1
1
LUKA BAKAR
KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
DISUSUN OLEH
DOSEN PENGAMPU
Dr. Ns. ANDI SUBANDI, S. Kep, M. Biomed
Puji syukur kehadirat Allah swt yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya serta yang telah membukakan pintu pikiran penulis sehingga tugas makalah ini
dapat penulis selesaikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ns.
Andi Subandi, S. Kep, M. Biomed. selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing dan membantu kami, sehingga kami terbantu dalam penulisan
makalah “Luka Bakar” ini. Serta tak lupa pula penulis mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak-pihak yang telah mengambil peran dalam membantu penulis
dalam penyelesaian makalah ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu penulis ikhlas dengan lapang dada menerima kritik dan saran yang
bersifat membangun. Terakhir penulis berharap semoga karya tulis ini dapat
berguna bagi penulis dan bagi pembaca.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan berguna untuk
mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya komplikasi multi organ yang
menyertai.
Prognosis klien yang mengalami suatu luka bakar berhubungan langsung
dengan lokasi dan ukuran luka bakar. Faktor lain seperti umur, status kesehatan
sebelumnya dan inhalasi asap dapat mempengaruhi beratnya luka bakar dan
pengaruh lain yang menyertai. Klien luka bakar sering mengalami kejadian
bersamaan yang merugikan, seperti luka atau kematian anggota keluarga yang
lain, kehilangan rumah dan lainnya. Klien luka bakar harus dirujuk untuk
mendapatkan fasilitas perawatan yang lebih baik untuk menangani segera dan
masalah jangka panjang yang menyertai pada luka bakar tertentu.
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahuai
bagaimana konsep dan asuhan keperawatan pada luka bakar.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Luka bakar adalah rusak atau hilangnya jaringan yang disebabkan kontak
dengan sumber panas seperti kobaran api di tubuh (flame), jilatan api ketubuh
(flash), terkena air panas (scald), tersentuh benda panas (kontak panas), akibat
sengatan listrik, akibat bahan-bahan kimia, serta sengatan matahari (sunburn)
(Moenajat, 2001). Sedangkan menurut Wong tahun 2003 Luka bakar adalah
kerusakan pada kulit diakibatkan oleh panas, kimia atau radio aktif.
2.2 Etiologi
Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah
A. Luka bakar suhu tinggi(Thermal Burn): gas, cairan, bahan padat
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald)
,jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat
terpapar atau kontak dengan objek-objek panas lainnya(logam panas,
dan lain-lain) (Moenadjat, 2005).
B. Luka bakar bahan kimia (Chemical Burn)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau alkali yang
biasa digunakan dalam bidang industri militer ataupu bahan pembersih
yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga (Moenadjat,
2005).
C. Luka bakar sengatan listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena arus, api, dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang
memiliki resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khusunya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan
sirkulasi ke distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,
baik kontak dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2001).
D. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
3
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber radio
aktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industri.
Akibat terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat
menyebabkan luka bakar radiasi (Moenadjat, 2001).
2.3 Patofisiologi
Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena kondisi panas langsung atau
radiasi elektromagnetik. Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 440°C
tanpa kerusakan bermakna, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk
tiap drajat kenaikan temperatur. Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur
yang kurang tahan dengan konduksi panas. Kerusakan pembuluh darah ini
mengakibatkan cairan intravaskuler keluar dari lumen pembuluh darah, dalam
hal ini bukan hanya cairan tetapi 12 protein plasma dan elektrolit. Pada luka
bakar ekstensif dengan perubahan permeabilitas yang hampir menyelutruh,
penimbunan jaringan masif di intersitial menyebabakan kondisi hipovolemik.
Volume cairan iuntravaskuler mengalami defisit, timbul ketidak mampuan
menyelenggarakan proses transportasi ke jaringan, kondisi ini dikenal dengan
syok (Moenajat, 2001).
Luka bakar juga dapat menyebabkan kematian yang disebabkan oleh
kegagalan organ multi sistem. Awal mula terjadi kegagalan organ multi sistem
yaitu terjadinya kerusakan kulit yang mengakibatkan peningkatan pembuluh
darah kapiler, peningkatan ekstrafasasi cairan (H2O, elektrolit dan protein),
sehingga mengakibatkan tekanan onkotik dan tekanan cairan intraseluler
menurun, apabila hal ini terjadi terus menerus dapat mengakibatkan
hipopolemik dan hemokonsentrasi yang mengakibatkan terjadinya gangguan
perfusi jaringan. Apabila sudah terjadi gangguan perkusi jaringan maka akan
mengakibatkan gangguan sirkulasi makro yang menyuplai sirkulasi orang
organ organ penting seperti : otak, kardiovaskuler, hepar, traktus
gastrointestinal dan neurologi yang dapat mengakibatkan kegagalan organ
4
multi sistem. Proses kegagalan organ multi sistem ini terangkum dalam bagan
berikut
5
PATHWAY
6
2.4 Klasifikasi
A. Klasifikasi luka bakar berdasarkan kedalaman luka
1. Luka bakar derajat I
Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis superfisial, kulit kering
hiperemik, berupa eritema, tidak dijumpai pula nyeri karena ujung –
ujung syaraf sensorik teriritasi, penyembuhannya terjadi secara spontan
dalam waktu 5 -10 hari (Brunicardi et al., 2005).
2. Luka bakar derajat II
Kerusakan terjadi pada seluruh lapisan epidermis dan sebagai lapisan
dermis, berupa reaksi inflamasi disertai proses eksudasi. Dijumpai pula,
pembentukan scar, dan nyeri karena ujung –ujung syaraf sensorik
teriritasi. Dasar luka berwarna merah atau pucat. Sering terletak lebih
tinggi diatas kulit normal (Moenadjat, 2001).
a. Derajat II dangkal (superficial)
Kerusakan mengenai bagian superficial dari dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat,
kelenjar sebasea masih utuh.
Bula mungkin tidak terbentuk beberapa jam setelah cedera,
dan luka bakar pada mulanya tampak seperti luka bakar
derajat I dan mungkin terdiagnosa sebagai derajat II
superficial setelah 12-24 jam.
Ketika bula dihilangkan, luka tampak berwarna merah
muda dan basah.
Jarang menyebabkan hypertrophic scar.
Jika infeksi dicegah maka penyembuhan akan terjadi secara
spontan kurang dari 3 minggu (Brunicardi et al., 2005).
b. Derajat II dalam (deep)
Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis.
Organ-organ kulit seperti folikel-folikel rambut, kelenjar
keringat,kelenjar sebasea sebagian besar masih utuh.
7
Penyembuhan terjadi lebih lama tergantung biji epitel yang
tersisa.
Juga dijumpai bula, akan tetapi permukaan luka biasanya
tanpak berwarna merah muda dan putih segera setelah
terjadi cedera karena variasi suplay darah dermis (daerah
yang berwarna putih mengindikasikan aliran darah yang
sedikit atau tidak ada sama sekali, daerah yg berwarna
merah muda mengindikasikan masih ada beberapa aliran
darah ) (Moenadjat, 2001)
Jika infeksi dicegah, luka bakar akan sembuh dalam 3 -9
minggu (Brunicardi et al., 2005)
3. Luka bakar derajat III (Full Thickness burn)
Kerusakan meliputi seluruh tebal dermis dermis dan lapisan lebih
dalam, tidak dijumpai bula, apendises kulit rusak, kulit yang terbakar
berwarna putih dan pucat. Karena kering, letak nya lebih rendah
dibandingkan kulit sekitar. Terjadi koagulasi protein pada epidermis
yang dikenal sebagai scar, tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi,
oleh karena ujung –ujung syaraf sensorik mengalami kerusakan atau
kematian. Penyembuhanterjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi
spontan dari dasar luka (Moenadjat, 2001).
8
kematian. penyembuhannya terjadi lebih lama karena ada proses
epitelisasi spontan dan rasa luka (Moenadjat, 2001).
B. Klasifikasi berdasarkan mekanisme dan penyebab
1. Luka bakar termal
Luka bakar yang biasanya mengenai kulit. Luka bakar ini bisa
disebabkan oleh cairan panas, berkontak dengan benda padat panas,
terkena lilin atau rokok, terkena zat kimia, dan terkena aliran listrik
(WHO, 2008).
2. Luka bakar inhalasi
Luka bakar yang disebabkan oleh terhirupnya gas yang panas, cairan
panas atau produk berbahaya dari proses pembakaran yang tidak
sempurna. Luka bakar ini penyebab kematian terbesar pada pasien luka
bakar (WHO, 2008).
C. Klasifikasi berdasarkan luas luka
Sedangkan berdasarkan luas lesi dapat diklasifikasikan menjadi 3 yakni:
1. Luka bakar ringan, yakni luka bakar derajat I seluas <2%.
2. Luka bakar sedang, yakni luka bakar derajat I seluas 10-15% atau
derajat II seluas 5-10%
3. Luka bakar berat, yakni luka bakar derajat II seluas >20% atau derajat
III seluas >10%
9
2.5 Pemeriksaan Penunjang
Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar
yaitu :
A. Hitung darah lengkap Hb (Hemoglobin) turun
: menunjukkan adanya pengeluaran
darah yang banyak
10
D. Elektrolit serum Kalium dapat meningkat pada awal
:
sehubungan dengan cedera jaringan
dan penurunan fungsi ginjal, natrium
pada awal mungkin menurun karena
kehilangan cairan, hipertermi dapat
terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai
diuresis.
11
J. Loop aliran volume Memberikan pengkajian non-invasif
:
terhadap efek atau luasnya cedera.
2.7 Komplikasi
Komplikasi luka bakar dapat berasal dari luka itu sendiri atau dari
ketidakmampuan tubuh saat proses penyembuhan luka (Burninjury, 2013).
A. Infeksi luka bakar
Infeksi pada luka bakar merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi. Sistem integumen memiliki peranan sebagai pelindung utama
dalam melawan infeksi. Kulit yang rusak atau nekrosis menyebabkan
tubuh lebih rentan terhadap patogen di udara seperti bakteri dan jamur.
12
Infeksi juga dapat terjadi akibat penggunaan tabung atau kateter.
Kateter urin dapat menyebabkan infeksi traktus urinarius, sedangkan
tabung pernapasan dapat memicu infeksi traktus respirasi seperti
pneumonia (Burninjury, 2013).
B. Terganggunya suplai darah atau sirkulasi
Penderita dengan kerusakan pembuluh darah yang berat dapat
menyebabkan kondisi hipovolemik atau rendahnya volume darah.
Selain itu, trauma luka bakar berat lebih rentan mengalami sumbatan
darah (blood clot) pada ekstremitas. Hal ini terjadi akibat lamanya
waktu tirah baring pada pasien luka bakar. Tirah baring mampu
menganggu sirkulasi darah normal, sehingga mengakibatkan akumulasi
darah di vena yang kemudian akan membentuk sumbatan darah
(Burninjury, 2013).
C. Komplikasi jangka panjang
Komplikasi jangka panjang terdiri dari komplikasi fisik dan psikologis.
Pada luka bakar derajat III, pembentukan jaringan sikatriks terjadi
secara berat dan menetap seumur hidup. Pada kasus dimana luka bakar
terjadi di area sendi, pasien mungkin akan mengalami gangguan
pergerakan sendi. Hal ini terjadi ketika kulit yang mengalami
penyembuhan berkontraksi atau tertarik bersama. Akibatnya, pasien
memiliki gerak terbatas pada area luka. Selain itu, pasien dengan
trauma luka bakar berat dapat mengalami tekanan stress pasca trauma
atau post traumatic stress disorder (PTSD). Depresi dan ansietas
merupakan gejala yang sering ditemukan pada penderita (Burninjury,
2013).
13
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Aktifitas/istirahat:
B. Sirkulasi:
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20% APTT): hipotensi
(syok); penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
C. Integritas ego:
D. Eliminasi:
E. Makanan/cairan:
14
F. Neurosensori:
G. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara eksteren
sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan perubahan suhu; luka
bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat nyeri; smentara respon pada
luka bakar ketebalan derajat kedua tergantung pada keutuhan ujung saraf;
luka bakar derajat tiga tidak nyeri.
H. Pernafasan:
I. Keamanan:
15
Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat, dengan pengisian
kapiler lambat pada adanya penurunan curah jantung sehubungan
dengan kehilangan cairan/status syok.
J. Pemeriksaan diagnostik:
16
5. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
6. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
7. Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
8. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.
17
dalam).
18
8. Tingkatkan istirahat suara tetapi
kaji kemampuan untuk bicara
dan/atau menelan sekret oral
secara periodik.
9. Selidiki perubahan
perilaku/mental contoh gelisah,
agitasi, kacau mental.
10. Awasi 24 jam keseimbngan
cairan, perhatikan
variasi/perubahan.
11. Berikan pelembab O2 melalui
cara yang tepat, contoh masker
wajah
12. Awasi/gambaran seri GDA
13. Kaji ulang seri rontgen
14. Berikan/bantu fisioterapi
dada/spirometri intensif.
15. Siapkan/bantu intubasi atau
trakeostomi sesuai indikasi.
19
kebutuhan : Elektrolit serum 4. Ukur lingkar ekstremitas yang
status dalam batas terbakar tiap hari sesuai indikasi
hypermetabo normal 5. Selidiki perubahan mental
lik, ketidak Haluaran urine di 6. Observasi distensi
cukupan atas 30 ml/jam. abdomen,hematomesis,feces
pemasukan. hitam.
Kehilangan 7. Hemates drainase NG dan feces
perdarahan. secara periodik.
8. Pasang / pertahankan kateter
urine
9. Pasang/ pertahankan ukuran
kateter IV
10. Berikan penggantian cairan IV
yang dihitung, elektrolit, plasma,
albumin.
11. Awasi hasil pemeriksaan
laboratorium ( Hb, elektrolit,
natrium ).
12. Berikan obat sesuai idikasi
13. Tanda-tanda vital setiap jam
selama periode darurat, setiap 2
jam selama periode akut, dan
setiap 4 jam selama periode
rehabilitasi.
20
dengan RR 12-24 x/mnt, endotrakeal dan temaptkan pasien
cedera warna kulit pada ventilator mekanis sesuai
inhalasi asap normal pesanan bila terjadi insufisiensi
atau sindrom GDA dalam pernafasan (dibuktikan dnegna
komparteme renatng normal hipoksia, hiperkapnia, rales,
n torakal Bunyi nafas takipnea dan perubahan
sekunder bersih, tak ada sensorium).
terhadap luka kesulitan 3. Anjurkan pernafasan dalam
bakar bernafas. dengan penggunaan spirometri
sirkumfisial insentif setiap 2 jam selama tirah
dari dada baring.
atau leher. 4. Pertahankan posisi semi fowler,
bila hipotensi tak ada.
5. Untuk luka bakar sekitar torakal,
beritahu dokter bila terjadi
dispnea disertai dengan takipnea.
Siapkan pasien untuk
pembedahan eskarotomi sesuai
pesanan.
4 Resiko tinggi Pasien bebas dari 1. Bersihkan area luka bakar setiap
infeksi infeksi. hari dan lepaskan jarinagn
berhubungan nekrotik (debridemen) sesuai
Kriteria hasil:
dengan pesanan. Berikan mandi kolam
Pertahanan Tak ada demam sesuai pesanan, implementasikan
primer tidak Pembentukan perawatan yang ditentukan untuk
adekuat; jaringan granulasi sisi donor, yang dapat ditutup
kerusakan baik. dengan balutan vaseline atau op
perlinduinga site.
n kulit;
21
jaringan 2. Lepaskan krim lama dari luka
traumatik. sebelum pemberian krim baru.
Pertahanan Gunakan sarung tangan steril dan
sekunder beriakn krim antibiotika topikal
tidak yang diresepkan pada area luka
adekuat; bakar dengan ujung jari. Berikan
penurunan krim secara menyeluruh di atas
Hb, luka.
penekanan 3. Beritahu dokter bila demam
respons drainase purulen atau bau busuk
inflamasi dari area luka bakar, sisi donor
atau balutan sisi tandur. Dapatkan
kultur luka dan berikan
antibiotika IV sesuai ketentuan.
4. Tempatkan pasien pada ruangan
khusus dan lakukan kewaspadaan
untuk luka bakar luas yang
mengenai area luas tubuh.
Gunakan linen tempat tidur steril,
handuk dan skort untuk pasien.
Gunakan skort steril, sarung
tangan dan penutup kepala
dengan masker bila memberikan
perawatan pada pasien.
Tempatkan radio atau televisis
pada ruangan pasien untuk
menghilangkan kebosanan.
5. Bila riwayat imunisasi tak
adekuat, berikan globulin imun
tetanus manusia (hyper-tet) sesuai
pesanan.
22
6. Mulai rujukan pada ahli diet,
beriakn protein tinggi, diet tinggi
kalori. Berikan suplemen nutrisi
seperti ensure atau sustacal
dengan atau antara makan bila
masukan makanan kurang dari
50%. Anjurkan NPT atau
makanan enteral bial pasien tak
dapat makan per oral.
23
kerusakan Kriteria hasil: jaringan nekrotik dan kondisi
permukaan sekitar luka.
Mencapai
kulit 2. Lakukan perawatan luka bakar
penyembuhan
sekunder yang tepat dan tindakan kontrol
tepat waktu pada
destruksi infeksi.
area luka bakar.
lapisan kulit. 3. Pertahankan penutupan luka
sesuai indikasi.
4. Tinggikan area graft bila
mungkin/tepat. Pertahankan
posisi yang diinginkan dan
imobilisasi area bila
diindikasikan.
5. Pertahankan balutan diatas area
graft baru dan/atau sisi donor
sesuai indikasi.
6. Cuci sisi dengan sabun ringan,
cuci, dan minyaki dengan krim,
beberapa waktu dalam sehari,
setelah balutan dilepas dan
penyembuhan selesai.
7. Siapkan / bantu prosedur
bedah/balutan biologis.
24
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jadi luka bakar merupakan suatu trauma yang disebabkan oleh panas, listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Dimana luka bakar yang luas dapat mempengaruhi metabolisme dan
fungsi setiap sel tubuh, semua sistem dapat terganggu, terutama sistem
kardiovaskuler. Luka bakar dibedakan menjadi tiga derajat. Perbedaan ketiga
derajat luka bakar itu berdasarkan keparahan dan kedalaman kerusakan struktur
kulit disertai gejala klinis yang tampak melalui inpeksi. Adapun penanganan
dalam penyembuhan luka bakar antara lain mencegah infeksi dan memberi
kesempatan sisa-sisa sel epitel untuk berproliferasi dan menutup permukaan
luka. Komplikasi dari luka bakar yang bisa terjadi antara lain infeksi luka
bakar, terganggunya suplai darah atau sirkulasi dan komplilasi jangka panjang
(komplikasi fisik dan psikis). Dalam kasus kali ini asuhan keperawatan yang
diberikan pada klien ditegakkan lima diagnosa keperawatan yaitu hipovolemia,
nyeri akut, gangguan integritas kulit dan ansietas serta risiko infeksi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26