Anda di halaman 1dari 85

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Imunisasi adalah suatu upaya untuk meningkatkan kekebalan seseorang

secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila suatu saat terpapar dengan

penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan. Beberapa

penyakit menular yang termasuk ke dalam Penyakit yang dapat dicegah dengan

Imunisasi (PD3I) antara lain TBC, Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Pertusis,

Campak, Polio, radang selaput otak, dan radang paru-paru. Anak yang telah

diberi imunisasi akan terlindungi dari berbagai penyakit yang dapat menimbulkan

kecacatan atau kematian, dan merupakan salah satu intervensi kesehatan yang

terbukti paling cost- effective (murah),karena dapat mencegah dan mengurangi

kejadian kesakitan, kecacatan, serta kematian akibat PD3I yang diperkirakan

yakni berjumlah 2 hingga 3 juta kematian tiap tahunnya. (Kemenkes RI.2017).

Menurut Dwiastuti dan Prayitno,(2013).Di Indonesia penyakit TBC masih

merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan penyebab utama

kematian nomor 1 untuk penyakit infeksi. Laporan TB dunia oleh WHO yang

terbaru, masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang terbesar nomor 3

di dunia setelah India dan Cina. Jumlah kasus TBC pada anak di Indonesia

sekitar seperlima dari seluruh kasus TBC.

Pudiastuti, (2011). Mengemukakan bahwa Imunisasi BCG diperuntukkan

dalam mencegah penyakit TBC. Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit

menular yang menyerang organ tubuh utamanya paru yang disebabkan oleh

basil batang yaitu Mycobacterium tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis

juga menyerang organ tubuh seperti tulang sendi, usus, kelenjar limfa, dan

1
2

selaput otak.Penyakit TBC menular apabila seseorang menghirup udara yang

tercemar bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat

penderita TBC batuk.

Indarwati, (2008). Mengatakan Salah satu faktor yang perlu diperhatikan

dalam pemberian imunisasi BCG adalah ketepatan waktu imunisasi BCG.

Imunisasi BCG tepat apabila diberikan pada bayi usia <2 bulan dan diberikan

hanya 1 kali. Apabila ibu tidak tepat dalam mengimunisasi BCG bayinya maka

antibodi yang dimiliki bayi untuk melawan penyakit tuberkulosis akan melemah.

Akibatnya bayi akan rentan terserang penyakit tuberkulosis. Apabila sudah

terserang penyakit tuberkulosis dapat menyebabkan status kesehatan bayi

rendah yang akhirnya akan mengakibatkan tingginya angka morbiditas dan

mortalitas pada bayi

Ranuh,dkk.(2008). Mengatakan bahwa Pengetahuan ibu tentang imunisasi

mempengaruhi pelaksanaan imunisasi. Bila pengetahuan ibu tentang imunisasi

kurang, tidak merasa butuh,atau sekedar ikut-ikutan. Sehinga berpengaruh pada

jadwal pemberian imunisasi anaknya. Apabila pengetahuan ibu tentang

pemberian imunisasi baik, diharapkan pemberiannya sesuai dengan jadwal

sehingga memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi, dan berdampak

pada peningkatan status kesehatan dan sumber daya masyarakat di masa

depan.

Notoatmodjo (2010) mengatakan selain beberapa factor yang

mempengaruhi ketepatan waktu pemberian Imunisasi faktor kepercayaan

adalah salah satunya yang menyebabkan ketidaklengkapan imunisasi pada bayi

atau batita. Karena sebagian besar ibu yang memiliki bayi atau batita dengan

status imunisasi tidak lengkap belum mempercayaai manfaat dan tujuan

imunisasi dasar ada juga yang mempercayai bahwa imunisasi membawa

dampak buruk terhadap batita.


3

Oleh sebab itu Peran seorang ibu dalam program imunisasi sangat

penting, sehingga pemahaman tentang imunisasi sangat diperlukan. Begitu juga

dengan pengetahuan, kepercayaan dan dukungan keluarga merupakan bagian

dari manusia yang setiap hari selalu berhubungan dengan kita. Keadaan ini perlu

kita sadari sepenuhnya bahwa setiap individu merupakan bagiannya dan

keluarga juga semua dapat diekspresikan tanpa hambatan yang berarti

(Suprajitno, 2004).

Dalam melakukan kegiatan imunisasi, dukungan keluarga sangat

dibutuhkan demi kelancaran kegiatan tersebut. Kuncoro (2002, dalam Rahayu,

2009) mengungkapkan bahwa dukungan keluarga adalah komunikasi verbal

dan non verbal, saran, bantuan, yang nyata atau tingkah laku yang diberikan

oleh orang-orang yang akrab dengan subyek di dalam lingkungan sosialnya atau

berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional

atau akan berpengaruh pada setiap tingkahlaku penerimanya.

World Health Organization (WHO.2015). Mengatakan bahwah

Keberhasilan seorang bayi dalam mendapatkan imunisasi dasar tersebut

diukur melalui indikator imunisasi dasar lengkap dan Imunisasi Seharusnya

dapat menurunkan angka Kematian anak akibat PD3I Melalui penigkatan capain

Imunisasi dasar 100% lengkap di setiap daerah.

Menurut Kemenkes RI.(2017). Capaian indicator d i Indonesia pada tahun

2016 sebesar 91,58%. Capaian ini lebih besar dari capaian tahun 2015 sebesar

86,54%.Angka ini mencapai target Renstra tahun 2016 sebesar 91,5%.

Sedangkan menurut provinsi,terdapat dua belas provinsi yang mencapai target

Renstra tahun 2016. Imunisasi dasar pada bayi seharusnya diberikan pada anak

sesuai dengan umurnya sebelum anak berusia satu tahun. Pada kondisi ini,

diharapkan sistem kekebalan tubuh dapat bekerja secara optimal.


4

Cakupan imunisasi dasar lengkap di Sulawesi Tenggara tahun 2016

sebesar 85,47%,di Kabupaten Kolaka Timur sebesar 80% ini menggambarkan

masih dibawah target nasional ( 90%). Hasil studi pendahuluan di Puskesmas

Poli-Polia, pada tahun 2017 tercatat 187 bayi yang menjadi sasaran imunisasi

BCG dimana tercatat 80 bayi (42,7%) yang dimana diberikan imunisasi BCG

dengan tepat waktu sedangkan 107 bayi (57,3%) yang tidak diberikan

imunisasi BCG dengan tepat waktu (>2bulan. Pada tahun 2018 tercatat ada 208

bayi di Puskesmas Poli-Polia yang mendapat imunisasi BCG dimana terdapat 98

(47,2%) yang diberikan imunisasi BCG dengan tepat waktu dan 112 (53,8%)

yang tidak diberikan imunisasi BCG tidak tepat waktu yaitu (>2bulan).

Setelah dilakukan wawancara kepada 11 Ibu yang mempunyai bayi 4 ibu

sudah mengetahui tentang imunisasi BCG dan 7 ibu kurang mengetahui tentang

imunisasi BCG. Ibu mengatakan hanya mengikut kebijakan dari pemerintah

untuk mengimunisasikan bayinya. Menurut informasi dari petugas kesehatan

Puskesmas Poli-polia mengatakan bahwa petugas kesehatan sudah pernah

melakukan penyuluhan tentang imunisasi dasar kepada para ibu yang

mempunyai bayi dan balita di wilayah kerja Puskesmas Poli-polia yang terdiri

dari 1 Kelurahan dan 11 Desa dengan 12 Posyandu,namun kenyataannya masih

banyak ibu-ibu yang tidak tepat waktu dalam memberikan imunisasi pada

bayinya.

Hal ini terkait dengan masih banyaknya tingginya tingkat kepercayaan,

larangan dari keluarga terutama suami dengan alasan anaknya masih terlalu

kecil untuk diimunisasi. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor-Faktor yang berhubungan

Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019”


5

B . Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumuasan

masalah penelitian ini adalah “apakah ada hubungan pengetahuan, kepercayaan

dan dukungan keluarga dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG pada

Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun

2019?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum.

Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan

waktu pemberian imunisasi BCG pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Poli-

Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

2. Tujuan Khusus.

a. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan Ibu dengan ketepatan waktu

pemberian imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

b. Untuk mengetahui hubungan kepercayaan/ Tradisi dengan Ketepatan

waktu pemberian imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Poli-polia

Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

c. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan Ketepatan waktu

pemberian imunisasi BCG di wilayah kerja Puskesmas Poli-polia

Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis.

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai sumber bacaan yang dapat

menambah wawasan keilmuan bagi para perawat khususnya mengenai

factor-faktor yang berhubungan dengan ketepatan imunisasi BCG.


6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi masyarakat.

Sebagai sumber informasi bagi masyarakat untuk memahami

pentingnya imunisasi BCG bagi sehingga dapat mendorong keluarganya

untuk memberikan imunisasi dasar secara lengkap kepada anaknya.

b. Bagi Instansi.

Sebagai bahan masukan bagi puskesmas dalam rangka pembuatan

kebijakan tentang tentang alternatif cara mendorong keluarga agar dapat

peningkatan partisipasi masyarakat untuk memberikan imunisasi kepada

anaknya.

c. Bagi Peneliti.

Sebagai tambahan pengetahuan, wawasan dan pengalaman bagi

peneliti mengenai hubungan antara pengetahuan, kepercayaan dan

dukungan keluarga dengan ketepatan imunisasi BCG.

E. Keaslian Penelitian

N Nama Judul Desain Hasil


Variabel
o Peneliti Penelitian Penelitian Penelitian
1 Mathilda Kelengkapan Metode Pendidikan Kelengkapan
Albertina, Imunisasi Penelitian orang imunisasi
(2009) Dasar Anak yang tua (ayah dasar
Balita dan digunakan dan ibu), anak balita
Faktor- yaitu potong- pendapatan di tempat
Faktor yang lintang per kapita penelitian
Berhubunga dilakukan keluarga 61%.
n di Poliklinik dengan per bulan, Faktor yang
Anak menggunaka pengetahuan, berhubungan
Beberapa n kuesioner serta sikap dengan
Rumah Sakit di poliklinik orang tua kelengkapan
di Jakarta anak terhadap imunisasi
dan RS. Dr. imunisasi. ialah
Sekitarnya Cipto (X), pengetahuan
pada Bulan Mangunkusu kelengkapan orangtua
Maret 2008 mo imunisasi
dasar
anak balita
(Y)
7

2 Dita Faktor- Metode Pengetahuan


Rahmaika Faktor Yang penelitian , dukungan Ada
Arumsari Berhubunga yang keluarga, hubungan
(2015) n Dengan digunakan kepercayaan antara
Status adalah dan pengetahuan
Imunisasi analitik komunikasi ibu (Angka p
Dasar Pada observasion tenaga value
Bayi al dengan kesehatan sebesar
menggunaka (X), Status 0,022 < α
n desain imunisasi (0,05),dukung
potong dasar pada an keluarga
lintang bayi (Y) (Angka p
(cross value
sectional) sebesar
0,000 < α
(0,05),
kepercayaan
(Angka p
value
sebesar
0,028 < α
(0,05) dan
komunikasi
tenaga
kesehatan
(Angka p
value
sebesar
0,000

(0,05),
dengan
status
imunisasi
dasar
3 Mella Hubungan Metode Dukungan Ada hubungan
Roria Dukungan penelitian Keluarga (X), dukungan
Sukani Keluarga yang Kepatuhan Keluarga
Ritonga dengan digunakan ibu penilaian
(2014) Kepatuhan Ibu adalah melaksanaka terhadap
Melaksanakan kuantitatif n imunisasi kepatuhan ibu
Imunisasi yang bersifat dasar (Y) melakukan
Dasar Pada deskriptif. imunisasi
Anak I Desa menggunaka dasar pada
Tigabolon n kuesioner anak.
Kecamatan sebagai Dimana
Sidamanik instrument Angka
Kabupaten (p. < 0,005)
Simalungun p=0,000.
8

4 Vera Hubungan Metode Pengetahuan Ada


Mariyam Antara penelitian (X), Ketaatan hubungan
(2010) Tingkat yang Kunjungan yang positif
Pengetahua digunakan Imunisasi (Y) dan signifikan
n Ibu observasion antara tingkat
Tentang al analitik pengetahuan
Imunisasi dengan ibu tentang
Dasar pendekatan imunisasi
Dengan cross dasar dengan
Ketaatan sectional. ketaatan
Kunjungan kunjungan
Imunisasi imunisasi
Bayi di bayi Dimana
Posyandu Angka (p =
Ngudiluhur. 0,02 dan ρ =
0, 268 )

5 Desti Faktor- Metode Pengetahuan Tingkat


Diana Sari Faktor Pada penelitian ,pendidikan, pendapatan(p
(2018) Ibu Yang adalah analitik pekerjaan, -value 0,007),
Berhubunga observasional sikap ibu, sikap (p-
n Dengan dengan pendapatan value 0,009),
Pemberian pendekatan keluarga,duk dan
Imunisasi cross- ungan dukungan
Dasar Bayi sectional keluarga, dan keluarga (p-
Di Wilayah unakan keterjangkau value 0,680
Kerja komparatif, an ketempat dimana
Puskesmas dengan pelayanan variable yang
Korpri pendekatan imunisasi (X), diteliti ini
Kecamatan quasi Pemberian saling
Sukarame experiment Imunisasi berhubungan
Kota Bandar dan desain dasar (Y) dengan
lampung pre and post pemberian
test with imunisasi
control design dasar bayi
6 Eva Hubungan Penelitian ini Pengetahuan Didapatkan
Supriatin. pengetahuan Mengunakan , dukungan hasil
(2015) dan deskriptif keluarga. (X). penelitian p-
dukungan korelasional Ketepatan value 0,002
keluarga dengan waktu <0,05. Hal ini
dengan pendekatan Pemberian menunjukan
ketepatan cross imunisasi bahwa
waktu sectional camapak (Y) terdapat
pemberian study. hubungan
waktu yang
imunisasi bermakna
campak antara tingkat
dipasir klaiki pengetahuan
bandung dengan
9

tepatan
waktu ibu
dalam
pemberian
imunisasi
campak
7 Siisfiani Analisis Penelitian ini Pengetahuan Hasil uji
sarimin. factor- factor Mengunakan , statistic pada
(2014) yang deskriptif pendidikan,si penelitian
berhubunga korelasional kap dan mengunakan
n dengan dengan prilaku ibu uji chi-square
prilaku ibu pendekatan (X). dengan uji
dalam cross Pemberian alternatifnya
pemberian sectional imunisasi uji fisher’s
imunisasi study. dasar(Y) Exact Test
dasar pada nilai yang
balita didesa diperoleh
taraitak satu. ialah nilai
p=0,005.kare
na nilai p
<0,05 maka
dengan
dengan
demikian
dapat ditarik
kesimpulan
Ho ditolak.
10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Puskesmas

1. Definisi Puskesmas

Pusat kesehatan masyarakat (PUSKESMAS) adalah salah satu sarana

pelayanan kesehatan yang menjadi andalan atau tolak ukur dari

pembangunan kesehatan, sarana peran serta masyarakat, dan pusat

pelayanan pertama yang menyeluruh dari suatu wilayah. (Depkes, 2011)

Alamsyah D(.2012). Mendefinisikan bahwa puskesmas merupakan unit

teknis pelayanan Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota yang bertanggung jawab

untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan disatu atau sebagian

wilayah kecamatan yang mempunyai fungsi sebagai pusat pembangunan

kesehatan masyarakat, pusat pemberdayaan masyarakat, dan pusat

pelayanan kesehatan tingkat pertama dalam rangka pencapaian keberhasilan

fungsi puskesmas sebagai ujung tombak pembangunan bidang kesehatan.

2. Fungsi Puskesmas

Sesuai dengan permenkes.No 75,(2014). yang merupakan fungsi

puskesmas serta proses dalam melaksanakan fungsi tersebut, yaitu sebagai

berikut:

a. Sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.

b. Membina peran serta masyarakat di wilayah kerjanya dalam rangka

meningkatkan kemampuan untuk hidup sehat.

c. Memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh dan terpadu kepada


0
masyarakat di wilayah kerjanya.

10
11

3. Kegiatan Pokok Puskesmas.

Agar dapat memberikan kontribusi dan distribusi terhadap masyarakat

dalam pelayanan kesehatan secara menyeluruh diwilayah kerjanya,

puskesmas memiliki atau menjalankan beberapa program pokok yang

meliputi:

a. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)


b. Pelayanan Unit Gawat Darurat (UGD)
c. Keluarga Berencana (KB).
d. Kesehatan Lingkungan (Kesling).
e. Pencegahan dan pemberantasan Penyakit Menular (P2PM).
f. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat (Promkes).
g. Kesehatan Sekolah.
h. Kesehatan Jiwa.
i. Laboratorium Sederhana.
j. Pencatatan pelaporan dalam rangka sistem Imunisasi sekolah.
k. Kesehatan Olahraga.
l. Kesehatan usia lanjut.
m. Kesehatan Gigi dan mulut
4. Peran Puskesmas

Dalam konteks otonomi daerah saat ini, puskesmas mempunyai peran

yang sangat vital sebagai institusi pelaksana teknis, dituntut memiliki

kemampuan manajerial dan wawasan jauh kedepan untuk meningkatkan

kualitas pelayanan kesehatan. Peran tersebut ditunjukkan dalam bentuk

keikutsertaan dalam menentukan kebijakan daerah melalui sistem

perencanaan yang matang dan realistis, tata laksana kegiatan yang tersusun

rapi, serta sistem evaluasi dan pemantauan yang akurat. Pada masa

mendatang, puskesmas juga dituntut berperan dalam pemanfaatan teknologi

informasi mengenai terkait upaya peningkatan pelayanan kesehatan secara

komprehensif dan terpadu.


12

5. Wilayah Kerja Puskesmas

Efendi F.dan makhfudli,(2009). Mengatakan bagwah Wilayah kerja

puskesmas meliputi satu kecamatan atau sebagian dari kecamatan.

Faktor kepadatan penduduk, luas daerah, keadaan geografi, dan

keadaan infrakstruktur lainnya merupakan bahan pertimbangan dalam

menentukan wilayah kerja Puskesmas. Puskesmas merupakan perangkat

pemerintah daerah tingkat II, sehingga pembagian wilayah kerja puskesmas di

tetapkan oleh bupati atau walikota, dengan saran teknis dari kepala dinas

kesehatan kabupaten/ kota. Khusus kota besar dengan jumlah penduduk satu

juta jiwa atau lebih, wilayah kerja puskesmas dapat meliputi satu kelurahan.

Puskesmas di ibukota kecamatan dengan jumlah penduduk 150.000 jiwa atau

lebih, merupakan puskesmas pembina yang berfungsi sebagai pusat rujukan

bagi Puskesmas kelurahan dan juga mempunyai fungsi koordinasi.

B. Tinjauan Umum Tentang Imunisasi.

1. Imunisasi

a. Pengertian imunisasi

Sesuai dengan Depkes RI,(2009). Imunisasi adalah suatu cara

untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu

antigen sehingga bila kelak ia terpapar pada antigen yang serupa tidak

terjadi penyakit. Vaksin adalah suatu produk biologis yang terbuat dari

kuman, komponen kuman (bakteri, virus, dan riketsia) atau racun kuman

yang telah di lemahkan atau di matikan dan akan menimbulkan kekebalan

spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

Menurut Sunarti,(2009). Imunisasi adalah suatu upaya untuk

mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara

memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan dapat

menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk

melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.


13

Sunarti, (2012).Mengatakan bahwa Imunisasi berasal dari kata

“immune” artinya kebal. Imunisasi berarti mengebalkan, memberi

kekebalan pasif (diberi antibodi).

b. Tujuan Imunisasi

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi

agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang

disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.menurut Atikah, (2010)

secara umum Tujuan Imunisasi antara Lain.

Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada bayi

agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak yang

disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.menurut Atikah, (2010)

secara umum Tujuan Imunisasi antara Lain.

1) Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit

menular.

2) Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular.

3) Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan

mortalitas (angka kematian) pada balita.

Proverawati & Andini,(2010). Mendefinisikan bahwa tujuan

imunisasi adalah yaitu untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu

seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok

masyarakat atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari

dunia.Program imunisasi bertujuan untuk memberikan kekebalan pada

bayi agar dapat mencegah penyakit dan kematian bayi serta anak

yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit. Imunisasi

memang tidak memberikan kekebalan 100 %, tetapi pada umumnya

dapat mencegah 96 %, sehingga apabila terkena tidak akan separah

jika tidak diimunisasi. Masalah sakit tidaknya anak dipengaruhi oleh


14

tiga faktor, yaitu daya tahan tubuh anak, lingkungan dan kuman. Kalau

anak kuat, status gizi baik, lalu terinfeksi kuman yang jumlahnya

sedikit dan tidak begitu ganas, kemungkinan dia tidak akan sakit.

c. Macam-macam imunisasi dasar

Menurut Hayati & Novita,(2014). Imunisasi dasar adalah

imunisasi yang di wajibkan oleh pemerintah yaitu meliputi Hepatitis

B, BCG (Bacille Calmete Guerin), Campak, polio dan Vaksin Pentavalen

(DPT-HB-HiB). Imunisasi dasar lengkap adalah program imunisasi yang

dicanangkan pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan bayi di

Indonesia. Imunisasi ini diberikan mulai dari bayi baru lahir (hepatitis B)

sampai berumur 9 bulan (campak). Program imunisasi yang diwajibkan

pemerintah untuk memberikan imunisasi dasar lengkap yaitu Hepatitis B

1 kali pemberian, BCG 1 kali pemberian, DPT/HB/HiB (pentavalen) 3 kali

pemberian dengan interval 4 minggu, polio 4 kali pemberian dengan

interval 4 minggu dan campak 1 kali pemberian.

d. Jadwal Pemberian Imunisasi

Pemberian imunisasi dapat dilihat pada bagan dibawah ini:

(Depkes.2009)
15

e. Jenis – Jenis vaksin

Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat

anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan dan mulut

(Proverawati & Andini, 2010) Jenis-jenis vaksin, yaitu sebagai berikut :

1) Vaksin BCG.

Proverawati & Andini,(2010). Menjelaskan bahwa vaksin BCG

singkatan dari Bacille Calmette Guerin Calmite dan Guerin adalah dua

orang ilmuwan dari Perancis yang mengembangkan vaksin BCG

untuk melawan penyakit Tuberculosis di awal abad ini.Vaksin BCG

digunakan untuk mencegah penyakit tuberkulosis.TB merupakan

penyakit infeksi yang disebabkan bakteri mycobacterium tuberculosis.

Kuman TB ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882.

Prasetyawati,(2012). Mengatakan bahwah Vaksin BCG

Mengandung Kuman BCG yang masih hidup namaun telah

dilemahkan yang diberikan pada anak untuk mencegah terjadinya

Penyakit TB. BCG berasal dari Strain Bovinum Mycobacterium

Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin yang Mengandung sebanyak

50.00-1.000.000 partikel atau dosis.

Gambar 2.1 Vaksin BCG (Veri Maaryam, 2010).


16

Gambar 2.2 Lokasi dan Teknik Penyuntikan BCG (Veri Maaryam, 2010).

2) Vaksin Hepatitis B

Hepatitis adalah penyakit peradangan atau infeksi liver pada

manusia.Penyakit ini disebabkan oleh virus.Penyakit Hepatitis dapat

dicegah dengan imunisasi (Proverawati & Andini, 2010). Ada 2

macam hepatitis yaitu Vaksin Hepatitis A,Vaksin Hepatitis B.

Gambar 2.3 Vaksin Hepatitis B (Veri Maryam, 2010)

3) Vaksin Polio.

Proverawati & Andini,(2010). Mendefinisikan vaksin Polio

adalah suatu penyakit infeksi yang menyebabkan kelumpuhan.

Kelumpuhan dimana yang di akibatkan oleh virus polio yang dapat

menyebabkan kelumpuhan anggota tubuh lainya. Tetapi kelumpuhan

banyak terjadi pada kaki sebelah Ada 2 macam vaksin polio, yaitu

: IPV (Injection Polio Vaksin), vaksin ini diberikan melalui suntikan.

OPV (Oral Polio vaksin), vaksin ini diberikan melalui tetesan,

keunggulan vaksin ini karena lebih praktis dan dapat langsung

menangkal serangan virus yang masuk ke dalam tubuh.


17

Gejala yang umum dan mudah dikenal adalah anak mendadak

menjadi lumpuh pada salah satu anggota geraknya, setelah ia

menderita demam selama 2-5 hari Bila kelumpuhan itu terjadi pada

otot pernapasan, mungkin anak akan meninggal karena sukar

bernafas. Penyakit ini dapat langsung menular dari seorang

penderita polio atau dengan melalui makanan. Daya proteksi vaksin

polio sangat baik yaitu sebesar 95-100%.

Gambar 2.4 Vaksin Polio (Veri Maryam, 2010)

Gambar 2.5 Pemberian Imunisasi Polio (Veri Maryam, 2010)

4) Vaksin Campak.

Proverawati & Andini,(2010). Menjelaskan bahwa vaksin

campak adalah salah satu penyakit berjangkit. Campak adalah infeksi

virus yang menular. Gejala- gejalanya penyakit ini adalah demam,

batuk, peradangan selaput ikat mata, dan ruam kulit.Vaksin campak

diberikan dalam bentuk kombinasi dengan gondongan dan campak


18

jerman.Vaksin disuntikan pada otot paha atau lengan atas. Jika

hanya mengandung campak, vaksin diberikan pada umur 9 tahun

ketika duduk di sekolah dasar.

Gambar 2.6 Vaksin Campak (Veri Maryam, 2010)

Gambar 2.7 Pemberian Imunisasi Campak (Veri Maryam, 2010)

5) Vaksin Pentavalen (DPT-HB-HiB).

Menurut Hayati & Novita,(2014). Vaksin Pentavalen (DPT-HB-

HiB) adalah vaksin DPT-HB ditambah HiB. Penyakit yang dapat

dicegah petavalen adalah Difteri, Tetanus, Hepatitis B, Radang

selaput otak (meningitis), Batuk rejan batuk 100 hari, radang paru-

paru. Cara pemberian yaitu Disuntikkan secara intramuskuler di

anterolateral paha atas pada bayi dan lengan kanan pada anak usia

1,5 tahun, Tidak dianjurkan pada bagian bokong anak karena

dapat menyebabkan luka saraf siatik. Pemberian intrakutan dapat

meningkatkan reaksi lokal, Satu dosis adalah 0,5 ml.


19

Adapun untuk waktu pemberian Pentavalen tidak boleh

digunakan pada bayi yang baru lahir. Pemberian pentavalen

merupakan bagian dari imunisasi dasar pada bayi. Diberikan pada bayi

usia 2 bulan, 3 bulan, 4 bulandan anak usia 1,5 tahun. Vaksin ini

aman dan efektif diberikan bersamaan dengan vaksin BCG, campak,

polio (OPV atau IPV ) dan suplemen vitamin A.

Jika vaksin ini diberikan bersamaan dengan vaksin lain, harus

disuntikkan pada lokasi yang berlainan. Efek samping jenis dan angka

kejadian reaksi simpang yang berat tidak berbeda secara

bermakna dengan vaksin DPT, hepatitis B dan Hib Yang di berikan

secara terpisah Kontra indikasi dosis berikutnya Hipersensitif

terhadap komponen vaksin atau reaksi berat terhadap dosis vaksin

kombinasi sebelumnya atau bentuk- bentuk reaksi sejenis lainnya.

Kontra indikasi dosis pertama DPT Kejang atau gejala kelainan otak

pada bayi baru lahir atau kelainan saraf serius lainnya.

Gambar 2.8 Vaksin Tetanus Toksoid (TT) dan DPT (Veri Maryam ,2010)

f. Efek Samping Terjadinya Reaksi Pada Tubuh Bayi Setelah di Lakukan

Imunisasi.

Proverawati,(2010). Mengatakan Kejadian Pasca Ikutan Imunisasi

adalah kejadian sakit yang mungkin timbul setelah imunisasi, kejadian ini

umumnya terjadi dalam masa satu bulan setelah imunisasi.


20

Pada keadaan tertentu lama pengamatan Kejadian Pasca Ikutan

Imunisasi dapat mencapai masa 42 hari (arthritis kronik pasca vaksinasi

rubella) atau bahkan 42 hari (infeksi virus campak vaccine-strain. pada

pasien imunodefisiensi pasca vaksinasi campak dan infeksi virus polio.

Sunarti,(2010). Menjelaskan bahwa Kejadian/reaksi yang akan

timbul setelah pasca imunisasi biasanya akan timbul reaksi local di tempat

penyuntikan,atau keluhan dan gejala umum, tergantung pada jenis vaksin

dimana rekasi tersebut umumnya ringan, mudah diatasi dan akan hilang

dalam 1-2 hari. Berikut ini reaksi/kejadian ikutan pasca imunisasi yang

kemukinan akan timbul setelah dilakukan imunisasi yang tergantung dari

jenis imunisasi yang di berikan diantaranya:

1) Imunisasi BCG

Penyuntikan BCG secara interdermal akan menimbulkan ulkus

local yang superficial 3 minggu setelah penyuntikan.

2) Imunisasi Hepatitis B

Pada umumnya saat dilakukan penyuntikan vaksin hepatitis B efek

samping yang muncul pada umumnya berupa reaksi lokal yang ringan

dan bersifat sementara. Kadang-kadang dapat menimbulkan demam

ringan untuk 1-2 hari.

3) Imunisasi DPT

Kejadian ikutan pasca imunisasi DPT antara lain:

a) Reaksi lokal kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi dari

penerima DPT, terjadi sekitar 42,9%.

b) Proporsi demam ringan dengan reaksi lokal sama dan sekitar 2,2%

diantaranya dapat mengalami hiperpereksia.


21

c) Anak gelisah dan menagis terus menerus selama beberapa jam

pasca suntikan atau (inconsolable crying).

d) Dari suatu penelitian ditemukan adanya kejang demam (0,06%)

sesudah vaksinasi yang dihubungkan dengan demam yang terjadi.

e) Kejadian ikutan yang paling serius adalah terjadinya ensefalopati akut

atau anafilaksis dan terbukti disebabkan oleh pemberian vaksin

pertusis.

4) Imunisasi Polio

Kejadian ikutan pasca imunisasi polio adalah sebagian kecil

resepien dapat mengalami gejala pusing, diare ringandan nyeri otot.

5) Imunisasi Campak

Kejadian ikutan pasca imunisasi campak diantaranya:

a) Biasanya dijumpai pada imunisasi ulang pada seseorang yang telah

memiliki imunitas sebagian akibat imunisasi dengan vaksin campak

dari virus yang dimatikan

b) Gejala berupa demam yang lebih dari 39,500c yang terjadi pada 5-

15%.

c) Raum dapat dijumpai pada 5% resipen, timbul pada hari ke 7-10

sesudah imunisasi dan berlansung selama 2-4 hari.

C. Tinjauan Tentang Imunisas BCG

1. Pengertian Imunisasi BCG.

Menurut Ranuh,(2008). Bacillus Calmette Guerin (BCG) adalah vaksin

hidup yang dibuat dari Mycobacterium bovis yang dibiak berulang selama 1-3

tahun sehingga di dapatkan hasil yang tidak virulen tetapi masih mempunyai

imunogenitas Vaksinasi BCG menimbulkan sensitivitas terhadap tuberkulin

tidak mencegah infeksi tuberkulosis tetapi mengurangi risiko terjadi


22

tuberkulosis berat seperti meningitis TB dantuberkulosis milier Waktu

pemberian. munisasi BCG sebaiknya diberikan kepada bayi pada usia 0-1

bulan apabila BCG diberikan di atas usia 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji

tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin

negatif

2. Cara pemberian dan dosis:

a. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu

Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril Auto Distruct

Scheering (ADS) 5 ml.

b. Dosisi pemberian: 0,05 ml.

c. Disuntikkan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas (insertion

musculus deltoideus). Dengan menggunakan Auto Distruct Scheering

(ADS) 0,05 ml.

d. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam.

3. Kontra Indikasi.

Imunisasi BCG tidak boleh diberikan pada kondisi;

a. Seorang anak menderita penyakit kulit yang berat atau menahun,

seperti, furunkulosis, dan sebagainya.

b. Imunisasi tidak boleh diberikan pada orang atau anak yang sedang

menderita TBC.

4. Efek samping.

Proverawati,(2010).Menjelaskan bahwa Imunisasi BCG tidak

menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam.Setelah 1-2 minggu

akan timbul indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang berubah

menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan,

akan sembuh dengan secara spontan dan meninggalkan tanda parut.


23

Kadang- kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan atau

leher, terasa padat, tidak sakit dan tidak menimbulkan demam. Reaksi ini

normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan

sendirinya.

D. Tinjauan Konsep Pengetahuan

1. Pengertian.

Notoatmodjo,(2010). Mengatakan bahawa pengetahuan adalah

merupakan hasil “Tahu” dan terjadi setelah orang mengadakan

penginderaan terhadap suatu objek tertentu Pengindraan terhadap objek

terjadi melalui panca indra manusia yakni penglihatan pendengaran

penciuman,rasa dan raba dengan sendiri.

Pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan

tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian persepsi terhadap

objek. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan

telinga.

Menurut Notoatmodjo (2010), Pengetahuan yang mencakup di

dalamnya domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yakni :

a. Tahu (Know). Tahu diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya.Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingat kembali (recall). Tahu ini merupakan tingkat pengetahuan

yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang

dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan dan

menyatakan.

b. Memahami (Comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu

kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentangobyek yang di

ketahui dan dapat menginter pretasikan materi tersebut secara benar.


24

c. Aplikasi (Application). Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil

(sebenarnya).

d. Analisis (Analysis). Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan

materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi.

masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada

kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis). Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk

meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk

keseluruhan.

f. Evaluasi (Evaluation).Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau pemikiran terhadap suatu materi atau obyek

( Notoatmodjo 2010).

2. Cara Memperoleh Pengetahuan.

Menurut Notoatmojo,(2010) Ada beberapa cara untuk memperoleh

pengetahuan yaitu:

a. Cara coba-salah (Trial and Error).

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan

dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak

berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila kemungkinan kedua ini

gagal pula, maka dicoba dengan kemungkinan ketiga dan apabila

kemungkinan ketiga gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya,

sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah sebabnya maka cara

ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau salah) atau metode

coba salah coba- coba.

b. Cara kekuasaan atau otoritas.

Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak sekali kebiasaan-

kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui

penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak.


25

Kebiasaan-kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari generasi

ke generasi berikutnya.dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas

pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu

pengetahuan.

Prinsip cara ini adalah, orang lain menerima pendapat yang

dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dulu

menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta

empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan

karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap

bahwa yang dikemukakannya adalah benar.

c. Berdasarkan pengalaman pribadi.

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah,

pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan

sumber pengetahuan,atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk

memperoleh Pengetahun.

d. Melalui jalan pikiran.

Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara berpikir

manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu

menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya.

Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia

telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun

deduksi.

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:

a. Umur

Usia adalah umur individu terhitung mulai saat lahir sampai

berulang tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan

kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja.


26

b. Pendidikan.

Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka makin mudah

menerima informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang

dimiliki. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat

perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai baru yang di

perkenalkan.

c. Pekerjaan.

Pekerjaan dapat memberikan pengalaman maupun pengetahuan

baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan pekerjaan

dapat membentuk suatu pengetahuan karena adanya saling mewnukar

informasio antara teman – teman di lingkungan kerja.

d. Pengalaman.

Merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan,

baik dari pengalaman diri sendiri maupun orang lain. Hal tersebut

dilakukan dengan cara pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil maka

orang akan menggunakan cara tersebut dan bila gagal tidak akan

mengulangi cara itu.

e. Kepercayaan.

Notoatmodjo,(2010). Menjelaakan bahwah Kepercayaan adalah

sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian tanpa

menunjukkan sikap pro atau anti kepercayaan. Sering diperoleh dari

orang tua, kakek atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu

berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

Kepercayaan berkembang dalam masyarakat yang mempunyai tujuan dan

kepentingan yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali

mendapatkan informasi yang sama.


27

E. Tinjauan Tentang Kepercayaan

1. Definisi Kepercayaan

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kepercayaan adalah

anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau

nyata (Setiawan & Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, 2015).

Menurut Notoatmodjo, (2010). Kepercayaan disini tidak ada kaitannya

dengan hal – hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu itu

benar atau salah. Kepercayaan dapat bersifat rasional atau irasional.

Kepercayaan yang rasional jika kepercayaan tersebut masuk diakal, seperti

orang percaya bahwa dokter bisa menyembuhkan sebuah penyakit.

Sebaliknya seseorang yang memiliki kepercayaan irasional akan

mempercayai bahwa air putih yang diberi mantera dapat menyembuhkan

sebuah penyakit

Menurut Moordiningsih (2010), kepercayaan (trust) di Asia Timur,

kepercayaan merupakan konsep relasional bukan individual. Ia tidak

berkaitan dengan kepentingan atau keuntungan pribadi individu.

Kepercayaan adalah konsep yang mengandung harmoni, jaminan, dan

kesejahteraan untuk individu dan komunitas. Kepercayaan dikembangkan

mulai dari keluarga, dalam kelekatan hubungan orang tua dan anak.

Kemudian kepercayaan berkembang dalam lingkungan kerabat dan teman

dekat. Lebih lanjut kepercayaan pada orang lain merupakan hal yang tidak

mudah. Kepercayaan terbentuk melalui rangkaian perilaku antara orang yang

memberikan kepercayaan dan orang yang dipercayakan tersebut.

Menurut Depkes (2009), salah satu penyebab rendahnya pencapaian

imunisasi di karenakan adanyanya factor kepercayaan terhadap salah satu

budaya. Hal ini akan mempengaruhi dalam pemberian imunisasi karena ada

wilayah-wilayah tertentu yang berada di Indonesia yang mempunyai budaya

yang berpengaruhi pada pembeberian imunisasi sehingga cakupan imunisasi

masih belum mencapai target.


28

2. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kepercayaan

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan menurut Job (2005)

dan Putnam (dalam Tranter dan Skrbis, 2009), ada dua yaitu:

a. Faktor rasional. Faktor rasional bersifat strategis dan kalkulatif dengan

kata lain orang dapat dipercaya karena memiliki keahlian khusus atau

memiliki jabatan profesional. Orang yang memberikan kepercayaan

(trustor) dapat memperkirakan apakah orang yang mendapat

kepercayaan (trustee) dapat melaksanakan tuntutan trustor tersebut.

Pandangan bahwa munculnya kepercayaan pada umumnya dari factor

rasional (Coleman, Gambetta, Hardin, Luhmann, Yamagishi, dalam Job,

2005; Braun, 2011), dan asumsi bahwa untuk memberi kepercayaan

(trust) kepada orang lain harus terlebih dahulu mendapat informasi atau

pengetahuan tentangnya.

b. Faktor relasional. Faktor relasional disebut juga faktor afektif atau

moralistis. Kepercayaan relasional berakar melalui etika yang baik, dan

berbasis pada kebaikan seseorang. Kepercayaan relasional memiliki

dasar nilai yang disepakati suatu komunitas, gerak hati, dan kepentingan

bersama. Komunitas memiliki pertimbangan sebelum memberikan

kepercayaan dan sebuah perubahan tidak dibebankan pada satu orang

saja (Mishler & Rose dalam Job, 2005). Teori relasional mengatakan

kepercayaan merupakan hal yang terkondisi melalui budaya dan

pengalaman, keyakinan mengenai orang yang dapat bekerja di institusi

politik.Jadi, faktor-faktor yang mempengaruhi kepercayaan terdiri dari dua

hal yakni faktor rasional dan faktor relasional.

c. Faktor-Faktor yang Membentuk Kepercayaan

Menurut Mayer (Ainurrofiq, 2007) faktor yang membentuk

kepercayaan seseorang terhadap yang ada tiga yaitu:


29

1) Kemampuan. Kepercayaan adalah ranah khusus, sehingga individu

membutuhkan keyakinan akan seberapa baik seseorang

mempelihatkan performanya. Faktor pengalaman dan pembuktian

performanya akan mendasari munculnya kepercayaan orang lain

terhadap individu. Kim (dalam Ainurrofiq, 2007) menyatakan bahwa

ability meliputi, pengalaman, pengesahan institusional, dan

kemampuam dalam ilmu pengetahuan.

2) Integritas. Integritas terlihat dari konsistensi antara ucapan dan

perbuatan dengan nilai-nilai diri seseorang. Kejujuran saja tidak cukup

untuk menjelaskan tentang integritas, namun integritas memerlukan

keteguhan hati dalam menerima tekanan. Kim (dalam Ainurrofiq, 2007)

mengemukakan bahwaintegrity dapat dilihat dari sudut kewajaran

fairness), pemenuhan (fulfillment), kesetiaan (loyalty), keterus-

terangan(honestly), keterkaitan (dependability), dan kehandalan

(reliabilty)

3) Kebaikan hati. Kebaikan hati berkaitan dengan intensi (niat). Ada

ketertarikan dalam diri seseorang ketika berinte raksi dengan orang

lain. Hal tersebut akan mengarahkannya untuk memikirkan orang

tersebut dan memberikan intense untuk percaya atau tidak dengan

orang tersebut. Menurut Kim (dalam Ainurrofiq, 2007 benevolence

meliputi perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.

F. Tinjauan Tentang Dukungan Keluarga.

1. Definisi Keluarga.

Menurut Friedman,(2010). Keluarga adalah dua atau lebih dari dua

individu yang tergabung hubungan darah, hubungan perkawinan ataupun

pengangkatan dan dimana mereka hidup dalam satu rumah tangga

berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya masing-masing

menciptakan dan mempertahankan suatu kebudayaan.


30

. Sedangkan menurut (Ali 2010), Keluarga adalah dua atau lebih

individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan dan

adopsi dalam satu rumah tangga yang berinteraksi satu dengan lainnya

dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya

2. Definisi Dukungan Keluarga.

Kaplan dan Sadock,(2010).Mengatakan bahwa dukungan keluarga

adalah suatu bentuk hubungan interpersonal yang melindungi seseorang dari

efek stress yang buruk.

Sedangkan menurut (Friedman, 2010). Dukungan keluarga adalah

sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya

yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan

bantuan jika diperlukan. Dalam hal ini penerima dukungan keluarga akan

tahu bahwa ada orang lain yang memperhatikan, menghargai dan

mencintainya.

Yanti, (2012). Mendefinisikan tentang dukungan keluarga merupakan

hubungan interpersonal yang didalamnya berisi pemberian bantuan yang

melibatkan aspek-aspek yang terdiri dari informasi, perhatian emosi,

penilaian dan bantuan instrumental yang diperoleh ibu melalui interaksi

dengan lingkungan dimana hal itu memiliki manfaat emosional atau efek

perilaku bagi penerima, sehingga dapat membantu ibu dalam mengatasi

masalahnya. Dukungan keluarga merupakan salah satu variabel penting

yang membantu ibu dalam mengahadapi permasalahan dan pemecahan

masalah setelah proses melahirkan.

3. Bentuk-Bentuk Dukungan Keluarga.

Dukungan keluarga menurut (Friedman, 2010) adalah sikap,

tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental dan

dukungan emosional. Jadi dukungan keluarga adalah suatu bentuk


31

hubungan interpersonal yang meliputi sikap, tindakan dan penerimaan

terhadap anggota keluarga, sehingga anggota keluarga merasa ada yang

memperhatikan. Menurut(Ali .2009) bentuk dukungan keluarga terdiiri dari

empat macam dukungan yaitu:

a. Dukungan informasional.

Yang bersifat informasional dapat berupa sarana pengarahan dan

umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan masalah antara lain

keluarga mengetahui anggota keluarganya telah memasuki masa tua,

keluarga mengetahui masalah penykakit yang biasa terjadi pada orang

usia lanjut, keluarag mengetahui sebab-sebab lansia rentan terhadap

masalah penyakit keluarga mengenali gejala-gejala yang terjadi apabila

lansia mengalami masalah sakit dan keluarga mengganggap perawatan

pada orang tua itu penting.

b. Dukungan penilaian.

Keluarga bertindak sebagai bimbingan umpan balik membimbing

dan menangani dalam pemecahan masalah serta. Sebagai sumber

dan validator identitas anggota. Dukungan ini melibatkan ekspresi yang

berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide-ide,

perasaan dan performa orang lain.

c. Dukungan instrumental.

Keluarga merupakan sumber pertolongan praktis dan konkrit.

Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan secara langsung misalnya

berupa penyediaan barang-barang jasa yang diperlukan.

d. Dukungan emosional.

Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istrahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi Merupakan

dukunganm emosional yang mencakup ungkapan empati, kepedulian dan

pengertian terhadap orang yang bersangkutan misalnya penegasan,

reward, pujian dan sebagainnya.


32

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Dasar Pemikiran Penelitian

Imunisasi adalah sebagai usaha pencegahan dari berbagai jenis

penyakit dimana hal ini merupakan suatu kebutuhan untuk menjamin

kesehatan anak sejak dini sehinga menjadikan suatu usaha pencegahan

penyakit yang tidak biasa ditunda pelaksanaanya. Beberapa penyakit yang

dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio,

difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, TB, dan lain sebagainya.

Namun Saat ini, meskipun Program imunisasi sudah dikenal luas

dikalangan masyarakat, namun partisipasi masyarakat untuk memberikan

imunisasi kepada anak masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan

beberapa faktor yang mempengaruhi ketepatan pemberian imunisasi

diantara lain adalah pengetahuan orang tua, kepercayaan, dukungan

keluarga, pendapatan keluarga, sikap orang tua, lingkungan dan sosial

budaya setempat. Demikian erat kaitannya dengan peran ibu sebgai

pengasu utama pada bayi serta dukungan keluarga sehingga pengetahun

dan dunkungan keluarga Perlu untuk dikaji ulang.

Menurut (Ranuh,dkk.2008).bahwa pengetahuan ibu tentang

imunisasi mempengaruhi pelaksanaan imunisasi, bila pengetahuan ibu

tentang imunisasi kurang, tidak merasa butuh atau sekedar ikut-ikutan,

maka akan berpengaruh pada pemberian imunisasi pada anaknya tidak

sesuai dengan jadwal baik waktu maupun jaraknya. Apabila

pengetahuan ibu tentang pemberian imunisasi baik diharapkan

pemberian imunisasi dapat bisa sesuai dengan jadwal sehingga program

imunisasi memenuhi kuantitas dan kualitas kesehatan bayi .

32
33

Kepercayaan merupakan konsep relasional bukan individual. Ia tidak

berkaitan dengan kepentingan atau keuntungan pribadi individu.

Kepercayaan adalah konsep yang mengandung harmoni, jaminan, dan

kesejahteraan untuk individu dan komunitas. Kepercayaan dikembangkan

mulai dari keluarga, dalam kelekatan hubungan orang tua dan anak.

Kemudian kepercayaan berkembang dalam lingkungan kerabat dan teman

dekat.

(Friedman.2003). Menyatakan bahwa bentuk dukungan keluarga yang

dapat diberikan dapat berupa dukungan informasi, dukungan penilaian,

dukungan instrumental, dan dukungan emosional. Dukungan keluarga

adalaha merupakan salah satu faktor yang penting, karena berkaitan

langsung dengan kebutuhan penunjang orang tua dalam memberikan

imunisasi kepada anaknya. Sebab jika tidak ada dukungan dari keluarga

maka, proses pemberian imunisasi kepada anak akan sangat sulit

dilaksanakan. Dalam hal ini, berkaitan dengan kesiapan keluarga untuk

mengantar anak ke posyandu atau klinik untuk diberikan imunisasi

B. Kerangka Konsep.
Faktor yang mempengaruhi:
Variabel Independent Variable Dependent

Pengetahuan orang Tua

Kepercayaan

Dukungan Keluarga

Pendapatan Keluarga
Ketepatan Waktu
Pemberian Imunisasi
Sikap orang Tua
BCG

Lingkungan

Sosial Budaya

Gambar. 3.1: Kerangka Konsep


34

Keterangan:

: Independent : Pengetahuan dan Dukungan Keluarga


: Dependent : Ketepatan waktu pemberian Imunisasi BCG
: Variabel yang tidak diteliti
: Pengaruh Variabel Independent dengan dependent.
C. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) yaitu:
a. Pengetahuan.
b. Kepercayaan
c. Dukungan keluarga
2. Variabel terikat (dependent) yaitu ketepatan waktu pemberian imunisasi
BCG.
D. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Pengetahuan.

Menurut Notoadmodjo,(2012). Pengetahuan adalah segala sesuatu

yang diketahui oleh responden sehubungan dengan pemberian imunisasi

BCG kepada bayi.

Kriteria objektif :

a. Cukup : jika persentase jawaban benar 56% -75%.

(6-10 jawaban yang benar)

b. Kurang : jika persentase jawaban benar < 55%.(Arikunto,2006)

(0-5 jawaban yang benar)

2. Kepercayaan/Tradisi

Kepercayaan ibu terhadap adat istiadat/tradisi setempat terhadap pemberian

imunisasi BCG.

Kriteria objektif :

a. Cukup : jika persentase jawaban benar 56% -75%.

(6-10 jawaban yang benar)

b. Kurang : jika persentase jawaban benar < 55%.

(0-5 jawaban yang benar)


35

3. Dukungan Keluarga.

Friedman,(2010).Mengatakan bahwa Dukungan Keluarga adalah

sikap, tindakan penerimaan keluarga terhadap anggota keluarganya, berupa

dukungan informasional, dukungan penilaian,dukungan instrumental dan

dukungan emosional.

Kriteria objektif:

a. Cukup : bila jawaban responden memperoleh nilai > 50% dari

total skor maksimal (10-20 jawaban yang benar).

b. Kurang : bila jawaban responden memperoleh nilai ≤ 50 dari total

skor maksimal (0-9 jawaban yang benar).

4. Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG adalah Bila orang Tua

Memberikan Imunisasi BCG pada Umur 0-1 Bulan yang Buktikan

dengan Catatan di Buku KMS

Kriteria Obyektif:

a. Tepat waktu : bila imunisasi BCG diberikan pada umur bayi < 2

bulan.

b. Tidak tepat waktu :.bila imunisasi BCG diberikan pada umur bayi > 2

bulan.

E. Hipotesis Penelitian.

1. Pengetahuan

Ho : Tidak ada hubungan pengetahuan dengan ketepatan waktu pemberian

imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

Ha : Ada hubungan pengetahuan dengan ketepatan waktu pemberian

imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.


36

2. Dukungan keluarga

Ho : Tidak ada hubungan Dukungan keluarga dengan ketepatan waktu

pemberian imunisasi BCG pada bayi 0-1 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

Ha : Ada hubungan Dukungan keluarga dengan ketepatan waktu

pemberian imunisasi BCG pada bayi 0-1 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

3. Kepecayaan/tradisi

Ho : Tidak ada hubungan Kepecayaan dengan ketepatan waktu

pemberian imunisasi BCG pada bayi 0-1 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

Ha : Ada hubungan kepercayaan dengan ketepatan waktu

pemberian imunisasi BCG pada bayi 0-1 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019


37

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Arikunto,(2010).Mendefinisikan Bahwah Jenis penelitian yang

digunakan adalah penelitian observasional dengan pendekatan cross

sectional. Dimana penelitian diadakan dalam waktu yang bersamaan tetapi

dengan subjek yang berbeda-beda untuk mengetahui hubungan Pengetahuan

dan Dukungan Keluarga dengan ketepatan waktu pemberian Imunisasi BCG

pada bayi .

B. Waktu Dan Lokasi Penelitian

1. Waktu
Penelitian telah dilaksanakan setelah proposal ini di seminarkan

tepatnya pada bulan Mei 2019.

2. Tempat
Penelitian ini akan dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Poli-

Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur tahun 2019.

C. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Agus Riyanto.(2010). Mengatakan populasi adalah seluruh subyek

(manusia, binatang, percobaan, data laboratorium) yang akan diteliti dan

memenuhi karakteristik yang ditentukan. Populasi penelitian adalah semua

ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja puskesmas Poli-Polia Periode

Agustus 2018-April 2019 berjumlah orang 125.

2. Besar Sampel

Sampel penelitian yaitu ibu yang memiliki bayi di wilayah kerja

Puskesmas Poli-Polia yang memenuhi kriteria eksklusi dan inklusi.

Menurut Notoatmodjo,(2005). Teknik pengambilan sampel yang

digunakan yakni dengan cara Purposive Sampling.


37
38

Pengambilan sampel secara Purposive didasarkan pada suatu

pertimbangan-pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri

berdasarkan ciri atau sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya.

Dengan rumus perhitungan sampel sebagai berikut:

N
n =

1+ N (d2)

Keterangan

n : Besar Sampel

N : Besar Polpulasi

d : Tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (0,1)

Perhitungan Sampel:

n : 125 90

1+125 (d2)

n : 125 90

1+(125.0,01 )

n : 125 90

2,25

n : 55,5

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 55 sampel.

Dimana jumlah beberapa sampel dari 12 desa yang ada di wilayah

kerja Puskesmas Poli-Polia yaitu diantaranya dapat diuraikan sebagai

berikut:
39

No Desa Jumlah Sampel


1 Kel.Poli-Polia 5
2 Taosu 4
3 Inotumewao 4
4 Tokai 5
5 Wia-Wia 5
6 Polemaju Jaya 3
7 Polenga Jaya 4
8 Pangi-Pangi 4
9 Andowengga 6
10 Puundukulo 4
11 Hakambaloli 6
12 Wundubite 5
Jumlah Total Sampel 55

3. Kriteria Sampel
a. Kriteria inklusi:
1) Ibu bayi yang komunikatif.
2) Ibu yang bersedia Menjadi respondent dalam penelitian ini
3) Ibu dengan bayi umur 2-9 bulan
b. Kriteria Ekslusi: Ibu dengan bayi berumur 0-1 bulan.
D. Sumber Data dan Cara Pengumpulan Data

1. Jenis data

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer dan data

sekunder. Data primer meliputi pengetahuan, dukungan keluarga dan

ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG pada bayi di Puskesmas

Poli-polia. Sedangkan data sekunder Data diambil dari buku register

peserta Imunisasi di Puskesmas Poli-Polia.

2. Instrumen penelitian

Penelitian ini menggunakan kuesioner yaitu berupa serangkaian

pertanyaan/kuesioner yang diajukan kepada responden guna

mengumpulkan informasi dari responden mengenai objek yang sedang

diteliti, baik berupa pendapat, tanggapan ataupun dirinya sendiri.


40

3. Cara Pengumpulan Data

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan

kuisioner yang telah disediakan, sedangkan data sekunder dilakukan

dengan cara melihat data yang terdapat dalam buku register peserta

Imunisasi di Puskesmas Poli-Polia.

E. Pengolahan Dan Penyajian Data

1. Pengolahan Data

a) Editing

Dilakukan setelah semua data terkumpul kemudian dilakukan

pemeriksaan kelengkapan data menurut karakteristiknya kesinambunga

n data dan keragaman data.

b) Coding

Untuk memudahkan pengolahan data maka semua jawaban atau

diberi kode menurut jawaban responden. Pengkodean ini dilakukan

dengan pemberian halaman, daftar pertanyaan, nomor pertanyaan,

nomor variabel dan nama variabel.

c) Scoring

Skoring adalah proses penjumlahan untuk memperoleh total skor

dari setiap butir pertanyaan.

d) Tabulating

Tabulating data adalah penyusunan data sedemikian rupa

sehingga memudahkan dalam penjumlahan data dan disajikan dalam

bentuk tulisan.

2. Analisis penyajian Data

Setelah data terkumpul dilakukan uji analisis seperti berikut:

a) Analisis Univariat

Notoatmotdjo S,(2007). Mengatakan bahwah Analisis

dilakukan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.


41

Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi dan persentase dari tiap variabel. Analisis univariat adalah

analisis satu varibel tertentu yang akan mendeskripsikan atau

menggambarkan keadaan responden dari semua variabel.

𝑓
𝑋= 𝑥 100
𝑛
Keterangan

X= jumlah persentase variabel yang diteliti

F= frekuensi kriteria variabel yang diteliti

N= jumlah populasi

b) Analisis Bivariat

Analisis Bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan variabel

dependen dengan variabel independen dengan menggunakan rumus

Chi- Square dengan bantuan program SPSS 16: Setelah dihitung nilai

x² hitung dibanding dengan x² tabel pada tarap signifikan 5% (  = 0,05

), dengan tingkat kepercayaan 95% pengambilan keputusan dilakukan

sebagai berikut:

1) Jika x² hitung > x² tabel maka H0 ditolak dan Ha diterima yang berarti

ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel

independen.

2) Jika x² hitung < x² tabel maka H0 diterima dan Ha ditolak yang

berarti tidak ada hubungan antara variabel dependen dengan

variabel independen (sugiono, 2006).

Jika Ha diterima kemudian dilanjutkan Uji keeratan hubungan

dilakukan dengan kontigensi phi (φ)


42

 2 = X2
n

Syarat penggunaan Uji Keeratan hubungan jika Ha diterima dengan

ketentuan :

0,801 – 1,000 = hubungan sangat kuat

0,601 – 0,800 = hubungan kuat

0,401 – 0,600 = hubungan cukup kuat

0,201 – 0,400 = hubungan lemah

0,001 – 0,200 = hubungan sangat lemah ( Sugiyono, 2006).

F. Etika Penelitian

Dalam melakukan penelitian, penulis memandang perlu adanya

rekomendasi dari pihak institusi atas pihak lain dengan mengajukan

permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Setelah mendapat

persetujuan barulah dilakukan penelitian dengan menekankan masalah etika

penelitian yang meliputi (Notoatmotdjo S, 2007)

1. Informed consent (lembar persetujuan)

2. Lembar persetujuan ini diberikan kepada responden yang akan diteliti yang

memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul penelitian dan manfaat

penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti tidak akan memaksakan

kehendak dan tetap menghormati hak-hak subjek.

3. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan peneliti tidak akan mencantumkan

nama responden, tetapi lembar tersebut diberikan kode.

4. Confidentiality (kerahasian)

Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti dan hanya

kelompok data tertentu yang akan di laporkan sebagai hasil penelitian.


43

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambar Umum Lokasi Penelitian

1. Keadaan Geografis

Puskesmas Poli-Polia merupakan salah satu Puskesmas yang ada di

wilayah Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Propinsi Sulawesi

Tenggara yang di bangun pada tanggal 4 April 2008.Puskesmas Poli-polia

terletak di Kelurahan Poli-Polia Kecamatan Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur dengan jumlah 11 desa dan 1 kelurahan, dengan batas-batas

wilayah sebagai berikut :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Ladongi,


b. Sebelah Timur berbatsan dengan Kecamatan Dangia
c. sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Lambandia
d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Wundolako
2. Keadaan Demografi
a. Luas wilayah

Luas wilayah Puskesmas Poli-Polia adalah 156,28 km2. Daerah

Puskesmas ini merupakan daerah pertanian dengan kehidupan

penduduk mayoritas sebagai petani dengan jumlah penduduk 10.599

jiwa/2907 KK yang terdiri dari 5.304 laki-laki dan 5.295 perempuan yang

tersebar di 11 desa dan 1 kelurahan. Kondisi wilayah kerja Puskesmas

Poli-polia sebagian besar berada pada daerah datar dengan daerah

perkotaan dan jalur transportasi cukup lancar dari ibu kota Kabupaten

Kolaka Timur.

b. Dana Pendukung
Dana pendukung kegiatan Puskesmas Poli-polia bersumber dari:
1) BPJS (Bantuan jaminan Kesehatan)
2) BOK (Bantuan Oprasional Kesehatan)
44

3) (OP) Dana Operasional Puskesmas


44
3. Sarana dan Prasarana
a. Sarana
Sarana yang tersediah di Puskesmas Poli-polia yang dapat
dimanfaatkan adalah :
1) Ruangan Kepala Puskesmas : 1 ruangan
2) Ruang tata usaha : 1 ruangan
3) Poli umum : 1 ruangan
4) Poli gigi : 1 ruangan
5) Poli KIA : 1 ruangan
6) Ruang gizi : 1 ruangan
7) Ruang kartu : 1 ruangan
8) Apotik : 1 ruangan
9) IGD : 1 ruangan
10) Kamar Bersalin : 1 ruangan
11) Labolatorim : 1 ruangan
b. Prasarana
Sarana maupun fasilitas lainnya yang terdapat di UPTD puskesmas
poli-polia antara lain:
1) Posyandu : 12 buah
2) Puskesmas Pembantu (Pustu) :-
3) Polindes :3
c. Tenaga kesehatan
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Poli-polia adalah
64 orang yang terdiri dari:
1) Dokter umum : 1 orang

2) Bidan : 20 orang

3) Perawat : 18 orang

4) Tenaga gizi : 2 orang

5) Apoteker : 1 orang

6) Kesehatan lingkungan : 2 orang

7) Kesehatan masyarakat : 3 orang


45

8) Analis : 1 Orang

B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan pengetahuan

kepercayaan dan dukungan keluarga dengan ketepatan waktu

pemberian Imunisasi BCG pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poli-Polia

Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019. Data primer yang dikumpulkan melalui

kuesioner selanjutnya diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat

menggunakan software SPSS for windows versi 16.

1. Karakteristik Responden

Karekteristik responden ini meliputi Umur responden, Tingkat

pendidikan, pekerjaan.

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur

Distribusi responden berdasarkan kelompok umur dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kelompok


Umur di Wilayah Kerja Puskesmas Poli-Polia Kab.
Kolaka Timur Tahun 2019

No Kelompok Umur Jumlah


N %
1. < 20 Tahun 6 10,9
2. 20 - 35 Tahun 43 78,2
3. < 35 Tahun 6 10.9
Total 55 100
Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa dari 55 responden

yang dijadikan sampel penelitian ini, sebagian besar responden

sebanyak 43 (78,2%) yang berumur 20-35 tahun, dan yang berumur

dibawah <20 tahun dan <35 tahun sebanyak 6 (10,9%) responden.

b. Karakeristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan dapat

terlihat pada tabel berikut:


46

Tabel. 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat


Pendidikan Di Wilayah Kerja Puskesmas Poli-Polia
Kab. Kolaka Timur Tahun 2019
No Tingkat Pendidikan Jumlah
N %
1. Tidak Sekolah 9 16,4
2. SD 14 25,5
3. SMP 11 20,0
4. SMA 13 23,6
5. PT 8 14.5
Total 55 100
Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa dari 55 responden

yang dijadikan sampel dalam penelitian, sebagian besar responden

berpendidikan SD yaitu sebanyak 14 (25,5%), sedangkan yang paling

sedikit adalah tingkat pendidikan PT berjumlah 8 (14,5 %) responden.

c. Karakeristik Responden Berdasarkan Status Pekerjaan

Distribusi responden berdasarkan status pekerjaan dapat terlihat

pada tabel berikut:

Tabel . 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Menurut Status


Pekerjaan Di Wilayah Kerja Puskesmas Poli-Polia
Kab. Kolaka Timur Tahun 2019

No Pekerjaan Jumlah %
1. IRT 39 70,9
2. Petani 4 7,3
3. Wiraswasta 8 14,5
4. PNS 4 7,3
Total 55 100
Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019

Berdasarkan tabel tersebut didapatkan bahwa dari 55 responden

yang dijadikan sampel dalam penelitian, IRT merupakan status

pekerjaan yang paling banyak yaitu 39 (70,9%) dan paling sedikit

adalah status pekerjaan sebagai petani dan PNS yang masing-masing

berjumlah 4 (7,3%) responden.


47

2. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis untuk memperoleh gambaran dari

variabel yang diteliti baik variabel terikat maupun variabel bebas, kemudian

ditampilkan dalam bentuk distribusi frekuensi. Analisis univariat dilakukan

untuk mendeskripsikan, Pengetahuan, Dukungan Keluarga Kepercayaan

dan Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG pada Bayi.

a. Deskripsi Pengetahuan Responden

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan mengenai

imunisasi BCG dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Dengan Ketepatan


Waktu Pemberian Imunisasi BCG Di Wilayah Kerja
Puskesmas Poli-Polia Kab. Kolaka Timur Tahun 2019
No Pengetahuan Jumlah %
1. Cukup 21 38,2
2. Kurang 34 61,8
Total 55 100
Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019

Berdasarkan tabel diatas dari 55 responden yang dijadikan sempel

penelitian, sebagian besar responden memiliki pengetahuan kurang

yaitu 34 (61,8%) dan sebanyak 21 (38,2%) dan responden memiliki

pengetahuan cukup.

b. Diskripsi Kepercayaan Responden

Distribusi responden berdasarkan kepercayaan ibu tentang

imunisasi BCG dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Kepercayaan Responden Dengan


Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah
Kerja Puskesmas Poli-Polia Kab. Koltim Tahun 2019
No Kepercayaan Jumlah %
1. Cukup 16 29,1
2. Kurang 39 70,9
Total 55 100
Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019
48

Tabel di atas memberikan gambaran bahwa dari 55 responden

dalam penelitian ini, ditemukan sebagian besar responden yang

memiliki tingkat kepercayaan kurang sebanyak 39 (70,9%), mengenai

imunisasi BCG dan 16 (29,1%) responden yang memiliki tingkat

kepercayaan cukup terhadap imunisasi BCG.

c. Deskripsi Dukungan Keluarga Responden

Distribusi responden berdasarkan dukungan keluarga mengenai

imunisasi BCG dapat terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Dukungan Keluarga Responden


Dengan Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG di
Wilayah Kerja Puskesmas Pondidaha Kab. Kolaka Timur
Tahun 2019
No Dukungan Keluarga Jumlah %
1. Cukup 28 50,9
2. Kurang 27 49,1
Total 55 100
Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019

Tabel diatas memberikan gambaran bahwa dari hasil penelitian

yang dilakukan pada responden (Ibu bayi) di wilayah kerja Puskesmas

Poli-Polia Tahun 2019 dengan dukungan keluarga terhadap imunisasi

BCG, yakni dari 55 orang ibu bayi yang menjadi responden, ada 28

orang (50,9%) responden mendapat dukungan keluarga pada kategori

cukup, dan 27 orang (49,1%) responden mendapat dukungan keluarga

pada kategori Kurang .

d. Deskripsi Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG

Distribusi ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG dapat

terlihat pada tabel 4.7:


49

Tabel 4.7 Distribusi Ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG di


Wilayah Kerja Puskesmas Poli-Polia Kab. Kolaka Timur
Tahun 2019
Ketepatan Waktu Pemberian Jumlah
No %
Imunisasi BCG
1. Tepat Waktu 24 43,6
2. Tidak Tepat Waktu 31 56,4
Total 55 100
Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa mayoritas ibu

bayi di wilayah kerja Puskesmas Poli-Polia Tahun 2019 memberikan

imunisasi BCG yang tidak tepat waktu pada bayinya, yakni dari 55

orang ibu bayi yang menjadi responden, 31 orang (56,4%).

3. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan dua

variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel independen (kategorik) dengan variabel dependen

(kategorik). Analisis bivariabel dalam penelitian ini dilakukan dengan Chi

Square untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan pengetahuan,

Kepercayaan dan dukungan keluarga dengan ketepatan waktu pemberian

Imunisasi BCG pada Bayi di wilayah kerja Puskesmas Poli-Polia

kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

a. Hubungan Pengetahuan Dengan Ketepatan Waktu Pemberian


Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poli-
Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019
Distribusi hubungan pengetahuan responden dengan

ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019,

Terlihat pada Tabel 4.8:


50

Tabel. 4.8 Hubungan Pengetahuan Ibu Dengan Ketepatan


Waktu Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Kerja
Puskesmas Poli-Polia Kab. Koltim Tahun 2019

Ketepatan Waktu
pemberian Imunisasi Total
No Pengetahuan BCG X2 X2
Phi
Tepat Tdk. Tepat Tabel Hitung
Waktu Waktu
n %
n % n %
1 Cukup 14 25.5% 7 12.7% 21 38.2% 3,841 11,678 0,461
2 Kurang 7 12.7% 27 49.1% 34 61,8%
Total 21 38,2 34 61,8 55 100,0

Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa mayoritas responden (ibu

bayi) di wilayah kerja Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur

yang memiliki pengetahuan Cukup, memberikan imunisasi BCG tepat

waktu kepada bayinya. Dari 21 responden memiliki pengetahuan

cukup mayoritas memberikan imunisasi BCG kepada bayinya

dengan tepat waktu, terdapat 14 orang (25,5%), dan 7 orang

(12,7%) ibu bayi tidak tepat waktu dalam memberikan imunisasi BCG

kepada bayinya. Sedangkan ibu bayi yang memiliki pengetahuan

kurang dari 34 ibu yang memberikan imunisasi BCG secara tepat

waktu hanya berjumlah 7 orang (12,7 %) dan mayoritas lebih banyak

yang tidak tepat waktu dalam memberikan imunisasi BCG yaitu 27

(49,1%).

Hasil uji statistik dengan nilai X2 hitung = 11,678> X2 tabel =

3,841, dan nilai Phi (φ) = 0,461 yang dapat disimpulkan Ho ditolak

dan Ha diterima dengan demikian ada hubungan cukup kuat antara

pengetahuan dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG

pada bayi di Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur.


51

b. Hubungan Kepercayaan Dengan Ketepatan Waktu Pemberian


Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Poli-
Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019
Distribusi hubungan kepercayaan responden dengan

ketepatan Waktu Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah

Kerja Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019,

Terlihat pada Tabel berikut :

Tabel. 4.9 Hubungan Kepercayaan Dengan Ketepatan Waktu


Pemberian Imunisasi BCG di Puskesmas Poli-Polia
Kab. Kolaka Timur Tahun 2019

Ketepatan Waktu
Pemberian Imunisasi
Total
No Kepercayaan BCG X2 X2
Tepat Tdk. Tepat Tabel Hitung
Phi
Waktu Waktu
n %
n % n %
1 Cukup 12 21.8% 4 7.3% 16 29,1%
2 Kurang 9 16.4% 30 54.5% 39 70,9% 3,841 12,959 0,485
Total 21 38,2 34 61,8 55 100,0

Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019

Tabel diatas menunjukkan bahwa responden (ibu bayi) yang

dijadikan sebagai sampel dalam penelitian memiliki tingkat

Kepercayaan Cukup terhadap pemberian imunisasi BCG. Dari 16 ibu

bayi yang memiliki tingkat kepercayaan cukup, terdapat 12 orang

(21,8%) yang memberikan imunisasi BCG dengan tepat waktu, dan 4

orang (7,3%) tidak tepat waktu. Sedangkan ibu bayi yang memiliki

tingkat kepercayaan kurang dari 39 ibu yang memberikan

imunisasi BCG secara tepat waktu hanya berjumlah 9 orang (16,4 %)

dan mayoritas lebih banyak yang tidak tepat waktu yaitu

30 (54,4%) responden.
52

Hasil uji statistik dengan nilai X2 hitung = 12,959 > X2 tabel =

3,841, dan nilai Phi (φ) = 0,461 yang dapat disimpulkan Ho ditolak dan

Ha diterima dengan demikian ada hubungan cukup kuat antara

kepercayaan dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG

pada bayi di Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur.

c. Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Ketepatan Waktu


Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah Kerja
Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019

Distribusi hubungan dukungan keluarga dengan ketepatan

Waktu Pemberian Imunisasi BCG Pada Bayi di Wilayah Kerja

Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019, Terlihat

pada Tabel berikut :

Tabel 4.10 Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Ketepatan


Waktu Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Kerja
Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur
Tahun 2019
Ketepatan Waktu
Pemberian Imunisasi
Jumlah
No Dukungan BCG X2 X2
Keluarga Tepat Tdk. Tepat Tabel Hitung Phi
Waktu Waktu
n %
n % n %
1 Cukup 16 29.1% 12 21,8% 28 50,9% 3,841 8.688 0,397
2 Kurang 5 9.1% 22 40.0% 27 49,1%
Total 21 38,2 34 61,8 55 100,0

Sumber : Data Primer, diolah tanggal 29 Juni 2019.

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa dari hasil penelitian yang

dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka

Timur responden (ibu bayi) yang mendapat dukungan keluarga yang

cukup dapat memberikan imunisasi BCG tepat waktu kepada bayinya,

dimana dari 28 orang ibu bayi yang mendapat dukungan keluarga


53

pada kategori cukup, terdapat 16 orang (29,1%) ibu bayi

memberikan imunisasi BCG yang tepat waktu kepada bayinya, dan

12 orang (21,8%) ibu bayi tidak tepat waktu. Sedangkan ibu bayi yang

kurang mendapatkan dukungan keluarga, dari 27 ibu yang

memberikan imunisasi BCG secara tepat waktu hanya berjumlah 5

(9,1%) ibu dan mayoritas lebih banyak yang tidak tepat waktu yaitu 22

(40,0%) responden.

Hasil uji statistik dengan nilai X2 hitung = 8.688> X2 tabel =

3,841, dan nilai Phi (φ) = 0,397 yang dapat disimpulkan Ho ditolak dan

Ha diterima dengan demikian ada hubungan lemah antara dukungan

keluarga dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG pada

bayi di Puskesmas Poli-Polia Kabupaten Kolaka Timur.

C. Pembahasan

1. Hubungan Pengetahuan dengan Ketepatan Waktu Pemberian

Imunisasi BCC

Pengetahuan adalah merupakan hasil “Tahu” dan terjadi setelah

orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu

Pengindraan terhadap objek terjadi melalui panca indra manusia yakni

penglihatan pendengaran penciuman,rasa dan raba dengan sendiri

(Notoatmodjo,2010).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 55 responden yang di

jadikan sampel dalam penelitian di wilayah kerja Puskesmas Poli-Polia

kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019 terdapat 21 (38,2%) responden

yang memiliki pengetahuan baik yang terdiri dari 14 (25,5%) yang tepat

waktu melakukan imunisasi BCG pada bayinya , dan 7 (12,7%) ibu yang

tidak tepat waktu memberikan Imunisasi BCG pada bayinya.


54

Sedangkan dari 34 (61,8%) responden yang berpengetahuan kurang

hanya terdapat 7 (12,7%) responden yang tepat waktu memberikan

imunisasi BCG pada bayinya dan mayoritas sebagian besar ibu

berpengetahuan kurang yaitu 27 (49,1%) responden yang tidak tepat

waktu memberikan imunisasi BCG pada bayinya.

Hal ini sesuai apa yang dikemukakan olehn Notoatmodjo (2010)

mengatakan bahwa pengetahuan yang dimiliki ibu merupakan dasar

bagi terbentuknya perilaku.Hal ini dapat dijelaskan karena orang akan

cenderung berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya,

sebab pengetahuan merupakan domain penting pembentuk perilaku

seorang ibu.

Di wilayah kerja Puskesmas Poli-Polia setelah dilkakukan peninjauan

saat penelitian Responden dengan tingkat pengetahuan cukup namun

tidak tepat waktu melakukan imunisasi BCG pada bayinya ini di karenakan

ibu memiliki kesibukan dengan sebagian kecil responden berstatus

pekerjaan sebagai petani 7,3% ,wiraswasta 14,5 % dan PNS 7 %

sehingga mereka memiliki alasan tidak memiliki waktu untuk membawa

bayinya ke posyandu. Sedangkan responden yang memiliki tingkat

pengetahuan kurang namun tepat waktu membawa bayinya ke posyandu

untuk memperoleh imunisasi hal ini di karenakan sebagian ibu berantusias

dengan kegiatan posyandu yang diadakan tiap bulanya dimana meskipun

mereka memiliki tingkat pengetahuan kurang namun karena antusiasnya

ibu dalam kegiatan posyandu sehinga mereka dapat memperoleh

informasi dari petugas kesehatan mengenai pentinggnya setiap bayi untuk

memperoleh imunisasi.
55

Hasil uji statistik, menunjukkan bahwa ada hubungan cukup kuat

antara pengetahuan dengan ketepatan waktu pemberian imunisa BCG.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Nurhidayati (2016)

yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan ibu

dengan kelengkapan pemberian imunisasi pada bayi. Juga Penelitian

yang dilakukan oleh Fitriani Sahid (2018) dan Arumsari (2015) diperoleh

data bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan kelengkapan

imunisasi antara lain, yaitu pengetahuan ibu, dukungan keluarga, dan

komunikasi tenaga kesehatan.

2. Hubungan Kepercayaan dengan ketepatan Waktu Pemberian

Imunisasi BCG

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-psikologis.

Kepercayaan disini tidak ada hubungannya dengan hal-hal gaib, tetapi

hanyalah keyakinan/kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah

(Notoatmodjo, 2010).

Berdasarkan hasil penelitian, wilayah kerja Puskesmas Poli-Polia

kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019 menunjukkan bahwa dari 55

responden yang di jadikan sampel dalam penelitian terdapat 16 (29,1%)

responden yang memiliki kepercayaan cukup yang terdiri dari 12 (21,8%)

yang tepat waktu melakukan imunisasi BCG pada bayinya , dan 4 (7,3%)

ibu yang tidak tepat waktu memberikan Imunisasi BCG pada

bayinya.Sedangakan dari 39 (70,9%) responden yang memiliki

kepercayaan kurang hanya terdapat 9 (16,4%) responden yang tepat

waktu memberikan imunisasi BCG pada bayinya dan mayoritas sebagian

besar ibu memiliki kepercayaan kurang yaitu 30 (54,5%) responden yang

tidak tepat waktu memberikan imunisasi BCG pada bayinya.


56

Menurut Notoatmodjo, (2010) tingkat kepercayaan seseorang

terhadap setiap tindakan pelayanan kesehatan merupakan suatu hal

yang menjadi keyakinan/kepercayaan bahwa sesuatu itu benar.

Responden dengan kepercayaan cukup namun tidak tepat waktu

memberikan imunisasi BCG pada bayinya dikarenakan kondisi bayi

sedang sakit dan factor askes menuju ketempat pelayanan sulit dijangkau

apalagi jika kondisi cuaca yang tidak mendukung. Sedangkan responden

yang memiliki kepercayaan kurang tetapi tepat waktu ini dukungan dari

keluarga yang mengetahui pentingnya imunisasi sehingga ibu yang

memiliki kepercayaan kurang terdorong untuk meberikan imunisasi BCG

tepat waktu pada bayinya.

Hasil penelitian dengan uji statistik menujukkan ada hubungan

cukup kuat antara kepercayaan dengan ketepatan waktu pemberian

imunisasi BCG pada bayi . Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian

oleh Ikawati (2011), menyatakan banyak faktor yang dapat memberikan

pengaruh salah satu pengaruhnya yaitu kepercayaan yang dianut atau

dipercaya oleh orang tua ataupun pengalaman buruk yang pernah dilami

oleh orang tua sehingga hal ini dapat mempengaruhi orang tua untuk

memberikan imunisasi pada anaknya

3. Hubungan Dukungan Keluarga dengan Ketepatan Waktu

Pemberian Imunisasi BCG

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan

keluarga terhadap anggota keluarganya yang bersifat mendukung

selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan

(Friedman, 2010).
57

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa dari 55

responden yang di jadikan sampel dalam penelitian terdapat 28 (50,9%)

responden yang mendapatkan dukukungan keluarga cukup yang terdiri

dari 16 (29,1%) yang tepat waktu melakukan imunisasi BCG pada bayinya

, dan 12 (21,8%) ibu yang tidak tepat waktu memberikan Imunisasi BCG

pada bayinya. Sedangakan dari 27 (49,1%) responden yang memiliki

kepercayaan kurang hanya terdapat 5 (9,1%) responden yang tepat waktu

memberikan imunisasi BCG pada bayinya dan mayoritas sebagian besar

ibu memiliki kepercayaan kurang yaitu 22 (40,0%) responden yang tidak

tepat waktu memberikan imunisasi BCG pada bayinya.

Ibu yang memperoleh dukungan keluarga namun tidak tepat waktu

memberikan imunisasi BCG pada bayinya disebabkan kesibukan orang tua

sehingga melupakan waktu jadwal kegiatan posyandu. Sedangkan

responden yang kurang mendapatkan dukungan mampu memberikan

bayinya imunisasi BCG tepat waktu dikarenakan tingkat pengetahuan ibu

yang cukup tentang imunisasi sehingga meningkatkan kepercyaanya untuk

bertindak dalam pemberian imunisasi secara tepat waktu. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian oleh Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian Desti Diana Sari (2018) yang menyimpulkan bahwa Terdapat

hubungan antara dukungan keluarga ibu terhadap imunisasi dengan

pemberian imunisasi dasar bayi di wilayah kerja Puskesmas Korpri

Kecamatan Sukarame Kota Bandarlampung Dukungan adalah suatu upaya

yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil untuk

memotivasi orang tersebut dalam melaksankan kegiatan (Sarwono,2003).

Dari hasil uji statistik diperoleh terdapat hubungan lemah antara

dukungan keluarga dengan ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG.

hubungan yang bermakna antara dukungan keluarga dengan ketepatan

waktu pemberian imunisasi BCG.


58

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dijelaskan

pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:

1. Ada hubungan yang cukup kuat anatara pengetahuan dengan ketepatan

waktu pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Poli-Polia kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019.

2. Ada hubungan yang cukup kuat antara kepercayaan dengan ketepatan

waktu pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Poli-Polia kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019

3. Ada hubungan yang lemah anatara dukungan keluarga dengan ketepatan

waktu pemberian imunisasi BCG pada bayi di wilayah kerja Puskesmas

Poli-Polia kabupaten Kolaka Timur Tahun 2019

B. Saran
1. Bagi Masyarakat

Dari hasil penelitian ini di harapkan masyarakat lebih meningkatkan

pengetahuan tentang imunisasi BCG agar dapat kepercayannya terhadap

tindakan pelayanan imunisasi sehingga dapat mendorong keluarganya

dalam memberikan dukungan untuk memberikan imunisasi kepada bayinya.

2. Bagi Instansi

Bagi Puskesmas agar dapat melakukan penyuluhan kepada

masyarakat untuk meningkatkan pengetahuan dan kepercayaan mereka

tentang Imunisasi sehinga imunisasi dapat dilakukan dengan tepat waktu.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut hasil

penelitian ini dapat dijadikan data awal untuk mengembangkan penelitian

tentang ketepatan waktu pemberian Imunisasi BCG dan dapat

dikembangkan. 58
59
60
61
62
63
64
65
66
67

Jadwal Penelitian

No Proses Penelitian Januari Feb Mret


J April
A JMei
j juni
J j juli
A agus
1 Konsultasi judul
2 Penyusunan
proposal
3 Ujian proposal
4 Perbaikan proposal
5 Penelitian
6 Penyusunan hasil
penelitian
7 Ujian/seminar hasil
8 Perbaikan hasil
9 Ujian skripsi
10 Perbaikan skripsi
68
69

DAFTAR PUSTAKA

Albertina, M., Febriana, S., Firmanda, W., Permata, Y., & Gunardi, H.
2009.Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-Faktor
yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di
Jakarta dan Sekitarnya pada Bulan Maret 2008. Sari Pediatri, Vol.
11, No. 1, Juni

Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga.Jakarta : EGC

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Rineka


Cipta: Jakarta

Arumsari, D. R. (2015).Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status


Imunisasi Dasar Pada Bayi.Jurnal Pendidikan Kesehatan, Vol.4, No.
1, 9-15
Azizah, Ninik,dkk. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentangnya
Pentingnya Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Imunisasi Di Bps.Hj.Umi Salamah di Desa Kauman, Peterongan,
Jombang, 14,1-6
Hayati dan Novita. 2014. Penuntun Praktik Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Jakarta. EGCAtikah. 2010. Imunisasi Dan Vaksinasi.Yogyakarta: Nuha
Offset.
Departemen Kesehatan. 2009. Profil KesehataIndonesia. Depkes RI: Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil K e s e h a t a n


Indonesia 2011. Jakarta: Depkes RI.

Dwiastuti, Putri dan Nanang Prayitno. (2013). Faktor-Faktor yang Berhubungan


dengan Pemberian Imunisasi BCG di Wilayah Puskesmas UPT
Cimanggis Kota Depok Tahun 2012. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1);
Juni 2019.
Friedman M Marylin, dkk (2003). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik.
Jakarta: Salemba Medika
------------------. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan
Praktek Edisi 5. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimun .2009. Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: Salemba Medika

Kaplan, H.I & Saddock, B.J. Sinopsis Psikiatri. 8th ed. Jakarta: Bina Rupa
Aksara

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta :


Kementerian Kesehatan RI.

Koplewich .S, Harold., 2005. Penyakit Anak Diagnosa dan Penanganannya.


Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Notoatmodjo, S.2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta:Rineka


Cipta
70

Maryam,v 2010. Karya tulis Ilmiah.Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang


imunisasi dasar dengan ketaatan kunjungan imunisasi bayi.surakatra

-----------------.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Proverawati, A dan Andhini C.S.D. 2010.Imunisasi dan Vaksinasi.


Yogyakarta: Nuha Offset

Pudiastuti, Ratna Dewi. (2011). Waspadai Penyakit pada Anak. Jakarta : Indeks.

Ranuh,dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia.Badan Penerbit Ikatan Dokter


Indonesia: Jakarta

------------------.2011.Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI.

Rahayu, Juniati Kohar, Eva Rahayu. (2007). Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Melalui Interaksi Sosial, Upaya Penyediaan Transportasi, Finansial,
Dan Dukungan Dalam Menyiapkan Makanan Dengan Respon
Kehilangan Pada Lansia Di Desa Pekaja, kalibagor Kabupaten
Banyumas, diakses dari http://jurnalonline.unsoed.ac.id/index.php/
keperawatan/article/view/2
49/ 100, tanggal 27April 2019

Rianti W. 2015.Analisis Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Prilaku Ibu


dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Balita di Desa Taraitak Satu
Kecamatan Langowan Utara Wilayah Kerja Puskesmas
Walantakan.Diakses dari http://ejournal.unsrat.ac. id/index.
php/jkp/article/download/5223/4737.

Ritonga,M. R. S., Syarifah., dan Tukiman.(2014). Hubungan Antara Dukungan


Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu MelaksanakanImunisasi Dasar
Pada Anak Di DesaTigabolon Kecamatan Sidamanik
KabupatenSimalungun Tahun 2014.
jurnal.usu.ac.id/index.php/kpkb/article/download/6879/4804

Sari,Desti Diana. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pemberian Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
KORPRI Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung(Skrpsi
Ilmiah).Fakultas Kedokteran,Universitas Lampung

Sunarti. 2012. Pro Kontra Imunisasi: Yogyakarta: Hanggar Kreator

Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik, Jakarta :


EGC

Supriatin, E. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga


Dengan KetepatanWaktu Pemberian Imunisasi Campak Di Pasir Kaliki
Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan.Vol.3, No.1

Wawan dan Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia,Cetakan II. Yogyakarta.: Nuha Medika
71

. Kepercayaan Responden

No Pernyataan

Jawaban Percaya Tidak percaya

1 Apakah ibu percaya bahwa setiap bayi baru lahir tidak boleh keluar rumah untuk

diimunisasi? 2 Apakah ibu percaya bahwa imunisasi pada bayi baru lahir dapat

menyebabkan anak sakit (demam) ? 3 Apakah ibu percaya bahwa penyakit

Hepatitis B (penyakit kuning) disebabkan oleh perbuatan jahat (guna-guna) yang

sengaja dilakukan oleh orang lain untuk mencelakakan seseorang)


72

DAFTAR PUSTAKA

Albertina, M., Febriana, S., Firmanda, W., Permata, Y., & Gunardi, H.
2009.Kelengkapan Imunisasi Dasar Anak Balita dan Faktor-Faktor
yang Berhubungan di Poliklinik Anak Beberapa Rumah Sakit di
Jakarta dan Sekitarnya pada Bulan Maret 2008. Sari Pediatri, Vol.
11, No. 1, Juni

Ali, Zaidin. (2010). Pengantar Keperawatan Keluarga.Jakarta : EGC

Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian SuatuPendekatan Praktek. Rineka


Cipta: Jakarta

Arumsari, D. R. (2015).Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Status


Imunisasi Dasar Pada Bayi.Jurnal Pendidikan Kesehatan, Vol.4, No.
1, 9-15
Azizah, Ninik,dkk. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentangnya
Pentingnya Imunisasi Dasar Dengan Kepatuhan Melaksanakan
Imunisasi Di Bps.Hj.Umi Salamah di Desa Kauman, Peterongan,
Jombang, 14,1-6

Hayati dan Novita. 2014. Penuntun Praktik Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita.
Jakarta. EGCAtikah. 2010. Imunisasi Dan Vaksinasi.Yogyakarta: Nuha
Offset.

Departemen Kesehatan. 2009. Profil KesehataIndonesia. Depkes RI: Jakarta

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil K e s e h a t a n


Indonesia 2011. Jakarta: Depkes RI.

Friedman M Marylin, dkk (2003). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik.


Jakarta: Salemba Medika
------------------. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori dan
Praktek Edisi 5. Jakarta : EGC

Hidayat, Aziz Alimun .2009. Ilmu Kesehatan Anak, Jakarta: Salemba Medika

Kaplan, H.I & Saddock, B.J. Sinopsis Psikiatri. 8th ed. Jakarta: Bina Rupa
Aksara

Kemenkes RI. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2016. Jakarta :


Kementerian Kesehatan RI.

Koplewich .S, Harold., 2005. Penyakit Anak Diagnosa dan Penanganannya.


Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
73

Notoatmodjo, S.2010. Ilmu Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.Jakarta:Rineka


Cipta

Maryam,v 2010. Karya tulis Ilmiah.Hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang


imunisasi dasar dengan ketaatan kunjungan imunisasi bayi.surakatra

-----------------.2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Proverawati, A dan Andhini C.S.D. 2010.Imunisasi dan Vaksinasi.


Yogyakarta: Nuha Offset

Ranuh,dkk. 2008. Pedoman Imunisasi di Indonesia.Badan Penerbit Ikatan Dokter


Indonesia: Jakarta

------------------.2011.Buku Imunisasi di Indonesia. Jakarta : Satgas Imunisasi IDAI.

Rahayu, Juniati Kohar, Eva Rahayu. (2007). Hubungan Antara Dukungan Keluarga
Melalui Interaksi Sosial, Upaya Penyediaan Transportasi, Finansial,
Dan Dukungan Dalam Menyiapkan Makanan Dengan Respon
Kehilangan Pada Lansia Di Desa Pekaja, kalibagor Kabupaten
Banyumas, diakses dari http://jurnalonline.unsoed.ac.id/index.php/
keperawatan/article/view/2
49/ 100, tanggal 27April 2019

Rianti W. 2015.Analisis Faktor- Faktor yang Berhubungan Dengan Prilaku Ibu


dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Balita di Desa Taraitak Satu
Kecamatan Langowan Utara Wilayah Kerja Puskesmas
Walantakan.Diakses dari http://ejournal.unsrat.ac. id/index.
php/jkp/article/download/5223/4737.

Ritonga,M. R. S., Syarifah., dan Tukiman.(2014). Hubungan Antara Dukungan


Keluarga Terhadap Kepatuhan Ibu MelaksanakanImunisasi Dasar
Pada Anak Di DesaTigabolon Kecamatan Sidamanik
KabupatenSimalungun Tahun 2014.
jurnal.usu.ac.id/index.php/kpkb/article/download/6879/4804

Sari,Desti Diana. 2018. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan


Pemberian Imunisasi Dasar Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas
KORPRI Kecamatan Sukarame Kota Bandar Lampung(Skrpsi
Ilmiah).Fakultas Kedokteran,Universitas Lampung

Sunarti. 2012. Pro Kontra Imunisasi: Yogyakarta: Hanggar Kreator

Suprajitno, 2004, Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dalam praktik, Jakarta :


EGC

Supriatin, E. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Dukungan Keluarga


Dengan KetepatanWaktu Pemberian Imunisasi Campak Di Pasir Kaliki
Bandung. Jurnal Ilmu Keperawatan.Vol.3, No.1

Wawan dan Dewi M. 2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia,Cetakan II. Yogyakarta.: Nuha Medika
74

. Kepercayaan Responden

No Pernyataan

Jawaban Percaya Tidak percaya

1 Apakah ibu percaya bahwa setiap bayi baru lahir tidak boleh keluar rumah untuk

diimunisasi? 2 Apakah ibu percaya bahwa imunisasi pada bayi baru lahir dapat

menyebabkan anak sakit (demam) ? 3 Apakah ibu percaya bahwa penyakit

Hepatitis B (penyakit kuning) disebabkan oleh perbuatan jahat (guna-guna) yang

sengaja dilakukan oleh orang lain untuk mencelakakan seseorang)

KEPERCAYAAN

I.G.N Ranuh, Dkk. 2011. Pedoman Imunisasi Di Indonesia . Badan Penerbit Ikatan Dokter Indonesia.

Menurut I.G.N. Gde Ranuh (2011), salah satu faktor yang perlu
diperhatikan dalam imunisasi adalah kepatuhan jadwal imunisasi. Apabila ibu
tidak patuh dalam mengimunisasi bayinya maka akan berpengaruh terhadap
kekebalan dan kerentanan bayi terhadap suatu penyakit. Sehingga bayi harus
mendapatkan imunisasi tepat waktu agar terlindung dari berbagai penyakit
berbahaya.
Faktor penentu yang mempengaruhi pemberian imunisasi di
masyarakat adalah perilaku masyarakat tersebut (Mahfoedz, 2006). Menurut
ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SKRIPSI
FAKTOR-FAKTOR YANG...
RACHMAWATI SOEKARNO PUTRI
3
teori perubahan perilaku
Health Belief Model
ada 3 kategori utama dalam
pelayanan kesehatan yaitu persepsi individu, faktor-faktor modifikasi yang
terdiri dari usia, jenis kelamin, etnis, kepribadian, sosial-ekonomi,
pengetahuan dan
cues to action
(isyarat untuk bertindak), serta kemungkinan
tindakan. Selain teori HBM ada model Konseptual Pengambilan Keputusan
Parental menurut Sturm
et.al.
(2005), yang meliputi kelembagaan, personal,
sosial-lingkungan, dan tatapmuka dengan tenaga kesehatan. Dari penelitian
Istriyati (2011), didapatkan hasil adanya hubungan antara tingkat pendidikan
ibu dan status pekerjaan ibu dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
Sedangkan dari penelitian Mulyanti (2013), ada hubungan antara pekerjaan,
pendapatan keluarga dengan kelengkapan imunisasi dasar.
Berdasarkan latar belakang tersebut Peneliti perlu melakukan
penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Kepatuhan Ibu
75

Dalam Pemberian Imunisasi Dasar Pada Balita di Dukuh Pilangbangau


Kelurahan Sepat Kecamatan Masaran Kabupaten Sr
Pro dan kontra tentang imunisasi terus bergulir dari tahun ke tahun. Pada tahun

2016, MUI mengeluarkan Fatwa MUI No.4 Tahun 2016 tentang Imunisasi. Dalam

fatwa tersebut dijelaskan bahwa Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah)

sebagai bentuk ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (imunitas) dan mencegah

terjadinya suatu penyakit tertentu. Imunisasi dengan vaksin yang haram dan/atau

najis tidak dibolehkan kecuali: digunakan pada kondisi al-dlarurat atau al-hajat; belum

ditemukan bahan vaksin yang halal dan suci; dan adanya keterangan tenaga medis

yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal.(3) Namun,

walaupun MUI sudah menyatakan bahwa hukum imunisasi adalah dibolehkan

(mubah), masih ada masyarakat yang enggan untuk melakukan imunisasi.

Majelis Ulama Indonesia. Fatwa MUI No.4 Tahun 2016 tentangImunisasi. Komisi

Fatwa Majelis Ulama Indonesia. 2016

*Peran seorang ibu dalam program imunisasi sangat penting, sehingga pemahaman

tentang imuunisasi sangat diperlukan. Begitu juga dengan pengetahuan,

kepercayaan dan perilaku kesehatan orang tua. Kurangnya sosialisasi dari petugas

kesehatan menyebabkan masalah rendahnya pengertian, pemahaman dan

kepatuhan ibu dalam program imunisasi. Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa upaya promotif dan


76

KARAKTERISTIK
Umur
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid < 20 tahun 6 10.9 10.9 10.9
20-35 tahun 43 78.2 78.2 89.1
> 35 tahun 6 10.9 10.9 100.0
Total 55 100.0 100.0

Pendidikan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tdk. sekolah 9 16.4 16.4 16.4
SD 14 25.5 25.5 41.8
SMP 11 20.0 20.0 61.8
SMA 13 23.6 23.6 85.5
PT 8 14.5 14.5 100.0
Total 55 100.0 100.0

Pekerjaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid IRT 39 70.9 70.9 70.9
Petani 4 7.3 7.3 78.2
Wiraswasta 8 14.5 14.5 92.7
PNS 4 7.3 7.3 100.0
Total 55 100.0 100.0

Pengetahuan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang 34 61.8 61.8 61.8
Cukup 21 38.2 38.2 100.0
Total 55 100.0 100.0
77

ANALISIS UNIVARIAT
Kepercayaan
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang 39 70.9 70.9 70.9
Cukup 16 29.1 29.1 100.0
Total 55 100.0 100.0

Dukungan keluarga
Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Kurang 27 49.1 49.1 49.1
Cukup 28 50.9 50.9 100.0
Total 55 100.0 100.0

Ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG


Valid Cumulative
Frequency Percent Percent Percent
Valid Tdk. tepat
34 61.8 61.8 61.8
waktu
Tepat waktu 21 38.2 38.2 100.0
Total 55 100.0 100.0

ANALISIS BIVARIAT
Pengetahuan * Ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG
Crosstab
Ketepatan waktu
pemberian imunisasi
BCG
Tdk. tepat Tepat
waktu waktu Total
Pengetahuan Kurang Count 27 7 34
% of
49.1% 12.7% 61.8%
Total
Cukup Count 7 14 21
% of
12.7% 25.5% 38.2%
Total
Total Count 34 21 55
% of
61.8% 38.2% 100.0%
Total
78

Chi-Square Tests
Asymp. Exact
Sig. (2- Sig. (2- Exact Sig.
Value df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 11.678a 1 .001
Continuity Correctionb 9.807 1 .002
Likelihood Ratio 11.836 1 .001
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
11.465 1 .001
Association
N of Valid Casesb 55
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum
expected count is 8.02
b Computed only for a 2x2 table

Symmetric Measures
Approx.
Value Sig.
Nominal by Phi .461 .001
Nominal Cramer's V .461 .001
Contingency Coefficient .418 .001
N of Valid Cases 55

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Pengetahuan
7.714 2.254 26.407
(Kurang / Cukup)
For cohort Ketepatan waktu
pemberian imunisasi BCG = 2.382 1.271 4.467
Tdk. tepat waktu
For cohort Ketepatan waktu
pemberian imunisasi BCG = .309 .149 .638
Tepat waktu
N of Valid Cases 55
79

Kepercayaan * Ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG


Crosstab

Ketepatan waktu
pemberian imunisasi BCG
Tdk. tepat
waktu Tepat waktu Total
Kepercayaan Kurang Count 30 9 39
% of Total 54.5% 16.4% 70.9%
Cukup Count 4 12 16
% of Total 7.3% 21.8% 29.1%
Total Count 34 21 55
% of Total 61.8% 38.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Exact
Sig. (2- Sig. (2- Exact Sig.
Value Df sided) sided) (1-sided)
Pearson Chi-
12.959a 1 .000
Square
Continuity
10.852 1 .001
Correctionb
Likelihood Ratio 13.014 1 .000
Fisher's Exact Test .001 .001
Linear-by-Linear
12.723 1 .000
Association
N of Valid Casesb 55
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 6.11.
b. Computed only for a 2x2 t

Symmetric Measures kepercayaan

Value Approx. Sig.


Nominal by Nominal Phi .485 .000
Cramer's V .485 .000
Contingency
.437 .000
Coefficient
N of Valid Cases 55
80

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Kepercayaan
10.000 2.580 38.758
(Kurang / Cukup)
For cohort Ketepatan waktu
pemberian imunisasi BCG = Tdk. 3.077 1.294 7.314
tepat waktu
For cohort Ketepatan waktu
pemberian imunisasi BCG = .308 .162 .583
Tepat waktu
N of Valid Cases 55

Dukungan keluarga * Ketepatan waktu pemberian imunisasi BCG


Crosstab
Ketepatan waktu
pemberian imunisasi
BCG
Tdk. tepat Tepat
waktu waktu Total
Dukungan Kurang Count 22 5 27
keluarga % of Total 40.0% 9.1% 49.1%
Cukup Count 12 16 28
% of Total 21.8% 29.1% 50.9%
Total Count 34 21 55
% of Total 61.8% 38.2% 100.0%

Chi-Square Tests
Asymp. Sig. Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square 8.688a 1 .003
Continuity Correctionb 7.128 1 .008
Likelihood Ratio 9.026 1 .003
Fisher's Exact Test .005 .003
Linear-by-Linear
8.530 1 .003
Association
N of Valid Casesb 55
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 10.31.
b. Computed only for a 2x2 table
81

Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Phi .397 .003
Cramer's V .397 .003
Contingency
.369 .003
Coefficient
N of Valid Cases 55

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Dukungan
5.867 1.722 19.991
keluarga (Kurang / Cukup)
For cohort Ketepatan waktu
pemberian imunisasi BCG 1.901 1.195 3.024
= Tdk. tepat waktu
For cohort Ketepatan waktu
pemberian imunisasi BCG .324 .138 .761
= Tepat waktu
N of Valid Cases 55
82

PELAJARI

Responden dengan tingkat pengetahuan cukup dan secara tepat waktu

melakukan imunisasi BCG pada bayinya ini di karenakan ibu mengetahui

betapa pentingnya manfaat Imunisasi bagi kesehatan bayinya dan dampak

apa yang akan bisa terjadi apa bila bayinya tidak memperoleh imunisasi

BCG. Menurut Notoatmodjo (2010) mengatakan bahwa pengetahuan yang

dimiliki ibu merupakan dasar bagi terbentuknya perilaku.Hal ini dapat

dijelaskan karena orang akan cenderung berperilaku sesuai dengan

pengetahuan yang dimilikinya, sebab pengetahuan merupakan domain

penting pembentuk perilaku seseorang.

Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan cukup namun tidak

tepat waktu melakukan imunisasi BCG pada bayinya setelah dilakukukan

penelitian dan kunjungan rumah di karenakan sebagian ibu memiliki

kesibukan dengan sebagian kecil memiliki status pekerjaan sebagai petani

7,3% ,wiraswasta14,5 % dan PNS 7 % sehingga mereka memiliki alasan

tidak memiliki waktu untuk membawa bayinya ke posyandu. Untuk

responden yang memiliki tingkat pengetahuan kurang namun secara tepat

waktu membawa bayinya ke posyandu untuk memperoleh imunisasi setelah

dilakukan peninjauan pada saat penelitian hal ini di karenakan sebagian ibu

berantusias dengan kegiatan posyandu yang diadakan tiap bulanya dimana

meskipun mereka memiliki tingkat pengetahuan kurang namun karena

antusiasnya ibu dalam kegiatan posyandu sehiga mereka dapat memperoleh

informasi dari petugas kesehatan mengenai pentinggnya setiap bayi untuk

memperoleh imunisasi. Sedangakan sebagian besar mayoritas ibu yang

berpengatahuan kurang dan tidak tepat waktu memberikan imunisasi pada


83

bayinya hal ini disebapkan rendahnya pengetahuan yang mereka miliki di

dukung lagi dengan Tinggi rendahnya tingkat pengetahuan ibu mengenai

imunisasi BCG hal ini tergambar dari dianalisis berdasarkan karakteristik dari

responden, yang ditinjau dari tingkat pendidikan rendah mencakup (Tidak

sekolah, SD dan SMP) dengan persentase 61,9 %.ini di dukung dengan

Menurut YB Mantra dalam Dewi dan Wawan (2011) menyatakan bahwa

Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku

seseorang untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada

umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima

informasi.

Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh keterangan bahwa

pengetahuan, kepercayaan dan dukungan keluarga merupakan faktor-faktor

yang berhubungan dengan ketapatan pemberian imunisasi kepada bayi .

Pengetahuan memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan sikap

seseorang, sebab melalui pengetahuan yang ibu bayi dapat memiliki

kesadaran atau dorongan untuk memberikan imunisasi kepada bayi dengan

tepat waktu. Namun tingkat kepercayaan seseorang terhadap setiap

tindakan pelayanan kesehatan merupakan suatu hal yang menjadi

keyakinan/kepercayaan bahwa sesuatu itu benar atau salah

(Notoatmodjo, 2010). Hal ini sesuai dengan teori (Notoatmodjo, 2010) yang

menyebutkan bahwa kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan,

dan kepentingan. Orang percaya kepada sesuatu dapat disebabkan karena ia

mempunyai pengetahuan tentang itu. Kepercayaan yang tidak didasarkan


84

kepada pengetahuan yang benar dan lengkap akan menyebabkan kesalahan

bertindak. Selain Itu juga dukungan keluarga juga merupakan faktor

penunjang yang penting. Sebab meskipun ibu bayi memiliki pengetahuan

yang baik tetapi jika tidak mendapat dukungan dari kelurga baik berupa

dukungan instrumental maupun dukungan emosional tentu juga akan menjadi

kendala bagi ibu untuk memberikan imunisasi dengan tepat waktu.Hal ini juga

diungkapkan oleh Azizah (2011) bahwa responden yang tidak patuh tapi

mempunyai pengetahuan yang baik dikarenakan sebagian orang tua tidak

mendapatkan dukungan dari keluarga untuk mengikuti imunisasi, karena

keluarga khawatir dengan efek samping dari imunisasi seperti demam pada

bayi setelah di imunisasi. Berdasarkan hasil penelitian dari Rahmawati (2014)

diperoleh data bahwa faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi

antara lain, yaitu Kepercayan/tradisi dan dukungan keluarga.Didukung oleh

penelitian Supriatin (2015) menunjukan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara dukungan keluarga dengan ketepatan waktu ibu dalam

pemberian imunisasi campak dan didukung oleh penelitian Ritonga (2014),

terdapat hubungan yang bermakna antara variable dukungan

keluar informasional,penilaian, instrumental, dan emosional terhadap

kepatuhan ibu melaksanakan imunisasi dasar pada anak.

Demikian pula sebaliknya, bahwa meskipun dukungan keluarga

kepada ibu bayi sangat besar tetapi jika ibu tidak memiliki pengetahuan yang

baik terhadap imunisasi maka dapat memicu ketidaktepatan waktu

pemberian imunisasi kepada bayi, sebab jika ibu sebagai domain utama

pengasuhan anak memiliki kecenderungan sendiri terhadap pola perawatan

anak yang diyakini berdasarkan kepercayaan tradisi atau kebudayaannya.

Dengan pengetahuan yang rendah ibu akan kurang peduli, hal ini

menjadi dasar bagi ibu untuk tidak memberikan imunisasi pada bayi dengan
85

tepat waktu.Oleh karena itu, faktor pengetahuan dan dukungan keluarga

harus saling menunjang sehingga proses pemberian imunisasi BCG pada

bayi dapat dilakukan dengan tepat waktu.

Anda mungkin juga menyukai