintah bahwa, SAP adalah Prinsip- digunakan sudah memenuhi
(SAP) prinsip akuntansi yang standar akuntansi Pemerintahan
diterapkan dalam menyusun (SAP) yang berbasis akrual dan
dan menyajikan laporan Prosedur pencatatan transaksi
keuangan pemerintah. dilakukan berdasarkan standar
Dengan adanya standar ini pencatatan akuntansi pada
maka laporan keuangan umumnya. Diukur
harus didasarkan pada menggunakan skala likert 1-5
standar ini sehingga laporan yang terdiri dari sembilan belas
keuangan yang disajikan pertanyaan.
dapat menyajikan informasi
yang lengkap dan dapat
diandalkan.
Pemanfaatan Sutabri (2014:3), teknologi Pemanfaatan Teknoogi
Teknoogi informasi digunakan untuk Informasi diukur menggunakan
Informasi mengolah data, termasuk instrumen daftar pertanyaan
memproses, mendapatkan, Indriasari dan Nahartyo (2008)
menyusun, menyimpan, yang terdiri dari sepuluh
memanipulasi data dalam pertanyaan menggunakan skala
berbagai cara untuk likert 1-5. Pengukuran dalam
menghasilkan infomasi yang pemanfaatan teknologi
berkualitas, yaitu informasi informasi ini berdasarkan
yang relevan, akurat, dan tepat sistem akuntansi sesuai SAP,
waktu, yang digunakan untuk jaringan internet yang
keperluan pribadi, bisnis, dan termanfaatkan dengan baik,
pemerintahan serta merupakan laporan keuangan
informasi yang strategis untuk terkomputerisasi, intensitas
pengambilan keputusan. pemanfaatan, frekuensi
pemanfaatan, dan jumlah
aplikasi atau perangkat lunak
yang digunakan sesuai UU.
Kompetensi Ihsanti (2014) kompetensi Penelitian yang dilakukan
SDM sumber daya manusia adalah oleh Galih dan Darsono
kemampuan seseorang atau (2017), kompetensi SDM
individu suatu organisasi diukur menggunakan skala
(kelembagaan) atau suatu sistem likert 1-5 yang terdiri dari
untuk melaksanakan fungsi- sepuluh item.
fungsi atau kewenangannya
untukmencapai tujuannya
secara efektif dan efisien
Sistem (SAKD) adalah serangkaian Penelitian yang dilakukan oleh
Akuntansi prosedur mulai dari proses Galih dan Darsono (2017),
Keuangan pengumpulan data, pencatatan, SAKD diukur menggunakan
Daerah pengikhtisaran, sampai dengan skala likert 1-5 yang terdiri dari
(SAKD) pelaporan keuangan dalam tujuh item. Diantaranya :
rangka pertanggungjawaban 1. Kesesuaian sistem
pelaksanaan APBD yang dapat dengan SAP
dilakukan secara manual atau 2. Pengidentifikasian
menggunakan aplikasi transaksi
komputer (Permendagri No. 64 3. Pencatatan
Tahun 2013). transaksi
4. Bukti disetiap
transaksi
5. Pencatatan
kronologis
6. Pengklasifikasian
transaksi
7. Laporan keuangan
yang konsisten
dan periodic.
Sistem Peraturan Pemerintah Republik Sistem pengendalian internal
Pegendalian Indonesia Nomor 60 tahun 2008 dapat diukur menggunakan
Internal (SPI) tentang Sistem Pengendalian skala likert 1-5 melalui
Intern Pemerintah (SPIP) adalah beberapa unsur berikut,
proses yang integral pada diantaranya adalah unsur
tindakan dan kegiatan yang lingkungan pengendalian,
dilakukan secara terus menerus penilaian risiko, kegiatan
oleh pimpinan dan seluruh pengendalian, informas dan
pegawai untuk memberikan komunikasi, serta pemantauan.
keyakinan memadai atas
tercapainya tujuan organisasi
melalui kegiatan yang efektif
dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan
ketaatan terhadap peraturan
perundang-undangan.
Kualitas Kualitas laporan keuangan Kualitas laporan keuangan
Laporan adalah ukuran-ukuran normatif diukur dari beberapa indikator
Keuangan yang perlu di wujudkan dalam antara lain relevan,andal, dapat
informasi sehingga dapat dibandingkan, dapat dipahami
memenuhi tujuannya, (SAP, (PP No 71 Tahun 2010 tentang
2010:245). SAP)

Sumber: data variabel penelitian dan pengukuran variabel diolah, 2019

E. Metode Analisis Data


1. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif pada intinya yaitu suatu metode-metode pengumpulan,
penyajian, dan pengaturan data yang berguna untuk membuat gambaran
yang jelas variasi sifat data yang dapat mempermudah proses analisis dan
interpretasi. Menurut (Ghozali, 2018:19), Statistik deskriptif meliputi nilai
rata-rata (mean), standar deviasi, varian, minimum, maksimum, sum,
range, kurtosis dan skewnes (kemencengan distribusi). Analisis dalam
penelitian ini memberikan gambaran secara terperinci atau kejelasan
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak orang
pribadi.
2. Uji Kualitas Data
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid dan
tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu
yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2018). Menguji
validitas instrumen kuesioner penelitian ini menggunakan uji
validitas dengan Confirmatory Factor Analysis
(CFA).Confirmatory Factor Analysis digunakan untuk menguji
apakah suatu variabel mempunyai unidimesionalitas atau apakah
indikator-indikator yang digunakan dapat mengkonfirmasikan
sebuah variabel. Dengan analisis faktor konfirmatori dapat
menguji apakah indikator benar-benar merupakan indikator dari
variabel tersebut. Analisis faktor konfirmatori akan
mengelompokkan masing-masing indikator ke dalam beberapa
faktor apabila indikator yang digunakan merupakan indikator
konstruk, kemudian akan mengelompok menjadi satu dengan
faktor loading yang tinggi. Ketika pada pengelompokkan terdapat
kesulitan dalam menginterprestasikan maka perlu dilakukan
rotasi.Alat penting untuk interprestasi faktor adalah factor
rotation.Rotasi ortogonal melakukan rotasi dengansudut 90
derajat, sedangkan rotasi yang tidak 90 derajat disebut oblique
rotation. Rotasi orthogonal dapt berbentuk Quartimax, Varimax,
Equimax dan Promax (Ghozali, 2018)
Asumsi yang mendasari dapat tidaknya digunakan analisis
faktor adalah data matrik harus memiliki korelasi yang cukup
(sufficient correlation).Uji Bartlett of Sphericity merupakan uji
statistik untuk menentukan ada tidaknya korelasi antar variabel.
Semakin besar sampel menyebabkan Bartlett test semakin sensitif
untuk mendeteksi adanya korelasi antara variabel. Alat uji lain
yang digunakan untuk mengukur tingkat interkorelasi antar
variabel dan dapat tidaknya dilakukan analisis faktor adalah Kaiser
Meyer Olkin Measure of Sampling Adequacy (KMO NSA). Nilai
KMO bervariasi dari 0 sampai dengan 1. Nilai yang dikehendaki
harus > 0,50 dan cross loading >0.50 untuk dapat dilakukan
analisis factor (Ghozali, 2018).
b. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu
kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan/pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu dengan menggunakan alat ukur yang
sama(Ghozali, 2018). Uji reliabilitas dimaksud untuk mengetahui
sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan
pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama.
Pengujian reliabilitas dalam penelitian untuk menilai sejauh mana
suatu pengukuran dapat dipercaya yang konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu. Pengujian dilakukan dengan menghitung
croanbach’s alpha dari masing-masing instrumen dalam suatu
variabel, instrumen yang dipakai dalam variabel tersebut dikatakan
handal/reliabel jika memberikan nilai croanbach’s alpha lebih dari
0,70.
3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan analisis regresi, maka dilakukan pengujian
asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu Uji Normalitas, Uji
Heteroskedastisitas dan Uji Multikolinearitas. Uji asumsi klasik lainnya
yang tidak digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Autokorelasi. Uji ini
tidak digunakan karena penelitan yang dilakukan tidak menggunakan data
time series, sehingga Uji Autokorelasi tidak perlu digunakan dalam
penelitian ini.
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2018:161) uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakah dalam model regresi variabel pengganggu atau
residual memiliki distribusi normal. Untuk mendeteksi apakah
residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
membandingkan nilai Jarque Bera dengan X² tabel. Jika nilai
signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 maka data dikatakan
berdistribusi normal. Sedangkan jika nilai signifikansi atau nilai
probabilitas < 0,05 maka data dikatakan tidak berdistribusi normal.
b. Uji Heteroskedastisitas
Heterokesdastisitas artinya varians variabel dalam model
tidak sama atau konstan (Rahmawati dkk, 2016:323). Menurut
Ghozali (2018:137) uji heteroskedastisitas bertujuan menguji
apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lainnya. Jika nilai
signifikansinya > 0,05 maka model regresi tidak terjadi
heterokedastisitas. Uji heteroskedastisitas yang digunakan dalam
model regresi ini adalah metode white yang dilakukan dengan
meregresikan residual kuadrat sebagai variabel dependen ditambah
dengan kuadrat variabel independen, kemudian ditambahkan lagi
dengan perkalian dua variabel.
c. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
(Ghozali, 2018:107). Uji multikolinearitas dapat dilihat dari nilai
tolerance dan variance inflation factor (VIF). Multikolinearitas
dapat dideteksi dengan nilai cut off yang menunjukkan nilai
tolerance > 0,1 atau sama dengan nilai VIF < 10.
4. Analisis Linier Berganda
Regresi berganda adalah suatu teknik statistik yang dapat digunakan
untuk menganalisis hubungan antara suatu variabel dependen dan
beberapa variabel independen.
KLKSKPD = α + β1PSAP+ β2PTI + β3KSDM + β4PSAKD + β5SPI + e
Keterangan :
KLKOPD = Kualitas Laporan Keuangan OPD
α = Konstanta
β1,β2, β3,β4, β5 = Koefisien Regresi Variabel
PSAP = Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah
PTI = Pemanfaatan Teknologi Informasi
KSDM = Kompetensi Sumber Daya Manusia
PSAKD = Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
SPI = Sistem Pengendalian Internal
e = Error
F. Pengujian Hipotesis
1. Uji R2 (Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen
(Ghozali, 2018). Uji R2 menunjukkan potensi pengaruh semua variabel
independen yaitu Kompetensi, SPI, Penyajian Laporan Keuangan,
Aksesibilitas, Komitmen Organisasi Pemerintah Desa, Partisipasi
Masyarakat, terhadap variabel dependen yaitu Akuntabilitas Pengelolaan
Dana Desa. Besarnya koefisien 0 sampai 1, semakin mendekati 0 koefisien
determinasi semakin kecil pengaruhnya terhadap variabel bebas,
sebaliknya mendekati 1 besarnya koefisien determinasi semakin besar
pengaruhnya terhadap variabel bebas (Ghozali, 2018).
2. Uji F (Goodness of fit test)
Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk mengukur ketepatan
fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual (goodness of fit). Uji F
menguji apakah variabel independen mampu menjelaskan variabel
dependen secara baik atau untuk menguji apakah model yang digunakan
telah fit atau tidak(Ghozali, 2018). Ketentuan menilai hasil hipotesis uji F
adalah berupa level signifikansi 5% dengan derajat kebebasan pemilang
df = k dan derajat kebeasan penyebut (df) = n-k-1 dimana k adalah jumlah
variabel bebas. Pengujian dilakukan dengan membandingkan kriteria:
a. Jika Fhitung> Ftabel, atau P value < α = 0,05maka model yang
digunakan dalam penelitian bagus (fit).
b. Jika Fhitung< Ftabel, atau P value > α = 0,05maka model yang
digunakan dalam penelitian tidak bagus (tidak fit).
3. Uji t
Uji statistik F pada dasarnya digunakan untuk mengukur ketepatan
fungsi regresi sampel dalam menaksir nilai aktual (goodness of fit). Uji F
menguji apakah variabel independen mampu menjelaskan variabel
dependen secara baik atau untuk menguji apakah model yang digunakan
telah fit atau tidak(Ghozali, 2018). Ketentuan menilai hasil hipotesis uji F
adalah berupa level signifikansi 5% dengan derajat kebebasan pemilang
df = k dan derajat kebeasan penyebut (df) = n-k-1 dimana k adalah jumlah
variabel bebas. Pengujian dilakukan dengan membandingkan kriteria:
a. Jika Fhitung> Ftabel, atau P value < α = 0,05maka model yang
digunakan dalam penelitian bagus (fit).
b. Jika Fhitung< Ftabel, atau P value > α = 0,05maka model yang
digunakan dalam penelitian tidak bagus (tidak fit).
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu
variabel independen dalam menerangkan variasi variabel dependen. Uji t
digunakan untuk mengukur signifikansi pengaruh pengambilan keputusan
dilakukan berdasarkan perbandingan nilai t hitung masing-masing koefisien
regresi dengan t tabel (nilai kritis) sesuai dengan tingkat signifikansi yang
digunakan. Ketentuan menilai hasil hipotesis uji t adalah digunakan tingkat
signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = n-1(Ghozali, 2018).

a. Jika thitung> ttabel, atau P value< α = 0,05maka Ho ditolak dan Ha


diterima berarti variabel independen mempunyai pengaruh
terhadap variabel dependen.
b. Jika thitung < ttabel, atau P value > α = 0,05maka Ho diterima dan Ha
tidak diterima berarti variabel independen tidak mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen
DAFTAR PUSTAKA

Astika et al. (2018). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah,


Pemanfaatan Teknologi Informasi, dan Sistem Pengendalian Intern terhadap
Kualitas Laporan Keuangan SKPD Kota Tangerang Selatan. Jurnal Ekonomi,
Bisnis, dan Akuntnasi (JEBA). Volume 20 Nomor 2 Tahun 2018, pp. 8-17.
Azlan et al (2015). Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan
Teknologi Informasi, Pengendalian Intern Akuntansi,Dan Pengawasan
Keuangan Daerah Terhadap Keandalan Laporan Keuangan Daerah Pada
SKPD Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Jurnal Akuntansi Aktual,
Vol. 3, Nomor 2, Juni 2015, hlm. 188–198.
Bastian, I. (2006). Akuntansi Sektor Publik : Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.
Dewa Wiratmaja dan Ni Trisnawati (2018) tentang Pengaruh Kualitas Sumber
Daya Manusia dan Sistem Pengendalian Intern Pada Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Daerah (Studi Pada OPD Kabupaten Gianyar). E-Jurnal
Akuntansi Universitas Udayana Vol.24.1.Juli (2018): 768-792.
Galih dan Darsono (2017) Pengaruh Sistem Pengendalian Intern, Kompetensi
Sumber Daya Manusia dan Penerapan Sistem Akuntansi Keuangan Daerah
Terhadap Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah Kab. Grobogan (Studi
Persepsi Pegawai SKPD di Kabupaten Grobogan). Jurnal Diponegoro
Journal Of Accounting. Volume 6, Nomor 2, Tahun 2017, Halaman 1-10.
Ghozali, I. (2018). Analisis Multivariate dan Ekonometrika. Yogyakarta: Badan
Penerbit BPFE.
Ghozali, I. (2018). Analisis Ekonometrika dengan SPSS 22. Yogyakarta: Badan
Penerbit BPFE.
Ghozali, I. (2018). Desain Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Akuntansi, Bisnis
dan Ilmu Sosial Lainnya. Yogyakarta: Badan Penerbit BPFE.
Halim, Abdul dan Muhammad Syam Khusufi. 2013. Akuntansi Keuangan Daerah.
Jakarta: Salemba Empat.
https://www.kpk.go.id/ (diakses tanggal 1 Mei 2019)
Intan et al (2018). Pengaruh Kualitas Sumber Daya Manusia, Pemanfaatan
Teknologi Informasi Dan Sistem Pengendalian Intern Akuntansi Terhadap
Keterandalan Laporan Keuangan. Jurnal Akuntansi dan Sistem Teknologi
Informasi Vol. 14 No. 1 Maret 2018: 76 – 88.
Jones, Rowan and Maurice Pendlebury. Public Sector Accounting ed 6th. Prentice
Hall.
Mulyadi dan Haryoso. (2019). Peranan Sistem Pengendalian Internal Dan
Penggunaan Teknologi Informasi Dalam Menentukan Kualitas Laporan
Keuangan SKPD Kota Surakarta. Probank : Jurnal Ekonomi Dan
Perbankan. Vol 4, No 1 (2019) ; P.78-97.
Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No.71 Tahun 2010 Tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan. Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 60 tahun 2008 Tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP). Jakarta: Sekretariat Negara
Republik Indonesia. Peraturan Kementrian Dalam Negeri Nomor 64 tahun 2013
Tentang Sistem Akuntansi Keuangan Daerah (SAKD). Jakarta: Sekretariat
Negara
Siska et al (2019). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Sistem
Pengendalian Intern, Kompetensi Sumber Daya Manusia Dan Pemanfaatan
Teknologi Informasi Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Pada
Pemerintah Kota Kotamobagu. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sam Ratulangi Manado.
Sugiyono. 2017. Metode Penelitian Bisnis, Edisi 8, Cetakan kedelapan. Bandung:
CV.Alfabeta.
Sundari dan Rahayu (2019). Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia,
Pemanfaatan Teknologi Informasi, Dan Sistem Pengendalian Intern
Terhadap Kualitas Laporan Keuangan (Studi Kasus Pada Satuan Kerja
Perangkat Daerah Kota Bandung Tahun 2018). Jurnal Fakultas Ekonomi
dan Bisnis, Telkom University. e-Proceeding of Management : Vol.6, No.1
April 2019 | Page 660.
Ulum, Ihyaul dan Hafiez Sofyani. 2016. Akuntansi Sektor Publik. Aditya Media.
Yogyakarta.
Wayan Karsana dan Gusti Ngurah Agung Suaryana (2017). Pengaruh Efektivitas
Penerapan SAP, Kompetensi SDM, Dan SPI Pada Kualitas Laporan
Keuangan Pemerintah Kabupaten Bangli. Jurnal Akuntansi Universitas
Udayana Vol.21.1. Oktober (2017): 643-670.

Anda mungkin juga menyukai