Anda di halaman 1dari 43

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn.

A DENGAN HIPERTENSI
PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER – 12 OKTOBER 2019 DI DUSUN NYALINDUNG
01/08 DESA NYALINDUNG KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Tugas Praktik Belajar Lapangan


Keperawatan Keluarga

Pembimbing : Delli Yuliana, M. Kep

Disusun Oleh :
Teuis Dianty Hermawan
NIM : 1708293

Kelompok A2

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
KAMPUS SUMEDANG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT,yang telah melimpahkan


rahmat serta hidayah-Nya kepada penulis sehingga memperoleh kemampuan untuk
menyelesaikan Laporan Asuhan Keperawatan yang berjudul ”ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KELUARGA Tn. A DENGAN HIPERTENSI PADA TANGGAL
30 SEPTEMBER – 12 OKTOBER 2019 DI DUSUN NYALINDUNG 01/08 DESA
NYALINDUNG KECAMATAN CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG” tepat pada
waktunnya. Laporan Asuhan Keperwatan ini disusun sebagai salah satu tugas praktik
Belajar Lapangan Keperawatan Keluarga.
Dengan rasa hormat dan kerendahan hati yang dalam,penulis menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini ,baik bantuan secara moril maupun materil sejak
perencanaan hingga pelaksanaan.
Penulis menyadari bahwa penyusun laporan ini masih jauh dari pada sempurna
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan sehingga
dapat menjasi solusi yang terbaik untuk masa yang akan datang.
Kirannya laporan ini dapat bermanfaat dan semoga segala bantuan pengobatan
dan dorongan yang di berikan oleh berbagai pihak mendapat ganjaran dan pahala dari
Allah SWT, Aamiin..

Sumedang, Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .................................................................................................... 1


B. Tujuan ................................................................................................................. 2
C. Studi Literatur ...................................................................................................... 2
D. Sistematika Penulisan ......................................................................................... 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS.......................................................................................... 4

A. Konsep Dasar Penyakit Hipertensi ..................................................................... 4


B. Konsep Keluarga ................................................................................................. 9
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi ............................... 13

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN ............................................................................ 19

Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A Dengan Hipertensi ......................................... 19

A. Pengkajian ........................................................................................................... 19
B. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 27
C. Intervensi ............................................................................................................. 27
D. Implementasi ....................................................................................................... 28
E. Evaluasi ............................................................................................................... 28

BAB IV PENUTUP ........................................................................................................... 30

A. Kesimpulan .......................................................................................................... 30
B. Saran ................................................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................ 31

LAMPIRAN

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang
masing-masing mempunyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari bapak, ibu, adik,
kakak, kakek dan nenek (Raisner, 1980). Secara umum, keluarga didefinisikan sebagai
unit social-ekonomi terkecil dalam masyarakat yang merupakan landasan dasar dari
semua institusi. Keluarga merupakan kelompok primer yang terdiri dari dua atau lebih
orang yang mempunyai jaringan interaksi interpersonal, hubungan darah, hubungan
perkawinan dan adopsi.

Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan yang professional sebagai bagian


integral pelayanan kesehatan. Bentuk dari pelayanan ini mencakup wilayah biologi,
psikologi, social, dan spiritual secara komprehensif. Menurut UUD Keperawatan No.38
Tahun 2014 Keperawatan adalah kegiatan pemberi asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.

Bailon dan Aracele (1978) mengemukakan bahwa perawatan kesehatan keluarga


merupakan tingkat perawatan kesehatan masyarakat, akan tetapi mengambil focus
pada keluarga. Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang
diberikan melalui praktik keperawatan dengan sasaran keluarga. Asuhan ini bertujuan
untuk menyelesaikan masalah kesehatan yang dialami keluarga dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan. Secara umum, tujuan asuhan keperawatan keluarga
adalah ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
secara mandiri.

Hipertensi merupakan keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan tekanan


darah di atas normal atau kronis dalam waktu yang lama( Saraswati,2009). Menurut
Riset Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi di Indonesia tahun 2004
sekitar 14% dengan kisaran 13,4 – 14,6 %, sedangkan pada tahun 2008 meningkat
menjadi 16 – 18 %. Data riskesdas 2010 menyebutkan hipertensi sebagai penyebab
kematian nomor 3 setelah stroke dan tuberkulosis, jumlahnya mencapai 6,8% dari
proporsi penyebab kematian pada semua umur di Indonesia (Depkes, 2010).

Peran perawat sebagai pelaksana, pendidik, pengelola dan peneliti sangat penting
untuk dapat memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Hal yang penting
dilakukan oleh tenaga kesehatan sendiri adalah melakukan observasi pada status

1
2

kesehatan keluarga. Peran perawat ini berfokus pada tindakan preventif, promotif dan
rehabilitativ untuk meningkatkan derajat kesehatan.

Berdasarkan gambaran tersebut penulis menjadi tertarik untuk melakukan asuhan


keperawatan pada keluarga Tn. A, pada Ny. E yang menderita penyakit Hipertensi yang
dilaksanakan dalam bentuk makalah yang berjudul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KELUARGA Tn. A DENGAN HIPERTENSI PADA TANGGAL 30 SEPTEMBER – 12
OKTOBER 2019 DI DUSUN NYALINDUNG 01/08 DESA NYALINDUNG KECAMATAN
CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG”

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memberikan asuhan keperawatan keluarga dengan masalah hipertensi.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pengakajian keperawatan keluarga pada masalah hipertensi.
b. Mengidentifikasi masalah yang muncul pada hipertensi.
c. Menganalisa intervensi keperawatan yang akan dilakukan pada pasien dan
keluarga mengenai masalah kesehatan hipertensi.
d. Menerapkan implementasi tindakan keperawatan keluarga mengenai
masalah kesehatan hipertensi.
e. Melaksanakan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan mengenai
masalah hipertensi.
C. Studi Literatur

Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah metode deskriptif
berbentuk studi kasus melalui pendekatan proses keperawatan. Adapun teknik
pengumpulan data dengan cara sebagai berikut :

1. Studi dokumentasi
Mempelajari data-data status kesehatan klien dengan catatan-catatan yang
berhubungan dengan asuhan keperawatan.
2. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan secara langsung dan spesifik mengkaji keadaan umum klien dan
keluarga secara menyeluruh melalui metode head to toe dengan inspeksi, palpasi,
perkusi, auskultasi untuk mendapatkan data mengenai keadaan klien sehingga
dapat menentukan diagnosa dan intervensi yang sesuai dengan kebutuhan klien.
3. Observasi
Pengumpulan data yang diperoleh dengan pengamatan langsung dengan cara
berkunjung ke keluarga yang menjadi subjek asuhan keperawatan.
3

4. Wawancara dan pastisifasi aktif


Merupakan kegiatan aktif penulis melakukan langsung asuhan keperawatan
dengan menanyakan data yang diperlukan pada klien, keluarga dan tenaga
kesehatan yang terkait.
5. Studi perpustakaan
Merupakan kegiatan untuk mendapatkan teori konsep dan model yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas.
D. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika penulisan laporan ini penulis membagi menjadi 4 (empat) BAB
yaitu :

BAB I PENDAHULUAN
Dalam pendahuluan ini menjelaskan latar belakang masalah, tujuan umum dan
khusus penulis, studi literatur serta sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN TEORITIS


Berisi tentang konsep dasar hipertensi, konsep dasar keluarga dan konsep dasar
asuhan keperawatan keluarga dengan Hipertensi.

BAB III KASUS DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang tinjauan kasus pada keluarga Tn. A dengan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan, evaluasi keperawatan.

BAB IV PENUTUP

Berisi tentang kesimpulan yang membahas tentang masalah yang muncul,


pelaksanaan tindakan untuk menyelesaikan masalah dan evaluasi akhir dari asuhan
keperawatan. Sedangkan saran berisi tentang rekomendasi penulis setelah
melaksanakan asuhan keperawatan kepada keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Berisi semua referensi, buku sumber yang digunakan penulis untuk membuat laporan
asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi.

LAMPIRAN

Berisi tentang laporan-laporan yang mendukung saat pemberian asuhan keperawatan


keluarga.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Dasar Penyakit


1. Pengertian
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah di atas normal yang mengakibatkan angka kesakitan atau morbiditas
dan angka kematian atau mortalitas. Hipertensi merupakan keadaan ketika
seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal atau kronis dalam
waktu yang lama( Saraswati,2009).
Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
KLASIFIKASI TEKANAN DARAH TEKANAN SIASTOLIK/DIASTOLIK
(mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Pre-Hipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi Stadium I 140-159 atau 90-99
Hipertensi Stadium II > 160 atau > 100

Besarnya tekanan darah selalu dinyatakan dengan dua angka. Angka yang
pertama menyatakan tekanan sistolik, yaitu tekanan yang dialami dinding pembuluh
darah ketika darah mengalir saat jantung memompa darah keluar dari jantung.
Angka yang kedua di sebut diastolic yaitu angka yang menunjukkan besarnya
tekanan yang dialami dinding pembuluh darah ketika darah mengalir masuk kembali
ke dalam jantung.
Tekanan sistolik diukur ketika jantung berkontraksi, sedangkan tekanan
diastolic diukur ketika jantung mengendur (relaksasi). Kedua angka ini sama
pentingnya dalam mengindikasikan kesehatan kita, namun dalam prakteknya,
terutama buat orang yang sudah memasuki usia di atas 40 tahun, yang lebih riskan
adalah jika angka diastoliknya tinggi yaitu diatas 90 mmHg (Adib, 2009).

2. Etiologi
Penyebab hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu hipertensi essensial
(primer) merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya dan ada
kemungkinan karena faktor keturunan atau genetik (90%). Hipertensi sekunder yaitu
hipertensi yang merupakan akibat dari adanya penyakit lain. Faktor ini juga erat
hubungannya dengan gaya hidup dan pola makan yang kurang baik. Faktor

4
5

makanan yang sangat berpengaruh adalah kelebihan lemak (obesitas), konsumsi


garam dapur yang tinggi, merokok dan minum alkohol.
Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
kemungkinan menderita hipertensi menjadi lebih besar. Faktor-faktor lain yang
mendorong terjadinya hipertensi antara lain stress, kegemukan (obesitas), pola
makan, merokok (M.Adib,2009).

3. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula jaras
saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna
medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke
pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan
konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui
dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada
gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan structural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot
polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan
daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung
6

(volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan peningkatan


tahanan perifer.
Menurunnya tonus vaskuler merangsang saraf simpatis yang diteruskan ke sel
jugularis. Dari sel jugularis ini bisa meningkatkan tekanan darah. Dan apabila
diteruskan pada ginjal, maka akan mempengaruhi eksresi pada rennin yang
berkaitan dengan Angiotensinogen. Dengan adanya perubahan pada
angiotensinogen II berakibat pada terjadinya vasokontriksi pada pembuluh darah,
sehingga terjadi kenaikan tekanan darah.Selain itu juga dapat meningkatkan
hormone aldosteron yang menyebabkan retensi natrium. Hal tersebut akan
berakibat pada peningkatan tekanan darah. Dengan peningkatan tekanan darah
maka akan menimbulkan kerusakan pada organ-organ seperti jantung.

4. Manifestasi klinis

Manifestasi klinik yang dapat ditemukan pada penderita hipertensi yaitu: Sakit
kepala, jantung berdebar-debar, sulit bernafas setelah bekerja keras atau
mengangkat beban berat, mudah lelah, penglihatan kabur, wajah memerah, hidung
berdarah, sering buang air kecil terutama di malam hari, telinga berdenging
(tinnitus), vertigo, mual, muntah, gelisah (Ruhyanudin, 2007).
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki gejala
khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara lain yaitu
: gejala ringan seperti, pusing atau sakit kepala, sering gelisah, wajah merah,
tengkuk terasa pegal, mudah marah, telinga berdengung, sukar tidur, sesak napas,
rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, mimisan (keluar darah
dari hidung).

5. Penatalaksanaan

a. Terapi tanpa obat


1) Mengendalikan berat badan
Penderita hipertensi yang mengalami kelebihan berat badan
dianjurkan untuk menurunkan berat badannya sampai batas normal.

2) Pembatasan asupan garam (sodium/Na)


Mengurangi pamakaian garam sampai kurang dari 2,3 gram natrium
atau 6 gram natrium klorida setiap harinya (disertai dengan asupan
kalsium, magnesium, dan kalium yang cukup).
7

3) Berhenti merokok
Penting untuk mengurangi efek jangka panjang hipertensi karena
asap rokok diketahui menurunkan aliran darah keberbagai organ dan
dapat meningkatkan kerja jantung.
4) Mengurangi atau berhenti minum minuman beralkohol.
5) Mengubah pola makan pada penderita diabetes, kegemukan atau
kadar kolesterol darah tinggi.
6) Olahraga aerobic yang tidak terlalu berat.
Penderita hipertensi esensial tidak perlu membatasi aktivitasnya
selama tekanan darahnya terkendali.
7) Teknik-teknik mengurangi stress
8) Teknik relaksasi dapat mengurangi denyut jantung dan TPR dengan
cara menghambat respon stress saraf simpatis.
b. Terapi dengan obat
1) Penghambat saraf simpatis
Golongan ini bekerja dengan menghambat akivitas saraf simpatis
sehingga mencegah naiknya tekanan darah, contohnya: Metildopa
250 mg (medopa, dopamet), klonidin 0,075 & 0,15 mg (catapres) dan
reserprin 0,1 &0,25 mg (serpasil, Resapin).
2) Beta Bloker
Bekerja dengan menurunkan daya pompa jantung sehingga pada
gilirannya menurunkan tekanan darah. Contoh: propanolol 10 mg
(inderal, farmadral), atenolol 50, 100 mg (tenormin, farnormin), atau
bisoprolol 2,5 & 5 mg (concor).

3) Vasodilator
Bekerja langsung pada pembuluh darah dengan merelaksasi otot
pembuluh darah.
4) Angiotensin Converting Enzym (ACE) Inhibitor
Bekerja dengan menghambat pembentukan zat Angiotensin II (zat
yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah). Contoh:
Captopril 12,5, 25, 50 mg (capoten, captensin, tensikap), enalapril 5
&10 mg (tenase).
5) Calsium Antagonis
Golongan obat ini menurunkan daya pompa jantung dengan cara
menghambat kontraksi jantung (kontraktilitas). Contohnya: nifedipin 5
& 10 mg (adalat, codalat, farmalat, nifedin), diltiazem 30,60,90 mg
(herbesser, farmabes).
8

6) Antagonis Reseptor Angiotensin II


Cara kerjanya dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II
pada reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa
jantung. Contoh : valsartan (diovan).
7) Diuretic
Obat ini bekerja dengan cara mengeluarkan cairan tubuh (lewat urin)
sehingga volume cairan tubuh berkurang, sehingga mengakibatkan
daya pompa jantung menjadi lebih ringan. Contoh: Hidroklorotiazid
(HCT) (Corwin, 2001; Adib, 2009; Muttaqin, 2009).

6. Pemeriksaan penunjang
a. Urinalisis untuk darah dan protein, elektrolit dan kreatinin darah
Dapat menunjukkan penyakit ginjal baik sebagai penyebab atau
disebabkan oleh hipertensi.
b. Glukosa darah
Untuk menyingkirkan diabetes atau intoleransi glukosa.
c. Kolesterol, HDL dan kolesterol total serum
Membantu memperkirakan risiko kardiovaskuler di masa depan.
d. EKG
Untuk menetapkan adanya hipertrofi ventrikel kiri.
e. Hemoglobin/Hematokrit
Bukan diagnostik tetapi mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume
cairan (Viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor risiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
f. BUN/kreatinin
Memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
g. Glukosa Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
Dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan
hipertensi).
h. Kalium serum
Hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretic.
i. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
j. Kolesterol dan trigliserida serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk/adanya
pembentukan plak atero matosa (efek kardiovaskuler).
k. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi.
9

l. Kadar aldosteron urin/serum


Untuk mengkaji aldosteronisme primer (penyebab).
m. Urinalisa
Darah, protein, glukosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan/atau adanya
diabetes.
n. Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor risiko terjadinya
hipertensi.
o. Foto dada
Dapat menunjukkan abstraksi kalsifikasi pada area katup, deposit pada
dan atau takik aorta, pembesaran jantung.
p. CT Scan
Mengkaji tumor serebral, ensefalopati, atau feokromositama

B. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Menurut Departemen Kesehatan (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga serta beberapa orang yang berkumpul
dan tinggal di satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Bailon dan Maglaya
(1978) mendefinisikan keluarga sebagai dua atau lebih individu yang bergabung
karena hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka hidup dalam satu rumah
tangga, melakukan interaksi satu sama lain menurut peran masing-masing, serta
menciptakan dan mempertahankan suatu budaya.
2. Tipe Keluarga
Secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu :
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu
dan anak yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota
keluarga lain yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek,
paman-bibi).
3. Tahap Perkembangan Keluarga
Menurut Duval (1997), siklus kehidupan keluarga terdiri dari delapan tahap
perkembangan yang mempunyai tugas dan risiko tertentu pada tiap tahap
perkembangannya.
a. Tahap 1
Pasangan baru menikah (keluarga baru). Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah membina hubungan perkawinan yang saling
memuaskan, membina hubungan harmonis dengan saudara dan kerabat, dan
10

merencanakan keluarga (termasuk merencanakan jumlah anak yang


diinginkan).
b. Tahap 2
Menati kelahiran (child bearing family) atau anak tertua adalah bayi berusia
kurang dari 1 bulan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menyiapkan anggota keluarga baru, membagi waktu untuk individu,
pasangan, dan keluarga.
c. Tahap 3
Keluarga dengan anak prasekolah atau anak tertua 2,5-6 tahun. Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah menyatukan kebutuhan
masing-masing anggota keluarga, antara lain: kamar pribadi dan keamanan,
mensosialisasikan anak-anak, menyatukan keinginan anak-anak yang
berbeda, dan mempertahankan hubungan yang sehat dalam keluarga.
d. Tahap 4
Keluarga dengan anak sekolah (anak tertua berusia 7-12 tahun). Tugas
perkembangan keluarga pada tahap ini adalah mensosialisasikan anak-anak
termasuk membantu anak-anak mencapai prestasi yang baik di sekolah,
membantu anak-anak membina hubungan dengan teman sebaya,
mempertahankan hubungan perkawinan yang memuaskan, dan meemnuhi
kebutuhan kesehatan masing-masing anggota keluarga.
e. Tahap 5
Keluarga dengan remaja (anak tertua berusia 13-20 tahun). Tugas
perkembangan pada tahap ini adalah mengimbangi kebebasan remaja
dengan tanggung jawab yang sejalan dengan maturitas remaja, melakukan
komunikasi yang terbuka di antara orang tua dengan anak-anak remaja.
f. Tahap 6
Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan). Tugas perkembangan keluarga
pada tahap ini adalah menambah anggota keluarga dengan kehadiran
anggota keluarga yang baru melalui pernikahan anak-anak yang telah
dewasa, menata kembali hubungan perkawinan, menyiapkan datangnya
proses penuaan, termasuk timbulnya masalah-masalah kesehatan.
g. Tahap 7
Keluarga usia pertengahan. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini
adalah mempertahankan kontak dengan anak dan cucu, memperkuat
hubungan perkawinan, dan meningkatkan usaha promosi kesehatan.
h. Tahap 8
Keluarga usia lanjut. Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah
menata kembali kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan kehidupan
dengan penghasilan yang berkurang, mempertahankan hubungan
11

perkawinan, menerima kehilangan pasangan, mempertahankan kontak


dengan masyarakat, dan menemukan arti hidup.
4. Struktur keluarga
Parad dan Caplan (1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada empat
elemen struktur keluarga, yaitu:
a. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan masyarakat atau
peran formal dan informal
b. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan
diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan dengan kesehatan
c. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak,
dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar)
d. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota keluarga
untuk memengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk mengubah perilaku
keluarga yang mendukung kesehatan
5. Fungsi Keluarga
Struktur kekuatan keluarga meliputi kemampuan berkomunikasi, kemampuan
keluarga untuk saling berbagi, kemampuan sistem pendukung di antara anggota
keluarga, kemampuan perawatan diri, dan kemampuan menyelesaikan masalah.
Menurut Friedman (1999), ada lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut :
a. Fungsi afektif
Adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling
mengasuh dan memberikan cinta kasih, serta saling menerima dan mendukung.
b. Fungsi sosialisasi
Adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota
keluarga berinteraksi sosial dan belajar berperan di lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
d. Fungsi ekonomi
Adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang,
pangan dan papan.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Adalah kemampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kesehatan.
12

6. Peran perawat keluarga

Perawat kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada


keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi
perawat, membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan
kesehatan keluarga. Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga
adalah sebagai :

a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar (a)
keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan secara mandiri dan (b)
bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar tidak
terjadi tumpang tindih dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik maupun
di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.
Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit,
perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga Asuhan Keperawatan
yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat melakukan asuhan
langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi tentang kesehatan
keluarga
e. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesLehatan. Agar keluarga mampu meminta nasehat kepada perawat maka
hubungan perawat keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus bersikap
terbuka dan dapat dipercaya.
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan rumah sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal.
13

g. Fasilitator
Peran perawat komunitas di sini adalah membantu keluarga di dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. kendala yang
sering dialami keluarga adalah keraguan di dalam menggunakan pelayanan
kesehatan, masalah ekonomi dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan
peran fasilitator dengan baik maka perawat komunitas harus mengetahui sistem
pelayanan kesehatan misalnya sistem rujukan dan dana sehat.
h. Penemu kasus
Peran perawat komunitas juga sangat penting untuk mengidentifikasi masalah
kesehatan secara dini sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
i. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan
rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta lingkungan yang
sehat.

C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi


1. Pengkajian
a. Aktifitas/Istirahat
Gejala: Kelemahan, letih, nafas pendek, gaya hidup monoton
Tanda : 1) Frekuensi jantung meningkat
2) Perubahan irama jantung
3) Takipnea
b. Sirkulasi
Gejala: Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup
dan penyakit serebrovaskuler.
Tanda: 1) Kenaikan TD (pengukuran serial dari kenaikan tekanan darah
diperlukan untuk diagnosis.
2) Nadi: Denyutan jelas dari kerotis, jugularis, radialis.
3) Ekstremitas: perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi
perifer), pengisian kapiler mungkin lambat/tertunda (vasokonstriksi)
4)Kulit pucat, sianosis dan diaforesis (kongesti, hipoksemia),
kemerahan.
c. Integritas ego
Gejala: 1) Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria,
atau marah kronik (dapat mengindikasikan kerusakan serebral)

2) Faktor-faktor stress multiple (hubungan keuangan yang


berkaitan dengan pekerjaan)
14

Tanda: 1) Letupan suasana hati, gelisah, penyempitan kontinu perhatian


tangisan yang meledak

2) Gerak tangan empati, otot muka tegang (khususnya sektor


mata), gerakan fisik cepat, pernafasan menghela, peningkatan
pola bicara.
d. Eliminasi
Gejala: Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti infeksi/obstruksi
atau riwayat penyakit ginjal masa yang lalu).

e. Makanan/Cairan
Gejala: 1) Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi
garam, tinggi lemak, tinggi kolesterol (seperti makanan yang
digoreng, keju, telur), gula-gula yang berwarna hitam,
kandungan tinggi kalori.
2) Mual, muntah
3) Perubahan berat badan akhir-akhir ini (meningkat/menurun)
4) Riwayat penggunaan diuretik
Tanda: 1) Berat badan normal atau obesitas
2) Adanya oedema
f. Neurosensori
Gejala: 1) Keluhan pening/pusing

2) Berdenyut, sakit kepala suboksipital (terjadi saat bangun dan


menghilang secara spontan setelah beberapa jam)
3) Episode kebas, dan atau kelemahan pada satu sisi tubuh
4) Gangguan penglihatan (diplopia, penglihatan kabur)
5) Episode epistaksis
g. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala: 1) Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan jantung)
2) Nyeri hilang timbul pada tungkai/klaudikasi (indikasi
arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah)
3) Sakit kepala oksipital berat seperti yang pernah terjadi
sebelumnya
4) Nyeri abdomen atau massa (feokromositoma)
h. Pernafasan
Gejala: 1) dispneu yang berkaitan dengan aktifitas/ kerja
2) takipnea, ortopnea, dispnea nocturnal paroksismal
3) batuk dengan atau tanpa sputum
4) riwayat merokok
15

Tanda: 1) distress respirasi/penggunaan obat aksesori pernafasan


2) bunyi nafas tambahan (krekles/mengi)
3) Sianosis
i. Keamanan
Gejala: 1) gangguan koordinasi atau cara berjalan
2) episode parestesia unilateral transion
3) hipotensi postural
j. Pembelajaran/penyuluhan

Gejala: 1) faktor-faktor risiko keluarga: hipertensi, aterosklerosis, penyakit


jantung, diabetes mellitus, penyakit serebrovaskuler/ginjal.
2) Pengguaan pil KB atau hormone lain; penggunaan obat atau

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan hipertensi yang muncul menurut (Doenges, 2000 ;
Nathea, 2008) adalah sebagai berikut:

a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi


pembuluh darah.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak seimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen.
c. Nyeri akut berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral.
d. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan masukan
berlebih sehubungan dengan kebutuhan metabolik.
e. Inefektif koping individu berhubungan dengan mekanisme koping tidak efektif,
harapan yang tidak terpenuhi, persepsi tidak realistik.
f. Kurang pengetahuan mengenai konndisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.

3. Rencana Tindakan
a. Resiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokontriksi
pembuluh darah.
Intervensi:
1) Observasi tekanan darah
Rasional : Perbandingan dari tekanan memberikan gambaran yang lebih
lengkap tentang keterlibatan/bidang masalah vaskuler.
2) Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Rasional : Denyutan karotis, jugularis, radialis dan femoralis mungkin
teramati/ palpasi. Dunyut pada tungkai mungkin menurun,
mencerminkan efek dari vasokontriksi.
16

3) Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas.


Rasional : S4 umum terdengar pada pasien hipertensi berat karena
adanya hipertropi atrium, perkembangan S3 menunjukan
hipertropi ventrikel dan kerusakan fungsi, adanya krakels,
mengi dapat mengindikasikan kongesti paru sekunder
terhadap terjadinya atau gagal jantung kronik).
4) Amati warna kulit, kelembaban, suhu, dan masa pengisian kapiler.
Rasional : Adanya pucat, dingin, kulit lembab dan masa pengisian kapiler
lambat mencerminkan dekompensasi/penurunan curah
jantung.
5) Catat adanya demam umum/tertentu.
Rasional: Dapat mengindikasikan gagal jantung, kerusakan ginjal atau
vaskuler.
6) Berikan lingkungan yang nyaman, tenang, kurangi aktivitas/keributan
ligkungan, batasi jumlah pengunjung dan lamanya tinggal.
Rasional: Membantu untuk menurunkan rangsangan simpatis,
meningkatkan relaksasi.
7) Anjurkan teknik relaksasi, panduan imajinasi dan distraksi.
Rasional: Dapat menurunkan rangsangan yang menimbulkan stress,
membuat efek tenang, sehingga akan menurunkan tekanan
darah.
8) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti
hipertensi, diuretik.
Rasional: Menurunkan tekanan darah.

b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum, ketidak


seimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Intervensi:
1) Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunakan parameter:
frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat, catat peningkatan
TD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan kelemahan, berkeringat,
pusing atau pingsan.
Rasional: Parameter menunjukan respon fisiologis pasien terhadap
stress, aktivitas dan indikator derajat pengaruh kelebihan
kerja/jantung.
2) Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh: penurunan
kelemahan/kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian
pada aktivitas dan perawatan diri.
17

Rasional: Stabilitas fisiologis pada istirahat penting untuk memajukan


tingkat aktivitas individual.
3) Dorong memajukan aktivitas/toleransi perawatan diri. (Konsumsi oksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen
yang ada.
Rasional: Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan tiba-tiba
pada kerja jantung.
4) Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi/rambut dengan duduk dan sebagainya.
Rasional: teknik penghematan energi menurunkan penggunaan energi
dan sehingga membantu keseimbangan suplai dan kebutuhan
oksigen.
5) Dorong pasien untuk partisipasi dalam memilih periode aktivitas.
Rasional: Seperti jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan
aktivitas dan mencegah kelemahan.
c. Nyeri (akut): nyeri kepala berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral.
Intervensi:
1) Pertahankan tirah baring selama fase akut.
Rasional : Meminimalkan stimulasi meningkatkan relaksasi.
2) Beri tindakan non farmakologi untuk menghilangkan sakit kepala,
misalnya: kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher.
Rasional : Tindakan yang menurunkan tekanan vaskuler serebral dengan
menghambat/memblok respon simpatik, efektif dalam
menghilangkan sakit kepala dan komplikasinya.
3) Hilangkan/minimalkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan
sakit kepala : mengejan saat BAB, batuk panjang, dan membungkuk.
Rasional: Aktivitas yang meningkatkan vasokontriksi menyebabkan sakit
kepala pada adanya peningkatkan tekanan vakuler serebral.
4) Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan.
Rasional: Meminimalkan penggunaan oksigen dan aktivitas yang
berlebihan yang memperberat kondisi klien.
5) Beri cairan, makanan lunak. Biarkan klien itirahat selama 1 jam setelah
makan.
Rasional: Menurunkan kerja miocard sehubungan dengan kerja
pencernaan.
6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat analgetik, anti ansietas,
diazepam dll.
18

Rasional: Analgetik menurunkan nyeri dan menurunkan rangsangan saraf


simpatis.
d. Kurang pengetahuan mengenai kondisi penyakitnya berhubungan dengan
kurangnya informasi.
Intervensi:
1) Bantu klien dalam mengidentifikasi faktor-faktor resiko kardivaskuler yang
dapat diubah, misalnya: obesitas, diet tinggi lemak jenuh, dan kolesterol,
pola hidup monoton, merokok, dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari
dengan teratur) pola hidup penuh stress.
Rasional: Faktor-faktor resiko ini telah menunjukan hubungan dalam
menunjang hipertensi dan penyakit kardiovaskuler serta ginjal.
2) Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat.
Rasional: Kesalahan konsep dan menyangkal diagnosa karena perasaan
sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minimal
klien/orang terdekat untuk mempelajari penyakit, kemajuan
dan prognosis. Bila klien tidak menerima realitas bahwa
membutuhkan pengobatan kontinu, maka perubahan perilaku
tidak akan dipertahankan.
3) Kaji tingkat pemahaman klien tentang pengertian, penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan, pengobatan, dan akibat lanjut.
Rasional: Mengidentifikasi tingkat pegetahuan tentang proses penyakit
hipertensi dan mempermudah dalam menentukan intervensi.
4) Jelaskan pada klien tentang proses penyakit hipertensi
(pengertian, penyebab, tanda dan gejala, pencegahan, pengobatan, dan
akibat lanjut) melalui pendkes.
Rasional: Meningkatkan pemahaman dan pengetahuan klien tentang
proses penyakit hipertensi.

4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri dan tindakan
kolaborasi (Tarwanto & Wartonah, 2011).
5. Evaluasi
Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasilnya . tujuannya
adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan (Tarwoto
& Wartonah, 2011).
BAB III

KASUS DAN PEMBAHASAN

A. Pengkajian
1. Data Umum
a. Identitas Kepala Keluarga
1) Nama Kepala Keluarga (KK) : Tn. A
2) Umur (KK) : 77 tahun
3) Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) : Petani
4) Pendidikan Kepala Keluarga (KK) : SD
5) Alamat dan nomor telepon : Dsn. N 01/08 Ds. N Kec. C
b. Komposisi Anggota Keluarga
Status
Jenis Hub
No Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Kesehatan
Kelamin dengan KK
Saat Ini
Ibu Rumah
1 Ny. O 66 th Perempuan Istri SD Sehat
Tangga

2 Ny. E 80 th Perempuan Mertua SD - Sakit

c. Genogram

Ket : : Wanita

: Laki-Laki

: Pasien

: Meninggal

: Tinggal Serumah

19
20

d. Tipe Keluarga
Keluarga Besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah keluarga lain
(mertua).
e. Suku Bangsa
Keluarga Tn. A merupakan keluarga yang berasal dari Suku Sunda, bahasa
yang digunakan sehari-hari adalah bahasa sunda. Tidak ada kebiasaan yang
dipengaruhi oleh suku sunda yang dapat mempengaruhi kesehatannya.
f. Agama
Keluarga Tn. A beragama islam, menjalankan solat 5 waktu dan selalu
berd’oa kepada Tuhan.
g. Status social ekonomi keluarga
Tn. A merupakan seorang petani, penghasilan Tn. A tidak menentu tetapi
beras selalu tersedia dari hasil panen. Terkadang keluarga Tn. A dikirimi uang
oleh anak-anaknya. Setelah Ny. E sakit biaya hidup / keperluan Ny. E
ditanggung oleh cucunya.
h. Aktifitas rekreasi keluarga
Keluarga Tn. A tidak mempunyai aktivitas rekreasi yang terjadwal. Kegiatan
yang dilakukan keluarga Tn. A adalah berkumpul dirumah untuk menemani
Ny. E, menonton televisi bersama-sama. Dan sesekali keluarga
menyempatkan untuk mengunjungi rumah sanak saudara lainnya.
2. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga
a. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tn. A mempunyai 3 orang anak, anak pertama berumur 57 tahun (P), anak
kedua berumur 47 tahun (L) , anak ketiga berumur 36 tahun (P). maka
keluarga Tn. A berada pada tahap perkembangan keluarga dengan usia
lanjut. Tugas perkembangan keluarga dengan usia lanjut antara lain :
- Menata kembali kehidupan yang memuaskan
- Menyesuaikan kehidupan dengan penghasilan yang berkurang
- Mempertahankan hubungan perkawinan
- Menerima kehilangan pasangan
- Mempertahankan kontak dengan masyarakat, dan menemukan arti
hidup.
b. Tahap Perkembangan yang belum terpenuhi
Tidak ada tahap perkembangan keluarga sampai saati ini yang belum
terpenuhi.
c. Riwayat keluarga inti
Tn. A mempunyai riwayat penyakit asma ±sejak 5 tahun yang lalu. Dan Ny.
E mempunyai riwayat penyakit hipertensi sejak 4 tahun yang lalu, pada saat
21

dikaji Ny. E mengatakan 3 bulan yang lalu jatuh dirumah karena tersandung.
Hingga saat ini Ny. E belum bisa berjalan.
d. Riwayat keluarga sebelumnya
Keluarga Tn. A mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit menular baik
dari keluarga istri (Ny. O) maupun keluarga Tn. A. Tn. A mempunyai riwayat
penyakit keturunan yaitu asma.
3. Lingkungan
a. Karakteristik rumah
Rumah kelauarga Tn. A adalah tipe rumah permanen dengan luas 196m2 .
Rumah tersebut milik pribadi Tn. A dengan jumlah 8 ruangan yang terdiri
dari 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga,1 dapur, 1 kamar
mandi/WC, 1 ruangan untuk menyimpan padi. Ventilasi dan pencahayaan
rumah sangat baik. Jarak antara septic tank dengan sumber air ±5 meter.
Sumber air minum yang digunakan berasal dari sumur PAM.
Denah rumah :

WC
Dapur
Gudang

Utara
Kamar Kamar

Ruang Keluarga

Ruang Tamu Kamar

Keterangan :
: Pintu

: Jendela & ventilasi

b. Karakteristik tetangga dan komunitas RW


Keluarga Tn. A mengatakan bahwa hubungan anggota keluarga dengan
masyarakat lainnya sangat baik, bahkan tetangga terdekat sering
22

berkunjung ke rumahnya untuk melihat keadaan Ny. E. Tidak ada budaya


setempat yang mempengaruhi kesehatan.
c. Mobilitas geografis keluarga
Tn. A mengatakan bahwa keluarga tidak mempunyai kebiasaan berpindah
tempat. Keluarga Tn. A tinggal dilingkungan ini semenjak Tn. A dan Ny. O
menikah.
d. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Waktu yang digunakan keluarga Tn. A untuk berkumpul yaitu di sore
hari/malam hari setelah kesibukan mereka di siang hari. Hubungan keluarga
Tn. A dengan keluarga besar dari pihak Tn. A sendiri maupun pihak istri
berjalan dengan baik dan saling mengunjungi satu sama lain. Keluarga Tn.
A aktif dalam perkumpulan dengan masyarakat, dan mereka sering
berinteraksi.
e. System pendukung keluarga
Tn. A mengatakan semenjak semenjak Ny. E sakit anaknya merawat Ny. E
dengan sangat baik bahkan semua kebutuhan Ny. E ditanggung oleh
anaknya. Keluarga Tn. A menggunakan fasilitas kesehatan yaitu
puskesmas.
4. Struktur Keluarga
a. Pola komunikasi keluarga
Keluarga Tn. A mempunyai pola komunikasi yang dipakai secara langsung
dalam bahasa lisan. Bahasa yang digunakan yaitu bahasa sunda,
komunikasi berlangsung dengan baik dan tidak memiliki kesulitan dalam
berkomunikasi.
b. Struktur kekuatan keluarga
Tn. A merupakan pemegang kendali rumah tangga yang berperan sebagai
kepala keluarga. Keluarga Tn. A saling mendukung satu sama lainnya dan
selalu mengutamakan kepentingan bersama.
c. Struktur peran
 Tn. A berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah, selain itu
Tn. A berperan sebagai pemimpin, pelindung, penasihat keluarga dan
sebagai anggota masyarakat yang baik dan bertanggung jawab
 Ny. O berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurusi rumah dan
anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat.
 Ny. E berperan sebagai ibu/mertua yang sedang sakit dan tinggal
dirumah Tn. A, Ny. E mengatakan jika ia sudah bisa berjalan lagi akan
kembali ke rumahnya karena tidak ada yang mengurus rumahnya
selagi ia sakit.
23

d. Nilai dan Norma Keluarga


Nilai dan norma yang berlaku di keluarga Tn. A menyesuaikan dengan nilai
agama yang dianut dan norma yang berlaku di lingkungannya. Melihat
keadaan Ny. E, keluarga masih tetap percaya bahwa Ny. E bisa berjalan
kembali seperti sebelumnya.
5. Fungsi keluarga
a. Fungsi afektif
Setiap anggota keluarga Tn. A menghargai dirinya sendiri dan mereka saling
membutuhkan, saling menghargai antar anggota, saling mendukung, saling
menyayangi satu sama lain.
b. Fungsi sosialisasi
Keluarga Tn. A termasuk keluarga yang terbuka, dibuktikan dengan
kedekatan anggota keluarga dengan tetangga sekitar rumahnya.
c. Fungsi perawatan kesehatan
Kemampuan keluarga Tn. A dalam mengenal masalah kesehatan yang
dialami Tn. A dan Ny. E sangat baik. Kemampuan keluarga Tn. A dalam
mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan juga sudah sangat baik
dan tepat karena keluarga Tn. A mengatakan dengan adanya masalah
kesehatan tidak terlalu dikhawatirkan karena ada fasilitas kesehatan seperti
puskesmas. Kemudian kemampuan keluarga Tn. A dalam merawat anggota
keluarga yang sakit sudah baik hal ini dapat dilihat dengan terawatnya Ny.
E, namun keluarga Tn. A belum sepenuhnya memahami tindakan yang
tepat untuk Ny. E. Keluarga Tn. A dalam memelihara lingkungan sudah baik
hal ini dilihat dari lingkungan rumah terlihat bersih, rapi, ventilasi rumah
sangat baik karena udara diperoleh dari pintu dan jendela sehingga cahaya
bebas masuk ke dalam rumah. Keluarga Tn. A dapat memahami sehat sakit
dan apabila ada anggota keluarga yang sakit dibawa ke tempat pelayanan
kesehatan seperti puskesmas.
d. Fungsi reproduksi
Jumlah anak Tn. A 3 orang anak. Anak yang pertama berumur 57 tahun, 47
tahun dan 36 tahun. Dikarenakan usia Ny. O sudah 66 tahun jadi Ny. O
sudah mengalami menopause.
e. Fungsi ekonomi
Keluarga Tn. A mengatakan penghasilan Tn. A sebagai petani sudah
mencukupi kebutuhan sandang, pangan dan papan keluarganya. Belum lagi
anak-anaknya sering mengirimi uang kepada Tn. A dan Ny. O.
24

6. Stress dan Koping Keluarga


a. Stressor jangka pendek dan panjang
Stressor jangka pendek yang dirasakan keluarga Tn. A adalah cemas
karena takut Ny. E tidak bisa berjalan lagi. Sedangkan stressor jangka
panjang yang dialami keluarga adalah masalah ekonomi, Tn. A memikirkan
cara agar ekonomi keluarga dapat terus meningkat.
b. Respon keluarga terhadap stress
Keluarga Tn. A merasa tenang dan terus berusaha agar masalah kesehatan
yang dihadapi Ny. E cepat terselesaikan.
c. Strategi koping yang digunakan
Upaya keluarga Tn. A dalam mengatasi stress biasanya dengan cara
menghibur diri sendiri dengan cara berkumpul bersama seluruh anggota
keluarga, sanak saudara.
d. Strategi adaptasi yang disfungsional
Tn. A mengatakan anggota keluarganya tidak ada yang menggunakan cara-
cara diluar umum seperti kekerasan dalam menghadapi masalah.
7. Pemeriksaan Fisik
No Pemeriksaan Tn. A Ny. O Ny. E
1 Pemeriksaan Umum
 Penampilan umum Rapi, bersih, Rapi, bersih, Rapi, bersih,
kesadaran compos kesadaran compos kesadaran compos
mentis. mentis. mentis.
 TTV TD : 120/90 mmHg TD : 120/80 mmHg TD : 140/90 mmHg
HR : 80 x/menit HR : 80 x/menit HR : 76 x/menit
RR : 20 x/menit RR : 18 x/menit RR : 20 X/menit
T : 36,2°C T : 36,3°C T : 36,1°C
 BB/TB BB : ±58 kg BB : 60 kg BB : 40 kg
TB : 160 cm TB : 156 cm TB : 145 cm
2 Kepala
 Rambut Berwarna hitam Berwarna hitam Berwarna putih,
keputihan, keputihan, distribusi distribusi merata,
distribusi merata, merata, tidak tidak mudah
tidak mudah mudah dicabut, dicabut, bersih
dicabut, bersih bersih tidak ada tidak ada ketombe.
tidak ada ketombe. ketombe.
 Mata Simestris, tidak ada Simestris, tidak ada Simestris, tidak ada
edema,konjungtiva edema,konjungtiva edema,konjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
25

seclera seclera seclera


putih,refleks pupil putih,refleks pupil putih,refleks pupil
terhadap cahaya terhadap cahaya terhadap cahaya
baik. baik. baik.
 Hidung Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada
secret, penciuman secret, penciuman secret, penciuman
baik. baik. baik.
 Mulut Simestris, tidak ada Simestris, tidak ada Simestris, tidak ada
sianosis, sianosis, sianosis,
pengecapan baik. pengecapan baik. pengecapan baik.
 Telinga Simestris, tidak ada Simestris, tidak ada Simestris, tidak ada
serumen, serumen, serumen,
pendengaran baik. pendengaran baik. pendengaran baik.
3 Leher Tidak ada lesi, Tidak ada lesi, tidak Tidak ada lesi,
tidak ada ada pembesaran tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid. pembesaran
kelenjar tyroid. kelenjar tyroid.
4 Dada Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada Simetris, tidak ada
retraksi dada, retraksi dada, suara retraksi dada,
suara jantung jantung normal di suara jantung
normal di S1 (lup), S1 (lup), S2 (dub), normal di S1 (lup),
S2 (dub), tidak ada tidak ada thrill. S2 (dub), tidak ada
thrill. Pola pernafasan thrill.
Pola pernafasan teratur, suara nafas Pola pernafasan
teratur, suara nafas vesikuler, tidak ada teratur, suara nafas
weezing. kelainan. vesikuler, tidak ada
kelainan.
5 Abdomen Bentuk datar, tidak Bentuk datar, tidak Bentuk datar, tidak
ada lesi/benjolan, ada lesi/benjolan, ada lesi/benjolan,
bising usus ada. bising usus ada. bising usus ada.
6 Ekstremitas Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan Tidak ada kelainan
di ekstremitas atas di ekstremitas atas di ekstremitas atas,
maupun maupun sedangkan di
ekstremitas bawah. ekstremitas bawah. esktremitas bawah
5 5 5 5 sebelah kanan
Kekuatan otot Kekuatan otot
5 5 5 5
terdapat memar
dan tidak bisa
dipakai untuk
26

berjalan. Kekuatan
5 5
otot
3 5
8. Harapan Keluarga
Harapan keluarga Tn. A terhadap masalah kesehatan yang ada yaitu agar
masalah tersebut bisa diatasi tanpa gangguan dan keluarga dapat melakukan
aktivitas sehari-hari. Harapan keluarga terhadap petugas kesehatan adalah bisa
membantu keluarga Tn. A untuk mengatasi masalah kesehatan yang terjadi dan
dapat memberikan solusi yang tepat terhadap masalah kesehatan , dan dengan
adanya jasa kunjungan ke rumah ini keluarga Tn. A berharap dapat menambah
pengetahuan mereka tentang kesehatan.
9. Kriteria tingkat kemandirian keluarga (KM)
Tingkat Kemandirian Keluarga
No Kriteria
I II III IV
1. Memerima petugas perawatan √ √
kesehatan masyarakat
2. Menerima pelayanan keperawatan √ √
yang diberikan
3. Tahu dan dapat mengungkapkan √
masalah kesehatan dengan benar
4. Melakukan tindakan keperawatan
sederhana sesuai yang dianjurkan
5. Memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan secara aktif
6. Melaksanakan tindakan pencegahan
sesuai anjuran
7. Melakukan tindakan promotif secara
aktif
Keterangan : Keluarga Tn. A termasuk Keluarga Mandiri (KM) II

ANALISA DATA

No DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Ds : Gangguan mobilitas fisik pada usia
- Klien mengatakan 3 bulan yang lanjut Ny. E Keluarga Tn. A b.d
lalu jatuh tersandung ketidakmampuan merawat anggota
- Klien mengeluh nyeri pada kaki keluarga dengan keterbatasan gerak
sebelah kanan
27

- Klien mengatakan saat berjalan


kaki sebelah kanan terasa nyeri

Do :
- Kaki klien sebelah kanan tampak
memar dan bengkak
- TTV :
TD : 140/90
HR : 76 x/menit
RR : 20 x/menit
T : 36,1°C
5 5
- Kekuatan otot
3 5

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Diagnosa Aktual
Gangguan mobilitas fisik pada usia lanjut Ny.E Keluarga Tn.A b.d
ketidakmampuan merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak
C. PERENCANAAN (PLANNING)

Diagnosa Keperawatan Tujuan Rencana Tindakan


Gangguan mobilitas fisik Tujuan jangka panjang : 1) Bina hubungan saling
pada usia lanjut Ny.E Setelah dilakukan percaya dengan keluarga
Keluarga Tn.A b.d tindakan keperawatan Tn. A
ketidakmampuan merawat dan kunjungan rumah 2) Jelaskan tujuan dan
anggota keluarga dengan sebanyak 6x, prosedur tindakan
keterbatasan gerak diharapkan keluarga Tn. keperawatan mengenai
A mampu merawat Ny. cara menghilangkan rasa
E dengan keterbatasan nyeri
gerak. 3) Ajarkan teknik untuk
mengalihkan rasa nyeri
Tujuan jangka pendek : (teknik nafas dalam)
1. Keluarga Tn. A 4) Berikan penjelasan pada
mampu memahami keluarga tentang cara
dan melakukan kompres
mempraktikkan hangat
tentang kompres 5) Demonstrasikan pada
hangat keluarga tentang cara
2. Keluarga Tn. A melakukan kompres
28

mampu memahami hangat


dan 6) Berikan penjelasan pada
mempraktikkan keluarga tentang latihan
tentang latihan gerak ROM
gerak ROM 7) Demonstrasikan pada
keluarga tentang cara
latihan gerak ROM

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Diagnosa Ttd
No Tanggal Impelementasi Evaluasi
Keperawatan perawat
1. 02/10/2019 Gangguan 1) Membina 04/10/2019
mobilitas fisik pada hubungan saling S : Keluarga
usia lanjut Ny.E percaya dengan mengatakan
Keluarga Tn.A b.d keluarga Tn. A sudah memahami
ketidakmampuan 2) Menjelaskan tentang cara
merawat anggota tujuan dan melakukan
keluarga dengan prosedur kompres hangat
keterbatasan gerak tindakan O : Keluarga
keperawatan dapat
mengenai cara mempraktikkan
menghilangkan kompres hangat
rasa nyeri A : Tujuan teratasi
3) Mengajarkan P : Intervensi
teknik untuk dilanjutkan
mengalihkan rasa keluarga
nyeri (teknik
nafas dalam)
4) Memberikan
penjelasan pada
keluarga tentang
cara melakukan
kompres hangat
5) Mendemonstrasik
an pada keluarga
tentang cara
kompres hangat
29

2. 09/10/2019 Gangguan 1) Memberikan 11/10/2019


mobilitas fisik pada penjelasan pada S : Keluarga
usia lanjut Ny.E keluarga tentang mengatakan
Keluarga Tn.A b.d cara latihan gerak sudah memahami
ketidakmampuan ROM cara melakukan
merawat anggota 2) Mendemonstrasik latihan gerak
keluarga dengan an pada keluarga ROM
keterbatasan gerak tentang cara O : Keluarga
latihan gerak dapat
ROM memprtaktikkan
latihan gerak
ROM
A : Tujuan teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan
keluarga
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

a. Dari proses pengkajian yang telah dilakukan, penulis menggunakan metode


wawancara, pemeriksaan fisik, dan observasi. Penulis mengumpulkan data dari
beberapa sumber, yaitu klien dan keluarga.
b. Dari hasil pengkajian ditemukan masalah kesehatan yang terjadi pada Ny. E
yaitu gangguan mobilitas fisik yang b.d ketidakmampuan keluarga dalam
merawat anggota keluarga dengan keterbatasan gerak.
c. Pada masalah tersebut, dilakukan pendidikan kesehatan, media yang
digunakan adalah leaflet.
d. Dalam melaksanakan tindakan keperawatan, sudah sesuai dengan rencana
keperawatan. Klien menjadi factor pendukung dalam berjalannya kegiatan
karena klien bersikap kooperatif saat diberikan materi latihan gerak ROM dan
klien mampu memahami dan mempraktikkan apa yang di demostrasikan oleh
penulis.
e. Evaluasi untuk masalah tersebut didapatkan hasil klien memahami gerakan
ROM dan mempraktikkannya dengan baik.

B. SARAN
a. Dalam melaksanakan asuhan keperawatan dilakukan secara komprehensif
dengan melibatkan klien secara aktif dalam setiap tahap keperawatan untuk
keberhasilan tindakan keperawatan keluarga.
b. Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan di masyarakat untuk dapat
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dengan cara aktif mencari masalah
kesehatan yang ada dimasyarakat sehingga tercapai derajat kesehatan
masyarakat yang optimal
c. Untuk meningkatkan pengetahuan keluarga mengenai kesehatan maka
diperlukan pendidikan dan penyuluhan kesehatan pada keluarga.

30
DAFTAR PUSTAKA

- Suprajitno. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga: Aplikasi Dalam Praktik. Jakarta:


Kedokteran EGC
- H. Bakri, Maria. (2014). Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Mahardika
- Murwani, A. (2011). Perawatan Pasien Penyakit Dalam. Yogyakarta: Goshyen
Publishing
- Friedman, M.M, V, Jones Elaine G. (2010). Buku Ajaran Keperawatan Keluarga
Riset Teori dan Praktik Edisi 5. Jakarta: Kedokteran EGC
- Muhlisin, H.M. A bi. (2012). Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing
- Adib, M. (2009). Cara Mudah Memahami dan Menghindari Hipertensi, Jantung dan
Stroke. Edisi I. Yogyakarta: CV. Dianloka.
- Muttaqin, A. (2009). Pengantar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan
Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
- Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi secara
Terpadu. Yogyakarta: Graha Ilmu.

31
LAMPIRAN

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)


ROM (RANGE OF MOTION)

Satuan Acara Penyuluhan pada keluarga Tn. A yang dilakukan di Dsn. N Ds. N 01/08
Kec. C Kab. S. Adapula alasan dilakukan penyuluhan pada kaluarga Tn. A yaitu untuk
meningkatkan pengetahuan mengenai ROM untuk Ny. E.
Topik : Mobilisasi fisik
Sub Pokok Bahasan : Latihan gerakan ROM aktif
Sasaran : Keluarga Tn. A
Waktu : 15-20 menit
Hari,Tanggal : Rabu, 9 Oktober 2019
Tempat : Rumah Tn. A
Nama Penyuluh : Teuis Dianty Hermawan

A. Tujuan Intruksional Umum


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan, Klien dan keluarganya diharapkan dapat
mengetahui dan memahami tentang Gerakan ROM.
B. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan tentang Latihan Gerakan ROM aktif,
diharapkan keluarga Tn. A mampu :
1) Memahami dan menyebutkan tujuan dari Gerakan ROM.
2) Klien mampu menyebutkan prinsip dari gerakan ROM.
3) Klien dan keluarga mampu mempraktekkan/ mendemonstrasikan cara gerakan
ROM pada ektremitas bawah.
C. Materi Penyuluhan
1. Pengertian ROM
2. Tujuan gerakan ROM
3. Prinsip dan Gerakan ROM

D. Metode Penyuluhan
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
3. Demonstrasi
E. Media Penyuluhan
1. Leaflet
F. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
No. Waktu Kegiatan Penyuluhan Sasaran
Pengkajian
1. Pembukaan 2 Menit 1. Membuka acara dengan 1. Menjawab salam
mengucapkan salam dan dan
perkenalan mendengarkan
2. Menyampaikan topik dan perkenanalan
tujuan Penyuluhan kepada 2. Mendengarkan
sasaran penyampaian
3. Kontrak waktu untuk topik dan tujuan
kesepakatan penyuluhan 3. Menyetujui
dengan sasaran kesepakatan
pelaksanaan
penkes
2. Kegiatan Inti 15 Menit 1. Mengkaji ulang tingkat 1. Menjawab
pengetahuan sasaran pertanyaan dari
2. Menjelaskan pengertian dan penyuluh
tujuan gerakan ROM 2. Mendengarkan
3. Mendemonstrasikan gerakan materi yang
ROM disampaikan
4. Sasaran mempraktekkan 3. Memperhatikan
gerakan ROM yang penyuluh
didemonstrasikan penyuluh 4. Sasaran
5. Memberikan kesempatan mempraktekkan
kepada sasaran untuk gerakan ROM
menanyakan hal-hal yang
belum dipahami
3. Evaluasi 3 Menit 1. Memberikan pertanyaan 1. Menjawab
kepada sasaran tentang pertanyaan
materi yang telah 2. Mendengarkan
disampaikan oleh penyuluh kesimpulan
2. Menyimpulkan materi 3. Menjawab salam
3. Menutup acara dengan
mengucapkan salam
G. Evaluasi
1. Keluarga Tn. A memperhatikan dan mendengarkan materi dengan baik
2. Keluarga Tn. Amengetahui dan memahami tentang pengertian dan tujuan
gerakan ROM
3. Keluarga Tn. A mampu menjawab pertanyaan yang diberikan dengan benar
Pertanyaan :
a. Apa tujuan gerakan ROM?
LATIHAN GERAKAN ROM

1. Pengertian ROM
Latihan yang dilakukan untuk mempertahankan atau memperbaiki tingkat
kesempurnaan kemampuan menggerakan persendian secara normal dan lengkap
untuk meningkatkan massa otot dan tonus otot.

2. Tujuan
Latihan ini memberikan manfaat yaitu :
1) Mempertahankan atau meningkatkan kekuatan dan kelenturan otot
2) Meningkatkan pergerakan sendi
3) Meningkatkan massa otot
4) Mengurangi kelemahan
5) Mencegah kekakuan pada persendian

3. Prinsip gerakan ROM


1) ROM harus diulang pada tiap gerakan sebanyak 8 kali
2) ROM harus dilakukan perlahan dan hati-hati
3) ROM dapat dilakukan pada semua bagian persendian atau hanya pada bagian-
bagian yang dicurigai mengalami proses penyakit

4. Klasifikasi ROM
1) Gerakan ROM Pasif
Latihan ROM yang dilakukan dengan bantuan perawat setiap gerakan.
Indikasinya adalah pasien semi koma dan tidak sadar, pasien usia lanjut
dengan mobilisasi terbatas, pasien tirah baring total, atau pasien dengan
paralisis.
Gerakan yang dapat dilakukan meliputi
 Fleksi  Gerakan menekuk persendian
 Ekstensi  yaitu gerakan meluruskan persendian
 Abduksi  gerakan satu anggota tubuh ke arah mendekati aksis tubuh
 Adduksi  gerakan satu anggota tubuh ke arah menjauhi aksis tubuh
 Rotasi  gerakan memuatar melingkari aksis tubuh
 Pronasi  gerakan memutar ke bawah
 Supinasi  gerakan memutar ke atas
 Inversi  gerakan ke dalam
 Eversi  gerakan ke luar
2) Gerakan ROM Aktif
Latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan perawat dari
setiap gerakan yang dilakukannya. Indikasinya adalah pasien yang dirawat dan
mampu untuk ROM sendiri dan Kooperatif.

5. Gerakan ROM Pasif dan Aktif


1) Latihan Pasif Anggota Gerak Atas
a. Fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

b. Fleksi dan Ekstensi Siku

c. Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah


d. Fleksi dan Ekstensi Bahu

e. Abduksi dan Adduksi Bahu

f. Rotasi bahu

2) Latihan Pasif Anggota Gerak Bawah


a. Fleksi dan Ekstensi Jari-jari kaki
b. Inversi dan Eversi Kaki

c. Fleksi dan ekstensi Lutut

d. Rotasi Pangkal Paha

e. Abduksi dan Adduksi Pangkal Paha


3) Latihan ROM Aktif
Daftar Pustaka

Surratun dkk. 2008. Seri Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal.
Jakarta : EGC

Novida, R.W & Santi Martini. 2014. Hubungan Pengetahuan Tentang Stroke. Surabaya:
Jurnal berkala epiodemologi, volume 2 nomor 1, januari 2014, halaman 12-23

Anda mungkin juga menyukai