A DENGAN HIPERTENSI
PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER – 12 OKTOBER 2019 DI DUSUN NYALINDUNG
01/08 DESA NYALINDUNG KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG
Disusun Oleh :
Teuis Dianty Hermawan
NIM : 1708293
Kelompok A2
Penulis
i
DAFTAR ISI
A. Pengkajian ........................................................................................................... 19
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 27
C. Intervensi ............................................................................................................. 27
D. Implementasi ....................................................................................................... 28
E. Evaluasi ............................................................................................................... 28
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................................... 30
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak, kakek dan nenek (Raisner, 1980). Secara umum, keluarga didefinisikan sebagai
unit social-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari
semua institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih
orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan
perkawinan dan adopsi.
Peran perawat sebagai pelaksana, pendidik, pengelola dan peneliti sangat penting
untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Hal yang penting
dilakukan oleh tenaga kesehatan sendiri adalah melakukan observasi pada status
1
2
kesehatan keluarga. Peran perawat ini berfokus pada tindakan preventif, promotif dan
rehabilitativ untuk meningkatkan derajat kesehatan.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pengakajian keperawatan keluarga pada masalah hipertensi.
b. Mengidentifikasi masalah yang muncul pada hipertensi.
c. Menganalisa intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dan
keluarga mengenai masalah kesehatan hipertensi.
d. Menerapkan implementasi tindakan keperawatan keluarga mengenai
masalah kesehatan hipertensi.
e. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan mengenai
masalah hipertensi.
C. Studi Literatur
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif
berbentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :
1. Studi dokumentasi
Mempelajari data-data status kesehatan klien dengan catatan-catatan yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan secara langsung dan spesifik mengkaji keadaan umum klien dan
keluarga secara menyeluruh melalui metode head to toe dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi untuk mendapatkan data mengenai keadaan klien sehingga
dapat menentukan diagnosa dan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Observasi
Pengumpulan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung dengan cara
berkunjung ke keluarga yang menjadi subjek asuhan keperawatan.
3
Dalam sistematika penulisan laporan ini penulis membagi menjadi 4 (empat) BAB
yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan umum dan
khusus penulis, studi literatur serta sistematika penulisan.
Berisi tentang tinjauan kasus pada keluarga Tn. A dengan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, evaluasi keperawatan.
BAB IV PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
Berisi semua referensi, buku sumber yang digunakan penulis untuk membuat laporan
asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi.
LAMPIRAN
TINJAUAN TEORITIS
Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung.
Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya
tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali
ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).
2. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat
hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor
4
5
3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
6
4. Manifestasi klinis
Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging
(tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu
: gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas,
rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah
dari hidung).
5. Penatalaksanaan
3) Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan
dapat meningkatkan kerja jantung.
4) Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
5) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
6) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya
selama tekanan darahnya terkendali.
7) Teknik-teknik mengurangi stress
8) Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan
cara menghambat respon stress saraf simpatis.
b. Terapi dengan obat
1) Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis
sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa
250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan
reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
2) Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg
(inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau
bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).
3) Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
4) Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh:
Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5
&10 mg (tenase).
5) Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5
& 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg
(herbesser, farmabes).
8
6. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
b. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
c. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
d. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
e. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
f. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
g. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
h. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
i. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
j. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
k. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
9
B. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Bailon dan Maglaya
(1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah
tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
2. Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi).
3. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1997), siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap
perkembangan yang mempunyai tugas dan risiko tertentu pada tiap tahap
perkembangannya.
a. Tahap 1
Pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat, dan
10
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar (a)
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri dan (b)
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun
di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit,
perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga Asuhan Keperawatan
yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan
langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi tentang kesehatan
keluarga
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesLehatan. Agar keluarga mampu meminta nasehat kepada perawat maka
hubungan perawat keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap
terbuka dan dapat dipercaya.
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal.
13
g. Fasilitator
Peran perawat komunitas di sini adalah membantu keluarga di dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. kendala yang
sering dialami keluarga adalah keraguan di dalam menggunakan pelayanan
kesehatan, masalah ekonomi dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan
peran fasilitator dengan baik maka perawat komunitas harus mengetahui sistem
pelayanan kesehatan misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
h. Penemu kasus
Peran perawat komunitas juga sangat penting untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
i. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang
sehat.
e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ;
Nathea, 2008) adalah sebagai berikut:
3. Rencana Tindakan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Intervensi:
1) Observasi tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/ palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi.
16
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi (Tarwanto & Wartonah, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya . tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto
& Wartonah, 2011).
BAB III
A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
1) Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. A
2) Umur (KK) : 77 tahun
3) Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) : Petani
4) Pendidikan Kepala Keluarga (KK) : SD
5) Alamat dan nomor telepon : Dsn. N 01/08 Ds. N Kec. C
b. Komposisi Anggota Keluarga
Status
Jenis Hub
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Kesehatan
Kelamin dengan KK
Saat Ini
Ibu Rumah
1 Ny. O 66 th Perempuan Istri SD Sehat
Tangga
c. Genogram
Ket : : Wanita
: Laki-Laki
: Pasien
: Meninggal
: Tinggal Serumah
19
20
d. Tipe Keluarga
Keluarga Besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah keluarga lain
(mertua).
e. Suku Bangsa
Keluarga Tn. A merupakan keluarga yang berasal dari Suku Sunda, bahasa
yang digunakan sehari-hari adalah bahasa sunda. Tidak ada kebiasaan yang
dipengaruhi oleh suku sunda yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
f. Agama
Keluarga Tn. A beragama islam, menjalankan solat 5 waktu dan selalu
berd’oa kepada Tuhan.
g. Status social ekonomi keluarga
Tn. A merupakan seorang petani, penghasilan Tn. A tidak menentu tetapi
beras selalu tersedia dari hasil panen. Terkadang keluarga Tn. A dikirimi uang
oleh anak-anaknya. Setelah Ny. E sakit biaya hidup / keperluan Ny. E
ditanggung oleh cucunya.
h. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn. A tidak mempunyai aktivitas rekreasi yang terjadwal. Kegiatan
yang dilakukan keluarga Tn. A adalah berkumpul dirumah untuk menemani
Ny. E, menonton televisi bersama-sama. Dan sesekali keluarga
menyempatkan untuk mengunjungi rumah sanak saudara lainnya.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn. A mempunyai 3 orang anak, anak pertama berumur 57 tahun (P), anak
kedua berumur 47 tahun (L) , anak ketiga berumur 36 tahun (P). maka
keluarga Tn. A berada pada tahap perkembangan keluarga dengan usia
lanjut. Tugas perkembangan keluarga dengan usia lanjut antara lain :
- Menata kembali kehidupan yang memuaskan
- Menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang berkurang
- Mempertahankan hubungan perkawinan
- Menerima kehilangan pasangan
- Mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti
hidup.
b. Tahap Perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saati ini yang belum
terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Tn. A mempunyai riwayat penyakit asma ±sejak 5 tahun yang lalu. Dan Ny.
E mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, pada saat
21
dikaji Ny. E mengatakan 3 bulan yang lalu jatuh dirumah karena tersandung.
Hingga saat ini Ny. E belum bisa berjalan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Tn. A mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular baik
dari keluarga istri (Ny. O) maupun keluarga Tn. A. Tn. A mempunyai riwayat
penyakit keturunan yaitu asma.
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah kelauarga Tn. A adalah tipe rumah permanen dengan luas 196m2 .
Rumah tersebut milik pribadi Tn. A dengan jumlah 8 ruangan yang terdiri
dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga,1 dapur, 1 kamar
mandi/WC, 1 ruangan untuk menyimpan padi. Ventilasi dan pencahayaan
rumah sangat baik. Jarak antara septic tank dengan sumber air ±5 meter.
Sumber air minum yang digunakan berasal dari sumur PAM.
Denah rumah :
WC
Dapur
Gudang
Utara
Kamar Kamar
Ruang Keluarga
Keterangan :
: Pintu
berjalan. Kekuatan
5 5
otot
3 5
8. Harapan Keluarga
Harapan keluarga Tn. A terhadap masalah kesehatan yang ada yaitu agar
masalah tersebut bisa diatasi tanpa gangguan dan keluarga dapat melakukan
aktivitas sehari-hari. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan adalah bisa
membantu keluarga Tn. A untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi dan
dapat memberikan solusi yang tepat terhadap masalah kesehatan , dan dengan
adanya jasa kunjungan ke rumah ini keluarga Tn. A berharap dapat menambah
pengetahuan mereka tentang kesehatan.
9. Kriteria tingkat kemandirian keluarga (KM)
Tingkat Kemandirian Keluarga
No Kriteria
I II III IV
1. Memerima petugas perawatan √ √
kesehatan masyarakat
2. Menerima pelayanan keperawatan √ √
yang diberikan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan √
masalah kesehatan dengan benar
4. Melakukan tindakan keperawatan
sederhana sesuai yang dianjurkan
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan
sesuai anjuran
7. Melakukan tindakan promotif secara
aktif
Keterangan : Keluarga Tn. A termasuk Keluarga Mandiri (KM) II
ANALISA DATA
Do :
- Kaki klien sebelah kanan tampak
memar dan bengkak
- TTV :
TD : 140/90
HR : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,1°C
5 5
- Kekuatan otot
3 5
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Aktual
Gangguan mobilitas fisik pada usia lanjut Ny.E Keluarga Tn.A b.d
ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak
C. PERENCANAAN (PLANNING)
Diagnosa Ttd
No Tanggal Impelementasi Evaluasi
Keperawatan perawat
1. 02/10/2019 Gangguan 1) Membina 04/10/2019
mobilitas fisik pada hubungan saling S : Keluarga
usia lanjut Ny.E percaya dengan mengatakan
Keluarga Tn.A b.d keluarga Tn. A sudah memahami
ketidakmampuan 2) Menjelaskan tentang cara
merawat anggota tujuan dan melakukan
keluarga dengan prosedur kompres hangat
keterbatasan gerak tindakan O : Keluarga
keperawatan dapat
mengenai cara mempraktikkan
menghilangkan kompres hangat
rasa nyeri A : Tujuan teratasi
3) Mengajarkan P : Intervensi
teknik untuk dilanjutkan
mengalihkan rasa keluarga
nyeri (teknik
nafas dalam)
4) Memberikan
penjelasan pada
keluarga tentang
cara melakukan
kompres hangat
5) Mendemonstrasik
an pada keluarga
tentang cara
kompres hangat
29
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. SARAN
a. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dilakukan secara komprehensif
dengan melibatkan klien secara aktif dalam setiap tahap keperawatan untuk
keberhasilan tindakan keperawatan keluarga.
b. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan di masyarakat untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan cara aktif mencari masalah
kesehatan yang ada dimasyarakat sehingga tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal
c. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai kesehatan maka
diperlukan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada keluarga.
30
DAFTAR PUSTAKA
31
LAMPIRAN
Satuan Acara Penyuluhan pada keluarga Tn. A yang dilakukan di Dsn. N Ds. N 01/08
Kec. C Kab. S. Adapula alasan dilakukan penyuluhan pada kaluarga Tn. A yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai ROM untuk Ny. E.
Topik : Mobilisasi fisik
Sub Pokok Bahasan : Latihan gerakan ROM aktif
Sasaran : Keluarga Tn. A
Waktu : 15-20 menit
Hari,Tanggal : Rabu, 9 Oktober 2019
Tempat : Rumah Tn. A
Nama Penyuluh : Teuis Dianty Hermawan
D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
E. Media Penyuluhan
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Pengkajian
1. Pembukaan 2 Menit 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam dan dan
perkenalan mendengarkan
2. Menyampaikan topik dan perkenanalan
tujuan Penyuluhan kepada 2. Mendengarkan
sasaran penyampaian
3. Kontrak waktu untuk topik dan tujuan
kesepakatan penyuluhan 3. Menyetujui
dengan sasaran kesepakatan
pelaksanaan
penkes
2. Kegiatan Inti 15 Menit 1. Mengkaji ulang tingkat 1. Menjawab
pengetahuan sasaran pertanyaan dari
2. Menjelaskan pengertian dan penyuluh
tujuan gerakan ROM 2. Mendengarkan
3. Mendemonstrasikan gerakan materi yang
ROM disampaikan
4. Sasaran mempraktekkan 3. Memperhatikan
gerakan ROM yang penyuluh
didemonstrasikan penyuluh 4. Sasaran
5. Memberikan kesempatan mempraktekkan
kepada sasaran untuk gerakan ROM
menanyakan hal-hal yang
belum dipahami
3. Evaluasi 3 Menit 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab
kepada sasaran tentang pertanyaan
materi yang telah 2. Mendengarkan
disampaikan oleh penyuluh kesimpulan
2. Menyimpulkan materi 3. Menjawab salam
3. Menutup acara dengan
mengucapkan salam
G. Evaluasi
1. Keluarga Tn. A memperhatikan dan mendengarkan materi dengan baik
2. Keluarga Tn. Amengetahui dan memahami tentang pengertian dan tujuan
gerakan ROM
3. Keluarga Tn. A mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar
Pertanyaan :
a. Apa tujuan gerakan ROM?
LATIHAN GERAKAN ROM
1. Pengertian ROM
Latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.
2. Tujuan
Latihan ini memberikan manfaat yaitu :
1) Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot
2) Meningkatkan pergerakan sendi
3) Meningkatkan massa otot
4) Mengurangi kelemahan
5) Mencegah kekakuan pada persendian
4. Klasifikasi ROM
1) Gerakan ROM Pasif
Latihan ROM yang dilakukan dengan bantuan perawat setiap gerakan.
Indikasinya adalah pasien semi koma dan tidak sadar, pasien usia lanjut
dengan mobilisasi terbatas, pasien tirah baring total, atau pasien dengan
paralisis.
Gerakan yang dapat dilakukan meliputi
Fleksi Gerakan menekuk persendian
Ekstensi yaitu gerakan meluruskan persendian
Abduksi gerakan satu anggota tubuh ke arah mendekati aksis tubuh
Adduksi gerakan satu anggota tubuh ke arah menjauhi aksis tubuh
Rotasi gerakan memuatar melingkari aksis tubuh
Pronasi gerakan memutar ke bawah
Supinasi gerakan memutar ke atas
Inversi gerakan ke dalam
Eversi gerakan ke luar
2) Gerakan ROM Aktif
Latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat dari
setiap gerakan yang dilakukannya. Indikasinya adalah pasien yang dirawat dan
mampu untuk ROM sendiri dan Kooperatif.
f. Rotasi bahu
Surratun dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC
Novida, R.W & Santi Martini. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Stroke. Surabaya:
Jurnal berkala epiodemologi, volume 2 nomor 1, januari 2014, halaman 12-23