Anda di halaman 1dari 13

Nama : Eunike Injilika Wenas

Nim : 15505021

Kelas : Pendidikan Fisika (A)

Karateristik Bahan Ajar Ipa Fisika Dalam KTSP


A. KURIKULUM KTSP
1. Pengertian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang
dikembangkan oleh dan dilaksanakan pada tiap-tiap satuan pendidikan. Dalam hal ini,
sekolah diberi keleluasaan untuk mengembangkan kurikulumnya. Namun demikian, tidak
berarti sekolah bebas tanpa batas untuk mengembangkan kurikulumnya. Dalam
pelaksanaannya tetap berpegang atau merujuk pada prinsip-prinsip dan rambu-rambu
operasional standard yang dikembangkan oleh pemerintah, serta merujuk pada Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) dan Standard Isi (SI) yang telah ditetapkan melalui Permen
Nomor 23 Tahun 2006 untuk Standar Kompetensi Lulusan, dan Permen Nomor 22 Tahun
2006 untuk Standar Isi.
Standard Isi (SI) yaitu lingkup materi minimal dan standar kompetensi minimal
untuk mencapai kompetensi lulusan minimal pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu yang
berlaku secara nasional. Sedangkan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) standar yang
digunakan untuk melakukan penilaian dan menentukan kelulusan peserta didik. Standar
komptensi lulusan ini terdiri dari standar kompetensi kelompok mata pelajaran dan standar
kompetensi mata pelajaran untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Standar
kompetensi lulusan ini berlaku secara nasional, artinya menjadii acuan untuk dasar bagi
penentuan kelulusan di seluruh sekolah yang ada dii Indonesia. Namun dalam pencapaiannya
disesuaikan dengan situasi dan kondisi sekolah setempat.
Selain dari pada itu, sekolah memiliki kewenangan untuk mengembangkan mata
pelajaran muatan lokal, yang sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat sekitar
sekolah. Isi muatan lokal bisa diitegrasikan ke dalam mata pelajaran tertentu, juga bisa dibuat
dalam satu mata pelajaran tersendiri.
2. Prinsip-prinsip Pengembangan KTSP
Sebenarnya tidak terhitung banyaknya prinsip yang dapat digunakan dalam
pengembangan kurikulum. Kurikulum pada jenjang pendidikan manapun biasanya
dikembangkan dengan menganut prinsip-prinsip tertentu, prinsip yang dianut merupakan
kaidah yang menjiwai kurikulum itu. Pada dasarnya guru harus bisa menerapkan prinsip-
prinsip pengembangan kurikulum yang telah ditentukan oleh para pengambil keputusan,
namun demikian khususnya pada tataran pelaksanaan kurikulum di sekolah, bisa juga
diciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Karena itu selalu mungkin terjadi suatu kurikulum
sekolah menggunakan prinsip-prinsip yang berbeda dengan yang digunakan dalam kurikulum
sekolah lainnya.
Prinsip-prinsip pengembangan kurikulum biasanya ditulis secara eksplisit dalam buku
atau dokumen kurikulum sekolah. Implementasi dari prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum tersebut dapat dikaji atau dipelajari dalam keseluruhan isi buku kurikulum
tersebut, dalam pelaksanaan kurikulum, dan evaluasi kurikulum. Sering terjadi implementasi
prinsip-prinsip kurikulum itusukar diidentifikasi, bahkan kadang-kadang yang nampak
menonjol justru terjadinya peristiwa-peristiwa kurikuler yang menyimpang dari prinsip-
prinsip yang digunakan dalam pengembangan kurikulum itu. Penyimpangan tersebut dapat
diakibatkan oleh banyak hal, seperti:
 Pencantuman prinsip-prinsip dalam buku kurikulum itu hanya bersifat performa, artinya
hanya sekadar menaati langkah-langkah pengembangan kurikulum atau untuk
menimbulkan kesan bahwa suatu kurikulum mendukung nilai-nilai luhur tertentu,
terutama yang bersifat politis atau ilmiah.
 Prinsip-prinsip tersebut tidak dihayati oleh para pengembang kurikulum, pelaksana
kurikulum dan hasil evaluasi kurikulum tidak menunjukkan adanya kandungan nilai dari
prinsip-prinsip pengembangan kurikulum tersebut.
 Situasi dan kondisi di tempat kurikulum itu dilaksanakan telah berkembang dan tidak
mungkin menerapkan prinsip-prinsip pengembangan kurikulum itu.
Dalam kondisi seperti itu, suatu kurikulum dapat dikatakan tidak lagi mengemban
fungsi yang sebenarnya, kurikulum itu berjalan secara semu. Memang demikianlah
kenyataannya yang dialami oleh sejumlah kurikulum, apalagi bagi kurikulum yang telah lama
sekali tidak direvisi. Setiap kurikulum harus didasarkan pada prinsip yang terbaik
(excellence) agar setiap siswa dapat mencapai yang terbaik bagi diri dan lingkungannya.
Tiap siswa harus berpegangan pada standar yang sesuai dengan kemampuannya baik
pada aspek moral, etik, pengetahuan, ataupun aspek lainnya. Mengingat bahwa setiap siswa
mempunyai bakat, minat dan motivasi yang berbeda, maka perbedaan itu perlu juga
dipertimbangkan sehingga tidak hanya satu standar kualitas yang ditentukan untuk semuanya.
Kaitannya dengan kebijakan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
yang saat ini diberlakukan di Indonesia, secara umum didasarkan pada prinsip-prinsip
pengembangan kurikulum yang tertera dalam UU No.20/2003 (pasal 36), ya-itu bahwa: (1)
pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu pada Standar Nasional Pendidikan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, (2) kurikulum pada semua jenjang dan jenis
pendidikan dikembangkan dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan,
potensi daerah, dan siswa, dan (3) kurikulum disusun sesuai jenjang pendidikan dalam
kerangka NKRI dengan memperhatikan: (a) peningkaatan iman dan takwa, (b) peningkatan
akhlak mulia, (c) peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat siswa, (d) keragaman potensi
daerah dan lingkungan, (e) tuntutan pembangunan daerah dan nasional, (f) tuntutan dunia
kerja, (g) perkembang-an IPTEK dan seni, (h) agama, (i) dinamika perkembangan global, dan
(j) persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan.
Secara lebih khusus, KTSP dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum sebagai berikut.
 Berpusat pada Potensi, Perkembangan, Kebutuhan, dan Kepentingan Siswa dan
Lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa siswa memiliki posisi sentral
untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi siswa disesuaikan dengan potensi,
perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan siswa serta tuntutan lingkungan. Memiliki posisi
sentral berarti kegiatan pembelajaran berpusat pada siswa.
 Beragam dan Terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik siswa,
kondisi daerah, jenjang dan jenis pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif
terhadap perbedaan agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.
Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan
pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang
bermakna dan tepat antarsubstansi.
 Tanggap terhadap Perkembangan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahu-an, teknologi
dan seni yang berkembang secara dinamis. Karena itu, semangat dan isi kurikulum
memberikan pengalaman belajar siswa untuk mengikuti dan memanfaatkan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
 Relevan dengan Kebutuhan Kehidupan
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemegang kepentingan
(stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk
di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja. Karena itu,
pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan berpikir, keterampilan sosial,
keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
 Menyeluruh dan Berkesinambungan
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian
keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara berkesinambungan
antarsemua jenjang pendidikan.
 Belajar Sepanjang Hayat
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan, dan pemberdayaan
siswa yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum mencerminkan keterkaitan antara
unsur-unsur pendidikan formal, nonformal, dan in-formal dengan memperhatikan kondisi
dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah pengembangan manusia
seutuhnya.
 Seimbang antara Kepentingan Nasional dan Kepentingan Daerah.
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi dan memberdayakan
sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI).
Dalam pelaksanaannya, KTSP menggunakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
 Pelaksanaan kurikulum didasarkan pada potensi, perkembangan dan kondisi siswa untuk
menguasai kompetensi yang berguna bagi dirinya. Dalam hal ini siswa harus
mendapatkan pelayanan pendidikan yang bermutu, serta memperoleh kesempatan untuk
mengekspresikan dirinya secara bebas, dinamis dan menyenangkan.
 Kurikulum dilaksanakan dengan menegakkan kelima pilar belajar, yaitu:
 belajar untuk beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
 belajar untuk memahami dan menghayati
 belajar untuk mampu melaksanakan dan berbuat secara efektif
 belajar untuk hidup bersama dan berguna bagi orang lain
 belajar untuk membangun dan menemukan jati diri, melalui proses pembelajaran yang
aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.
 Pelaksanaan kurikulum memungkinkan siswa mendapat pelayanan yang bersifat
perbaikan, pengayaan, dan/atau percepatan sesuai dengan potensi, tahap perkembangan,
dan kondisi siswa dengan tetap memperhatikan ke-terpaduan pengembangan pribadi
siswa yang berdimensi ke-Tuhanan, keindividuan, kesosialan, dan moral.
 Kurikulum dilaksanakan dalam suasana hubungan siswa dan pendidik yang saling
menerima dan menghargai, akrab, terbuka, dan hangat, dengan prinsip tut wuri
handayani, ing madia mangun karsa, ing ngarsa sung tulada (di belakang memberikan
daya dan kekuatan, di tengah membangun semangat dan prakarsa, di depan memberikan
contoh dan teladan).
 Kurikulum dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan multistrategi dan multimedia,
sumber belajar dan teknologi yang memadai, dan memanfaatkan lingkungan sekitar
sebagai sumber belajar, dengan prinsip alam takambang jadi guru (semua yang terjadi,
tergelar dan berkembang dii masyarakat dan lingkungan sekitar serta lingkungan alam
semesta dijadikan sumber belajar, contoh dan teladan).
 Kurikulum dilaksanakan dengan mendayagunakan kondisi alam, sosial dan budaya serta
kekayaan daerah untuk keberhasilan pendidikan dengan muatan seluruh bahan kajian
secara optimal.
 Kurikulum yang mencakup seluruh komponen kompetensi mata pelajaran, muatan lokal
dan pengembangan diri diselenggarakan dalam keseimbangan, keterkaitan, dan
kesinambungan yang cocok dan memadai antarkelas dan jenis serta jenjang pendidikan.

B. ILMU IPA/FISIKA
1. Karakteristik Ipa/Fisika
Berbeda dengan ketiga ahli tersebut, Kemeny (1961:12) mendefinisikan IPA sebagai
aktivitas dalam menentukan hukum-hukum alam dalam bentuk teori-teori berdasarkan fakta-
fakta. Senada dengan Kemeny, Jenkiins & Whitefield (Djohar, 1987: 101) menyatakan
bahwa IPA adalah aktivitas mengeksplorasi alam. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh
Sund & Trowbridge (1973:2) yang menyatakan bahwa IPA adalah sosok pengetahuan dan
proses. Sedang Bybee (1979:86) menyatakan bahwa IPA merupakan proses, IPA
mengandung sikap ilmiah yang merupakan sikap yang diperlukan dalam melakukan proses
IPA. Definisi yang komprehensif dikemukakan oleh Carin dan Sund ( 1989: 6-13) yang
menyatakan bahwa IPA terdiri dari tiga dimensi yakni proses ilmiah, sikap ilmiah dan produk
ilmiah. Selanjutnya Carin dan Sund (Moh. Amien, 1980: 11) menggambarkar saling
hubungan antara penelitian gejala, produk, proses dan sikap ilmiah.
Jika definisi-definisi di atas ditelusuri, maka ada yang menyatakan IPA sebagai produk,
ada yang menyatakan IPA sebagai proses, ada yang menyatakan IPA sebagai proses dan
produk, ada yang menyatakan IPA sebagai proses dan sikap, dan ada yang menyatakan IPA
sebagai proses, sikap dan produk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara
komprehensif IPA dapat dipandang sebagai proses, sikap dan produk. IPA sebagai proses
dapat diartikan sebagai aktivitas atau proses untuk mendeskripsikan fenomena alam.
Aktivitas-aktivitas atau proses-proses tersebut antara lain merumuskan masalah,
merencanakan eksperimen, mengobservasi, merumuskan hipotesis, mengklasifikasi,
mengukur, menginterpretasi data, menyimpulkan, meramal, mengkomunikasikan hasil dan
sebagainya. Proses-proses tersebut juga sering disebut sebagai proses ilmiah atau proses
IPA(scientific process). IPA sebagai sikap dapat dipandang sebagai sikap-sikap yang
melandasi proses IPA, antara lain sikap ingin tahu, jujur, obyektif, kritis, terbuka, disiplin,
teliti.dan sebagainya. Sikap-sikap ini sering juga disebut sikap ilmiah atau sikap IPA
(scientific attitudes). IPA sebagai produk dapat diartikan sebagai kumpulan informasi/fakta
yang dihasilkan dari proses-proses ilmiah yang dilandasi dengan sikap-sikap ilmiah tersebut.
Produk-produk IPA dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan sebagainya.
Produk-produk ini juga sering disebut sebagai produk ilmiah atau produk IPA (scientific
product).
Dalam dunia filsafat, untuk mengetahui hakekat suatu ilmu pada umumnya dilakukan
dengan meninjau ontologi (obyek telaah), epistemologi (cara penelaahan) dan axiologi
(nilai/kegunaan) ilmu tersebut. Obyek telaah (dasar ontologi) IPA adalah alam dan gejala-
gejala alam. Alam dan gejala alam ini dipelajari :
 Keadaannya yang meliputi : posisi, kecepatan, suhu, energi dan sebagainya.
 Strukturnya dari yang makroskopis sampai yang mikroskopis.
 Sifatnya misal : sifat listrik, magnit, optik, termik dsb.
 Interaksinya satu sama lain yang dideskripsikan dengan gaya, kerja, kalor, gelombang dan
sebagainya (Dirjen Dikti, 1990:19-30).

Dengan mempelajari aspek-aspek tersebut IPA berusaha untuk melukiskan,


meramalkan, mengendalikan, dan menerapkan benda-benda di alam serta gejala-gejala alam
tersebut. Tentu saja masih ada keterbatasan-keterbatasan dalam melukiskan alam dan
gejalanya tersebut karena IPA mengandalkan pada asumsi keteraturan, keragaman,
kekonstanan dan sebagainya, sehingga menurut Druxes (1986) perbandingan antara IPA
(Fisika) dengan alam dapat diibaratkan sebagai gambar dan bendanya.

2. Struktur IPA/Fisika
Dari pelaksanaan metode/proses ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah dalam menelaah
alam/gejala alam tersebut diperoleh produk IPA/Fisika yang berupa fakta, konsep, teori,
prinsip, dan hukum . Kumpulan dari produk IPA/Fisika yang telah ditata secara sistematis
membentuk body of knowledge IPA/Fisika. Sistematika penyusunan produk IPA /Fisika ke
dalam struktur bidang dan sub bidang (cabang dan ranting) tidak unik, tergantung sudut
pandang dan tujuan/kepentingan. Sebagai contoh ada yang membagi Fisika ke dalam struktur
bidang sebagai berikut : Acoustics, Electro-Magnetism, Electronics, Fluid, Mechanics,
Moleculer Physics, Nuclear Physics, Nucleonics, Optics, Physical Chemistry, Solid State
Physics, Theoritical Physics, Thermodynamics, Unit and Constants, Other
Specialities. Untuk tujuan/kepentingan pendidikan, Fisika sering diklasifikasikan ke dalam:
 Fisika Dasar yang mencakup Mekanika, Termodinamika, Gelombang, Optika, Listrik-
Magnet
 Fisika Modern yang mencakup Fisika Kuantum, Fisika Atom dan Inti, Fisika Zat Padat
 Fisika Pendukung yang mencakup Fisika Matematika, Fisika Komputasi, Elektronika,
Instrumentasi dan Pengukuran. Sebagi contoh untuk tujuan mendidik calon guru Fisika
(sarjana Pendidikan Fisika), bidang-bidang Fisika beserta jalinan fungsional antara bidang
Konsep, teori, prinsip, dan hokum (KTPH) yang terdapat pada tiap bidang/sub bidang
dapat diklasifikasikan ke dalam KTPH dasar, terapan, dan pengayaan.
Sebagai contoh gerak lurus dapat dipandang sebagai KTPH dasar, gerak parabola
sebagai KTPH terapan karena dapat diperoleh dengan memadukan GLB dan GLBB, gerak
pel;uru yang ditembakkan di atas bidang miring sebagai KTPH pengayaan karena terapannya
jarang dijumpai/dimanfaatkan tetapi dapat menambah wawasan dan ketajaman intelektual.
Klasifikasi KTPH ke dalam KTPH dasar, terapan, dan pengayaan ini pun tidak unik,
tergantung pada sudut pandang dan tujuan/kepentingan. Ada juga yang membagi KTPH
terapan kedalam strategis, dan pemersatu. Strategis artinya banyak digunakan di berbagai
bidang/sub bidang, sedangkan pemersatu artinya mempersatukan KTPH-KTPH. Sebagai
contoh konsep energi merupakan konsep strategis karena banyak digunakan pada berbagai
bidang Fisika, dan konsep satuan internasional (SI) merupakan konsep pemersatu karena
dapat menyatukan berbagai satuan besaran Fisika.

C. KETERKAITAN KTSP DENGAN KARAKTERISTIK IPA FISIKA


KTSP menegaskan bahwa pembelajaran IPA khusunya Fisika harus mencakup tiga
aspek antara lain sikap, proses, dan produk. Sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan (Depdiknas, 2007).
Sehingga dari hal itu muncul masalah-masalah dan untuk pemecahanya digunakan
proses/ metode yang sering di sebut metode ilmiah (scientific inquiry).
Menurut BSNP (badan standar nasional pendidikan) standar kompetensi kelulusan (SKL)
dalam peraturan mentri pendidikan nasional republik Indonesia No, 23 tahun 2006 untuk
mata pelajaran Fisika.
 Melakukan percobaan antara lain merumuskan masalah, mengajukan, dan menguji
Hipotesis, menentukan variabel, merancang dan menentukan instrument, mengumpulkan,
mengolah, dan menafsirkan data, menarik kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil
percobaan secara lisan dan tertulis.
 Memahami prinsip-prinsip pengukuran dan melakukan pengukuran besaran fisika secara
langsung dan tidak langsung dan secara cermat, teliti, dan objektif.
 Menganalisis gejala alam dan keteraturanya dalam cakupan mekanika benda titik,
kekekalan energy, impuls , dan momentum.
 Mendeskrisikan prinsip dan konsep konservasi kalor sifatgas ideal, fluida, dan
perubahannya yang menyangkut hukum temodinamika serta penerapanya dalam mesin
kalor.
 Menerapkan konsep dan prinsip optik dan gelombang dalam berbagai penyelesaian
masalah dan produk tekhnologi.
 Menerapkan konsep dan prinsip kelistrikan dan kemagnetan dalam berbagai masalah dan
produk tekhnologi.

Melihat dari kurikulum di atas maka kurikulum Pendidikan IPA di SMP telah
dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi karena IPA sangat penting
sebagai Ilmu Pengetahuan dan untuk mengembangkan teknologi. Kurikulum sebelum KTSP
IPA di SMP diajarkan dengan memisahkan mata pelajaranm kedalam tiga aspek yaitu Fisika,
Biologi dan Kimia. Dalam hal ini ketiga mata pelajaran ini hanya mencakup pada aspek IPA
tanpa teknologi dan masyarakat. Padahal tujuan dari pembelajaran IPA bukan hanya pada
konsep tetapi ketrampilan proses agar dapat berpikir ilmiah, rasional dan kritis. Sesuai
dengan adanya isi materi yang kurang mengena pada teknologi maka ketiga aspek tersebut
dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu pendidikan IPA terpadu yang saat ini telah
diterapkan dalam kurikulum KTSP.
Menjadikan materi IPA di SMP secara terpadu seperti yang digariskan oleh
Kurikulum KTSP semata untuk merespon pertanyaan kritis mengenai materi IPA sebelumnya
yang hanya menekankan pada "subject matter oriented program". Sehingga, materi IPA
kurikulum KTSP untuk SMP didesain untuk menjawab persoalan-persoalan pada masalah-
masalah global. Sayangnya, sistem pendidikan nasional secara nyata sampai saat ini belum
melahirkan secara khusus guru IPA, melainkan menghasilkan guru biologi, kimia dan fisika.
Untuk itulah IPA di SMP diajarkan secara terpisah sekaligus mengakomodasi keberadaan
guru biologi dan fisika.
Pembelajaran IPA terpadu merupakan konsep pembelajaran IPA dengan situasi lebih
alami dan situasi dunia nyata, serta mendorong siswa membuat hubungan antar cabang IPA
dan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari hari.
Pembelajaran IPA terpadu merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan siswa
menerapkan konsep-konsep IPA dan berpikir tingkat tinggi dan memungkinkan mendorong
siswa peduli dan tanggap terhadap lingkungan dan budaya.

KESIMPULAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang dikembangkan
oleh dan dilaksanakan pada tiap-tiap satuan pendidikan. Dalam hal ini, sekolah diberi
keleluasaan untuk mengembangkan kurikulumnya. Namun demikian, tidak berarti sekolah
bebas tanpa batas untuk mengembangkan kurikulumnya. Dalam ilmu IPA/Fsika mempunyai
karakter yaitu ciri-ciri suatu kehidupan sehari-hari dimana dalam kehidupan nyata, dan
didalam ilmu IPA/Fisika ada suatu hukum-hukum dalam kehidupan. Ilmu fisika akan berguna
bagi manusia apabila sudah diwujubkan dalam bentuk hasil teknologi. Beberapa konsep
fisika dapat tergabung dalam satu bentuk peralatan sebagi hasil teknologi. Pembelajaran IPA
terpadu merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan siswa menerapkan konsep-
konsep IPA dan berpikir tingkat tinggi dan memungkinkan mendorong siswa peduli dan
tanggap terhadap lingkungan dan budaya.

DAFTAR PUSTAKA

 Anonimus. 2011. Karakteristik Pembelajaran IPA Fisika yang dikaitkan dengan


KTSP.(online).(http://blog.uad.ac.id/sitinuraini/files/2011/12/PEMBLJR.pd.
 Anonimus.2012.Karakteristik Ilmu Fisika.(online).
(http://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=karakteristik%20ipa%20fisika&source=web&cd
=1&cad=rja&ved=0CC0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles
%2Fpengabdian%2Fjumadi-mpd-dr%2Fwawasan-keilmuan
ipa.pdf&ei=3qBNUZi3OcXprQeAz4HQDA&usg=AFQjCNGpIn3gK1Sp-WyEi9y-
wPmsjzizbw&bvm=bv.44158598,d.bmk
MODEL, METODE, STRATEGI, PENDEKATAN PEMBELAJARAN

 Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).

 Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan bahwa strategi


pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya,
dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa
dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya, bahwa strategi
pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang keputusan-keputusan yang akan
diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran. Dilihat dari strateginya, pembelajaran
dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008).
Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat
dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.

 metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk


mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran
yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran,
diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4) simulasi; (5) laboratorium;
(6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8) debat, (9) simposium, dan
sebagainya.

 model pembelajaran. pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar


dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran. Kendati demikian, seringkali penggunaan istilah
model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.

Kesimpulan.
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model
pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran. Walaupun perbedaan itu
tidak begitu tegas, karena semua istilah merupakan satu kesatuan yang saling menunjang,
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah pembungkus
proses pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik. Contoh :
model yang digunakan guru PAIKEM, Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
pemerintah adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada siswa, dimana strategi
pembelajaran siswa aktif, bisa mengungkapan gagasan, penemuan-penemuan

Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas
pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun , masing-masing
akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah
menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang
diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai
dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan
dibangun.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
 Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar(Diktat
Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
 S. Nasution.Prof. Dr. M.A, 2003, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, Jakarta.
 Syaiful Sagala,H. DR. M.Pd, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit
ALFABETA, Bandung.
 Suyatno, www. Klub guru. Com.
 Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
 Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
 Zainal Aqib Elham Rohmanto,2006, Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah,Bandung, Yrama Widya, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai