Strategi Pembelajaran
Strategi Pembelajaran
Nim : 15505021
B. ILMU IPA/FISIKA
1. Karakteristik Ipa/Fisika
Berbeda dengan ketiga ahli tersebut, Kemeny (1961:12) mendefinisikan IPA sebagai
aktivitas dalam menentukan hukum-hukum alam dalam bentuk teori-teori berdasarkan fakta-
fakta. Senada dengan Kemeny, Jenkiins & Whitefield (Djohar, 1987: 101) menyatakan
bahwa IPA adalah aktivitas mengeksplorasi alam. Definisi yang lebih luas dikemukakan oleh
Sund & Trowbridge (1973:2) yang menyatakan bahwa IPA adalah sosok pengetahuan dan
proses. Sedang Bybee (1979:86) menyatakan bahwa IPA merupakan proses, IPA
mengandung sikap ilmiah yang merupakan sikap yang diperlukan dalam melakukan proses
IPA. Definisi yang komprehensif dikemukakan oleh Carin dan Sund ( 1989: 6-13) yang
menyatakan bahwa IPA terdiri dari tiga dimensi yakni proses ilmiah, sikap ilmiah dan produk
ilmiah. Selanjutnya Carin dan Sund (Moh. Amien, 1980: 11) menggambarkar saling
hubungan antara penelitian gejala, produk, proses dan sikap ilmiah.
Jika definisi-definisi di atas ditelusuri, maka ada yang menyatakan IPA sebagai produk,
ada yang menyatakan IPA sebagai proses, ada yang menyatakan IPA sebagai proses dan
produk, ada yang menyatakan IPA sebagai proses dan sikap, dan ada yang menyatakan IPA
sebagai proses, sikap dan produk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa secara
komprehensif IPA dapat dipandang sebagai proses, sikap dan produk. IPA sebagai proses
dapat diartikan sebagai aktivitas atau proses untuk mendeskripsikan fenomena alam.
Aktivitas-aktivitas atau proses-proses tersebut antara lain merumuskan masalah,
merencanakan eksperimen, mengobservasi, merumuskan hipotesis, mengklasifikasi,
mengukur, menginterpretasi data, menyimpulkan, meramal, mengkomunikasikan hasil dan
sebagainya. Proses-proses tersebut juga sering disebut sebagai proses ilmiah atau proses
IPA(scientific process). IPA sebagai sikap dapat dipandang sebagai sikap-sikap yang
melandasi proses IPA, antara lain sikap ingin tahu, jujur, obyektif, kritis, terbuka, disiplin,
teliti.dan sebagainya. Sikap-sikap ini sering juga disebut sikap ilmiah atau sikap IPA
(scientific attitudes). IPA sebagai produk dapat diartikan sebagai kumpulan informasi/fakta
yang dihasilkan dari proses-proses ilmiah yang dilandasi dengan sikap-sikap ilmiah tersebut.
Produk-produk IPA dapat berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, teori dan sebagainya.
Produk-produk ini juga sering disebut sebagai produk ilmiah atau produk IPA (scientific
product).
Dalam dunia filsafat, untuk mengetahui hakekat suatu ilmu pada umumnya dilakukan
dengan meninjau ontologi (obyek telaah), epistemologi (cara penelaahan) dan axiologi
(nilai/kegunaan) ilmu tersebut. Obyek telaah (dasar ontologi) IPA adalah alam dan gejala-
gejala alam. Alam dan gejala alam ini dipelajari :
Keadaannya yang meliputi : posisi, kecepatan, suhu, energi dan sebagainya.
Strukturnya dari yang makroskopis sampai yang mikroskopis.
Sifatnya misal : sifat listrik, magnit, optik, termik dsb.
Interaksinya satu sama lain yang dideskripsikan dengan gaya, kerja, kalor, gelombang dan
sebagainya (Dirjen Dikti, 1990:19-30).
2. Struktur IPA/Fisika
Dari pelaksanaan metode/proses ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah dalam menelaah
alam/gejala alam tersebut diperoleh produk IPA/Fisika yang berupa fakta, konsep, teori,
prinsip, dan hukum . Kumpulan dari produk IPA/Fisika yang telah ditata secara sistematis
membentuk body of knowledge IPA/Fisika. Sistematika penyusunan produk IPA /Fisika ke
dalam struktur bidang dan sub bidang (cabang dan ranting) tidak unik, tergantung sudut
pandang dan tujuan/kepentingan. Sebagai contoh ada yang membagi Fisika ke dalam struktur
bidang sebagai berikut : Acoustics, Electro-Magnetism, Electronics, Fluid, Mechanics,
Moleculer Physics, Nuclear Physics, Nucleonics, Optics, Physical Chemistry, Solid State
Physics, Theoritical Physics, Thermodynamics, Unit and Constants, Other
Specialities. Untuk tujuan/kepentingan pendidikan, Fisika sering diklasifikasikan ke dalam:
Fisika Dasar yang mencakup Mekanika, Termodinamika, Gelombang, Optika, Listrik-
Magnet
Fisika Modern yang mencakup Fisika Kuantum, Fisika Atom dan Inti, Fisika Zat Padat
Fisika Pendukung yang mencakup Fisika Matematika, Fisika Komputasi, Elektronika,
Instrumentasi dan Pengukuran. Sebagi contoh untuk tujuan mendidik calon guru Fisika
(sarjana Pendidikan Fisika), bidang-bidang Fisika beserta jalinan fungsional antara bidang
Konsep, teori, prinsip, dan hokum (KTPH) yang terdapat pada tiap bidang/sub bidang
dapat diklasifikasikan ke dalam KTPH dasar, terapan, dan pengayaan.
Sebagai contoh gerak lurus dapat dipandang sebagai KTPH dasar, gerak parabola
sebagai KTPH terapan karena dapat diperoleh dengan memadukan GLB dan GLBB, gerak
pel;uru yang ditembakkan di atas bidang miring sebagai KTPH pengayaan karena terapannya
jarang dijumpai/dimanfaatkan tetapi dapat menambah wawasan dan ketajaman intelektual.
Klasifikasi KTPH ke dalam KTPH dasar, terapan, dan pengayaan ini pun tidak unik,
tergantung pada sudut pandang dan tujuan/kepentingan. Ada juga yang membagi KTPH
terapan kedalam strategis, dan pemersatu. Strategis artinya banyak digunakan di berbagai
bidang/sub bidang, sedangkan pemersatu artinya mempersatukan KTPH-KTPH. Sebagai
contoh konsep energi merupakan konsep strategis karena banyak digunakan pada berbagai
bidang Fisika, dan konsep satuan internasional (SI) merupakan konsep pemersatu karena
dapat menyatukan berbagai satuan besaran Fisika.
Melihat dari kurikulum di atas maka kurikulum Pendidikan IPA di SMP telah
dirancang sebagai pembelajaran yang berdimensi kompetensi karena IPA sangat penting
sebagai Ilmu Pengetahuan dan untuk mengembangkan teknologi. Kurikulum sebelum KTSP
IPA di SMP diajarkan dengan memisahkan mata pelajaranm kedalam tiga aspek yaitu Fisika,
Biologi dan Kimia. Dalam hal ini ketiga mata pelajaran ini hanya mencakup pada aspek IPA
tanpa teknologi dan masyarakat. Padahal tujuan dari pembelajaran IPA bukan hanya pada
konsep tetapi ketrampilan proses agar dapat berpikir ilmiah, rasional dan kritis. Sesuai
dengan adanya isi materi yang kurang mengena pada teknologi maka ketiga aspek tersebut
dirangkum dalam satu mata pelajaran yaitu pendidikan IPA terpadu yang saat ini telah
diterapkan dalam kurikulum KTSP.
Menjadikan materi IPA di SMP secara terpadu seperti yang digariskan oleh
Kurikulum KTSP semata untuk merespon pertanyaan kritis mengenai materi IPA sebelumnya
yang hanya menekankan pada "subject matter oriented program". Sehingga, materi IPA
kurikulum KTSP untuk SMP didesain untuk menjawab persoalan-persoalan pada masalah-
masalah global. Sayangnya, sistem pendidikan nasional secara nyata sampai saat ini belum
melahirkan secara khusus guru IPA, melainkan menghasilkan guru biologi, kimia dan fisika.
Untuk itulah IPA di SMP diajarkan secara terpisah sekaligus mengakomodasi keberadaan
guru biologi dan fisika.
Pembelajaran IPA terpadu merupakan konsep pembelajaran IPA dengan situasi lebih
alami dan situasi dunia nyata, serta mendorong siswa membuat hubungan antar cabang IPA
dan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari hari.
Pembelajaran IPA terpadu merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan siswa
menerapkan konsep-konsep IPA dan berpikir tingkat tinggi dan memungkinkan mendorong
siswa peduli dan tanggap terhadap lingkungan dan budaya.
KESIMPULAN
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang dikembangkan
oleh dan dilaksanakan pada tiap-tiap satuan pendidikan. Dalam hal ini, sekolah diberi
keleluasaan untuk mengembangkan kurikulumnya. Namun demikian, tidak berarti sekolah
bebas tanpa batas untuk mengembangkan kurikulumnya. Dalam ilmu IPA/Fsika mempunyai
karakter yaitu ciri-ciri suatu kehidupan sehari-hari dimana dalam kehidupan nyata, dan
didalam ilmu IPA/Fisika ada suatu hukum-hukum dalam kehidupan. Ilmu fisika akan berguna
bagi manusia apabila sudah diwujubkan dalam bentuk hasil teknologi. Beberapa konsep
fisika dapat tergabung dalam satu bentuk peralatan sebagi hasil teknologi. Pembelajaran IPA
terpadu merupakan pembelajaran bermakna yang memungkinkan siswa menerapkan konsep-
konsep IPA dan berpikir tingkat tinggi dan memungkinkan mendorong siswa peduli dan
tanggap terhadap lingkungan dan budaya.
DAFTAR PUSTAKA
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu
proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada guru (teacher centered approach).
Kesimpulan.
Dari hasil pemaparan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan antara model
pembelajaran, pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran. Walaupun perbedaan itu
tidak begitu tegas, karena semua istilah merupakan satu kesatuan yang saling menunjang,
untuk melaksanakan proses pembelajaran. Jadi model pembelajaran adalah pembungkus
proses pembelajaran yang didalamnya ada pendekatan, strategi, metode dan tehnik. Contoh :
model yang digunakan guru PAIKEM, Pendekatan pembelajaran yang telah ditetapkan
pemerintah adalah pendekatan pembelajaran yang terfokus pada siswa, dimana strategi
pembelajaran siswa aktif, bisa mengungkapan gagasan, penemuan-penemuan
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum aktivitas
pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan rumah, strategi membicarakan
tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah yang hendak dibangun , masing-masing
akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan desain adalah
menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun beserta bahan-bahan yang
diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya, maupun kriteria penyelesaiannya, mulai
dari tahap awal sampai dengan tahap akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan
dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat melaksanakan tugasnya secara profesional,
seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki keterampilan yang memadai dalam
mengembangkan berbagai model pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan,
sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar(Diktat
Kuliah). Bandung: FPTK-IKIP Bandung.
S. Nasution.Prof. Dr. M.A, 2003, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar, Jakarta, Bumi Aksara, Jakarta.
Syaiful Sagala,H. DR. M.Pd, 2003, Konsep dan Makna Pembelajaran, Penerbit
ALFABETA, Bandung.
Suyatno, www. Klub guru. Com.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan
Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Zainal Aqib Elham Rohmanto,2006, Membangun Profesionalisme Guru dan
Pengawas Sekolah,Bandung, Yrama Widya, Bandung.