CIPAKU
Bogor
2016
LEMBAR PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
Analisis Mutu Tanah di Sekitar Daerah Aliran Sungai Cipaku oleh Kelompok
PKT-33, XIII-5
Disetujui oleh,
Hj.Sulistiowati.S.Si. M.Pd._
NIP 195905061984032001
Pembimbing
Disahkan oleh,
Penyusun menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna.
Karena itu saran dan kritik dari semua pihak sangat kami harapkan sebagai
i
ii
evaluasi dimasa yang akan datang dan berharap kepada seluruh pembaca dan
pengguna panduan ini agar panduan ini dapat bermanfaat langsung dan tidak
langsung.
Akhir kata, penyusun berharap agar laporan ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca sekalian.
DAFTAR ISI
Tabel 1. Perbandingan Hasil Analisis dengan Standar Balai PKT 33an Tanah................... 37
Tabel 2. Perbandingan Hasil Analisis dengan Standar Balai PKT 33an Tanah................... 37
Tabel 3. Perbandingan Hasil Analisis dengan Standar Balai PKT 33an Tanah................... 37
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tanah adalah bagian dari kerak bumi yang tersusun dari mineral dan
bahan organik. Menurut ensiklopedia Indonesia, tanah adalah campuran
bagian-bagian bantuan dengan material serta bahan organik yang merupakan
sisa kehidupan yang timbul pada permukaan bumi akibat erosi dan pelapukan
karena proses waktu. Tanah merupakan sumber daya alam yang memiliki
peran penting dalam kelangsungan kehidupan tumbuhan dengan
menyediakan unsur hara dan air sekaligus sebagai penopang akar. Selain
sebagai tempat tumbuh-tumbuhan, penyedia sumber daya penting dan habitat
mikroorganisme, tanah juga berfungsi sebagai bagian dari ekosistem.
Indonesia adalah negara kepulauan dengan daratan yang luas dengan jenis
tanah yang berbeda-beda, jenis-jenis tanah yang ada di Indonesia yaitu:
1. Tanah Humus
2. Tanah Pasir
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
4. Tanah Podzolit
5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
6. Tanah Laterit
7
B. Pentingnya Masalah
8
C. Tujuan
9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Tanah (bahasa Yunani : pedon; bahasa latin : solum) adalah bagian kerak
bumi yang tersusun dari mineral dan bahan organik.
A. Definisi Analisis
Menurut Wiradi
Menurut Komarudin
10
B. Definisi Tanah
Definisi tanah adalah permukaan bumi atau lapisan bumi atas sekali;
keadaan bumi di sutu tempat; permukaan bumi yang diberi batas; bahan-
bahan dari bumi sebagai bahan sesuatu (pasir, cadas, napal dan sebagainya).
Menurut Soerianegara
Tanah: adalah lapisan permukaan bumi yang berasal dari bebatuan yang
telah mengalami serangkaian pelapukan oleh gaya-gaya alam, sehingga
membentuk regolit (lapisan partikel halus).
11
12
C. Pembentukkan Tanah
Hans Jenny (1899-1992), seorang pakar tanah asal Swiss yang bekerja di
Amerika Serikat, menyebutkan bahwa tanah terbentuk dari bahan induk yang
telah mengalami modifikasi/ pelapukan akibat dinamika faktor iklim, organisme
(termasuk manusia), dan rielef permukaan bumi (topografi) seiring dengan
berjalannya waktu. Berdasarkan dinamika kimia faktor tersebut terbentuklah
berbagai jenis tanah dan dapat dilakukan klasifikasi tanah.
D. Lapisan Tanah
Tanah itu biasanya ada beberapa lapisan, akan tetapi dalam garis besar
lapisan tanah itu dibagi menjadi empat yaitu :
1. Lapisan tanah atas
3. Lapisan Mineral
Pada lapisan ini terkandung berbagai bahan mineral.
permukaan tanah. Tidak semua susunan tanah itu seperti apa yang
telah diuraikan di atas (Yutono, 1983).
E. Sifat Fisika Tanah
Dalam menilai kesuburan suatu tanah maka sifat fisika tanah mempunyai
peranan yang penting disamping sifat kimia. Sifat-sifat fisika itu yaitu tekstur
tanah (susunan mekanik tanah), struktur tanah, konsistensi tanah, warna
tanah, temepratur tanah, tata air dan udara tanah. Sifat-sifat fisika ini bisa
berubah dengan adanya pengolahan tanah.
1. Struktur Tanah
Struktur tanah merupakan susunan ikatan partikel tanah satu sama
lain. Ikatan tanah berbentuk sebagai agregat tanah. Dengan
pembagian kelas yaitu dengan fase sangat halus, halus, sedang,
kasar, dan sangat kasar. Untuk semua tipe tanah dengan ukuran
kelas berbeda-beda untuk masing-masing tipe berdasarkan tegas dan
tidaknya. Agregat tanah dibedakan atas, tanah tidak beragregat
dengan struktur pejal atau butiran tunggal, tanah lemah yaitu tanah
yang jika bersinggungan dengan bahan lain mudah pecah menjadi
pecahan-pecahan yang masih dapat terbagi lagi menjadi sangat
lemah dan agak lemah. Tanah sedang/ cukup yaitu tanah berbentuk
agregat yang jelas masih dapat dipecahkan, tanah kuat yaitu tanah
yang telah membentuk agregat yang tahan lama dan jika terpecah
terasa ada tahanan serta dibedakan lagi atas sangat kuat dan cukup
kuat. (Baver,1961).
2. Warna Tanah
Salah satu sifat fisika tanah yang secara langsung dapat dilihat
dengan mata telanjang yaitu warna tanah. Warna tanah adalah
merupakan campuran dari warna abu-abu, coklat, dan komponen
warna lainnya yang terjadi oleh adanya pengaruh berbagai faktor atau
senyawa tunggal atau bersama memberikan jenis warna tertentu.
Warna tanah dipengaruhi oleh kondisi atau sifat tanah lainnya melalui
pengaruhnya atas radiasi dari energi sinar matahari. Warna yang
semakin hitam atau semakin gelap akan lebih banyak menyerap
panas dari sinar matahari daripada warna tanah yang terang.
Sejumlah energi panas yang terdapat dalam tanah mengakibatkan
tingkat evaporasi yang tinggi, sehingga tanah yang semakin gelap
akan lebih cepat mengering dibanding warna yang lebih muda.
15
16
17
H. Daerah Cipaku
18
BAB III METODE ANALISIS
A. Preparasi contoh
Pengeringan contoh :
1. Contoh disebarkan di atas tampah yang dialasi kertas sampul.
2. Akar-akar atau sisa tanaman segar, kerikil, dan kotoran lain
dibuang
3. Bongkahan besar dikecilkan dengan tanah.
4. Simpan pada rak di ruangan khusus bebas kontaminan ke
dalam oven dengan suhu 40oC
Penumbukkan/pengayakan
19
B. Kadar air kering mutlak
a. Dasar :
Penetapan Kadar Air dengan dasar, contoh tanah dipanaskan
pada suhu 105oC selama 3 jam untuk menghilangkan air. Kadar
air dari contoh diketahui dari perbedaan bobot contoh sebelum
dan setelah dikeringkan. Faktor koreksi kelembapan dihitung dari
kadar air.
b. Reaksi:
Contoh . xH2O → Contoh + xH2O
d. Cara kerja :
1. Ditimbang 5,0000 gram contoh tanah kering di kotak timbang
yang telah diketahui bobotnya.
2. Dikeringkan dalam oven pada suhu 105oC selama 3 jam.
3. Didinginkan di dalam eksikator
4. Ditimbang hingga bobot tetap. Bobot yang hilang adalah bobot
air.
e. Perhitungan
𝑘𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡
Kadar air (%) = 𝑥100%
𝑏𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
100
Faktor koreksi kadar air (fk) =
100 − 𝑘𝑎𝑑𝑎𝑟 𝑎𝑖𝑟
20
C. Penetepan pH Tanah dalam Air dan KCl
a. Dasar :
Berdasarkan nilai konsentrasi ion H+ dalam larutan tanah, yang
dinyatakan sebagai –log [H+]. Peningkatan konsentrasi H+
menaikkan potensial larutan yang diukur oleh alat dan dikonversi
dalam skala pH.
b. Reaksi:
Al3+
Al3+
21
22
d. Cara kerja :
1. Ditimbang 10,0000 gram contoh dalam botol kocok (duplo)
2. Ditambah ± 100 mL air bebas ion
3. Dikocok dengan menggunakan shaker selama 30 menit
4. Filtrat disaring dengan kertas saring berabu
5. Hasil saringan diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan pH 4,0. Laporkan nilai
pH dalam 1 desimal.
a. Dasar :
Keasaman dapat diukur terdiri atas Al3+ dan H+ pada koloid tanah.
Al3+ dan H+ ini dapat ditukar oleh K+ dari pengekstrak KCl 1 M Al3+
dan H+ dalam larutan dapat dirtitar dengan larutan NaOH baku
dd
menghasilkan endapan Al(OH)3 dan air. Untuk penetapan Al ,
dd
Al(OH)3 dan air. Untuk penetapan Al , Al(OH)3 direaksikan
dengan NaF yang menghasilkan OH- yang dapat dititar dengan
larutan HCl baku.
b. Reaksi:
Al3+
d. Cara kerja :
Penetapan kadar H+
1. Ditimbang 10,0000 gram contoh<2 mm dalam botol kocok.
2. Ditambahkan 100 mL KCl 1N. Campuran dikocok dengan
shaker selama 30 menit.
3. Filtrat disaring dengan kertas saring berabu.
4. Hasil saringan diukur dengan pH meter yang telah dikalibrasi
menggunakan larutan buffer pH 7,0 dan pH4,0. Laporkan nilai
pH dalam 1 desimal.
5. Filtrat dipipet 25,00 mL ke dalam erlenmeyer.
6. Ditambahkan 3-4 tetes indikator PP.
7. Dititar dengan NaOH 0,02 N hingga titik akhir menunjukkan
warna merah muda seulas (dengan buret mikro).
24
e. Perhitungan
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝐵𝑠𝑡 𝐻 + 𝑥 1000
Kadar 𝐻 + (ppm) =
𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝑓𝑝 𝑥 𝐵𝑠𝑡 𝐴𝑙 3+ 𝑥 1000
Kadar 𝐴𝑙 3+ (ppm) =
𝑚𝑔 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜ℎ
a. Dasar :
Sebagai senyawa organik akan mereduksi Cr6+ yang berwarna
jingga menjadi Cr3+ yang berwarna hijau dalam suasan asam.
Intensitas warna hijau yang terbentuk setara dengan kadar karbon
dan dapat diukur dengan spektrofotometer pada panjang
gelombang 561 nm.
b. Reaksi:
3C organik + 2K2CrO 4 + H2SO4 → 2Cr2(SO4)3 + 2K2SO4 + 8H2O +
3CO2↑
d. Cara kerja:
1. Disiapkan larutan standar C-Organik 2000 ppm.
2. Dibuat deret standar 0, 20, 40, 80, 120, 200 ppm dan sampel
dalam labu ukur 100 ml.
3. Diturunkan larutan standar dari buret kemasing-masing deret
standar sebanyak 0, 1, 2, 4, 6, 10 ml.
4. Ditambah 5 mL K2Cr2O7 1N menggunakan pipet volum.
5. Ditambah10 mL H2SO4 (p).
6. Dididihkan dalam penangas air 1,5 jam (digoyang sesekali).
7. Didinginkan dan dihomogenkan.
8. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada ƛ
561 nm.
e. Perhitungan
𝑎𝑏𝑠−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑢
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
𝑥 𝑓𝑝 𝑥 1000
𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟
𝑝𝑝𝑚 = 𝑥1000
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
F. Penetepan Kadar Nitrogen Cara Kjeldahl.
a. Dasar :
Penetapan kadar N dalam sampel tanah dilakukan melalui 3
tahap. Senyawa N organik dalam tanah diubah menjadi senyawa
N anorganik dengan penambahan H2SO4 (p) dengan pendidihan di
ruang asam. (NH4)2SO4 yang terbentuk dibebaskan NH3 nya
dengan basa kuat NaOH. Amoniak ditangkap oleh asam borat
yang telah ditambahkan indikator BCG:MM membentuk NH4H2BO3
yang akan dititar dengan HCl hingga titik akhir berwarna merah.
b. Reaksi:
𝐶𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑒𝑛
N organik + H2SO4 (p) → (NH4)2SO4 + CO2 + H2O +
SO2↑
𝑃𝑃
(NH4)2SO4 + 2 NaOH → Na2SO4 + 2NH3 + 2H2O
NH3 + H3BO3 → NH4H2BO3
NH4H2BO3 + HCl → NH4Cl + H3BO3
26
27
d. Cara kerja:
e. Perhitungan
𝑉𝑝 𝑥 𝑁𝑝 𝑥 𝐹𝑝 𝑥 𝐵𝑠𝑡 𝑁
Kadar N (%) = 𝑥100%
𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
a. Dasar :
Dalam suasana asam, ammonium molibdat bereaksi dengan
posfat membentuk senyawa heteropon asam pospomolibdat.
Penambahan ammonium vanadat akan membentuk senyawa
fosfomolibdo vanadat yang berwarna kuning dan dapat diukur
serapannya dengan spektrofotometri pada panjang gelombang
460 nm.
b. Reaksi:
PO43- + (NH4)6Mo7O24 + NH4VO4 + 6H+ → (PO4VO3. 7MoO3)4- +
7NH4 + H2O
d. Cara kerja:
1. Disiapkan larutan standar C 2000 ppm dan 2,5 gram tanah
yang sudah di destruksi menggunakan HNO3 (p.a)
2. Dibuat deret standar 0, 10, 20, 30, 40, dan 50 ppm dan
sampel dalam labu ukur 100 ml.
3. Diturunkan larutan standar dari buret ke masing-masing deret
standar 0, 0.5 , 1, 1.5, 2, dan 2,5 ml.
4. Ditambah 5 ml HNO3 4N, 5 ml Ammonium Molibdat 5%, dan 5
ml Ammonium Vanadat 2,5% ke dalam masing-masing labu
ukur.
5. Diukur absorbansinya dengan spektrofotometer UV-Vis pada ƛ
460 nm.
e. Perhitungan
30
a. Dasar :
Tanah memiliki kanduang garam-garam yang berfungsi sebagai
penghantar listrik. Pada tanah jumlah daya elektron sebanding
dengan garam yang terkandung dalam tanah. Pengukuran
hantaran listrik tersebut merupakan indikasi konsentrasi senyawa-
senyawa yang terionisasi dengan tingkat ketelitian tinggi.
Penentuan hantaran listrik ini disebut dengan daya hantar listrik
(DHL).
c. Cara kerja :
1. Ditimbang 10,0000 gram tanah dalam botol kocok.
2. Ditambah 100 ml air bebas ion.
3. Dikocok dengan shaker selama 30 menit.
4. Disaring menggunakan kertas saring berabu, diambil filtrat
nya.
5. Filtrat diukur DHL nya dengan konduktometer yang telah
dikalibrasi menggunakan larutan baku NaCl dan baca setelah
angka mantap.
6. Setiap akan melakukan kalibrasi dan mengukur contoh
elektrode dicuci dan dikeringkan dengan tisu. Nilai DHL
dilaporkan dalam satuan mS/cm menggunakan 3 desimal.
31
a. Dasar :
Logam Na dan K dapat ditetapkan secara flamefotometri karena
memiliki potensial ionisasi yang rendah. Sehingga dapat dieksitasi
dalam nyala LPG udara maksimum 1800oC. Atom yang tereksitasi
bersifat tidak stabil dan akan segera kembali ke keadaan dasar
dengan melepaskan energi cahaya. Intensitas cahaya emisi
sebanding dengan jumlah atom. Dengan membandingkan
intensitas cahaya emisi sampel dengan standar maka kadar Na
dan K dalam sampel dapat diketahui.
b. Reaksi:
Na* tereksitasi
Na+ Cl- → NaCl → Na Na+ + e ion
c. Alat dan bahan:
1) Neraca digital 1 buah
2) Kaca arloji 1 buah
3) Spatula 1 buah
4) Pengaduk 1 buah
5) Labu ukur 100 ml 8 buah
6) Gelas ukur 50 ml 1 buah
7) Pipet volum 10 ml 1 buah
8) Pipet tetes 2 buah
9) Labu semprot 1 buah
10) Piala gelas 100 ml 2 buah
11) Corong 2 buah
12) Penyangga sorong 2 buah
13) Kertas saring berlipat 2 lembar
14) Buret 50 ml 1 buah
15) Spektrofotometer uv-vis Shimadzu 1 buah
16) Statif dan klem 1 buah
17) SSA 1 buah
32
d. Cara kerja :
1. Disiapkan larutan standar Na & K dan 2,5 gram tanah yang
sudah didestruksi menggunakan HNO3 (p.a).
2. Dibuat deret standar Na 0, 0.5, 1,2, 3 ppm,deret standar K 0,
0.5, 1, 2, 3 ppm dan sampel kedalam labu ukur 100 ml.
3. Diturunkan larutan standar dari buret ke masing-masing deret
standar.
4. Ditambah 5 ml HNO3 4N pada masing-masing labu.
5. Diukur % Emisinya deret stndar dan contoh dengan
flamefotometer.
e. Perhitungan
𝑎𝑏𝑠−𝑖𝑛𝑡𝑒𝑟𝑠𝑒𝑝 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑙𝑎𝑏𝑢
𝑠𝑙𝑜𝑝𝑒
𝑥 𝑓𝑝 𝑥 1000
𝑥 𝑓𝑎𝑘𝑡𝑜𝑟 𝑘𝑜𝑟𝑒𝑘𝑠𝑖 𝑎𝑖𝑟
ppm = 𝑥1000
𝑔𝑟𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
J. Penetepan Total Kadar Unsur Mikro (Fe, Mn, Cu & Zn) &Penetapan
Kadar Cemaran Logam Berat
a. Dasar :
Dalam tanah logam akan terdapat secara bersamaan dengan air,
senyawa organik dan mineral lainnya. Untuk memperoleh larutan
sampel yang dapat dibaca secara AAS, senyawa organik harus
dihilangkan dengan cara destruksi. Logam sebagai larutan
dijadikan atom dalam nyala pembakar dengan bantuan peralatan
atomizer. Atom besi yang dihasilkan akan memberikan serapan
terhadap spectrum garis yang dihasilkan hollow cathode lamp
logam tersebut dengan nilai serapan yang sebanding dengan
konsentrasi logam yang dibaca.
33
b. Reaksi:
Fe* + e
𝐸 𝑝𝑎𝑛𝑎𝑠
FeX → FeX → FeX → FeX ⇔ X + Fe →
d. Cara kerja :
1. 2,5 gram tanah yang telah di destruksi dimasukan ke dalam
labu ukur deret standar 100 ml.
2. Filtrat disaring dan dipipet 5 ml menggunakan pipet volum.
34
a. Dasar :
Metode SSA nyala biasa tidak cukup peka dalam mengatur raksa
(Hg). Metode SSA uap dingin dapat mengukur Hg hingga level
ppb. Contoh didestruksi dengan campuran asam pekat HNO3 dan
HClO4. Hg dalam analit direduksikan dengan SnCl2 dalam
suasana asam yang lagsung membentuk uap atom Hg. Sehingga
tidak perlu nyala (teknik uap dingin). Uap Hg dibawa oleh aliran
gas inert (nitrogen atau argon) ke dalam sel kuarsa. Sinar dari
lampu katode Hg yang melewati sel diabsorpsi oleh uap atom Hg
dan diukur dengan SSA.
Metode generasi uap meningkat kepekaan teknik spektrofotometer
serapan atom untuk logam-logam yang membentuk hibrida seperti
As. Contoh didestruksi dengan campuran asam pekat HNO3 dan
HClO4. Metode NaBH4 mereaksikan unsur analit dalam larutan
asam dengan natrium borohidrida membentuk gas hidrida. Uap
hidrida dibawa oleh aliran gas inert (nitrogen atau argon) ke dalam
tabung kuarsa yang dipanaskan sehingga terjadi dekomposisi.
Sinar dari lampu katode yang diabsorpsi oleh atom analit
ditetapkan seperti cara SSA biasa.
b. Reaksi:
Hg2+ + SnCl2 → Hg (g) + Sn4+
35
d. Cara kerja :
Persiapan sampel
1. Ditimbang 2,5 gram tanah pada erlenmeyer
2. Ditambahkan 15 ml campuran HNO3(p) : HClO4(p) : H2SO4(p)
1:1:5
3. Didigest di hotplate dengan suhu 300oC
4. Didinginkan
5. Dimasukkan ke labu ukur 25 ml
36
Deret Standar
1. Disiapkan larutan standar 2500 ppb.
2. Dibuat deret standar 0, 50, 75, 100, 125, dan 150 ppb.
3. Deret standard dan sampel dimasukan dalam labu ukur 100
mL (0, 2, 3, 4, 5, dan 6 ml).
4. Ditambah 20 ml HCl 1,2 mol/L dan dihimpitkan.
5. Diukur absorbansinya di SSA.
e. Perhitungan
37
38
Dalam melakukan analisis ini PKT 33 mengacu pada 2 standar yaitu Balai
Penelitian Tanah dan R. L. Mitchell, “Trace Element” NF. E. Bean, Chemistry of
The Soil (New York, Reinhold). Tanah merupakan salah satu faktor lingkungan
yang beraneka jenis dan dipengaruhi berbagai faktor yang menyebabkan
kandungan unsur-unsur dalam tanah selalu berubah dan tidka tetap sehingga
standarnya pun tidak ada pada Standar Nasional Indonesia dan hanya ada pada
Balai Penelitian Tanah. Parameter yang mengacu pada Balai Penelitian Tanah
adalah Penetapan Kadar Air Kering Mutlak, Penetapan pH Tanah (pH H2O dan
KCl), Penetapan Keasaman yang Dapat Ditukar (H+ dan Al3+ dd), Kadar P sebagai
P2O5, Penetapan Kadar C-Organik, Penetapan Kadar N, Penetepan Kadar
Cemaran Logam Berat (Fe, Mn, Cu, Zn, Hg, dan As), Penetapan Kadar Unsur Na
dan K. Sedangkan satu parameter lagi yaitu penetapan unsur mikro yang terdiri
dari logam Fe, Mn, Zn, dan Cu mengacu pada standar dari R. L. Mitchell, “Trace
Elemensa”, NF. E. Bean, Chemistry of The Soil (New York, Reinhold). Hal ini
dikarenakan tidak tersedianya bahan-bahan untuk analisis pada prosedur yang
mengacu dari Balai Penelitian Tanah sehingga PKT 33 mencari standar lain
untuk penentuan unsur hara mikro dalam tanah.
Sampling tanah ini PKT 33 lakukan pada 1 tempat di sekitar Daerah
Aliran Sungai Cipaku. Setelah itu tanahnya bersihkan dari kotoran seperti
rumput, plastik, dan lain-lain. Setelah itu dihancurkan menjadi lebih kecil lagi dan
dikeringkan dibawah sinar matahari, kemudian diayak dengan ukuran 0,5 mm
dan selanjutnya dikuartering. Tanah terdiri dari beberapa jenis, salah satunya
dapat dilihat dari perbedaan warnanya. Tanah yang berwarna coklat tua/hitam
adalah tanah yang mengandung banyak C-Organik. Sedangkan tanah yang
cenderung berwarna coklat kemerahan adalah tanah yang banyak mengandung
Fe.
Dalam analisis PKT 33 melakukan penetapan kadar air. Penetapan ini
PKT 33 lakukan untuk mendapatkan nilai faktor koreksi (FK) air. Nilai FK ini
harus selalu PKT 33 sertakan dalam setiap perhitungan yang ada. PKT 33 harus
menegetahui nilai FK ini karena sampel yang PKT 33 gunakan untuk dianalisis
tidak dikeringkan terlebih dahulu dalam oven sehingga sampel ini masih
mengandung air yang terabsorbsi didalamnya, dan ini akan menambah bobot
sampel yang PKT 33 gunakan sehingga hasil analisis yang PKT 33 dapat
berasal dari tanah dan air yang dikandungnya. Untuk itu PKT 33 harus
39
4) Logam Hg pada suhu biasa mudah menguap, oleh karena itu bila ke
dalam reactor HG ( hydride generator) kita tiupkan gas Ar maka uap Hg
akan terbawa. Bila kita lewatkan ke tabung kuarsa, absorpsi dapat
langsung terjadi tanpa pemanasan. Metode ini disebut metode bejana
uap dingin ( CV AAS). Pada penetapan Hg, gas pembuang harus
dimasukkan ke dalam air karena uap Hg sangat beracun. Reaksi
pembentukan hidrida yang mudah menguap dapat menghilangkan
gangguan yang berasal dari sampel (matrix effect).
5) KCl 1 M digunakan untuk penukar ion pada H plus yang berada di dalam
tanah yang kemudian Cl pada KCl bereaksi membentuk asam dan
mengikat Al pada tanah. Lalu Al bereaksi dengan air membentuk
oksidanya dan asam. Asam ini yang akan bereaksi dengan NaOH.
6) Karakteristik tanah yang baik untuk perkebunan :
a. Memiliki Lapisan Humus Tebal
42
A. Simpulan
Hasil analisis tanah disekitar Daerah Aliran Sungai Cipaku yang telah
dilakukan oleh PKT 33 disimpulkan bahwa tanah disekitar Daerah Aliran Sungai
Cipaku memiliki kualitas yang buruk karena terdapat beberapa paramater yang
melebihi atau kurang dari nilai batas/ standar, diantaranya adalah kadar Fosfat,
logam Hg, Cu, Na, C-Organik, kadar Al, penetapan Daya Hantar LIstrik dan
kadar air.
B. Saran
1.) Sebaiknya dilakukan analisis lebih lanjut pada tim PKT di tahun yang
akan datang untuk menganalisis tanaman yang di tanam pada tanah
di sekitar DAS lainnya.
2.) Untuk pemilihan parameter, perlu dilakukan pemilihan parameter yang
lebih spesifik (misal parameter untuk tanah pertanian, perkebunan,
irigasi, dll)
3.) Hasil dikembalikan kepada pihak sekolah dan instansi lembaga uji
mutu tanah yang berwenang seperti Balai PKT 33an untuk ditindak
lebih lanjut.
43
DAFTAR PUSTAKA
1. Eviati dan Sulaeman. 2011. Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air dan
Pupuk. Bogor : Balai PKT 33an Tanah
7. Soemadi, 1994, dalam Ely 2006. Peranan Tanah Bagi Makhluk Hidup.
Surabaya. Institut Teknologi Sur
44
Lampiran
1. DHL
113,0 µs/cm = 0,11 dS/m
2. pH
H2O = 6,50
KCl = 4,50
3. Kadar Air
Data Penimbangan
Bobot kotak timbang + sampel = 32,5930 g
Bobot kotak timbang kosong = 27,5824 g -
= 5,0106 g
Bobot Pemanasana
Ke-1 = 32,0473 g
Ke-2 = 32,0153 g
Bobot Tetap
Ke-3 = 32,0152 g
B
o
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
b 𝑎𝑖𝑟
Kadar Air = 𝑥 100%
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡
o 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
t
32,5930−32,0152
= 𝑥 100%
t 5,0106
= 11,53e %
t
a
4. # Kadar H+ p
Bobot Sampel = 10,3113 g
45
46
100
FP = =4
25
# Kadar Al 3+
V penitaran (simplo) = 0,80 ml
V penitaran (duplo) = 0,85 ml
100
FP = =4
25
𝑚𝑔
N=
𝑉𝑃 𝑥 𝐵𝑠𝑡 𝑥 𝐹𝑃
105,4
=
9,40 𝑥 53 𝑥 10
= 0,0212 N
𝑉𝑃 𝑥 𝑁𝑃 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝐴𝑙 3+ 𝑥 𝐹𝑃
Kadar Al 3+ (simplo) = 𝑥 1000
𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,80 𝑥 0,0212 𝑥 9 𝑥 4 𝑥 1000
=
10,3113
= 59,21 ppm
𝑉𝑃 𝑥 𝑁𝑃 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝐴𝑙 3+𝑥 𝐹𝑃
Kadar Al 3+ (duplo) = 𝑥 1000
𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
0,85 𝑥 0,0212 𝑥 9 𝑥 4 𝑥 1000
=
10,3113
= 62,91 ppm
47
59,21+62,91
Rata –rata = = 61,06 ppm
2
5. Kadar C-Organik
6. Penetapan Na dan K
Na
Penimbangan : 2,6930 g
0,0678−0,0662
RPD = 0,0678+0,0662 x 100%
2
= 2,4 %
0,0678+0,0662
Rata-rata = = 0,067%
2
𝑚𝑔 670 𝑚𝑔 𝑚𝑔 67
670 ppm = 670 𝐿
= = 67 = 67 mg/100g = =
1000 𝑔 100 𝑔 39
1,72 𝑚𝑒100𝑔
Kadar K
Penimbangan : 2,6930 g
0,0189−0,0182
RPD = 0,0189+0,0182 𝑥 100%
2
= 3,77 %
0,0189+0,0182
Rata-rata = = 0,01855 %
2
0,48 𝑚𝑒/100𝑔
7. Kadar Nitrogen
𝑚𝑔 𝑁𝑎2𝐶𝑂3
N = 𝑉 𝐻𝐶𝑙 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝑁𝑎2𝐶𝑂3 𝑥 𝐹𝑃
535
= 8,25 𝑥 53 𝑥 10
= 0,1224 N
Kadar N
𝑉𝑃 𝑥 𝑁𝑃 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝑁𝑥 𝐹𝑃
Kadar N (simplo) = 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥 100%
0,70 𝑥 0,1224 𝑥 14
= 1036,1
= 0,12%
𝑉𝑃 𝑥 𝑁𝑃 𝑥 𝑏𝑠𝑡 𝑁𝑥 𝐹𝑃
Kadar N (duplo) = 𝑚𝑔 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝑥 100%
0,80 𝑥 0,1224 𝑥 14
= 1036,1
50
= 0,13%
0,12+0,13
Rata-rata = 2
= 0,125 % = 0,13%
8. Kadar Posfat
Penimbangan : 2,6930 g
= 0,1912 %
= 0,1811 %
0,1912−0,1811
RPD = 0,1912+0,1811 𝑥 100%
2
= 5,4 %
𝑚𝑔 1811 𝑚𝑔 𝑚𝑔
1811 ppm = 1811 𝐿
= 1000 𝑔
= 181,1 100 𝑔 = 181,1 mg/100g
Penimbangan : 2,6930 g
Zn
Penimbangan : 2,6930 g
C (ppm) Abs
0 0
0,1 0,073
0,2 0,147
0,4 0,219
0,8 0,305
1,2 0,363
LD
LD Abs
1 0,0243
2 0,0242
3 0,0243
4 0,0241
5 0,0240
6 0,0241
0,0263−0,0259
RPD = 0,0263+0,0259 𝑥 100%
0,0261
= 1,5 %
0,0263+0,0259
Rata-rata = = 0,0261 %
2
Mn
Penimbangan : 2,6930 g
C (ppm) Abs
0 0
1 0,0710
2 0,1414
3 0,2098
4 0,2725
5 0,3431
R = 0,9998
0,1414−0,1412
RPD = 0,1414+0,1412 𝑥 100%
2
= 0,14 %
0,1414+0,1412
Rata-rata = = 0,1413 %
2
Fe
Penimbangan : 2,6930 g
C (ppm) Abs
0 0
1 0,0323
2 0,0673
4 0,1329
6 0,1952
8 0,2595
1,73−1,73
RPD = 1,73+1,73 𝑥 100%
2
=0
1,73+1,73
Rata-rata = = 1,73 %
2